Di tanah Jawa ini, yang paling ditakuti oleh penjajah Belanda adalah santri ngaji dan ahli tarekat.
Ada seorang santri yang juga penganut tarekat bernama Abdul Hamid. Ia lahir di dusun Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta. Pertama kali ia ngaji kepada Kyai Hasan Besari Tegalsari, Jetis Ponorogo. Ia ngaji kitab kepada Kyai Taftazani, Kartosuro. Ia ngaji Tafsir Jalalain kepada Kyai Baidlowi Bagelen, yang dikuburkan di Glodegan, Bantul, Yogyakarta. Terakhir ia ngaji ilmu hikmah kepada Kyai Nur Muhammad Ngadiwongso, Salaman, Magelang. Seperti diketahui bahwa di daerah eks Karisidenan Kedu (Temanggung, Magelang, Wonosobo, Purworejo, Kebumen) ada dua kyai yang masyhur, yaitu Kyai Nur Muhammad Ngadiwongso, Salaman, Magelang dan Kyai Nur Muhammad Alang-alang Ombo, Pituruh, Purworejo. Abdul Hamid sangat berani dalam berperang melawan penjajah Belanda selama 5 tahun (1825 -1830 M). Ia wafat dan dikebumikan di Makassar, dekat Pantai Losari. Abdul Hamid adalah putra Sultan Hamengkubuwono ke-III dari seorang istri dari daerah Pacitan, Jawa Timur. Abdul Hamid patungnya memakai jubah di pasang di Alun-alun kota Magelang. Namanya menjadi nama Kodam dan Universitas di Jawa Tengah. Dan terkenal dengan nama Pangeran Diponegoro. Nama lengkap dari Abdul Hamid adalah Kyai Haji (KH) Bendoro Raden Mas Abdul Hamid Ontowiryo Mustahar Herucokro Senopati Ing Alogo Sayyidin Pranotogomo Amirul Mu’minin Khalifatullah Tanah Jawi Pangeran Diponegoro Pahlawan Goa Selarong. Di kamar Diponegoro di Magelang eks Karisidenan Kedu (Bakorwil) terdapat tiga peninggalan Diponegoro, yaitu: "Al-Qur'an, kitab Taqrib dan Tasbih". Al-Qur'an sebagai tanda bahwa Pangeran Diponegoro adalah seorang muslim. Kitab Taqrib karya Imam Abu Syuja' sebagai tanda bahwa beliau adalah seorang bermadzhab Syafi'i. Dan Tasbih sebagai tanda bahwa beliau adalah ahli dzikir, bahkan sebagai penganut salah satu Thoriqoh. Karena bermazhab Syafi'i, maka Diponegoro sholat tarowih 20 raka'at, sholat shubuh dengan Qunut, Jum'atan dengan dua kali adzan, dan sholat Id di Masjid, bukan di lapangan. Saya sangat menghormati dan menghargai orang yang berbeda madzhab dan pendapat. Akan tetapi tolong, sejarah sampaikan apa adanya. Jangan ditutup-tutupi bahwa Pangeran Diponegoro bermadzhab Syafi’i. Maka ketiga peninggalan Pangeran Diponegoro ini tercermin di berbagai pondok pesantren. Dulu ada tokoh pendidikan nasional bernama Douwes Dekker atau Danudirja Setiabudi. Mereka yang belajar sejarah, semuanya kenal. (Leluhur) Douwes Dekker itu seorang Belanda yang dikirim ke Indonesia untuk merusak bangsa kita. Namun, ketika Douwes Dekker berhubungan dengan para kyai dan santri, mindset-nya berubah, yang semula ingin merusak kita justeru bergabung dengan pergerakan bangsa kita. Bahkan kadang-kadang semangat kebangsaan Douwes Dekker melebihi semangat kebangsaan bangsa kita sendiri. Douwes Dekker pernah berkata dalam bukunya: "Kalau tidak ada kyai dan pondok pesantren , maka patriotisme bangsa Indonesia sudah hancur berantakan". Padahal Douwes Dekker tidak pernah nyantri di pondok pesantren. Seumpamanya yang berbicara adalah santri atau kyai, maka pasti ada yang berkomentar: "Pantas saja berbicara begitu, agar pondok pesantren laku". Akan tetapi bila yang berbicara orang “luar”, ini temuan apa adanya, tidak dibuat-buat. Maka, kembalilah ke pesantren. Ki Hajar Dewantara (Suwardi Suryaningrat) itu juga seorang santri. Bukan hanya Diponegoro anak bangsa yang dididik para ulama menjadi tokoh bangsa. Di Jogjakarta ada seorang kyai bernama Romo Kyai Sulaiman Zainudin di Kalasan Prambanan. Beliau memiliki santri yang banyak diantaranya adalah Suwardi Suryaningrat. Suwardi Suryaningrat ini kemudian oleh pemerintah diangkat menjadi Bapak Pendidikan Nasional yang terkenal dengan nama Ki Hajar Dewantoro. Jadi, Ki Hajar Dewantoro itu santri yang mengaji kepada seorang kyai. Sayangnya, sejarah bahwa Ki Hajar Dewantoro mengaji kitab kuning ke kyai tidak pernah diterangkan di sekolah-sekolah. Yang diterangkan hanya: Ing Ngarso Sun Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani. Itu sudah baik, namun belum komplit dan belum utuh. Sayyid Husein al-Muthohhar adalah cucu Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam yang patriotis. Ada salah satu Sayyid keturunan Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam yang merupakan warga Kauman Semarang. Setelah bangsa Indonesia merdeka, beliau mengarang sebuah lagu yang berisi ajaran untuk bersyukur. Dari yakinku teguh Hati ikhlasku penuh Akan karunia-Mu Tanah air pusaka Indonesia merdeka Syukur aku sembahkan Ke hadirat-Mu Tuhan Itulah lagu yang berjudul Syukur karya Al-Habib Al-Sayyid Husein Al-Muthohhar, pakde dari Habib Umar Muthohhar, cucu Rosululloh Shollallohu Alaihi Wasallam. Habib Husein Al-Muthohhar diangkat menjadi Dirjen Pemuda dan Olah raga oleh Pemerintah waktu itu. Beliau juga pernah diangkat menjadi duta besar di Vatikan, Negara yang berpenduduk katolik. Di Vatikan, Habib Husein tidak larut dengan kondisi. Beliau justeru membangun masjid. Suatu ketika, Habib Husein mendengar adzan sholat Dzuhur di Masjid. Saat muadzin sampai pada kalimat: حي على الصلاة Kalimat itu masih terngiang bahkan sampai setelah sholat. Pada akhirnya, beliau membuat lagu yang cengkoknya mirip dengan adzan, ada S-nya, A-nya dan ada H-nya. Lagu itu adalah: 17 Agustus tahun 45 Itulah hari kemerdekaan kita Hari merdeka Nusa dan Bangsa Hari lahirnya Bangsa Indonesia Merdeka Sekali merdeka tetap merdeka Selama hayat masih dikandung badan Kita tetap setia, tetap setia Mempertahankan Indonesia Kita tetap setia, tetap setia Membela Negara kita Dari penjelasan di atas, kita bisa ketahui bahwa peran para kyai dan para sayyid tidaklah sedikit dalam pembinaan patriotisme bangsa. Jadi, Anda jangan ragu jika hendak mengirim anak-anaknya ke pondok pesantren. Malahan, Bung Karno ketika mau membaca teks proklamasi di Pegangsaan Timur Jakarta, meminta didampingi Putra Kyai. Tampillah putra seorang kyai, dari kampung Batuampar, Mayakumbung, Sumatera Barat. Beliau adalah H. Mohammad Hatta, putra seorang kyai. Bung Hatta adalah putra Ustadz Kiai Haji Jamil, seorang guru Thoriqoh Naqsyabandiyyah Kholidiyyah. Sayang, sejarah Bung Hatta adalah putra kyai dan putra penganut Thoriqoh tidak pernah dijelaskan di sekolah, yang diterangkan hanya Bapak Koperasi. Mulai sekarang, mari kita terangkan sejarah dengan utuh. Jangan sekali-kali memotong sejarah. Jika anda memotong sejarah, suatu saat, sejarah anda pun akan dipotong oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Akhirnya, Bung Hatta menjadi wakil presiden pertama. Para santri di Pondok Pesantren Al-Anwar saya beri nasihat begini: “Kamu mondok di sini, nggak usah berpikir macam-macam. Yang penting ngaji dan sekolah. Tak usah berpikir besok jadi apa , yang akan menjadikan apa kamu nanti adalah Gusti ALLOH Subhanahu Wa Ta'ala". Ketika dulu nyantri di Lirboyo, saya tak berpikir akan menjadi apa. Yang penting ngaji, nderes Al-Qur'an, menghafalkan nadloman kitab dan shalat jamaah. Ternyata saya juga jadi manusia, malahan bisa melenggang ke gedung MPR di Senayan. Tidak usah dipikir nanti jadi apa, yang menjadikan adalah Gusti ALLOH Subhanahu Wa Ta'ala. Tugas kita ialah melaksanakan kewajiban dari ALLOH Subhanahu Wa Ta'ala. ALLOH Subhanahu Wa Ta'ala mewajibkan kita untuk menuntut ilmu, maka kita menuntut ilmu. Jika kewajiban dari ALLOH Subhanahu Wa Ta'ala sudah dilaksanakan, maka ALLOH Subhanahu Wa Ta'ala yang akan menata. Jika ALLOH Subhanahu Wa Ta'ala yang menata sudah pasti baik. Ditulis dari rekaman Mauidloh Hasanah Syaikhona Maimoen Zubair di Krapyak Yogyakarta.
0 Comments
Dikutip dari detik.com. Pada tahun 2007, Agnes Purwanti (29) memutuskan untuk memeluk agama Islam setelah mengalami krisis iman selama bertahun-tahun. Ia sempat mempelajari berbagai agama sebelum akhirnya mantap memilih Islam.
"Saya masuk Islam akhir November tahun 2007. Saya sempat belajar agama lain, karena angkatan saya (FIB UI 2004), angkatan terakhir yang diperbolehkan ambil kelas agama yang berbeda dengan agama yang dianut," kata Agnes saat ditemui di kediamannya, di Jalan Galur, Depok, Jawa Barat, Rabu (1/7/2015) lalu. Namun kala itu ia tidak tertarik untuk mengambil mata kuliah Islam. Karena menurutnya umat muslim cenderung kasar. Agnes mengaku terpaksa mempelajari Islam setelah selama seminggu ia mendapat 'teror' bisikan shalat. "Krisis iman bikin saya jadi sering bengong di kosan. Hingga suatu hari saat Magrib, habis azan kayak ada yang ngomong 'shalat, shalat'. Saya nggak tahu itu suara siapa. Sempat merinding juga, lalu saya lari ke warnet. Dan ini terjadi berkali-kali, berturut-turut dalam waktu yang sama. Selalu setelah azan Magrib," ujarnya. Agnes kemudian menceritakan hal ini kepada dosen pembimbingnya yang kebetulan seorang muslimah. Ia disarankan untuk mempelajari Islam dan bersikap adil terhadap seluruh agama di Indonesia. Akhirnya Agnes mengikuti kegiatan keislaman sang dosen. Ia membuka Alquran dan membaca terjemahan surat Al Baqarah. "Jadi pertama rasa yang saya tangkap, baca Alquran itu kayak Tuhan lagi ngomong sama kita, Godly banget. Allah menyebut 'Kami' atau 'Aku' itu lebih banyak daripada menceritakan banyak tokoh. Aku nemuin rasa Tuhannya di situ," ujarnya. Ia mengaku sempat tak yakin dengan isi surat Al Baqarah. Namun menurut Agnes, segala bantahannya langsung terjawab di dalam surat itu juga. Hal itu membuatnya semakin yakin dengan Islam. Ia bahkan langsung berniat masuk Islam saat itu juga. "Aduh berderai-derai airmataku baca surat Al Baqarah. Ini missing link yang saya cari. Saat itu saya berpikir, saya mau shalat biar nggak diteror lagi," katanya. Agnes mencari tahu sendiri bagaimana cara melaksanakan shalat. Ia belajar dari buku panduan shalat dan internet. Berbekal mukena dan sajadah pinjaman teman kos, Agnes mencoba shalat untuk pertama kalinya secara otodidak. "Habis takbir Allahu Akbar, terus apalagi? Saya mematung gitu, nggak bisa gerak, nggak tahu kenapa. Cukup lama, sekitar setengah jam," katanya. Ia kemudian menemui dosennya kembali. Agnes diberi penjelasan bahwa syarat masuk Islam harus mengucap 2 kalimat syahadat terlebih dahulu, baru kemudian bisa melaksanakan shalat. Ia lalu diminta untuk menunggu habib yang akan membimbingnya bersyahadat. Namun ditunggu hingga 2 minggu, habib yang tengah bertugas ke Papua tersebut belum pulang juga ke Jakarta. Ditambah lagi, kelompok kajian keislaman yang diikuti dosennya didera masalah internal. Selain itu, ajaran mereka menurutnya bertentangan dengan Islam karena tidak pernah shalat dan zakat dengan alasan mereka selalu mengingat Tuhan setiap saat. Agnes kemudian memutuskan untuk tidak lagi mengikuti kegiatan tersebut. "Saat itu galau banget. Lagi semangat-semangatnya malah diberi harapan palsu. Saya juga putus dengan pacar yang sudah 5 tahun bersama, karena dia keberatan saya mau masuk Islam. Saya lalu berdoa agar diberikan calon suami agar ada pembimbing," katanya. Tiba-tiba, 2 hari kemudian Agnes bertemu dengan pria yang kini menjadi suaminya. Mereka semakin dekat, dan Agnes menceritakan kegundahannya. Pada akhir bulan November tahun 2007, ia akhirnya mengucap syahadat di Masjid Cut Meutia di Jl Cut Meutia 1, Menteng, Jakarta Pusat, usai jamaah melaksanakan salat Jumat. Agnes mengaku terharu karena banyak umat muslim yang mendoakannya setelah mengucap syahadat. "Terus nggak lama setelah hari itu, saya dilamar," ujarnya sambil terkekeh. Agnes adalah sosok wanita Katolik taat. Setiap malam, ia beserta keluarganya rutin berdo'a bersama. Bahkan, saking taatnya, saat Agnes dilamar Martono, kekasihnya yang beragama Islam, dengan tegas ia mengatakan “Saya lebih mencintai Yesus Kristus dari pada manusia..!”
Ketegasan prinsip Katolik yang dipegang wanita itu menggoyahkan iman Martono yang muslim, namun jarang melakukan ibadah sebagaimana layaknya orang beragama Islam. Martono pun masuk Katolik, sekedar untuk bisa menikahi Agnes. Tepat tanggal 17 Oktober 1982, mereka melaksanakan pernikahan di Gereja Ignatius, Magelang, Jawa Tengah. Usai menikah, lalu menyelesaikan kuliahnya di Jogjakarta, Agnes beserta sang suami berangkat ke Bandung, kemudian menetap di salah satu kompleks perumahan di wilayah Timur kota kembang. Kebahagiaan terasa lengkap menghiasi kehidupan keluarga ini dengan kehadiran tiga makhluk kecil buah hati mereka, yakni: Adi, Icha dan Rio. Di lingkungan barunya, Agnes terlibat aktif sebagai jemaat Gereja Suryalaya, Buah Batu, Bandung. Demikan pula Martono, sang suami. Selain juga aktif di Gereja, Martono saat itu menduduki jabatan penting, sebagai Kepala Divisi Properti PT Telkom Cisanggarung, Bandung. Karena keta'atan mereka memegang iman Katolik, pasangan ini bersama beberapa sahabat se-iman, sengaja mengumpulkan dana dari tetangga sekitar yang beragama Katolik. Mereka pun berhasil membeli sebuah rumah yang ‘disulap’ menjadi tempat ibadah (Gereja, red). Uniknya, meski sudah menjadi pemeluk ajaran Katolik, Martono tak melupakan kedua orangtuanya yang beragama Islam. Sebagai manifestasi bakti dan cinta pasangan ini, mereka memberangkatkan ayahanda dan ibundanya Martono ke Mekkah, untuk menunaikan rukun Islam yang ke lima. Hidup harmonis dan berkecukupan mewarnai sekian waktu hari-hari keluarga ini. Sampai satu ketika, kegelisahan menggoncang keduanya. Syahdan, saat itu, Rio, si bungsu yang sangat mereka sayangi jatuh sakit. Panas suhu badan yang tak kunjung reda, membuat mereka segera melarikan Rio ke salah satu rumah sakit Kristen terkenal di wilayah utara Bandung. Di rumah sakit, usai dilakukan diagnosa, dokter yang menangani saat itu mengatakan bahwa Rio mengalami kelelahan. Akan tetapi Agnes masih saja gelisah dan takut dengan kondisi anak kesayangannya yang tak kunjung membaik. Saat dipindahkan ke ruangan ICU, Rio, yang masih terkulai lemah, meminta Martono, sang ayah, untuk memanggil ibundanya yang tengah berada di luar ruangan. Martono pun keluar ruangan untuk memberitahu Agnes ihwal permintaan putra bungsunya itu. Namun, Agnes tak mau masuk ke dalam. Ia hanya mengatakan pada Martono, ”Saya sudah tahu.” Itu saja. Martono heran. Ia pun kembali masuk ke ruangan dengan rasa penasaran yang masih menggelayut dalam benak. Di dalam, Rio berucap, “Tapi udahlah, Papah aja, tidak apa-apa. Pah hidup ini hanya 1 centi. Di sana nggak ada batasnya.” Sontak, rasa takjub menyergap Martono. Ucapan bocah mungil buah hatinya yang tengah terbaring lemah itu sungguh mengejutkan. Nasehat kebaikan keluar dari mulutnya seperti orang dewasa yang mengerti agama. Hingga sore menjelang, Rio kembali berujar, “Pah, Rio mau pulang!” “Ya, kalau sudah sembuh nanti, kamu boleh pulang sama Papa dan Mama,” jawab Martono. “Ngga, saya mau pulang sekarang. Papah, Mamah, Rio tunggu di pintu surga!” begitu, ucap Rio, setengah memaksa. Belum hilang keterkejutan Martono, tiba-tiba ia mendengar bisikan yang meminta dia untuk membimbing membacakan syahadat kepada anaknya. Ia kaget dan bingung. Tapi perlahan Rio dituntun sang ayah, Martono, membaca syahadat, hingga kedua mata anak bungsunya itu berlinang. Martono hafal syahadat, karena sebelumnya adalah seorang Muslim. Tak lama setelah itu bisikan kedua terdengar, bahwa setelah Adzan maghrib Rio akan dipanggil sang Pencipta. Meski tambah terkejut, mendengar bisikan itu, Martono pasrah. Benar saja, 27 Juli 1999, persis saat sayup-sayup Adzan maghrib, berkumandang Rio menghembuskan nafas terakhirnya. Tiba jenazah Rio di rumah duka, peristiwa aneh lagi-lagi terjadi. Agnes yang masih sedih waktu itu seakan melihat Rio menghampirinya dan berkata, “Mah saya tidak mau pakai baju jas mau minta dibalut kain putih aja.” Saran dari seorang pelayat Muslim, bahwa itu adalah pertanda Rio ingin dishalatkan sebagaimana seorang Muslim yang baru meninggal. Setelah melalui diskusi dan perdebatan diantara keluarga, jenazah Rio kemudian dibalut pakaian, celana dan sepatu yang serba putih kemudian dishalatkan. Namun, karena banyak pendapat dari keluarga yang tetap harus dimakamkan secara Katolik, jenazah Rio pun akhirnya dimakamkan di Kerkov. Sebuah tempat pemakaman khusus Katolik, di Cimahi, Bandung. Sepeninggal anaknya Rio, Agnes sering berdiam diri. Satu hari, ia mendengar bisikan ghaib tentang rumah dan mobil. Bisikan itu berucap, “Rumah adalah rumah Tuhan dan mobil adalah kendaraan menuju Tuhan.” Pada saat itu juga Agnes langsung teringat ucapan mendiang Rio semasa TK dulu, ”Mah, Mbok Atik nanti mau saya belikan rumah dan mobil!”. Mbok Atik adalah seorang muslimah yang bertugas merawat Rio di rumah. Saat itu Agnes menimpali celoteh si bungsu sambil tersenyum, “Kok Mamah ga dikasih?” “Mamah kan nanti punya sendiri” jawab Rio, singkat. Entah mengapa, setelah mendengar bisikan itu, Agnes meminta suaminya untuk mengecek ongkos haji waktu itu. Setelah dicek, dana yang dibutuhkan Rp. 17.850.000. Dan yang lebih mengherankan, ketika uang duka dibuka, ternyata jumlah totalnya persis senilai Rp. 17.850.000, tidak lebih atau kurang sesenpun. Hal ini diartikan Agnes sebagai amanat dari Rio untuk menghajikan Mbok Atik, wanita yang sehari-hari merawat Rio di rumah. Singkat cerita, di tanah suci, Mekkah, Mbok Atik menghubungi Agnes via telepon. Sambil menangis ia menceritakan bahwa di Mekkah ia bertemu Rio. Si bungsu yang baru saja meninggalkan alam dunia itu berpesan, “Kepergian Rio tak usah terlalu dipikirkan. Rio sangat bahagia disini. Kalo Mama kangen, berdo'a saja.” Namun, pesan itu tak lantas membuat sang Ibunda tenang. Bahkan Agnes mengalami depresi cukup berat, hingga harus mendapatkan bimbingan dari seorang Psikolog selama 6 bulan. Satu malam saat tertidur, Agnes dibangunkan oleh suara pria yang berkata, “Buka Al Qur'an surat Yunus!”. Namun, setelah mencari tahu tentang surat Yunus, tak ada seorang pun temannya yang beragama Islam mengerti kandungan makna di dalamnya. Bahkan setelah mendapatkan Al Qur'an dari sepupunya, dan membacanya berulang-ulang pun, Agnes tetap tak mendapat jawaban. “Mau Tuhan apa sih?!” protesnya setengah berteriak, sembari menangis tersungkur ke lantai. Dinginnya lantai membuat hatinya berangsur tenang, dan spontan berucap “Astaghfirullah.” Tak lama kemudian, akhirnya Agnes menemukan jawabannya sendiri di surat Yunus ayat 49: “Katakan tiap-tiap umat mempunyai ajal. Jika datang ajal, maka mereka tidak dapat mengundurkannya dan tidak (pula) mendahulukannya”. Beberapa kejadian aneh yang dialami sepeninggal Rio, membuat Agnes berusaha mempelajari Islam lewat beberapa buku. Hingga akhirnya wanita penganut Katolik taat ini berkata, “Ya Allah terimalah saya sebagai orang Islam, saya tidak mau di-Islamkan oleh orang lain!”. Setelah memeluk Islam, Agnes secara sembunyi-sembunyi melakukan shalat. Sementara itu, Martono, suaminya, masih rajin pergi ke gereja. Setiap kali diajak ke gereja Agnes selalu menolak dengan berbagai alasan. Sampai suatu malam, Martono terbangun karena mendengar isak tangis seorang perempuan. Ketika berusaha mencari sumber suara, betapa kagetnya Martono saat melihat istri tercintanya, Agnes, tengah bersujud dengan menggunakan jaket, celana panjang dan syal yang menutupi aurat tubuhnya. “Lho kok Mamah shalat,” tanya Martono. “Maafkan saya, Pah. Saya duluan, Papah saya tinggalkan,” jawab Agnes lirih. Ia pasrah akan segala resiko yang harus ditanggung, bahkan perceraian sekalipun. Martono pun akhirnya kembali ke Islam. Sejak keputusan sang istri memeluk Islam, Martono seperti berada di persimpangan. Satu hari, 17 Agustus 2000, Agnes mengantar Adi, putra pertamanya untuk mengikuti lomba Adzan yang diadakan panitia Agustus-an di lingkungan tempat mereka tinggal. Adi sendiri tiba-tiba tertarik untuk mengikuti lomba Adzan beberapa hari sebelumnya, meski ia masih Katolik dan berstatus sebagai pelajar di SMA Santa Maria, Bandung. Martono sebetulnya juga diajak ke arena perlombaan, namun menolak dengan alasan harus mengikuti upacara di kantor. Di tempat lomba yang diikuti 33 peserta itu, Gangsa Raharjo, Psikolog Agnes, berpesan kepada Adi, “Niatkan suara adzan bukan hanya untuk orang yang ada di sekitarmu, tetapi niatkan untuk semesta alam!” ujarnya. Hasilnya, suara Adzan Adi yang lepas nan merdu, mengalun syahdu, mengundang keheningan dan kekhusyukan siapapun yang mendengar. Hingga bulir-bulir air mata pun mengalir tak terbendung, basahi pipi sang Ibunda tercinta yang larut dalam haru dan bahagia. Tak pelak, panitia pun menobatkan Adi sebagai juara pertama, menyisihkan 33 peserta lainnya. Usai lomba Agnes dan Adi bersegera pulang. Tiba di rumah, kejutan lain tengah menanti mereka. Saat baru saja membuka pintu kamar, Agnes terkejut melihat Martono, sang suami, tengah melaksanakan shalat. Ia pun spontan terkulai lemah di hadapan suaminya itu. Selesai shalat, Martono langsung meraih sang istri dan mendekapnya erat. Sambil berderai air mata, ia berucap lirih, “Mah, sekarang Papah sudah masuk Islam.” Mengetahui hal itu, Adi dan Icha, putra-putri mereka pun mengikuti jejak ayah dan ibunya, memeluk Islam. Perjalanan panjang yang sungguh mengharu biru. Keluarga ini pun akhirnya memulai babak baru sebagai penganut Muslim yang ta'at. Hingga kini, esok, dan sampai akhir zaman. Insya Allah. Pak Martono SH beliau dulu waktu Dirut Telkom jaman nya Pak Cacuk, bertugas sebagai Kasekper, Ka Inditor, Kadiv Properti. Setelah kembali moslem Beliau mewakafkan 7 ha tanahnya untuk pesantren Baitul Hidayah di Bandung. Subhanallah. TENTANG SAKIT
Suatu hari Rasulullah SAW kedatangan seorang bapak dan anak gadisnya. Bapak tersebut meminta Rasulullah SAW untuk menikahi anak gadisnya dan mengatakan bahwa anak gadisnya merupakan anak yang sangat luar biasa dimana anaknya sejak kecil sampai sekarang tidak pernah sakit. Rasulullah SAW tersenyum dan beliau diberitahu oleh Malaikat Jibril untuk menolaknya karena tidak ada kebaikan dalam diri anak gadis itu. Sungguh luar biasa makna dari sakit, ternyata dengan datangnya penyakit pada diri kita itu mendatangkan berbagai kebaikan. Bahkan sebagian ulama mengatakan orang yang sedang sakit dipastikan orang tersebut sedang dicintai Allah... Sakit kalau kita sikapi dengan positif: Sakit itu "Zikrullah" Orang yang sedang sakit akan lebih sering menyebut Asma Allah dibandingkan ketika dalam sehatnya. Sakit itu "Istighfar" Orang yang sedang sakit akan teringat dosa-dosa yang pernah diperbuat, sehingga lisan akan terbimbing untuk selalu beristigfar dan memohon ampunan kepada Allah. Sakit itu "Tauhid" Bukankah saat sedang hebat rasa sakit, kalimat thoyyibah yang akan terus digetar? Sakit itu "Muhasabah" Orang yang sedang sakit akan punya lebih banyak waktu untuk merenungi diri, menghitung-hitung bekal apa yang telah dikumpulkan untuk kembali menghadap Illahi. Sakit itu "Jihad" Orang yang sedang sakit tidak diperbolehkan hanya pasrah akan tetapi diwajibkan terus berusaha dan berikhtiar untuk mencapai kesembuhan. Sakit itu "Ilmu" Bukankah ketika sakit, kita akan memeriksa, berkonsultasi dan pada akhirnya merawat diri utk berikutnya ada ilmu untuk tidak mudah kena sakit. Sakit itu "Nasihat" Orang sakit mengingatkan yang sehat untuk jaga diri. Yang sehat menghibur yang sakit agar mau bersabar. Allah cinta dan sayang keduanya. Sakit itu "Silaturrahim" Saat jenguk, bukankah keluarga yang jarang bertemu akhirnya datang membesuk, penuh senyum dan rindu mesra? Karena itu pula sakit adalah perekat ukhuwah. Sakit itu "Penggugur Dosa" Orang yang sedang sakit sesungguhnya dia sedang dicintai sang Pencipta sekaligus sedang diberi ujian..tentu kalau diterima dengan sabar dan tawaqal akan merontokan dosa-dosa. Sakit itu "Mustajab Do'a" Sesungguhnya doa orang yang sedang sakit mustajab, maka saat kita menengok yang sakit disamping kita mendoakan maka mintalah doanya. Imam As-Suyuthi selalu keliling kota mencari orang sakit lalu beliau minta dido'akan. Sakit itu salah satu keadaan yang "Menyulitkan Syaitan" Orang yang sedang sakit diajak maksiat tak mampu dan tak mau. Dosa yang lalu disesali dan mohon ampunan. Sakit itu membuat "Sedikit tertawa dan banyak menangis" Satu sikap ke-Insyaf-an yang disukai Nabi dan para makhluk langit. Sakit meningkatkan kualitas "Ibadah" Rukuk - Sujud lebih khusyuk, Tasbih - Istighfar lebih sering, Bermunajat - Do'a jadi lebih lama. Sakit itu memperbaiki "Akhlak" Kesombongan terkikis, sifat tamak dipaksa tunduk, pribadi dibiasakan santun, lembut dan tawadhu'. Dan pada akhirnya "SAKIT" membawa kita untuk selalu ingat akan "KEMATIAN" Allahumma Rabbannas az hibil ba'tsa... Isyfii wa anta syaafii', Laa syifaa a illa syifaa uka, syifaa an laa yughadiru saqamaa.... Semoga bermanfaat KESULITAN DAN KEMUDAHAN
Ada seorang lelaki yang sedang dirundung kesedihan datang menemui seorang ulama dan berkata: “Wahai syaikh, aku datang kepadamu karena aku sudah tak mampu lagi menahan beban kesedihanku.” Sang ulama menjawab,: “Aku akan bertanya dua pertanyaan dan jawablah !” Lelaki itu berkata : “Ya, tanyakanlah !” Sang ulama bertanya : “Apakah engkau datang ke dunia bersama dengan masalah² ini?” “Tentu tidak” jawab lelaki tersebut. “Lalu apakah kau akan meninggalkan dunia dengan membawa masalah² ini ?” tanya sang ulama lagi. “Tidak juga” jawabnya. Lalu ulama itu berkata: “Lalu mengapa kau harus bersedih atas apa yang tidak kau bawa saat datang dan tidak mengikutimu saat kau pergi? Seharusnya hal ini tidak membuatmu bersedih seperti ini. Bersabarlah atas segala urusan dunia. Jadikanlah pandanganmu ke langit lebih panjang dari pandanganmu ke bumi dan kau pun akan mendapat apa yang kau inginkan. Tersenyumlah ! Karena rizkimu telah dibagi dan segala urusan hidupmu sudah diatur. Urusan dunia tidak layak untuk membuatmu bersedih semacam ini karena semuanya ada di tangan Yang Maha Hidup dan Maha Mengatur.” Kemudian sang ulama berkata lagi : “Seorang mukmin hidup dalam 2 hal, yaitu: 1. Kesulitan dan 2. Kemudahan. Keduanya adalah nikmat jika ia sadari. Di balik kemudahan ada rasa syukur. “Allah akan memberi balasan kepada orang yg bersyukur.” (QS.Ali Imran: 144) Dan di balik kesulitan ada kesabaran. “Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.” (QS.Az-Zumar: 10) Jadi semua yang terjadi pada diri kita, apakah itu kesulitan atau kemudahan, semuanya adalah baik dan ladang pahala untuk meraih ridho-Nya", kata sang ulama mengakhiri nasehatnya. Baarakallahu fiikum. Inilah Penjelasan Lengkap Habib Rizieq Shihab sebagaimana dikutip dari Faktakini.Info. Kenapa Nabi Muhammad Diutus di Arab? (Menjawab Kaum Liberal dan Anti Islam). Anti Islam: “Islam diturunkan di Arab karena Arab adalah bangsa Jahiliyah dan Arab adalah tempat jahiliyah”.
Oleh : Habib Muhammad Rizieq Shihab 1. Kenapa Rasulullah SAW diutus di Arab? 2. Kenapa Rasulullah SAW suku Quraisy? 3. Kenapa di kota Mekkah? Tidak jarang umat Islam, yang mengaku sangat menyayangi Rasulullah akan menjawab pertanyaan diatas: “karena di Arab sedang terjadi kebiadaban yang luar biasa”. Bahkan tidak jarang juga akan menjawab yang lebih dari itu: “bahwa Arab adalah paling biadab, karena kejahiliyahan mereka yang suka mengubur hidup-hidup anak perempuan mereka”. Jadi dengan alasan di Arab ada tradisi yang dibolehkan mengubur hidup-hidup anak perempuan mereka berfikir di Arab adalah bangsa yg paling biadab. Apa benar demikian??? Sebenarnya kalimat-kalimat diatas adalah jawaban dari orang-orang yang ingin mencari-cari atau sengaja ingin merendahkan Islam dan Rasulullah. Karena fakta yang ada tidaklah benar demikian. Fakta Dunia Saat Rasulullah Diutus: Di Arab ada tradisi mengubur hidup-hidup anak perempuan. Ini jelas tindakan biadab. Di Romawi, ada tradisi mengadu manusia sampai mati. Bahkan itu menjadi tontonan, yang kita kenal dengan “Gladiator”. Apa ini tidak jauh lebih biadab? Membunuh manusia menjadi tontonan, bahkan sampai memenggal kepala manusia. Di Persia ada tradisi bagi anak-anak bangsawan berburu budak yang sengaja dilepaskan dengan menaiki kuda dan dengan anak panah, semakin banyak membunuh semakin bangga mereka, apa ini tidak lebih biadab? Di belahan bumi lain dimana masih banyak suku-suku, bangsa primitif dan disana ada tradisi yang jauh biadab lagi, yaitu kanibalisme (memakan daging manusia) dan mengorbankan manusia untuk sesembahan, apa ini tidak lebih biadab? Kesimpulannya memang pada saat Rasulullah SAW diturunkan, bumi sedang diselimuti kebiadaban yg sangat luar biasa. Tapi dengan alasan yg berbeda. Di Arab mengubur anak bayi perempuan dikarenakan ketakutan orang tua jika suatu saat nanti anak perempuan itu sudah besar, apabila kampung mereka diserang oleh bangsa lain maka anak mereka akan menjadi tawanan dan pelampias hawa nafsu penajajah. Karena kita sama tau pada saat itu masih banyak penjajahan dan penangkapan manusia untuk dijadikan budak. Jadi demi menjaga martabat dan kesucian anak perempuan mereka memilih membunuh anak perempuan mereka sejak kecil. Jauh berbeda yg menjadi alasan di Persia dan Romawi. Mereka membunuh karena kebanggaan dan hawa nafsu. Jadi apa benar saat itu Arab adalah bangsa paling biadab? Jelas TIDAK. Bahkan yang melakukan menguburan anak perempuan hanya sebagian kecil dari bangsa Arab. Karena kalau Mayoritas bangsa Arab melakukan demikian, niscaya pada saat Rasulullah diutus tentu bangsa Arab sudah punah. Karena tidak ada wanita, untuk berlangsungnya regenerasi. Kesimpulannya: “BANGSA ARAB BUKAN BANGSA YG PALING BIADAB SAAT RASULULLAH DIUTUS” Kenapa Rasulullah Dilahirkan di Mekkah? Karena Allah SWT maha tau, di Mekkah Allah mengetahui ada bibit-bibit para pejuang Islam. Karena bangsa arab terkenal dgn kesetiaan dan keberaniannya. Allah tau disana ada Sayidina Abubakar, Sayidina Umar, Sayidina Usman, Sayidina Ali dan smua para pejuang-pejuang Rasulullah yang rela mengorbankan jiwa raga dan harta mereka. Kenapa di Mekkah? Karena Mekkah belum ada sistem kekaisaran dan politik. Sehingga tidak ada dasar untuk memfitnah bahwa Rasul adalah bentukan kaisar yg berkuasa. Karena di Arab yang ada adalah suku-suku. Karena di Mekkah bebas dari pertarungan filsafat dan pertarungan agama. Yang ada hanya pemujaan dewa-dewa dan tidak ada pertarungan disana. Siapa yg mau nyembah dewa, mereka bikin sendiri dewa mereka. Sehingga tdk ada tuduhan atau fitnah bahwa Rasul diutus untuk menguatkan filsafat atau agama yang ada. Karena Mekkah itu adalah titik tengah Bumi. Mekkah dikelilingi oleh benua-benua besar dunia, jadi memudahkan penyebaran Islam ke seluruh dunia, yang telah terbukti saat ini Islam menyebar di seluruh dunia. Karena Mekkah adalah pusat bahasa Arab terfasih. Karena Allah akan menurunkan Al-Qur’an dengan bahasa Arab. Jadi Allah memilih tempat yang sudah memahami bahasa Al-Qur’an agar mudah dipahami. Dan yang terpenting di Mekkah sudah terdapat Ka’bah, rumah Allah yg menjadi pemersatu umat islam di dunia. Kenapa Kaum Quraisy? Karena kaum Quraisy adalah kaum yang paling dihormati di Arab. Kaum yang mengatur segala yg ada di Mekkah, seperti pada saat ibadah haji yg sudah dilakukan oleh seluruh bangsa Arab. Dan yg mengatur itu semua adalah bangsa Quraisy. Jadi tidak ada yg berani merendahkan silsilah Rasulullah. Selain itu suku Quraisy terkenal dengan para pengembaranya. Jadi memudahkan penyebaran Islam. Seperti di dalam Al-Qur’an Allah menjelaskan bahwa suku Quraisy itu senang mengembara (Al-Qur’an surat 106 ayat 1 dan 2). Jadi jangan lagi kita dibodohi yang menyebut Arab adalah bangsa yang paling biadab, suku Quraisy adalah suku yang haus kekuasaan dan darah dan sebagainya dan sebagainya. Dengan kita merendahkan bangsa Arab dan suku Quraisy maka itu menjadi celah bagi kaum kuffar untuk merendahkan Rasulullah dan Islam. Memang pada saat itu bangsa Arab dalam kebiadaban, tetapi diluar sana banyak bangsa yang jauh lebih biadab dari bangsa Arab. Dikutip dari penjelasan Habib Muhammad Rizieq Shihab pada saat ta’lim bulanan di Kampung Rawa, Jakarta Barat. Ada yang menganggap, tak perlu menegakkan Khilafah sepanjang tujuan syariah bisa diraih, tak perlu ada formalisasi syariah apalagi dengan menegakkan Khilafah. Mulailah, orang semacam ini berteori yang tak dikenal pada era Rasulullah dan generasi setelahnya.
Substansi syariah adalah keadilan, maka tak perlu formalisasi syariah apalagi dengan menegakkan Khilafah jika keadilan bisa diwujudkan. Substansi syariah adalah kemaslahatan (kesejahteraan), maka tak perlu formalisasi syariah apalagi dengan menegakkan Khilafah jika kesejahteraan bisa diwujudkan. Faktanya, mana mungkin adil bisa ditegakkan jika yang diterapkan bukan hukum Allah SWT? Adil bukan sekedar kata, tapi memiliki definisi dan perspektif yang khas. Dalam Islam, seorang pencuri wajib dipotong tangan, itulah keadilan bagi pencuri. Sebab, jika dia hanya dipenjara 10 tahun, hal itu tak bisa menjadi penebus dosanya, sehingga di akhirat tetap akan diazab di neraka, karena belum dipotong tangannya saat di dunia, sebagaimana dikehendaki syariat. Menghukum pencuri dengan penjara 10 tahun adalah kezaliman, disebabkan : Pertama, hal itu tidak dapat dijadikan penebus dosa kelak di akhirat. Di akhirat, pencuri tetap akan diazab di neraka untuk mempertanggungjawabkan maksiat akibat tindakan mencurinya. Ini sebuah kezaliman bagi pencuri. Kedua, pencuri yang dipenjara 10 tahun menyebabkan dirinya tidak dapat menanggung nafkah keluarganya. Hal ini, merupakan kezaliman bagi anak istri dan keluarganya. Ketiga, pencuri lainnya tidak akan jera, sehingga kasus pencurian tidak akan turun apalagi berhenti. Jika diterapkan sanksi potong tangan, negara juga hemat biaya tak perlu memberi makan pencuri di penjara hingga 10 tahun. Keluarga tetap bisa dinafkahi, karena tangan yang terpotong tak menghalanginya untuk mencari nafkah yang halal. Dan masyarakat, setiap melihat tangan pencuri yang potong tangannya, akan tercegah dari tindakan pencurian karena tak ingin dipotong tangannya. Demikian pula kasus zina, yang adil itu dirajam. Itulah, yang menyebabkan Maiz dan Ghamidiyah pada zaman Rasulullah Saw menghadap Rasulullah Saw meminta untuk dirajam. Karena keduanya sadar, azab akhirat jauh lebih pedih sehingga mereka ingin dibersihkan di dunia dengan sanksi yang diberikan penguasa. Adil dalam Islam memiliki makna khas, yakni memutuskan perkara berdasarkan hukum Allah SWT. Seorang Qadli (hakim) membagikan warisan sama rata kepada anak laki-laki dan perempuan dipandang zalim, karena bertentangan dengan hukum Allah SWT. Sebaliknya, Qadli baru bertindak adil jika membagi harta warisan, dua bagian bagi anak lelaki, dan satu bagian bagi anak perempuan. Karena begitulah, perintah Allah SWT. Adapun soal sejahtera, soal kemaslahatan. bagaimana bisa sejahtera, jika syariat Islam tidak ditegakkan ? Bagaimana rakyat negeri ini sejahtera jika sumber daya alam yang merupakan karunia Allah SWT dikangkangi Amerika, China, Para Taipan, Geng Luhut Panjaitan, dikuasai JK, dikuasai Erick Thohir, dikuasai Group Bakrie, dll ? Padahal, menurut syariat Islam barang tambang berupa tambang dengan deposit melimpah adalah milik umum, haram dikuasai individu, privat, swasta, baik domestik, asing maupun aseng. Lantas, bagaimana kekayaan alam itu bisa memberikan kemaslahatan kepada rakyat, jika dikuasai oleh segelintir orang dan hanya untuk kepentingan kaum pemodal ? Kaum kapitalis ? Semua itu butuh khilafah, sebab khilafah akan mengambil paksa semua harta milik umum untuk dikelola oleh negara khilafah, dan hasilnya dikembalikan kepada rakyat baik dalam bentuk natural barang, layanan dan fasilitas umum maupun subsidi khilafah kepada rakyatnya. Jadi, mimpi saja sejahtera jika syariat Islam tidak ditegakkan. Mimpi saja menegakkan syariat, jika tanpa khilafah. Disinilah, letak urgensi penegakkan khilafah. Sebab, khilafah adalah perintah Allah SWT agar hukum Allah SWT dapat ditegakkan. Agar bumi diliputi berkah, dan Rahmat Allah SWT meliputi semesta alam. KISAH INSPIRATIF
KALAU LAH AKU INI TAK SEMPAT MASUK ISLAM HINGGA AKU MATI, MAKA AKU AKAN TUNTUT SEMUA ORANG ISLAM DI KAMPUNG SAYA Aku punya seorang teman baik dari zaman kanak-kanak bernama Lim Wei Choon. Sama-sama sejak sekolah dasar sampai ke SMA. Setelah SMA, aku masuk ke Perguruan Tinggi sedangkan Lim diantar keluarganya utk melanjutkan sekolah ke Amerika. Kenangan sewaktu kanak-kanak hingga ke zaman remaja terlalu banyak yang bisa dikenang bersama. Setiap kali hari raya datang, Lim pasti berkunjung ke rumahku untuk menikmati dodol ayahku yang sangat disukainya. Kadangkala, jika ada acara di rumahku, pasti Lim akan ikut serta. Aku jarang ke rumahnya kecuali untuk acara2 seperti menyambut Tahun Baru Cina. Aku takut dengan anjing peliharaan keluarga Lim. Dengan Lim aku banyak belajar matematika, sedangkan Lim sering belajar Bahasa Malaysia kepadaku. Kenangan-kenangan seperti memancing, mandi di air terjun, bolos sekolah untuk melihat pertandingan ‘breakdance’, semuanya kami jalani bersama-sama. Apa yang ingin ku sampaikan adalah, warna kulit dan perbedaan agama tidak pernah menjadi penghalang persahabatan kami. 20 tahun telah berlalu, Lim telah menetap di Amerika setelah berhasil mendapatkan Green Card, ia bekerja disana. Itu yang kutahu dari kakaknya. Hubungan aku dengan Lim terputus setelah dia melanjutkan sekolah. Maklumlah, di zaman kami dulu tidak ada internet, email atau telepon genggam, yang ada cuma sesekali mengirim kartu pos bertanya kabar. Untuk menulis surat kepada laki-laki sangat malas kami rasakan. Suatu pagi. Aku bertemu dengan kakak Lim di pasar , kakaknya memberitahu Lim akan pulang ke tanah air. Dan aku sangat terkejut dengan berita yang kudengar dari kakaknya. Namanya sekarang bukan lagi Lim Wei Choon. Namanya sekarang Ahmad Zulfakar Lim sejak 5 tahun lalu… Subhanallah! Syukur Alhamdulillah, teman baikku telah mendapatkan hidayah dari Allah Subhanahu wa ta'ala. Memang aku tak sabar untuk berjumpa dengannya lebih-lebih lagi setelah menjadi saudara seagama denganku. Hari yang kutunggu-tunggu telah tiba, dan sore itu aku bertemu dengan Lim dirumahnya. Ada satu perasaan istimewa menyambut kepulangannya. Ketika aku tiba, tamu2 di rumah Lim sudah banyak yang pulang… Assalamu’alaikum… Itulah kalimat pertama dari mulutnya, wajahnya sudah jauh berubah, air mukanya amat redup dan tenang. Aku menjawab salam dan berpelukan dengannya dan kami menangis layaknya kekasih yang sudah terlalu lama terpisah. ‘Ini dia olang memang sudah lama kawan, dari kecik ini dua olang” Ibu Lim menjelaskan pada beberapa orang tamu yang melihat peristiwa kami berpelukan dan menangis itu. Tetapi aku bukan menangis karena apa2, tetapi karena amat terharu dan sangat bersyukur melihat keislaman temanku. Lim mengajak aku duduk di halaman rumahnya untuk mengobrol. Ia masih fasih berbahasa Melayu walau sudah lama berada di perantauan. Setelah cukup lama mengobrol, Lim bertanya padaku : "Talha, kau teman baikku kan? Betul kan ?" Aku menjawab : "Iyalah..aku teman baikmu. Kenapa kau tanya seperti itu?" *Kalau kau teman baikku, kenapa kau biarkan aku disiksa?* Sorry Lim. Aku tak paham… disiksa? What do you mean? Coba kau pikir, kita ini teman dari kecil. Aku ingat lagi, rumah kau itu, is my second house, rumah kedua bagiku. Tapi, mengapa kau tak pernah ceritakan pada aku tentang Islam? Mengapa setelah aku pergi ke Amerika aku baru tahu tentang Islam? Mengapa bukan di Malaysia, negara Islam ini? Dan mengapa aku di-Islamkan oleh seorang bekas pendeta Kristen ? Aku terdiam, kelu tak mampu menjawab. Dan Lim terus berkata-kata. Kalau betullah kau teman baik aku, Kenapa kau cuma mau baik dengan aku di dunia saja? Kau suka lihat teman baik kau ini disiksa di dalam api neraka? Kau tahu, kalaulah aku ini tak sempat masuk Islam hingga aku mati, maka aku akan tuntut semua orang Islam dalam kampung kita ini sebab mereka tak sampaikan dakwah Islam ini pada aku dan keluarga aku serta orang2 non muslim yang lain. Kau sadar tidak, kau sudah diberikan nikmat besar oleh Allah dengan lahir dalam keluarga Islam. Tapi, nikmat itu bukan untuk kau nikmati seorang diri, atau untuk keluarga kau sendiri. Kau dilahirkan dalam Islam adalah karena ditugaskan untuk sampaikan Islam pada orang-orang yang dilahirkan dalam keluarga bukan Islam seperti aku. Aku masih tertunduk dan tak bisa berkata apa-apa karena sangat malu. *Berdakwah adalah tugas muslim yang paling utama, sebagai pewaris Nabi, penyambung Risalah.* Tetapi apa yang aku lihat, orang melayu ini tidak ada semangat jihad, tidak ada keinginan untuk berdakwah. Bagaimana Allah akan menolong bangsa ini kalau bangsa ini tidak menolong agama Allah ? ( Lihat Quran Surat Muhammad Ayat 7 ). Aku merasa kesal sendiri… sepatutnya nikmat ini aku bisa gunakan dengan betul dan tepat, karena selagi aku belum pernah berdakwah, jangan berpikir kalau aku sudah bersyukur pada Allah. Dan satu lagi, jangan dengan mudah aku mencap orang-orang bukan Islam itu sebagai kafir karena kafir itu berarti ingkar. Kalau aku sudah sampaikan seruan masuk Islam dengan betul, kemudian mereka ingkar dan berpaling, barulah aku boleh panggil mereka kafir. Aku menjadi sangat malu, karena apa yang dikatakan oleh Lim adalah benar. Dan aku pun tak pernah terpikir selama ini. Aku hanya sibuk untuk memperbaiki amalan diriku sendiri sehingga lupa pada tugasku yang sebenarnya. Baru aku paham, seandainya tugas berdakwah ini telah aku laksanakan, maka barulah Allah akan memberikan pertolongan, bantuan dan kekuatan serta mempermudah segala urusan dunia dan akhiratku. Sore itu aku pulang dengan satu semangat baru. Aku ingin berdakwah! Lim yang baru memeluk Islam selama 5 tahun itu pun telah mengislamkan lebih dari 20 orang termasuk adiknya. Mengapa aku yang hampir 40 tahun Islam ini tidak pernah menyampaikan dengan serius kepada satu orang pun yang bukan Islam ? Semoga Allah mengampuni diriku yang tidak menyadari apa itu arti nikmat dilahirkan sebagai seorang muslim. (Kisah diatas dikirim seorang teman Malaysia dalam bahasa Melayu, telah diedit dan disadur ke dalam bahasa Indonesia agar lebih banyak sahabat yg mendapat manfaat, terutama bagi diri saya sendiri. Oleh KH. Wahfiudin Sakam
Abad 14-17 adalah saat Eropa bangkit dgn renaissans membangun kekuatan iptek, kapal2 uap yg besar, serta alat2 militer yg mekanistik. Bersiap melakukan penjajahan ke negeri2 di Timur demi Gold, Glory, Gospels (Emas, Kekuasaan, dan Penginjilan). Abad 14-17 para cucu Rasulullah SAW mengalir ke kerajaan2 di Nusantara, mereka berdagang dan berdakwah, memperkenalkan Islam. Para Awliya' Allah menanamkan keyakinan tawhid kpd anak2 negeri di Nusantara. Kelak, ketika penjajah Eropa tiba di Nusantara, dan menampakkan watak aslinya sebagai penjarah yg kejam, pedagang yang licik, kolonialis imperialis yang bengis, anak2 negeri2 Nusantara melakukan perlawanan. Perjuangan melawan penjajahan berjalan ratusan tahun. Kok bisa, kok berani? Bukankah Eropa si penjajah itu memiliki keunggulan iptek, senjata, dan militer yg modern? Bisa dan berani, karena di dalam dada anak2 negeri2 Nusantara sudah tertanam Iman Tawhid dan Ruh Jihad. Dengan itu mereka merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Jadilah NKRI yg sekarang. Bayangkan, kalaulah pada abad-abad 14-17 itu anak2 negeri2 Nusantara ini belum mengenal Islam, belum mengenal Iman Tawhid dan semangat Jihad Fi Sabilillah, masih hidup dalam kebodohan dan animisme, mampukah mereka melawan penjajahan Eropa? Islam telah menyelamatkan negeri2 Nusantara dari cengkeraman penjajahan Eropa yg sekuler dan materialistik. NKRI berdiri karena Islam. NKRI berhutang kepada Islam. NKRI tak boleh melupakan jasa para cucu2 Rasulullah SAW yg pada masa2 awal telah menyebarkan Islam di Nusantara, membawakan keberkahan dan rahmatan lil-'alamin. Islam telah memberi inspirasi dan enerji yang luar biasa kuatnya kepada anak2 negeri2 di Nusantara untuk meraih kemerdekaan dan membentuk NKRI. Dan ketika sekarang ada yg akan mencoba mencaplok NKRI lagi, Islam akan bangkit kembali. Emang punya apa kamu? Bisa mati, kamu! Islam memiliki 'ISY KARIIMAN AW MUT SYAHIIDAN (hidup mulia, dengan merdeka, atau mati syahid, menuju surga). Mau coba? Silakan!!! Dibilang radikal? Gpp. Semua pejuang kemerdekaan NKRI, yang melawan penjajahan, memang dianggap radikal oleh para kolonialis imperialis dan kaki tangan mereka. Memang, dalam sejarahnya, Islam di Indonesia menjadi radikal hanya saat menghadapi penjajahan aja kok. Para kakek tua dan ilmuwan bermanis teori tapi lemah jiwa, silakan minggir. Ini memang urusan MEN OF THE MISSIONS (orang2 yg mengerti makna hidup dan tujuan hidup). |
ISLAM
Cari artikel? Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini. Kebenaran Quran dan Ajaran IslamMenyampaikan bukti-bukti kebenaran Quran dan ajaran Islam melalui tulisan dan pengakuan ahli ilmu pengetahuan dunia yang diambil dari berbagai sumber.
Archives
July 2024
Categories
All
kirim pesan [email protected]
|