Tausyiah KH Dr. Anwar Abbas, Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia di Masjid Raya Bintaro Jaya (Jalan Maleo Sektor 9) pada Ahad, 29 Januari 2023 mengambil tema Ekonomi Keumatan.
Ketika negeri ini diproklamirkan, tahun 1945 dalam risalah rapatnya itu dikatakan bahwa jumlah umat Islam di negeri ini 95%. Jadi artinya yang tidak beragama Islam hanya 5%. Setahun atau dua tahun yll, setelah 77 tahun berlalu, Kementrian Dalam Negri melansir data baru. Jumlah umat Islam di negeri ini 86,8%. Jadi bukan meningkat, tapi menurun. Kalau dihitung secara persentase, berarti 8,2% dalam rentang waktu 77 tahun. Yang terpikir oleh saya, Allah Swt memang sudah menjamin bahwa Islam ini tidak akan punah dari bumi ini. Allah Swt memang sudah menjamin bahwa Islam ini tidak akan hilang dari permukaan bumi. Tetapi tidak ada jaminan dalam Al Qur'an dan Sunnah, tidak akan bisa punah di Indonesia. Karena tidak ada jaminan, timbul pertanyaan pada diri kita, kita mau nggak jumlah umat kita ini menurun terus.Mau nggak kita, umat kita ini melorot terus. Semestinya, secara hitung-hitungan, ya, kalau kita dulu 95%, masing-masing kita beranak, minimal presentasenya tetap atau secara presentase dia membesar 95% menjadi 96%, 97% tapi faktanya mengecil terus. Oleh karena itu tidak mustahil, ya anak-anak kita tidak sekeyakinan lagi agamanya dengan kita. Atau anak-anak kita masih sama akidahnya dengan kita tapi cucu-cucu kita kemungkinan tidak. Di negeri ini pernah ada orang yang namanya Buya Hamka. Sudah almarhum. Bapak beliau dikenal sebagai tokoh Al Azhar, dan Buya Hamka juga doktor dari Al Azhar. Kurang apa ilmunya. Tapi salah seorang anaknya murtad. Ini saya bisa sampaikan karena ini sudah menjadi pengetahuan orang banyak. Salah seorang ulama besar, tapi tidak usah saya sebut namanya, cucunya murtad. Saya punya anak tiga, dua tinggal di daerah antara BSD dan Pamulang, sering sekali didatangi oleh orang dari agama lain, ngapain itu orang mendakwahkan agamanya. Berkali-kali datang, dimarahi oleh anak saya dan menantu saya dia tetap datang juga.Sehingga muncul pikiran dalam diri saya, sebab kalau dia berhasil memurtadkan anak saya dan menantu saya, itu menjadi berita besar karena anak Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia murtad. Oleh karena itu "Jaga dirimu dan keluargamu dari api neraka". Saya tidak percaya orang menikah berbeda agama akan bahagia kalau yang menikah itu masih punya iman. Karena ada di negeri ini seorang artis atau aktor kawin beda agama lalu bicara ke publik bahwa dia bahagia. Tetapi apa yg terjadi? Setelah punya anak muncul masalah. Anak, kalau tidak ikut kita, tidak dengar kata-kata kita, sakitnya itu di sini. Saya ini dahulu sekuler. liberal. Ayat ini tidak relevan, hadis ini tidak relavan lagi. Saya ini pernah jadi direktur rumah sakit dua periode. Di periode kedua sakit melulu. Cuma bingungnya itu saya sakit tapi masih bisa kerja, karena penyakit saya itu sangat terasa oleh saya sekitar jam 1 sampai jam 2. Selama 1 th, 12 kali di opname. Jadi banyak orang datang membesuk saya, salah satu teman saya yang datang itu adalah teman saya dari Maroko. Cuma dia bingung, dia tanya kamar saya, dia pergi ke sana, tapi tidak ada saya. Karena saya kalau belum jam 1 sampai jam 2 itu masih bisa berkeliaran. Masih bisa kerja. Yang menarik bagi saya adalah ada seorang anak muda, setiap orang datang membesuk saya, dia menyampaikan nasehat, tapi anak muda yang satu ini aneh nasehatnya. Dia bilang ke saya begini: "Tobatlah pak Anwar Abbas". Beberapa bulan kemudian ada teman akrab saya, dirawat di rumah sakit saya, saya harus lihat. Begitu saya datang, saya masuk, dia bilang begini: "Anwar Abbas ini, perutnya isinya dosa aja ini !". Wah, kaget juga saya. Dua hari kemudian dia meninggal. Jadi pikiran bagi saya. Jadi akhirnya saya merenung. Saya mulai lagi mencoba membanding-bandingkan. Akhirnya sampailah pada kesimpulan: "Fabiayyiaa laa irobbika maa tukazzibaan". "Ayat Tuhan yang mana yang akan kamu dustakan, Anwar Abbas". Saya karena punya background ilmu ekonomi, memang gak nampak oleh saya. Semua yang difirmankan Allah Swt, pasti benar. Semua yang diperintahkan oleh Allah dan dilakukan oleh Rasulullah, pasti benar. Semua yang dilarang oleh Allah, pasti tidak benar. Semua yang diperintahkan oleh Allah, pasti baik. Semua yang diperintahkan oleh Rasulullah, pasti baik. Semua yang dilarang oleh Rasulullah, pasti buruk. Semua yang dilarang oleh Allah, pasti buruk. Allah berfirman: "Harta itu jangan hanya menumpuk berputar-putar pada segelintir orang". Terus kenapa kalau harta itu hanya menumpuk pada segelintir orang dan bagaimana mengukurnya ?. Ahli ilmu ekonomi mengukurnya dengan menggunakan index GINI dari rentangan 0 - 1. Semakin dekat ke angka 1, semakin tinggi tinggi tingkat ketimpangannya dan semakin tinggi tingkat penumpukan hartanya. Semakin dekat dia ke angka 0 maka semakin tipis tingkat ketimpangannya. Jadi kalau di negara komunis, index Gini nya bisa 0, karena semuanya sama rata sama rasa. Komunis itu terlalu mengedepankan rasa kebersamaan. Tapi di dalam negara yang liberalisme kapitalisme dia akan bergerak ke angka 1. Karena urusan ekonomi diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar. Kalau di pasar it ada persaingan dan yang akan menjadi pemenangnya adalah yang paling kuat. Pemodal yang kuat akan menguasai pasar. Kalau kekayaan merata, seseorang melakukan apa saja di pasar tidak berpengaruh. Tapi kalau kekayaan menumpuk pada segelintir orang, maka apapun yang mereka lakukan di pasar akan bisa menggoncang pasar itu. Maka yang menjadi penguasa di suatu negeri kapitalis adalah pemilik kapital. Sekarang kita lihat posisi umat Islam. Sepuluh orang terkaya di negeri ini, satu orang yang beragama Islam. Padahal jumlah umat Islam tadi kita bulatkan 90%. Representasi kita umat Islam yang 90% di jumlah orang terkaya di negeri ini hanya 1 orang. Orang bukan Islam jumlahnya hanya 10% tetapi memiliki representasi 9 orang terkaya di negeri ini. Dari 20 orang terkaya di negeri ini, yang beragama Islam hanya 2, yang tidak beragama Islam 18. Dari 50 orang terkaya di negeri ini, yang beragama Islam 3, yang tidak beragama Islam 47. Kalau gitu siapa yang menjadi penentu di negeri ini? Ya, saudara-saudara kita yang sebangsa dan setanah-air tetapi agamanya tidak sama dengan kita, yaitu kawan-kawan kita dari etnis Cina. Dampak harta yang hanya menumpuk pada segelintir orang. Pemodal akan menjadi penentu dalam ekonomi dan bisnis. Bukan lagi pasar yang menentukan. Pasar dalam Islam adalah pasar dengan persaingan sempurna artinya yang menjual banyak, yang membeli banyak. Kalau yang menjual satu, yang membeli banyak, itu adalah Monopoli. Kalau yang menjual segelintir, yang membeli banyak, itu adalah Oligopoli. Jika pasarnya Monopoli atau Oligopoli, negara harus hadir untuk mengaturnya, jangan diserahkan kepada mereka, agar kekayaan tidak menumpuk pada segelintir orang saja. Celakanya, para pemilik kapital di mana saja, tidak hanya di Indonesia, dia tidak hanya menjadi penentu dalam bidang ekonomi dan bisnis, tapi dia juga menjadi penentu dalam bidang politik. Jadi tidak mungkin bisa menjadi Capres kalau tidak didukung oleh para pemilik modal. Peraih Nobel Milton Friedman mengemukakan sebuah teori bahwa jika kekuatan ekonomi dan kekuatan politik berada di satu tangan, maka dia akan melahirkan rezim yang tyranic, rezim yang solid. Hukum akan dia buat tajam ke bawah, tumpul ke atas. Milton Friedman tahu bahwa itu berbahaya dan itu dikatakannya baru beberapa puluh tahun yll. Nabi Muhammad menyatakannya 14 abad yll, baru hari ini kita menyadari kebenarannya. Maha benar Allah dengan segala firman Nya.
0 Comments
|
ISLAM
Cari artikel? Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini. Kebenaran Quran dan Ajaran IslamMenyampaikan bukti-bukti kebenaran Quran dan ajaran Islam melalui tulisan dan pengakuan ahli ilmu pengetahuan dunia yang diambil dari berbagai sumber.
Archives
July 2024
Categories
All
kirim pesan [email protected]
|