Setetes Airmata Untuk : "Habib Rizieq Fenomenal"
Oleh : Abdurrahman Lubis (dipetik dari buku The Last Train dan dari kunjungan di markas FPI Tanah Abang dan berbagai referensi). Kalau boleh disebut Imam Besar Habib Rizieq Shihab (IB HRS) adalah pribadi paling menarik dasawarsa ini. Mungkin tidak berlebihan, kalau Pemerintah Saudi mengangkatnya sebagai tamu, warga kehormatan. Ia keturunan ke 38 dari Rasulullsh SAW dari uslub, Hasan bin Ali bin Ali bin Abi Thalib anak almarhum Habib Husein Syihab, anggota Pandu Arab, pejuang, mengusir penjajah Belanda dari Indonesia… Habib Husein Syihab pernah bekerja di Palang Merah Indonesia (dulu Rode Kruis), di zaman pra kemerdekaan banyak berkhidmad makanan dan Obat-obatan untuk para pejuang. Habib Husein Syihab, pernah ditangkap, tangannya diikat dan diseret mobil Jeep, di penjara, oleh Belanda, divonis hukuman mati. Berkat bantuan Allah Swt ia cabut dari penjara melompat ke Kali Malang tapi tertembak bagian punggungnya … Jadi kalau dilihat sepak terjangnya, IB HRS mewarisi "darah pejuang". dari ayahnya. Berbakti dengan membawa misi agama dan kemanusiaan…untuk Indonesia... IB HRS, dalam aksi jihadnya, yang dikenal sebagai "pasukan putih", dan aparat setempat telah banyak menutup jaringan narkoba, tempat maksiat, pelacuran dan perjudian. Membuat banyak agen2 tempat hiburan terancam usahanya, terjadi perlawanan dan muncullah istilah2 anarkis, teroris, radikalis dan sebagainya. Pasukan putih adalah evakuator 100 ribu jenazah, korban Tsunamii Aceh. Membangun masjid dan musholla, dan mengihidupkan lagi suasana "kematian" berbulan-bulan di kuburan massal. Selalu menjadi garda depan dalam urusan kemanusiaan membantu korban bencana alam, banjir, longsor dan gempa bumi. Dalam dakwah safar penulis di berbagai tempat, seperti Aceh, Sumatera Barat, Yogyakarta, dan terakhir Lombok, penulis melihat langsung pasukan putih, FPI, selalu mewarnai keadaan. Bersama Kemensos RI dalam Program Bedah Kampung. Ribuan membantu warga miskin, puluhan kampung Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi, Purwakarta, Pasuruan, Palu, dan Gresik. Tanpa pandang suku dan agama mereka bedah kampung membela kaum papa. Ribuan pengikut Ahmadiyah taubat dan masuk Islam atas dakwah mereka termasuk 800 orang Ahmadiyah Tenjo Waringin Tasik, memeluk Islam kembali. Dalam urusan yang lebih luas, kenegaraan, banyak yang tak tahu kalau IB HRS pernah bekerja sama dengan Pimpinan MPR RI Taufiq Kiemas, suaminya mbak Mega, khusus memantapkan Empat Pilar RI. IB HRS tak pernah menolak Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika, syaratnya? Kalau masih benar tafsirnya ditafsirkan secara benar dan lurus. Bekerja samalah dengan FPI…..ujar Mantan Menteri Dalam Negeri Indonesia Gamawan Fauzi. Bib, tidak banyak orang tahu antum sering mengirim bantuan kepada saudara kita yang teraniaya di Palestina dan negeri lainnya. Sejumlah Pemda di berbagai Daerah bekerjasama dengan FPI dalam program kebersihan lingkungan, penyuluhan kesehatan, pemberantasan hama pertanian, penghijauan lahan gundul. Benci? Nampaknya IB HRS membiarkan kebencian itu, membiarkan mereka menilai radikal, garis keras, pasukan nasi bungkus, intoleran, teroris. Biarlah…itu urusan Allah Swt bukan urusan IB HRS. Ia tak mau melihat hasil, tugasnya adalah berjuang. Masih ingat ? Upaya pencegahan banjir Jakarta dengan reboisasi daerah hulu sungai yang mengarah ke DKI di Pesantren Agrikultural daerah kaki Gunung Pangrango, padahal saat itu seorang calon gubernur DKI sedang buat "sinetron pencitraan", ingin menghentikan banjir Jakarta secara "sim salabim", pakai "orang pintar" yang "dungu" (meminjam istilah Rocky Gerung). Seakan banjir itu buatannya, padahal sebelum ia lahir, Jakarta tiap tahun kebanjiran. Mau jadi gubernur saja, kok harus "image building", sih... ? Tahun 80-an, Warkop DKI sudah tayang lagu "Jakarta Kebanjiran", Ali Sadikin cuma cengar cengir mendengar lagu itu. Mending IB HRS dengan FPI nya di Mega mendung Puncak, menanam 40 ribu pohon dan target 300 ribu pohon. Ke depan satu juta pohon untuk reboisasi hutan agarJakarta tak lagi jadi dampak. Sekarang, kebencian yang mendalam sudah sampai "titik nadir", dan itu uapnya akan bisa menjadi "bom waktu" karena rakyat akhirnya tahu sekalipun "wartawan salah makan obat", tidak meliput. Sadar, se-sadar2-nya manusia cuma usaha. Kini, siapa sih sebenarnya “Bhineka Tunggal Ika.” Bib, semoga Allah Swt selalu meridhoi setiap langkah baikmu, melindungimu, menjaga kesehatanmu dan menjauhimu dari fitnah dan makar…kami ummatmu hanya mampu "angkat tangan dengan setetes air mata......." Kau digiring lagi dengan politik Covid-19. Pengawalmu sudah mendahuluimu, di surga Firdaus, bersama para Nabi dan Syuhada lainnya, Mereka bersenang-senang dengan bidadari. Sementara para makaris dan penjagal sudah ditarik oleh Malaikat Zabaniyah, dijebloskan ke keraknya Neraka Saqor untuk selama lamanya. Penulis, Pemerhati Keislaman (Sangat memuliakan Zuriyat Nabi Saw). Mengenai IB HRS, ada juga dimuat dalam buku Kiamat Dekat Selamat Datang Almahdi karya Ust Abdurrahman Lubis). Artikel ini dishere 120 grup WA, 30.000 anggota di 20 negara yg pernah dikunjugi penulis dalam safari dakwahnya, tidak komersil, ladang amal bagi yang meneruskan dan Fii sabilillah. Helfia Nil Chalis www.HelfiaNet.com www.HelfiaGoOnline.com
0 Comments
KOMISI III DPR RI KOMITMEN MEMPERJUANGKAN KEADILAN BAGI KELUARGA KORBAN
[Reportase Pendampingan Pengaduan Keluarga Korban 6 anggota FPI kepada Komisi III DPR RI] Oleh : Ahmad Khozinudin, S.H. Advokat, Aktivis Pejuang Khilafah Hari ini (Kamis, 10/12), penulis berkesempatan mendampingi keluarga korban penembakan anggota Polda Metro Jaya beberapa waktu lalu, untuk mengadu ke Komisi III DPR RI. Sebagaimana kita ketahui, ada 6 anggota FPI yang menjadi korban peristiwa penembakan anggota Polda Metro Jaya. Mereka yang menjadi korban adalah Faiz Ahmad Syukur (22), Andi Oktiawan (33), M Reza (20), Muhammad Suci Khadavi Poetra (21), Lutfhil Hakim (24), dan Akhmad Sofiyan (26). Semoga Allah SWT menjadikan mereka para Syuhada, Khusnul Khatimah dan diterima segala amalannya. Amien. Penulis bersama Bang Azis Yanuar (Tim Hukum FPI) dan Bang Achmad Michdan (TPM) mendampingi keluarga korban. Ada keluarga dari 4 (empat) korban yang berkesempatan hadir, sementara 2 yang lain ada udzur. Komisi III DPR RI yang dipimpin oleh Desmond J Mahesa dari Partai Gerindra, begitu mengapresiasikan kehadiran keluarga korban. Kehadiran keluarga yang datang mengadu ke DPR RI menjadi konfirmasi kepercayaan masyarakat kepada lembaga DPR. Dalam catatan penulis, ada beberapa poin penting yang perlu mendapat perhatian kita bersama dari pertemuan tersebut : Pertama, terdapat kesepakatan diam atau dalam istilah ulama "Ijma' Syukuti" dari seluruh anggota DPR RI yang hadir dalam rapat, bahwa yang hadir menghadap ke DPR RI adalah 'Keluarga Korban'. Semua pertanyaan dan klarifikasi anggota DPR Kepada keluarga dalam kapasitas sebagai keluarga korban. Bahkan, saat ada anggota DPR RI yang memberikan beberapa pendapat dan renstra tindak lanjut pertemuan, pimpinan rapat mengingatkan agar fokus pendalaman fakta pada keluarga korban. Tak ada satupun anggota Komisi III DPR RI yang menyebut keluarga sebagai keluarga pelaku. Itu artinya, DPR RI memahami 6 (enam) anggota FPI yang tewas ditembak aparat kepolisian Polda Metro Jaya adalah korban. Bukan pelaku penyerangan terhadap aparat, yang selama ini dinarasikan oleh Polda Metro Jaya. Meskipun, untuk pendalaman fakta dan mengambil kesimpulan perlu mengambil tindakan lebih lanjut. Mengingat, belum dibentuk tim penyelidikan resmi oleh DPR untuk mendalami peristiwa ini. Penerimaan keluarga korban, baru sebatas menerima keluhan dan harapan keluarga korban yang disampaikan kepada wakil rakyat di DPR. Kedua, DPR RI melalui komisi III lebih menampakkan sikap humanis. Selain pimpinan rapat, seluruh anggota DPR baik dari PAN, GERINDRA, PPP, GOLKAR, PKS dan PDIP, mengawali pertanyaan pendalaman dengan mengucapkan rasa prihatin dan turut berbelasungkawa. Bahkan, Arteria Dahlan dari PDIP secara khusus menyampaikan rasa bela sungkawa atas nama PDIP. Sikap ini kontras dengan apa yang dilakukan oleh kepolisian. Hingga hari ini, baik Polda Metro Jaya maupun Mabes Polri yang mengambil alih perkara, tidak pernah menyampaikan ungkapan rasa prihatin dan bela sungkawa kepada keluarga. Padahal, jika korban dianggap pelaku penyerangan tetapi keluarga korban tetaplah warga negara yang tidak bersalah. Semestinya, kepolisian tidak saja menyampaikan alasan diambilnya tindakan pembelaan terpaksa dengan menembak mati 6 anggota FPI. Tetapi kepolisian juga mengungkapkan permohonan maaf karena terpaksa melakukan tindakan itu dan mengungkapkan rasa prihatin dan bela sungkawa kepada keluarga. Sikap DPR ini juga kontras dengan sikap Presiden, yang hingga hari ini tak mengeluarkan sepatah kata pun. Padahal, keluarga korban dan korban sendiri adalah warga negara Indonesia. Terlepas benar salahnya peristiwa, seorang kepala negara semestinya hadir didepan untuk memberikan perlindungan dan pengayoman terhadap segenap rakyatnya. Ketiga, terdapat fakta yang mengejutkan baik yang disampaikan keluarga korban maupun Azis Yanuar yang merupakan Kuasa Hukum FPI yang ikut menyaksikan pemandian jenazah korban. Terdapat banyak luka tembak pada korban. Setiap korban lebih dari satu luka tembakan, mayoritas di dada dan ada yang hingga 4 luka tembakan. Bahkan, ada satu jenazah yang terdapat luka tembakan dari arah kepala bagian belakang dan nyaris tembus kearah mata. Selain itu terdapat luka lebam, bagian punggung menghitam dan ada bagian tubuh yang terkelupas. Sebuah kondisi yang sangat memilukan, tak terbayang kondisi itu diberlakukan kepada manusia. Keempat, kepolisian belum pernah melakukan serah terima jenazah langsung kepada keluarga, termasuk mengembalikan sejumlah barang pribadi milik korban, khususnya HP. Bang Achmad Michdan menekankan pentingnya menelusuri barang pribadi milik korban khususnya HP, karena dapat dijadikan petunjuk untuk mengungkap misteri kasus ini. Sebab, ada dua versi berbeda antara kepolisian dan FPI. Kepolisian mengklaim diserang oleh korban, sementara keterangan FPI korban diculik oleh preman OTK yang kemudian ternyata dilakukan oleh Kepolisian. Kelima, keluarga korban minta keadilan dan minta kepada Komisi III DPR RI agar memfasilitasi. Bahkan, salah satu kakak kandung korban dengan penuh emosi menuntut hukum bunuh atau qisos kepada para pelaku. Mengenai harapan keluarga, Komisi III berjanji akan memperjuangkan apa yang menjadi harapan keluarga, dengan menjalankan kewenangan yang ada pada DPR berdasarkan hukum dan peraturan yang berlaku. DPR bahkan berjanji akan menerima aduan untuk memperdalam kronologi peristiwa dan bukti-bukti dalam pertemuan lanjutan, meskipun telah memasuki masa reses. Saat penyampaian keterangan dari kuasa hukum, Bang Michdan menekankan pentingnya dibentuk Tim Pencari Fakta (TPF) independen yang melibatkan banyak unsur baik Komnas HAM, Ombudsman, LPSK, Tokoh Masyarakat, Akademisi yang diinisiasi DPR. Mengenai mekanisme, diserahkan sepenuhnya kepada DPR. Namun, tak menutup kemungkinan dibentuk Panja dalam kasus ini. Bang Michdan juga menekankan agar Kapolri dan Kapolda Metro Jaya dapat mengundurkan diri sebagai bentuk tanggungjawab etika moral pimpinan. Mengingat, banyak kalangan yang menilai peristiwa penembakan anggota FPI ini terkategori Extra Judicial Killing. Diakhir pertemuan, Komisi III menjanjikan akan mengadakan pertemuan lanjutan khususnya untuk mendalami peristiwa. Untuk keperluan ini, Azis Yanuar berjanji akan melengkapi dengan sejumlah bukti, baik foto dan video jenazah korban saat dimandikan, dan keterangan dari berbagai pihak yang menjadi saksi di TKP. Setelah ditutup, kami pamit dan keluar ruangan. Awak media telah menunggu, dan kami jelaskan semua keluhan keluarga yang disampaikan di DPR RI kepada awak media. Saat ditanya langkah lanjutan, tim hukum sedang berkoordinasi untuk meminta perlindungan dari LPSK dan sejumlah lembaga Negara lainnya. Repost Helfia Nil Chalis www.HelfiaNet.com www.HelfiaGoOnline.com Tafsir Kematian Enam Pemuda Muslim, oleh Priyono B Sumbogo (Kriminolog)
Bagi sejumlah besar kalangan umat Islam, kematian enam anggota Front Pembela Islam (FPI) merupakan kematian yang bergengsi dan terhormat. Sebagai buktinya, suara gemuruh dan takbir Allohu Akbar menyambut jenasah mereka saat diserahkan kepada pihak keluarga. Dan sebelum dimakamkan, mereka disholatkan oleh begitu banyak orang. Mungkin beribu, beratus ribu atau bahkan berjuta orang, baik secara langsung maupun dengan sholat gaib. Terpujilah dan berbahagialah para Ibu yang melahirkan mereka. Pasti ada rasa sakit yang diderita sebelum mereka tewas. Tapi itu cuma sebentar. Lubang perluru di kepala dan di dada, luka-luka di wajah, dan bekas-bekas kekejian di sekujur tubuh mereka, justru meningkatkan martabat kematian mereka. Syahid. Begitulah keyakinan beribu, beratus ribu, bahkan mungkin berjuta umat Islam yang menyolatkan mereka. Orang-orang yang menembak mereka atau pejabat hukum yang membenarkan pembunuhan itu sebagai bentuk bela diri, belum tentu akan dihormati seagung itu ketika kelak mereka mati. Dan pasti mati. Belum tentu mereka akan disholatkan oleh orang sebanyak itu. Juga belum tentu mereka akan mati dengan cara seterhormat itu. Pun belum tentu mereka akan mati dengan lancar. Mungkin mereka akan lebih dulu mengalami sakit berkepanjangan. Tersiksa oleh stroke, sakit jantung, gagal ginjal, kencing batu, prostat, atau penyakit lain yang menyakitkan. Ada wartawan dari media massa tertentu, profesor dari lembaga tertentu, dan wakil rakyat dari partai tertentu yang begitu bersemangat dan tanpa menggunakan hati, membenarkan pembunuhan itu sebagai bentuk bela diri petugas hukum. Tapi mereka tak akan seberuntung para pemuda muslim itu. Sang wartawan akan segera dilupakan, karena cuma seorang suruhan dari pemilik media atau kekuatan tertentu. Sang profesor akan segera dicibiri dan kematiannya pasti tidak akan seterhormat para pemuda muslim itu. Sedangkan wakil rakyat dari partai tertentu yang disebut “tidak punya otak” oleh pimpinan Front Pembela Islam, mungkin akan menghabiskan hartanya untuk mengobati penyakit sebelum ia mati. Lalu ia akan dilupakan begitu saja. Kematian enam pemuda muslim itu mungkin baru awal dari serangkaian kematian umat Islam yang akan terjadi, karena potensi benturan telah tercipta. Duka cita bercampur amarah telah menjalar di kalangan umat Islam, terutama yang tidak berada di lingkaran kekuasaan. Sebaliknya, lingkaran kekuasaan tetap bertahan bahwa penembakan enam pemuda muslim tersebut merupakan tindakan yang dibenarkan secara hukum. Kini tinggal berdoa semoga tragedi sekitar 400 tahun silam tidak terjadi lagi. Yakni ketika Raja Amangkurat I (1646-1677) yang bersekutu dengan penjajah Belanda, membantai 6.000 ulama karena mendukung pemberontakan Trunojoyo, seorang pangeran dan ulama dari Madura. Demi kekuasaan, Raja Amangkurat I berkomplot dengan penjajah Belanda. Amangkurat membantai bangsanya sendiri dan membagi sebagian kedaulatan Kerajaan Mataram kepada Kompeni Belanda. Umat Islam dan ulama memang senantiasa hadir manakala bangsa sedang genting. Tokoh Islam HOS Cokroaminoto dan para ulama memulai gerakan kemerdekaan Indonesia dengan mendirikan Syarikat Dagang Islam (SDI) pada 16 Oktober 1905. Gerakan ini pada mulanya dibentuk untuk melawan persaingan dagang dengan para taipan Cina ketika itu. Kemudian menjadi benih gerakan kemerdekaan Indonesia. Bahkan Proklamator Bung Karno dididik dan menjadi menantu HOS Cokroaminoto. Di masa penjajahan Jepang, Buya Hamka dan KH Mas Mansyur berhasil mendesak pemerintah Jepang membentuk PETA (Pembela Tahan Air) yang kemudian menjadi inti Tentara Nasional Indonesia (TNI) bersama laskar pemuda Islam lainnya. Menjelang kemerdekaan, Kyai Haji Agus Salim dan KH Haji Wahab Hasbullah termasuk Bapak Pendiri Bangsa. Dan di masa perjuangan mempertahankan kemerdekaan, guru Muhammadiyah Jenderal Soedirman yang soleh, menjadi Panglima Besar pertama TNI. Di masa penjajahan Belanda dan Jepang, banyak umat Islam dan ulama tewas karena membela Tanah Air, kehormatan agama Islam, dan terutama karena niat mengabdi kepada Alloh SWT. Jika saat ini umat Islam dan ulama bergerak, mungkin karena ada yang mengganggu kehormatan Tanah Air dan Agama Islam Bila situasi ini terus berlanjut, maka kematian enam pemuda Islam dan kematian kaum muslimin berikutnya adalah kematian yang terhormat. Helfia Nil Chalis www.HelfiaNet.com www.HelfiaGoOnline.com Surah Al Isra' Ayat 44 mengatakan yang artinya: "Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. Surah ini mengisyaratkan bahwa tanamanpun bertasbih yang artinya bisa berkomunikasi. Tulisan di BBC.com berikut ini memberikan uraian betapa tanaman juga berkomunikasi dengan sesamanya. Dikutip dari BBC.com, pembawa acara BBC dan ahli botani, James Wong menemukan tanaman bukan hanya sekedar mahluk pasif yang berakar di satu tempat - mereka mampu melakukan berbagai hal yang sebelumnya dipikirkan hanya dapat dilakukan binatang atau bahkan hanya oleh manusia. Menurut penelitian yang dilakukan ilmuwan dunia, tanaman dapat merasakan apa yang terjadi di sekitarnya - dan tidak hanya itu. Kini ada bukti bahwa tanaman melakukan komunikasi rumit di antara mereka, mempelajari hal baru, mengambil keputusan dan bahkan mengingat informasi. Akibatnya, sebagian ahli botani memandang sejumlah tanaman sebagai mahluk cerdas. Inilah yang diketahui generasi baru ahli botani: 1. Tanaman Berkomunikasi Lewat Bau Tanaman dapat berkomunikasi lewat produksi bau yang dinamakan senyawa organik volatile lewat udara. Bau ini diterima bagian lain tanaman yang sama - atau tanaman tetangganya - yang kemudian bereaksi, misalnya mengubah pertahanan untuk melindungi diri mereka agar tidak dimakan serangga. Bisa dikatakan bahwa saat selembar daun dimakan ulat: tanaman mengeluarkan bau peringatan, yang ditangkap daun terdekat dan beraksi dengan mengeluarkan senyawa lain untuk mengusir serangga ... atau menarik pemangsa seperti burung atau lebah untuk memakan ulat. 2. Semak Sagebrush Memiliki Dialek Kedaerahan Profesor Rick Karban, dari University of California, Davis, meneliti sagebrush - semak wangi kayu yang tumbuh di keadaan kering dan setengah-kering. Karban menemukan semak sagebrush lebih efektif berkomunikasi dengan tanaman tetangga dibandingkan dengan yang tumbuh berjarak lebih 200 km darinya. Alasannya? Tanaman yang jauh menggunakan dialek regional yang berbeda untuk berkomunikasi. Pada eksperimen yang sangat terkontrol, mereka menemukan semak sagebrush tidak bereaksi terhadap isyarat sepupu dari utara, sama seperti terhadap tanaman dari bagian selatan, dan sebaliknya. Karban dan timnya dapat mengukur dan memastikan hal ini dengan menggunakan potongan sagebrush utara dan selatan di lokasi utara dan selatan, untuk memastikan bahwa dialeknya yang berbeda dan bukan pembicaraannya. 3. Tanaman dapat Menghubungkan Suara dengan Makanan Di abad ke-19, ilmuwan Rusia Ivan Pavlov menemukan bahwa anjingnya dapat menghubungkan suara lonceng dengan kedatangan makanan. Dia akan membunyikan lonceng sebelum memberikan makanan dan binatang kemudian akan mendatangi dengan air liur saat mendengarnya, sebelum makanan diberikan. Baru-baru ini, Dr Monica Gagliano dari University of Western Australia, melakukan hal yang sama - tetapi pada bibit kacang. "Makanan" yang Dr Gagliano pergunakan adalah cahaya biru dan sebagai pengganti lonceng, suara kipas angin. Apakah kacang dapat menghubungkan suara dengan kedatangan makanan? Dia membuat sebuah labirin sederhana berbentuk huruf Y dan menanam bibit di dasarnya: pemikirannya adalah bahwa tanaman dapat tumbuh pada batang huruf dan kemudian pada bagian yang membelah dua, tanaman akan memilih bagian menuju makanan. Selama percobaan, satu jam sebelum cahaya biru (makanan) akan bersinar, tanaman dapat mendengar suara kipas angin. "Tugas yang saya berikan adalah pemilihan: sementara bibit tumbuh dan tiba di bagian dimana huruf bercabang dua, tanaman harus memutuskan akan ke kiri atau ke kanan. " Cahaya biru tidak selalu datang dari bagian yang sama huruf Y, tetapi selalu didahului dengan kipas angin - dan tanaman belajar untuk hidup dengan mengikutinya. Tetapi apa yang terjadi setelah beberapa kali pelatihan, sementara kipas angin dan cahaya datang dari arah yang berbeda? Tanaman tidak mengikuti insting alami untuk mengikuti cahaya dan malahan tumbuh ke arah kipas angin: seperti anjing Pavlov, tanaman ini belajar menghubungkan suara kipas angin dengan makanan. "Pucuk kacang membayangkan makanan sebelum muncul, karena menghubungkannya dengan kipas angin," kata Dr Gagliano. Tanaman belajar menghubungkan, mengingat dan bertindak berdasarkan hal itu - tetapi ada pertanyaan akhir yang masih perlu dijawab. "Siapa yang membayangkan? Siapa yang berpikir? Siapa yang melakukan perhitungan dan siapa yang memilih?" tanya Dr Gagliano. 4. Tanaman dapat Memainkan Pesan Berantai dan Mengingat Pesannya Tanaman dapat berkomunikasi melalui cairan yang dikeluarkan melalui akar, disamping bau yang dikeluarkan lewat daun. "Ini seperti permainan bisikan Cina," kata Prof Ariel Novoplansky, dari Ben-Gurion University, Negev, Israel, ketika satu baris anak-anak berpegangan tangan dan "anak pertama membisikkan sesuatu ke telinga tetangganya, dan pesan terus disampaikan ke anak berikutnya, sampai akhirnya mencapai ujung barisan." Apakah ini akan bekerja dengan cara yang sama pada tanaman laboratorium? Misalnya sebuah tanaman bermasalah karena kekurangan air, apakah pesan yang disampaikan, "Hati-hati, kekeringan akan datang!"? Prof Novoplansky menaruh spesimennya di pot, semuanya sebaris, memastikan setiap tanaman hanya memiliki dua akar: satu buah di potnya dan yang lainnya di pot tanaman tetangga - sama seperti anak-anak berpegangan tangan. Ini menciptakan rantai tanaman yang tidak terputus, terkait lewat akar, sampai lima tanaman panjangnya. Kesimpulannya menarik: ketika tanaman berbagi akar, mereka akan menyampaikan pesan dari akar pertama tanaman pertama sampai ke tanaman terakhir di barisan. Untuk percobaannya, Prof Novoplansky memaparkan akar pertama tanaman pertama kepada kekeringan - tetapi dia masih menyirami tanaman lainnya. Meskipun demikian ilmuwan dapat mengukur pesan tentang kekeringan yang disampaikan berantai, karena tanaman di akhir barisan menutup pori-pori daun untuk mengurangi kekurangan air, sama seperti yang dilakukan tanaman kehausan. "Kami bisa memperlihatkan, untuk pertama kalinya, bahwa informasi ini tidak hanya disampaikan ke tetangga sebelah, tetapi pesan dapat disampaikan berantai, seperti efek domino, ke semakin banyak tetangga," kata Prof Novoplansky. 5. Tanaman dapat Memberi Makan Kerabatnya Pohon dapat berbagi nutrien, tetapi mereka memilih untuk berbagi dengan kerabatnya, bukan kepada pohon yang tidak mempunyai hubungan keluarga. Di bagian manapun hutan, pohon saling berhubungan lewat jaringan jamur bawah tanah - jamur mengaitkan akar pohon dalam sistem simbiotik bernama mycorrhiza. Ini juga dinamakan "wood wide web" oleh Prof Suzanne Simard, perintis hal ini dan dia telah mengamati bagaimana pohon menyampaikan baik informasi maupun nutrien ke yang lainnya lewat mycorrhiza. Tambahan lagi, mereka dapat membedakan pohon anggota keluarga dan bukan kerabat, dan sebagai contohnya, mengirimkan lebih banyak karbon ke kerabatnya bukan ke pihak asing. Menurut Prof Simard, pohon memang lebih ingin berbagi dengan keluarga - dan yang mengambil keputusan adalah pohon, bukannya jamur. Dr Brian Pickles, dari University of Reading, bekerja sama dengan Prof Simard menguji teori pada biji pohon: dia menaruhnya bersama-sama di pot, biji bersaudara maupun yang tidak berhubungan keluarga di laboratorium, tidak pada tanah hutan yang kaya jamur. Dan memang ternyata dia menemukan para saudara lebih banyak berbagi dengan masing-masing mereka dibandingkan dengan pihak asing. Perbedaannya kecil, tetapi cukup membuat sebuah bibit yang sekarat menjadi dapat bertahan hidup. 6. Tanaman Memiliki Indera Lebih Banyak daripada Kita Tanaman tidak memiliki otak, tetapi tanpa otakpun - bahkan tanpa neuron - mereka dapat melakukan banyak hal yang manusia hanya bisa kerjakan dengan menggunakan otak dan organ indera lainnya. Tanpa mata, tanaman dapat mengetahui banyak informasi tentang cahaya: tanpa hidung, mereka dapat mengetahui informasi kimiawi seperti bau: tanpa telinga mereka dapat memahami getaran suara.
Ilmuwan sudah membuktikan tanaman sangat memahami apa yang terjadi di sekitarnya dan mereka dapat juga dapat merasakan sentuhan dan rasa - sebagai contoh mereka dapat mengidentifikasi pemangsa tanaman memakan daunnya dari rasa air liur herbivora tersebut. Selain itu, penelitian baru memperlihatkan tanaman dapat memahami isyarat listrik, suhu, kekuatan elektromagnetik, logam kuat, patogen, gravitasi dan lainnya. Jadi apakah kita harus menggunakan kata "kecerdasan" ketika membicarakan tanaman? "Memang sudah seharusnya!" kata Prof Novoplansky, "Saya tidak melihat masalah jika kita melakukan ini." Dan bagaimana dengan pandangan bahwa tanaman memiliki lima indera seperti manusia? "Mereka memiliki lebih dari hanya lima indera," kata Prof. Rick Karban. Helfia Nil Chalis www.HelfiaNet.com www.HelfiaGoOnline.com |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
August 2023
|