Iman Para Mualaf Amerika Serikat Sungguh Sangat Luar Biasa. Ustadz Nababan dalam Tausiyahnya di Masjid Raya Kebayoran Residence hari Ahad tgl 14 Juli 2024 bercerita pengalamannya ketika safari Ramadhan ke AS. Beliau sudah 10 kali bersafari Ramadhan ke berbagai negara bagian di AS sebelum pandemi covid-19. Setelah covid-19, baru tahun inilah (2024) beliau kembali diundang melakukan safari Ramadhan ke AS. Beliau merasakan perubahan yang besar dalam dakwah Islam di AS. Rakyat AS yang di mana-mana berdemo memprotes Pemerintahnya yang terus-menerus tutup mata atas tragedi kemanusiaan di Palestina akibat ulah Zionis Israel. Sebagai dampaknya, mereka berbondong-bondong melirik Islam, belajar agama Islam dan bahkan menjadi mualaf yang benar-benar militan. Masjid-masjid di sana pada umumnya adalah gereja yang dibeli jamaah muslim AS dan dijadikan masjid. Pernah beliau berjamaah shalat subuh di salah satu masjid, jamaahnya dua shaf penuh. Dalam diskusi dengan beberapa jamaah, ternyata mereka rata-rata datang sholat subuh ke masjid itu 1,5 jam pakai mobil. Itu di musim panas yang waktu malamnya sangat pendek, yaitu dari jam 10 malam sampai jam 3 pagi. Artinya mereka rata-rata pulang ke rumah tidak sempat tidur dulu untuk kembali sholat subuh berjamaah di masjid itu. Ketika ditanya mengapa tidak sholat di rumah saja? Apa jawab mereka? Siapa lagi yang akan memakmurkan masjid kecuali mereka semua. Tidak mungkin warga sekitar masjid yang masih non muslim atau agnostik akan memakmurkannya. MasyaAllah, demikian kuat komitmen mereka dalam menjalankan agama Islam, padahal mereka rata-rata mualaf. Selesai sholat subuh, imam masjid mengumumkan bahwa pengurus berencana membeli sebuah gereja untuk dijadikan masjid. Harganya 120 ribu dollar. Kemudian imam masjid bertanya siapa yang bersedia menyumbang dana sebesar 10 ribu dollar. Banyak orang yang angkat tangan menyatakan komitmennya. Kemudian 9 ribu dollar, ada lagi banyak yang angkat tangan. Terus demikian sampai 500 dollar. Setelah beberapa saat hening, tiba-tiba seseorang warga AS berkulit putih berdiri mengangkat tangan dan berkata: “Saya bersedia menyumbang 100 ribu dollar.” Ustadz Nababan menunggu sampai dapat kesempatan bertanya kepada si penyumbang 100 ribu dollar itu. “Apakah anda seorang pengusaha?”. Jawaban sang pria mengagetkan: “Saya hanya seorang sopir taksi”. Dengan takjub, Ustadz Nababan bertanya lagi menyelidik: “Mengapa anda menyumbangkan uang anda sebegitu besar?”. Sang pria mualaf berkata: “Saya ini menabung selama 40 tahun untuk membeli rumah. Dengan profesi saya sebagai sopir hanya terkumpul 100 ribu, padahal harga rumah di sini paling murah 300 ribu dollar.” “Jadi ketika Imam masjid mengumumkan donasi itu, di telinga saya seperti ada yang membisikkan agar saya menyerahkan saja uang 100 ribu itu untuk donasi pembelian masjid." MasyaAllah. Sungguh luar biasa Allah menguji keimanan dan keikhlasan seorang hamba. Pria yang kini sudah berusia 60an tahun itu telah lulus dari ujian terberat dan membuktikan tingkat keimanan yang tinggi. Salam Hormat Helfia Nil Chalis
0 Comments
Semua agama mengajarkan kebaikan, maka apakah semua agama sama saja karena sama-sama mengajarkan kebaikan? Ustadz Adi Hidayat menjawabnya dalam sebuah wawancara podcast youtube dengan lugas. Berikut ringkasannya.
Tiga Aspek untuk Menguji Kebenaran Sebuah Agama Sebuah agama bisa diuji dalam tiga aspek, yaitu. 1. Aspek Ketuhanan atau Teologi, 2. Aspek Ibadah atau cara beribadah kepada Tuhan, dan 3. Aspek Muamalah tentang bagaimana berinteraksi secara sosial. Maka semua agama bisa saja sama dalam hal berinteraksi secara sosial ini, tetapi pasti berbeda dalam aspek Ketuhanan dan aspek Ibadah. Mengapa Saya Memilih Islam? Saya memilih Islam karena konsepsi ibadah saya dalam Islam adalah yang paling sesuai, paling lengkap, paling akurat dan paling rasional. Dalam ibadah sholat, misalnya: waktunya diatur, panggilannya jelas, bagaimana penampilan saya saat akan menunaikan sholat, apa yang harus dilakukan sebelum sholat yaitu berwudhu dulu dan seterusnya. Ini semua ada langsung firman Nya dari Allah subhanahu wata’ala, bukan buatan Nabi Muhammad sholallahu alaihi wassalam. Islam juga menuntun bagaimana cara menguji sesuatu itu adalah Tuhan atau bukan. Dalam Islam, Tuhan haruslah berbeda dari makhluk ciptaan Nya. Tidak boleh sama. Jika sama dalam hal apapun juga, maka dia bukanlah Tuhan yang sebenarnya. Misalnya manusia bersifat lemah, maka Tuhan haruslah memiliki sifat maha kuat. Manusia berpasangan, maka Tuhan haruslah tunggal, tidak memiliki dan tidak membutuhkan pasangan. Kita bisa mengambil contoh lain, misalnya: manusia dilahirkan dan mempunyai anak, maka Tuhan haruslah tidak dilahirkan dan tidak mempunyai anak. Demikian seterusnya. Dirangkum oleh: Helfia Nil Chalis Rasulullah pernah ditanya seorang sahabat tentang mengapa shalatnya terasa hambar, biasa-biasa saja, tidak menggugah perasaan. Rasulullah balik bertanya: "Bagaimana mungkin engkau merasakan nikmatnya mengingat Allah, jika engkau tidak pernah mempunyai pengalaman indah bersama Allah?". Sebuah jawaban yang singkat namun penuh makna. Jawaban yang bisa menjadi pedoman kita dalam mendekatkan diri kepada Allah di manapun kita berada terutama ketika dalam shalat.
Tentu kita semua pernah merasakan nikmatnya mengingat-ingat masa lalu yang indah-indah, kenangan indah. Saat mendapat nilai bagus di sekolah, saat menerima pujian dari ayah atau ibu. Kenangan ketika lulus kuliah, diterima kerja, menikah, mendapatkan promosi, pertama kali memiliki mobil, rumah, dikaruniai anak, dan masih banyak lagi. Adakah itu semua kita peroleh hanya karena hasil dari usaha dan kepintaran kita semata ? Apakah kita menafikan peran Allah ? Ataukah kita hanya tidak menyadari betapa Allah sesungguhnya yang mengatur segala sesuatu termasuk apa yang terjadi pada diri kita ? Andaikata dalam setiap kenikmatan itu kita sertakan Allah, kita mengakui peran Allah di dalamnya, lantas kita bersyukur kepada Nya atas karunia Nya itu, maka akan terekam memori itu dalam folder-folder kenikmatan. Di dalam shalat, dengan mudah kita bisa membuka folder-folder kenikmatan itu dan merasakan kedekatan kita dengan Allah, betapa Allah begitu sayang dan amat besar karunia Nya kepada kita. Tentulah dalam shalat itu kita akan dapat merasakan kebersamaan dengan Allah dan merasakan nikmatnya shalat. Bukankah Allah berfirman: "Aku seperti sangkaan hamba Ku". Jika kita merasakan bahwa Allah dekat, maka Allah memang dekat, begitupun sebaliknya. Jadi mengapa kita tidak senantiasa bersangka baik saja kepada Allah kapanpun, di manapun, dan dalam kondisi bagaimanapun. Setiap rakaat dalam shalat kita mengucapkan "ihdinas syirootol mustaqiim". Adakah ketika itu kita mengakui kelemahan diri kita dan merasakan betapa kita sangat membutuhkan petunjuk dari Allah ?. Adakah kita sangat menginginkan agar Allah senantiasa membimbing kita kepada jalan-jalan yang baik untuk kita tempuh dan meninggalkan jalan-jalan yang buruk. Ataukah kita lalai atau merasa kuat dan pandai sehingga merasa tidak membutuhkan pertolongan dan petunjuk Allah ? Tentu kita juga pernah berada dalam kesulitan, kesempitan, sakit atau dalam musibah. Adakah saat itu kita memohon pertolongan Allah dengan mendekatkan diri dan berendah diri di hadapan Nya? Ataukah kita malah merasa kecewa dan meninggalkan Allah, malas beribadah, bahkan menghujat Allah ? Apakah kita berpikir ada yang lain selain Allah yang mampu mengeluarkan kita dari kesulitan, kesempitan, sakita atau musibah itu ? Ataukah kita hanya mengandalkan akal pikiran, keluarga, saudara dan teman-teman dekat kita ? Andaikata kita tahu bahwa sesungguhnya lewat kesulitan, kesempitan, sakit atau musibah itu Allah ingin mengapuskan dosa-dosa dan kesalahan kita, apakah kita tetap akan meratapi nasib atau sebaliknya, kita segera beristighfar memohon ampunan Nya, mendekatkan dirik kepada Nya dan meningkatkan ibadah kita kepada Nya. Bukankah hanya Allah yang Maha Kuasa dan Maha Mengetahui segalanya, sedangkan kita dan selain dari Allah tidak. Jika Allah yang membimbing kita melalui jalan-jalan itu, pastilah kita tidak mungkin akan tersesat. Dialah yang menciptakannya, maka Dia jugalah yang akan memberi kita jalan keluar. Maka sadarilah pertolongan-pertolongan Allah itu dan bersyukurlah. Ini akan menambah kedekatan kita kepada Nya. Folder-folder memori seperti inilah yang bisa melahirkan kekhusukan ketika kita sedang melakukan shalat. Wallahu a'lam. Semoga bermanfaat. Wassalamu'alaikum wr. wb. Helfia Nil Chalis www.AplusProfesionalHomeCleaning.com www.HelfiaNet.com www.HelfiaGoOnline.com Sebelum saya mengenal Pak Eko Agung Prasetyo S.Pd, CHt atau Ayah Agung, founder Pelatihan 7 Cahaya Kecerdasan, pasti saya akan menjawab TIDAK MUNGKIN bisa membaca dengan mata tertutup. Tetapi sekarang saya akan mengatakan bisa, jika ke tujuh cahaya kecerdasan yang diberikan Allah kepada setiap diri kita bisa dioptimalisasi. Ayah Agung mengistilahkannya dengan MENSTIMULASI otak kiri dan otak kanan atau dia sebut dengan otak tengah. Mengapa dengan mata tertutup seseorang dimungkinkan untuk masih bisa melihat? Jawabnya karena pada prinsipnya kita melihat melalui gelombang otak. Berikut penjelasannya. Berdasarkan kemampuan reaksinya, indera manusia dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu:
Hasil kerja dari ketiga kelompok indera inilah yang pada akhirnya akan menentukan tingkat kecerdasan kita. Kesemuanya bisa ditingkatkan dengan cara pelatihan yang tepat dan konsisten. Adapun program yang diberikan oleh Pelatihan 7 Cahaya Kecerdasan ini bertujuan menstimulasi fungsi Otak Kanan dan Otak Kiri dengan tujuan mempertajam intuisi yang merupakan gagasan yang hadir berdasarkan naluri dalam bentuk perasaan atau sering disebut imajinasi dalam setiap diri manusia. Pengaktifan Otak Tengah melalui program pelatihan ini akan menjadikan anak mudah mengakses baik ke Otak Kanan maupun ke Otak Kiri sehingga anak akan belajar membaca dan menghapal dalam kecepatan yang lebih tinggi. Dengan demikian akan meningkatkan keyakinan, minat dan konsentrasi anak dalam belajar. Aktivasi Otak Tengah dan Sitimulasi Otak Kanan dan Otak Kiri ini dapat dilakukan terhadap anak usia 6 - 18 tahun. Otak Tengah yang teraktivasi akan memancarkan gelombang otak yang mirip seperti radar yang memancar dari hidung, telinga, dan perabaan sehingga bisa melakukan aktivitas dengan mata tertutup. Dengan mengikuti program Pelatihan 7 Cahaya Kecerdasan, peserta pelatihan diharapkan akan menjadi lebih optimal fungsi Otak Kanan dan Otak Kirinya sehingga mampu menjadi pribadi yang unggul dan cerdas secara IQ (Inteligence Quotient), EQ (Emotional Quotient), AQ (Adversitas Quotient), CQ (Creativity Quotient), dan SQ (Spiritual Quotient). Pelatihan dilaksanakan selama 2 hari dan didampingi orang tua. Dalam setiap sesi pelatihan, anak-anak usia 6 - 18 tahun bisa memiliki kemampuan memilah objek berdasarkan warna dengan mata tertutup, mewarnai gambar dengan sempurna dengan mata ditutup kain. Bahkan beberapa anak juga mampu membaca Al Qur'an tanpa melihat. Gerakan Aku Cinta Wakaf (GACW) bekerjasama dengan Masjid Jamik Bintaro Jaya (MJBJ) akan menyelenggarakan Pelatihan 7 Cahaya Kecerdasan pada tanggal 18 - 19 Februari 2023. Bertempat di Gedung Serba Guna MJBJ Bintaro Sektor 1, Tangerang Selatan. Berikut ini video seorang anak mewarnai gambar dengan sempurna dengan mata ditutup. Berikut ini dua orang anak yang mampu membaca Al Qur'an tanpa melihat setelah mengikuti Pelatihan 7 Cahaya Kecerdasan selama 2 hari. Oleh : M. Din Syamsuddin
Bismillahirrahmanirrahim Pertama, Seandainya tuduhan seorang pengacara bahwa Mahkamah Konstitusi mengubah keputusannya sendiri (dari apa yg dibacakan pada persidangan dengan apa yg disiarkan di Website) terbukti, maka itu merupakan tragedi bahkan nestapa penegakan hukum di negeri yg berdasarkan hukum, Indonesia. Benteng teratas dan terakhir penegakan hukum melanggar hukum itu sendiri. Kedua, Saya sendiri sudah lama kehilangan kepercayaan terhadap Mahkamah Konstitusi. Keputusan MK tentang gugatan terhadap hasil Pemilihan Presiden 2019 mengusik rasa keadilan karena bukti-bukti pelanggaran terstruktur, sistematis, dan masif tidak didalami apalagi dalam konteks sifat Pemilu/Pilpres jujur dan adil. Meninggalnya 700-an Petugas TPS tidak disentuh dan dijadikan pertimbangan. Ketiga, Bahkan sikap Mahkamah Konstitusi terhadap permohonan judicial review oleh PP Muhammadiyah terhadap tiga Undang-Undang (1. UU No. 24/1999 ttg Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar, 2. UU No. 30/2009 ttg Tenagakelistrikan, dan 3. UU No. 1/1967 ttg Penanaman Modal Asing) yg dinilai merugikan negara dimanipulasi oleh MK. Dikatakan dimanipulasi karena pendaftaran judicial review ketiga Undang-Undang tersebut pada Tahun 2014 dinyatakan kemudian oleh pihak MK tidak ada (tidak terdaftar sehingga tidak dibahas). Hal ini bertentangan dengan kenyataan bahwa: a. Bahwa Tim Advokat PP Muhammadiyah waktu itu nyata-nyata dan terbukti di depan mata saya sendiri melakukan pendaftaran di loket MK. b. Ketua MK waktu itu Prof. Dr. Arief Hidayat, SH, MH bahkan menyilakan kami pada hari pendaftaran melakukan Konperensi Pers di sebuah ruangan MK. Tapi beberapa waktu (sekitar setahun kemudian) beliau menyampaikan kepada saya bahwa pendaftaran gugatan tidak ada. Keempat, Kami sudah menyimpan kecurigaan bahwa gugatan PP Muhammadiyah tersebut tidak akan dibahas karena saat PP Muhammadiyah beberapa waktu kemudian beraudiensi kepada Presiden Joko Widodo di Istana Negara (dalam rangka Muktamar Muhammadiyah 2015 dan menyampaikan perihal gugatan terhadap ketiga Undang-Undang tersebut), Presiden Joko Widodo yg menerima kami dengan seragam militer mengatakan : "tapi gugatan terhadap ketiga Undang-Undang tersebut tidak tepat waktu". Pernyataan tersebut menimbulkan kecurigaan bahwa Pemerintah melakulan intervensi terhadap penegakan hukum dan terbukti kemudian bahwa MK tidak cukup mandiri dengan tidak memproses gugatan PP Muhammadiyah bahkan berbohong dengan mengatakan bahwa tidak ada pendaftaran gugatan tersebut. Kelima, Kedua fakta di atas (gugatan seorang pengacara tentang pengubahan frasa dalam keputusan dan kesaksian saya sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah (2005-2015), membawa kesimpulan dan dugaan bahwa MK gagal menjadi penegak hukum tertinggi dan terakhir. Jika ini berlanjut terutama dalam penetapan hal strategis semisal ttg Pemilu dan Pilpres maka akan menimbulkan kerusakan legal-struktural, yg potensial membawa malapetaka dalam kehidupan kebangsaan dan kenegaraan Indonesia. Keenam, Kendati demikian, saya tidak sepakat jika dilakukan generalisasi terhadap segenap Hakim Mahkamah Konstitusi, karena saya mengetahui cukup ada Hakim MK yg berintegritas, yg tidak _hubbud dunya wa karahiyyatul maut_ (Cinta dunia dan takut mati), dan mereka menyadari ada Hakim Tertinggi (_Ahkamul Hakimin_) di Hari Pembalasan nanti. M. Din Syamsuddin (Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 2005-2015 dan Pemrakarsa Jihad Konstitusi) Tausyiah KH Dr. Anwar Abbas, Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia di Masjid Raya Bintaro Jaya (Jalan Maleo Sektor 9) pada Ahad, 29 Januari 2023 mengambil tema Ekonomi Keumatan.
Ketika negeri ini diproklamirkan, tahun 1945 dalam risalah rapatnya itu dikatakan bahwa jumlah umat Islam di negeri ini 95%. Jadi artinya yang tidak beragama Islam hanya 5%. Setahun atau dua tahun yll, setelah 77 tahun berlalu, Kementrian Dalam Negri melansir data baru. Jumlah umat Islam di negeri ini 86,8%. Jadi bukan meningkat, tapi menurun. Kalau dihitung secara persentase, berarti 8,2% dalam rentang waktu 77 tahun. Yang terpikir oleh saya, Allah Swt memang sudah menjamin bahwa Islam ini tidak akan punah dari bumi ini. Allah Swt memang sudah menjamin bahwa Islam ini tidak akan hilang dari permukaan bumi. Tetapi tidak ada jaminan dalam Al Qur'an dan Sunnah, tidak akan bisa punah di Indonesia. Karena tidak ada jaminan, timbul pertanyaan pada diri kita, kita mau nggak jumlah umat kita ini menurun terus.Mau nggak kita, umat kita ini melorot terus. Semestinya, secara hitung-hitungan, ya, kalau kita dulu 95%, masing-masing kita beranak, minimal presentasenya tetap atau secara presentase dia membesar 95% menjadi 96%, 97% tapi faktanya mengecil terus. Oleh karena itu tidak mustahil, ya anak-anak kita tidak sekeyakinan lagi agamanya dengan kita. Atau anak-anak kita masih sama akidahnya dengan kita tapi cucu-cucu kita kemungkinan tidak. Di negeri ini pernah ada orang yang namanya Buya Hamka. Sudah almarhum. Bapak beliau dikenal sebagai tokoh Al Azhar, dan Buya Hamka juga doktor dari Al Azhar. Kurang apa ilmunya. Tapi salah seorang anaknya murtad. Ini saya bisa sampaikan karena ini sudah menjadi pengetahuan orang banyak. Salah seorang ulama besar, tapi tidak usah saya sebut namanya, cucunya murtad. Saya punya anak tiga, dua tinggal di daerah antara BSD dan Pamulang, sering sekali didatangi oleh orang dari agama lain, ngapain itu orang mendakwahkan agamanya. Berkali-kali datang, dimarahi oleh anak saya dan menantu saya dia tetap datang juga.Sehingga muncul pikiran dalam diri saya, sebab kalau dia berhasil memurtadkan anak saya dan menantu saya, itu menjadi berita besar karena anak Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia murtad. Oleh karena itu "Jaga dirimu dan keluargamu dari api neraka". Saya tidak percaya orang menikah berbeda agama akan bahagia kalau yang menikah itu masih punya iman. Karena ada di negeri ini seorang artis atau aktor kawin beda agama lalu bicara ke publik bahwa dia bahagia. Tetapi apa yg terjadi? Setelah punya anak muncul masalah. Anak, kalau tidak ikut kita, tidak dengar kata-kata kita, sakitnya itu di sini. Saya ini dahulu sekuler. liberal. Ayat ini tidak relevan, hadis ini tidak relavan lagi. Saya ini pernah jadi direktur rumah sakit dua periode. Di periode kedua sakit melulu. Cuma bingungnya itu saya sakit tapi masih bisa kerja, karena penyakit saya itu sangat terasa oleh saya sekitar jam 1 sampai jam 2. Selama 1 th, 12 kali di opname. Jadi banyak orang datang membesuk saya, salah satu teman saya yang datang itu adalah teman saya dari Maroko. Cuma dia bingung, dia tanya kamar saya, dia pergi ke sana, tapi tidak ada saya. Karena saya kalau belum jam 1 sampai jam 2 itu masih bisa berkeliaran. Masih bisa kerja. Yang menarik bagi saya adalah ada seorang anak muda, setiap orang datang membesuk saya, dia menyampaikan nasehat, tapi anak muda yang satu ini aneh nasehatnya. Dia bilang ke saya begini: "Tobatlah pak Anwar Abbas". Beberapa bulan kemudian ada teman akrab saya, dirawat di rumah sakit saya, saya harus lihat. Begitu saya datang, saya masuk, dia bilang begini: "Anwar Abbas ini, perutnya isinya dosa aja ini !". Wah, kaget juga saya. Dua hari kemudian dia meninggal. Jadi pikiran bagi saya. Jadi akhirnya saya merenung. Saya mulai lagi mencoba membanding-bandingkan. Akhirnya sampailah pada kesimpulan: "Fabiayyiaa laa irobbika maa tukazzibaan". "Ayat Tuhan yang mana yang akan kamu dustakan, Anwar Abbas". Saya karena punya background ilmu ekonomi, memang gak nampak oleh saya. Semua yang difirmankan Allah Swt, pasti benar. Semua yang diperintahkan oleh Allah dan dilakukan oleh Rasulullah, pasti benar. Semua yang dilarang oleh Allah, pasti tidak benar. Semua yang diperintahkan oleh Allah, pasti baik. Semua yang diperintahkan oleh Rasulullah, pasti baik. Semua yang dilarang oleh Rasulullah, pasti buruk. Semua yang dilarang oleh Allah, pasti buruk. Allah berfirman: "Harta itu jangan hanya menumpuk berputar-putar pada segelintir orang". Terus kenapa kalau harta itu hanya menumpuk pada segelintir orang dan bagaimana mengukurnya ?. Ahli ilmu ekonomi mengukurnya dengan menggunakan index GINI dari rentangan 0 - 1. Semakin dekat ke angka 1, semakin tinggi tinggi tingkat ketimpangannya dan semakin tinggi tingkat penumpukan hartanya. Semakin dekat dia ke angka 0 maka semakin tipis tingkat ketimpangannya. Jadi kalau di negara komunis, index Gini nya bisa 0, karena semuanya sama rata sama rasa. Komunis itu terlalu mengedepankan rasa kebersamaan. Tapi di dalam negara yang liberalisme kapitalisme dia akan bergerak ke angka 1. Karena urusan ekonomi diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar. Kalau di pasar it ada persaingan dan yang akan menjadi pemenangnya adalah yang paling kuat. Pemodal yang kuat akan menguasai pasar. Kalau kekayaan merata, seseorang melakukan apa saja di pasar tidak berpengaruh. Tapi kalau kekayaan menumpuk pada segelintir orang, maka apapun yang mereka lakukan di pasar akan bisa menggoncang pasar itu. Maka yang menjadi penguasa di suatu negeri kapitalis adalah pemilik kapital. Sekarang kita lihat posisi umat Islam. Sepuluh orang terkaya di negeri ini, satu orang yang beragama Islam. Padahal jumlah umat Islam tadi kita bulatkan 90%. Representasi kita umat Islam yang 90% di jumlah orang terkaya di negeri ini hanya 1 orang. Orang bukan Islam jumlahnya hanya 10% tetapi memiliki representasi 9 orang terkaya di negeri ini. Dari 20 orang terkaya di negeri ini, yang beragama Islam hanya 2, yang tidak beragama Islam 18. Dari 50 orang terkaya di negeri ini, yang beragama Islam 3, yang tidak beragama Islam 47. Kalau gitu siapa yang menjadi penentu di negeri ini? Ya, saudara-saudara kita yang sebangsa dan setanah-air tetapi agamanya tidak sama dengan kita, yaitu kawan-kawan kita dari etnis Cina. Dampak harta yang hanya menumpuk pada segelintir orang. Pemodal akan menjadi penentu dalam ekonomi dan bisnis. Bukan lagi pasar yang menentukan. Pasar dalam Islam adalah pasar dengan persaingan sempurna artinya yang menjual banyak, yang membeli banyak. Kalau yang menjual satu, yang membeli banyak, itu adalah Monopoli. Kalau yang menjual segelintir, yang membeli banyak, itu adalah Oligopoli. Jika pasarnya Monopoli atau Oligopoli, negara harus hadir untuk mengaturnya, jangan diserahkan kepada mereka, agar kekayaan tidak menumpuk pada segelintir orang saja. Celakanya, para pemilik kapital di mana saja, tidak hanya di Indonesia, dia tidak hanya menjadi penentu dalam bidang ekonomi dan bisnis, tapi dia juga menjadi penentu dalam bidang politik. Jadi tidak mungkin bisa menjadi Capres kalau tidak didukung oleh para pemilik modal. Peraih Nobel Milton Friedman mengemukakan sebuah teori bahwa jika kekuatan ekonomi dan kekuatan politik berada di satu tangan, maka dia akan melahirkan rezim yang tyranic, rezim yang solid. Hukum akan dia buat tajam ke bawah, tumpul ke atas. Milton Friedman tahu bahwa itu berbahaya dan itu dikatakannya baru beberapa puluh tahun yll. Nabi Muhammad menyatakannya 14 abad yll, baru hari ini kita menyadari kebenarannya. Maha benar Allah dengan segala firman Nya. Dikutip dari sharing teman di sebuah Group WA.
Beberapa waktu lalu saya bertemu dengan salah satu teman baik, seorang dokter obgyn yang berpraktek di salah satu rumah sakit besar. Beliau menuturkah sebuah kisah yang membuat saya takjub dan berkali menyebut kebesaran asmaNYA. Beliau, sebut saja namanya dokter R. Suatu hari seorang pasien, wanita berusia 32 tahun bernama Arini (nama samaran) memeriksakan diri karena sudah telat menstruasi satu bulan lebih. Qodarullah, betapa bahagianya Arini setelah mengetahui dirinya hamil, penantian selama 10 tahun setelah melakukan berbagai program kehamilan akhirnya Allah kabulkan, janin telah dititipkan di rahimnya. Kebahagiaan luar biasa membuncah tentu saja. Setelah hari itu Arini rutin memeriksakan kehamilannya diantar oleh sang suami, tetapi saat pemeriksaan kehamilan 5 bulan dengan alat ultrasonografi, dokter R menemukan ada kelainan/cacat bawaan pada sang janin. Hydrocepalus (kepala membesar yang berisi cairan) dan bibirnya sumbing. Melihat raut wajah sang dokter yang berubah, hati Arini cemas. 'Dokter, kandungan saya baik-baik saja, 'kan ? Janin saya sehat, 'kan ?' Dokter R menghela nafas panjang, sedih. Dengan hati² beliau menyampaikan: 'Maaf Ibu, kehamilan ibu masih berusia 5 bulan, jadi janin ibu masih berkembang. Ehmm, tapi saya menyarankan ibu boleh berkonsultasi dengan dokter lain untuk second opinion, untuk saat ini saya belum bisa mengatakan kondisi janin ibu.' Singkat cerita Arini menuruti saran dokter R untuk mendatangi dokter lain, dua orang dokter obgyn yang sudah bergelar profesor didatanginya. Arini shock, histeris, kesedihan menyesakkan dadanya. Diagnosa kedua dokter profesor yang didatanginya menyimpulkan hasil yang sama, janinnya mengalami cacat bawaan, hydrocepalus, bibir sumbing, kelainan jantung juga jumlah jari tangan dan kaki tak lengkap. Kedua dokter tersebut menyarankan hal yang sama, janin tersebut harus dikeluarkan segera karena diperkirakan tak akan bertahan lama usianya. Mengeluarkan janinnya ? Bagaimana mungkin ? Kehamilan ini adalah kehamilan yang sudah ditunggu selama sepuluh tahun. Arini dan suaminya sama-sama anak tunggal, jika kehamilan ini gagal belum tentu dia bisa hamil lagi, itu yang ada dalam pikirannya. Di tengah kesedihan dan keputus-asaan Arini kembali mendatangi dokter R sambil menyerahkan hasil pemeriksaan dari kedua dokter yang telah dikunjunginya. 'Kenapa dokter tidak mengatakan kalau janin saya cacat ? Sebenarnya dokter sudah tahu, 'kan ?' 'Maaf Ibu, sebelumnya saya ingin tahu, apa yang ibu inginkan setelah mengetahui kondisi janin ? Mengeluarkan janin yang beresiko, itu memang tindakan yang harus dilakukan.' 'Tidak, Dokter. Saya akan tetap mempertahankan janin ini. Apapun keadaannya nanti, bagaimanapun bentuknya, saya akan menerimanya, jadi saya akan jaga kandungan ini sebaik mungkin. Jadi, tolong saya, Dokter ! Saya akan tetap mendatangi dokter untuk periksa.' Dokter R tertegun, menghela nafas panjang, lalu ... 'Ibu percaya kuasa Allah ?' 'Sangat percaya, Dok. Dan saya berharap ada keajaiban atas janin saya.' 'Kalau begitu, ikhlaskan !' 'Maksud dokter ?' 'Mulai saat ini saat ibu periksa, kita buang jauh-jauh alat USG, saya tidak akan memakai alat itu saat memeriksa ibu. Tapi ibu harus ikhlas seikhlas ikhlasnya, pasrahkan semuanya pada Allah. Yakin bahwa Allah sebaik-baik pemberi pertolongan. Langitkan doa, perbanyak ibadah, perbanyak sedekah dengan mengharap ridho Allah. Serahkan semua skenario terbaik pada pemilik hidup, jika Allah berkehendak sampai janin itu lahir, ibu harus ikhlas menerima bagaimanapun keadaannya termasuk resiko dan kemungkinan terburuk jika anak itu besar.' 'Iya, Dokter, saya bersedia.' Sejak saat itu setiap Arini memeriksakan kehamilan, dokter R tak pernah memakai USG, beliau melakukan pemeriksaan biasa dengan memberikan vitamin untuk ibu hamil. Hari yang dinantikan tiba, saat memasuki ruang bersalin Arini benar-benar ikhlas, dia sudah pasrah, menyerahkan semuanya kepada Allah. Tapi dia masih meyakini bahwa mukzizat itu ada. Senyumnya selalu menghiasi bibirnya sambil tak lepas melantunkan do'a. Sang suami mendampinginya sambil menggenggam erat jemarinya. Bayi bisa dilahirkan dengan selamat melalui operasi sesar. Dokter R terpekik, mengucap takbir pun seluruh perawat yang mendampinginya. Bayi itu berjenis kelamin perempuan, berkulit putih bersih, berambut hitam lebat, sangat cantik, dan ... SEMPURNA. Arini menangis kencang, berkali mengucap takbir, suaminya memeluknya erat sambil berurai air mata. Seluruh ruangan mengharu biru merasakan kebahagiaan yang amat sangat. 'Dokter, terima kasih,' bisik Arini lirih dengan wajah basah air mata. 'Bukan saya, Bu. Semua ini karena Kuasa Allah juga keikhlasan Ibu yang luar biasa. Allah sungguh maha baik, DIA tahu bagaimana derajat keimanan hambaNYA.' Suara dokter R masih bergetar saat mengakhiri kisah ini, aku melihatnya, sepasang netra itu hampir menggerimis. Ma syaa Allah .... Berkaca dari kisah di atas, tak ada yang tak mungkin jika Allah sudah berkehendak, bahkan logika manusia terhebat di bumi pun tak akan bisa sampai. Lalu, ..... sedalam apa keikhlasan Kita saat sedang diberikan ujian ? Ikhlas : Hamba yang senantiasa bersujud dan berserah diri kepada Allah Swt serta menerima segala bentuk ujian dan cobaan yang Allah kehendaki secara total tanpa reserve. Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik Beredar video viral pernyataan Gus Nur yang mengatakan bahwa negeri ini sudah kompleks persoalannya. Mau seribu Anies Baswedan, kalau masih dibiayai cukong, dibiayai bandar, dibiayai sama oligarki, berarti kita hanya mengulangi kesalahan yang sama. Hanya berubah casing, tapi onderdilnya sama. Kesimpulan Gus Nur ini tidak keliru, sebab problem bangsa ini bukan hanya soal pemimpin yang tukang bohong, ingkar dan khianat. Tetapi yang lebih utama adalah problem sistem yang bohong, ingkar dan khianat. Sistem demokrasi adalah sistem yang bohong. Demokrasi berkata kedaulatan ditangan rakyat, faktanya kedaulatan ditangan oligarki, ditangan cukong, ditangan kapital. Hukum dan UU itu terserah kehendak oligarki, bukan kehendak rakyat. Buktinya, rakyat ogah UU Omnibus Law, Cukong dan oligarki menghendaki, jadilah UU itu. Demokrasi juga ingkar, ingkar kepada hukum Allah SWT. Demokrasi mengadopsi akidah sekulerisme, menolak agama (baca: Islam) mengatur kehidupan dan negara. Demokrasi menjadikan akal dan hawa nafsu sebagai sumber hukum, mengingkari Wahyu berupa al Qur'an dan as Sunnah sebagai sumber hukum. Demokrasi khianat, karena pemerintahan yang dijalankan sejatinya tidak berkhidmat untuk rakyat. Dari, oleh dan untuk rakyat, kenyatannya dari, oleh dan untuk oligarki. Rakyat hanya dimanfaatkan suaranya lima tahun sekali. Karena itu, harus ada kesadaran bersama untuk mengganti demokrasi yang bohong, ingkar dan khianat ini dengan sistem yang amanah. Itulah sistem Islam dengan Khilafah sebagai institusi negaranya. Khilafah benar-benar akan jujur melayani umat dan menyeru manusia agar meninggalkan penghambaan selain kepada Allah menuju menghamba hanya kepada Allah SWT semata. Khilafah akan taat menjalankan al Qur'an dan As Sunnah. Khilafah akan amanah untuk melayani dan mengayomi rakyat, dengan menerapkan syariat Islam secara kaffah. Karena itu, umat Islam tidak boleh putus asa. Umat Islam justru harus makin optimis berjuang menegakkan Khilafah. Saat ini, tidak ada pilihan lain selain berjuang menegakkan Khilafah. Mau tunda pemilu atau dipercepat, mau presiden diganti, kalau sistemnya sama maka yang berkuasa tetap oligarki. Rakyat tetap akan kembali menjadi budak kekuasaan, bukan yang dilayani penguasa. Khilafah adalah sistem pemerintahan Islam yang dijanjikan Rasulullah Saw akan kembali di akhir zaman. Semoga, Khilafah tegak bermula dari negeri ini didalam asuhan dan naungan tangan-tangan kita. Allahu Akbar ! Dalam Alquran dijelaskan bahwa di antara semua Nabi Bani Israel, adalah Nabi Dawud AS dan Nabi Isa AS yang tergolong paling menderita di tangan orang-orang Yahudi.
Penganiayaan orang-orang Yahudi terhadap Nabi Isa AS mencapai puncaknya ketika terjadi aksi penyaliban. Penderitaan yang sama menyedihkannya juga dialami oleh Nabi Dawud AS karena mereka tidak tahu berterima kasih. Simaklah, hal itu akan terpantul di dalam mazmurnya yang sangat menyayat hati. Dengan penuh kepedihan, Nabi Dawud dan Nabi Isa mengutuk mereka. Kutukan Nabi Dawud mengakibatkan orang-orang Bani Israel dihukum Nebukadnezar, yang menghancurleburkan Yerussalem dan membawa bangsa Israel sebagai tawanan pada 556 SM. Dan, akibat kutukan Nabi Isa, Israel diluluhlantakkan Titus, yang menaklukkan Yerusalem sekitar tahun 70 Masehi, dan menodai rumah ibadah dengan menyembelih babi, binatang yang sangat dibenci orang-orang Yahudi, di dalamnya. Bahkan, dari sebanyak 32 buah pecahan istilah la’nat/kutuk dalam Alquran, yang pertama-tama menjadi objek kutukan atau pelaknatan adalah bangsa Israel. Kitab Al-Mu’jamum Mufahros Li Alfaadzil Qur’an, menyebut ayat (78) surat Al-Maidah yang berbunyi:لُعِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ Lu’inal ladzinna kafaruu min banii israa-iil …"Telah dilaknat orang-orang kafir dari Bani Israel." Jadi, kutukan Dawud AS itu, antara lain dapat ditemukan dalam Mazmur 53-78 dan 109, sementara kutukan Nabi Isa dapat ditemukan di banyak tempat dalam kitab Perjanjian Baru. Petikan ayat dalam surat Al-Maidah tersebut menunjukkan betapa Bangsa Israel memang sudah menjadi bahan cercaan, kutukan, dan laknatan sejak dahulu kala, jauh sebelum lahirnya peradaban modern. Mereka juga termasuk bangsa yang paling sering berhubungan dengan Tuhan, bukan apa-apa, tapi karena suka menumpahkan darah dan merusak tatanan kehidupan serta penistaan terhadap kesucian firman-Nya. Bukti lainnya, adalah bahwa tidak ada satu pun ayat dalam Alquran yang secara denotatif menyebut bangsa yang dikutuk selain nama Israel. Bahkan, tak kurang dari sebanyak 43 kali nama Israel juga disebut-sebut dalam Alquran. Alangkah seringnya. Diawali dengan ayat (40) surat Al-Baqarah, ketika Allah mengingatkan Bani Israel agar menyukuri nikmat-Nya karena kelebihan yang mereka miliki, hingga yang terakhir di ayat (14) surat As-Shaff, yang menjelaskan betapa bangsa tersebut telah menjelma sebagi kelompok pengkhianat. Bani Israel pulalah yang berkali-kali mengikat perjanjian dengan Tuhan, tetapi setiap kali berikrar setiap kali itu pula mereka mengkhianatinya. Naskah bagian artikel KH Hasyim Muzadi yang tayang di Harian Republika 30 Oktober 2020. Dikutip dari Democrazy, Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta secara resmi meluncurkan program Mujahid Cyber. Ketua Umum MUI DKI Jakarta KH Munahar Muchtar mengatakan Mujahid Cyber siap melawan berita bohong (hoax) dan pendengung (buzzer). "MUI DKI siap menjadi yang terdepan untuk melawan hoax dan para buzzer," kata KH Munahar dalam keterangan yang diterima, Senin (30/5/2022).
Peluncuran Mujahid ini dilakukan dalam acara Halalbilhalal dan Rapat Kerja Daerah (Rakerda) yang digelar di Harris Hotel, hari ini. Munahar menuturkan sebelumnya ada sejumlah nama mengemuka untuk pejuang cyber MUI DKI Jakarta ini. "Setelah masukan dari tokoh-tokoh nasional akhirnya diputuskan namanya Mujahid Cyber," kata KH Munahar. Munahar mengatakan hingga saat ini ada pihak yang tak suka dengan MUI DKI. Namun dia menegaskan MUI DKI akan terus bekerja. "Biar saja mereka nyinyir sampai bibirnya dower, kita tetap jalan saja," kata Munahar. Munahar mengucapkan terima kasih kepada kinerja bidang Infokom MUI DKI yang dipimpin Faiz Rafdi hingga bisa terbentuk Mujahid Cyber. Dia berharap Infokom MUI DKI segera menggaungkan Mujahid Cyber sehingga semakin diketahui masyarakat. Sementara itu, Ketua Bidang Infokom MUI DKI Jakarta KH Faiz Rafdi mengatakan Mujahid Cyber punya tugas pokok mencerdaskan literasi digital umat. Dia menambahkan Mujahid Cyber ini juga bertugas meluruskan informasi yang tidak benar. "Mujahid Cyber ini berfungsi sebagai Khadimul Ummat (pelayan umat) dan Shadiqul Hukumah (mitra pemerintah) dalam informasi dan komunikasi," kata Kiai Faiz. Struktur Mujahid Cyber ini bakal terdiri dari Dewan Penasihat, Dewan Pembina, dan Dewan Pengurus, yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan sejumlah divisi. Selain meluncurkan Mujahid Cyber, MUI DKI Jakarta juga luncurkan air minum kemasan yang diberi nama Izzati-Q. Air dalam kemasan botol ini disebut berkhasiat menyehatkan dan istimewanya sumber air ini telah dikhatamkan bacaan Al-Qur'an. Mujahid Cyber Sempat Disorot Rencana pembentukan Mujahid Cyber atau Cyber Army MUI DKI ini sebelumnya menuai polemik. Hal itu terkait dengan pernyataan Ketua MUI DKI KH Munahar Muchtar bahwa tugas cyber army antara lain membela dan membantu Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang kerap diserang para buzzer. KH Munahar Muchtar meluruskan bahwa yang akan dibela adalah semua tokoh di Jakarta yang ikut berbuat untuk kemaslahatan umat di Jakarta. "Bukan untuk Pak Anies saja, itu pelintiran. Tapi untuk siapa pun tokoh Jakarta yang berbuat untuk kemaslahatan umat di Jakarta, kita siap men-support dan kalau perlu kita kerja sama," kata Munahar Ia mengaku tak habis pikir kenapa hal tersebut menuai polemik di masyarakat. Sebab, meluruskan sebuah informasi yang cenderung berisi fitnah dan hoaks adalah bagian dari ajaran Al-Qur'án, yakni amar makruf nahi mungkar. "Kita juga tidak tahu kok ini mereka pada kepanasan kayak cacing kepanasan. Kita baru rencana kok pada bingung semua mungkin cyber-cyber bayaran pada bingung," tambahnya. [Democrazy/detik] |
ISLAM
Cari artikel? Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini. Kebenaran Quran dan Ajaran IslamMenyampaikan bukti-bukti kebenaran Quran dan ajaran Islam melalui tulisan dan pengakuan ahli ilmu pengetahuan dunia yang diambil dari berbagai sumber.
Archives
July 2024
Categories
All
kirim pesan [email protected]
|