Ada dua faksi yang paling berpengaruh di Palestina. Fatah (Gerakan Nasional Pembebasan Palestina) dan HAMAS(Gerakan Perlawanan Islam). Dua faksi ini memiliki ideologi yang berbeda. Fatah berideologi nasionalis sekuler, HAMAS berideologi Islam. Fatah mendukung ide dua negara, HAMAS bersikeras Israel harus dibubarkan.
Di era Yasser Arafat, berkat pengaruhnya, kedua faksi berbeda haluan ini bisa disatukan. Setidaknya, perseteruan keduanya bisa diminimalisir. Namun begitu Yasser Arafat wafat, kongsi kedua faksi ini pecah. Pada pemilihan legislatif tahun 2006, secara mengejutkan, HAMAS memenangkan pemilu secara mutlak, sehingga Ismail Haniyah sebagai ketua biro politik HAMAS yang diangkat menjadi Perdana Menteri. Kemenangan HAMAS menunjukkan bahwa rakyat Palestina mendukung perjuangan HAMAS, termasuk menolak eksistensi Israel. Bagi AS dan negara-negara Barat, kemenangan HAMAS adalah kabar buruk bagi rencana perdamaian Palestina-Israel. HAMAS menolak mengakui Israel tanpa syarat. Karena itu, diprovokasilah Fatah untuk menolak hasil pemilu. Meski secara de facto Ismail Haniyah adalah PM Palestina, namun tidak pernah bisa menjalankan tugas politiknya dengan normal. Sebab penolakan Fatah atas kemenangan HAMAS membuat kedua faksi ini bersiteru bahkan saling adu senjata. Perang saudara dengan saling mengokang senjata dari kedua faksi ini tidak bisa dihindari. Puncaknya, tahun 2007, Mahmud Abbas selaku presiden Palestina memecat Ismail Haniyah termasuk sejumlah tokoh HAMAS dari kabinet. Rakyat Jalur Gaza yang mendukung HAMAS menolak pemecatan tersebut, dan tetap mengakui Ismail Haniyah sebagai perdana menteri. Pemerintahan Palestina pun terbagi dua, Tepi Barat dikuasai Fatah, dan Jalur Gaza dikuasai HAMAS. Oleh Barat, karena HAMAS menolak berdamai dengan Israel dan tidak mengakui Israel sebagai negara, HAMAS pun disebut sebagai organisasi teroris dan blokade terhadap Jalur Gazapun dimulai. Jalur Gaza menjadi penjara terbesar di dunia, dengan dua juta lebih 'tahanan'. Akibat blokade oleh Israel, Jalur Gaza disebut oleh PBB sebagai wilayah tidak layak huni. Semua serba kekurangan, baik pangan maupun akses air bersih. Ternyata, nasib Tepi Barat di bawah Fatah yang mengakui Israel, tidak lebih menyenangkan. Israel memanfaatkan kelemahan Fatah dengan terus melakukan pencaplokan (aneksasi) terhadap bagian-bagian Tepi Barat. Termasuk ambisi menguasai sepenuhnya Yerusalem untuk dijadikan ibukota. Sampai tahun 2017, 237 pemukiman telah didirikan Israel di Tepi Barat dengan menampung sekitar 580.000 pemukim. Sadar saling tikam hanya membuat Palestina makin lemah, dan memberikan keuntungan pada Israel, Fatah mengajukan rekonsiliasi ke HAMAS. Keduanya sepakat bersatu, dan mengadakan pemilu pada 22 Mei 2021. Kesepakatan yang membuat AS dan Israel merinding. Keduanya khawatir HAMAS memenangkan pemilu, atau minimal, Fatah menghentikan upaya diplomasi dan memilih mengikuti arus perlawanan HAMAS. Fatah sadar, menempuh jalur diplomasi dan memilih melunak hanya membuat Israel ngelunjak dan tidak memberi keuntungan apa-apa bagi rakyat Palestina. Solusinya, persatuan dan membangun pemerintahan bersama. Situasi panas saat ini di Tepi Barat dan Jalur Gaza, terkait dengan upaya Israel menghambat dan menghalangi pelaksanaan pemilu yang tinggal sepekan lagi. Sayangnya, di Indonesia, menyikapi situasi terkini di Palestina, isunya jadi kemana-mana. Tidak sedikit yang malah membela Israel dengan membangun narasi berbasis teologi, bahwa Palestina adalah wilayah yang dijanjikan Tuhan untuk orang-orang Yahudi. Ada yang juga yang membuat isu, tindakan HAMAS melancarkan serangan roket bahkan sampai menyasar Tel Aviv adalah tindakan sepihak HAMAS yang tidak merepresentasikan sikap rakyat Palestina. Mereka malah membenarkan HAMAS adalah organisasi teroris yang sejak awal tidak pernah didukung rakyat Palestina. Kalau tidak didukung rakyat Palestina, mengapa HAMAS bisa menang mutlak di pemilu 2006, dan mengapa AS dan Israel menolak pemilu tahun ini diadakan jika menyertakan HAMAS?. Kekhawatiran AS dan Israel HAMAS bakal menang pemilu itu berbasis data. Bahwa dukungan rakyat Palestina pada HAMAS dan faksi-faksi perlawanan lainnya makin menguat. Ada juga yang menyebut, serangan Israel ke Jalur Gaza, hanya bentuk pembelaan diri. Rakyat Palestinanya sendiri yang memprovokasi. Penyerangan ke Masjid Al-Aqsa pun dimaklumi dengan alasan, provokatornya yang lari ke dalam masjid. Tolong perbanyaklah literasi. Kejadian hari ini di Palestina bukan serba tiba-tiba, semuanya adalah akumulasi hari-hari bahkan tahun-tahun sebelumnya sampai puluhan tahun lalu yang dimulai dari berdatangannya orang-orang yang tidak jelas identitasnya ke tanah Palestina dan membangun koloni-koloni dengan lebih dulu melakukan perampasan tanah, genocida dan penjajahan. Membangun negara baru di atas perampasan, pembunuhan massal dan pengusiran adalah kejahatan kemanusiaan. Tidak ada dalil teologis satupun yang membenarkan. Apapun agamanya. Tidak harus jadi muslim untuk membela rakyat Palestina. Jangan bertindak bodoh, ketika di Palestina mau bersatu dan makin sadar pentingnya persatuan dalam menghadapi musuh, kita di Indonesia malah gontok-gontokan. Mari dukung rekonsiliasi Fatah-HAMAS. dan pelaksanaan pemilu Palestina. Panjang umur perjuangan. -Ismail Amin Pasannai
0 Comments
Allah Ta'ala berfirman:
لَّا يَسۡتَوِي ٱلۡقَٰعِدُونَ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ غَيۡرُ أُوْلِي ٱلضَّرَرِ وَٱلۡمُجَٰهِدُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡۚ فَضَّلَ ٱللَّهُ ٱلۡمُجَٰهِدِينَ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡ عَلَى ٱلۡقَٰعِدِينَ دَرَجَةٗۚ وَكُلّٗا وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلۡحُسۡنَىٰۚ وَفَضَّلَ ٱللَّهُ ٱلۡمُجَٰهِدِينَ عَلَى ٱلۡقَٰعِدِينَ أَجۡرًا عَظِيمٗا Tidaklah sama antara orang beriman yang duduk (yang tidak turut berperang) tanpa mempunyai uzur (halangan) dengan orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Allah melebihkan derajat orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk (tidak ikut berperang tanpa halangan). Kepada masing-masing, Allah menjanjikan (pahala) yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar. (QS. An-Nisa', Ayat 95) Rasulullah ﷺ bersabda: لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِينَ لَعَدُوِّهِمْ قَاهِرِينَ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ إِلَّا مَا أَصَابَهُمْ مِنْ لَأْوَاءَ حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَذَلِكَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَأَيْنَ هُمْ قَالَ بِبَيْتِ الْمَقْدِسِ وَأَكْنَافِ بَيْتِ الْمَقْدِسِ "Akan ada sekelompok ummatku yang senantiasa berada diatas kebenaran, mereka menang dan mengalahkan musuh mereka, orang yang menentang mereka tidaklah membahayakan mereka kecuali cobaan yang menimpa mereka hingga urusan Allah tiba dan mereka tetap seperti itu."_ Mereka bertanya; Wahai Rasulullah! Dimana mereka? Rasulullah ﷺ bersabda; _"Di Baitul Maqdis dan di sekitar Baitul Maqdis." (HR. Ahmad no. 22320. Syaikh Syu'aib Al Arnauth mengatakan: Shahih. Ta'liq Musnad Ahmad no. 22320) Sebagian ulama - seperti Syaikh Muhammad Al 'Arifi- mengatakan prediksinya, bhwa maksud thaifah (kelompok) dalam hadits ini adalah HAMAS dgn sayap militernya Izzuddin al Qassam. Tentunya, tanpa memandang remeh aksi perlawanan mujahidin lainnya seperti Brigade Al Quds. Siapakah HAMAS? HAMAS adalah singkatan dari Harakah Al Muqawamah Al Islamiyah, artinya gerakan perlawanan Islam. Didirikan 14 Desember 1987 oleh ulama kharismatis Syaikh Ahmad Yasin Rahimahullah, dan beberapa aktivis Islam seperti Abdul Aziz Rantisi, Shalah Syahadah, Ibrahim Yazuri, dan Isa Nashshar. Ditunjuk sebagai pimpinan pertamanya: Syaikh Ahmad Yasin, sejak 1987 sd 2004. Pimpinan setelahnya adalah Syaikh Abdul Aziz Rantisi (Syahid 2004 juga), dan Ismail Haniyah sampai sekarang. Aqidah mereka adalah Islam, Ahlus Sunnah wal Jama'ah, sebagaimana yang ditegaskan dalam piagam pendiriannya. Tujuannya: membebaskan suluruh bumi Palestina dari penjajah Israel tanpa syarat, dan mendirikan Daulah Islamiyah di Palestina. Hubungannya sangat kuat dan dekat dengan organisasi sunni Islam terbesar di dunia, Ikhwanul Muslimin. Di Palestina, HAMAS bergerak dalam bidang sosial, pendidikan, pelayanan kesehatan, mencetak ulama dan imam masjid. Sayap militer mereka adalah batalyon Izzuddin al Qassam didirikan tahun 1991, diambil dari nama ulama sunni dan mujahid Palestina yg syahid tahun 1935 di Jenin, dimasa penjajahan Perancis. Zionis Israel dan AS memasukkan HAMAS dalam daftar organisasi teroris, lalu sebagian penguasa negara Arab pun ikut-ikutan demikian seperti Mesir, UEA, dan Arab Saudi. Sementara Turki, Qatar, dan Iran mendukung gerakan ini. HAMAS dituduh syiah oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab, hanya karena banyak dibantu Iran dalam hal teknologi persenjataan. Padahal yang membantu HAMAS juga berasal dari para dermawan negara-negara Islam lainnya. Tuduhan ini adalah propaganda dari agen-agen zionis untuk menjauhi HAMAS dari ibu kandungnya, Ahlus Sunnah wal Jamaah. Sayangnya propanda ini juga ikut disebarkan sebagian aktivis, bahkan dgn fitnah yg lebih parah dengan membuat video dan tulisan di medsos. Rata-rata negeri Arab yang sunni pun bekerjasama dengan Iran, dan tidak ada yang menyebut negara-negara tsb adalah negara syiah. Perjuangan HAMAS didukung mayoritas warga Palestina, karena posisinya yg jelas dan tegas terhadap penjajah, sehingga 2006 HAMAS menang mutlak dalam pemilu lebih dari 60%. Blokade yang dialami Gaza selama bertahun-tahun, tidak membuatnya lemah justru semakin membuatnya kuat, kemajuan kemampuan tempurnya membuat Israel tidak percaya diri head to head perang darat. Umumnya dunia Islam hari ini, baik ulama, aktivis, awam dan cendekiawan, mendukung perjuangan HAMAS melawan dan mengusir Zionis Israel dari Palestina. Semoga Allah Ta'ala memberikan kesabaran, keteguhan, dan kemenangan, kepada HAMAS, dan pejuang lainnya. Wallahul Muwaffiq Ilaa aqwamith Farid Numan Hassan Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Suara Hidayatullah, tahun 1996
oleh Fahmi Amhar Palestina Tanah Yang (Pernah) Dijanjikan 2000 SM – 1500 SM: Ibrahim as. melahirkan Ismail as. (Bapak bangsa Arab) dan Ishak as. Ishak melahirkan Ya’kub as. alias Israel. Ya’kub punya anak Yusuf as, yang ketika kecil dibuang oleh saudaranya, namun belakangan menjadi bendahara kerajaan Mesir. Ketika dilanda paceklik, Ya’kub as. sekeluarga atas undangan Yusuf berimigrasi ke Mesir. Populasi anak keturunan Israel (bani Israel atau bangsa Israel) membesar. 1550 SM – 1200 SM: Politik di Mesir berubah. Bani Israel dianggap problem, dan akhirnya oleh Fir’aun statusnya diubah menjadi budak. 1200 SM – 1100 SM: Musa as. memimpin bangsa Israel meninggalkan Mesir, mengembara di padang Sinai menuju tanah yang dijanjikan, bila mereka taat kepada Allah. Namun saat mereka diperintah memasuki Filistin (Palestina), mereka membandel dan mengatakan: “Hai Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi ada orang-orang yang gagah perkasa di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Rabbmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja”. (QS. 5:24) Akibatnya mereka dikutuk dan hanya berputar-putar saja di sekitar Palestina. Belakangan agama Musa as disebut “Yahudi” – menurut nama salah satu marga Israel yang paling banyak berketurunan, yakni Yehuda, dan bani Israel -tanpa memandang warga negara atau tanah air- disebut juga orang-orang Yahudi. 1000 SM – 922 SM: Daud as. mengalahkan Goliath dari Filistin. Palestina berhasil direbut. Daud dijadikan raja. Wilayah kerajaannya membentang dari tepi Nil hingga Efrat di Iraq. Sekarang ini Yahudi tetap memimpikan kembali kebesaran Israel raya Raja Daud. Bendera Israel adalah dua garis biru (Nil dan Efrat) dan bintang Daud. Daud diteruskan Sulaiman as. Masjidil Aqsha dibangun. 922 SM – 800 SM: Sepeninggal Sulaiman Israel dilanda perang saudara yang berlarut, hingga kerajaan tersebut terbelah dua: utara bernama Israel beribukota Samaria dan selatan bernama Yehuda beribukota Yerusalem. 800 SM – 600 SM: Karena kerajaan Israel sudah terlalu durhaka kepada Allah swt. maka kerajaan itu dihancurkan lewat tangan kerajaan Asyiria. Sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israel, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak diingini hawa nafsu mereka, maka sebagian rasul-rasul itu mereka dustakan atau mereka bunuh. (QS. 5:70) Hal ini juga bisa dibaca di Bible: Kitab Raja-raja ke-I 14:15, dan Kitab Raja-raja ke-II 17:18. 600 SM – 500 SM: Kerajaan Yehuda dihancurkan lewat tangan Nebukadnezar dari Babylonia. Dalam Bible Kitab Raja-raja ke-II 23:27 dinyatakan bahwa mereka tidak mempunyai hak lagi atas Yerusalem. Mereka diusir dari Yerusalem dan dipenjara di Babylonia. 500 SM – 400 SM: Cyrus Persia meruntuhkan Babylonia dan mengijinkan bani Israel kembali ke Yerusalem. 330 SM – 322 SM: Israel diduduki Alexander Agung dari Macedonia (Yunani). Ia melakukan Hellenisasi terhadap bangsa-bangsa taklukannya. Bahasa Yunani menjadi bahasa resmi Israel, sehingga nantinya Injil pun ditulis dalam bahasa Yunani, dan bukan dalam bahasa Ibrani. 300 SM – 190 SM: Yunani dikalahkan Romawi. Maka Palestina pun dikuasai imperium Romawi. 1 – 100: Nabi Isa as. (Yesus) lahir, kemudian menjadi pemimpin gerakan melawan penguasa Romawi. Namun selain dianggap subversi oleh penguasa Romawi (dengan ancaman hukuman tertinggi yaitu disalib), ajaran Yesus sendiri ditolak oleh para rabi Yahudi. Namun setelah Isa tiada, bangsa Yahudi memberontak terhadap Romawi. Palestina area bebas Yahudi 100 – 300: Pemberontakan berulang. Akibatnya Palestina dihancurkan dan dijadikan area bebas Yahudi. Mereka dideportasi keluar Palestina dan terdiaspora ke segala penjuru imperium Romawi. Namun demikian tetap ada sejumlah kecil pemeluk Yahudi yang tetap bertahan di Palestina. Dengan masuknya Islam serta dipakainya bahasa Arab di kehidupan sehari-hari, mereka lambat laun terarabisasi atau bahkan masuk Islam. 313: Pusat kerajaan Romawi dipindah ke Konstantinopel dan agama Kristen dijadikan agama negara. 500 – 600: Bangsa Yahudi merembes ke semenanjung Arabia (di antaranya di Khaibar dan sekitar Madinah), kemudian berimigrasi dalam jumlah besar ke daerah tersebut ketika terjadi perang antara Romawi dan Persia. 619: Nabi Muhammad saw melakukan perjalanan ruhani: Isra’ dari masjidil Haram ke masjidil Aqsha dan Mi’raj ke langit. Rasulullah menetapkan Yerusalem sebagai kota suci-3 ummat Islam, sholat di masjidil Aqsha dinilai 500 kali dibanding sholat di masjid yang lain selain masjidil Haram dan masjid Nabawi. Masjidil Aqsha juga menjadi kiblat ummat Islam sebelum dipindah ke ka’bah. 622: Hijrah nabi ke Madinah dan pendirian negara Islam (yang seterusnya disebut khilafah). Nabi mengadakan perjanjian dengan penduduk Yahudi di Madinah dan sekitarnya, yang dikenal dengan “Piagam Madinah”. 626: Pengkhianatan Yahudi dalam perang Ahzab (atau perang parit) dan berarti melanggar Piagam Madinah. Sesuai dengan aturan di Kitab Taurat mereka sendiri, mereka dibunuh atau diusir. Palestina di bawah Daulah Islam 638: Di bawah Umar bin Khattab, seluruh Palestina dimerdekakan dari penjajah Romawi. Seterusnya seluruh penduduk Palestina, muslim maupun non muslim, hidup aman di bawah khilafah. Kebebasan beragama dijamin. 700 – 1000: Wilayah Islam meluas dari Asia Tengah, Afrika hingga Spanyol. Di dalamnya, bangsa Yahudi mendapat peluang ekonomi dan intelektual yang sama. Ada beberapa ilmuwan yang terkenal di dunia Islam yang sesungguhnya adalah orang Yahudi. 1076: Yerusalem dikepung tentara salib dari Eropa. Karena pengkhianatan kaum munafik (sekte Drusiah yang mengaku Islam tapi ajarannya sesat), pada 1099 tentara salib berhasil menguasai Yerusalem dan mengangkat seorang raja Kristen. Penjajahan ini berlangsung hingga 1187, sampai Salahuddin al Ayubi membebaskannya, setelah ummat Islam yang terlena sufisme yang sesat bisa dibangkitkan kembali. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. …(QS. 13:11) 1453: Setelah melalui proses reunifikasi dan revitalisasi wilayah-wilayah khilafah yang tercerai berai setelah hancurnya Bagdad oleh tentara Mongol (1258), khilafah Utsmaniyah di bawah Muhammad Fatih menaklukkan Kontantinopel, dan mewujudkan nubuwwah Rasulullah. 700 tahun lebih kaum muslimin berlomba untuk menjadi mereka yang diramalkan Rasul dalam hadits berikut: Hari kiamat tak akan tiba sebelum tanah Romawi di dekat al-A’maq atau Dabiq ditaklukkan. Sepasukan tentara terbaik di dunia akan datang … Maka mereka bertempur. Sepertiga dari mereka akan lari, dan Allah tak akan memaafkannya. Sepertiga lagi ditakdirkan gugur sebagai syuhada. Dan sepertiga lagi akan menang dan menjadi penakluk Konstantinopel. (HR Muslim, no. 6924) 1492: Andalusia sepenuhnya jatuh ke tangan Kristen Spanyol (reconquista). Karena cemas suatu saat ummat Islam bisa bangkit lagi, maka terjadi pembunuhan, pengusiran dan pengkristenan massal. Hal ini tak cuma diarahkan pada muslim namun juga pada Yahudi. Mereka lari ke wilayah khilafah Utsmaniyah, di antaranya ke Bosnia. Pada 1992 raja Juan Carlos dari Spanyol secara resmi meminta maaf kepada pemerintah Israel atas holocaust 500 tahun sebelumnya. 1500-1700: Kebangkitan pemikiran di Eropa, munculnya sekularisme (pemisahan gereja – negara), nasionalisme dan kapitalisme. Mulainya kemajuan teknologi modern di Eropa. Abad penjelajahan samudera dimulai. Mereka mencari jalur alternatif ke India dan Cina, tanpa melalui daerah-daerah Islam. Tapi berikutnya mereka didorong semangat kolonialisme / imperialisme. 1529: Tentara khilafah berusaha menghentikan arus kolonialisme / imperialisme serta membalas reconquista langsung ke jantung Eropa dengan mengepung Wina, namun gagal. Tahun 1683 kepungan ini diulang, dan gagal lagi. Kegagalan ini terutama karena tentara Islam terlalu yakin pada jumlah dan perlengkapannya. … yaitu ketika kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfa’at kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dan bercerai-berai. (QS. 9:25) Barat memperalat Yahudi 1798: Napoleon berpendapat bahwa bangsa Yahudi bisa diperalat bagi tujuan-tujuan Perancis di Timur Tengah. Wilayah itu secara resmi masih di bawah khilafah. 1831: Untuk mendukung strategi “devide et impera” Perancis mendukung gerakan nasionalisme Arab, yakni Muhammad Ali di Mesir, dan Pasya Basyir di Libanon. Khilafah mulai lemah dirongrong oleh nasionalisme. 1835: Sekelompok Yahudi membeli tanah di Palestina, dan lalu mendirikan sekolah Yahudi pertama di sana. Sponsornya adalah milyuner Yahudi Inggris, Sir Moshe Monteveury, anggota Free Masonry. Ini adalah pertama kalinya sekolah berkurikulum asing di wilayah khilafah. 1838: Inggris membuka konsulat di Yerusalem yang merupakan perwakilan Eropa pertama di Palestina. 1849: Kampanye mendorong imigrasi orang Yahudi ke Palestina. Pada masa itu jumlah Yahudi di Palestina baru sekitar 12000. Pada tahun 1948 jumlahnya sudah 716700, dan pada 1964 sudah hampir 3 juta. 1882: Imigrasi besar-besaran orang Yahudi ke Palestina yang berselubung agama, simpati dan kemanusiaan bagi penderitaan Yahudi di Eropa saat itu. 1891: Para penduduk Palestina mengirim petisi kepada khalifah, menuntut dilarangnya imigrasi besar-besaran ras Yahudi ke Palestina. Sayang saat itu khilafah sudah “sakit-sakitan” (dijuluki “the sick man at Bosporus”), dekadensi pemikiran meluas, walau Sultan Abdul Hamid sempat membuat terobosan dengan memodernisir infrastruktur, termasuk memasang jalur kereta api dari Damaskus ke Madinah via Palestina !! Sayang, sebelum selesai, Sultan Abdul Hamid dipecat oleh Syaikhul Islam (Hakim Agung) yang telah dipengaruhi Inggris. PD-I meletus, dan jalur kereta tersebut dihancurkan. Zionisme 1896: Theodore Herzl merampungkan sebuah doktrin baru Zionisme sebagai gerakan politik untuk mendirikan negara Yahudi Israel. Mereka mendapat inspirasi untuk “bekerjasama” dengan negara-negara besar (Amerika, Inggris, Perancis, Rusia) dalam realisasinya. Sebaliknya negara-negara besar itu berkepentingan dengan sumber alam di wilayah itu, dan memerlukan “agen” untuk melemahkan ummat Islam di sana. 1897: Theodore Herzl menggelar kongres Zionis dunia pertama di Basel, Swiss. Peserta Kongress-I Zionis mengeluarkan resolusi, bahwa ummat Yahudi tidaklah sekedar ummat beragama, namun adalah bangsa dengan tekad bulat untuk hidup secara berbangsa dan bernegara. Dalam resolusi itu, kaum zionis menuntut tanah air bagi ummat Yahudi -walaupun secara rahasia- pada “tanah yang bersejarah bagi mereka”. Sebelumnya Inggris hampir menjanjikan tanah protektorat Uganda atau di Amerika Latin! Di kongres itu, Herzl menyebut, zionisme adalah jawaban bagi “diskriminasi dan penindasan” atas ummat Yahudi yang telah berlangsung ratusan tahun. Pergerakan ini mengenal kembali, bahwa nasib ummat Yahudi hanya bisa diselesaikan di tangan ummat Yahudi sendiri. Di depan Kongres Herzl berkata: “Dalam 50 tahun akan ada negara Yahudi !!!” Apa yang direncanakan Herzl menjadi kenyataan pada 1948. 1916: Perjanjian rahasia Sykes-Picot oleh sekutu – (Inggris, Perancis, Rusia) dibuat saat meletusnya PD-I, untuk mencengkeram wilayah-wilayah Arab dari khilafah Utsmaniyah dan membagi-bagi di antara mereka. PD-I berakhir dengan kemenangan sekutu. Inggris mendapat kontrol atas Palestina. Di PD-I ini, Yahudi Jerman berkomplot dengan sekutu untuk tujuan mereka sendiri (memiliki pengaruh atau kekuasaan yang lebih besar). 1917: Menlu Inggris keturunan Yahudi, Arthur James Balfour, dalam deklarasi Balfour, memberitahu pemimpin Zionis Inggris, Lord Rothschild, bahwa Inggris akan memperkokoh pemukiman Yahudi di Palestina dalam membantu pembentukan tanah air Yahudi. Lima tahun kemudian Liga Bangsa-bangsa (cikal bakal PBB) memberi mandat ke Inggris untuk menguasai Palestina. Setelah Hancurnya Khilafah Islam 1924: Mustafa Kemal Ataturk – seorang Turki yang terdidik oleh Free Masonry, menganggap kemunduran khilafah itu karena Islam. Ia merasa jalan keluarnya adalah nasionalisme dan sekularisme seperti yang telah berhasil di Barat. Bersama tentara yang seide, ia merebut kekuasaan dan mengumumkan bahwa khilafah bubar. Dengan itu maka tidak ada lagi ikatan antar ummat Islam sedunia yang akan “take care” bila ada satu bumi Islam jatuh dalam penderitaan. Nasionalisme menggantikan solidaritas Islam (ukhuwah Islamiyah). 1938: Nazi Jerman menganggap bahwa pengkhianatan Yahudi Jerman adalah biang keladi kekalahan mereka pada PD-I yang telah menghancurkan ekonomi Jerman. Maka mereka perlu “penyelesaian terakhir” (Endlösung). Ratusan ribu dikirim ke kamp konsentrasi atau lari ke luar negeri (terutama ke USA). Sebenarnya ada etnis lain serta kaum intelektual yang berbeda politik dengan Nazi yang bernasib sama, namun setelah PD-II Yahudi lebih berhasil menjual ceritanya karena menguasai banyak surat kabar atau kantor berita di dunia. 1944: Partai buruh Inggris yang sedang berkuasa secara terbuka memaparkan politik “Membiarkan orang-orang Yahudi terus masuk ke Palestina, jika mereka ingin jadi mayoritas. Masuknya mereka akan mendorong keluarnya pribumi Arab dari sana”. Kondisi Palestina memanas. 1947: PBB merekomendasikan pemecahan Palestina menjadi dua negara: Arab dan Israel. 1948 14 Mei: sehari sebelum habisnya perwalian Inggris di Palestina para pemukim Yahudi memproklamirkan kemerdekaan negara Israel, melakukan agresi bersenjata terhadap rakyat Palestina yang masih lemah, jutaan dari mereka terpaksa mengungsi ke Libanon, Yordania, Syria, Mesir dll. Palestinian Refugees menjadi tema dunia. Namun Israel menolak existensi rakyat Palestina ini, dan menganggap mereka telah memajukan areal yang semula kosong dan terbelakang. Timbullah perang antara Israel dengan negara-negara Arab tetangganya. Namun karena para pemimpin Arab sebenarnya ada di bawah pengaruh Inggris, maka Israel mudah merebut daerah Arab Palestina yang telah ditetapkan PBB. Setelah Negara Israel Berdiri 1948 2 Desember: Protes keras Liga Arab atas tindakan USA dan sekutunya berupa dorongan dan fasilitas yang mereka berikan bagi imigrasi zionis ke Palestina. Pada waktu itu, Ikhwanul Muslimin (IM) di bawah Hasan Al-Bana mengirim 10.000 mujahidin untuk berjihad melawan Israel. Usaha ini kandas bukan karena mereka dikalahkan Israel, namun karena Raja Farouk yang korup dari Mesir takut bahwa di dalam negeri, IM bisa kudeta. Akibatnya, tokoh-tokoh IM dipenjara atau dihukum mati. 1952: Para perwira Mesir di bawah Jamal Abdul Nasser melakukan kudeta terhadap Raja Farouk. 1953: Harakah Islam Hizbut Tahrir berdiri di Yerusalem dengan tujuan mengembalikan kehidupan Islam ketengah masyarakat dan membentuk khilafah Islam yang menerapkan sistem Islam dan membebaskan seluruh dunia dari penghambaan kepada selain Allah. Metode yang ditempuh dalam membentuk khilafah adalah dakwah untuk merubah opini masyarakat. 1956: Nasser menasionalisasikan terusan Suez. Hal ini membangkitkan harga diri pada bangsa Arab, sehingga tak sedikit yang kemudian “memuja” Nasser. 1956 29 Oktober: Israel dibantu Inggris dan Perancis menyerang Sinai untuk menguasai terusan Suez. 1964: Para pemimpin Arab membentuk PLO (Palestina Liberation Organitation). Dengan ini secara resmi, nasib Palestina diserahkan ke pundak bangsa Arab-Palestina sendiri, dan tidak lagi urusan ummat Islam. Masalah Palestina direduksi menjadi persoalan nasional. 1967: Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syiria selama 6 hari dengan dalih pencegahan. Israel berhasil merebut Sinai dan jalur Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem (Yordania). Israel dengan mudah menghancurkan angkatan udara musuhnya karena informasi dari CIA. Sementara itu angkatan udara Mesir ragu membalas serangan Israel, karena Menhan Mesir ikut terbang dan memerintahkan untuk tidak melakukan tembakan selama dia di udara. 1967 Nopember: Dewan keamanan PBB mengeluarkan resolusi nomor 242, untuk perintah penarikan mundur Israel dari wilayah yang direbutnya dalam perang enam hari, pengakuan semua negara di kawasan itu dan penyelesaikan secara adil masalah pengungsi Palestina. 1969: Yasser Arafat dari faksi Al-Fatah terpilih sebagai ketua komite eksekutif PLO dengan markas di Yordania. 1970: Berbagai pembajakan pesawat sebagai publikasi perjuangan rakyat Palestina membuat PLO dikecam oleh opini dunia, dan Yordania dikucilkan. Karena ekonomi Yordania sangat tergantung dari USA, maka akhirnya Raja Hussein mengusir markas PLO dari Yordania. PLO pindah ke Libanon. 1973 6 Oktober: Mesir dan Syiria menyerang pasukan Israel di Sinai dan dataran tinggi Golan pada hari puasa Yahudi Yom Kippur. Pertempuran ini dikenal dengan Perang Oktober. Mesir dan Syria hampir menang, kalau Israel tiba-tiba dibantu USA. Anwar Sadat terpaksa berkompromi, karena dia cuma “siap untuk melawan Israel, namun tidak siap berhadapan dengan USA”. Arab membalas kekalahan itu dengan menutup keran minyak. Akibatnya harga minyak melonjak pesat. 1973 22 Oktober: Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi 338, untuk gencatan senjata, pelaksanaan resolusi 242 dan perundingan damai di Timur Tengah. Ditipu sejak Camp David 1977: Pertimbangan ekonomi (perang memboroskan kas negara) membuat Presiden Mesir Anwar Sadat pergi ke Israel tanpa berkonsultasi dengan Liga Arab. Ia menawarkan perdamaian, jika Israel mengembalikan seluruh Sinai. Negara-negara Arab merasa dikhianati. Karena politiknya ini, belakangan Sadat dibunuh (1982). 1978 September: Mesir dan Israel menandatangani perjanjian Camp David yang diprakarsai USA. Perjanjian itu menjanjikan otonomi terbatas kepada rakyat Palestina di wilayah-wilayah pendudukan. Sadat dan PM Israel Menachem Begin dianugerahi Nobel Perdamaian 1979. Namun Israel tetap menolak perundingan dengan PLO dan PLO menolak otonomi. Belakangan, otonomi versi Camp David ini tidak pernah diwujudkan, demikian juga otonomi versi lainnya. Dan USA sebagai pemrakarsanya juga tidak merasa wajib memberi sanksi, bahkan selalu memveto resolusi PBB yang tak menguntungkan Israel. Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu sehingga kamu mengikuti keinginan mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (QS. 2:120) 1979: Ayatullah Khumaini memaklumkan Revolusi Islam di Iran yang menumbangkan rezim korup pro Barat Syah Reza Pahlevi. Referendum menghasilkan pembentukan Republik Islam, yang salah satu cita-citanya adalah mengembalikan bumi Palestina ke ummat islam dengan menghancurkan Israel. Iran mensponsori gerakan anti Israel “Hizbullah” yang bermarkas di Libanon. 1980: Israel secara sepihak menyatakan bahwa mulai musim panas 1980 kota Yerusalem yang didudukinya itu resmi sebagai ibukota. 1980: Pecah perang Iraq-Iran selama 8 tahun. Perang ini direkayasa oleh Barat untuk melemahkan gelombang revolusi Islam dari Iran. Negara-negara Arab dipancing fanatisme sunni terhadap Iran yang syiah. Iraq mendapat bantuan senjata yang luar biasa dari Barat. 1982: Israel menyerang Libanon dan membantai ratusan pengungsi Palestina di Sabra dan Shatila. Pelanggaran atas batas-batas internasional ini tidak berhasil dibawa ke forum PBB karena veto USA. Belakangan Israel juga dengan enaknya melakukan serangkaian pemboman atas instalasi militer dan sipil di Iraq, Libya dan Tunis. Intifadhah 1987: Intifadhah, perlawanan dengan batu oleh orang-orang Palestina yang tinggal di daerah pendudukan terhadap tentara Israel mulai meledak. Intifadhah ini diprakarsai oleh HAMAS, suatu harakah Islam yang memulai aktivitasnya dengan pendidikan dan sosial. 1988 Desember: USA membenarkan pembukaan dialog dengan PLO setelah Arafat secara tidak langsung mengakui existensi Israel dengan menuntut realisasi resolusi PBB no. 242 pada waktu memproklamirkan Republik Palestina di pengasingan di Tunis. 1990 Agustus: Invasi Iraq ke Kuwait. Arafat menyatakan mendukung Iraq. Terjadi lagi perpecahan antar Arab. Perang ini juga direkayasa Barat untuk melemahkan Iraq, yang setelah perang dengan Iran arsenalnya dinilai terlalu besar dan bisa membahayakan Israel. Dan Barat sekaligus bisa lebih kuat menancapkan pengaruhnya di negera-negara Arab. Pemerintah diktatur di negara-negara Arab ditakut-takuti dengan “Islam fundamentalis”. 1991 Maret: Presiden USA George Bush menyatakan berakhirnya perang teluk-II dan membuka kesempatan “tata dunia baru” bagi penyelesaian konflik Arab-Israel. Yasser Arafat menikahi Suha, seorang wanita Kristen. Sebelumnya Arafat selalu mengatakan “menikah dengan revolusi Palestina”. 1993 September: PLO-Israel saling mengakui existensi masing-masing dan Israel berjanji memberi hak otonomi kepada PLO di daerah pendudukan. Motto Israel adalah “land for peace” (=tanah untuk perdamaian). Pengakuan itu dikecam keras dari pihak ultra-kanan Israel maupun kelompok di Palestina yang tidak setuju. Namun negara-negara Arab (Saudi Arabia, Mesir, Emirat dan Yordania) menyambut baik perjanjian itu. Mufti Mesir dan Saudi mengeluarkan “fatwa” untuk mendukung perdamaian. Setelah kekuasaan di daerah pendudukan dialihkan ke PLO, maka sesuai perjanjian dengan Israel, PLO harus mengatasi segala aksi-aksi anti Israel. Dengan ini maka sebenarnya PLO dijadikan perpanjangan tangan Yahudi. Yasser Arafat, Yitzak Rabin dan Shimon Peres mendapat Nobel Perdamaian atas usahanya tersebut. 1995: Rabin dibunuh oleh Yigal Amir, seorang Yahudi fanatik. Sebelumnya, di Hebron, seorang Yahudi fanatik membantai puluhan muslim yang sedang sholat shubuh. Hampir tiap orang dewasa di Israel, laki-laki maupun wanita, pernah mendapat latihan dan melakukan wajib militer. Gerakan Palestina yang menuntut kemerdekaan total menteror ke tengah masyarakat Israel dengan bom “bunuh diri”. Dengan ini diharapkan usaha perdamaian yang tidak adil itu gagal. Sebenarnya “land for peace” diartikan Israel sebagai “Israel dapat tanah, dan Arab Palestina tidak diganggu (bisa hidup damai)”. 1996: Pemilu di Israel dimenangkan secara tipis oleh Netanyahu dari partai kanan, yang berarti kemenangan Yahudi yang anti perdamaian. Netanyahu mengulur-ulur pelaksanaan perjanjian perdamaian. Ia menolak adanya negara Palestina. Palestina agar tetap sekedar daerah otonom di dalam Israel. Ia bahkan ingin menunggu / menciptakan konstelasi baru (pemukiman di daerah pendudukan, bila perlu perluasan ke Syria dan Yordania) untuk sama sekali membuat perjanjian baru. USA tidak senang bahwa Israel jalan sendiri di luar garis yang ditetapkannya. Namun karena lobby Yahudi di USA terlalu kuat, maka Bill Clinton harus memakai agen-agennya di negara-negara Arab untuk “mengingatkan” si “anak emasnya” ini. Maka sikap negara-negara Arab tiba-tiba kembali memusuhi Israel. Mufti Mesir malah kini memfatwakan jihad terhadap Israel. Sementara itu Uni Eropa (terutama Inggris dan Perancis) juga mencoba “aktif” jadi penengah, yang sebenarnya juga hanya untuk kepentingan masing-masing dalam rangka menanamkan pengaruhnya di wilayah itu. Mereka juga tidak rela bahwa USA “jalan sendiri” tanpa “bicara dengan Eropa”. Khatimah Negara Israel adalah kombinasi dari sedang lemahnya ummat Islam, oportunisme Zionis Yahudi serta rencana Barat untuk mengontrol bumi dan ummat Islam. Di Palestina berhasil didirikan negara Yahudi setelah sebelumnya ummat Islam berhasil diinflitrasi dengan pikiran-pikiran yang tidak islami, sehingga dapat dipecah belah bahkan sampai dilenyapkan khilafahnya. Nabi berkata: Kunci Timur dan Barat telah ditunjukkan Allah untukku dan kekuasaan ummatku akan mencapai kedua ujungnya. Telah kumohon kepada Rabbku agar ummatku tidak dihancurkan oleh kelaparan maupun oleh musuh-musuhnya. Rabbku berkata: Apa yang telah Ku-putuskan tak ada yang bisa merubahnya. Aku menjamin bahwa ummatmu tak akan hancur oleh kelaparan atau oleh musuh-musuhnya, bahkan jika seluruh manusia dari segala penjuru dunia bekerja bersama-sama untuk itu. Namun di antara ummatmu akan ada yang saling membunuh atau memenjarakan. (HR Muslim no. 6904) Karena itu baik strategi Zionis maupun Barat adalah menimbulkan permusuhan di kalangan ummat Islam sendiri. Namun sementara itu sesungguhnya Zionis atau Barat sendiri juga saling bersaing demi kepentingannya. Permusuhan antara sesama mereka adalah sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tiada mengerti. (QS. 59:14) Yang jelas, sang perampok Israel tidak bisa diusir dalam kondisi ummat Islam dewasa ini. Terlebih dahulu mereka harus menata aqidah dan menegakkan khilafah. Bukan PLO dan bukan negara-negara Arablah yang akan membebaskan kembali Palestina dan Yerusalem, namun ummat Islam bersama khilafahnya yang berhak melakukan tugas mulia itu, serta (insya Allah) memenuhi salah satu nubuwwat Rasulullah berikut ini: Tidak datang hari Kiamat, sebelum kamu memerangi kaum Yahudi, hingga mereka lari ke belakang sebuah batu, dan batu itu berkata: “ada orang Yahudi di belakangku, datanglah, dan bunuhlah” (HR Bukhari Vol. 4 Kutub 52 no. 176 dan HR Muslim no. 6985) TENTARA Israel menarik rambut Maryam Afifi dan menyeretnya laiknya menyeret binatang. Namun, musisi dan aktivis Palestina yang baru menginjak usia 26 tahun itu tetap tenang.
Tubuh wanita cantik anggota Palestine Youth Orchestra itu kemudian ditendang, dipukuli, untuk kemudian diborgol di hadapan puluhan tentara Israel dan ribuan demonstran di jalan Perkampungan Syaikh Jarrah, Yerusalem Timur. Malam itu di tengah aksi solidaritas untuk mempertahankan Perkampungan Syaikh Jarrah, Maryam berusaha untuk menolong seorang wanita muda yang tergeletak di tengah jalan sesudah dipukuli dan ditendang secara brutal oleh tentara Israel. Nuraninya menjerit, ia berusaha menerobos tentara Israel yang melakukan tindakan biadab pada perempuan itu. Ia berusaha merengkuh dan membopong wanita itu, namun Maryam ditarik, dipukuli, dan ditendang untuk kemudian kedua tangannya diborgol. Perlakuan kasar dan tidak manusiawi yang Maryam terima dari tentara zionis Israel hanya karena keinginannya menolong korban kekerasan aparat zionis Israel sama sekali tidak membuat Maryam menangis atau berteriak meminta ampun. Dengan pergelangan tangan yang masih diborgol, ia mengirimkan senyum kepada para pemimpin negara-negara barat yang selama ini diam membisu dengan kebiadaban dan kebrutalan penjajah zionis Israel. Senyuman bangga dan bahagia menjadi satu dari puluhan ribu masyarakat Palestina yang membangun solidaritas untuk mempertahankan setiap jengkal tanah Perkampungan Sheikh Jarrah yang akan dirampas, penduduknya akan diusir oleh zionis Israel untuk kemudian akan dibangun pemukiman Yahudi oleh mereka. Sebuah senyum yang menggambarkan kekuatan dan keberanian dirinya. Dengan tangan masih diborgol ia bertanya pada tentara-tentara Israel yang menyeret dan memukulinya, “Apa yang kamu rasakan? Aku tahu kamu seorang manusia. Dan mungkin kamu juga punya keluarga dan anak-anak. Apakah kamu ingin anakmu tumbuh dewasa membela orang yang salah? Membela penjajah?” Tentara Israel hanya terdiam dengan pertanyaan-pertanyaan Maryam yang menohok nurani kemanusiaan mereka. Beberapa jam pasca penyerangan jemaah shalat Taraweh di Masjid Al-Aqsha yang melukai 200 jamaah dan kerusuhan di Syaikh Jarrah, Grand Syaikh al-Azhar Asyarif, Prof Dr Ahmad Tayyib memberikan solidaritas dan mengutuk kebiadaban Israel melalui siaran persnya. Keberpihakan Al-Azhar pada rakyat Palestina tergambar jelas dalam siaran ini: “Sungguh perbuatan biadab di serambi Masjidil Al-Aqsha, pelecehan tempat suci dengan tindakan represif pada Jama’ah shalat tarawih, setelah sebelumnya juga tindakan keji kelompok bersenjata terhadap aksi unjuk rasa damai di Kampung Syaikh Jarrah, Yerusalem Timur dengan mengusir paksa penduduknya. Mereka yang bertindak adalah teroris zionis di tengah “bungkamnya dunia” yang memilukan.” Al-Azhar, ulama dan seluruh kolega civitas akademiknya menyatakan solidaritas bulat bersama rakyat Palestina yang teraniaya dalam menghadapi penindasan zionis dan kroninya, sembari memohon kepada Allah, semoga Allah menjaga mereka dengan cara-Nya dan memenangkan mereka dengan cara-Nya, karena mereka adalah yang berhak atas kebenaran, tanah dan semua tentang keadilan.” Pada Ramadhan kali ini Perkampungan Syaikh Jarrah dengan penderitaan dan tangisan warganya tiba-tiba mendunia karena menjadi pemantik konflik Palestina-Israel. Perkampungan yang berada di Nablus dan berjarak sekira 3 km dari Serambi Al-Qasha itu mempunyai akar historis yang begitu mendalam bagi umat Islam. Tidak banyak umat Islam yang mengetahui sejarah tempat ini kenapa dinamai Perkampungan Syaikh Jarrah. Bagi para peziarah Masjid Al-Aqsha mungkin familiar dengan Perkampungan Syaikh Jarrah yang namanya diambil dari nama Husamuddin bin Syarifuddin Isa al-Jarrahi (w. 598 H/1202 M). Husamuddin bin Syarifuddin Isa pada masanya merupakan panglima perang ternama yang membebaskan kota Yerusalem dalam perang Salib (20 September 1187). Beliau juga merupakan salah satu Amir (Gubernur) pada era kepemimpinan Sultan Shalahuddin al-Ayyubi. Kepandaianya dalam ilmu medis membuat Husamuddin diangkat menjadi tabib pribadi Shalahudin al-Ayubi. Shalahudin al-Ayyubi jualah yang menjuluki Husamuddin bin Syarifuddin Isa dengan julukan al-Jaraakhi yang berarti orang yang pandai menyembuhkan sakit orang lain. Pada perjalanannya, julukan yang diberikan oleh Shalahudin al-Ayyubi itu mashur dikenal masyarakat luas sampai beliau meninggal di Nablus, Yerusalem Timur untuk kemudian jasadnya disemayamkan di kawasan tersebut. Kawasan di sekitar pusara beliau inilah yang kemudian disebut perkampungan Syaikh Jarrah. Setiap harinya pusara beliau dipenuhi oleh para peziarah dari berbagai penjuru dunia sehingga menyebabkan pusara beliau tak pernah sepi dari lantunan tahlil, tasbeh, dan tilawah Al Quran. Di samping pusara beliau terdapat sebuah masjid dengan prasasti bertuliskan kalimat yang berbunyi: “Inilah kuburan Amir Husamuddin al-Husain bin Isa al-Jarrahi. Semoga Allah merahmatinya dan merahmati orang-orang yang mencintai beliau. Wafat menuju Rahmat Allah pada bulan Shafar 598.” Solidaritas, perjuangan, dan kebersamaan masyarakat Palestina dari Perkampungan Syaikh Jarrah dan Senyum Maryam Afifi seumpama mengajarkan kepada kita umat Islam di dunia bahwa menjaga al-Aqsha adalah panggilan spiritual seperti engkau dipanggil oleh Tuhanmu untuk melakukan ibadah-ibadah lainnya. Di sana, di sudut kota Nablus, dari Perkampungan Syaikh Jarrah, Maryam Afifi mengajarkan kepada kita heroisme, keberanian, kegigihan, dan kesungguhan dalam melawan tirani dan penjajahan zionis Israel yang ia tiru dari heroisme dan kesatrianya Salahuddin al-Ayyubi dan Husamuddin al-Husain bin Isa al-Jarrahi ketika menaklukkan Yerusalem. Alhasil, apabila qiblat pertama umat Islam dan tempat mikraj Rasulullah ini tidak lagi bisa memanggil hatimu untuk membangun solidaritas bersama masyarakat Palestina, niscaya kelak Al-Aqsha hanyalah tersisa sebagai lembaran-lembaran sejarah yang akan dibaca oleh anak cucu Anda. Al-Aqsha bukanlah sebatas kordinat dalam peta geografi, ia adalah keimanan dan aqidah yang seharusnya senantiasa hidup dan tertanam dalam sanubari umat Islam di manapun Anda berada! rmol.id Mujahidin Nur Anggota Komisi Infokom MUI Direktur The Islah Centre, Jakarta Oleh: Iramawati Oemar
Dulu, saya punya teman karib, beragama Katholik. Dia lahir dari pernikahan campur: papanya seorang Muslim, sementara mamanya seorang Katholik. Beberapa kali saya belajar dan mengerjakan tugas di rumahnya dan disuguhi makanan, tapi keluarga itu selalu menyuguhi saya hanya makanan yang halal dikonsumsi seorang Muslim (meski saat itu saya belum berhijab). Ketika sahabat saya bertunangan, saya dan beberapa sahabat dekat diundang pada acara yang hanya dihadiri keluarga dekat. Saat tiba waktu makan, papanya sahabat saya mendekati kami "ayo makan, jangan takut, jangan kuatir, ada Om. Semua halal kok, gak ada babi, kan ada keluarga Om juga". Begitulah, mereka yang non Muslim sudah paham, jika sebuah acara dihadiri tamu-tamu Muslim, maka tak akan disajikan menu masakan daging babi. Bahkan teman saya yang asli keluarga Katholik saja, tak pernah mencoba mengajak kami makan kuliner berbahan dasar babi. Ketika saya menjalani pelatihan di Jepang, tanpa harus dijelaskan dan diminta, orang Jepang memahami bahwa sebagai Muslim saya tidak boleh memakan daging babi. Saat welcome party, disuguhkan aneka kue-kue ringan. Karena tak tahu, saya mengambil sebuah "gorengan" yang sangat mirip bentuk lumpia di Indonesia. Tentu mengambilnya dengan alat penjepit makanan. Tetiba, seorang wanita Jepang — panitia acara — mendekati saya dan berkata "maaf, anda seorang Muslim, tidak boleh ambil itu, itu isinya babi". Saya kaget. Lalu dia tersenyum "tak apa-apa, mana piringmu, biar saya saja yang memakannya. Kamu ambil piring yang lain". Kejadian semacam itu sempat terjadi lagi dilain waktu, beda kesempatan, beda pula orang Jepang yang mengingatkan saya. Yang kedua kali kalau tak salah di corner makanan sebuah mini market. Sejak itu saya paham, bahwa makanan yang mirip banget lumpia itu, terlarang untuk saya ambil. Dimasa awal, ketika kemampuan bahasa Jepang saya masih sangat terbatas, pernah saya membeli onigiri (nasi yang bentuknya seperti dikepal, didalamnya ada isian, lalu dibungkus lembaran rumput laut) asal ambil saja, lalu dibawa ke kasir. Sampai di kasir, melihat penampilan saya yang mengenakan jilbab plus baju lengan panjang, kasirnya langsung mengingatkan bahwa itu makanan tidak boleh untuk saya. Kasirnya tidak bisa berbahasa Inggris, sementara saya tidak bisa berbahasa Jepang. Bahasa tarzan pun jadilah, si kasir menyilangkan kedua tangannya, simbol "tidak boleh" dalam komunikasi verbal masyarakat Jepang. Cukup hanya 2 kata, sudah membuat saya paham : "damme" (tidak boleh) dan "butaniku" (daging babi). Akhirnya si kasir beranjak dari posisinya, membawa saya ke rak tempat aneka onigiri. Dia jelaskan stiker yang menempel pada bagian luar kertas pembungkus. Rupanya ada kode warna, let say : jika stikernya merah, maka isiannya daging babi, jika hijau isiannya toriniku (daging ayam), dan jika kuning isiannya tuna. Sejak itu saya hafalkan, walaupun tak bisa baca huruf kanji-nya, yang penting warna stikernya. Nah lho, itu warga Jepang yang nota bene mostly tidak memiliki agama, dan di sana kaum Muslimin hanya nol koma nol sekian persen saja, punya kepedulian tinggi bahwa daging babi terlarang bagi seorang Muslim. Sebagai kasir, bisa saja dia bersikap cuek. Toh, kalau saya diberi tahu onigiri itu isinya daging babi, sudah pasti saya tak jadi beli, bukan? Maka..., Jika ada seorang pemimpin tertinggi dari sebuah negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia kemudian meng-endorse sebuah kuliner yang jelas bahan dasarnya babi yang dipanggang kepada kaum Muslimin yang akan berhari raya, ini super aneh bin ajaib!! Dimana letak TOLERANSI-nya pada ummat Islam?! Tidakkah dia tahu bahwa BABI DIHARAMKAN bagi Muslim?! Jangankan dimakan, menyentuhnya saja sudah terkena najis mugholadhoh, yang harus dibasuh dengan air mengalir 7 kali, salah satunya bercampur tanah. Tak perlulah Fadjroel Rachman mencari pembenaran dengan membelokkan pada bipang Pasuruan, kuliner djadoel. Sebab jelas ucapan pak Jokowi "bipang Ambawang dari Kalimantan". Tidak salah ucap, sebab gesturnya saat tampil di tv menunjukkan jokowi sedang menatap pada satu arah, tampaknya sedang membaca teleprompter di depan sana. Karena yang disebut bipang Ambawang, maka tak salah kalau pihak bipang Ambawang pun lewat akun instagramnya mengucapkan terima kasih pada jokowi karena produknya disebut dalam pidato presiden. ***** Mungkin ada yang menganggap lebay jika kita membahas ini?! Tidak! Tidakkah sangat janggal presiden menyarankan kuliner berbahan dasar babi untuk kaum Muslimin yang akan merayakan Idul Fitri?! Tentu tak jadi soal jika pak jokowi menyarankannya pada saat jelang hari raya Imlek atau natal. Tapi ini idul fitri, hari rayanya ummat Islam!! Saya yakin ini BUKAN kebetulan, BUKAN ketidaksengajaan, sebab itu bukan pidato spontan atau doorstop interview. Itu adalah pidato yang disiapkan, teks-nya ditampilkan dalam teleprompter, justru agar presiden TIDAK SALAH sebut! Sebuah fenomena politik kerap kali tidak bisa dilihat sebagai suatu kejadian tunggal. Namun haruslah dirangkai dengan kejadian lain yang terjadi dalam kurun waktu yang berdekatan. Mari kita tengok tes "Wawasan Kebangsaan" (WK) para karyawan KPK yang akan beralih status jadi ASN. Lho apa hubungannya pidato jokowi tentang kuliner khas daerah dengan tes WK bagi karyawan KPK?! Nanti, akan kita temukan benang merahnya. Salah satu pertanyaan tes WK yang diajukan kepada karyawan yang berhijab adalah "apakah bersedia melepaskan jilbabnya jika diminta". Dan..., kalau dijawab "tidak bersedia" maka karyawan tersebut dianggap EGOIS, lebih mengedepankan keinginan sendiri ketimbang kepentingan bangsa dan negara. Wow!! Sejak kapan memakai jilbab menjadi bertentangan dengan kepentingan bangsa dan negara?! Memakai jilbab justru BUKAN egoisme seorang Muslimah. Perempuan Muslim yang egois, justru akan lebih memilih memamerkan rambutnya yang indah, lebat, berkilau, memperlihatkan lehernya yang mulus dan jenjang, mempertontonkan dadanya yang montok, ketiaknya yang indah, dll. Justru mereka yang berhasil menyingkirkan egonya demi KEPATUHAN pada perintah Tuhan-nya itulah yang rela tidak mengumbar keindahan ragawinya dan menutupinya dengan selembar kain hijab. Apakah selembar kain hijab bisa menghalangi kepentingan bangsa dan negara?! Kepentingan macam apa gerangan?! Bertahun-tahun sudah jilbab dibolehkan disekolah-sekolah, kampus-kampus, dan tempat kerja, sejak terbitnya SKB 3 Menteri — Menteri Agama, Menteri Pendidikan & Kebudayaan, Menteri Tenaga Kerja — pada masa pemerintahan Presiden Soeharto (kalau tak salah terbitnya Maret 1991, sebab pada awal April 1991 saya mulai memakai jilbab). Sejak pembolehan itu, banyak Muslimah berjilbab yang tak terhalang berprestasi di bidangnya masing-masing, termasuk para atlit yang turut mengharumkan nama bangsa di manca negara. Lalu, setelah 30 tahun SKB 3 Menteri itu berlaku, tetiba sebuah institusi negara, ingin mereduksinya. Berjilbab dianggap hanyalah sebuah egoisme pribadi semata, bukan manifestasi dari kepatuhan terhadap perintah Allah SWT, Tuhan-nya ummat Islam. Bukan dinilai sebagai bentuk ketaatan seorang ummat beragama yang dilindungi oleh Undang-Undang, di negara yang meletakkan "Ketuhanan" pada sila pertama dasar negaranya. Inilah PENDANGKALAN atas esensi pemakaian jilbab!! Masih ingat kalimat "Bapak, Ibu, jangan mau dibohongi pakai surat Al Maidah ayat 51"? Ya, kalimat fenomenal yang terucap dari mulut ahok hampir 5 tahun lalu itu, tentu tidak akan diulang secara letterlijk, sebab itu sebuah kebodohan. Namun..., esensinya akan bermetamorfosis dalam bentuk lain. "Lepas dong jilbabmu, itu baru namanya mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, gak egois" ==> ini bahasa "to the point" nya "kamu jangan mau dibohongi pakai surat Al Ahzab ayat 59". Mirip kan?! Dulu, ahok sudah "lompat pagar" hendak melakukan PENDANGKALAN terhadap aqidah ummat Islam, agar jangan mempercayai seruan Allah bagi kaum Muslimin agar jangan memilih pemimpin bukan dari kalangan sesama Muslim. Kini, dengan dalih tes Wawasan Kebangsaan, karyawan KPK yang Muslimah berjilbab hendak didangkalkan dengan pertanyaan "maukah melepas jilbab". Dan..., presiden MENGAJAK ummat Islam yang sedang berpuasa, sebentar lagi menyambut datangnya Idul Fitri, tak perlu mudik, kalau kangen kuliner khas, pesan saja, termasuk BABI PANGGANG Ambawang. Bukankah imbauan ini juga bentuk pendangkalan atas keimanan dan kepatuhan ummat Islam pada larangan Allah yang termaktub dalam surat Al Maidah ayat 3?! Disinilah benang merahnya! Diakui atau tidak, kenyataan itu ada. Ummat Islam seakan DIAJAK untuk perlahan-lahan MENINGGALKAN KEPATUHAN terhadap perintah dan larangan ALLAH yang sudah jelas disebutkan dalam kitab suci Al Qur'an. Allahu 'a'lam. Mungkin Allah sedang membunyikan "red alert", alarm, yang harus kita maknai, bagi orang-orang yang mau berpikir. Isyarat bahwa Ummat Islam Indonesia wajib memperkuat benteng aqidahnya masing-masing. Bukan di lembaga-lembaga pendidikan formal, melainkan dalam rumah tangga, "al-madrasatul 'ula", madrasah yang paling awal. Jangan sampai kita dan keluarga kita tanpa disadari aqidahnya mengalami pendangkalan. Laa haula wa laa quwwata illaa bilLaah by M Rizal Fadillah
Persoalan Israel-Palestina sangatlah serius. Arogansi zionis Israel kini tengah menganiaya dan menjajah bangsa Palestina. Pengusiran warga Palestina di Sheikh Jarrah Yerussalem Timur untuk digantikan pemukiman Yahudi serta penyerangan tentara Israel kepada warga Palestina yang sedang beribadah Ramadhan di Masjid Al Aqsha sangat di luar batas. Berbeda dengan Turki, Qatar dan lainnya yang siap terjun langsung hingga bantuan militer untuk membela bangsa Palestina, Indonesia cukup berteriak mendorong Dewan Keamanan PBB untuk melangkah. Semua tahu PBB telah dikuasai oleh negara yang lebih pro-Israel atau berada dalam kendali lobby zionis. Ruang meja perundingan adalah isu ujungnya. Sulit berharap terhadap penghukuman negara kolonial zionis Israel. Amerika malah meminta penyerangan balasan roket HAMAS ke Tel Aviv dan kota lain untuk dihentikan. Turki maju selangkah bahkan seribu langkah. Di samping secara normatif mendesak DK PBB untuk menerjunkan pasukan ke area konflik agar "memberi pelajaran dan efek jera bagi Israel" Erdogan juga aktif berkomunikasi dengan berbagai pemimpin dunia untuk membantu membela Palestina. Rusia telah diajak untuk terjun. Dengan pemimpin Qatar dan Raja Malaysia komunikasi dibangun intensif. Demikian juga dengan Saudi, Yordan, dan Emirat Arab. PM Pakistan Imran Khan pun aktif mereaksi. Indonesia masih saja bermain di level Menteri. Retno Maksudi yang berteriak atas nama Presiden. Sementara Presiden belum ada ucapan atau gerakan apa apa. Seperti biasa bungkam. Untuk urusan seserius kezaliman Israel atas Palestina maka yang bergerak harus di tingkat pemimpin tertinggi. Jokowi harus sibuk menunjukkan sebagai pemimpin negara dengan umat Islam terbesar. Simpati pada bangsa Palestina bukan sekedar basa basi. Jika Presiden terus diam ya akhirnya kegeraman rakyat khususnya umat Islam Indonesia atas kezaliman Israel, kembali membentur kekecewaan pada pemimpinn yang tidak berkualitas, cari aman, serta hanya memikirkan diri dan kroninya. Presiden yang ada dan tiada sama saja. Soal KPK yang "dibunuh" diam, soal babi panggang yang menyinggung umat Islam "sembunyi tangan", masalah pelanggaran HAM berat pembunuhan enam anggota laskar "masa bodoh", terorisme Papua disikapi "sekedarnya", dan kini soal kekejaman Israel "bukan urusan saya" itu tugas Menteri Luar Negeri. Dan sang Menlu hanya bisa berteriak untuk sembunyi di ketiak PBB, lalu selesai. Lupa bahwa Palestina adalah negara yang awal-awal mengakui kemerdekaan bangsa Indonesia. Kini pembelaan atas bangsa Palestina dirasakan sekedar basa basi. Wujud dari kepemimpinan yang selalu mengandalkan pencitraan. Bukan aksi dan bukti. Apalagi menunaikan janji atau berani unjuk gigi. *) Pemerhati Politik dan Kebangsaan Bandung, 14 Mei 2021 Oleh : Ahmad Khozinudin, S.H.
Advokat, Koordinator TPUA Rakyat terkejut dengan pernyataan Presiden Joko Widodo, dimana di dalam salah satu rekomendasinya menyarankan kepada segenap rakyat untuk memesan kuliner Nusantara secara online. Salah satu kuliner yang direkomendasikan Presiden agar dipesan secara online adalah Bipang Ambawang. Bipang sendiri adalah akronim dari Babi Panggang, sementara Ambawang salah satu desa di Kecamatan Batu Ampar, Tanah Laut, Kalimantan Selatan, Indonesia. Bipang Ambawang adalah makanan khas Kalimantan, merupakan sajian babi panggang yang haram dimakan kaum muslim yang merayakan Lebaran ataupun dihari biasa. Belum ada klarifikasi resmi dari Presiden tentang tindakan yang tak patut ini. Juru Bicara Presiden, berusaha menetralisir isu dengan menyebut Bipang atau Jipang adalah makanan yang terbuat dari beras. Klarifikasi Fadjroel Rachman ini tidak menyelesaikan perkara, karena yang disebut Presiden adalah Bipang bukan Jipang. Presiden juga melengkapi pernyataannya dengan menyebut Bipang Ambawang dari Kalimantan. Secara gramatikal maupun konteks kebahasaan, makna yang dituju oleh Presiden Joko Widodo adalah Bipang dalam pengertian makanan khas Kalimantan yang merupakan sajian babi panggang. Fadjroel tidak bisa memalingkan makna bipang sebagai 'Babi Panggang' dengan mengalihkannya pada makanan jipang yang terbuat dari beras. Lagipula, jipang yang dimaksud oleh Fajroel bukanlah makanan khas Kalimantan, mungkin juga tidak ditemui di Kalimantan. Berbeda dengan Fajroel Rachman yang masih 'ngeles' atas pernyataan Presiden Joko Widodo, Ketua Umum Jokowi Mania (JoMan) Immanuel Ebenezer atau Noel secara tegas mengakui makna yang dimaksud Presiden Joko Widodo adalah Bipang dalam pengertian Babi Panggang dan menyalahkan Menteri Sekretaris Negara Praktikno atas viralnya video ini. "Ini sudah kesekian kalinya. Dari surat-surat, administrasi hingga data sambutan presiden pun bisa salah," kata Noel dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (8/5/2021). Pernyataan Presiden yang tidak elok ini, tentu menimbulkan pertanyaan publik. Apakah dengan mempromosikan Babi Panggang Ambawang secara terbuka kepada segenap rakyat yang mayoritas muslim, apalagi menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri, terkategori perbuatan tercela ? Kami dari TPUA memang sedang menggugat Presiden Joko Widodo yang salah satu petitum yang kami buat adalah menuntut Presiden Joko Widodo untuk menyatakan mengundurkan diri di hadapan publik. Alasannya, dalam Posita kami telah menjelaskan Presiden Joko Widodo telah melakukan tindakan tercela berupa banyaknya kebohongan dan janji-janji palsu Presiden, baik saat kampanye Pilpres maupun setelah menjabat menjadi Presiden. Namun, tindakan Presiden yang mempromosikan Babi Panggang Ambawang secara terbuka kepada segenap rakyat yang mayoritas muslim, apalagi menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri, jelas terkategori perbuatan tercela yang memenuhi unsur perbuatan melawan hukum. Kami mengadopsi doktrin perbuatan melawan hukum secara materiil, dimana di dalam gugatan kami terangkan sejumlah tindakan Presiden berupa tindakan kebohongan dan ingkar janji, yang menurut norma dan etika publik, norma susila dan agama, terkategori perbuatan yang tercela. Pada kasus Bipang Ambawang ini, jelas Presiden Joko Widodo telah melakukan perbuatan tercela dengan mempromosikan Babi Panggang Ambawang secara terbuka kepada segenap rakyat yang mayoritas muslim, apalagi menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri. Tindakan seperti ini jelas, telah melanggar norma dan etika publik, norma susila dan agama, dan terkategori perbuatan yang tercela. Peristiwa dimaksud, tentu saja semakin menguatkan gugatan yang kami ajukan terhadap Presiden Joko Widodo. Mengenai apakah hal tersebut bertentangan dengan ketentuan pasal 7A UUD 1945 ? Kami dapat menjawabnya, itu kewenangan Mahkamah Konstitusi. Sebab, gugatan kami terhadap Presiden Joko Widodo hanya menuntut pengadilan menetapkan Presiden Joko Widodo telah melakukan perbuatan tercela dan meminta agar Presiden mengundurkan diri dari jabatannya. Jika Presiden menolak mundur, kami telah siapkan opsi menggugat DPR RI (telah teregister dengan nomor perkara 265/Pdt.G/2021/PN.Jkt.Pst) agar DPR RI menggunakan kewenangan kontrol terhadap eksekutif melalui hak angket, interpelasi dan Hak Menyatakan Pendapat (HMP). Dari DPR RI inilah, kelak Presiden diadili di Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah lah yang berwenang untuk mengadili dan memutuskan apakah Presiden telah melanggar ketentuan pasal 7A UUD 1945 karena telah melakukan tindakan atau perbuatan tercela. Nb. Pasal 7A UUD 1945 “Presiden dan / atau Wakil Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atas usul Dewan Perwakilan Rakyat, baik terbukti telah melakukan kesalahan hukum berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela atau terbukti tidak terbukti lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan / atau Wakil Presiden. Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik Sudah tidak bisa menyejahterakan rakyat, kerjanya menumpuk utang, protokol pandemi dilanggar sendiri, KPK dilumpuhkan, Ulama di kriminalisasi, sekarang rakyat mau bahagia setahun sekali mudik bersama keluarga saja dipersulit. Bahkan, hingga mengerahkan alat negara, seolah ingin memberi pesan : NEGARA TIDAK BOLEH KALAH DENGAN PEMUDIK. Padahal ? Negara keok melawan OPM. Negara kalah telak dengan koruptor BLBI. Bahkan, Negara dibuat tidak berdaya hanya oleh seorang Harun Masiku. Pemudik dipersekusi layaknya penjahat kelas kakap, saat yang sama, penerbangan Jakarta - Wuhan dibuka, orang China berstatus TKA terus berdatangan. Lalu rakyat diminta untuk taat tanpa protes ? ya tidak bisa, kecuali rakyat sudah tak lagi memiliki otak. Melarang mudik itu boleh, kalau yang melarang itu yang ngongkosi. Ini ongkos sendiri, pulang ke keluarga sendiri, kok dihalang-halangi ? Alasan Pandemi ? omong kosong ! Buktinya, tempat wisata dibuka dan digalakkan, mal dan pusat belanja open house terus, pasar tanah Abang membludak, di pasar umum biasa terjadi perkumpulan orang. Presiden juga bebas bikin agenda kumpul-kumpul, baik di Bogor maupun di NTT. Yang paling menjengkelkan, kenapa syi'ar Islam dibungkam ? takbir keliling dilarang, sholat Id tak boleh di masjid ? tak boleh mudik yang itu bagian dari tradisi Islam ? waktu Natal dan Tahun Baru, tak ada larangan seperti ini. Bulan Ramadhan, KPK dilumpuhkan. Idul Fitri, syi'ar Islam dilumpuhkan sementara syi'ar pariwisata dan pusat belanja, terus digalakkan. Syi'ar TKA China juga disemarakkan, dengan dibukanya rute penerbangan Jakarta - Wuhan. Padahal ? virus Corona itu dari Wuhan, bukan dari Masjid. Yang membawa virus itu orang China yang ke Indonesia atau orang Indonesia yang pergi dari dan ke China, bukan pribumi yang mudik. penyebaran virus itu lebih potensial dari TKA China, bukan dari acara sholat idul Fitri. Tapi penguasa di negeri ini lebai, sok menjaga nyawa rakyat tapi tidak konsisten dengan kebijakan. Kepala daerah juga ada yang ikut cari muka, ingin dianggap melindungi warga dengan melarang pelaksanaan sholat idul Fitri di daerahnya. Padahal ? Penderitaan rakyat yang sesungguhnya, tidak pernah diurusi serius oleh penguasa, baik pusat maupun daerah. Semua, lebih fokus mencari pamrih citra, ketimbang pengabdian kepada rakyat. Pingin bahagia setahun sekali saja diganggu penguasa. Mereka, melanggar aturan suka-suka. Hidup di dunia, sudah seperti di neraka saja rasanya. Pada tahun 2004, Daniel Pipes, pendiri Middle East Forum yang juga dikenal sebagai dalang gerakan Islamophobia menulis sebuah artikel berjudul “Rand Corporation and Fixing Islam”. Dalam tulisannya tersebut, Pipes mengaku senang. Harapannya untuk memodifikasi Islam berhasil diterjemahkan dalam sebuah strategi oleh peneliti Rand Corporation, Cheryl Benard.
Oleh Benard, misi ini ia sebut dengan istilah religious building, upaya untuk membangun agama Islam alternatif. Benard mengakui bahwa misi ini sangat berbahaya dan kompleks, jauh lebih menakutkan dibanding misi nation building. Sedangkan Pipes, menganalogikan misi ini sebagai upaya untuk masuk ke dalam wilayah yang belum terpetakan. “Ini adalah sesuatu yang belum pernah dicoba sebelumnya,” tulisnya. Sebelumnya, Cheryl Benard, yang berdarah Yahudi ini pernah mencetuskan ide untuk mengubah Islam menjadi agama yang pasif dan tunduk kepada Pemerintah AS. Serangkaian strategi pun dirancang dan dituliskan. Ia memaparkan konsepnya itu dalam buku berjudul “Civil Democratic Islam: Partners, Resources, and Strategies.” Mereka ingin mengubah Islam, karena ajarannya yang murni tidak akan mengizinkan non-Muslim mengendalikan umat Islam, sumber daya mereka, tanah mereka, atau kekayaan mereka. Bagi mereka ini adalah masalah besar. Gayung bersambut. Presiden George W. Bush Jr menyambut strategi tersebut. Khilafah menjadi salah satu ajaran dalam Islam yang mereka hantam. Dalam sebuah pidatonya pada bulan September 2006, Bush mengungkapkan: “Mereka berharap untuk membangun utopia politik kekerasan di Timur Tengah, yang mereka sebut Khilafah.. Khilafah ini akan menjadi kekaisaran Islam totaliter yang mencakup semua wilayah Muslim, baik saat ini maupun di masa lalu, membentang dari Eropa ke Afrika Utara, Timur Tengah, hingga Asia Tenggara…” Tak hanya itu, dalam pidato yang sama, Bush pun bersumpah, tak akan membiarkan khilafah tegak. “Saya tidak akan membiarkan hal ini terjadi. Dan tidak ada seorangpun Presiden Amerika di masa depan yang akan membiarkannya juga.” Jika AS mampu mencegah pembentukan kekhalifahan, mengontrol minyak dan sumber daya energi lainnya di dunia Islam, maka, akibatnya, mereka akan memiliki kekuatan untuk memaksakan kebijakannya di seluruh dunia yang bergantung pada minyak tersebut. Misi yang dicanangkan oleh Benard adalah bagian dari program perang melawan teror, sebuah perang yang menurut Presiden George W. Bush dan Menteri Luar Negeri saat itu, Colin Powell, identik dengan Perang Salib. “Perang salib ini, perang melawan terorisme ini akan memakan waktu cukup lama. Dan rakyat Amerika harus bersabar. Saya akan bersabar,” kata Bush dalam pidatonya tahun 2001. Pada tahun 2004, dalam percakapannya dengan presiden Pakistan saat itu, Pervez Musharraf, Powell mengatakan, “Saya memanggil Presiden Musharraf dan berkata: ‘Kami butuh jawaban Anda sekarang. Kami membutuhkan Anda sebagai bagian dari kampanye ini, perang salib ini.’” Islam ala Rand Corp Pertanyaannya, bisakah Amerika meyakinkan kaum Muslimin di seluruh dunia untuk menerima “Islam ala Rand” ini? Tidak. Rand Corporation pun telah mengakui hal ini. Mereka meyakini bahwa umat Islam telah kehilangan kepercayaan kepada Amerika. AS kalah dalam perang gagasan di dunia Islam, gagal mempromosikan kebijakannya kepada umat Islam yang waspada terhadap niat dan kemunafikan Amerika, menurut penasehat Pentagon. Maka dari itu, Rand Corp menyatakan bahwa dalam program ini tangan Amerika harus disembunyikan. Sementara, boneka Muslim yang dipilih dengan hati-hati harus berada di garis depan untuk mengantarkan Islam versi baru ini. Lantas siapa yang akan menjadi boneka dalam Islam ala Rand Corp? Bagi mereka, mitra ideal untuk menjalankan pekerjaan ini adalah Muslim dari ‘dalam’ komunitas umat Islam yang akan bekerja untuk kepentingan Amerika. Rand melabeli mereka sebagai kaum ‘modernis/moderat’. Ciri dari kelompok modernis ini, menurut Benard, adalah keinginan untuk “memodernkan dan mereformasi Islam, agar sejalan dengan zaman.” Lalu, bagaimana mereka mampu menjalankan misi dari pemerintah AS tersebut? Pertama, Rand merekomendasikan agar Muslim yang memahami Islam sejati dan ingin menerapkan Syariat Islam disingkirkan, dengan melabelinya sebagai fundamentalis dan ekstremis, pengecut dan pengacau. Rand memberi saran kepada Amerika untuk mendiskreditkan dan menghina para pengikut Islam sejati. Setelah menyingkirkan kelompok “fundamentalis”, AS akan mengangkat kaum modernis sebagai role model dan pemimpin Islam. Mereka memberikan dukungan kepada kaum modernis, apapun yang mereka minta, antara lain dengan mengontrol sistem pendidikan, pendanaan, liputan media, sehingga kaum modernis bisa menyingkirkan halangan yang menghambat dominasi Amerika. RAND menyarankan: Buat role model dan para pemimpin (dari kalangan modernis). Mereka harus dipelihara dan ditampilkan secara publik sebagai wajah Islam kontemporer. Modernis yang berisiko menghadapi persekusi (karena penodaan dan pengkhianatan mereka) harus dibangun (citranya) sebagai pemimpin hak-hak sipil yang pemberani. Publikasikan dan distribusikan karya mereka dengan dukungan biaya. Dorong mereka menulis untuk masyarakat dan para pemuda. Perkenalkan pandangan mereka ke dalam kurikulum pendidikan Islam. Beri mereka panggung di publik. Buat pendapat dan penilaian mereka tentang pertanyaan mendasar dari penafsiran agama tersedia bagi masyarakat, dalam persaingan dengan para fundamentalis dan tradisionalis, yang memiliki website, penerbitan, sekolah, institut, dan banyak kendaraan lain untuk menyebarkan pandangan mereka.” Untuk strategi jangka panjang, Rand menyarankan agar para boneka modernis ini mampu membuat para pemuda Islam memeluk sekularisme, bangga dengan sejarah non-Islam dan pra-Islam, melalui kurikulum sekolah dan media lainnya. Dengan demikian, konsep mengenai Syariat, jihad, dan khilafah yang benar akan rusak dalam pikiran para pemuda Islam, bahkan membuat mereka benci dan menjauhinya. Untuk mencapai tujuan tersebut, Rand juga menyarankan agar pemerintah AS mendukung pengembangan ormas yang bisa dimanfaatkan. Generasi Muslim berikutnya dapat dipengaruhi jika pesan Islam demokratis bisa dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah dan media publik di negara-negara yang bersangkutan. Posisikan sekularisme dan modernisme sebagai pilihan “tandingan” untuk para pemuda Islam yang tidak puas. Fasilitasi dan dorong kesadaran akan sejarah dan budaya pra-Islam dan non-Islam mereka, di media dan kurikulum negara-negara terkait. Bantu pengembangan organisasi kemasyarakatan yang independen, untuk mempromosikan budaya sipil. Islam Nusantara? Jika kita lihat di Indonesia, semua strategi tersebut sudah dan sedang diterapkan. Tapi, apakah masih ada strategi lain? Ya, tentu ada. Rand juga merekomendasikan perpecahan di dunia Islam dengan menciptakan Islam versi nasionalistik negara tertentu. “Kembangkan Islam Barat, Islam Jerman, Islam AS, dan lainnya. Hal ini membutuhkan pemahaman yang lebih baik tentang komposisi, praktek dan pemikiran yang berkembang di dalam komunitas-komunitas ini. Bantu dalam memunculkan, mengekspresikan, dan “mengkodifikasi” pandangan mereka.” Tiga belas tahun berikutnya, tepatnya bulan Maret 2016, strategi penerapannya di Asia Tenggara kembali digodok di Semarang. Beberapa pakar diundang untuk merumuskannya. Pesertanya dari Indonesia, Australia, Singapura, Vietnam, Malaysia, Thailand, hingga Filipina. Dari Indonesia, hadir Wahid Institute dan Ma’arif Institute. Rekomendasi dari forum tersebut dituangkan dalam sebuah laporan berjudul “Counter-Narratives for Countering Violent Extremism (CVE) in South East Asia”yang dirilis oleh Hedayah Center, lembaga think tank yang berbasis di Uni Emirat Arab yang lahir atas inisiatif sebuah forum global pimpinan Inggris. Laporan tersebut merekomendasikan tiga ajaran dalam Islam yang harus dimodifikasi, yaitu khilafah, jihad, dan al-wala’ wal-bara’. Modifikasi ajaran Islam tidak hanya dilakukan dengan mengubah definisi. AS juga menyarankan agar penggunaan beberapa istilah-istilah Islami mulai dihindari, seperti jihad, syariah, dan ummah, sebagaimana yang ditulis dalam laporan yang dirilis Dewan Penasihat Keamanan Dalam Negeri AS pada tahun 2016. Selain itu, rekomendasi lainnya adalah dengan mengembangkan Islam dalam konteks lokal. Islam Indonesia, bukan Islam di Indonesia. Narasi yang lebih dikedepankan adalah narasi toleransi dan pluralisme, dan bahwa Islam juga sama dengan agama-agama yang lain. Untuk membangun identitas Islam lokal tersebut, antara lain dengan mengembangkan materi khutbah dengan konteks lokal yang mengedepankan tema-tema toleransi, perdamaian, hak perempuan, dan seterusnya. Rekomendasi lebih detail dirilis pada bulan Agustus 2016 dengan judul “Undermining Violent Extremist Narratives in South East Asia: A How To Guide”. Laporan tersebut berisi panduan yang lebih praktis dalam mengimplementasikan strategi di atas. Sasaran utama dari proyek ini adalah pemuda dan wanita. Agar pesan-pesan dan narasi tersebar lebih efektif, mereka menyarankan penggunaan tokoh agama yang bisa digalang untuk menyebarkan Islam alternatif ini. Untuk medianya penyebarannya, dilakukan mulai dengan menggunakan media sosial, televisi, film, radio, media cetak, komik, buku, hingga kegiatan-kegiatan diskusi. Skenario Islamofobia Terakhir, sebagai tambahan informasi, dalam bukunya yang berjudul “Islamophobia and the Politics of Empire”, Prof. Deepa Kumar menjelaskan tentang dua skenario Islamofobia yang, menurutnya, berakar dari narasi Paus Urbanus pada saat Perang Salib. Saat itu, Paus membangun narasi yang menggambarkan Islam dan Nabi Muhammad SAW dengan begitu buruk. Hal ini dilakukan untuk memobilisir warga Eropa agar mau melakukan perang Salib dan untuk mencegah mereka dari masuk Islam. Kumar menjelaskannya dengan istilah Islamophobia konservatif dan Islamophobia liberal. Istilah Islamophobia konservatif mungkin cukup familiar bagi kita. Ialah mereka yang memandang bahwa Islam secara instrinsik adalah agama yang buruk, musuh bagi kemodernan, kebebasan, dan semacamnya. Sementara Islamophobia liberal, jelas Kumar, dilabelkan kepada mereka yang muncul dalam retorika lebih lembut. Meski sebenarnya tidak kalah jahat. Mereka membagi adanya “Good Muslims” dan “Bad Muslims”. “Good Muslims” adalah umat Islam yang mau bekerja untuk Barat. Kumar menganalogikan pendekatan Islamofobia liberal sebagai “penjajahan berbulu domba”. Jadi, jika hari ini kita mendapati begitu banyak fenomena industri kebencian pada Islam dan ajarannya, dengan berbagai tingkatannya, tidak perlu heran. Ada sebuah skenario global yang sangat besar dengan dana milyaran dollar yang saat ini sedang dijalankan, sebagai tindak lanjut dari kebencian ratusan tahun yang bermula dari Perang Salib di masa lalu.
Kamis, 6 Mei 2021
Dikutip dari Faktakini.info Jakarta - Habib Rizieq adalah seorang Pakar tentang Pancasila. Dalam studi S2 nya di Malaysia, Habib Rizieq menulis Tesis tentang Pancasila dengan judul 'Pengaruh Pancasila terhadap Penerapan Syariat Islam di Indonesia', dan hasilnya Habib Rizieq lulus dengan predikat Cum Laude atau sangat memuaskan di Universiti of Malaya, Malaysia. Jadi Habib Rizieq alhamdulillah telah mengharumkan nama Pancasila ke seluruh dunia. Karena itu Habib Rizieq sering menemukan kesalahan beberapa pihak yang bicara soal Pancasila namun sejatinya mereka kurang memahami apa itu Pancasila dan esensinya. Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Timur kembali menggelar sidang lanjutan perkara kerumunan acara Maulid Nabi Muhammad SAW dan pernikahan acara putri Habib Rizieq Shihab di Petamburan, Jakarta Pusat dan Megamendung, Bogor, Jawa Barat, Senin (3/5/2021). Di ruang persidangan, keunggulan Habib Rizieq dan team pengacaranya semakin terasa. Segala fitnah yang kerap dihembuskan para buzzer bahwa FPI anti Pancasila dan mau mengganti Pancasila pun terbantahkan. Justru FPI yang mati-matian mempertahankan Pancasila sedangkan kelompok berfaham melenceng mau merubahnya jadi Trisila bahkan Ekasila. Kepada majelis hakim, Habib Rizieq menjelaskan bahwa di bumi pancasila Indonesia ini, syariat Islam bukan hanya boleh berlaku, tetapi sudah lama berlaku. Habib Rizieq menerangkan Pancasila lahir dari para Ulama. Hakim ketua Suparman Nyompa mempertanyakan visi-misi dan dasar dari organisasi Front Pembela Islam (FPI). Habib Rizieq mengatakan organisasinya tidak memiliki masalah dengan Pancasila. Kepada majelis hakim, Habib Rizieq menjelaskan bahwa di bumi pancasila Indonesia ini, syariat Islam bukan hanya boleh berlaku, tetapi sudah lama berlaku. Habib Rizieq menerangkan Pancasila lahir dari para Ulama. Berikut ini jawaban Habib Rizieq atas pertanyaan Hakim Ketua PN Jakarta Timur: Hakim : Teroris bertujuan untuk mengganti Dasar Negara Pancasila, kalo FPI.? Mendapat pertanyaan tiba-tiba dan tidak berkaitan dengan pokok perkara yang disidangkan atas diri beliau. Maka ruang sidang pun seketika berubah menjadi forum Kuliah Umum kepada para Hakim & Jaksa dengan materi; "Wawasan Pancasila" oleh Pak Dosen HRS penyandang gelar Ph.D. HRS : Tesis S2 saya berjudul "Pancasila Dan Hubungannya Dengan Penerapan Syariat Islam Di Indonesia." Pada intinya, saya membagi Penerapan Syariat Islam di Indonesia dalam 4 tingkatan: Pertama; Syariat Islam berkaitan dengan Hukum Privat, Ibadah Shalat, Puasa, Zakat & Haji. Sudah berjalan di Indonesia. Tidak ada larangan; Kedua; Syariat Islam berkaitan dengan Hukum Keluarga, Nikah, Thalaq, Waris, Hibah, dst sudah berjalan di Indonesia bahkan negara telah membentuk Pengadilan Agama. Ada hakimnya, ada paniteranya dan ada kompilasi hukum Islam. Ketiga; Syariat Islam berkaitan dengan Perekonomian, sudah berjalan di Indonesia. Misalnya, bunga 0% itu non Ribawi. Sudah ada perbankan Syariat, Asuransi Syariat dst. Dan Keempat; Syariat Islam berkaitan dengan Hukum Pidana. Semangat & substansi Hukum Positif sama dengan Hukum Islam. Hukum positif melarang mencuri, membunuh, korupsi. Hukum Islam juga melarang mencuri, membunuh, korupsi dst. Hanya berbeda dalam bentuk hukumannya. Itu masih perlu diperjuangkan secara konstitusional melalui parlemen / DPR. Kalo suatu saat DPR setuju Hukum Potong Tangan bagi koruptor, maka Pidana menurut Syariat Islam akan berlaku. Bagi FPI, Pancasila tidak bertentangan dengan Islam. Karena itu jangan membenturkan Pancasila dengan Islam dan semua agama di Indonesia. FPI wajib melindungi Pancasila karena Pancasila adalah warisan para Ulama yang diperjuangkan di BPUPKI dan disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945. Kuliah Pancasila & Syariat Islam 4 SKS, Tuntas di ruang sidang PN Jakarta Timur.? https://youtu.be/IkdUMPyS_z0 |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|