YAHUDI DI MADINAH
Oleh : Ahmad Sarwat, Lc., MA Ada dua ayat Al-Quran yang kembar sama-sama menyebutkan bahwa para ahli kitab itu mengenal Nabi Muhammad SAW sebagaimana mereka mengenal anak-anak mereka sendiri. الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ ۖ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 146) الَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمُ ۘ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepadanya, mereka mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman (kepada Allah). (QS. Al-Anam : 20) Kalau dikaitkan dengan ayat-ayat yang lain, ternyata kabar akan kedatangan Nabi Muhammad SAW memang sudah masyhur di kalangan pemeluk agama samawi. Sebab kitab-kitab suci mereka berkali-kali menyebutkan kabar kedatangannya, lengkap dengan ciri-cirinya. Jadi rada mirip-mirip dengan kabar tentang akan datangnya Dajjal dan Imam Mahdi yang banyak diributkan orang zaman sekarang inilah. Tentang orang yahudi dan nasrani sudah tahu akan kedatangan Nabi Muhammad, dijelaskan dalam banyak posisi di dalam Al-Quran. Salah satunya adalah ayat berikut ini : وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّرًا بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أحمد Dan (ingatlah) ketika Isa ibnu Maryam berkata: "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)". (QS. Ash-Shaf : 6) Bahkan bukan hanya informasi tentang Nabi Muhammad SAW saja yang disebutkan dalam kitab-kitab suci mereka. Namun sifat-sifat para shahabat yang mendampingi Beliau pun juga disebut-sebut dalam kitab suci samawi sebelumnya. سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِي التَّوْرَاةِ ۚ وَمَثَلُهُمْ فِي الْإِنْجِيلِ Tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil (QS. Al-Fath : 29) Madinah Multi Agama Mungkin tidak banyak orang yang sadar bahwa Madinah era kenabian itu justru tidak seluruh penduduknya beragama Islam, tetapi ada banyak pemeluk agama Yahudi dan agama lainnya. Sebelum Nabi SAW hijrah ke Madinah, justru komunitas Yahudi sudah tersebar dengan cukup banyak, bahkan sangat kuat secara ekonomi. Secara politik dan kekuasaan, komunitas Yahudi ini sedang menggadang-gadang ingin menjadi penguasa di Madinah. Selain yahudi memang ada pemeluk agama lain seperti Nasrani, namun kebanyakan mereka tidak tinggal di Madinah melainkan di Mekkah. Sebagian lagi mungkin ada pemeluk agama Majusi yang menyembah berhala. Namun jumlahnya amat kecil dibandingkan dengan komunitas yahudi. Pertanyaannya: Ngapain orang Yahudi pada menetap di Madinah sampai mau-maunya meninggalkan tanah suci mereka yaitu Baitul Maqdis? Ternyata jawabannya unik sekali. Karena mereka sedang rindu menantikan kedatangan nabi dan rasul terkahir yaitu Nabi Muhammad SAW. Lalu kenapa mereka ke Madinah? Karena dalam Taurat dan Injil, negeri yang disebut-sebut sebagai tempat domisilinya Muhammad SAW sangat kuat diasumsikan sebagai Madinah. Meski saat itu belum lagi bernama Madinah. Malahan menurut beberapa sejarawan, saat itu Madinah masih belum punya nama. Kalau pun disebut Yatsrib, justru nama itu adalah nama orang Yahudi yang pertama kali datang kesana. Tiga Klan Yahudi Setidaknya ada tiga klan yahudi besar di Madinah saat itu, yaitu Bani Nadhir, Bani Qainuqa' dan Bani Quraidhah. Fakta keberadaan komunitas yahudi di masa itu adalah Piagam Madinah. Beberapa nama kabilah Yahudi yang tertuang dalam Piagam Madinah antara lain Bani Auf, Bani Najjar, Bani Al-Harts, Bani Sa’idah, Bani Juysam, Bani ‘Auf, Bani Tsa’labah, Bani Jafnah, dan Bani Syuthaibah. Keberadaan yahudi di Madinah tidak bisa dibilang baru. Sebab sudah menjadi generasi yang kesekian dari nenek moyang mereka yang dahulu hijrah dari negeri Palestina. Lalu mengalami asimilasi yang cukup kental. Setidaknya mereka semua sudah berbahasa Arab. Pakaian dan makanan mereka pun sudah arabian style, sulit dibedakan karena sudah menyatu. Yahudi Memperkenalkan Konsep Agama Samawi Mungkin ini semua skenario Allah SWT yang paling unik sekaligus miris. Orang Arab itu tidak kenal konsep agama samawi, mereka hanya percaya adanya tuhan yang namanya Allah. Tuhan memang Pencipta manusia dan alam semesta. Namun bahwa Allah SWT menurunkan syariat lewat para nabi dan rasul yang diutus lewat jalur wahyu, mereka sama sekali tidak punya konsep seperti itu. Bahkan cenderung tidak bisa menerima. Maka di Mekkah itu dakwah Nabi SAW pun ditolak mentah-mentah oleh seluruh orang Arab. Kalaupun ada yang membenarkan kenabian Muhammad, ternyata justru pendeta Nasrani, si Waraqah bin Naufal, sepupu Khadijah. Sedangkan arab-arab itu, meski pun masih keluarga nabi, tetap saja pada membangkang. Tapi coba perhatikan bagaimana reaksi penduduk Madinah terhadap kenabian Muhammad. Tak satu pun yang menentang, bahkan mereka sengaja ikut berhaji di zaman jahiliyah ke Mekkah, demi untuk bertemu dengan Nabi Muhammad SAW. Bukan hanya satu dua orang, tapi banyak orang. Bahkan 12 kepada suku di Madinah, baik dari kalangan Aus atau pun Khazraj, bukan hanya masuk Islam, tetapi dalam dua kesempatan haji itu mereka bahkan berbai'at untuk jadi pembela setia dakwah Muhammad SAW. Pertanyaannya: kok bisa-bisanya penduduk Madinah yang nota-bene juga orang Arab yang tidak kenal sistem agama samawi, tiba-tiba jadi pemeluk Islam? Di luar faktor hidayah, ternyata secara kajian antropologis terbukti karena besarnya pengaruh kedatangan komunitas Yahudi di Madinah sejak beberapa generasi sebelumnya. Yahudi-yahudi itulah yang sejak awal memberi pondasi dan dasar-dasar keimanan atas konsep agama samawi. Sesuatu yang asing bukan logika orang Arab di masa itu yang terlanjur paganis alias berpaham keberhalaan. Hanya penduduk Madinah saja yang tercerahkan dalam urusan konsep agama samawi. Mereka kenalkan konsep hari akhir atau hari kiamat, adanya kehidupan setelah kematian, adanya hisab, adanya surga neraka. Hal-hal yang orang Arab jahil dan otaknya tidak mampu mencerapnya. Mungkin terlalu njelimet dalam benak mereka yang masih terlalu sederhana. Konsep tentang malaikat yang turun dari langit membawa wahyu serta manusia-manusia pilihan yang dianggat menjadi utusan resmi dari Allah, serta konsep wahyu yang menjadi kitab suci, adalah hal-hal asing bagi orang Arab kala itu. Namun tidak bagi penduduk Madinah, yang sudah lama hidup dan bergaul dengan komunitas yahudi. Inilah fakta yang tidak bisa dipungkiri bahwa justru orang-orang Yahudi lah yang memberi inspirasi kepada penduduk Madinah yang kala itu masih bernama Yatsrib tentang konsep agama samawi. Agama yang tuhannya bernama Allah, Dia menciptakan banyak malaikat, menurunkan wahyu kepada ratusan nabi dan rasul ke dunia, dengan masing-masing membawa kitab suci. Kitab suci itulah yang menjadi sumber syariat yang wajib dijalankan oleh kaum itu. Lalu disinilah ironisnya. Ketika apa-apa yang selama ini dibicarakan sudah menjadi kenyataan, kabar tentang nabi yang kemunculannya di Madinah lalu benar-benar menjadi kenyataan, ternyata orang-orang yahudi malah tidak mau beriman. Padahal mereka lah yang memperkenalkan konsep keimanan kepada para nabi dan rasul, mereka juga yang memperkenalkan konsep kitab suci samawi turun dari langit, tetapi mereka pula yang pertama kali mengingkarinya. أَفَكُلَّمَا جَاءَكُمْ رَسُولٌ بِمَا لَا تَهْوَىٰ أَنْفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ فَفَرِيقًا كَذَّبْتُمْ وَفَرِيقًا تَقْتُلُونَ Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh? (QS. Al-Baqarah : 87) (to be continued . . .)
0 Comments
Sejak penghapusan Khilafah pada 1342 H/1924 M, Umat Islam telah menyaksikan suksesi penguasa lalim yang perhatian satu-satunya adalah untuk menyenangkan tuan kapitalis mereka. Para diktator seperti Assad, Mubarak, dan Zardaris dari Umat Islam ini, dengan penuh semangat dibiayai, dipersenjatai, dan didukung oleh parlemen Amerika Utara dan Eropa. Penaklukan semacam itu telah mengakibatkan kesulitan politik, ekonomi, dan sosial umat Islam.
Sebagai contoh:
Kenyataan ini sangat kontras dengan realitas masa lalu, ketika syariah Islam diterapkan:
Kurangnya Kepemimpinan Islam: Masalah kritis di era ini, di mana umat Islam berada dalam keadaan penaklukan dan kemiskinan, banyak anggota umat yang ikhlas ini berusaha untuk mengidentifikasi akar penyebab masalah. Beberapa orang mungkin mengatakan Umat kekurangan sumber daya dan kekuatan ekonomi. Namun, kurangnya kemakmuran ekonomi merupakan gejala dari masalah yang sebenarnya. Dari perspektif sumber daya, sekitar 60% sumber daya energi dunia berada di tanah Muslim. Lebih jauh lagi, jika kita menganalisis Pakistan - hanya satu dari 54 “negara bagian” yang Umat Islamnya telah dipotong-potong - kita menemukan bahwa Pakistan memiliki luas daratan gabungan Prancis dan Inggris. Pakistan juga memiliki populasi terbesar ke-6 di dunia. Selain itu, menyatukan tentara Pakistan, Iran, Turki, Mesir, Indonesia, Suriah, Arab Saudi, dan Maroko akan mengumpulkan lebih dari 3 juta tentara - lebih dari 20 kali lipat jumlah pasukan Amerika di Irak. Jelaslah bahwa sumber daya (yaitu kekayaan manusia, mineral, dan daratan) terletak tepat di dunia Muslim. Orang mungkin bertanya: jika ada sumber daya yang melimpah di tanah Muslim, lalu mengapa kita menemukan Umat Islam dalam kesulitan ekonomi? Masalah ekonomi terkait dengan kurangnya kepemimpinan yang tulus. Lebih khusus lagi, para penguasa saat ini tidak mengatur kekayaan ini menurut kitab Allah (Swt). Mereka malah mengaturnya berdasarkan perintah tuan Amerika dan Eropa mereka. Jadi, masalahnya bukanlah kekurangan sumber daya, tetapi kurangnya kepemimpinan Islam. Apa yang kita kurang adalah perisai yang RasulAllah (saw) perintahkan untuk kita gunakan untuk melindungi diri kita sendiri. Perisai ini dijelaskan dalam hadits berikut: “Sungguh, Imam (Khalifah) adalah perisai yang melindungi anda dari belakang ketika berperang.” [Muslim] Allah (swt) telah mewajibkan kita untuk merujuk hanya pada Alquran dan Sunnah Rasulullah SAW tercinta dalam urusan pemerintahan, ekonomi, dan penyelesaian urusan publik. Selama kita mentolerir aturan para Muslim lalim - yang tidak memerintah dengan apa yang telah diturunkan Allah (swt) - kita hanya bisa mengharapkan kondisi kita saat ini untuk bertahan. Allah (swt) telah mengungkapkan: "Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang Allah telah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka, tetapi waspadalah bahwa mereka dapat menjauhkan Anda dari sebagian dari apa yang telah diwahyukan Allah." [TMQ 5:49] Mendirikan kembali Khilafah - sistem pemerintahan yang komprehensif, pendidikan, pengadilan, dan lembaga kemasyarakatan lainnya yang didasarkan pada Alquran dan Sunnah - di tanah Muslim adalah satu-satunya cara untuk membawa Islam kembali ke dalam kehidupan kita sehari-hari, bebas dari pengaruh. dan dominasi kufur. Khilafah: Salah satu kewajiban tertinggi fardiyah (kewajiban) khilafah dikenal baik oleh umat Islam, tetapi beberapa mungkin menganggapnya sebagai prioritas rendah. Allah (Swt) telah mengungkapkan: "Maka, demi Tuhanmu, mereka bukanlah orang beriman sampai mereka menjadikan kamu hakim dalam semua perselisihan di antara mereka, kemudian mereka tidak merasa keberatan dan mereka menerima sepenuhnya keputusanmu." [TMQ 4:65] Ini berarti bahwa jika kita berbeda dalam suatu masalah - seperti prioritas khilafah - kita harus mengacu pada Alquran dan Sunnah untuk menyelesaikan perselisihan kita. Dengan rahmat Allah (Swt), syariah telah mengidentifikasi masalah tertentu sebagai "vital", yaitu masalah hidup dan mati bagi umat. Jika masalah seperti itu tidak ditangani, maka keberadaan ummat akan dipertaruhkan. Menurut Alquran dan Sunnah, ketika sebuah hadits atau ayat mengacu pada pembunuhan, itu menandakan masalah yang sangat penting. Itu karena kehidupan manusia adalah sakral dan hanya dapat dilanggar dalam keadaan yang sangat spesifik. Islam telah menjadikan persatuan umat Islam dan persatuan negara sebagai salah satu isu vital. Ini dimanifestasikan dalam dua kasus: pluralitas Khulafaa 'dan pemberontakan melawan ISIS. Imam Muslim melaporkan atas otoritas Abdullah ibn Amr ibn al- 'Aas bahwa ia mendengar Rasulullah (saw) berkata: “Barangsiapa mengikrarkan sumpahnya kepada seorang Imam, memberinya jepitan tangan dan tangan buah hatinya akan mematuhinya selama dia bisa, dan jika orang lain datang untuk berselisih dengannya, Anda harus memukul leher orang itu. " Juga telah dilaporkan atas otoritas Abu Said Al-Khudri bahwa Rasulullah (saw) bersabda: "Jika seorang Bay'ah telah diambil untuk dua Khalifah, bunuh yang terakhir dari mereka." [Muslim] Oleh karena itu, dia (melihat) menjadikan persatuan Negara sebagai masalah penting ketika dia melarang pluralitas Khulafaa 'dan memerintahkan hukuman mati bagi orang yang bersikeras, setelah dinasehati, untuk membangun banyak pemimpin dalam Negara Islam. Juga telah dilaporkan atas otoritas Arfaja yang mengatakan: 'Aku mendengar Rasulullah (saw) berkata: "Dia yang datang kepadamu sementara perselingkuhanmu telah dipersatukan di bawah satu orang, berniat untuk membuat irisan antara kamu atau pecahan kelompok Anda (Jama'ah), bunuh dia. " [Muslim] Sekarang ISIS sudah tidak ada lagi, hadits ini menunjukkan tingkat prioritas yang harus kita berikan untuk memastikan bahwa umat bersatu di bawah kepemimpinan satu Khalifah (Khalifah). Kita harus memahami bahwa persatuan umat adalah "masalah hidup dan mati" dan oleh karena itu kita harus mengerahkan upaya terbaik kita untuk menegakkan kembali Khilafah di tanah Muslim sesuai dengan metode Nabi. Kembalinya Khilafah Era pemerintahan tirani atas umat saat ini dinubuatkan oleh Nabi Muhammad (saw) dalam hadits terkenal yang diriwayatkan oleh Imam Ahmed (rh): “… akan ada kediktatoran yang akan berlangsung selama Allah menghendaki…” Namun demikian, hal yang sama hadits juga meramalkan bahwa, setelah era tirani ini: "... akan ada Khilafah di jalan kenabian." Allah (swt) telah menjanjikan kemenangan bagi umat Islam. Dia (swt) telah mengungkapkan: “Allah telah berjanji kepada kamu yang beriman dan melakukan perbuatan baik bahwa Dia pasti akan membuat mereka berhasil (para penguasa sekarang) di bumi bahkan seperti Dia menyebabkan orang-orang sebelum mereka berhasil; dan Dia pasti akan menegakkan bagi mereka agama mereka yang telah Dia setujui untuk mereka, dan akan memberikan sebagai ganti keamanan setelah ketakutan mereka ”. [TMQ 24:55] Allah (swt) tidak pernah gagal dalam janji-Nya. Oleh karena itu kita harus termotivasi oleh hadits dan ayat ini untuk menantikan kembalinya Khilafah sebagai harapan bagi umat. Namun, ini tidak memberi kita alasan untuk duduk dan menunggu Khilafah. Sebaliknya kita harus merefleksikan Sunnah Nabi Muhammad (saw) dan mengikuti metodenya dalam mendirikan Khilafah, yang meliputi mengambil halaqa dengan tujuan untuk mencapai kepribadian Islam, berinteraksi dengan masyarakat untuk menciptakan opini publik tentang Islam, dan mencari dukungan dari orang-orang yang berkuasa dan berpengaruh untuk pembentukan kembali Khilafah. Untuk melakukannya, kita harus membudayakan diri kita sendiri, seperti yang dilakukan para Sahabat di Dar-Al-Arqam, dan melepaskan diri dari pengaruh Kapitalisme dan mengadopsi ukuran halal dan haram dalam pengambilan keputusan kita. Kita juga harus bekerja dengan masyarakat untuk meyakinkan bahwa Islam adalah satu-satunya sumber perundang-undangan dan bahwa Islam sudah cukup: kita tidak membutuhkan ide-ide dari Karl Marx, Adam Smith, atau Barack Obama. Akhirnya, kita harus bekerja untuk meyakinkan orang-orang yang berkuasa di tanah Muslim untuk memberikan pertolongan kepada Islam - seperti halnya kaum Ansar yang memberikan pertolongan kepada Islam. Hanya sarana intelektual dan politik (misalnya diskusi, selebaran, konferensi, dll) yang dapat digunakan dalam perjuangan untuk menegakkan kembali Khilafah, karena RasulAllah (saw) membatasi diri pada mereka dan melarang para sahabat menggunakan perjuangan bersenjata dalam mendirikan Negara Islam. Dia (saw) juga tidak berpartisipasi dalam sistem politik Quraisy: Dar-al Nadwa. Oleh karena itu, kita juga dilarang bekerja melalui sistem politik non-Islam yang ada saat ini. Jika tujuan kita adalah untuk mengimplementasikan Dien Allah (swt), kita harus mengambil Alquran dan Sunnah sebagai titik referensi, bukan keinginan kita sendiri. Semoga Allah (swt) mengabulkan kemenangan umat ini, sehingga kita dapat menyembah Dia sebagaimana Dia telah menetapkan kita untuk menyembah. Dan katakan: Kebenaran telah datang, dan kebohongan telah lenyap. Sesungguhnya, Kepalsuan pasti akan lenyap ”. [TMQ 17:81] Saat pengemban dakwah meyakinkan bahwa Khilafah adalah ajaran Islam, Khilafah adalah janji Allah SWT dan kabar gembira dari Rasulullah Saw, ada sebagian kecil orang yang ada penyakit di hatinya mempersoalkannya. Dengan nada mengejek, mereka berkata : Khilafah rukun iman ke berapa ?
Mereka, seolah mengolok-olok keyakinan dan iman kaum muslimin yang meyakini kembalinya Khilafah al Minhajin Nubuwah. Mereka, menganggap remeh persoalan Khilafah karena menduga bukan bagian dari rukun iman. Padahal, pertanyaan yang mempertanyakan Khilafah rukun iman yang keberapa, adalah konfirmasi kebodohan pada tingkat yang menghawatirkan. Sejak Rasulullah Saw diutus hingga hari kiamat, rukun Iman hanya ada 6 (enam). Pertama, iman kepada Allah SWT, kedua, iman kepada malaikat, ketiga, iman kepada kitab-kitab, kempat, iman kepada para Rasul, kelima, iman pada hari kiamat, ke-enam, iman kepada Qadla dan Qadar. Tidak ada tambahan iman kepada Khilafah. Lantas, darimana dasar meyakini khilafah dan iman (percaya) bahwa Khilafah ala minhajin nubuwah akan tegak kembali ? Jawabnya demikian, Surga dan Neraka, itu bukan rukun iman, tetapi wajib diimani. Siapa saja yang tak percaya surga dan neraka maka dia kafir. Meskipun Surga Dan Neraka tidak disebutkan dalam rukun iman. Dasarnya, informasi tentang adanya surga dan neraka terdapat dalam al Qur'an. Sementara, al Qur'an adalah kitab Allah SWT. Mengimani surga dan neraka, berarti beriman kepada kitab Allah SWT, yang merupakan rukun iman yang ketiga. Meyakini adanya pembantaian pada orang yang beriman dalam kisah Ashhabul Ukhdud, tidak terdapat dalam rukun iman. Tetapi kisah ini wajib diyakini (diimani) kebenarannya, bukan Khurofat seperti kisah si lidah pahit, Sangkuriang, Nyi Roro Kidul, dll. Karena kisah Ashhabul Ukhdud diceritakan oleh Rasulullah Saw, manusia suci yang tidak pernah berdusta. Karena itu, meyakini keberadaan kisah Ashhabul Ukhdud, adalah bagian dari iman kepada para Rasul yakni iman kepada Rasulullah Muhammad Saw. Sebab, bagi yang beriman kepada Rasulullah tentu percaya apapun yang dikisahkan Rasulullah Saw. Kalau tidak iman kepada kitab-kitab, tidak iman kepada para rasul, maka manusia akan seperti tokoh nasional yang mempertanyakan kampung akhirat hanya dengan dalih notabene belum pernah ke sana. Padahal, dasar iman kepada yang gaib termasuk surga, neraka, hari kiamat, bahkan adanya pahala dan dosa, itu adalah dengan menukil informasi. Dalam hal ini, keimanan pada yang ghaib tersebut didasari dari menukil informasi yang dikabarkan oleh Wahyu, baik dari al Qur'an maupun as Sunnah. Nah, sampai pada bahasan kenapa umat Islam meyakini Khilafah janji Allah SWT ? karena, Allah SWT telah mengabarkannya dalam kitab sucinya : وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا "Allah telah menjanjikan kepada orang-orang beriman dan beramal salih di antara kalian, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa; akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai (Islam); dan akan mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan, menjadi aman sentosa" (TQS an-Nur [24]: 55). Meyakini kembalinya Khilafah berdasarkan ayat ini, berarti beriman kepada al Qur'an. Sebab, janji Allah SWT atas khilafah terdapat dalam kitab suci al Qur'an. Kemudian, Rasulullah Saw bersabda : ثُمَّ تَكُوْنُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ … "…Kemudian akan ada kembali Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwah" (HR Ahmad). Meyakini kembalinya Khilafah sebagaimana dikabarkan Rasulullah Saw dalam haditsnya adalah bagian dari keimanan kepada Rasulullah Muhammad Saw. Sebab, siapapun yang beriman kepada Rasulullah wajib percaya apapun yang beliau kabarkan. Khilafah itu rukun iman keberapa? Pertanyaan model ini adalah pertanyaan keliru yang mengkonfirmasi kebodohan sekaligus adanya penyakit hati dari penuturnya. Sejak Rasulullah diutus hingga hari kiamat, rukun iman ya hanya ada enam. Apakah Khilafah bagian dari rukun iman ? jawabnya jelas iya, sebab janji Khilafah berasal dari Allah SWT dalam kitab al Qur'an. Meyakini janji Allah, adalah bagian dari beriman kepada Allah SWT dan kitab Al Qur'an, rukun iman pertama dan ketiga. Sementara, meyakini kabar gembira akan kembalinya Khilafah termasuk bagian dari beriman kepada Muhammad Saw, sebab kabar itu berasal dari lisan yang mulia, kabar dari Rasulullah Muhammad Saw. Beriman kepada Rasulullah Saw termasuk rukun iman keempat, yakni iman kepada para Rasul. Jadi, bukankah orang yang mempertanyakan Khilafah rukun iman keberapa, termasuk orang-orang yang bodoh ? Oleh : Ahmad Khozinudin Sastrawan Politik Saat hidup di mesir sebagai budak, bani israil mengamati cara Firaun berkuasa. Al Quran telah tunjukkan pada kita bahwa kekuasaan Firaun disangga oleh tiga pihak.
Pertama Qorun si kaya raya. Dia bersekongkol menambah kekayaan diri dan memperkuat kekuasaan Firaun. Ke dua Haman. Si cerdik pandai yang melacurkan kepintarannya untuk legitimasi kezaliman Firaun. Ke tiga Bal'am. Si tokoh agama yang menjilat penguasa untuk kenikmatan dunia. Bani israil diselamatkan oleh Musa, menyebrang laut merah yang terbelah. Mereka meninggalkan Mesir membawa kitab sihir talmud, simbol-simbol mesir kuno, juga menyerap pengetahuan tentang sistem negara Mesir; Fir'aun, Haman, Qorun, Bal'am. Bani isra'il lebih suka peninggalan Fir'aun daripada ajaran Allah. Mereka memilih menyembah patung anak sapi saat ditinggal Musa menerima wahyu. Singkat cerita, saat berkesempatan menguasai dunia, mereka memasukkan simbol piramid, mata satu, elang botak, dlsb, ke segala sesuatu. Tak hanya simbol, mereka juga membangun sistem pemerintahan Fir'aun ke tatanan dunia baru yang mereka rekayasa. Tatanan itu hari ini kita kenal dengan nama Demokrasi dan Kapitalis. Maka tak heran jika hari ini kita menemukan Firaun-firaun modern para eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Kita juga menemukan Qorun-qorun baru, para kapitalist. Kita menemukan Haman-haman terkini bergelar profesor, Dr, phd, dlsb. Mereka sibuk mencari pembenaran bagi kezaliman Firaun. Tak kaget juga jika kita mendengar Bal'am-bal'am mutakhir mengatakan "We choose rahma" kepada israil. Mereka mengatakan "muslim Palestina bukan ahlus sunah". Mereka mengatakan bahwa "Jihad Palestina tidak syar'ie. Solusinya hijrah". Israil lupa bahwa sekuat apapun Fir'aun dan rezimnya, dia digulung laut merah atas kehendak Allah. Maka bagi para Fir'aun modern, Haman terkini, Qorun mutakhir, Bal'am terbaru, kalian boleh pongah dan merasa kuat. Tapi ingatlah bahwa Allah akan segera menggulung kalian! Banten 19521 IG @doniriw t.me/doniriw_channel Q&A ke-1
Apakah syarat wajib zakat maal? 1. Islam 2. Merdeka 3. Berakal dan baligh 4. Hartanya memenuhi nisab Q&A ke-2 Berapa nisab zakat maal untuk harta baik tabungan atau dagangan dan cara menghitungnya? Untuk harta tabungan pribadi dan harta dagangan sebesar 85gr emas atau setara 72.250.000 (asumsi harga emas Rp850.000) Tabungan= 2,5% x jumlah tabungan Harta dagangan = 2,5% x (Modal yang diputar + keuntungan + piutang yang dapat dicairkan - hutang - kerugian) Q&A ke-3 Apakah rumah atau mobil mewah wajib dihitung sebagai harta yang dizakatkan? Hukum asal rumah mewah dan mobil mewah yang tujuan kepemilikannya untuk dipakai tidak terkena zakat. Namun bila seseorang yang memiliki harta itu bertujuan untuk membisniskannya (jual beli untuk keuntungan) maka wajib dizakati setiap tahun. Q&A ke-4 Apakah rumah atau properti lainnya yang disewakan wajib dizakati? Rumah maupun properti lainnya yang disewakan, tidak dizakati nilai fisiknya. Namun yang dizakati adalah hasil sewanya. Dalam keputusan Majma’ Fiqh Islami tentang zakat sewa tanah. Properti yang disewakan, wajib dizakati nilainya sewanya saja dan bukan nilai fisiknya. (Qarar Majma’ al-Fiqhi al-Islami, muktamat ke-11, Rajab 1409 H). Q&A ke-5 Bolehkah zakat maal di berikan dalam bentuk selain uang seperti sembako? Zakat Maal haruslah dalam bentuk asal harta tersebut atau nilainya, yaitu dalam bentuk uang. Tidak boleh dirupakan dalam bentuk barang, makanan, pakaian, atau selainnya. Jika terdapat fakir atau miskin yang memang tidak bermanfaat jika diberi uang, misal karena dia gila, atau mengalami keterbelakangan mental, sehingga jika diberi uang kurang bermanfaat baginya, atau malah menimbulkan mafsadat, maka saat itu boleh diberikan benda yang paling dia butuhkan. Q&A ke-6 Dan apa harus di ucapkan kalau ini dana zakat? Jika kamu menyerahkan zakat kepada orang yang kamu yakini dia berhak menerima, dengan niat zakat, maka ini menjadi zakat yang sah. Kami berharap semoga diterima oleh Allah Ta’ala. Dan anda tidak harus memberi tahukan kepada penerima bahwa itu zakat. (Fatwa Lajnah Daimah, no. 11241) Sekali lagi, ini berlaku jika penerima adalah orang yang kita yakini sebagai pihak yang berhak menerimanya, seperti fakir, miskin atau lainnya. Sementra jika ini dititipkan ke lembaga atau yayasan penampung zakat, kita harus memberi tahu. Agar petugas bisa menyalurkannya ke sasaran yang benar. Q&A ke-7 Siapa saja penerima zakat?
Q&A ke-8 Bagaimana zakat maal yang dibagikan langsung ke anak-anak SMP dhuafa berupa uang tanpa melalui orang tuanya? Jika memang anak SMP telah mumayyiz (akil baligh) dan termasuk dalam golongan yang berhak menerima zakat maka dibolehkan. Q&A ke-9 Apabila kita membayar zakat melalui panti asuhan yatim piatu apakah itu sah secara hukum Islam? Pada dasarnya, anak yatim tidak termasuk orang yang berhak menerima zakat. Akan tetapi bila anak yatim itu tidak mampu maka ia berhak menerima zakat. Jadi, yang menjadikan seorang anak yatim bisa menerima zakat bukan karena statusnya sebagai yatim, tapi sebagai orang yang tidak mampu. Q&A ke-10 Apakah boleh seseorang menyalurkan zakat untuk kakek kandung, nenek kandung, orang tuanya, istri, anak, atau cucunya? Tidak boleh bagi seorang muslim mengeluarkan zakat untuk kedua orang tua kandung sampai ke atas (kakek dan nenek kandung) dan juga tidak boleh pula untuk anak-anaknya sampai ke bawah (cucu kandung). Bahkan kewajiban dia adalah memberi nafkah untuk mereka dari hartanya jika mereka butuh dan ia mampu untuk memberi nafkah. (Fatawa Al Mar-ah Al Muslimah, terbitan Darul Haytsam, cetakan pertama, 1423 H, hal. 168) Pada prinsipnya, zakat tidak boleh disalurkan kepada orang yang biaya hidupnya masih menjadi kewajiban/tanggungan muzaki. Q&A ke-11 Apakah boleh memberikan zakat kepada keluarga istri misalnya mertua, kakak ipar, atau adik ipar yang dipandang menjadi golongan penerima zakat? Memberikan zakat kepada mertua dan saudara ipar dibolehkan. Dikarenakan mertua atau keluarga istri secara umum, bukan termasuk orang yang wajib dinafkahi oleh seorang suami. Meskipun dianjurkan bagi suami untuk memperhatikan keadaan keluarga istrinya, sebagai bentuk mu’asyarah bil maruf (melakukan interaksi yang baik) kepada istrinya. Q&A ke-12 Bolehkah seorang istri berzakat kepada suami sendiri yang termasuk golongan mustahik zakat? Syaikh Abdul Aziz bin Baz menjelaskan, tidak ada masalah bagi wanita yang mengeluarkan zakat perhiasan atau zakat lainnya kepada suami yang fakir atau memiliki utang yang tidak mampu dilunasi. Jika harta cukup nishab maka wajib zakat. Atau tidak berdosa istri memberi zakatnya kepada orang yang bukan menjadi tanggungan nafkahnya termasuk suami. Jadi, diperbolehkan menyalurkan zakat kepada suami dalam keadaan membutuhkan. Menurut jumhur ulama, suami bukanlah tanggungan istri dalam mencari nafkah, sehingga diperbolehkan berzakat kepada suami yang fakir. Q&A ke-13 Apakah boleh zakat disalurkan kepada kakak dan adik kandung sendiri? Muzakki boleh menyerahkan zakatnya kepada selain yang wajib dinafkahi, maka dari itu penyerahan zakat kepada saudara laki atau perempuan yang kurang mampu dibolehkan. Bahkan menyerahkan zakat ke mereka nilainya lebih utama. Karena di sana ada unsur membangun jalinan silaturahmi. (Dar al-Ifta’ al-Mishriyah, no. 6695). Q&A ke-14 Bolehkan memberikan zakat kepada paman, bibi, saudara kakek atau nenek atau keponakan? Boleh dengan syarat kerabat tersebut bukan termasuk orang yang wajib kita nafkahi. Jika kerabat tersebut termasuk orang yang wajib kita nafkahi, maka tidak boleh menerima zakat dari kita. Boleh memberikan zakat maal kepada kerabat yang miskin. Bahkan memberikan zakat kepada kerabat, lebih diutamakan daripada memberikannya kepada orang lain. Sesungguhnya zakat kepada orang miskin nilainya zakat (saja). Sedangkan zakat kepada kerabat, nilainya dua: zakat dan silaturahim.” (HR. Nasai, Dariri, Turmudzi, Ibnu Majah dan dishahihkan al-Albani) Silahkan di-share kepada kerabat-kerabat karena akan menjadikannya ilmu yang bermanfaat. (Dirangkumkan dari berbagai sumber) https://baznas.go.id/kalkulatorzakat Berita menggelegar kita terima saat menjelang hari terakhir Ramadhan, 11 Mei 2021 tahun ini. Kepergian Ustadz Tengku Zulkarnain mengingatkan kita betapa dekatnya kita dengan saat-saat keberangkatan kita. Beliau telah memberikan keteladaan kepada kita tentang bagaimana mengisi hidup ini dengan istiqomah dalam berjuang di jalan Allah. Berbagai perasaan muncul di dalam dada, kiranya tulisan Elva Tazar berikut ini bisa mewakili beberapa dari perasaan kita atas wafatnya guru kita Ustadz Tengku Zulkarnain.
By Elva Tazar Kematian adalah keniscayaan, tak satu pun manusia bisa lari dari kematian, tak bisa mundur sedetik pun karena kematian adalah ketetapan takdir manusia ketika masih usia 4 bulan di rahim ibu. Namun kabar wafatnya idolaku Buya Tengku Zulkarnain usai azan magrib di kota Pekanbaru Riau. Di bulan mulia Romadhan yang ke 28, tak pelak membuat aku terduduk lemas. Setengah jam sebelum wafatnya ust Zul aku masih komunikasi lewat wa dengan sepupunya yang berada di Pekanbaru yang mengabarkan kondisi terkini ust yang sudah dipasang ventilator. Ya Allah... Belum selesai buka puasa, aku dapat berita yang mengabarkan ust Zul wafat. Innalilahi wa inailahi rojiun. Sungguh berita ini membuat aku sangat berduka. Tak berlebihan jika aku mengatakan sebagian besar ummat Islam pasti akan sangat kehilangan sosok ulama yang cerdas, hafiz al Qur an, pejuang dan pembela agama.Tak hanya itu wakil Sekjen MUI periode 2015- 2020 ini juga mantan penyanyi dikala mudanya sederet prestasi antara lain juara bintang Radio pernah ia raih. Namun ketika ust Zul muda mulai aktif berdakwah beliau tak lagi main musik. Gitar kesayangannya pun tak pernah lagi ia sentuh. Namun suaranya yang merdu sering beliau senandungkan disela sela tausiyahnya. Ceramahnya yang penuh humor namun tetap berani mengkritik dengan logat melayu membuat kita yang mendengar jadi ngeri ngeri sedap. Buya Tengku banyak orang memanggilnya atau Bang Zul, ternyata sosok yang sangat santun bila bertemu ulama yang lebih senior, Ust Zul tak sungkan mencium tangan ulama itu. Sosok sederhana dan rendah hati walaupun bagi sebagian orang menilai sebaliknya, tapi itu sah sah saja namanya manusia pasti punya penilaian yang berbeda sesuai konsep pemikirannya masing masing. Ust Zul memang bukan ust yang suka pencitraan dia tampil apa adanya bukan sosok yang suka cari muka demi jabatan dan harta. Bagiku Ust Zul sosok ulama yang punya prinsip tujuannya hanya mencari ridho Allah. Ulama yang berani mengatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Ust Zul benar benar telah "menjual" hidupnya untuk agama. Waktunya sebagian besar untuk dakwah maka menjelang wafatnya ust Zul sedang menjalankan safari dakwah keliling Pekanbaru. Sering beliau berdakwah sampai ke pelosok dengan menggunakan perahu. Itulah resiko Ulama sejati kadang lupa bahwa tubuhnya pun butuh istirahat sehingga kelelahan maka virus covit dengan ganasnya menyerang. Ini tentu saja teori manusia namun berpedoman pada al Qur an setiap manusia pasti akan menemui kematian. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: "Katakanlah, "Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."" (QS. Al-Jumu'ah 62: Ayat 8). Tak satupun manusia bisa lari dari kematian jika sudah waktunya. Buya yang konsisten berpakaian putih ini seakan sudah siap kapan saja Allah memanggilnya karena pakaian terakhirnya pun kafan putih untuk membungkus jasadnya menuju alam barzah. Kini ulama idolaku telah tiada namun tausiyahnya yang rutin aku saksikan di youtube telah membuat imanku semakin mantap bahwa hanya Allah tujuan hidup ini. Sebagai penulis aku bersyukur karyaku "Novel Amak" pernah diapresiasi oleh Ust Tengku Zulkarnain. Terimakasih Ust Zul. Kini ust Zul telah menjemput takdirnya. Allah lebih mencintai Ust Zul yang semasa hidup selalu membela dan menolong agamaNya. Maka Allah panggil ia di saat istimewa. Penghujung Romadhan usai azan Magrib. Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Robmu dengan ridho dan diridhoi. Masuklah dalam golongan hamba hambaKu. Masuklah ke SurgaKu..(al Fajr ayat 27 -30). Selamat jalan Guru Kami, Ulama Kami.. Buya Tengku Zulkarnain.. Sidoarjo, 10 Mei 21 (28 Romadhan 1442H) Penulis Novel Amak Ig@elvatazar Berikut ini 40 doa Rabbana yg semoga bermanfaat utk mempermudah kita merutinkan membaca doa2 ini di bulan Ramadhan terutama di 10 malam terakhir.
A Letter to Allah Menyelami Untaian Doa 40 Rabbana Dalam Al Qur'an Ustd. Abu Bassam Oemar Mita 1. Rabbanaa aatinaa fid dunyaa hasanah wa fil aakhirati hasanah wa qinaa 'adzaban naar (Al Baqarah 201): Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka 2. Rabbanaa taqabbal minnaa innaka antas samii'ul 'aliim (Al Baqarah 127): Ya Rabb kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui. 3. Rabbanaa laa tuzigh quluubanaa ba'da idz hadaitanaa wahab lanaa min ladunka rahmah innaka antal wahhaab (Ali Imran 8): Ya Rabb kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi. 4. Rabbanaa zhalamnaa anfusanaa wa in lam taghfirlanaa watarhamnaa lanakunannaa minal khaasiriin (Al A'raf 23): Ya Rabb kami, kami telah menzhalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang2 yg rugi. 5. Rabbanaaghfirlanaa wa li ikhwaaninaa alladziina sabaquuna bil iimaani wa la taj'al fii quluubinaa ghillal lilladziina aamanu rabbanaa innaka rauufur rahiim: Ya Rabb kami, ampunilah kami dan saudara2 kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang2 yg beriman. Ya Rabb kami, sungguh Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang. 6. Rabbanaa laa tuaakhidznaa in-nasiina au akhta'na (Al Baqarah 286): Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. 7. Rabbana wala tahmil 'alainaa isran kamaa hamaltahuu 'alal-ladziina min qablinaa (Al Baqarah 286): Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang2 sebelum kami. 8. Rabbanaa wa laa tuhammilnaa maa laa thaqata lanaa bih wa'fu 'annaa waghfirlanaa warhamnaa anta maulaanaa fanshurnaa 'alal qaumil kaafiriin* (Al Baqarah 286): Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yg kami tidak sanggup memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang2 kafir. 9. Rabbanaa aamannaa bimaa anzalta wattaba'nar-rasuula faktubnaa ma'asy-syaahidiin* (Ali Imran 53): Ya Rabb kami, kami telah beriman kepada apa yg Engkau turunkan dan kami telah mengikuti Rasul, karena itu tetapkanlah kami bersama golongan org yg memberi kesaksian. 10. Rabbanaa afrigh 'alainaa shabran wa tawaffanaa muslimiin ( Al A'raf 126): Ya Rabb kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan matikanlah kami dalam keadaan berserah diri kepada-Mu. 11. Rabbanaa laa taj'alnaa ma 'al-qaumizh zhaalimiin (Al A'raf 47): Wahai Rabb kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama orang2 zalim itu. 12. Rabbanaa anzil 'alainaa maa-idatan minas-samaa-i takunu lanaa 'iidan li-awwalinaa wa aakhirinaa wa aayatan minka war-zuqnaa wa anta khairur-raaziqin ( Al Maidah 114): Wahai Rabb kami, turunkanlah kepada kami hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang2 yg sekarang bersama kami maupun yg datang setelah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaaan Engkau, berilah kami rezeki, dan Engkaulah sebaik2 pemberi rezeki. 13. Rabbanaa hablanaa min azwaajinaa wa zurriyyaatinaa qurrata a'yunin waj'alnaa lil muttaqiina imaamaa ( Al Furqan 74): Wahai Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami, pasangan kami, dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi org2 yg bertakwa. 14. Rabbanaa atmim lanaa nuuranaa waghfirlanaa, innaka 'alaa kulli syain qadir (At Tahrim 8): Wahai Rabb kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami, sungguh Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. 15. Rabbanaa 'alaika tawakalnaa wa ilaika anabnaa wa ilaikal mashiir ( Al Mumtahanah 4): Wahai Rabb kami, hanya kepada Engkau kami bertawakal dan hanya kepada Engkau kamu bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali 16. Rabbanaa aatinaa min ladunka rahmatan wa hayyi' lanaa min amrinaa rasyadaa (Al Kahfi 10): Wahai Rabb kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami. 17. Rabbanagh-firlii wa liwaalidayya wa lilmu'miniina yauma yaqumul hisaab (Ibrahim 41): Wahai Rabb kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan semua orang yang beriman pada hari diadakan perhitungan (hari kiamat) 18. Rabbanaa innaka ta'lamu maa nukhfii wa maa nu'linuu, wa maa yakhfaa 'ala-llaahi min syain fiil- ardhi wa laa fis-samaa-i (Ibrrahim 30): Wahai Rabb kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yg kami sembunyikan dan ala yg kami tampakkan, dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah, baik yg ada di bumi maupun yg ada di langit 19. Rabbanagh-firlanaa dzunuubanaa wa israafanaa fii amrinaa wa tsabbit aqdaamanaa wan shurnaa 'alal qaumil kaafiriin ( Ali Imran 147): Wahai Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan (dalam) urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir. 20. Rabbanaa innaka jaami'un- naasi li yaumin laa raiba fiihi innallaaha laa yukhliful-mii'aad (Ali Imran 9): Wahai Rabb kami, Engkaulah yang mengumpulkan manusia pada hari yang tidak ada keraguan padanya. Sungguh Allah tidak menyalahi janji 21. Rabbanaa maa khalaqta haadzaa baathilaa subhaanaka faqinaa 'adzaaban-naar (Ali Imran 191): Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. 22. Rabbanaa innaka man tudkhilin-naara faqad akhzaitah wa maa lizh-zhaalimiina min Anshaar (Ali Imran 192): Ya Rabb kami, sesungguhnya orang yg Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh Engkau telah menghinakannya, dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang2 yg zhalim 23. Rabbanaa innanaa sami'naa munaadiyan yunaadi lil iimani an aaminuu birabbikum fa aamannaa (Ali Imran 193): Ya Rabb kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu) "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka kamipun beriman." 24. Rabbanaa fagh-firlanaa dzunuubanaa wa kaffir 'annaa sayyiaatinaa wa tawaffanaa ma'al abraar (Ali Imran 193): Ya Rabb kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti 25. Rabbanaa laa taj'alnaa fitnatan lil qaumizh-zhaalimiin. Wa najjinaa bi rahmatika minal qaumil kaafiriin (Yunus 85-86): Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran kezhaliman oleh kaum yg zholim. Dan selamatkanlah kami dengan rahmat-Mu dari kaum yg kafir. 26. Rabbanaa wa adkhilhum jannaati 'adnil-latii wa 'adtahum wa man shalaha min aabaa-ihim wa azwaajihim wa dzurriyyatihim innaka antal 'aziizul hakiim: Ya Rabb kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga 'Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan org2 yg shaleh di antara bapak2 mereka, dan istri2 mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana 27. Rabbanaa innaka raufurrahiim (Al Hasr 10): Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang 28. Rabbanaa laghafuurun syakuur: Sesungguhnya Rabb kami benar2 Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri: 29. Rabbanaa wa taqabbal du'aa (Ibrahim 40): Ya Rabb kami perkenanlah doaku 30. Rabbana wasi'ta kulla syai-in rahmatan wa 'ilman faghfir lilladziina taabuu wattaba'uu sabiilaka wa qihim 'adzaabal jahiim (Ghaafir 7): Ya Rabb kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada org2 yg bertobat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yg menyala2 31. Rabbanaa innanaa nakhaafu an yafrutha 'alainaa au an yathghaa (Thaha 45): Keduanya berkata, "Ya Rabb kami, sungguh kami khawatir dia (Fir'aun) akan menyiksa kami atau bertambah melampaui batas 32. Rabbanaa aamannaa faghfirlanaa warhamnaa wa anta khairur raahiimiin (Al Mu'minuun 109): Ya Rabb kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah sebaik2 pemberi rahmat. 33. Rabbanaa aamannaa fak tubnaa ma'asy syaahidiin (Al Maidah 83): Ya Rabb kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang2 yg mjd saksi (atas kebenaran Al qur'an dan kenabian Muhammad) 34. Rabbanaf-tah bainanaa wa baina qauminaa bil haqqi wa anta khairul faatihiin (Al A'raf 89): Ya Tuhah kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik2nya yakni Engkau sebaik2 hakim 35. Rabbanaa wa aatinaa maa wa'ad tanaa 'alaa rusulika wa laa tukhzinaa yaumal qiyaamati, innaka laa tukhliful mi'aad (Ali Imran 194): Ya Rabb kami, berilah kami apa yg telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul2 Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji. 36. Rabbanaa-shrif 'annaa 'adzaaba jahannama inna 'adzaabahaa kaana gharaama. Innahaa saa-at mustaqarra wa muqaama (Al Furqan 65-66): Ya Rabb kami, jauhkan azab jahanam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yg kekal. Sesungguhnya jahannam itu seburuk2 tempat menetap dan tempat kediaman 37. Rabbanaa waj'alnaa muslimain laka wa min dzurriyatina ummatan muslimatan laka, wa arinaa manaasikanaa watub'alainaa innaka antat-tawwaabur-rahiiim (Al Baqarah 128): Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yg tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yg tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara2 dan tempat2 ibadah haji kami, dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang. 38. Rabbanaa afrigh 'alainaa shabran wa tsabbit aqdaamanaa wan shurnaa 'alal qaumil kaafiriin (Al Baqarah 250): Ya Rabb kami limpahkanlah kesabaran kepada kami, kokohkanlah langkah kami, dan tolonglah kami menghadapi org2 kafir 39. Rabbanaa innanaa aamannaa faghfirlanaa dzunuubanaa wa qinaa 'adzaaban naar (Ali Imran 16): Ya Rabb kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka 40. Rabbanaa laa taj-alnaa fitnatan lilladziina kafaruu waghfirlanaa rabbanaa innaka antal 'azizul hakiim (Mumtahanah 5): Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang2 kafir. Dan ampunilah kami ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana Suatu sore, tahun 1525 di sebuah Penjara di Spanyol, suasana di situ terasa hening mencengkam. Jendral Adolfo Roberto, pemimpin penjara yg terkenal bengis, tengah memeriksa setiap kamar tahanan.
Setiap sipir penjara membungkukkan badannya serendah mungkin ketika 'Algojo Penjara' itu berlalu di hadapan mereka. Karena kalau tidak, sepatu 'Jungle' milik tuan Roberto itu akan mendarat di wajah mereka. Roberto marah besar ketika dari sebuah kamar tahanan terdengar suara seseorang membaca Ayat2 Suci Alqur'an yang amat ia benci. "Hai ... hentikan suara jelekmu ! Hentikan ...!!!" Teriak Roberto sekeras-kerasnya sembari membelalakkan mata. Namun apa yang terjadi ? Lelaki di kamar tahanan tadi tetap saja membaca & bersenandung dengan khusyu'nya. Roberto bertambah berang. Algojo penjara itu menghampiri kamar tahanan yg sempit. Dengan congak ia meludahi wajah renta sang tahanan yg keriput hanya tinggal tulang. Tak puas sampai di situ, ia lalu menyulut wajah dan seluruh badan orang tua renta itu dgn rokoknya yg menyala. Sungguh ajaib ...! tak terdengar secuil pun keluh kesakitan. Bibir yg pucat kering milik sang tahanan amat gengsi untuk meneriakkan kata kepatuhan kepada sang Algojo. Bibir keringnya hanya berkata lirih, "Robbi, wa-ana 'abduka ..." Tahanan lain yang menyaksikan kebiadaban itu serentak bertakbir sambil berkata, "Bersabarlah wahai ustadz ... Insya Allah tempatmu di Syurga." Melihat kegigihan orang tua yang dipanggil ustadz oleh sesama tahanan, 'algojo penjara' itu bertambah memuncak amarahnya. Ia perintahkan pegawai penjara untuk membuka sel, dan ditariknya tubuh orang tua itu keras-keras hingga terjerembab di lantai. "Hai orang tua busuk...!! Bukankah engkau tahu, aku tidak suka bahasa jelekmu itu ?! Aku tidak suka apapun yang berhubungan dengan agamamu....!!!" Sang Ustadz lalu berucap, "Sungguh ... aku sangat merindukan kematian, agar aku segera dapat menjumpai kekasihku yang amat kucintai, Allah SWT. Karena kini aku berada di puncak kebahagiaan karena akan segera menemui-Nya. Maka patutkah aku berlutut kepadamu, hai manusia busuk? Jika aku turuti kemauanmu, tentu aku termasuk orang2 yg zhalim". Baru saja kata-kata itu terhenti, sepatu laras Roberto sudah mendarat di wajahnya. Laki-laki itu terhuyung-huyung. Kemudian jatuh terkapar di lantai penjara dengan wajah bersimbah darah. Ketika itulah dari saku baju penjaranya yang telah lusuh, meluncur sebuah 'Buku Kecil'. Adolfo Roberto bermaksud memungutnya. Namun tangan sang Ustadz telah terlebih dahulu mengambil dan menggenggamnya erat-erat. "Berikan buku itu, hai laki-laki dungu !", bentak Roberto. "Haram bagi tanganmu yang kafir dan berlumuran dosa untuk menyentuh barang suci ini !", ucap sang ustadz dgn tatapan menghina pada Roberto. Tak ada jalan lain, akhirnya Roberto mengambil jalan paksa untuk mendapatkan buku itu. Sepatu laras berbobot dua kilogram itu ia gunakan untuk menginjak jari-jari tangan sang ustadz yang telah lemah. Suara gemeretak tulang yang patah terdengar menggetarkan hati. Namun tidak demikian bagi Roberto. Laki-laki bengis itu malah merasa bangga mendengar gemeretak tulang yang terputus. Bahkan 'algojo penjara' itu merasa lebih puas lagi ketika melihat tetesan darah mengalir dari jari-jari musuhnya yang telah hancur. Setelah tangan renta itu tak berdaya, Roberto memungut buku kecil yang membuatnya penasaran. Perlahan Roberto membuka sampul buku yang telah lusuh. Mendadak algojo itu termenung dan berkata dalam hatinya : "Ah ... sepertinya aku pernah mengenal buku ini. Tapi kapan? Ya, aku pernah mengenal buku ini." suara hati Roberto bertanya-tanya. Perlahan Roberto membuka lembaran pertama itu. Jenderal berumur 30 tahun itu bertambah terkejut tatkala melihat tulisan-tulisan "aneh" dalam buku itu. Rasanya ia pernah mengenal tulisan seperti itu dahulu. Namun, sekarang tak pernah dilihatnya di bumi Spanyol. Akhirnya Roberto duduk di samping sang ustadz yang sedang sakarat melepas nafas-nafas terakhirnya. Wajah bengis sang algojo kini diliputi tanda tanya yang dalam. Mata Roberto rapat terpejam. Ia berusaha keras mengingat peristiwa yang di alaminya sewaktu masih kanak-kanak dulu. Perlahan, sketsa masa lalu itu tergambar kembali dalam ingatan Roberto. Pemuda itu teringat ketika suatu sore di masa kanak-kanaknya terjadi kericuhan besar di negeri tempat kelahirannya ini. Sore itu ia melihat peristiwa yang mengerikan di lapangan Inkuisisi (lapangan tempat pembantaian kaum muslimin di Andalusia). Di tempat itu tengah berlangsung pesta darah dan nyawa. Beribu-ribu jiwa kaum muslimin yg tak berdosa berjatuhan di bumi Andalusia. Di ujung kiri lapangan, beberapa puluh wanita berhijab (jilbab) digantung pada tiang-tiang besi yang terpancang tinggi. Tubuh mereka bergelantungan tertiup angin sore yang kencang, membuat pakaian muslimah yang dikenakan berkibar-kibar di udara. Sementara, di tengah lapangan ratusan pemuda Islam dibakar hidup-hidup pada tiang-tiang salib, hanya karena tidak mau memasuki agama yang dibawa oleh para rahib. Seorang bocah laki-laki mungil tampan, berumur tujuh tahunan, malam itu masih berdiri tegak di lapangan Inkuisisi yang telah senyap. Korban-korban kebiadaban itu telah syahid semua. Bocah mungil itu mencucurkan airmatanya menatap sang ibu yang terkulai lemah di tiang gantungan. Perlahan-lahan bocah itu mendekati tubuh sang Ummi (ibu) yang sudah tak bernyawa, sembari menggayuti abaya hitamnya. Sang bocah berkata dengan suara parau, "Ummi.. ummi.. mari kita pulang. Hari sudah malam. Bukankah ummi telah berjanji malam ini akan mengajariku lagi tentang alif, ba, ta, tsa ....? Ummi, cepat pulang ke rumah ummi ..." Bocah kecil itu akhirnya menangis keras, ketika sang ummi tak jua menjawab ucapannya. Ia semakin bingung dan takut, tak tahu harus berbuat apa. Untuk pulang ke rumah pun ia tak tahu arah. Akhirnya bocah itu berteriak memanggil bapaknya, "Abi ... Abi ... Abi ..." Namun ia segera terhenti berteriak memanggil sang bapak ketika teringat kemarin sore bapaknya diseret dari rumah oleh beberapa orang berseragam. "Hai ... siapa kamu?!" teriak segerombolan orang yang tiba-tiba mendekati sang bocah. "Saya Ahmad Izzah, sedang menunggu Ummi ..." jawab sang bocah memohon belas kasih. "Hah ... siapa namamu bocah ?? Coba ulangi !!!" bentak salah seorang dari mereka. "Saya Ahmad Izzah ..." sang bocah kembali menjawab dengan rasa takut. Tiba-tiba "plak! sebuah tamparan mendarat di pipi sang bocah. "Hai bocah ...! Wajahmu bagus tapi namamu jelek. Aku benci namamu. Sekarang kuganti namamu dengan nama yang bagus. Namamu sekarang 'Adolfo Roberto' ... Awas ! Jangan kau sebut lagi namamu yang jelek itu. Kalau kau sebut lagi nama lamamu itu, nanti akan kubunuh!" ancam laki-laki itu. Sang bocah meringis ketakutan, sembari tetap meneteskan air mata. Anak laki-laki mungil itu hanya menurut ketika gerombolan itu membawanya keluar dari lapangan Inkuisisi. Akhirnya bocah tampan itu hidup bersama mereka. Roberto sadar dari renungannya yang panjang. Pemuda itu melompat ke arah sang tahanan. Secepat kilat dirobeknya baju penjara yang melekat pada tubuh sang ustadz. Ia mencari-cari sesuatu di pusar laki-laki itu. Ketika ia menemukan sebuah 'tanda hitam' ia berteriak histeris, "Abi... Abi ... Abi ..!!." Ia pun menangis keras, tak ubahnya seperti Ahmad Izzah dulu. Pikirannya terus bergelut dengan masa lalunya. Ia masih ingat betul, bahwa buku kecil yang ada di dalam genggamannya adalah Kitab Suci milik bapaknya, yang dulu sering dibawa dan dibaca ayahnya ketika hendak menidurkannya. Ia juga ingat betul ayahnya mempunyai 'tanda hitam' pada bagian pusarnya. Pemuda beringas itu terus meraung dan memeluk erat tubuh renta nan lemah. Tampak sekali ada penyesalan yang amat dalam atas ulahnya selama ini. Lidahnya yang sudah berpuluh-puluh tahun alpa akan Islam, saat itu dengan spontan menyebut, "Abi ... aku masih ingat alif, ba, ta, tsa ..." Hanya sebatas kata itu yang masih terekam dalam benaknya. Sang ustadz segera membuka mata ketika merasakan ada tetesan hangat yang membasahi wajahnya. Dengan tatapan samar dia masih dapat melihat orang yang tadi menyiksanya habis-habisan kini tengah memeluknya. "Tunjuki aku pada jalan yang telah engkau tempuh Abi, tunjukkan aku pada jalan itu ..." Terdengar suara Roberto memelas. Sang ustadz tengah mengatur nafas untuk berkata-kata, ia lalu memejamkan matanya. Air matanya pun turut berlinang. Betapa tidak, jika sekian puluh tahun kemudian, ternyata ia masih sempat berjumpa dengan buah hatinya, ditempat ini. Sungguh tak masuk akal. Ini semata-mata bukti kebesaran Allah. Sang Abi dengan susah payah masih bisa berucap. "Anakku, pergilah engkau ke Mesir. Di sana banyak saudaramu. Katakan saja bahwa engkau kenal dengan Syaikh Abdullah Fattah Ismail Al-Andalusy. Belajarlah engkau di negeri itu". Setelah selesai berpesan sang ustadz menghembuskan nafas terakhir dengan berbekal kalimah indah "Dua Kalimah Syahadat..! Beliau pergi menemui Robbnya dengan tersenyum, setelah sekian lama berjuang di bumi yang fana ini. *** Beberapa tahun kemudian..... Ahmad Izzah telah menjadi seorang Ulama Besar di Mesir. Seluruh hidupnya dibaktikan untuk agama Islam, sebagai ganti kekafiran yang di masa muda sempat disandangnya. Banyak pemuda Islam dari berbagai penjuru dunia berguru kepadanya ... Al-Ustadz Ahmad Izzah Al-Andalusy. Sang Ulama berpesan kepada Seluruh Umat Islam se dunia: Jangan engkau pilih Pemimpin yang menzhalimi para Ulama dan Jangan kau pilih pemimpin yang suka berdusta. Firman Allah swt : "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. 30:30) IMAN
Seorang profesor yang Atheis berbicara dalam sebuah kelas fisika. Profesor: "Apakah Allah menciptakan segala yang ada?" Para mahasiswa: "Betul! Dia pencipta segalanya." Profesor: "Jika Allah menciptakan segalanya, berarti Allah juga menciptakan kejahatan." (Semua terdiam dan agak kesulitan menjawab hipotesis profesor itu). Tiba-tiba suara seorang mahasiswa memecah kesunyian. Mahasiswa: "Prof! Saya ingin bertanya. Apakah dingin itu ada?" Profesor: "Pertanyaan macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada." Mahasiswa: "Prof! Dingin itu tidak ada. Menurut hukum fisika, yang kita anggap dingin sebenarnya adalah ketiadaan panas. Suhu -460 derajat Fahrenheit adalah ketiadaan panas sama sekali. Semua partikel menjadi diam. Tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata 'dingin' untuk mengungkapkan ketiadaan panas. Selanjutnya! Apakah gelap itu ada?" Profesor: "Tentu saja ada!" Mahasiswa: "Anda salah lagi Prof! Gelap juga tidak ada. Gelap adalah keadaan di mana tiada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari. Sedangkan gelap tidak bisa. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk mengurai cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari panjang gelombang setiap warna. Tapi! Anda tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu ruangan diukur melalui berapa besar intensitas cahaya di ruangan itu. Kata 'gelap' dipakai manusia untuk menggambarkan ketiadaan cahaya. Jadi! Apakah kejahatan, kemaksiatan itu ada?" Profesor mulai bimbang tapi menjawab juga: "Tentu saja ada." Mahasiswa: "Sekali lagi anda salah Prof! Kejahatan itu tidak ada. Allah tidak menciptakan kejahatan atau kemaksiatan. Seperti dingin dan gelap juga. Kejahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk menggambarkan ketiadaan Allah dalam dirinya. Kejahatan adalah hasil dari tidak hadirnya Allah dalam hati manusia." Profesor terpaku dan terdiam! Dosa terjadi karena manusia lupa menghadirkan Allah dalam hatinya. Hadirkan Allah dalam hati kita setiap saat, maka akan selamatlah kita. Itulah IMAN. SESUNGGUHNYA DOSA ITU LAHIR SAAT IMAN TIDAK HADIR DALAM HATI KITA. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً ۚ اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّا بُ Robbanaa laa tuzigh quluubanaa ba'da iz hadaitanaa wa hab lanaa mil ladungka rohmah, innaka angtal-wahhaab "(Mereka berdoa), Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi." (QS. Ali 'Imran 3: Ayat 8) |
ISLAM
Cari artikel? Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini. Kebenaran Quran dan Ajaran IslamMenyampaikan bukti-bukti kebenaran Quran dan ajaran Islam melalui tulisan dan pengakuan ahli ilmu pengetahuan dunia yang diambil dari berbagai sumber.
Archives
July 2024
Categories
All
kirim pesan [email protected]
|