Greta adalah warga Amerika Serikat keturunan Italia. Di masa kecilnya dia seorang wanita yang taat beragama. Dia kemudian menikah dengan seorang pria Lutheran. Hal ini sangat membuat kecewa kedua orangtuanya. Tetapi dia tidak benar-benar meninggalkan agama yang dianutnya sebelumnya. Ketika suaminya mulai jarang mengunjungi rumah ibadah, dia mulai mengunjungi banyak rumah ibadah lain. Suaminya tidak keberatan sedangkan kedua orangtuanya tidak mengetahui hal ini. Greta memiliki anak-anak yang semuanya tinggal di luar negeri. Setelah suaminya meninggal, dia ikut ke rumah ibadah tetangganya. Ini semata untuk kenyamanan karena lokasi rumah ibadahnya dekat dari rumahnya. Keinginannya yang sangat kuat untuk mencari kebenaran sering mendorongnya untuk berdoa. Hingga suatu malam setelah ia pulang dari rumah ibadah, ia mulai membuka hatinya kepada Tuhan dan memohon kepada Sang Pencipta untuk membimbingnya pada kebenaran. "Saya mengatakan kepada Nya bahwa saya ingin mengetahui kebenaran. Untuk menyembah Dia sebagaimana Dia layak disembah. Itu adalah doa paling tulus yang pernah saya lakukan," ujarnya. Beberapa minggu setelah itu, puterinya yang tinggal di Mesir datang mengunjunginya setelah beberapa tahun mereka tidak bertemu. Greta sangat senang sekaligus terkejut karena puterinya mengenakan jilbab. Ketika dia menyambut puterinya di pintu, dia langsung ingat dengan doanya beberapa minggu sebelumnya. Dia bertanya dalam hati apakah ini merupakan jawaban dari doanya itu? Tetapi selama beberapa hari dia menahan diri untuk tidak bertanya kepada puterinya itu. Begitupun puterinya tidak berkata apa-apa tentang jilbabnya. Suatu sore Greta melihat puterinya melakukan shalat. Dia menutup pintu saat puterinya sedang sujud agar tidak mengganggu puterinya itu. Dia sangat terkesan dengan peristiwa itu. "Bayangan putri saya berlutut dengan kepala di lantai sangat mengesankan saya. Dan lagi, saya bertanya-tanya apakah Tuhan telah mengirimnya sebagai jawaban atas doa saya," katanya. Pada suatu malam usai makan malam, Greta akhirnya memberanikan diri bertanya kepada putrinya perihal agamanya. Putrinya pada mulanya membantah dan mengatakan bahwa ia masih menganut agama sebelumnya yang sama seperti Greta. Mereka berbicara lama setelah itu. Saat itu, putrinya membawa Alquran dan buku catatannya, lalu menjelaskan semuanya kepadanya. Puterinya juga membahas soal Yesus dan Nabi Muhammad SAW. Greta hanya mendengarkan penjelasan putrinya. Terhanyut dalam penjelasan putrinya membuat air matanya terus mengalir. Greta merasa sangat yakin jika Tuhanlah yang telah mengirim putrinya kepadanya sebagai jawaban atas doa-doanya. Selama ini, Greta tak henti berdoa meminta agar Tuhan membimbingnya pada kebenaran. "Inilah kebenarannya. Saya sangat yakin. Ketika dia selesai menjelaskan penjelasannya, saya hanya memeluknya. Dan bertanya kepadanya: Mengapa tidak ada yang memberi tahu saya tentang ini sebelumnya?" Pada momen itulah, tepatnya di meja dapur rumahnya pada tengah malam, ia menerima kebenaran tentang Islam. Greta merasakan penyesalan, sebab di usia senja ia baru menemukan ajaran agama yang selama ini ia cari. Bagaimanapun, ia merasa begitu bersyukur karena Tuhan akhirnya menunjukannya pada kebenaran. "Saya harus mencapai usia tua untuk akhirnya menemukan kebenaran. Satu-satunya penyesalan yang saya miliki adalah tidak ada yang memberitahu saya tentang Islam sebelumnya. Tapi saya kira, ini juga bagian dari kebijaksanaan Tuhan dalam membimbing saya pada kebenaran," tambahnya. Dikutip dari Republika.co.id
0 Comments
Buletin Kaffah No. 146, 27 Syawal 1441 H-19 Juni 2020 M SEKULARISME-RADIKAL HANYA MENGHASILKAN ‘NEW ABNORMAL’ Salah satu isu konstroversial yang banyak menyita perhatian publik akhir-akhir ini adalah RUU-HIP (Haluan Ideologi Pancasila). Kelompok sekular-radikal dicurigai berada di balik usulan RUU-HIP ini. Mereka inilah—bukan HTI—yang terbukti ingin ‘mengubah’ Pancasila meski dengan sekadar ‘memeras’ Pancasila menjadi Trisila, bahkan Ekasila. Apalagi mereka tidak mau mencantumkan dalam RUU-HIP itu konsiderans TAP MPRS Nomor XXV/MPRS/1966 tentang Pembubaran Partai Komunis Indonesia, Larangan Penyebaran Paham atau Ajaran Komunisme/Marxisme-Leninisme. Melihat sejumlah pasalnya yang sangat radikal-sekular, jika RUU-HIP ini berhasil disahkan menjadi UU, boleh jadi UU tersebut akan makin mengokohkan sekularisme di negeri ini. Cita-cita umat Islam untuk diatur oleh syariah Islam pun akan makin sulit. Bahkan boleh jadi akan makin dimusuhi karena bakal dituding sebagai anti Pancasila. Kehidupan Normal Umat Islam Bagi kaum Muslim, kehidupan yang normal tentu adalah kehidupan yang diatur dengan syariah Islam. Sebabnya, Islam bukan sekadar agama spiritual dan moral belaka. Islam pun tak melulu berurusan dengan persoalan-persoalan transendental (keakhiratan) saja. Islam sekaligus merupakan ideologi/sistem kehidupan. Artinya, Islam mengatur pula urusan keduniaan (ekonomi, sosial, politik, pemerintahan, hukum, pendidikan, dsb). Karena itulah Allah SWT memerintah kita agar ber-Islam secara kaffah (total): يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian semuanya ke dalam Islam secara total, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh setan itu adalah musuh nyata kalian (TQS al-Baqarah [2]: 208). Menurut Imam al-Jazairi, dalam ayat ini Allah SWT menyeru para hamba-Nya yang Mukmin dengan memerintah mereka agar masuk Islam secara total. Tidak boleh memilah-milah dan memilih-milih syariah dan hukum-hukum-Nya. Dalam arti (tidak boleh) syariah yang sesuai dengan kepentingan dan hawa nafsu mereka, mereka terima dan mereka amalkan. Sebaliknya, syariah yang bertentangan dengan kepentingan dan hawa nafsu mereka, mereka tolak serta mereka tinggalkan dan campakkan (Al-Jazairi, Asyar at-Tafasir, 1/97). Dengan demikian normalnya kaum Muslim hidup diatur hanya oleh syariah Islam. Inilah kehidupan yang dijalani oleh umat Islam selama tidak kurang dari 14 abad. Terhitung sejak zaman Baginda Nabi Muhammad saw. (sejak beliau mendirikan Daulah Islamiyah) hingga era Kekhilafahan Islam (Khulafaur Rasyidin, Khilafah Umayah, Khilafah Abasiyah dan Khilafah Utsmaniyah). Baru setelah Khilafah Utsmaniyah diruntuhkan pada tahun 1924 oleh Mustafa Kamal Attaturk—seorang sekular-radikal—yang didukung oleh Inggris, kehidupan kaum Muslim diatur oleh hukum-hukum Barat sekular. Tidak lagi diatur oleh syariah Islam, kecuali dalam urusan privat seperti ibadah ritual, pernikahan dan waris. Kondisi abnormal bagi kaum Muslim ini terus berlangsung hingga hari ini. New-Abnormal Penerapan hukum-hukum Barat sekular atas kaum Muslim di seluruh dunia—yang menggantikan syariah Islam—tentu adalah kecelakaan sejarah. Setidaknya ada dua faktor penyebabnya. Pertama: Faktor internal, yakni kemunduran Khilafah Utsmaniyah hingga berakhir dengan keruntuhannya. Kedua: Faktor eksternal, yakni kebangkitan Barat—dengan Kapitalisme-sekularnya—yang dibarengi dengan nafsu penjajahannya atas dunia, khususnya Dunia Islam. Penjajahan Barat tak hanya bermotif ekonomi (menguras kekayaan negara-negara jajahan). Penjajahan Barat juga bertujuan politik, yakni penyebaran dan penerapan akidah sekularisme—dengan kapitalisme dan demokrasinya—atas dunia, khususnya Dunia Islam. Selebihnya, penjahahan Barat juga dimanfaatkan untuk memuluskan misi kristenisasi di negara-negara terjajah, khususnya di Dunia Islam. Karena itulah penjajahan Barat identik dengan gold, glory dan gospel. Sayang, ketidaknormalan (abnormalitas) kehidupan kaum Muslim yang telah berlangsung nyaris satu abad ini tak banyak disadari oleh umat Islam sendiri. Seolah-olah hidup di bawah naungan Kapitalisme global saat ini adalah normal. Seolah-olah kehidupan sekular—yang menihilkan peran agama (Islam) dalam mengatur kehidupan—bagi kaum Muslim saat ini adalah wajar. Seolah-olah kehidupan yang tidak diatur oleh syariah Islam saat ini bukan sesuatu yang abnormal. Padahal jelas, bagi kaum Muslim, kehidupan sekular saat ini—yang tidak diatur oleh syariah Islam secara kaffah—adalah kehidupan yang tidak normal. Karena itu jika pasca karantina, bahkan pasca Corona, kaum Muslim tetap berkutat dengan sekularisme—yakni tetap menerapkan sistem kapitalisme-demokrasi—maka mereka sesungguhnya sedang menuju ‘new-abnormal’ (ketidaknormalan baru). Pasalnya, kehidupan sekular pasca Corona akan jauh lebih buruk. Sebabnya, Kapitalisme global telah gagal. AS—sebagai kampiun negara kapitalis—adalah contoh terbaik dalam hal ini. Pandemi Corona (Covid-19) benar-benar menyingkap kebobrokan AS dengan Kapitalisme globalnya. Di bidang kesehatan, misalnya, hampir seperempat orang dewasa AS tidak memiliki akses tunjangan medis. AS pun tidak punya rencana komprehensif untuk menanggulangi Corona. Karena itu dikhawatirkan penyebaran virus Covid-19 pada musim gugur 2020 mendatang akan berakhir menjadi musim dingin tergelap sepanjang sejarah modern. Di bidang ekonomi, Gubernur Bank Sentral, Federal Reserve, Jerome Powell dan Menkeu Steven Mnuchin memberikan gambaran suram kehancuran ekonomi akibat pandemi. Di bidang sosial, pandemi ini juga kian menyingkap rasisme sistemik yang mendera AS. Untuk memenuhi kebutuhan hidup, 40 persen rumah tangga kulit hitam dan hampir 50 persen rumah tangga hispanik bermasalah dalam membayar tagihan dibandingkan dengan 21 persen rumah tangga kulit putih (Rand.org, 3/6/20). Ironisnya, saat mayoritas penduduk AS menghadapi masalah ekonomi, kelompok terkaya justru diuntungkan. Laporan Americans for Tax Fairness menyebutkan kekayaan bersih miliuner AS tumbuh 15% dalam dua bulan lockdown hingga bertambah US$434 miliar (setara Rp 6.500 triliun). Inilah kondisi abnormal yang dialami AS—juga umumnya negara-negara Barat—dengan Kapitalisme globalnya. Boleh jadi, pasca Corona, AS dan Eropa sesungguhnya sedang menuju ‘new-abnormal’. Bukan new-normal. ‘New-Abnormal’ ini sangat mungkin dialami oleh banyak negara di dunia. Termasuk negeri ini. Apalagi pasca Corona, banyak pengamat memprediksi bakal terjadi resesi global yang jauh lebih dahsyat dibandingkan dengan berbagai krisis yang pernah dialami dunia sebelumnya. Tentu selama dunia tetap ada di bawah ideologi sekular, yakni Kapitalisme global, sebagaimana saat ini. Kembali ke Ideologi Islam Ideologi (Arab: mabda') dapat didefinisikan sebagai keyakinan rasional (yang bersifat mendasar, pen.) yang melahirkan sistem atau seperangkat peraturan tentang kehidupan (An-Nabhani, 1953: 22). Menurut Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, hanya ada tiga di dunia ini yang layak disebut sebagai ideologi: Islam, Kapitalisme dan Sosialisme-Komunisme. Sosialisme-Komunisme adalah ideologi yang didasarkan pada akidah materialisme. Materialisme memandang alam semesta, manusia dan kehidupan merupakan materi belaka. Materi ini mengalami evolusi dengan sendirinya secara subtansial. Karena itu tak ada Pencipta (Khalik) dan yang dicipta (makhluk) (Ghanim Abduh, 2003: 3). Oleh karena itu, penganut akidah materialisme pada dasarnya ateis (mengingkari Tuhan). Bahkan penganut ideologi Sosialisme-Komunisme—yang lahir dari akidah materialisme ini—memandang keyakinan terhadap Tuhan (agama) berbahaya bagi kehidupan. Dalam bahasa Lenin (1870-1924), keyakinan terhadap agama adalah "candu" masyarakat dan "minuman keras" spiritual. Itulah mengapa para penganut ideologi Komunisme sangat memusuhi agama. Karena itu jika hari ini ada sekelompok orang yang selalu memusuhi agama (Islam) boleh jadi mereka sudah terasuki oleh paham komunis. Berikutnya ideologi Kapitalisme. Dasarnya adalah akidah sekularisme. Sekularisme adalah paham yang mengakui eksistensi Tuhan, tetapi tidak otoritas-Nya untuk mengatur kehidupan manusia. Artinya, sekularisme mengakui keberadaan agama, tetapi tidak otoritasnya untuk mengatur kehidupan manusia. Yang punya otoritas untuk mengatur manusia adalah manusia sendiri. Secara historis, sekularisme adalah "jalan tengah" yang lahir di Eropa pasca Revolusi Industri di Inggris dan Revolusi Prancis pada akhir abad ke-18. Dari sekularisme inilah lahir ideologi Kapitalisme yang diterapkan di Eropa, lalu AS. Melalui imperalisme Barat, Kapitalisme kemudian dipaksakan untuk diterapkan di berbagai negara di dunia, termasuk negeri ini. Adapun ideologi Islam dasarnya adalah akidah Islam. Akidah Islam meyakini keberadaan Tuhan (Allah SWT) sekaligus mengakui bahwa Dialah satu-satunya yang memiliki otoritas untuk mengatur kehidupan manusia dengan syariah-Nya (QS al-An’am [6]: 57). Manusia hanya sekadar pelaksananya saja. Alhasil, dunia yang normal sesungguhnya adalah dunia yang diatur hanya oleh syariah Islam. Karena itu bagi kaum Muslim, new-normal adalah saat mereka kembali ke pangkuan ideologi Islam, yakni saat mereka kembali menerapkan syariah Islam secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan. Bukan malah mempertahankan sekularisme. Apalagi sekularisme-radikal yang pasti hanya menghasilkan kehidupan ‘new-abnormal’. Hikmah: Allah SWT berfirman: أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ Apakah hukum Jahiliah yang kalian kehendaki? Siapakah yang lebih baik hukumnya daripada (hukum) Allah bagi kaum yang yakin? (QS al-Maidah [5]: 50). Video yg bagus tentang pertemuan dua lautan yg tak pernah menyatu, adalah bukti yang nyata kebenaran firman Allah Swt dlm surat Ar-Rahman ayat 19,20 & 21 dan Surat Al Furqon ayat 53. Surat Ar-Rahman ayat 19, 20, dan 21 berbunyi: “Dia membiarkan dua lautan mengalir yg keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yg tidak dilampaui masing-masing. Maka nikmat Tuhan kamu manakah yg kamu dustakan?" (Q.S. Ar-Rahman:19-21) "Dan Dialah yg membiarkan 2 laut yg mengalir (berdampingan); yg ini tawar lagi segar & yg lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yg menghalangi" (QS. 25:53) Inilah video tersebut, yg memperlihatkan aliran dua lautan yg tidak pernah bercampur, seolah-olah ada sekat atau dinding yg memisahkannya. Masya Allah, Maha Besar Allah Yang Maha Agung. Ternyata air laut yg tdk bercampur itu benar-benar ada. Dua lautan yg tidak bercampur itu terletak di Selat Gibraltar, selat yg memisahkan benua Afrika & Eropa, tepatnya antara negera Moroko & Spanyol. Semoga bermanfaat untuk bahan tadabbur AlQur'an. URS Business Notes, Senin, 22 Juni 2020 Tulisan kali ini saya menyertakan foto outlet pertama Indomaret pada tahun 1988. Konon ini foto outlet pertama Indomaret. Sangat sederhana. Jika kita cukup dewasa di tahun itu, lalu menatap outlet ini, nampaknya kita tidak akan menyangka bahwa suatu saat perusahaan ini akan mencetak penjualan puluhan triliun per tahun. Dari foto ini saya belajar tentang skala. Bahwa setiap perusahaan pasti dibangun dalam ukuran yang sangat kecil, namun kemudian ada yang membesar dan ada yang tetap kecil walaupun meniti lini waktu yang sama. Perbedaan itu terletak pada keputusan skala hidup. Berapa besar ukuran yang ingin ditempuh? Berapa besar pengorbanan kerja keras yang ingin diberikan? Berapa luas ukuran manfaat yang ingin diciptakan bagi sesama? Keputusan skala inilah yang membuat perbedaan dari satu entitas satu dengan entitas yang lain. Keputusan skala ini jualah menentukan pencapaian hidup seseorang. *** Keadaan bangsa Arab sebelum kehadiran Nabiullah Muhammad ﷺ adalah sebuah bangsa yang tidak dipandang. Terdiri dari kabilah-kabilah yang terpisah. Beberapa suku bahkan berperilaku nomad. Gemar berselisih orang satu sama lain. Jauh dari kondisi bangsa yang solid. Bukti dari keadaan yang underdog ini adalah tidak hadirnya Imperium Romawi dan Imperium Persia pada wilayah ini. Jazirah Arab sekitaran Mekkah dan Madinah adalah wilayah yang tak menarik untuk ditaklukan, dianggap tidak mengancam dan jadi bahan olok-olokan. Itulah skala dari bangsa Arab sebelum kehadiran nilai Islam. Kepemimpinan Ummat emerging di jazirah. Nabiullah Muhammad ﷺ memimpin perubahan skala berfikir dari yang semula bangsa rendahan menuju bangsa besar. Tak banyak yang membahasnya, bahwa sebenarnya nilai-nilai pada Al Quran adalah nilai-nilai tentang pembesaran skala hidup. Kalianlah ummat terbaik yang keluar dari tubuh ummat, Manusia diciptakan dengan sebaik-baik penciptaan, akan ditaklukkan untuk kalian timur dan barat adalah narasi Al Quran yang disemai di hati kaum muslimin. Sewaktu masih berada di Mekkah, turun Surah Ar Ruum. Awal surah ini menceritakan tentang forecasting perang peradaban antara Persia dan Romawi. Secara gamblang, Allah ﷻ telah memberikan wawasan geopolitik di fikiran kaum muslimin. Gagasan tentang Romawi dan Persia ini dimasukkan kedalam kepala Kaum Muslimin. Sedari awal pondasi Aqidah ditanamkan di Mekkah, Islam menanamkan pembesaran skala pada fikiran kaum muslimin. Persia dan Romawi masuk dalam pembahasan kaum muslimin. Sejak kaum muslimin jumlahnya masih dibawah 300 orang. Dimulai di fasa makiyyah. Bahasan tentang imperium ini sudah ada di kepala para Sahabat Rasul yang mulia. Maka tak heran di zaman Kekhalifaham Umar Ibn Khottob, kedua Imperium itu relatif sudah terpukul mundur oleh kekuatan kaum Muslimin. Lebih luas lagi saat zaman Dinasti Muawiyyah. Lebih luas lagi. Ini ibarat UMKM negeri yang akuisi perusahaan TOP Fortune dunia. From Zero to Hero. Terjadi. Dari mana mulainya : keputusan besaran skala ! *** Setiap kita berhak memilih skala hidup yang akan ditempuh. Apakah hanya sekedar menyelamatkan keluarga inti agar tak hidup susah, atau ingin menghadirkan kesejahteraan dalam skala besar, ini tentang skala. Setiap kita juga berhak memilih, mau bangun Yayasan saja untuk memberi makan sepuluh dua puluh ribu orang, atau mau kelola negara agar bisa memberi makan ratusan juta orang. Setiap kita bisa memilih, mau hidup mikirin diri sendiri saja sampai matinya raga, atau ingin hidup luas manfaat untuk banyak orang. Keputusan skala ini akan menentukan pencapaian saudara sekalian. Termasuk didalamnya pencapaian bisnis. Selamat memutuskan. URS Zaman Ketika PKI Berkuasa Oleh: HAMKA Mari kita segarkan kembali ingatan kita, bahwa menegakkan kebenaran itu selalu penuh tantangan. Belum tentu yang tampak diikuti secara gegap gempita dengan segala kebesarannya adalah hal yang benar. Ulama sejati tidak boleh mundur menyuarakan kebenaran sekalipun kesesatan tampak bagai gelombang besar di hadapannya. Pada tanggal 17 Agustus 1958, dengan suara yang gegap gempita, Presiden Soekarno telah mencela dengan sangat keras Muktamar (Konferensi) para Alim Ulama Indonesia yang berlangsung di Palembang tahun 1957. Berteriaklah Presiden bahwa konferensi itu adalah “komunis phobia” dan suatu perbuatan yang amoral. Pidato yang berapi-api itu disambut dengan gemuruh oleh massa yang mendengarkan, terdiri dari Parpol dan Ormas yang menyebut dirinya revolusioner dan tidak terkena penyakit komunis phobia. Sebagaimana biasa pidato itu kemudian dijadikan sebagai bagian dari ajaran-ajaran Pemimpin Besar Revolusi, semua golongan berbondong-bondong menyatakan mendukung pidato itu tanpa reserve (tanpa syarat). Malanglah nasib Alim-Ulama yang berkonferensi di Palembang itu, karena dianggap sebagai orang-orang yang kontra revolusi, bagai telah tercoreng arang. “Nasibnya telah tercoreng di dahinya”, demikian peringatan Presiden. Banyak orang yang tidak tahu apa gerangan yang dihasilkan oleh Alim-Ulama yang berkonferensi itu, karena disebabkan kurangnya publikasi (atau tidak ada yang berani) yang mendukung konferensi Alim-Ulama itu, publikasi-publikasi pembela Soekarno dan surat-surat kabar komunis telah mencaci maki Alim-Ulama kita. Ulama sejati tidak boleh mundur menyuarakan kebenaran sekalipun kesesatan tampak bagai gelombang besar di hadapannya. Perlulah kiranya resolusi Muktamar Alim-Ulama ini kita siarkan kembali agar menyegarkan ingatan umat Islam dan membandingkannya dengan Keputusan Sidang MPRS ke IV yang berlangsung bulan Juli 1966 lalu. Muktamar yang berlangsung pada tanggal 8 – 11 September 1957 di Palembang telah memutuskan bahwa : Ideologi-ajaran komunisme adalah kufur hukumnya dan haram bagi umat Islam menganutnya. Bagi orang yang menganut ideologi-ajaran komunisme dengan keyakinan dan kesadaran, kafirlah dia dan tidak sah menikah dan menikahkan orang Islam, tiada pusaka mempusakai dan haram jenazahnya diselenggarakan (tata-cara pengurusan) secara Islam. Bagi orang yang memasuki organisasi atau partai-partai berideologi komunisme, PKI, SOBSI (Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia), Pemuda Rakyat dan lain-lain dengan keyakinan dan kesadaran, sesatlah dia dan wajib bagi umat Islam menyeru mereka meninggalkan organisasi dan partai tersebut. Demikian bunyi resolusi yang diputuskan oleh Muktamar Alim-Ulama Seluruh Indonesia di Palembang itu. Resolusi yang ditandatangani oleh Ketua K.H. M. Isa Anshary dan Sekretaris Ghazali Hassan. Karena resolusi yang demikian itulah para ulama kita yang bermuktamar itu dikatakan oleh Presidennya sebagai amoral (tidak bermoral /kurangajar). Akibat dari keputusan Muktamar tersebut, Alim-Ulama kita yang sejati langsung dituduh sebagai orang-orang tidak bermoral, komunis phobia, musuh revolusi dan sebagainya. Maka K.H. M. Isa Anshary sebagai ketua yang menandatangani resolusi itu pada tahun 1962 dipenjarakan tanpa proses pengadilan selama kurang lebih empat tahun. Dan banyak lagi Alim-Ulama yang terpaksa menderita di balik jeruji besi karena dianggap kontra revolusi. Terbengkalai nasib keluarga, habis segala harta-benda bahkan banyak di antara mereka memiliki anak yang masih kecil-kecil. Semua itu tidak menjadi pikiran Soekarno. Di samping itu, ada “ulama” lain yang karena berbagai sebab memilih tunduk tanpa reserve pada Soekarno dengan ajaran-ajaran yang penuh maksiat itu, bermesra-mesra dengan komunis di bawah panji Nasakom. Bertahun lamanya masa kemesraan dengan komunis itu berlangsung di negara kita, dalam indoktrinasi, pidato-pidato Nasakom dipuji-puji sebagai ajaran paling tinggi di dunia. Dan ulama yang dipandang kontra revolusi yang telah memutuskan komunis sebagai paham kafir yang harus diperangi, dihina dalam setiap pidato dan dalam setiap tulisan. Meskipun sang ulama sudah meringkuk dalam tahanan, namun namanya tetap terus dicela sebagai orang paling jahat karena anti Soekarno dan anti komunis. Nasehat dan fatwa ulama yang didasarkan kepada ajaran-ajaran Al-Qur’an, dikalahkan dengan ajaran-ajaran Soekarno melalui kekerasan ala komunis. Rupanya Allah hendak memberi dulu cobaan bagi rakyat Indonesia. Kejahatan komunis akhirnya terbukti dengan Gestapu-nya. Allah mencoba dulu rakyat Indonesia sebelum Dia membuktikan kebenaran apa yang dikatakan oleh Alim-Ulama itu hampir sepuluh tahun lalu. Watak ulama adalah sabar dalam penderitaan dan bersyukur dalam kemenangan Sidang MPRS ke IV pun telah mengambil keputusan mengenai komunis dan ajaran-ajarannya sebagai berikut: “Setiap kegiatan di Indonesia untuk menyebarkan atau mengembangkan paham atau ajaran Komunisme /Marxisme / Leninisme dalam segala bentuk dan manifestasinya, dan penggunaan segala macam aparatur serta media bagi penyebaran atau pengembangan paham atau ajaran tersebut adalah DILARANG”. Dengan keputusan MPRS tersebut, apa yang mau dikata tentang Alim-Ulama kita yang dulu dikatakan amoral oleh Soekarno? Insya Allah para Alim-Ulama kita dapat melupakan semua penghinaan dan penderitaan yang dilemparkan kepada mereka. Dan sebagai ulama mereka tidak akan pernah bimbang walau perjuangan menegakkan kebenaran dan keadilan itu pasti akan beroleh ujian yang berat dari Tuhan. Watak ulama adalah sabar dalam penderitaan dan bersyukur dalam kemenangan. Ulama yang berani itu telah menyadarkan dirinya sendiri bahwa mereka itu adalah ahli waris para Nabi. Nabi-nabi banyak yang dibuang dari negeri kelahirannya atau seperti yg dialami Nabi Ibrahim A.S. yang dipanggang dalam api unggun yang besar bernyala-nyala, seperti Nabi Zakariya A.S. yang gugur karena digergaji dan lain-lain Nabi utusan Allah. Hargailah putusan Muktamar Alim-Ulama di Palembang itu, karena akhirnya kita semua telah membenarkannya. Bersyukurlah kita kepada Tuhan bahwa pelajaran ini dapat kita petik bukan dari menggali perbendaharaan ulama-ulama lama, namun hanya dari peristiwa sejarah yang lalu. Cerita HAMKA ini dipublikasikan oleh Majalah Panji Mas dari 1967 – 1981, terbitan Pustaka Panji Mas hal. 319 Telah dirilis kembali oleh Islam Media Dampak dari pandemi Covid-19 luar biasa dan unik dalam sejarah umat manusia dari masa ke masa. Dalam segala hal selalu ada dua sisi dampak dari sebuah peristiwa, begitupun pandemi Covid-19 ini. Diterapkannya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di seluruh Indonesia ternyata berlanjut sampai selesai Ramadhan 1441 H. Akibatnya MUI mengeluarkan fatwa agar umat Islam di Indonesia melaksanakan Shalat Iedul Fitri di rumah masing-masing. Banyak kepala keluarga yang terpaksa memberanikan diri menjadi khatib shalat Iedul Fitri termasuk saya. Akhirnya sayapun mempelajari apa syarat-syarat pelaksanaan shalat Iedul Fitri dan khutbahnya kemudian mulai menyusun materi khutbah. Hasilnya saya kutipkan di bawah ini dengan harapan bisa menjadi kenangan abadi bagi saya dan siapa tahu juga bermanfaat bagi pembaca yang budiman. Khutbah Iedul Fitri, 25 Mei 2020 اَلْحَمْدُ لِله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا،مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَاللهِ: اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ: يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ الله اكبر, الله اكبر, الله اكبر ولله Alhamdulillahi robbil áalamiin, nahmaduhu wa nastaíinuhu, wa nastaghfiruhu, wa natuubu ilaihi. Wa naúuzhu billaahi min syuruuri anfusinaa wa sayyiaati a’maalinaa. Mayyahdillahu falaa mudhilla lahu, wa mayyudhlil falaa haa diya lahu. Asyhadu allaa ilaaha illa Allah wahdahu laa syariika lahu, wa asyhadu anna muhammadan ábduhu wa rasuu luhu, wassholaatu wassalaamu ála nabiyyinaa muhammadin wa ála aalihi wa ashhaa bihi, wa man tabiáhu ila you middiin, ammaa ba’du: Fayaa íbaada Allah: Uu shiikum wa nafsii bitaqwa Allahi wa thoo átihi laállakum tuflihuun. Qoola Allahu taáala fiil quraanul kariim: Yaa ayyuhallaziina aamanuu, ittaqullaha haqqo tuqootihi, wa laa tamuu tuna illaa wa antum muslimuun. Allahu akbar 3 x walillaahilhamd.
Segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam, Yang Maha Kuasa serta Maha Berkehendak. Kita bersyukur bahwa Allah telah mengijinkan kita untuk menyelesaikan ibadah Ramadhan dan merayakan Iedul Fitri pada hari ini dalam keadaan sehat sejahtera. Kitapun bersyukur sampai hari ini Allah menghindarkan kita dari penyakit covid-19 dan Allah telah memberi kesempatan berharga kepada kita untuk berkumpul bersama keluarga dan bisa menegakkan dakwah Islam di rumah ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW yang berkat perjuangannya kita bisa menerima petunjuk yang lurus untuk membersihkan diri dan mendekatkan diri kepada Allah Swt, Tuhan Pencipta kita. Allahu Akbar 3x Allahu Akbar Kabiiro, walhamdulillahi katsiiro, wasubhaanallahi bukrataw wa asiila Hadirin Rahimakumullah, sesungguhnya Allah Swt dengan sifat Maha Pengasih Nya selalu memberi peringatan kepada setiap diri kita sepanjang hidup kita agar kita kembali kepada Nya. Saat kita saat berusia 3 bulan di dalam kandungan ibu, Allah Swt menginformasikan kepada kita di dalam surah Al A’raf ayat 172 bahwa Dia telah mengambil kesaksian terhadap jiwa kita: “Bukankah Aku ini Tuhanmu?”. Kitapun ketika itu menjawab: “Betul, kami menjadi saksi”. Selanjutnya di dalam Surat Az Zumar ayat 49 Allah mengingatkan tentang ujian yang diberikan kepada kita berupa bahaya dan nikmat di mana ketika kita ditimpa bahaya kita berdoa kepada Nya dengan sepenuh hati, tetapi kemudian ketika mendapat nikmat kita mengatakan bahwa nikmat itu datang semata karena kepintaran kita. Kita lupa bahwa Allahlah yang mendatangkan bahaya dan nikmat sebagai ujian bagi kita. Dalam Surat Al Isra’ ayat 82 Allah mengingatkan bagaimana kebiasaan manusia pada umumnya ketika mendapat kesenangan dan kesusahan: “Dan apabila Kami berikan kesenangan kepada manusia niscaya berpalinglah dia; dan membelakang dengan sikap yang sombong; dan apabila dia ditimpa kesusahan niscaya dia berputus asa”. Allah mengingatkan kita agar dalam menerima nikmat kita harus tetap ingat, tunduk dan patuh kepada Allah Swt, begitupun ketika menerima musibah agar tetap sabar dan selalu berbaiksangka kepada Nya. Pada kesempatan ini marilah kita sama-sama bermuhasabah merenungkan kembali segala musibah dan nikmat yang pernah kita peroleh. Kita pertanyakan kepada diri kita masing-masing, sudahkah itu semua membuat kita semakin yakin betapa Allah Swt selalu ada sangat dekat dan selalu bersama kita dalam setiap gerak langkah dan tindakan kita. Sudahkah itu semua membuat kita semakin merasa tergantung kepada Nya? Sudahkah setiap masalah ataupun keberuntungan yang kita alami semakin membuat kita merasa dekat kepada Allah Swt, membuat kita semakin bersemangat menjalankan perintah Nya dan semakin takut mengerjakan segala yang dilarang Nya. Betapa banyak peristiwa yang terlewatkan begitu saja tanpa sempat kita renungkan hikmah dibalik peristiwa itu. Padahal kita tahu bahwa sesungguhnya tidak ada peristiwa apapun yang terjadi dengan sendirinya secara kebetulan. Allah tidak menciptakan alam semesta ini secara sia-sia dan main-main. Segalanya sarat dengan makna yang semestinya bisa membawa hati dan pikiran kita kepada Keagungan Allah Swt. Segala yang kita alami baik berupa nikmat maupun kesusahan sejatinya adalah sebagai pengingat dari Allah Swt agar kita kembali kepada jalan yang telah ditetapkan Nya sehingga selamatlah kita menjalani hidup di dunia dan selamat pula kelak hidup kita di akhirat. Semestinya setiap rumah tangga menjadikan kehidupan yang layak di akhirat sebagai tujuan bersama. Membangun rumah di surga, berkumpul bersama seluruh anggota keluarga di surga, saling bernostalgia bercengkerama di surga hendaknya menjadi cita-cita kita bersama. Oleh karenanya kita perlu untuk saling menyemangati agar selalu dalam ketaatan kepada Allah Swt tanpa merasa kecil hati ketika diingatkan. Saling mendukung dalam berakidah dengan benar, mencintai Allah Swt dan Rasullullah Muhammad SAW, menegakkan shalat wajib dan sunat, berpuasa Ramadhan dan puasa sunat, menunaikan zakat, berinfaq, bersedekah, serta menunaikan ibadah haji. Alangkah indahnya kalau kita sekeluarga menjadikan akhirat sebagai tujuan dan prioritas utama dalam kita beraktifitas sehari-hari. Hari demi hari kita jalani dengan mensyukuri nikmat hidup, nikmat Islam dan nikmat iman. Tanda bahwa kita sudah menyukuri hidup dengan baik adalah dilepaskannya lisan kita oleh Allah Swt dari berkeluh kesah. Semoga kita termasuk kelompok hamba-hamba Allah yang senantiasa bersyukur dan dalam bimbingan, petunjuk dan hidayah Allah Swt. Aamiin, yaa Robbal áalamiin. Duduk di antara dua Khotbah Khotbah kedua Alhamdulillahi robbil ‘aalamiin, was shalaatu was salaamu ‘alaa ashrofil ambya’i wal mursaliin Muhammadin SAW. Allahumma sholli alaa Muhammad wa alaa aalii Muhammad. Wa ammaa man khoofa maqooma robbihii wa nahan nafsa ‘anil hawaa. Fa innal jannata hiyal ma’waa. “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. Maka sesungguhnya surgalah tempat tinggalnya.” Fa yaa ‘ibaadallaah. Uu shiikum wa nafsii bitaqwaAllahi wa thoo‘atihi la’allakum tuflihuun. Jamaáh Iedul Fitri yang berbahagia, Marilah kita senantiasa bertaqwa kepada Allah Swt agar kita mendapatkan keberuntungan hidup di dunia dan di akhirat kelak. Allahumma sholli álaa Muhammad wa álaa aalii Muhammad. Allahummaghfirlanaa wali walidaynaa warhamhumaa kamaa robbayaana shighooro. Ya Allah, Tuhan yang Maha Mulia. Anugerahkanlah kami kecerdasan dalam berpikir, kesungguhan dalam berkarya, keikhlasan dalam bekerja dan kemudahan dalam segala urusan kami. Yaa Allah, di hari yang mulia ini kami mohon ampunan dari Mu atas segala dosa dan kesalahan kami. Kami mohon pula ampunan Mu untuk kedua orangtua kami, guru-guru kami, muslimin dan muslimat. Yaa Allah, anugerahkanlah kami kesehatan, kesejahteraan, ketenteraman, rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rohmah, anugerahkanlah kami anak-anak dan keturunan yang menyenangkan hati kami, dan masukkanlah kami semua dalam golongan hamba-hamba Mu yang bertaqwa. Yaa Allah, hindarkanlah kami dari sifat berkeluh-kesah, jauhkanlah kami dari sikap sombong dan berpaling ketika mendapatkan nikmat dari Mu. Yaa Allah, anugerahkanlah kami sifat sabar dan keikhlasan ketika menerima musibah maupun ketika mendapat ujian dari Mu sehingga kami mampu untuk senantiasa berbaiksangka atas apapun yang Engkau tetapkan bagi kami. Ya Allah Tuhan yang Maha Mengetahui serta Maha Pengampun. Engkau Maha Mengetahui, terhadap kelemahan-kelemahan kami, terhadap kekurangan-kekurangan kami. Kepada-Mulah kami menyembah, kepada-Mulah kami memohon ampunan dan hanya kepada-Mulah kami memohon pertolongan. Kabulkanlah doa dan permohonan kami. Amiin Yaa Robbal’aalamiin Subhaana Robbika Robbil ízzatii ámmaa yashifuun. Wassalamu álal mursaliin. Walhamdulillahi robbil aalamiin. Allahu Akbar 3x Walillaa ilham Billahittaufik wal hidaayah. Wassalamuálaaim warohmatullahi wa barokaatuh. Iedul Fitri 1441 H 25 Mei 2020 Helfia Nil Chalis |
ISLAM
Cari artikel? Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini. Kebenaran Quran dan Ajaran IslamMenyampaikan bukti-bukti kebenaran Quran dan ajaran Islam melalui tulisan dan pengakuan ahli ilmu pengetahuan dunia yang diambil dari berbagai sumber.
Archives
July 2024
Categories
All
kirim pesan [email protected]
|