![]() “Maka Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.” [QS: Surat Al-Maidah: 54]. Fenomena Aksi Damai 212 sejak meledak di akhir tahun 2016 terus bergaung membangkitkan semangat perjuangan umat Islam Indonesia dalam membela agamanya. Dilain pihak fenomena ini semakin sulit dimengerti oleh penguasa dan sebagian umat Islam lainnya. Sebagai contoh mereka menganggap rencana reuni Aksi Damai 212 tahun 2017 dan demikian juga yang akan diselenggarakan tahun ini 2018 sebagai mengada-ada, berbau politik dan berbagai tuduhan lainnya. Faktanya berkali-kali pihak penguasa dan pendukungnya berusaha menggagalkan aksi-aksi tersebut sejak dari Aksi Bela Islam (ABI) 1, 2, dan 3 tetapi selalu mengalami kegagalan. Padahal penguasa didukung oleh media massa yang bisa menciptakan opini publik sesuai keinginan mereka, bahkan aparat kepolisian sudah terang-terangan membela kepentingan penguasa. Berbagai intimidasi mulai dari cara-cara lunak, negosiasi sampai dengan ancaman dan tindakan represif. Mereka bahkan menggunakan Banser NU untuk menjatuhkan kredibilitas ulama-ulama pendukung aksi 212. Para ulama 212 secara terang-terangan dihadapkan dengan berbagai perkara hukum untuk menghambat perjuangan mereka. Namun dengan segala yang mereka lakukan itu hanya segelintir ulama yang berhasil di"lunakkan" sehingga beralih menjadi mendukung penguasa. Semua ini bagi sebagian besar umat Islam menjadi bukti kuat adanya skenario Allah yang tengah berlangung. Hal ini diperkuat dengan kejadian berbagai bencana alam dan musibah yang datang beruntun termasuk diantaranya gempa Lombok, likuifaksi di Palu, dan musibah jatuhnya pesawat Lion Air JT-610. Umat Islam selalu meyakini apa yang disampaikan Allah dalam Al Quran bahwa sesungguhnya Allah tidaklah menurunkan musibah kepada suatu kaum kecuali karena perbuatan zalim mereka yang sudah kelewat batas. Umat Islam yang memprotes agar pelaku penistaan agama dihukum sesuai undang-undang yang berlaku ternyata justru menerima berbagai tuduhan sebagai anti NKRI, radikal, anti Pancasila. Sungguh tuduhan-tuduhan yang menyakitkan dan sangat jauh dari fakta. Tak heran kalau umat Islam akhirnya bersimpati kepada mereka yang dituduh secara sembarangan termasuk FPI, HTI dan bahkan teroris yang dibunuh tanpa bukti apapun kecuali sekedar petunjuk KTP dan kitab-kitab agama bahkan Al Quran yang ditemukan di lokasi kejadian dan langung dianggap sebagai bukti aktivitas terorisme mereka. Tiba-tiba akibat seorang petahana Gub DKI Jakarta sembarangan mengeluarkan kata-kata yang dinilai merendahkan ayat Al Quran, banyak umat Islam yang semula hanya diam berubah sikap menjadi pejuang Aksi Bela Islam yang militan. Tiba-tiba sosok Habib Riziq Syihab menjadi panutan dan dikagumi karena keberanian, ketegasan dan sikap istiqomahnya. Tiba-tiba organisasi massa Frot Pembela Islam yang dipimpinnya menjadi dikenal dan disayangi umat. Tiba-tiba terungkap pulalah fakta-fakta yang sangat bertolak belakang dengan yang selama ini mereka ketahui dari media massa mengenai sepak terjang organisasi ini. Betapa FPI pernah membantu pencarian korban tsunami di Aceh, bahkan perjuangan mereka menghentikan pembantaian umat Islam di Ambon dan Poso. Kiranya tidaklah berlebihan kalau fenomena ini seolah-olah perwujudan dari apa yang Allah Swt sampaikan dalam Al Quran Surah Al Maidah ayat 54 yang kami kutip di awal tulisan ini. Generasi baru sepertinya telah tumbuh, yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang beriman, yang bersikap keras terhadap orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, yang tidak takut pada celaan orang-orang yang suka mencela. Sungguh sebuah gambaran sikap yang sangat pas dan seperti tengah bertumbuh cepat di bumi pertiwi. Insya Allah. Aamiin. Helfia Nil Chalis www.HelfiaNet.com www.HelfiaStore.com
0 Comments
Salman Al Farisi adalah salah seorang sahabat Nabi saw yang berasal dari Persia. Salman sengaja meninggalkan kampung halamannya untuk mencari cahaya kebenaran. Kegigihannya berbuah hidayah Allah dan pertemuan dengan Nabi Muhammad saw di kota Madinah. Beliau terkenal dengan kecerdikannya dalam mengusulkan penggalian parit di sekeliling kota Madinah ketika kaum kafir Quraisy Mekah bersama pasukan sekutunya datang menyerbu dalam perang Khandaq.
Berikut ini adalah sebuah kisah yang sangat menyentuh hati dari seorang Salman Al Farisi: tentang pemahamannya atas hakikat cinta kepada perempuan dan kebesaran hati dalam persahabatan. Salman Al Farisi sudah waktunya menikah. Seorang wanita Anshar yang dikenalnya sebagai wanita mu’minah lagi shalihah juga telah mengambil tempat di hatinya. Tentu saja bukan sebagai pacar. Tetapi sebagai sebuah pilihan untuk menambatkan cinta dan membangun rumah tangga dalam ikatan suci. Tapi bagaimanapun, ia merasa asing di sini. Madinah bukanlah tempat kelahirannya. Madinah bukanlah tempatnya tumbuh dewasa. Madinah memiliki adat, rasa bahasa, dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya. Ia berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang pelik bagi seorang pendatang. Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi Madinah berbicara untuknya dalam khithbah, pelamaran. Maka disampaikannyalah gelegak hati itu kepada shahabat Anshar yang telah dipersaudarakan dengannya, Abu Darda’. ”Subhanallaah. . wal hamdulillaah. .”, girang Abu Darda’ mendengarnya. Keduanya tersenyum bahagia dan berpelukan. Maka setelah persiapan dirasa cukup, beriringanlah kedua shahabat itu menuju sebuah rumah di penjuru tengah kota Madinah. Rumah dari seorang wanita yang shalihah lagi bertaqwa. ”Saya adalah Abu Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman seorang Persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya.”, fasih Abu Darda’ berbicara dalam logat Bani Najjar yang paling murni. ”Adalah kehormatan bagi kami”, ucap tuan rumah, ”menerima Anda berdua, shahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang shahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada puteri kami.” Abu Darda dan Salman menunggu dengan berdebar-debar. Hingga sang ibu muncul kembali setelah berbincang-bincang dengan puterinya. ”Maafkan kami atas keterusterangan ini”, kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu yang bicara mewakili puterinya. ”Tetapi karena Anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Allah saya menjawab bahwa puteri kami menolak pinangan Salman. Namun jika Abu Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan.” Keterusterangan yang di luar kiraan kedua sahabat tersebut. Mengejutkan bahwa sang puteri lebih tertarik kepada pengantar daripada pelamarnya. Bayangkan sebuah perasaan campur aduk dimana cinta dan persaudaraan bergejolak berebut tempat dalam hati. Bayangkan sebentuk malu yang membuncah dan bertemu dengan gelombang kesadaran. Ya, bagaimanapun Salman memang belum punya hak apapun atas orang yang dicintainya. Namun mari kita simak apa reaksi Salman, sahabat yang mulia ini: ”Allahu Akbar!”, seru Salman, ”Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan ini akan aku serahkan pada Abu Darda’, dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian!” Betapa indahnya kebesaran hati Salman Al Farisi. Ia begitu faham bahwa cinta, betapapun besarnya, kepada seorang wanita tidaklah serta merta memberinya hak untuk memiliki. Sebelum lamaran diterima, sebelum ijab qabul diikrarkan, tidaklah cinta menghalalkan hubungan dua insan. Ia juga sangat faham akan arti persahabatan sejati. Apalagi Abu Darda’ telah dipersaudarakan oleh Rasulullaah saw dengannya. Bukanlah seorang saudara jika ia tidak turut bergembira atas kebahagiaan saudaranya. Bukanlah saudara jika ia merasa dengki atas kebahagiaan dan nikmat atas saudaranya. “Tidaklah seseorang dari kalian sempurna imannya, sampai ia mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya.” [HR Bukhari] Semoga bermanfaat dan Dapat Diambil hikmah dari kisah Salman ini. zilzaal (Islamedia). Kisah ini saya kutip dari kiriman WA seorang teman. Semoga bermanfaat.
Ada sebuah energi yang luar biasa ketika beberapa hari yang lalu kudengar cerita dari beberapa sahabatku. Mereka berasal dari Palestina, Bahrain, Jordan, Syiria, Pakistan, India, Srilanka Mesir, Afrika dan Saudi Arabia . Salah satunya adalah teman dari Sudan. Aku mengenalnya dengan nama Ammar Mustafa, dia salah satu muslim kulit hitam yang juga bekerja di hotel ini. Beberapa bulan belakangan aku tak lagi melihatnya. Biasanya ia bekerja bersama pekerja lain menggarap proyek bangunan di tengah terik matahari kota Riyadh . Hari itu Ammar tidak terlihat, karena penasaran, saya coba tanyakan kepada Iqbal . “Oh kamu tidak tahu?” jawabnya balik bertanya dengan bahasa Inggris khas India. “Iya, beberapa minggu ini dia tak terlihat di mushola.” Selepas itu tanpa diduga Iqbal bercerita panjang lebar tentang Ammar. Ternyata Amar datang ke kota Riyadh lima tahun lalu. Ia datang ke negeri ini dengan tangan kosong, dan nekad pergi meninggalkan keluarganya di Sudan untuk mencari kehidupan di kota ini. Saudi Arabia memang memberikan free visa untuk negara negara Arab lainnya termasuk Sudan, maka Ammar bisa bebas mencari kerja disini asal punya pasport dan tiket. Sayang, kehidupan memang tidak selamanya bersahabat. Do’a Ammar untuk mendapat kehidupan yang lebih baik di kota ini demi keluarganya ternyata saat itu belum terkabul. Dia bekerja berpindah pindah dengan gaji yang sangat kecil, uang gajinya tidak sanggup untuk membayar apartemen hingga ia tinggal bersa,a teman temannya. Meski demikian, Ammar tetap gigih mencari pekerjaan. Ia tetap mencari kesempatan agar bisa mengirim uang untuk keluarganya di Sudan. Bulan pertama berlalu kering, bulan kedua semakin berat, bulan ketiga hingga tahun tahun berikutnya kepedihan Ammar tidak kunjung berakhir. Waktu bergeser lamban dan berat, telah lima tahun Ammar hidup berpindah pindah di kota ini. Bekerja dibawah tekanan panas matahari dan suasana kota yang garang, tapi amar tetap bertahan dalam kesabaran. Kota metropolitan akan lebih parah dari hutan rimba jika kita tidak tahu caranya untuk mendapatkan uang, dihutan bahkan lebih baik. Di hutan kita masih bisa menemukan buah buah, tapi di kota? Kota adalah belantara penderitaan yang akan menjerat siapa saja yang tidak mampu bersaing. Riyadh adalah ibu kota Saudi Arabia, hanya berjarak 7 jam dari Dubai dan 10 Jam jarak tempuh dengan bis menuju Makkah. Di hampir keseluruhan kota ini tidak ada pepohonan untuk berlindung saat panas. Disini hanya terlihat kurma kurma yang berbuah satu kali dalam setahun.. Amar seperti terjerat di belantara kota ini. Pulang ke Sudan bukan pilihan terbaik, ia sudah melangkah, ia harus membawa perubahan untuk kehidupan keluarganya disana, itu tekadnya. Ammar tetap tabah dan tidak berlepas diri dari keluarganya. Ia tetap mengirimi mereka uang meski sangat sedikit, meski harus ditukar dengan lapar dan haus untuk raganya disini. Sering ia melewatkan harinya dengan puasa menahan dahaga dan lapar sambil terus melangkah, berikhtiar mencari suap demi suap nasi untuk keluarganya di Sudan. Tapi Ammar pun manusia. Di tahun kelima ini ia tidak tahan lagi menahan malu dengan teman temannya yang ia kenal, sudah lima tahun ia berpindah pindah kerja dan numpang di teman temannya tapi kehidupannya tidak kunjung berubah. Ia memutuskan untuk pulang ke Sudan, tekadnya telah bulat untuk kembali berkumpul dengan keluarganya di Sudan. Saat itu ia tidak memiliki uang meski sebatas untuk tiket pulang. Ia terpaksa menceritakan keinginannya untuk pulang kepada teman2 terdekatnya. Dan salah satu teman baik Ammar memberinya sejumlah uang untuk membeli tiket ke Sudan. Hari itu juga Ammar berpamitan pada teman2nya, ia pergi ke sebuah agen perjalanan di Olaya- Riyadh, untuk membeli tiket. Sayang, ternyata semua penerbangan Riyadh-Sudan minggu ini susah didapat karena konflik di Libya, negara tetangganya. Saat itu tiket hanya tersedia untuk kelas executive saja. Akhirnya ia membeli tiket untuk penerbangan minggu berikutnya. Tiket sudah ditangan, dan jadwal terbang masih minggu depan. Ammar sedikit kebingungan dengan nasibnya.Tadi pagi ia tidak sarapan , siang inipun belum ada celah untuk makan siang. Tapi baginya ini bukan hal pertama. Ia hampir terbiasa dengan keadaan itu. Adzan dzuhur bergema, semua toko toko, supermarket, bank, dan kantor pemerintah serentak menutup pintu dan menguncinya. Security kota berjaga jaga di luar kantor menunggu hingga waktu shalat berjamaah selesai. Ammar tergesa menuju sebuah masjid di pusat kota Riyadh. Ia mengikatkan tas kosongnya di pinggang, kemudian mengambil wudhu, membasahi wajahnya yang hitam legam, mengusap rambutnya yang keriting dengan air. Lalu ia masuk ke dalam mesjid, shalat 2 rakaat untuk menghormati masjid. Ia duduk menunggu mutawwa memulai shalat berjamaah. Hanya disaat shalat itulah dia merasakan kesejukan, Ia merasakan terlepas dari beban dunia yang menghimpitnya, hingga hatinya berada dalam ketenangan ditiap menit yang ia lalui. Shalat telah selesai. Ammar masih bingung kemana harus melangkah, sedangkan penerbangan masih seminggu lagi. Dilihatnya beberapa mushaf Al Qur’an yang tersimpan rapi di pilar pilar mesjid yang kokoh itu. Ia mengambil salah satunya, bibirnya mulai bergetar membaca taawudz dan terus membaca al Qur’an hingga adzan ashar tiba menyapanya, selepas maghrib ia masih di sana. Akhirnya Ammar memutuskan untuk tinggal disana hingga jadwal penerbangan ke Sudan tiba. Ammar memang telah terbiasa bangun awal di setiap harinya, seperti pagi itu, ia adalah orang pertama yang terbangun di sudut kota. Ia selalu mengumandangkan suara indahnya memanggil jiwa jiwa untuk shalat, membangunkan seisi kota saat fajar menyingsing. Adzannya memang khas, hingga bukan sebuah kebetulan juga jika Prince (Putra Raja Saudi) di kota itu juga terpanggil untuk shalat subuh berjamaah disana. Adzan yang juga ia kumandangkan disetiap pagi dalam sisa seminggu terakhirnya di kota Riyadh. Di tiket tertulis jadwal penerbangan ke Sudan jam 05:23am, artinya ia harus sudah ada di bandara jam 3 pagi atau 2 jam sebelumnya. Ammar bangun lebih awal dan pamit kepada pengelola masjid, untuk mencari bis menuju bandara King Abdul Azis, Riyadh yang hanya berjarak kurang dari 30 menit dari pusat Kota. Amar sudah duduk diruang tunggu bandara, tampaknya penerbangan sediikit tertunda. Ammar melamun dan kecemasan mulai menghantui dirinya. Ia harus pulang tanpa uang sedikitpun, padahal lima tahun ia terus bekerja keras. Namun ia memahami, inilah kehidupan dan dunia hanyalah persinggahan sementara. Ia tidak pernah ingin mencemari kedekatannya dengan Penggenggam Alam semesta dengan mengeluh. Ia tetap berjalan walau tertatih memenuhi kewajiban sebagai Hamba Allah, dan sebagai imam dalam keluarganya. Tiba tiba dari speaker bandara terdengar suara memanggil namanya. Belum hilang rasa terkejutnya, tiba2 datang sekelompok orang berbadan tegap menghampirinya. Mereka membawa Ammar ke mobil tanpa basa basi, mereka hanya berkata “Prince memanggilmu”. Ammar semakin bingung ada apa Prince memanggilnya? Kerajaan Saudi memiliki banyak Prince dan Princess (Putra dan Putri Kerajaan) , mereka tersebar hingga ratusan diseluruh jazirah Arab ini dan tinggal di istana masing masing. Setiap kali Ammar adzan Prince selalu bangun dan merasa terpanggil untuk sholat. Hingga suatu hari suara Ammar beradzan tak terdengar lagi . Prince merasa kehilangan dan saat mengetahui bahwa sang muadzin pulang kenegerinya. dia langsung memerintahkan pihak bandara untuk menunda penerbangan dan segera menjemput Ammar . Ammar sudah tiba di istana dan Prince menyambutnya dengan ramah sambil menanyakan mengapa Ammar ingin kembali ke negerinya. Lalu ia mulai bercerita bahwa sudah lima tahun bekerja di kota Riyadh tapi tak pernah mendapatkan kesempatan kerja yang tetap serta gaji yang cukup untuk menghidupi keluarganya di Sudan. Prince mengangguk nganguk dan bertanya: “Berapakah gajimu dalam satu bulan?” Amar kebingungan, karena gaji yang ia terima tidak pernah tetap. Bahkan sering ia tidak punya gaji berbulan bulan. Prince memakluminya, lalu beliau bertanya lagi: “Berapa gaji paling besar dalam sebulan yang pernah kamu terima ?” Dahi Ammar berkerut mengingat kembali catatan hitamnya selama lima tahun ini. “Alhamdulilah, SR 1.400 “, jawab Ammar. Prince langsung memerintahkan bendahara untuk menghitung 1.400 Real dikali dengan 5 tahun (60 bulan) dan hasilnya adalah SR 84.000 (84 Ribu Real = Rp. 184. 800.000). Lalu Prince menyerahkan uang tersebut kepada Ammar. Tubuh Amar gemetar melihat keajaiban dihadapannya, belum selesai bibir mengucapkan Al Hamdalah, Prince menghampiri dan memeluknya seraya berkata: “Aku tahu cerita tentang keluargamu yang menantimu di Sudan. Pulanglah temui istri dan anakmu dengan uang ini, lalu kembalilah setelah 3 bulan. Saya siapkan tiket untuk kamu dan keluargamu kembali ke kota Riyadh. Jadilah Bilal di masjidku dan hiduplah bersama kami di Palace ini.“ Ammar tak dapat menahan air matanya, ia bukan terharu karena menerima sejumlah uang walau uang itu sangat besar artinya bagi keluarganya yang miskin. Ammar menangis karena keyakinannya selama ini benar, Allah sungguh sungguh memperhatikan hambanya, kesabaran selama lima tahun berakhir dengan indah.Inilah buah dari kesabaran dan keikhlasan Ammar. Semua berubah dalam sekejap, lima tahun itu adalah masa yang lama bagi Ammar. tapi nothing imposible for Allah, tidak ada yang tidak mungkin jika Allah berkehendak. Ini kisah nyata yang tokohnya masih berada di kota Riyadh, saat ini Ammar hidup cukup di sebuah rumah di dalam istana milik Prince. Ammar dianugerahi Allah hidup yang baik didunia, menjabat sebagai Muadzin di Masjid Prince Saudi Arabia di pusat kota Riyadh. Subhanallah….seperti itulah buah dari kesabaran. “Jika sabar itu mudah, tentu semua orang bisa melakukannya. Jika kamu mulai berkata sabar itu ada batasnya, itu cukup berarti pribadimu belum mampu menetapi kesabaran, *karena Sabar itu tak ada batasnya. Batas kesabaran itu terletak didekat pintu Syurga dalam naungan keridhaan Nya”.* (NAI) وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ *”Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.”* (Al Fushilat 35) Allahu akbar! Maha Benar Allah dengan segala Firman Nya. Kisah nyata yang memberi pelajaran pada kita semua. Insya Allah yg terbaik akan diberikan Allah pada mereka yang berdo'a dengan ikhlas dan terus berusaha. *Semoga bermanfaat ...* www.HefliaNet.com www.HelfiaStore.com ![]() Sejak dulu musuh-musuh Islam sangat tidak suka terhadap muslim yang taat menjalankan ibadahnya sesuai tuntunan Al Qur'an dan sunnah Rasulullah SAW. Semakin taat mereka, semakin dalam kebenciannya. Itu pulalah yang oleh penjajah kolonial selalu menjadi momok. Secara halus mereka melarang Al Qur'an untuk diterjemahkan. Hal ini diamini oleh beberapa ulama-ulama kala itu. Tidak lain agar tidak memunculkan generasi yang mereka sebut sebagai teroris, pemberontak sehingga mereka bebas menjalankan praktek-praktek kolonialismenya. Sekarangpun cara-cara yang sama secara terstruktur dan sistematis di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Labelisasi Islam teroris, Islam radikal, Islam garis keras tak lain adalah untuk menghambat dan menindas munculnya generasi-generasi Islam mujahid. Generasi Islam yang mempersembahkan hidup dan matinya semata-mata untuk mencari ridha Allah. Mereka tidak meninggalkan kehidupan duniawinya, tetapi mereka mencari rejeki di dunia semata-mata dalam rangka mengharapkan ridha Allah. Mereka tidak ragu sedikitpun untuk berkorban baik harta, keluarga, maupun jiwanya. Ini tentu saja sangat menakutkan bagi mereka yang terlanjur mengalami Islamophobia. Anda bisa bayangkan seorang yang fobi terhadap tikus bisa lari menjerit-jerit melihat tikus yang sedang santai menikmati roti. Begitulah para Islamophobia saat ini melihat generasi mujahid Islam ini. Maka dari itu tak perlulah kita ikut memisah-misahkan seperti maunya musuh2 Islam itu dengan ikut-ikut mengatakan memang ada Islam garis keras, Islam radikal, Islam teroris. Ibarat sebuah pohon maka apa yang dikatakan mereka sebagai Islam garis keras adalah akar dan pohonnya. Selebihnya yang menjadi ranting, daun, bunga dan buah adalah Islam juga yang juga tetap patuh dan selalu menjadikan Al Qur'an dan sunnah Rasulullah. Mereka ini tunduk pada arahan mereka yang saat ini dituduh sebagai Islam garis keras itu. Mereka adalah Islam. Andaikan ada yang harus dipisahkan juga, maka itulah mereka "Islam" tak bergaris yang pada hakikatnya mereka telah keluar dari ajaran Islam yang murni. Mereka tidak lagi menjadikan Al Qur'an dan Sunnah Rasulullah sebagai pegangan utama dalam hidupnya karena beranggapan tafsir dan ajarannya sudah banyak diselewengkan oleh nafsu manusia. Mereka ibarat ranting, daun, bunga dan buah yang berguguran terlepas dari pohonnya. Silahkan cap mereka sebagai teroris tapi mereka bukan Islam teroris atau Islam radikal atau Islam garis keras. Mereka tak pantas diakui sebagai Islam. Wallahu'alam. Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk Nya kepada kita semua menghadapi berbagai fitnah dari musuh-musuh Allah. Aamiin. www.HelfiaNet.com Ini kisah nyata yang saya ambil dari tulisan rekan Nur Hasan Achmad yang beliau sharing di salah satu grup milis yang saya ikuti. Sangat inspiratif bagi kita semua. Semoga bisa menggugah semangat untuk mengumpulkan amal saleh sebanyak-banyaknya sebagai bekali di kehidupan yang sesungguhnya kelak di akhirat. Aku mau mati di masjid… Kamis pagi yg lalu, selepas sholat sunah Fajar dua rakaat dan saat menunggu sholat Shubuh berjama’ah di Masjid Al Huda Komplek Timah, Kelapa Dua, Depok..tiba2 seorang petugas masjid mengumumkan berita duka cita:”Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun, telah meninggal dunia Bp. H. Kayamudin Siregar, SE, Ketua DKM Masjid Jami’ Al Huda tadi malam pukul 00.00 WIB di RS Persahabatan dalam usia 65 th...” Degg..jantung saya berdegup keras..berita ini cukup mengejutkan saya dan para jama’ah.. kenapa..?? Ya, biasanya berita duka yg diumumkan lewat corong masjid, memberitahukan adanya warga komplek yg meninggal dunia..berita semacam ini cukup sering dikumandangkan sehingga sudah dianggap biasa bagi telinga jama’ah masjid... Namun kali ini terasa berbeda, karena yg diumumkan meninggal adalah sang Ketua DKM sendiri..sosok yg selalu ber-sama2 jama’ah melaksanakan sholat fardhu di masjid..dan kadang2 menjadi imam sholat ketika Imam Masjid (Al Hafiz) berhalangan... Selepas Syuruq, sepulang dari masjid sayapun langsung mampir ke rumah duka, karena kebetulan rumah almarhum selalu kelewatan setiap saya pulang pergi ke masjid.. Nah, di sana saya sempat berjumpa dengan Ustadz Ir. Tifatul Sembiring (mantan Menkominfo) dan Ustadz Dr. Muslih Abdul Karim, MA (pemangku Ponpes Baitul Qur’an)... Bagi saya, almarhum merupakan sosok yg tangguh, ulet dan sabar..sehingga berkat jasanyalah masjid Al Huda di Komplek Timah Kelapa Dua bisa terbangun menjadi salah satu “masjid termegah” (selain masjid Kubah Emas) di seantero Kota Depok... Gimana nggak tangguh coba..dengan modal awal yg hanya Rp 300 ribu ketika masjid mulai dibangun (th 2012), saat ini ketika hampir selesai 100%, masjid Al Huda telah berdiri megah dengan total biaya mencapai lebih dari Rp 7,5 M (dari proposal semula sebesar Rp 3 M)... Dari mana dananya..?? dari “kantong Allah”..begitu nasehat yg diberikan oleh Ustadz Tifatul Sembiring kepadanya sebelum pembangunan masjid di mulai.. Luar biasa pak Ketua DKM ini..!! Beliau mempunyai obsesi untuk bisa menyelesaikan pembangunan masjid sampai tuntas sebelum mati.. Sebagai bentuk tanggung jawabnya, beliau pernah bilang bahwa beliau tidak akan menyerahkan kepada orang lain sebelum masjid selesai terbangun.. Subhanallah..mantabb..!! Nah untuk mewujudkan obsesinya tsb, beliau bekerja keras tak kenal lelah..siang-malam beliau selalu berada di masjid untuk ngawasin langsung aktifitas pembangunan.. Ya, beliau ingin memastikan sendiri bahwa seluruh proses pembangunan berjalan lancar... Top markotop..dua acungan jempol untuk beliau..!! Beliau juga tak kenal lelah dalam mengumpulkan dana untuk biaya pembangunan masjid.. Alhamdulillah, uang mengalir dari para donatur dari berbagai kalangan, mulai dari warga komplek sekitar masjid, para dermawan, perusahaan2 swasta maupun instansi2 pemerintah.. Masya Allah..terbukti sudah..“kantong Allah” yg berbicara bung..!! Saking getolnya memimpin pembangunan masjid..beliau sampai lupa akan kesehatan diri sendiri..akibatnya, sejak setahun yg lalu kesehatan beliau menurun.. Saat pertama kali masuk rumah sakit tahun lalu, baru ketahuan kalau beliau mengidap penyakit kanker paru stadium lanjut (3,5)... Sejak itu beliau keluar masuk rumah sakit untuk menjalani perawatan.. Nah hebatnya beliau, meskipun fisiknya sakit, namun pikiran dan perasaannya nggak bisa lepas dari masjid.. Bahkan suatu saat, ketika sedang tergolek lemah di rumah sakit, beliau masih sibuk nelpon sana-sini untuk ngatur segala macam tetek bengek pembangunan masjid..padahal sudah diingatkan dokter lho..agar istirahat total dan jangan banyak pikiran... Begitu pula rekan2 jama’ah masjid yg menjenguknya..selalu berpesan agar beliau istirahat total baik fisik maupun pikiran..namun apa kata beliau..?? Ah, sakit itu kan urusan Allah..sedang urusan saya adalah menyelesaikan pembangunan masjid.. Di satu sisi, bandel bener nih pak ketua..tapi di sisi lain..beliau sangat tough dan commit..!! Beberapa minggu yg lalu, beliau sempat di bawa putri sulungnya ke Sydney Australia untuk istirahat/refreshing.. Nah apa yg terjadi..?? Baru 2 hari di sana, beliau minta diantar ke masjid Al Huda..karena beliau ingin sholat fardhu berjama’ah di masjid Al Huda.. Woow..amazing... Sudah barang tentu putrinya kalang kabut..dia jelaskan ke ayahnya, bahwa beliau baru saja sampai di Australia untuk istirahat..dan jaraknya sangat2 jauh dari masjid Al Huda.. Putrinyapun berusaha membujuk mati2an agar sang ayah melupakan urusan masjid, agar bisa beristirahat dengan tenang..shg bisa membantu memulihkan kesehatannya... Sang ayah bukannya terbujuk tapi malah marah, beliau bilang:”Tidak usah berobat..sakit itu urusan Allah..aku rindu masjid Al Huda..dan aku mau mati di masjid Al Huda”.. Subhanallah... Terus terang saya merinding mendengarkan cerita putri sulung beliau saat berada di rumah duka bersama Ustadz Tifatul Sembiring.. Luuarrr biasa cinta beliau sama masjid Al Huda yg beliau pimpin..”cinta mati” bro..speechless saya dibuatnya.. Allahu Akbar..!! Duuh..alangkah bahagianya sang Ketua DKM ini.. Saya lantas membayangkan betapa besarnya pahala yg akan beliau terima di akherat kelak.. Coba simak sabda Rasulullah SAW:”Siapa yang membangun masjid karena Allah, maka Allah akan membangun baginya semisal itu di surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)... Selain itu..tentu saja beliau juga akan menerima pahala atas “shadaqah jariyah” yg beliau keluarkan untuk pembangunan masjid Al Huda..baik berupa harta, tenaga dan pikiran beliau..dan ingat, pahala tsb akan terus mengalir meskipun beliau telah wafat..terus mengalir selama jutaan tahun sampai hari kiamat kelak.. Masyaallah... Ditambah pula dengan pahala yg akan terus mengalir dari do’a yg dipanjatkan oleh 1 putra dan 3 putrinya yg sholeh & sholehah..serta ilmu yg bermanfaat yg beliau bagikan saat memberikan tausyiah..maka lengkaplah sudah investasi akherat yg beliau tanam selama hidupnya di dunia ini... Luar biasa bro... Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW berikut ini:”Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang berdoa kepadanya.”' (HR. Muslim)... Nah..dengan begitu banyaknya amal kebaikan almarhum, maka sebenarnya bagi beliau, kematian merupakan nikmat dan rahmat Allah SWT..mati bukanlah batas akhir..melainkan “pintu gerbang” memasuki kehidupan baru yg lebih indah dan kekal di surga kelak... Namun sebagai manusia biasa, tentu almarhum tak luput dari dosa dan khilaf selama hidupnya.. untuk itulah kita perlu memohonkan ampunan Allah untuknya:”Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihii wa’fu’anhu” (Ya Allah, ampunilah dia, dan kasihanilah dia dan sejahterakanlah serta maafkanlah kesalahan dia).. Amiin Ya Rabbal ‘Alamiin... Semoga almarhum mendapatkan kebahagiaan abadi di sana, sebagaimana sosok yg digambarkan oleh Allah Ta’ala dalam Q.S. Al-Fajr: 27-30:”Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya, maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku”.. Insya Allah... Untuk kita yg sedang “tunggu giliran”..cukuplah kematian beliau ini sbg nasehat..maka bersegeralah kita bertaubat dan mohon ampun kpd Allah Ta’ala, atas segala dosa dan maksiat yg telah kita lakukan..dan manfaatkan sisa umur kita untuk beramal sholeh sbg bekal kehidupan setelah mati..sehingga tiap detik waktu yg tersisa ini tidak akan sia-sia... Wallahu a‘lam bish-shawab.. Semoga bermanfaat..khususnya buat saya pribadi… Salam, Nur Hasan Achmad Dipublish oleh www.HelfiaNet.com 19 Januari 2016 ![]() Tidak biasanya saya ingin menonton TV tetapi sore itu saya iseng dan tidak sengaja menjadi tertarik dengan siaran testimoni seorang pasien yang sembuh dari kanker getah bening, kalau tidak salah. Saya tertarik dengan penjelasan dari nara sumber yang mengibaratkan berdoa kepada Tuhan seperti mengirim sebuah surat permohonan bantuan kepada Presiden. Surat permohonan kepada Presiden ada standard yang harus diikuti, misalnya dibuka dengan kata "Dengan Hormat" barulah dilanjutkan dengan isi permohonannya. Begitupun berdoa kepada Tuhan. Tuhan sudah memberi petunjuk agar dalam berdoa dimulai dengan kalimat "Bismillah". Menurut beliau ternyata "Bismillah" bukan sekedar kata-kata tetapi itu adalah perbuatan berupa kasih sayang kepada seluruh umat dan alam semesta. Baru setelah mengamalkannya seorang bisa meminta apa saya yang dia inginkan. Saya penasaran dan langsung membuka websitenya di www.powerofsoulindonesia.com. Berikut ini sekelumit tentang beliau. Nama Sonny Sutrisna, SE seorang Sarjana Ekonomi Universitas Trisakti Jakarta. Beliau terlahir dari keluarga ayah dari Bali yang beragama Hindu dengan ibu seorang warganegara keturunan Kong Hu Chu. Ketika dewasa Sony Sutrisna kemudian masuk agama Islam hingga ayah dan ibunya juga mengikuti jejaknya menjadi mualaf. Pernah menjabat sebagai Direktur Utama berbagai perusahaan di Jakarta dengan jabatan terakhirnya sebagai Direktur PT Sonega Bintang Sejati bergerak di bidang kesehatan dan jasa. Setelah beliau menikah dan mempunyai putri, beliau mendapat cobaan hingga merubah jalan hidupnya selanjutnya berupa putrinya yang ditimpa penyakit. Suatu ketika penyakit putri beliau kambuh hingga tidak dapat bernafas dan harus memakai oksigen sebagai alat bantu pernafasan. Beliau berdoa dengan khusuk dan sungguh-sungguh memohon kepada Sang Pencipta agar penyakit putrinya tersebut hilang. Pada saat itu, tiba-tiba beliau merasakan suatu benjolan-benjolan energi di sekitar tubuh putrinya, dan ketika benjolan-benjolan tersebut hilang, beliau membuka matanya kembali dan seketika melihat wajah putrinya kembali segar. Sejak saat itu berbagai penyakit dapat disembuhkan melalui terapi yang dinamakannya dengan Terapi Qolbu (energy Power of Soul). Akhirnya beliau memutuskan mundur dari dunia bisnis dan memilih untuk mendalami pengobatan energy Power of Soul (Terapi Qolbu) dan membuka klinik dengan alamat: Jl. Utan Kayu Raya No. 24 Jakarta Timur, telp (021) 858 20 29 dan (021) 858 20 30. Sahabat penasaran atau memang ingin berobat? Silahkan datang saja atau hubungi telpon tsb. www.HelfiaNet.com www.HelfiaStore.com ![]() Membaca kisah yang saya kutip dari "Dream", berikut ini mungkin ada yang setuju dan juga yang tidak setuju atas apa yang dilakukan oleh pria asal Jombang, Jawa Timur, yang menyusup ke atas pesawat saat pemberangkatan haji ini. Meski begitu, kisah ini memberikan inspirasi kepada kita bahwa sebuah cita-cita yang muskil bisa jadi kenyataan. "Laa haulaa wa laa quwwata illaa billaah". Sesungguhnya tidak ada daya upaya selain karena Allah juga. Helfia. Dream - 'Kaji nunut'. Mungkin Anda pernah mendengar kisah ini. Cerita Choiron Nasichin, yang menyusup ke pesawat haji untuk pergi ke Tanah Suci. Pria asal Jombang, Jawa Timur, itu tak punya uang untuk berhaji. Sehingga pada 1992, dia diam-diam nebengpesawat rombongan haji yang berangkat dari Bandara Juanda. Choiron memang sudah ngebet naik haji sejak awal 1990. Namun, dia tak punya uang untuk membayar ongkos haji yang kala itu berkisar Rp 6 juta. Segala upaya dia lakukan. Tak hanya diam berdoa saja, pria asal Kecamatan Sumobito itu bahkan rajin mengirim undian berhadiah dengan harapan bisa membayar ongkos naik haji. Bahkan dia mengaku pernah mengirim 900 kupon untuk sebuah undian. Di kampungnya, Choiron memang sudah dipanggil haji oleh warga. Bukan karena sudah naik haji, gelar itu disematkan karena dia selalu memakai kopiah putih, yang diidentikkan dengan orang yang telah menunaikan rukun Islam ke lima itu. Sehingga itu pula yang membakar semangatnya. Niatnya untuk naik haji semakin menggebu setelah mendapat hadiah lima gram emas dari undian yang diadakan produsen sampo. Tak berpikir panjang, dia langsung menguangkan emas itu. Uang Rp 70 ribu pun dia dapat. Dia sadar, uang itu masih jauh dari cukup untuk berhaji. Namun dia tak pikir panjang. Uang itu sebagian langsung dia belanjakan untuk persiapan haji pada tahun 1992 itu. Sandal, pakaian ihram, dan alat lainnya. Uang undian itu tinggal Rp 49.950.Alhamdulillah... sang ibu memberinya tambahan bekal Rp 5 ribu saja. Tetap saja, uang itu jauh dari cukup. Otak dia peras untuk menemukan cara bagaimana bisa sampai ke Tanah Suci dengan bekal Rp 54.950 itu. Sampailah dia pada pikiran untuk nunut aliasnebeng. Seperti kebiasaannya waktu itu, yang selalu nebeng truk jika pergi ke mana-mana. Kala itu, dia siap dengan risiko diturunkan di tengah jalan jika diminta turun karena ketahuan. Pamitlah dia kepada sang ibu, Siti Khoniah. Dia berpesan, apabila dalam dua hari tak balik ke rumah, berarti dirinya sudah sampai ke Tanah Suci untuk berhaji. Bismillah..... Choiron berangkat ke Surabaya dengan naik bus. Perjalanan dari terminal ke bandara ditempuh dengan bemo. Pria yang kini usianya hampir setengah abad itu tiba di bandara siang hari. Namun, dia kecewa. Sebab waktu itu tak melihat tanda-tanda adanya rombongan haji yang akan berangkat. Sehingga, dia hanya termenung di lapangan udara yang terletak di wilayah Sidoarjo itu. Beberapa saat kemudian, dia bisa merasa lega. Sebab, seseorang memberi tahu bahwa sekitar pukul 19.00 WIB akan ada rombongan haji yang terbang ke Arab Saudi. Matanya berbinar. Asa untuk naik haji kembali menyala. Benar saja. Begitu matahari sudah tenggelam, rombongan haji Kloter IX terlihat riuh di pelataran bandara. Karena niat berhaji yang sudah sangat tebal, Choiton tak ragu bergabung dengan mereka. Bahkan dia mengaku sempat foto-foto bersama rombongan tamu Allah itu. Lantas masuklah rombongan itu. Tapi Choiron tertinggal di luar. Karena memang tak punya dokumen apapun untuk pergi haji. Satu-satunya cara, masuk lewat pagar bandara. Dan pikiran tersebut benar-benar dia lakoni. Dia kemudian masuk ke pesawat yang terparkir. "Sambil wirid, saya jalan biasa saja. Tidak ada yang menegur sampai saya berada di atas pesawat," kata dia dalam sebuah wawancara. Menyusuplah Choiron ke pesawat Garuda itu. Tak ada satu pun jamaah haji dan kru pesawat yang curiga. Karena sadar tengahnebeng, dia tak duduk di kursi penumpang. Dan memilih berdiam di atas kursi pramugari. Hingga seorang pramugasi menegurnya, mengapa duduk di kursi pramugasi. "Saya jawab nggak apa-apa karena saya nunut," tutur dia. Pramugari itu hanya tersenyum karena mengira Choiron yang berkata jujur itu tengah bercanda. Choiron bahkan juga memperoleh makan dan minum seperti jamaah haji lainnya. Tibalah saat itu. Seorang pramugari meminta dokumen perjalanan Choiron. Dan aksi 'penyusupan' itu akhirnya terbongkar. Seisi pesawat menjadi geger. Bagaimana bisa di pesawat ada penumpang gelap? Choiron dianggap sebagai orang gila. "Waktu ketahuan jika saya tidak punya dokumen, ya saya bilagn terus terang, kalau saya ini memang nunut. Jadi ya ndak punya apa-apa. Jangankan dokumen yang tidak saya ketahui artinya. Uang saja saya nggak punya kok." Beruntung, dalam pesawat itu ada orang yang mengenal Choiron. Mereka adalah Harto dan Yazid Abdullah yang memang satu desa dengan Choiron. Kedua orang inilah yang meyakinkan seisi pesawat, termasuk kru, bahwa Choiron bukanlah orang gila. Yazid membela Choiron dengan panjang lebar. "Pak Yazid Abdullah itu guru madrasah saya. Beliau meyakinkan kalau saya bukan orang gila. Dia juga bilang, saya warga satu desa dengannya. Saya miskin, tapi berniat betul menjadi haji karena sudah lama dipanggil Pak Haji," ujar Choiron. Karena penjelasan itu, Choiron malah mendapat simpati dari jamaah haji. Choiron bahkan diupayakan bisa mendapat paspor agar bisa naik haji dengan biaya ditanggung seluruh anggota Kloter IX itu. Namun sayang, upaya itu tidak berhasil dan Choiron harus pulang. Di Bandara Internasional King Abdul Aziz, Jeddah, Choiron sempat disembuyikan oleh pramugari di toilet pesawat agar tak diketahui pihak imigrasi Saudi. Pintu toilet dikunci dan diberi tulisan "rusak". Trik ini berhasil dan Choiron lolos dari razia. Setelah itu, Choiron dipulangkan ke Tanah Air. Di sinilah pengalaman Choiron menjadi `raja` dimulai. Sebab, pesawat yang biasa mengangkut ratusan jamaah haji itu kini dia tumpangi sindirian. Film dan makanan, hemmm.... bisa dia nikmati sesukanya. Semua gratis! "Jadi, meski saya ini di kampung miskin, tapi saya mampu carterpesawat khusus," ujar Choiron. Ulah nebeng ini mendapat perhatian luas. Sejak itu dia dijuluki sebagai "kaji nunut" alias "haji nebeng". Lagi-lagi, julukan haji tersemat meski belum bisa menunaikan ibadah haji di Mekah. Namun, sejak itu pula simpati berdatangan. Sejumlah pihak menawarinya untuk naik haji. Hingga akhirnya dia bisa benar-benar naik haji dengan bantuan Haji Tosim pada 1994. Menariknya, Choiron kala itu tak sekedar berhaji. Dia bahkan sempat memasuki kawasan Istana Raja Fadh, yang merupakan kawasan tertutup bagi orang biasa. Dalam komplek istana itu pula ia sempat bertemu dengan rombongan pejabat dari Indonesia, termasuk menteri. Choiron kembali naik haji pada 2005. Lagi-lagi gratis, karena dibiayai seorang pengusaha. Tapi, meski sudah dua kali menunaikan rukun Islam ke lima itu, Choiron tetap saja dijuluki "Kaji Nunut". (Sumber: Dream.co.id) ![]() Seorang gadis beragama Islam di sebuah negara yang menerapkan hukum syar'i tertangkap tidak menutup aurat (tidak mengenakan jilbab). Si gadispun kena denda. Setelah surat diberikan oleh petugas, seorang Ustadz yang memang ditugasi mendampingi petugas razia memberikan nasihat, "Setelah ini tolong saudari insaf dan mematuhi peraturan. Peraturan ni bukan semata-mata peraturan di negara ini, tetapi menutup aurat ini termasuk perintah Allah. Kalau taat segala perintahNya, pasti Dia akan membalas dengan nikmat di surga. Kalau melanggar perintahNya, dan tidak sempat bertaubat, bakal mendapat azab di neraka Allah. Tuhan Maha Penyayang, Dia sendiri tidak mau kita masuk ke dalam neraka..." Gadis tersebut yang dari awal diam saja, tiba-tiba membentak: "KALAU TUHAN ITU BAIK, KENAPA BUAT NERAKA? Kenapa bukannya menyediakan surga saja? Apakah begitu Tuhan Maha Penyayang?." Mungkin si gadis sudah kesal karena kena denda sambil terus diceramahi sang Ustadz. Ustadz itu terkejut sejenak. Setelah habis si gadis mengoceh, Ustadz itupun jawab: "Dik, kalau Tuhan tidak membuat neraka, saya tidak mau menjadi Ustadz. Berapalah gaji saya sekarang sebagai Ustadz. Lebih baik saya jadi bandar judi, atau penyabung ayam. Hidup senang, setelah mati pun tidak takut sebab dijamin masuk surga. Mungkin kamu ini juga saya bisa culik dan jual jadi pelacur. Kalau kamu mau lari, saya bunuh saja. Kan gak apa-apa, sebab neraka gak ada. Nanti kita berdua berjumpa lagi di surga..Kan Tuhan itu baik?" Gadis itu terkejut mendengar jawaban Ustadz. Ustadz macam apa kok bicaranya begitu? Selagi si gadis masih bengong, Ustadz itu pun menjelaskan: "Peristiwa seperti itu akan terjadi kalau Tuhan hanya sediakan surga. Orang baik, orang jahat, semua masuk surga. Maka apa gunanya menjadi orang baik? Jadi orang jahat lebih enak. Manusia tak perlu lagi diuji sebab semua orang akan 'lulus'. Pembunuh akan berjumpa orang yang dibunuh dalam surga. Pemerkosa akan bertemu lagi dengan korbannya di surga, setelah itu bisa memperkosa lagi kalau dia mau. Tidak ada yang dihukum. Sebab Tuhan itu 'baik'. Adakah Tuhan seperti ini yang kita mau? Menurut kamu, adilkah?" tanya Ustadz. "Ah....nggak adil dong. Orang jahat nggak akan bisalah dibiarkan kayak gitu", gerutu si gadis. Ustadz tersenyum dan bertanya lagi: "Kalau Tuhan tidak adil, bisa dianggap baik, nggak?" Gadis tu terdiam. Ustadz mengakhiri kata-katanya: "Adik, saya memberi nasihat ini karena sayang kepada sesama umat Islam. Allah itu Maha Penyayang, tapi Dia juga Maha Adil. Itulah sebabnya neraka perlu ada. Untuk menghukum hamba-hambaNya yang durhaka, yang menzalimi diri sendiri dan juga orang lain. Saya rasa kamu sudah mengerti sekarang. Kita sedang diuji di dunia ini. Jasad kita bahkan segala-galanya milik Allah, maka bukan HAK kita untuk berpakaian sesuka hati kita. Ingatlah; semuanya dipinjamkan oleh Nya, sebagai amanah dan ujian..semoga kita dapat bersabar dalam mentaati segala perintah Nya, untuk kebaikan diri kita juga. " Sumber: IslamTerbuktiBenar.
![]() Kita sering mendengar seorang mengaku beragama Islam, tetapi apakah kita yakin sebenarnya yang bersangkutan sudah Islam, atau seberapa sempurna keislamannya? Dalam Islam ada dikenal sebuah istilah 'Rukun Islam'. Rukun artinya persyaratan atau pokok-pokok yang harus dipenuhi demi sempurnanya sesuatu. Jadi rukun Islam adalah hal-hal pokok yang menjadi syarat bagi seseorang untuk bisa digolongkan sebagai seorang muslim yang sempurna. Apabila salah satu dari rukun ini tidak terpenuhi maka belum sempurnalah Islamnya seseorang. Rukun Islam yang pertama adalah "Bersyahadat", yaitu mengucapkan dengan lisan dan meyakini tanpa paksaan dalam bentuk apapun bahwa "Tidak ada tuhan selain Allah" dan "Muhammad adalah Rasulullah (Utusan Allah)". Di jaman Rasulullah, ada seorang budak bernama Bilal yang disiksa oleh majikannya karena bersiteguh dengan keyakinannya bahwa "Tidak ada tuhan selain Allah". Bilal terus menerus mendapat siksaan di panas terik dicambuk dan dihimpit batu oleh majikannya sampai datang Abu Bakar yang menebusnya dan memerdekakannya dari majikannya. Demikian teguh keyakinannya sehingga seandainyapun maut menjemputnya dia tetap ingin memberikan kesaksiannya kepada semua orang bahwa "Tidak ada tuhan selain Allah" atau "Laa ilaaha illa Allah". Rukun Islam yang kedua adalah "Mengerjakan shalat 5 waktu", yaitu pada waktu-waktu wajib yang telah ditetapkan Allah dan dicontohkan oleh Rasulullah. Lima waktu itu adalah: 1. Shubuh yakni ketika terbit fajar sampai jelas warna benang hitam dan putih, 2. Zuhur yakni ketika tergelincirnya Matahari dari pertengahan langit sampai panjang bayangan suatu benda sama dengan panjangnya sendiri, 3. Ashar dari habisnya waktu Zuhur hingga terbenamnya Matahari, 4. Maghrib yaitu dari terbenamnya Matahari sampai hilangnya sinar kemerah-merahan Matahari, 5. Isya yaitu dari habisnya Maghrib sampai terbit fajar. Rukun Islam yang ketiga "Menunaikan Zakat", yaitu bagi orang yang memiliki harta melebihi kebutuhan pokoknya dan telah terkumpul selama setahun. Zakat yang harus ditunaikan sekurang-kurangnya 2,5% dari jumlah hartanya tersebut. Adapun penerima zakat ada 8 golongan, yaitu fakir, miskin, amilin (petugas zakat), muallaf (baru mengenal Islam), para budak, orang berutang, fii sabilillah, ibnu sabil (musafir yang kehabisan biaya diperjalanan). Rukun Islam yang keempat adalah "Berpuasa di Bulan Ramadhan", yaitu berniat puasa menahan lapar dan dahaga dari terbit fajar sampai terbenamnya Matahari selama Bulan Ramadhan menurut kalender Qomariah. Rukun Islam yang kelima adalah "Berhaji bagi yang mampu", yaitu melakukan perjalanan ke tanah suci Mekkah pada musim haji satu kali semasa hidupnya. Oleh karena itu belumlah sempurna keislaman seseorang apabila salah satu dari lima Rukun Islam ini belum dilaksanakannya karena berbagai alasan. Seorang muslim senantiasa memiliki cita-cita untuk bisa menunaikan Rukun Islam kelima yaitu "Berhaji". Haji seolah menjadi sebuah ritual yang menentukan kesempurnaan keislaman seorang muslim. Sudahkan kita menjadi muslim sejati? Mari kita menilai diri kita masing-masing sebelum datang saatnya penilaian di Yaumil Akhir yang pasti datang sesuai janji Allah yang telah kita dengar melalui utusan-utusan Nya. ![]() MAMPU menghafal Al-Qur’an adalah karunia Allah yang tak ternilai harganya, dan tidak semua orang diberikan karunia ini. Menghafal Al-Qur’an itu mudah, tidak sulit. Ia bisa dilakukan siapa saja, berapapun usia dan apapun profesi seseorang bukan menjadi faktor dan alasan yang membuat menghafal itu menjadi susah. Balita, anak-anak, remaja, tua dan dewasa, semua bisa menghafalkan Al-Qur’an. Sampai-sampai seorang buta pun bisa melakukannya. Inilah yang terjadi pada seorang anak tunanetra asal Mesir ini. Buta namun hafal Al-Qur’an. Mu’adz namanya, ia adalah seorang anak yang lahir kurang beruntung layaknya manusia normal lainnya. Anak ini lahir dalam kondisi tidak dapat melihat (buta). Sebagaimana orang buta lainnya, ia tidak bisa banyak melakukan sesuatu, terbatas oleh ketidakmampuannya untuk melihat. Namun, meski buta ada yang unik pada anak ini, ternyata Mu’adz telah berhasil menghafalkan Al-Qur’an lengkap 30 juz. Sejak awal ia melakukannya (menghafal) dengan penuh kesabaran, dan didorong oleh motivasi yang tinggi. Hingga pada usianya yang ke-11 tahun ia berhasil menghatamkan hafalan Al-Qur’an. Sesuatu yang tidak semua orang dapat melakukannya, oleh manusia normal sekalipun. Pembaca sekalian, mungkin bagi kita yang telah diberikan nikmat penglihatan oleh Allah menganggap mata adalah jendela dunia. Tanpanya, hidup ini terasa tidak lengkap dan sempurna. Bayangkan saja, jika sebelumnya kita dapat melihat (penglihatan normal) ternyata akhirnya ditakdirkan buta–na’udzubillah, apa yang terjadi? Kita tentu bersedih dan menderita karena tidak dapat melihat lagi. Namun, bagi Mu’adz ia sama sekali tidak pernah bersedih bahkan mengeluh dengan atas derita yang alami ini. Justeru ia bersyukur kepada Allah atas takdir dan kondisinya sekarang. Itu ia tunjukkan dengan menghafal Al-Qur’an. Keterbatasan fisik tidak membuatnya terhalang untuk menghafal Al-Qur’an. Anak ini menganggap bahwa takdirinya ini (buta) menjadi jalan baginya untuk bisa hafal Al-Qur’an. “Dalam shalatku, aku tidak meminta kepada Allah agar Allah mengembalikan penglihatanku…” Dalam sebuah rekaman video acara TV yang dipandu oleh seorang imam masjid, yaitu Syaikh Fahd Al-Kandari, sempat mewawancarai Mu’adz. Bertanya bagaimana ia bisa menghafal Al-Quran dalam kondisinya ini. Semangatnya untuk menghafal ayat-ayat Allah yang mulia membuat langkah kakinya ringan untuk pergi ke tempat gurunya. Dan terjadilah dialog antara syaikh Al-Kandari dan Mu’adz. “Saya yang datang ke tempat syaikh,” kata Mu’adz. “Berapa kali dalam sepekan?” Tanya syaikh. “Tiga hari dalam sepekan,” jawabnya. “Pada awalnya hanya sehari dalam sepekan. Lalu saya mendesak beliau (syaikhnya) dengan sangat agar menambah harinya, sehingga menjadi dua hari dalam sepekan. Syaikh saya sangat ketat dalam mengajar. Beliau hanya mengajarkan satu ayat saja setiap hari,” sambungnya. “Satu ayat saja?” ujar beliau terkejut, takjub dengan semangat baja anak ini. Dalam tiga hari itu ia khususkan untuk belajar ayat-ayat suci Al-Qur’an, tidak ada waktu keluar bermain dengan kawan-kawan sebayanya. Sang penyiar TV tersenyum dan menepuk paha anak itu tanda kagum, disambut senyum ceria oleh anak ini. Yang lebih mengagumkan dalam dialog itu adalah pernyataan Mu’adz tentang kebutaannya. Ia tidak berdoa kepada Allah agar Allah mengembalikan penglihatannya, namun rahmat Allah-lah yang ia harapkan. “Dalam shalat, aku tidak meminta kepada Allah agar Allah mengembalikan penglihatanku,” kata anak ini. Jawaban anak ini membuat sang syaikh makin terkejut. “Engkau tidak ingin Allah mengembalikan penglihatanmu? Mengapa?” tanyanya heran, seolah tak yakin. Dengan wajah meyakinkan, anak itu memaparkan alasannya. Bukannya ia tak yakin pada Allah, bukan. Namun ia menginginkan yang lebih indah dari sekadar penglihatan. “Semoga menjadi keselamatan bagiku pada hari pembalasan (kiamat), sehingga Allah meringankan perhitungan (hisab) pada hari tersebut. Allah akan menanyakan nikmat penglihatan, apa yang telah engkau lakukan dengan penglihatanmu? Saya tidak malu dengan cacat yang saya alami. Saya hanya berdoa semoga Allah meringankan perhitungan-Nya untuk saya. [Sumber: zakylife/ Islampos] |
ISLAM
Cari artikel? Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini. Kebenaran Quran dan Ajaran IslamMenyampaikan bukti-bukti kebenaran Quran dan ajaran Islam melalui tulisan dan pengakuan ahli ilmu pengetahuan dunia yang diambil dari berbagai sumber.
Archives
February 2023
Categories
All
|