Perang Ini Harus Kita Menangkan
oleh Taufik Ismail Masih adakah orang jujur di negeri kita ? Adakah ? Masih ada. Tapi mereka tak bersuara. Masih adakah orang waras di negeri kita ? Adakah ? Masih ada. Tapi mereka tiada berdaya Masih adakah orang berakhlak di negeri kita ? Adakah ? Masih ada. Tapi mereka tak berwibawa Masih adakah orang ikhlas di negeri kita? Adakah ? Masih ada. Tapi mereka di anggap tiada. Tapi saudaraku, tak ada cerita putus asa Kita tak akan angkat tangan menyerah kalah Karena ibarat perang Perang ini harus kita menangkan. Harus kita menangkan.
0 Comments
Meskipun Indonesia telah merdeka 71 tahun lebih berkat jihad fisabilillah para pahlawan bangsa, dan falsafah Islam juga menjiwai UUD 1945 bahkan juga azas negara Pancasila, tetapi sejak merdeka Islam belum pernah benar-benar menjadi pedoman arah politik negeri ini.
Banyak memang orang yang beragama Islam berkesempatan memimpin dalam berbagai bidang. Namun mereka bekerja sendiri-sendiri tanpa koordinasi yang utuh dan tanpa pemahamanan agama Islam yang kuat. Bahkan Islam selalu dicurigai oleh Pemerintah baik oleh Orla, Orba, maupun oleh Pemerintah pasca reformasi. Lebih mirisnya lagi, UUD 1945 telah diamandemen pada tahun 2002 tanpa banyak disadari umat bahwa isinya telah menjauh dari keberpihakan terhadap kesejahteraan rakyat. KKN yang ingin dibenahi di era reformasi justru meraja lela. Ironisnya banyak partai Islam yang melakukannya secara berjamaah. Suap menyuap sudah dianggap hal yang lumrah dan bercampur baur dengan alasan bersedekah. Jadilah yang hak bercampur dengan yang batil. Maraknya KKN dan keinginan melakukan perubahan membuat Pilpres 2 tahun yll menjadi penting. Sayangnya setelah berjalan dua tahun ternyata kepentingan keberagamaan umat Islam justru semakin direndahkan. Puncaknya adalah ketika Ahok mengulangi kebiasaannya berbicara lancang tentang agama Islam yang kali ini dia lakukan saat kunjungan kerja di Kep. Seribu dengan mengutip Surah Al Maidah Ayat 51 mengenai larangan umat Islam memilih pemimpin dari kalangan Yahudi dan Nasrani. Ucapannya yang segera meluas di video yang diunggah resmi oleh Pemda DKI Jakarta di Youtube itu akhirnya membuat banyak pihak melayangkan gugatan hukum termasuk FPI. Tanggapan Polri dirasakan sangat lamban menangani kasus ini. Tak pelak lagi FPI yang dipimpin oleh Habib Rizieq menggelar demo damai menuntut Ahok untuk dipenjarakan karena telah dianggap menistakan agama (Islam). Polri terpaksa menanggapi dengan lebih serius tetapi tetap terkesan lamban. Sementara itu perdebatan publik mencuat seputar masalah penafsiran Al Maidah ayat 51 sehingga keluarlah Fatwa MUI yang resmi menyatakan larangan umat Islam memilih pemimpin dari kalangan Yahudi dan Nasrani. Meskipun begitu Pemerintah menaruh curiga atas keluarnya Fatwa MUI yang dianggap ditunggangi kepentingan politik. Penanganan kasus inipun tetap dirasakan sangat lamban. Aksi 411 pun digelar lagi tanggal 4 November 2016 tetapi kali ini tidak hanya oleh FPI melainkan juga melibatkan umat Islam secara nasional yang dipimpin para ulama yang bersatu dalam Gerakan Nasional Pembela Fatwa MUI. Aksi damai ini benar-benar damai dari pagi hingga sore hari meskipun Presiden Jokowi lebih memilih melakukan inspeksi proyek ketimbang menerima wakil pengunjuk rasa. Sayangnya aksi ternodai kericuhan di malam hari. Umat Islam menduga kuat kericuhan ini dilakukan oleh oknum yang menyusup dalam kelompok aparat pengamanan aksi. Pasca Aksi 411 Polri menggelar perkara dan kasus Ahok ditingkatkan menjadi tersangka. Dalam setiap kasus penistaan agama sebelumnya, terlapor selalu langsung ditangkap. Namun kali ini tidak demikian. Ahok tidak ditangkap, bahkan Ahok masih bebas berkampanye setelah ditetapkan menjadi tersangka. Umat Islam dengan dipimpin para ulama GNPF MUI kembali menggelar Aksi Damai 212 (tanggal 2 Desember 2016). Tetapi kali ini aksi ini mendapat ancaman intimidasi dari aparat keamanan di berbagai daerah. Pemerintahpun memberikan isyarat akan menindak tegas pendemo. Alhamdulillah akhirnya terjadi kesepakatan antara perwakilan GNPF MUI dengan Polri sehingga aksi bisa berlangsung dengan super damai. Aksi 212 ini diperkirakan diikuti oleh tidak kurang 7,5 juta umat. Aksi 212 inilah yang banyak pihak melihatnya sebagai tanda-tanda kebangkitan Islam. GPNF MUI menerima berbagai ucapan selamat sekaligus nasihat dari tokoh-tokoh Islam dari segala penjuru dunia. Merekapun tanpa ragu mengatakan telah melihat tanda-tanda kebangkitan Islam dari Indonesia. Di Indonesia sendiri tanda-tanda itu sudah terlihat dengan munculnya kesadaran umat untuk bersatu dalam satu komando. Umat Islam memboikot media mainstream yang selama ini dinilai selalu membuat berita dengan sudut pandang yang merugikan kepentingan umat Islam. Mereka sepakat tidak lagi menjadikannya sebagai sumber berita apalagi seputar perjuangan umat Islam. Bermunculan sukarelawan medsos yang dengan tanpa dikomando terus menyampaikan kebenaran dari ujung jari ke seluruh pelosok negeri. Sebuah perusahaan Sari Roti mendapat boikot gara-gara pernyataannya yang dinilai menyudutkan aksi 212. Penggalangan kekuatan ekonomi umat Islam mendapatkan momentumnya pasca Aksi 212 ini sehingga terbentuklah Koperasi Syariah 212. Baik Aksi 411 maupun Aksi 212 selalu diikuti dengan aksi-aksi tandingan yang mencoba memenangkan opini publik bahwa kedua aksi itu anti NKRI dan anti toleransi. Tetapi aksi-aksi tandingan ini sama sekali tak mendapat simpati masyarakat kecuali hanya memperjelas siapa mereka sebenarnya. Tentu Islam untuk bisa bangkit di Indonesia memerlukan perjuangan keras segenap umat Islam. Tak ubahnya perjuangan pendahulu kita mengusir penjajah dari muka bumi nusantara ini lebih 71 tahun yg lalu. Berlarut-larutnya kasus Ahok membawa hikmah bagi perjuangan kebangkitan Islam di Indonesia. Kita menyaksikan para ulama GPNF MUI satu persatu dijerat masalah hukum dengan maksud agar terkesan buruk dan dihindari umatnya. Namun ternyata setiap rekayasa itu justru berbalik menjadi serangan mematikan. Kebangkitan Islam di Indonesia saat ini ibarat Tongkat Nabi Musa yang sedang berubah bentuk menjadi ular yang siap memangsa ular-ular tukang sihir Raja Fir'aun. Islam tidak pernah bisa menjadi agama yang "rahmatan lil alamin" apabila pemeluknya tidak memiliki kekuatan ekonomi, politik, sosial dan budaya. Inilah PR besar umat Islam di Indonesia. www.HelfiaNet.com
Kembali mengingat peristiwa tahun 90-an, dunia saat itu gempar dengan berita besar seorang bayi berumur 2 bulan dari keluarga Katholik di Afrika yang menolak dibaptis. “Mama, unisibi baptize naamini kwa Allah, na jumbe wake Muhammad” (Ibu, tolong jangan baptis saya. Saya adalah orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, Muhammad).
Ayah dan ibunya, Domisia-Francis, pun bingung. Kemudian didatangkan seorang pendeta untuk berbicara kepada bayinya itu: “Are You Yesus?” (Apakah kamu Yesus?). Kemudian dengan tenang sang bayi Syarifuddin menjawab: “No, I’m not Yesus. I’m created by God. God, The same God who created Jesus” (Tidak, aku bukan Yesus. Aku diciptakan oleh Tuhan, Tuhan yang sama dengan yang menciptakan Yesus). Saat itu ribuan umat Kristen di Tanzania dan sekitarnya dipimpin bocah ajaib itu mengucapkan dua kalimat syahadat. Bocah Afrika kelahiran 1993 itu lahir di Tanzania Afrika, anak keturunan non Muslim. Sekarang bayi itu sudah remaja, setelah ribuan orang di Tanzania-Kenya memeluk agama Islam berkat dakhwahnya semenjak kecil. Syarifuddin Khalifah namanya, bayi ajaib yang mampu berbicara berbagai bahasa seperti Arab, Inggris, Perancis, Italia dan Swahili. Ia pun pandai berceramah dan menterjemahan al-Quran ke berbagai bahasa tersebut. Hal pertama yang sering ia ucapkan adalah: “Anda bertaubat, dan anda akan diterima oleh Allah Swt.” Syarifuddin Khalifah hafal al-Quran 30 juz di usia 1,5 tahun dan sudah menunaikan shalat 5 waktu. Di usia 5 tahun ia mahir berbahasa Arab, Inggris, Perancis, Italia dan Swahili. Satu bukti kuasa Allah untuk menjadikan manusia bisa bicara dengan berbagai bahasa tanpa harus diajarkan.
Berikut ini cuplikan video pidato si bayi ajaib Syarifuddin Khalifah
a. Latar Belakang Syarifuddin Khalifah
Mungkin Anda terheran-heran bahkan tidak percaya, jika ada orang yang bilang bahwa di zaman modern ini ada seorang anak dari keluarga non Muslim yang hafal al-Quran dan bisa shalat pada umur 1,5 tahun, menguasai lima bahasa asing pada usia 5 tahun, dan telah mengislamkan lebih dari 1.000 orang pada usia yang sama. Tapi begitulah kenyatannya, dan karenanya ia disebut sebagai bocah ajaib; sebuah tanda kebesaran Allah Swt. Syarifuddin Khalifah, nama bocah itu. Ia dilahirkan di kota Arusha, Tanzania. Tanzania adalah sebuah negara di Afrika Timur yang berpenduduk 36 juta jiwa. Sekitar 35 persen penduduknya beragama Islam, disusul Kristen 30 persen dan sisanya beragam kepercayaan terutama animisme. Namun, kota Arusha tempat kelahiran Syarifuddin Khalifah mayoritas penduduknya beragama Katolik. Di urutan kedua adalah Kristen Anglikan, kemudian Yahudi, baru Islam dan terakhir Hindu. Seperti kebanyakan penduduk Ashura, orangtua Syarifuddin Khalifah juga beragama Katolik. Ibunya bernama Domisia Kimaro, sedangkan ayahnya bernama Francis Fudinkira. Suatu hari di bulan Desember 1993, tangis bayi membahagiakan keluarga itu. Sadar bahwa bayinya laki-laki, mereka lebih gembira lagi. Sebagaimana pemeluk Katolik lainnya, Domisia dan Francis juga menyambut bayinya dengan ritual-ritual Nasrani. Mereka pun berkeinginan membawa bayi manis itu ke gereja untuk dibaptis secepatnya. Tidak ada yang aneh saat mereka melangkah ke Gereja. Namun ketika mereka hampir memasuki altar gereja, mereka dikejutkan dengan suara yang aneh. Ternyata suara itu adalah suara bayi mereka. “Mama usinibibaptize, naamini kwa Allah wa jumbe wake Muhammad!” (Ibu, tolong jangan baptis saya. Saya adalah orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, Muhammad). Mendengar itu, Domisia dan Francis gemetar. Keringat dingin bercucuran. Setelah beradu pandang dan sedikit berbincang, mereka memutuskan untuk membawa kembali bayinya pulang. Tidak jadi membaptisnya. Awal Maret 1994, ketika usianya melewati dua bulan, bayi itu selalu menangis ketika hendak disusui ibunya. Domisia merasa bingung dan khawatir bayinya kurang gizi jika tidak mau minum ASI. Tetapi, diagnose dokter menyatakan ia sehat. Kekhawatiran Domisia tidak terbukti. Bayinya sehat tanpa kekurangan suatu apa. Tidak ada penjelasan apapun mengapa Allah mentakdirkan Syarifuddin Khalifah tidak mau minum ASI dari ibunya setelah dua bulan. Di tengah kebiasaan bayi-bayi belajar mengucapkan satu suku kata seperti panggilan “Ma” atau lainnya, Syarifuddin Khalifah pada usianya yang baru empat bulan mulai mengeluarkan lafal-lafal aneh. Beberapa tetangga serta keluarga Domisia dan Francis terheran-heran melihat bayi itu berbicara. Mulutnya bergerak pelan dan berbunyi: “Fatuubuu ilaa baari-ikum faqtuluu anfusakum dzaalikum khairun lakum ‘inda baari-ikum, fataaba ‘alaikum innahuu huwattawwaburrahiim.” Orang-orang yang takjub menimbulkan kegaduhan sementara namun kemudian mereka diam dalam keheningan. Sayangnya, waktu itu mereka tidak mengetahui bahwa yang dibaca Syarifuddin Khalifah adalah QS. al-Baqarah ayat 54. Domisia khawatir anaknya kerasukan setan. Ia pun membawa bayi itu ke pastur, namun tetap saja Syarifuddin Khalifah mengulang-ulang ayat itu. Hingga kemudian cerita bayi kerasukan setan itu terdengar oleh Abu Ayub, salah seorang Muslim yang tinggal di daerah itu. Ketika Abu Ayub datang, Syarifuddin Khalifah juga membaca ayat itu. Tak kuasa melihat tanda kebesaran Allah, Abu Ayub sujud syukur di dekat bayi itu. “Francis dan Domisia, sesungguhnya anak kalian tidak kerasukan setan. Apa yang dibacanya adalah ayat-ayat al-Qur’an. Intinya ia mengajak kalian bertaubat kepada Allah,” kata Abu Ayub. Beberapa waktu setelah itu Abu Ayub datang lagi dengan membawa mushaf. Ia memperlihatkan kepada Francis dan Domisia ayat-ayat yang dibaca oleh bayinya. Mereka berdua butuh waktu dalam pergulatan batin untuk beriman. Keduanya pun akhirnya mendapatkan hidayah. Mereka masuk Islam. Sesudah masuk Islam itulah mereka memberikan nama untuk anaknya sebagai “Syarifuddin Khalifah”. Keajaiban berikutnya muncul pada usia 1,5 tahun. Ketika itu, Syarifuddin Khalifah mampu melakukan shalat serta menghafal al-Quran dan Bible. Lalu pada usia 4-5 tahun, ia menguasai lima bahasa. Pada usia itu Syarifuddin Khalifah mulai melakukan safari dakwah ke berbagai penjuru Tanzania hingga ke luar negeri. Hasilnya, lebih dari seribu orang masuk Islam. b. Kisah Nyata Syarifuddin Mengislamkan Ribuan Orang Kisah nyata ini terjadi di Distrik Pumwani, Kenya, tahun 1998. Ribuan orang telah berkumpul di lapangan untuk melihat bocah ajaib, Syarifuddin Khalifah. Usianya baru 5 tahun, tetapi namanya telah menjadi buah bibir karena pada usia itu ia telah menguasai lima bahasa. Oleh umat Islam Afrika, Syarifuddin dijuluki Miracle Kid of East Africa. Perjalanannya ke Kenya saat itu merupakan bagian dari rangkaian safari dakwah ke luar negeri. Sebelum itu, ia telah berdakwah ke hampir seluruh kota di negaranya, Tanzania. Masyarakat Kenya mengetahui keajaiban Syarifuddin dari mulut ke mulut. Tetapi tidak sedikit juga yang telah menyaksikan bocah ajaib itu lewat Youtube. Orang-orang agaknya tak sabar menanti. Mereka melihat-lihat dan menyelidik apakah mobil yang datang membawa Syarifuddin Khalifah. Beberapa waktu kemudian, Syaikh kecil yang mereka nantikan akhirnya tiba. Ia datang dengan pengawalan ketat layaknya seorang presiden. Ribuan orang yang menanti Syarifuddin Khalifah rupanya bukan hanya orang Muslim. Tak sedikit orang-orang Kristen yang ikut hadir karena rasa penasaran mereka. Mungkin juga karena mereka mendengar bahwa bocah ajaib itu dilahirkan dari kelarga Katolik, tetapi hafal al-Quran pada usia 1,5 tahun. Mereka ingin melihat Syarifuddin Khalifah secara langsung. Ditemani Haji Maroulin, Syarifuddin menuju tenda yang sudah disiapkan. Luapan kegembiraan masyarakat Kenya tampak jelas dari antusiasme mereka menyambut Syarifuddin. Wajar jika anak sekecil itu memiliki wajah yang manis. Tetapi bukan hanya manis. Ada kewibawaan dan ketenangan yang membuat orang-orang Kenya takjub dengannya. Mengalahkan kedewasaan orang dewasa. Kinilah saatnya Syaikh cilik itu memberikan taushiyah. Tangannya yang dari tadi memainkan jari-jarinya, berhenti saat namanya disebut. Ia bangkit dari kursi menuju podium. Setelah salam, ia memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi. Bahasa Arabnya sangat fasih, diakui oleh para ulama yang hadir pada kesempatan itu. Hadirin benar-benar takjub. Bukan hanya kagum dengan kemampuannya berceramah, tetapi juga isi ceramahnya membuka mata hati orang-orang Kristen yang hadir pada saat itu. Ada seberkas cahaya hidayah yang masuk dan menelusup ke jantung nurani mereka. Selain pandai menggunakan ayat al-Quran, sesekali Syarifuddin juga mengutip kitab suci agama lain. Membuat pendengarnya terbawa untuk memeriksa kembali kebenaran teks ajaran dan keyakinannya selama ini. Begitu ceramah usai, orang-orang Kristen mengajak dialog bocah ajaib itu. Syarifuddin melayani mereka dengan baik. Mereka bertanya tentang Islam, Kristen dan kitab-kitab terdahulu. Sang Syaikh kecil mampu memberikan jawaban yang memuaskan. Dan itulah momen-momen hidayah. Ratusan pemeluk Kristiani yang telah berkumpul di sekitar Syarifuddin mengucapkan syahadat. Menyalami tangan salah seorang perwakilan mereka, Syarifuddin menuntun syahadat dan mereka menirukan: “Asyhadu an laa ilaaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan Rasuulullah.” Syahadat agak terbata-bata. Tetapi hidayah telah membawa iman. Mata dan pipi pun menjadi saksi, air mata mulai berlinang oleh luapan kegembiraan. Menjalani hidup baru dalam Islam. Takbir dari ribuan kaum muslimin yang menyaksikan peristiwa itu terdengar membahana di bumi Kenya. Bukan kali itu saja, orang-orang Kristen masuk Islam melalui perantaraan bocah ajaib Syarifuddin Khalifah. Di Tanzania, Libya dan negara lainnya kisah nyata itu juga terjadi. Jika dijumlah, melalui dakwah Syarifuddin Khalifah, ribuan orang telah masuk Islam. Ajaibnya, itu terjadi ketika usia Syaikh kecil itu masih lima tahun. Para ulama dan habaib sangat mendukung dakwah Syaikh Syarifuddin Khalifah. Bahkan ulama besar seperti al-Habib ali al-Jufri pun rela meluangkan waktunya untuk bertemu anak ajaib yang kini remaja dan berjuang dalam Islam. (Dikutip dari buku Mukjizat dari Afrika, Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang; Syarifuddin Khalifah). SHARE jika Anda suka dengan artikel ini. ********************************* Kiriman via WA dr Grup Islamic Motivation, 29/12/2016/Kamis Pon sktr pkl 17:08 WIB. Diteruskan oleh Guntur Sumilih di Waru Sidoarjo 61256. Dipublish oleh www.HelfiaNet.com tanggal 8 Januari 2017. Bogor, 6 Rabiul Akhir 1438/5 Januari 2017 (MINA) – Dewan Ekonomi Syariah 212 GNPF-MUI meluncurkan Koperasi Syariah 212 di Masjid Andalusia Bogor pada Jumat, (6/12017). Dengan didirikannya koperasi berbasis syariah tersebut, diharapkan bisa menjadi lokomotif perubahan dan perbaikan ekonomi umat. “Dengan mengucapkan bismillahirahmanirahim, memohon rahmat Allah subhanahuwataala, maka hari ini sama-sama kita resmikan Koperasi Syariah 212,” ujar Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI saat peresmian. Jumat (6/1). Mi’raj Islamic News Agency (MINA) melaporkan. http://mirajnews.com/2017/01/koperasi-syariah-212-diluncurkan.html Dalam acara itu juga hadir Ketua Majelis Ulama Indonesia Ma’aruf Amin, perwakilan ormas Islam, pakar ekonomi dan syariah, juga para ulama serta ratusan jamaah yang memenuhi lantai dasar Masjid Andalusia. Sementara itu, Ketua MUI Ma’aruf Amin dalam sambutannya, ia memberikan apresiasi terhadap semua pencetus koperasi dalam rangka mengembangkan ekonomi umat. Ia juga mengatakan, gerakan perubahan untuk umat harus dilakukan dari diri sendiri juga secara bersama-sama. Ma’aruf juga menyesalkan banyaknya umat yang menjual barangnya namun dihargai dengan harga yang tidak layak, menurutnya langkah ini adalah sangat tepat dalam merebut kembali ekonomi umat, jika dulu para ulama, dan pejuang berteriak rebut kembali kepada penjajah, ia mengatakan, ini waktunya berteriak rebut kembali ekonomi umat. “Jadi (Koperasi ini) dari umat untuk umat, yang memproduksi umat, yang menjual umat, yang membeli umat, yang memakai umat dan yang untung umat. Mari bung rebut kembali,” ujarnya. Ditempat yang sama, Ketua Dewan Ekonomi Syariah 212 Dr. Mohammad Syafii Antonio mengatakan, Koperasi Syariah 212 ini konsepnya sama seperti koperasi pada umumnya, namun tujuannya lebih spesifik yakni untuk membangun ekonomi umat dengan sasaran bisnis retail, distributor suplier, dan pabrik dengan cara berinvestasi, bisnis properti pun kedepannya juga akan digalakkan. “Komitmen itu perlu, kita berpindah dari konvensional ke syariah, jadi uang yang ada di bank asing yang mengambil untung di Indonesia kita pindahkan ke Koperasi Syariah 212. Koperasi memang kecil, tapi nanti ada tabungan investasi properti, jadi misalnya yang punya lahan tidak perku dijual ke asing, nanti kita kerjasama (Dengan Koperasi Syariah 212),” ujarnya. Dari aset yang nantinya terkumpul, Antonio mengatakan, Koperasi Syariah 212 akan bisa membeli saham bank-bank konvensional juga pabrik-pabrik besar sehingga jika suatu saat dibuat bisnis waralaba yang dijual adalah produk dari umat dan keuntungannya juga untuk umat. Dari bisnis properti juga, ia mengatakan, kedepan akan membangun perumahan bagi masyarakat dalam membantu program pemerintah, dan masih banyak lainnya. “Insya-Allah, target aset Koperasi Syariah 212 satu tahun kedepan berjunlah 212 miliar rupiah terkumpul, tiga tahun 2.12 triliun, tujuh tahun 21.2 triliun, dan target sepuluh tahun sebesar 212 triliun, amin,” tutupnya. (L/R08/RS3) Mi’raj Islamic News Agency (MINA)dit. |
ISLAM
Cari artikel? Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini. Kebenaran Quran dan Ajaran IslamMenyampaikan bukti-bukti kebenaran Quran dan ajaran Islam melalui tulisan dan pengakuan ahli ilmu pengetahuan dunia yang diambil dari berbagai sumber.
Archives
July 2024
Categories
All
kirim pesan [email protected]
|