Ada kota kecil di Mesir bernama Tafahna Al Asyraf di Provinsi Daqahliyah. Kota yang sunyi dan akses ke mana pun terbilang sulit. Satu pemuda berasal dari kota itu bernama Sholah Athiyah. Dosennya di Universitas Al-Azhar Syekh Dr. Mustafa Dasuki Kasbah bahkan mengatakan ketika kuliah Sholah hanya mempunyai satu celana panjang.
Setelah lulus dan menjadi insinyur, Sholah mengajak 9 kawannya sesama lulusan fakultas pertanian untuk berbisnis bersama. Mereka pun membuat bisnis peternakan unggas. Namun selayaknya bisnis, ada yang tidak berjalan begitu baik, salah satu benturannya adalah modal. Mereka pun mengumpulkan modal dari penjualan tanah, perhiasan istri-istrinya, sampai meminjam agar bisnis berjalan. Bersamaan itu juga mereka mencari mitra ke-10 agar bisnisnya mampu berjalan. Satu kali Sholah menuntaskan pertanyaan teman-temannya tentang mitra ke-10 tersebut. “Aku sudah menemukannya,” katanya. Rasa penasaran pun menghampiri, ”Siapa?” tanya mereka. “Allah,” jawab Sholah singkat. “Allah akan menjadi mitra usaha kita yang ke-10. Allah akan mendapat 10% dari usaha kita. Dengan perjanjian, Allah yang akan memberikan perlindungan dan pemeliharaan, keamanan dari segala wabah penyakit,” lanjutnya. Saking seriusnya mereka dengan perjanjian tersebut, mereka bahkan menuliskan perjanjiannya dan diserahkan kepada notaris, lengkap dengan peran-peran dari Sang Mitra ke-10. Dan Sang Mitra Terbaik tak pernah ingkar pada janjinya. Dalam satu musim, bisnis itu pun meroket. Sejalan dengan pesatnya bisnis, keuntungan Sang Mitra terus dinaikkan dari 20% sampai 50%. Pembagian hasil itu bermuara kepada pembangunan sekolah dari SD hingga SMA untuk putra dan putri. Tapi keuntungan terus bertambah hingga akhirnya tebesit sebuah ide untuk membangun universitas di sana, sebuah perkampungan kecil. Tak tanggung, demi membangun sebuah universitas yang mudah diakses, mereka juga membangun universitas itu lengkap dengan jalur kereta yang gratis bagi mahasiswa. Asrama putri berkapasitas 600 orang dan asrama putra berkapasitas 1.000 orang serta rumah sakit berdiri di dekat kampus dengan 5 fakultas itu. Universitas Al-Azhar Tafahna namanya. “Sekarang banyak mahasiswa Indonesia yang di sana, di Universitas Al-Azhar daerah Tafahna. Anak saya yang kedua itu pernah merasakan wakaf dari rumah sakit wakaf ini. Dari kehamilan sampai kelahiran itu gratis. Ini sinergi antara wakaf dan zakat untuk pembiayaannya. Kami dapat surat pengantar dari rumah sakit itu untuk scan. Kami kira scan-nya di rumah sakit yang lain, tetapi ternyata di basement sebuah masjid. Alat-alatnya sangat canggih dan di depannya ada tulisan, ’Kepada para pengunjung kami beritahukan alat-alat ini dibiayai dari zakat, mohon kepada yang tidak berhak menerimanya tidak menggunakan fasilitas ini’,” cerita Dr. Ahmad Jalaludin, Lc. MA, Pakar Ekonomi Syariah saat masih berkuliah S2 di Mesir. Menurutnya, rumah sakit tersebut merupakan salah satu contoh bagaimana wakaf tidak hanya menjadi penopang fasilitas ibadah seperti masjid, tetapi juga hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat secara umum. Ia berharap hal ini bisa dikembangkan oleh sinergi antara lembaga-lembaga wakaf di Indonesia. Ustaz Jalaludin sedang menjelaskan kisah wakaf Sholah Athiyah. “Perlu mengembangkan dari perlombaan kebaikan mencari wakaf, kepada pola bersinergi, bekerja sama di dalam mengembangkan wakaf. Dari fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan) kepada at ta’awun ‘ala al-birri wa taqwa (saling membantu di atas kebaikan dan ketakwaan). Ada yang besar, ada yang kecil, ada yang punya potensi skill, ada yang punya potensi finansial, ada yang punya potensi jaringan. Inilah yang kemudian bersinergi dan bekerja sama,” ungkap Ustaz Jalaludin di sela helatan Waqf Business Forum yang diselenggarakan oleh Global Wakaf – ACT di Malang, Ahad (22/11) lalu. Harapannya tentu agar wakaf berkembang seperti yang dilakukan Sholah Athiyah. Akhirnya 100% usaha tersebut diberikan Sholah kepada Allah. Manfaat wakaf masuk ke kehidupan masyarakat mulai dari bantuan pangan, membuka lapangan pekerjaan di aset-asetnya, menyediakan hidangan buka puasa, hingga memberikan perabotan bagi perempuan yatim yang hendak menikah. Masyarakat begitu mencintai Sholah Athiyah karena kepeduliannya. Konon menurut Ustaz Jalaludin, ketika ia wafat pada 2016 lalu, bahkan ada sekitar 500.000 orang dari kampung tersebut yang mengantar kepulangannya.
0 Comments
Dikutip dari Republika.co.id tulisan dari Wilda Fizriyani.
Agus Sunyoto mencatat adanya peristiwa yang luput dari catatan sejarah, yaitu peristiwa hijrahnya para pengikut Pangeran Diponegoro setelah Diponegoro ditangkap Belanda. ''Ratusan ribu pengikut Diponegoro, sebagian besar adalah ulama pesantren dan guru tarekat, meninggalkan pusat kekuasaan kemudian menyebar di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa,'' ujar Agus, dari Padepokan Dakwah Kalijaga. Mereka kemudian mendirikan pesantren-pesantren dan meneruskan perlawanan secara pasif kepada Belanda. Perlawanan yang disebut Sunyoto sebagai perlawanan pasif yang masif itu dilakukan dengan cara perang opini lewat penciptaan cerita tutur, tembang, si'iran, tafsir agama, ramalan, dan sebagainya. Perang opini ini ditujukan untuk memunculkan sikap benci terhadap Belanda. Makin menguatnya perlawanan lewat lisan ini mendorong Belanda mengutus jaksa di Kediri untuk menyusun sejarah Kediri. Tugas itu diberikan dua tahun setelah Diponegoro ditangkap. Jaksa Mas Ngabehi Poerbawidjaja lantas meminta bantuan dalang wayang krucil Ki Dhermakonda. Namun. Ki Dhermakonda mengaku tak mengetahui secara pasti sejarah Kediri sehingga ia meminta bantuan jin bernama Buto Locaya. Untuk mendengarkan cerita Buto Locaya, diperlukan tubuh yang bisa dirasuki, yaitu tubuh Ki Sondong. Jadilah Babad Kediri. ''Maka isi sejarah versi jin itu adalah pendiskreditan terhadap ajaran Islam, terutama menyangkut para penyebar Islam,'' ujar Agus. Tokoh Islam yang didiskreditkan adalah Sunan Bonang dan Sunan Giri. Dua wali ini digambarkan berdakwah dengan jalan intoleransi. Penginjil Ki Tunggul Wulung lantas mengadaptasi Babad Kediri dalam bukunya, Serat Darmogandul. Tunggul Wulung yang berguru pada Jellesma, di kemudian hari menjadi guru Kiai Sadrach. Inilah sastra dekaden yang memunculkan konflik sosial. Setelah Darmogandul kemudian muncul Serat Gatoloco. Gatoloco dipakai untuk menyerang ulama pengikut Diponegoro. Tunggul Wulung menampilkan debat fiktif antara Gatoloco dan Kiai Kasan Besari, pendiri Pesantren Tegalsari, Ponorogo. Kiai Kasan Besari ditampilkan sebagai sosok yang tak berkutik dalam debat tentang Islam itu. Selaku santri Kiai Kasan Besari, RNg Ronggowarsito tahu bagaimana Darmogandul dan Gatoloco dibuat. Karena itu, ia mendatangi Tunggul Wulung dan meminta kepadanya agar mau menerima dirinya sebagai muridnya. Namun, Tunggul Wulung menolaknya. Usaha mendegradasi nilai-nilai Islam oleh Belanda tak berhenti di situ. Serat Syekh Siti Jenar juga dibuat untuk memecah umat Islam. Di serat itu dikisahkan Syekh Siti Jenar dibunuh oleh Sunan Kalijaga. ''Padahal, dalam tradisi lisan di kalangan pengikut Syekh Siti Jenar yang diwariskan turun-temurun dalam tarikat Akmaliyah, tokoh Syekh Siti Jenar dikisahkan tidak dibunuh oleh Wali Songo, melainkan wafat dengan cara selayaknya orang meninggal,'' jelas Agus. Sebagian ahli sejarah menilai isi dari Babad Kediri merupakan tindakan pendiskreditan terhadap ajaran Islam. Terutama, ungkap Agus, menyangkut para penyebar Islam seperti Sunan Giri dan Sunan Bonang. Di babad ini, kedua sunan tersebut digambarkan telah melakukan tindakan-tindakan intoleran dan merusak tatanan dalam berdakwah menyebarkan Islam. Selain Babad Kediri, adapula sebuah karya sastra yang diberi judul Serat Darmogandul yang berbahasa Jawa. Pada sastra ini, penulis karya ini telah menampilkan kata dan kalimat sarkastis dan bernuansa porno dengan memasukkan istilah-istilah Belanda. Agus juga mencurigai munculnya catatan tentang penemuan kronik Cina di Kelenteng Sam Po Kong, Semarang, sebagai upaya pengaburan sejarah Islam. Kronik yang ditemukan—dinyatakan ada tiga cikar—menyebut para wali berasal dari Cina, yang ditugasi untuk menjatuhkan Majapahit. Kronik yang dinyatakan dibawa Residen Poortman itu dianggap Agus sebagai cerita fiktif. ''Tidak pernah ada fakta materialnya kecuali pernyataan bohong bahwa naskah kronik itu disimpan di museum di Den Haag,'' ujar Agus. Menurut Agus, Serat Syekh Siti Jenar juga merupakan hasil karya yang diperintahkan Belanda untuk memperburuk citra Islam. Karya dari Raden Panji Natarata ini memunculkan isi cerita dan pandangan negatif terhadap para Wali Songo. Di karya itu, Wali Songo digambarkan sebagai penyebar Islam yang licik dan curang karena telah membunuh Syekh Siti Jenar. Bahkan, Wali Songo dijelaskan telah mengganti jenazah Jenar secara sengaja dengan bangkai anjing. Dalam tradisi lisan, tokoh Syekh Siti Jenar dikisahkan tidak dibunuh oleh Wali Songo. Ia wafat dengan cara selayaknya seperti masyarakat Muslim pada umumnya. Naskah berbahasa Sunda ada pula yang merupakan hasil manipulasi. Agus menyebut nakah Kidung Sunda yang dimunculkan pada 1860 sebagai karya sastra yang sengaja dibuat untuk memecah-belah bangsa Indonesia. Kidung Sunda yang mendiskreditkan Gajah Mada mendapat dukungan dari naskah Pararaton, yang diterbitkan Belanda pada 1920. ''Di balik Pararaton, kolonial Belanda ingin membangun citra buruk bahwa leluhur raja-raja Jawa, termasuk leluhur Diponegoro, adalah anak haram hasil zina, penjudi, pencuri, pemerkosa, penjahat licik, yang menghalalkan segala cara untuk berkuasa,'' ujar Agus. Agus menilai banyaknya karya kolonial Belanda yang telah merugikan umat Islam Indonesia ditujukan untuk mendiskreditkan tokoh-tokoh penyebar Islam. Tujuannya hanya satu, yakni memecah-belah umat Islam sehingga menjadi kelompok-kelompok yang saling bertentangan. Belanda, kata Agus, membantah lewat opini mengenai penyebab krisis bahasa dan sastra Jawa akibat kehancuran tradisi sastra kuno yang disebabkan jatuhnya Majapahit. Kejatuhan Majapahit pun diklaim akibat datangnya islam. ''Dengan kata lain, Islam dijadikan kambing hitam dalam krisis bahasa dan Jawa di masa itu,''ujar Agus. Agus mengatakan, kemerdekaan yang diperoleh Indonesia tidak terlepas dari peran Muslim. Begitu banyak raja-raja Muslim yang telah didukung oleh guru tarekat dan ulama dari pesantren. Mereka bersatu untuk melakukan perlawanan terhadap penjajah, baik Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris, maupun Jepang. Mereka dengan tegas menyebut para penjajah sebagai "orang kafir" yang tidak pantas menginjakkan kakinya di tanah nusantara. Terutama, lanjutnya, bagi mereka yang memiliki misi untuk memurtadkan rakyat Indonesia yang beragama Islam. Masyarakat Jawa pada umumnya memang menolak tegas penjajahan yang dilakukan Belanda. Mereka tidak menyukai Belanda bukan hanya karena tindakan yang mereka lakukan. Menurut Agus, ada struktur sosial atau konsep hidup yang membuat mereka tidak menyukai kehadiran orang asing, seperti Belanda. Agus menyebutkan, ada tujuh lapisan yang dipegang oleh masyarakat Jawa. Strata ini bukan kasta. Lapisan masyarakat ini dilihat dari kuat atau tidaknya seseorang terhadap pengaruh dunia. Sehingga, struktur sosial ini dianggap menjadi penilaian utama atas ketepatan dalam memilih dan memercayai seorang pemimpin di suatu wilayah. Lapisan pertama dipegang oleh kaum yang memiliki nafsu atau pengaruh dunia yang lemah. Misalnya, ulama, wali, atau kaum Brahmana. "Lapisan kedua dimiliki oleh kaum yang tidak terlalu mencintai dunia dan hidupnya dijamin oleh negara, seperti para ksatria dan pertapa," jelas Agus. Lapisan selanjutnya dimiliki oleh kaum waisya, seperti petani. Setelah itu, kaum saudagar memegang lapisan selanjutnya. Dalam lapisan ini semisal saudagar, rentenir, kaum konglomerat, dan tuan tanah. Untuk lapisan kelima dimiliki oleh kaum yang hidup dari membunuh binatang, seperti jagal, pemburu, dan algojo. Lapisan keenam dipegang oleh orang asing seperti Belanda. Lapisan terakhir dimiliki oleh orang-orang yang hidupnya hanya merugikan masyarakat, seperti perampok, pembegal, pencuri, dan lainnya. Maka, alasan masyarakat Jawa menolak penguasaan Belanda menjadi jelas. Dalam struktur sosial, para penjajah itu itu tidak bisa menjadi pemimpin atau penguasa di tempat mereka. ''Menurut mereka, penjajah itu tidak pantas menjadi juragan tetapi harus menjadi pelayan di tanah mereka,'' ujar Agus. Dengan struktur sosial semacam itu, maka agus meragukan penyebaran Islam di nusantara dilakukan oleh para saudagar. Dengan posisinya di lapisan keempat, saudagar akan mengalami kesulitan menyebarkan agama di dalam struktur sosial masyarakat Jawa ini. "Mereka pasti tak akan dianggap," ujar Agus. Dengan pemahaman ini, Agus menduga, sejarah yang menyebut para saudagar sebagai penyebar Islam di nusantara adalah bagian dari upaya pengaburan sejarah Islam di Indonesia. Menurut Agus, akan lebih masuk akal jika sejarah menyebut penyebaran Islam dilakukan oleh para kaum kelas brahmana, yaitu para wali yang selama ini dikenal dengan sebutan Wali Songo. Dengan posisi wali yang berada di lapisan pertama, jelas akan mudah bagi mereka untuk menjadi panutan masyarakat di masa itu. Posisi itu memudahkan mereka mengajarkan ajaran Islam di bumi pertiwi ini, terutama di Pulau Jawa. Kalau sekarang, apakah Indonesia menggunakan sistem ini? Sekarang asing dipuja-puja di sini. ''Sepengetahuan saya, hanya Brunei Darussalamlah yang saat ini menerapkan sistem lapisan masyarakat Jawa itu," ungkap Agus. Menurut Agus, munculnya perlawanan pasif lewat lisan yang dilakukan para pengikut Diponegoro setelah Perang Jawa semata karena adanya struktur sosial ini. Mereka melawan dengan memunculkan fenomena pertempuran baru dengan menggunakan opini. Sejarah Islam Indonesia, kata Ahmad Mansur Suryanegara, adalah sejarah telur mata sapi. ''Ayam yang bertelur, tetapi sapi yang punya nama,'' ujar sejarawan Universitas Padjadjaran itu. Mansur menegaskan, tak bisa dibantah bahwa pelaku sejarah Islam di Indonesia adalah para ulama atau umat Islam. Namun, yang ditulis adalah mereka yang menentang ajaran Islam. Mansur merasakan betapa ''Sumpah Syahadah'' yang menjadi landasan melawan kolonialis-imperalis tidak dinilai sebagai perekat dan pembangkit kesatuan-persatuan bangsa Indonesia. Sumpah Syahadah kalah dengan Sumpah Palapa. Padahal, dalam wayang, pemegang kalimasada adalah Pandawa. ''Yang diletakkan di sebelah kanan dalang dan selalu sebagai pemegang kemenangan, mengalahkan Kurawa yang diposisikan di sebelah kiri dalang,'' ujar Mansur. Serangan Gencar
Dalam penggalian itu orang-orang munafik menunjukkan rasa enggan, mereka sengaja menampakkan diri seperti orang lesu dan tidak memiliki kemampuan. Banyak yang diam-diam melarikan diri ke rumah masing-masing. Sementara setiap Sahabat Muslim pasti meminta izin kepada Rasulullah ﷺ jika mempunyai suatu keperluan. Kemudian setelah selesai kembali lagi bekerja pada penggalian. Parit telah selesai digali, ketika pasukan musyrik datang. Melihat jumlah musuh sebesar itu orang-orang munafik dan mereka yang lemah jiwanya seketika menggigil ketakutan. Mereka langsung berprasangka buruk kepada Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ dan rasulnya sampai mereka berkata dalam hati, "Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ dan rasul-nya tidak menjanjikan kepada kami selain tipu daya." Pasukan musyrik terkejut sekali ketika melihat ada parit yang terlalu lebar di depannya untuk diseberangi. Ini perbuatan orang pengecut! Jadi mereka sambil berputar-putar mencari rongga parit yang sempit untuk dilompati, amarah mereka menggelegak bukan main. Belum pernah dalam sejarah peperangan orang Arab melakukan strategi seaneh ini. Sambil tersenyum, pasukan muslim mewaspadai gerakan musuh. Dengan tangkas mereka menghujani anak panah, lawan yang mencoba mendekati parit. Kemudian muncul sekelompok penunggang kuda Quraisy yang tangguh. Mereka adalah Amir bin Abdul Wudd, Ikrimah Bin Abu Jahal, Dhirar bin Khattab dan lain-lain. Dengan nekat mereka terjun ke parit dan berhasil sampai ke seberang. Namun Ali bin Abi Thalib dan beberapa orang muslim mengepung tempat itu. Melihat Ali bin Abi Thalib, Amir bin Abdu Wudd yang pemberani, menantang duel. Ali pun menghadapinya. Mereka berputar-putar dan suara denting pedang beradu demikian kerasnya, masing-masing memekik nyaring ketika mereka saling menebas dan menangkis. Ali bin Abi Thalib berhasil merobohkan musuhnya. Kaum muslimin yang lain berhasil mendesak para prajurit Quraisy ke tepi parit sehingga mereka mundur tunggang langgang. Ikrimah bin Abu Jahal sampai meninggalkan tombaknya melihat serangan ganas para prajurit muslim. Ketika dalam keadaan segenting seperti itu, lagi-lagi kaum muslimin dikhianati. Pengkhianatan Yahudi Ketika Rasulullah ﷺ berhijrah ke Madinah ada tiga kelompok Yahudi di kota itu, mereka adalah: Bani Qainuqa, Bani Nadhir dan Bani Quraizhah. Namun, akibat ulahnya sendiri Bani Qainuqa dan Bani Nadhir terusir dari Madinah. Kepada pemimpin Bani Quraizhah inilah Huyay bin Khattab pemimpin Bani Nadhir datang menghasut. Kaab bin Asad Al Quraizhy pemimpin Bani Quraizhah akhirnya membukakan pintu bentengnya setelah Huyay menggedor berkali-kali. "Kaab, aku datang bersama Quraisy dan Ghatafan berikut para pemimpin mereka. Semuanya sudah berjanji kepadaku untuk tidak pulang sebelum dapat membinasakan Muhammad dan para pengikutnya." Mendengar kata-kata Huyay, Kaab menjawab, "Celakalah engkau Huyya! Tinggalkan aku dari urusanku! Aku tidak melihat diri Muhammad melainkan sosok orang yang jujur dan menepati janji!" Namun Huyay terus membujuk-membujuk dan membujuk sampai akhirnya Kaab pun setuju untuk mengkhianati kaum muslimin. Mulailah Bani Quraizhah mengincar benteng tempat kaum wanita dan anak-anak Muslim berlindung yang dijaga Hasan bin Tsabit. Shaffiyah binti Abdul Muthalib Bibi Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan adik perempuan Hamzah melihat ada seorang laki-laki Yahudi datang mengendap-ngendap mengelilingi benteng, Shafiyyah segera memberi tahu Hasan bin Tsabit, "Wahai Hasan, lihat ada orang Yahudi mengelilingi benteng ini. Demi Allah aku khawatir ia akan menunjukkan titik lemah benteng ini kepada pasukannya Yahudi padahal Rasulullah ﷺ dan para sahabat sedang bertempur di garis depan. Hampiri orang itu dan bunuh dia!" "Engkau tahu sendiri bahwa aku bukanlah orang yang mahir dalam bunuh membunuh," jawab Hasan. Shaffiyah yang gagah berani itu mengambil sepotong tiang dan memukul orang Yahudi itu sampai mati. Karena tindakannya ini, kaum Yahudi tidak berani terang-terangan menyerang benteng yang mereka kira dijaga dengan kuat. Apa yang akan dilakukan Rasulullah ﷺ dan para sahabat, ketika mengetahui bahwa Bani Quraizhah berniat menikam dari belakang? Orang Yahudi adalah pedagang dan ilmuwan yang jauh lebih unggul dari Anshor yang terdiri atas Aus dan Khazraj. Namun, ketika melihat pemeluk Islam meningkat pesat, orang Yahudi khawatir mereka akan kalah dalam perdagangan dan pengetahuan. Kemudian mereka menolak kerasulan Muhammad ﷺ dan mentertawakan ajaran beliau. Bersambung Pemimpin seluruh pasukan ini adalah Abu Sufyan dengan kesepakatan bahwa jika sudah tiba di Madinah tampuk kepemimpinan akan digilir setiap hari kepada setiap pemimpin suku yang lain. Orang-orang Mekah termasuk anak-anak dan kaum wanitanya bersorak-sorai mengiringi kepergian pasukan raksasa itu. Abu Sufyan kini bisa tersenyum.
"Muhammad dan Madinah akan tumpah," pikir Abu Sufyan. "Tidak ada suatu kekuatan pun yang bisa membendung pasukan sebanyak ini. Cuma dua pilihan bagi Muhammad, bertahan sampai mati di kotanya atau pergi mengungsi ke tempat yang jauh!" Ketika mengetahui keberangkatan pasukan musuh, kaum muslimin merasa amat terkejut. Kini seluruh kabilah Arab sudah bersatu untuk memusnahkan mereka. Apa yang harus dilakukan kaum muslimin rasanya sudah tidak mungkin melawan dengan ke luar kota seperti pada perang Uhud. Kini jumlah lawan yang datang lebih banyak lagi, tiga kali lipat dari dahulu yang mereka hadapi. Ribuan manusia bersenjata lengkap ditunjang dengan barisan berkuda dan unta tak mungkin dihadapi dengan cara berhadap-hadapan muka secara langsung. Rasulullah ﷺ segera mengajak para sahabat berunding. Semuanya sepakat bahwa mereka harus bertahan di Madinah tidak ada cara lain. Namun itu saja belumlah cukup, sebab pasukan musuh sebesar itu akan mampu merebut rumah demi rumah dan jalan demi jalan di Madinah yang akan dipertahankan kaum muslimin. Apa lagi keberadaan kaum wanita anak-anak dan orang orang tua akan menambah beban pasukan yang bertahan. Seorang sahabat Rasulullah ﷺ akhirnya menemukan jawabannya. Menggali Parit "Ya Rasulullah" demikian sahabat itu mengajukan usul. "Dulu jika kami orang-orang Persia sudah dikepung musuh, kami membuat parit di sekitar kami." Orang yang mengajukan usul itu adalah Salman Al Farisi. Salman si orang Persia. Usul cerdik itu segera diterima oleh Rasulullah ﷺ, dan para sahabat segera mulai menggali parit di sekitar kota Madinah. Jumlah kaum muslimin ada 3000 orang, setiap 10 orang ditugasi menggali parit sepanjang 40 Hasta. Karena itulah Perang ini disebut perang Khandaq atau perang Parit atau perang Ahzab atau Perang sekutu. Disebut Perang sekutu karena pasukan yang dihadapi kaum muslimin adalah pasukan persekutuan beberapa Kabilah Arab. Maka dimulailah perlombaan itu. Manakah yang lebih dulu kaum muslimin menyelesaikan parit ataukah pasukan ahzab tiba di Madinah. Menyadari bahwa waktu sangat penting dalam keadaan ini, semua orang pun bekerja keras. Rasulullah ﷺ sendiri terjun dalam penggalian itu, begitu kerasnya Rasulullah ﷺ ikut bekerja, seorang sahabat bernama Al Barra bin Azib berkata: 'Pada waktu perang Ahzab Saya melihat Rasulullah ﷺ menggali parit dan mengusung tanah galian sampai saya tidak dapat melihat dada beliau yang berbulu lebat karena tebalnya tanah yang menempel dan melumurinya.' Kaum Muhajirin dan Anshor bekerja sambil melantunkan syair penuh semangat. 'Kami adalah orang-orang yang telah berbaiat kepada Muhammad untuk setia kepada Islam selama kami masih hidup.' Ucapan ini dijawab oleh Rasulullah ﷺ. 'Ya Allah Sesungguhnya tiada kebaikan kecuali kebaikan akhirat, maka Berkatilah kaum Anshor dan Muhajirin.' Tiba tiba di suatu bagian, galian tertunda karena ada sebuah batu besar yang begitu kuat dan tak bisa dipisahkan oleh para sahabat. Mereka pun melapor, "Rasulullah, sebuah batu menghambat kelancaran kami dalam penggalian parit." "Biarkan aku yang turun," sabda Rasulullah ﷺ. Beliau pun turun dan menghancurkan batu sambil mengucapkan "Bismillah, ...." Batu yang keras itu pun hancur seperti pasir. Pada saat itu Allah memberi Rasulullah ﷺ penglihatan tentang masa depan kaum muslimin. Roti dan Kurma Setelah pukulan pertama Rasulullah ﷺ bersabda, "Allahuakbar! aku diberi kunci-kunci Syam. Demi Allah aku benar-benar bisa melihat istana-istana yang bercat merah saat ini." Setelah itu, beliau menghantam untuk kali keduanya batu keras yang tersisa sampai sebagiannya hancur menjadi pasir. Saat itu, Rasulullah ﷺ bersabda, "Allahu akbar aku diberi tanah Persia, demi Allah saat ini aku bisa melihat istana Madain yang bercat putih." "Bismillah, ... sambil mengucapkan itu Rasulullah ﷺ menghantam sisa terakhir batu itu sampai hancur menjadi pasir. Beliau pun bersabda, "Allahu akbar! aku diberi kunci-kunci Yaman. Demi Allah dari tempatku ini aku bisa melihat pintu pintu gerbang Shan'a." Di kemudian hari, setelah Rasulullah ﷺ wafat semua negeri yang beliau sebut itu takluk dalam pelukan Islam. Saat menggali Rasulullah ﷺ mengganjal perut beliau dengan 2 buah batu untuk menahan lapar. Para sahabat yang lain pun melakukan hal yang sama. Melihat ini Jabir bin Abdullah meminta izin kepada Rasulullah ﷺ untuk pulang sebentar. Sampai di rumah Jabar bertanya kepada istrinya. "Aku tidak akan membiarkan Rasulullah ﷺ kelaparan. Apakah kamu mempunyai sesuatu? "Ya aku punya gandum dan seekor anak kambing." Kemudian Jabir memasak daging kambing dalam priuk dan memasukkan tepung gandum ke dalam pembakaran roti. Setelah itu ia menemui Rasulullah ﷺ dan berkata, "Ya Rasulullah aku ada sedikit makanan. Datanglah engkau bersama seorang atau dua orang sahabatmu." Rasulullah ﷺ bertanya, " berapa banyakkah makanan itu?" Jabir menyebutkan jumlah makanannya yang sedikit itu. Rasulullah ﷺ bersabda, "Itu cukup banyak dan baik. Katakanlah kepada istrimu jangan diangkat masakan itu dari atas tungku dan jangan mengeluarkan roti dari bahan bakarnya, sebelum aku datang ke sana," Kemudian Rasulullah ﷺ memanggil para sahabat Anshar dan Muhajirin. "Wahai para penggali parit mari kita datang, sesungguhnya Jabir memasak makanan besar. Mendengar itu, Jabir sampai mengangakan mulut. Bagaimana makanan sedikit itu cukup buat seluruh orang? Ternyata makanan itu cukup untuk membuat semua orang kenyang, bahkan masih tersisa. Pada saat lain, Rasulullah ﷺ juga membagikan setangkup kurma kepada begitu banyak orang. Bersambung Ibu Aisyah berkata, "Berdiri dan berterimakasihlah kepada Rasulullah ﷺ. Aisyah menjawab, "Tidak. demi Allah aku tidak akan berterima kasih kepada Rasulullah ﷺ, Sebab aku tidak akan memuji siapa pun kecuali Allah. Karena Dia-lah yang menurunkan pembebasanku."
Sebelum peristiwa itu Abu Bakar membiayai Masthah karena kekerabatannya dan kemiskinannya. Namun setelah peristiwa itu Abu Bakar berkata, "Demi Allah saya tidak akan membayarnya lagi karena ucapannya kepada Aisyah." Allah subhanahu wa ta'ala berfirman وَلَا يَأْتَلِ اُولُو الْفَضْلِ مِنْكُمْ وَالسَّعَةِ اَنْ يُّؤْتُوْٓا اُولِى الْقُرْبٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَالْمُهٰجِرِيْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۖوَلْيَعْفُوْا وَلْيَصْفَحُوْاۗ اَلَا تُحِبُّوْنَ اَنْ يَّغْفِرَ اللّٰهُ لَكُمْ ۗوَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, Surah An-Nur (24:22). Mendengar firman ini Abu Bakar berkata, "Demi Allah sungguh aku ingin mendapat ampunan Allah." Setelah itu ia kembali membiayai Masthah. Sementara itu Rasulullah ﷺ segera membacakan firman Allah itu kepada kaum muslimin. Para penyebar fitnah yaitu Masthah bin Utsatsah, Hasan bin Tsabit dan Hamnah binti Jahsy, dihukum hadd (didera) sebanyak 80 kali cambukan. Yahudi Menghasut Selain orang Quraisy yang menyembah berhala, pihak lain yang paling keras memusuhi kaum muslimin adalah orang Yahudi. Para pemuka Yahudi Bani Nadhir yang telah terusir tidak tinggal diam dari tempat tinggal mereka yang baru di Khaibar, mereka mulai melancarkan permusuhan. Rencana baru para Yahudi ini adalah menghasut orang-orang Arab agar memerangi Madinah. Para pemuka Bani Nadhir datang ke Mekah menemui para Pembesar Quraisy. "Pasukan kami akan bergabung dengan tuan-tuan untuk menyerang Madinah," kata para pemuka Yahudi. "Bagaimana dengan Yahudi Bani Quraizhah yang masih tinggal di Madinah" tanya seorang Pembesar Quraisy. Mereka tinggal di Madinah sekedar untuk mengelabui Muhammad. Kalau tuan-tuan sudah datang mereka akan bergabung dengan tuan-tuan." Orang-orang Quraisy masih terlihat ragu. Perselisihan mereka dengan Rasulullah ﷺ dimulai karena ajaran Islam mengajak orang menyembah Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ dan melarang bersujud pada berhala. Bukankah orang Yahudi juga mengaku bahwa Tuhan mereka adalah Allah? Orang Quraisy ingin mengetahui pendapat Yahudi tentang ajaran Islam. "Tuan-tuan Yahudi," "Tuan-tuan adalah golongan ahli kitab yang mula-mula, lebih dulu dari orang Nasrani dan muslim. Menurut tuan-tuan Siapakah yang lebih baik, agama kami yang menyembah berhala atau agama Muhammad?" Seharusnya orang Yahudi menjawab bahwa agama Rasulullah ﷺ lebih baik karena orang Yahudi juga menyembah Allah ﷺ. Namun karena kebenciannya yang sangat kepada kaum muslimin orang Yahudi Bani Nadhir menjawab, "Tentu agama tuan-tuan yang lebih baik, sebab tuan-tuan yang lebih benar dari dia," Allah menurunkan Firman dalam surat An-Nisa ayat 51-52 yang mengecam pernyataan orang Yahudi itu. اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْنَ اُوْتُوْا نَصِيْبًا مِّنَ الْكِتٰبِ يُؤْمِنُوْنَ بِالْجِبْتِ وَالطَّاغُوْتِ وَيَقُوْلُوْنَ لِلَّذِيْنَ كَفَرُوْا هٰٓؤُلَاۤءِ اَهْدٰى مِنَ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا سَبِيْلًا Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bagian dari Al kitab? Mereka percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang Kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman. Surah An-Nisa' (4:51) اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ لَعَنَهُمُ اللّٰهُ ۗوَمَنْ يَّلْعَنِ اللّٰهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهٗ نَصِيْرًا Mereka itulah orang yang dikutuki Allah. Barang siapa yang dikutuki Allah, niscaya kamu sekali-kali tidak akan memperoleh penolong baginya. Surah An-Nisa' (4:52) Pasukan Ahzab Setelah itu, para pemuka Yahudi itu pergi berkeliling menemui para pemimpin kabilah Ghatafan serta semua pihak yang ingin membalas dendam kepada kaum muslimin. Orang-orang Yahudi ini sangat aktif menghimpun dukungan, mereka memuji-muji berhala Quraisy dan menjanjikan bahwa kali ini pasukan muslim pasti akan bisa di habisi sampai ke akar-akarnya. Usaha keras ini berhasil. Puncaknya berangkatlah 10.000 orang Pasukan gabungan berbagai suku Arab yang memusuhi kaum muslimin. 4.000 orang di antaranya adalah orang-orang Quraisy, selebihnya adalah dari suku-suku Qois Ailan, Banu Fazarah, Asyja Sulai, Banu Saad, dan lain-lain. Bersambung RASULULLAH PUN TERGANGGU
Rasulullah ﷺ bersabda, "Wahai kaum muslimin siapa yang akan membela ku dari laki-laki yang telah menyakiti keluargaku (dengan menyebarkan berita bohong)? Demi Allah, aku tidak mengetahui dari keluargaku kecuali yang baik. Sesungguhnya mereka orang-orang yang menyebarkan berita bohong itu telah menyebut nama seorang laki-laki (shofwan) yang aku tidak mengenal yaitu kecuali sebagai orang yang baik." Berita bohong tersebut telah menyakiti Rasulullah ﷺ dan keluarganya. Kemudian Rasulullah ﷺ datang mengunjungi Aisyah yang saat itu memang sedang dirawat di rumah orangtuanya. Aisyah menuturkan. Kemudian Rasulullah ﷺ datang ke rumahku. Saat itu Ayah Ibuku berada di rumah. Ayah Ibuku menyangka bahwa tangisku telah menghancur-luluhkan hatiku. Sejak tersiar berita bohong itu, Rasulullah ﷺ tidak pernah duduk di sisiku. Selama sebulan dia tidak mendapatkan wahyu tentang diriku. Ketika duduk Rasulullah ﷺ membaca puji syukur ke hadirat Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى lalu bersabda, "Ya Aisyah aku telah mendengar mengenai apa yang dibicarakan orang tentang dirimu. Jika engkau tidak bersalah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى pasti akan membebaskan dirimu. Jika engkau telah melakukan dosa minta ampun kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan bertobatlah kepada Nya." Selesai Rasulullah ﷺ mengucapkan itu, tanpa kurasakan, air mataku bertambah bercucuran. Kemudian aku katakan kepada Ayahku, "Ayah, berilah jawaban kepada Rasulullah ﷺ mengenai diriku." Ayahku menjawab, "Demi Allah aku tidak tahu bagaimana harus menjawab." Aku katakan pula kepada Ibuku, "Ibuku berilah jawaban mengenai diriku". Dia pun menjawab, "Demi Allah aku tidak tahu bagaimana harus menjawab." Lalu aku berkata, "Demi Allah. Sesungguhnya kalian telah mendengarkan itu, sehingga kalian telah membenarkannya. Jika aku katakan kepada kalian bahwa aku tidak bersalah, Allah Maha Mengetahui bahwa aku tidak bersalah. Pasti kalian akan membenarkan aku. Demi Allah aku tidak menemukan perumpamaan untuk diriku dan kalian, kecuali sebagaimana yang dikatakan oleh Nabi Yusuf Alaihissalam, "Sebaiknya aku bersabar. Kepada Allah sajalah aku mohon pertolongan atas apa yang kalian lukiskan." Air mata Abu Bakar pun berlinang ketika putrinya difitnah. Dia berkata, "Demi Allah belum pernah disebut-sebut ada persoalan semacam ini pada masa jahiliyah, padahal ketika itu orang tidak menyembah Allah. Tetapi sekarang pada masa memancarkan sinar Kemuliaan Islam orang-orang mengabarkan berita bohong seperti ini kepada keluarga kita!" FIRMAN ALLAH Setelah itu Aisyah berbaring di atas tempat tidur, ia dalam keadaan lemah. Saat itu mendadak Rasulullah ﷺ juga terkulai lemah karena Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى sedang menurunkan firmannya. Keringat beliau bercucuran karena beratnya Wahyu yang diturunkan, إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِنْكُمْ ۚ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَكُمْ ۖ بَلْ هُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۚ لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ مَا اكْتَسَبَ مِنَ الْإِثْمِ ۚ وَالَّذِي تَوَلَّىٰ كِبْرَهُ مِنْهُمْ لَهُ عَذَابٌ عَظِيمٌ Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar. Surah An-Nur (24:11) لَوْلَا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ ظَنَّ الْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بِأَنْفُسِهِمْ خَيْرًا وَقَالُوا هَٰذَا إِفْكٌ مُبِينٌ Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: Ini adalah suatu berita bohong yang nyata. Surah An-Nur (24:12) لَوْلَا جَاءُوا عَلَيْهِ بِأَرْبَعَةِ شُهَدَاءَ ۚ فَإِذْ لَمْ يَأْتُوا بِالشُّهَدَاءِ فَأُولَٰئِكَ عِنْدَ اللَّهِ هُمُ الْكَاذِبُونَ Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu? Oleh karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi maka mereka itulah pada sisi Allah orang-orang yang dusta. Surah An-Nur (24:13) وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ لَمَسَّكُمْ فِي مَا أَفَضْتُمْ فِيهِ عَذَابٌ عَظِيمٌ Sekiranya tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu. Surah An-Nur (24:14) إِذْ تَلَقَّوْنَهُ بِأَلْسِنَتِكُمْ وَتَقُولُونَ بِأَفْوَاهِكُمْ مَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ وَتَحْسَبُونَهُ هَيِّنًا وَهُوَ عِنْدَ اللَّهِ عَظِيمٌ (Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar. Surah An-Nur (24:15) وَلَوْلَا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ قُلْتُمْ مَا يَكُونُ لَنَا أَنْ نَتَكَلَّمَ بِهَٰذَا سُبْحَانَكَ هَٰذَا بُهْتَانٌ عَظِيمٌ Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu: Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini, Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar. Surah An-Nur (24:16) يَعِظُكُمُ اللَّهُ أَنْ تَعُودُوا لِمِثْلِهِ أَبَدًا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman. Surah An-Nur (24:17) وَيُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآيَاتِ ۚ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Surah An-Nur (24:18) إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ۚ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui. Surah An-Nur (24:19) وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ وَأَنَّ اللَّهَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ Dan sekiranya tidak karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua, dan Allah Maha Penyantun dan Maha Penyayang, (niscaya kamu akan ditimpa azab yang besar). Surah An-Nur (24:20) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۚ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَىٰ مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan. Barang siapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidak karena karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorang pun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Surah An-Nur (24:21) Setelah menerima wahyu Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memandang Aisyah dengan tersenyum sambil bersabda, "Bergembiralah, ya Aisyah Sesungguhnya Allah telah membebaskan kamu." Bersambung Sesampainya di Madinah, putra Abdullah bin Ubay yang juga bernama Abdullah, menemui Rasulullah ﷺ.
"Ya, Rasulullah," panggil Abdullah, "Saya dengar Tuan ingin membunuh ayahku. Jika benar Tuan ingin melakukannya, perintahkanlah aku. Aku bersedia membawa kepalanya di hadapanmu. Demi Allah, tidak ada orang dari suku Khazraj yang dikenal lebih baik sikapnya kepada orangtuanya daripada aku. Aku takut engkau akan memerintahkan orang selain aku untuk membunuhnya sehingga jiwaku tidak tahan melihat pembunuh ayahku berjalan di tengah masyarakat, lalu aku membunuhnya pula. Ini berarti aku membunuh seorang mukmin karena seorang kafir sehingga aku menjadi penghuni neraka." Akan tetapi, Rasulullah ﷺ bersabda, "Bahkan kita akan bertindak lemah lembut dan berlaku baik kepadanya selama dia masih tinggal bersama kita." Justru setelah itu, sempitlah ruang gerak Abdullah bin Ubay. Setiap kali ia mengemukakan pendapat, seketika itu pula kaumnya menentang dan mengencamnya. Melihat keadaan itu, Rasulullah ﷺ bertanya sambil tersenyum kepada Umar bin Khattab, "Bagaimana pandanganmu sekarang, wahai Umar? Demi Allah, seandainya engkau membunuhnya pada hari kau katakan kepadaku, 'Bunuhlah dia' niscaya orang-orang akan ribut. Namun, seandainya aku perintahkan kamu untuk membunuhnya sekarang, apakah kamu akan membunuhnya juga?" Rasulullah ﷺ bertanya demikian karena saat itu lidah bercabang Abdullah bin Ubay sudah habis kekuatannya. Tidak usah dibunuh pun ia sudah sama sekali tidak berdaya. Umar Bin Khattab pun mengakui pandangan jauh Rasulullah ﷺ, "Demi Allah, aku telah mengetahui bahwa keputusan Rasulullah ﷺ lebih besar berkahnya daripada pendapatku." BUNDA AISYAH KEHILANGAN KALUNG Dalam perjalanan pulang ke Madinah setelah melawan Bani Musthaliq inilah, terjadi suatu peristiwa yang mengganggu ketentraman hati Rasulullah ﷺ. Kejadian ini mengenai istri Rasulullah ﷺ yang ikut dalam peperangan kali ini, yaitu Aisyah. PENUTURAN AISYAH Kejadian ini, setelah selesai peperangan, Rasulullah ﷺ bergegas pulang dan memerintahkan orang-orang agar segera berangkat pada malam hari. Pada saat semua orang sedang berkemas-kemas hendak berangkat aku keluar untuk membuang hajat, kemudian aku kembali hendak bergabung dengan rombongan. Pada saat itu kuraba raba kalung di leher ku, ternyata sudah tak ada lagi. Kemudian aku kembali lagi ke tempat aku mau buang hajat tadi, untuk mencari-cari kalung hingga dapat ku temukan kembali. Pada saat aku sedang mencari-cari kalung, datanglah orang-orang yang bertugas melayani unta tungganganku. Mereka sudah siap segala-galanya, mereka menduga aku telah berada di dalam haudaj (rumah kecil yang terpasang di punggung unta), sebagaimana dalam perjalanan. Oleh sebab itu haudaj mereka angkat, kemudian diikatkan pada punggung unta. Mereka sama sekali tidak menduga bahwa aku tidak berada di dalam haudaj, karena itu mereka segera memegang tali kekang lalu mulai berangkat! Ketika aku kembali ke tempat perkemahan tidak ku jumpai seorang pun yang masih tinggal. Semua telah berangkat. Dengan berselimutkan jilbab Aku berbaring di tempat itu. Aku berpikir pada saat mereka mencari-cari aku tentu mereka akan kembali ke tempatku. Demi Allah pada saat aku sedang berbaring tiba-tiba Shafwan bin Mu'atthal lewat. Agaknya ia bertugas di belakang pasukan. Dari kejauhan, ia melihat bayang-bayangku. Ia mendekat lalu berdiri di depanku. Ia sudah melihat dan mengenalku sebelum kaum wanita dikenakan wajib berhijab. Ketika melihatku, Ia berucap, "Innalillahi wa innailaihi roojiun! Istri Rasulullah?" Aku pun terbangun oleh ucapannya itu. Aku tetap menutup diriku dengan jilbabku. "Demi Allah, saya tidak mengucapkan satu kalimat pun dan aku tidak mendengar ucapan dari nya kecuali ucapan innalillahi wa innailaihi roojiun itu. Kemudian dia merendahkan untanya lalu aku menaiki unta itu ia berangkat menuntun unta kendaraan yang aku naiki sampai kami tiba di Nahri Adh Dhahirah tempat pasukan turun beristirahat." Di sinilah mulai tersiar fitnah tentang diriku. Fitnah ini bersumber dari mulut Abdullah bin Ubay bin Salul." AISYAH JATUH SAKIT "Lihat Mengapa istri Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam berjalan bersama orang yang bukan muhrimnya?" seru Abdullah bin Ubay. Mungkinkah mereka ternyata saling menyukai?" Beberapa orang muslim termakan oleh hasutan ini sehingga berita bohong itu tersiar dengan cepat. Kali ini, bukan saja oleh Abdullah bin Ubay, tetapi juga diperkuat oleh orang-orang lain. Aisyah sendiri tidak mengetahui adanya berita bohong itu karena beliau jatuh sakit begitu tiba di Madinah. Aisyah menuturkan, "Setibanya di Madinah, kesehatanku terganggu selama sebulan. Saat itu rupanya orang-orang sudah banyak mendesas-desuskan berita bohong itu, sedangkan aku belum mendengar sesuatu mengenainya. Hanya saja, aku tidak melihat kelembutan dari Rasulullah ﷺ yang biasa ku rasakan ketika aku sakit. Beliau hanya masuk lalu mengucapkan salam dan bertanya, "Bagaimana keadaanmu?" Setelah agak sehat, aku keluar pada suatu malam bersama ummy Masthah untuk membuang hajat. Waktu itu kami belum membuat kakus. Pada saat kami pulang tiba-tiba kaki ummu Masthah terantuk hingga kesakitan dan terlontar ucapan dari mulutnya, "Celaka si Masthah!" Ia pun ku tegur, "Alangkah buruknya ucapanmu itu mengenai seseorang dari kaum Muhajirin yang turut serta dalam Perang Badar!" Ummu Masthah bertanya, "Apakah anda tidak mendengar apa yang dikatakannya?" Ia kemudian menceritakan kepadaku berita bohong yang tersiar sehingga sakitku bertambah parah.... Malam itu aku menangis hingga pagi. Air mataku terus menetes dan aku tak dapat tidur. Rasulullah ﷺ meminta pendapat para sahabatnya tentang Aisyah. "Wahai Rasulullah, Para istrimu adalah keluargamu kami tidak mengetahui tentang mereka kecuali kebaikan," jawab para sahabat. Rasulullah ﷺ memanggil Bariroh pelayan perempuan bunda Aisyah. Rasulullah ﷺ Alaihi Wasallam bertanya, "Apakah kamu melihat sesuatu yang mencurigakan dari Aisyah?" Barirah berkata, bahwa ia tidak mengetahui Aisyah kecuali bahwa Aisyah adalah orang yang sangat baik, akhirnya Rasulullah ﷺ berdiri di atas mimbar. Bersambung JUWAIRIYAH BINTI HARITS
Sejumlah 1500 pasukan muslim diperintahkan Rasulullah ﷺ untuk bergerak dengan cepat sehingga musuh kesulitan mengetahui di mana pasukan Rasulullah ﷺ berada. Kemudian di sebuah tempat yang memang sudah ditetapkan oleh Rasulullah ﷺ saat meninjau musuh, pasukan muslim menyerang dengan kecepatan tinggi secepat kilat. Pertempuran itu terjadi di Medan terbuka. Hujan panah jarak jauh pasukan muslim membuat musuh tercerai-berai, sehingga begitu pasukan utama muslim tiba, dengan mudah mereka membuat kocar-kacir barisan musuh. Pada akhir pertempuran 200 orang prajurit Bani Musthaliq tertawan. Sejumlah harta berupa unta, kuda dan barang-barang lain dapat direbut. Al Haris komandan tertinggi musuh, jatuh tersungkur dihantam panah. Putrinya ikut menjadi tawanan. Para tawanan dan harta dibagi-bagikan kepada pasukan. Putri Al Haris bernama Barrah menjadi bagian seorang muslim yang miskin. Muslim ini menghendaki keluarga Barrah menebusnya dengan harta. Namun Barrah sudah tidak mempunyai apa-apa lagi. Karena itu, Barrah menemui Rasulullah ﷺ dan mengadu, "Saya adalah Putri Al Haris pemimpin Bani Musthaliq. Lelaki yang menawan saya lebih menginginkan harta daripada menjadikan saya istri atau budaknya, bantulah saya untuk memerdekakan diri saya." Rasulullah ﷺ Alaihi Wasallam berpikir dalam-dalam. Apabila Barrah dibebaskan dan kembali ke tengah kaumnya, ia sangat mungkin akan membangkitkan kaumnya untuk membalas kekalahan mereka. Rasulullah ﷺ mengetahui dari wajah Barrah yang matanya memancarkan kecerdasan dan keberanian bahwa ia bukan gadis biasa. Dia akan mampu menerjang berbagai rintangan. "Apa kamu mau jalan keluar yang lebih baik dari itu?" tanya Rasulullah. "Apa itu?" "Aku akan membayar uang tebusan mu, lalu akan menikahimu." Barras setuju dan ia masuk Islam. Setelah menjadi istri Rasulullah ﷺ, namanya menjadi Juwairiyah. Kini Bani Musthaliq sekutu dekat orang Quraisy, menjadi sekutu dekat Rasulullah ﷺ berkat pernikahan ini. Mereka merasa terhormat tuan putrinya menjadi istri Rasulullah. Setelah itu, banyaklah kaum Bani Musthaliq yang memeluk Islam. Subhanallah. HASUTAN ABDULLAH BIN UBAY Setelah memetik kemenangan gemilang itu. Pasukan muslim kembali berbaris pulang ke Madinah. Di Telaga Al Muraisy mereka singgah sebentar untuk beristirahat dan memberi minum ternak. Di tempat itu terjadi pertengkaran antara pelayan Umar bin Khattab bernama Jahjah Bin Said Al Ghifari dengan Sinan bin Webr Al Jasni. Keduanya saling bertengkar hebat sampai Sinan berteriak memanggil kaumnya, "Wahai kaum Anshar!" Jahjah pun membalas dengan teriakan, "Wahai kaum Muhajirin!" Orang-orang pun berdatangan termasuk Abdullah bin Ubay. Dengan berang, Abdullah bin Ubay berkata kepada orang-orang munafik yang mengelilinginya, "Mereka (Muhajirin) adalah menyaingi dan mengungguli kita di negeri kita sendiri. Demi Allah antara kita dan orang-orang Quraisy ini (Rasulullah ﷺ dan kaum Muhajirin adalah suku Quraisy) tak ubahnya seperti yang dikatakan orang, "Gemukkan anjingmu agar menerkammu!" Demi Allah, jika kita telah sampai di Madinah, orang yang mulia pasti akan mengusir kaum yang hina (Muhajirin)!" Zaid bin Arqam mendengar kata-kata yang sangat berbahaya ini lalu ia cepat-cepat melaporkan hal itu kepada Rasulullah ﷺ. Mendengar itu Umar bin Khattab yang berada di samping Rasulullah berkata, "Wahai Rasulullah, perintahkan saja Abbad bin Bisyr untuk membunuh Abdullah bin Ubay!" Rasulullah ﷺ menjawab, "Bagaimana, wahai Umar jika kelak orang-orang bicara bahwa Muhammad telah membunuh salah seorang sahabatnya? Tidak aku tidak akan membunuhnya!" Seketika itu juga Rasulullah ﷺ mengeluarkan perintah agar kaum muslimin segera berangkat. Walau dengan keheranan karena belum cukup beristirahat pada hari sepanas itu, kaum muslimin segera mengikuti perintah Rasulullah ﷺ. Hari itu Rasulullah ﷺ dan kaum muslimin berjalan terus melampaui malam sampai keesokan harinya. Ketika Rasulullah memerintahkan pasukannya berhenti untuk beristirahat semua orang jatuh tertidur karena begitu lelah. Rasulullah ﷺ sengaja mengajak pasukannya berjalan terus sehari semalam agar kelelahan, ini akan membuat semua orang melupakan hasutan Abdullah bin Ubay yang mengatakan bahwa nanti di Madinah orang Anshar akan mengusir kaum Muhajirin. SURAT AL MUNAFIQUN Saat itu turunlah Surat Al Munafiqun, يَقُولُونَ لَئِنْ رَجَعْنَا إِلَى الْمَدِينَةِ لَيُخْرِجَنَّ الْأَعَزُّ مِنْهَا الْأَذَلَّ ۚ وَلِلَّهِ الْعِزَّةُ وَلِرَسُولِهِ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَلَٰكِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَا يَعْلَمُونَ Mereka berkata: Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah dari padanya. Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui. Surah Al-Munafiqun (63:8) Bersambung PERANG SOBEKAN KAIN
Rasulullah ﷺ menyerahkan kepemimpinan Madinah kepada Abu Dzar Al-Ghifari, kemudian Beliau berangkat bersama pasukannya secara diam-diam. Tujuannya menyergap musuh sebelum mereka sempat mempersiapkan diri. Abu Musa Al-Asy'ari menceritakan perang itu."Waktu itu, setiap 6 orang dari kami bergantian menaiki seekor unta. Kemudian telapak kaki pecah-pecah. Telapak kaki saya sendiri pecah dan kuku-kukunya copot. Waktu itu, kami membalut kaki-kaki kami dengan sobekan kain, karena itu aku menyebut peperangan ini dengan Dzatur Riqo atau sobekan kain. Sejumlah 400 orang sahabat dipimpin Rasulullah ﷺ berhasil melakukan serangan mendadak terhadap kumpulan pasukan Bani Ghatafan di Nakhl. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan rasa takut di hati pasukan musuh yang jumlahnya jauh lebih besar itu sehingga mereka lari pontang-panting tanpa bertempur sama sekali. Harta dan kaum wanita ditinggalkan begitu saja untuk ditawan pasukan muslim. Setelah kemenangan gemilang itu Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya bersiap diri menghadapi serangan balik musuh. Dalam keadaan seperti itu Rasulullah ﷺ memimpin sahabatnya melakukan shalat khauf (shalat dalam keadaan takut). Satu kelompok berbaris bersama Rasulullah ﷺ, sedangkan kelompok yang lain menghadap musuh. Kelompok pertama kemudian sholat bersama Rasulullah ﷺ lalu Beliau berdiri tegak ketika kelompok pertama menyempurnakan shalatnya. Setelah itu kelompok pertama tadi mundur dan berbaris menghadapi musuh sedangkan kelompok kedua maju dan Rasulullah ﷺ mengimami mereka meneruskan sholatnya yang belum selesai. Kemudian Rasulullah ﷺ duduk sementara mereka menyempurnakan shalat, kemudian mereka mengikuti Rasulullah ﷺ. Dalam pertempuran ini, dua orang sahabat, satu dari Muhajirin dan satu dari Anshar mendapat giliran jaga malam, sedangkan saudara-saudara mereka yang lain beristirahat. Sahabat Muhajirin melakukan salat malam dan terkena panah musuh, tetapi dicabutnya panah itu dengan tenang dan meneruskan sholatnya. Demikian sampai tiga kali. Ketika sahabat Anshar itu mengetahuinya dia bertanya, "Mengapa kamu tidak memberi tahu aku?" "Engkau sedang membaca satu surat dan aku tidak ingin memutuskannya," jawab sahabat Muhajirin. Sifat pengecut tidak akan kita temukan dalam kisah Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya. Jika menjadi pengecut, ilmu kita akan padam. Orang lain bahkan diri sendiri tidak akan mendapat manfaatnya. Orang pengecut pekerjaannya akan sia-sia. Duduknya di bawah tidak berani di atas dia hanya menjadi pengikut tidak berani diikuti. BANI MUSTHALIQ Setelah kemenangan pada Perang Badar Kedua Rasulullah ﷺ memerintahkan para penyair muslim untuk menyebarkan syiar Islam tentang kemenangan dan kegagalan pasukan Quraisy. Tidak hanya sampai di situ para penyair itu juga mencela Abu Sufyan dan pasukannya. Hal itu tidak dibiarkan oleh sekutu Quraisy yang paling kuat yaitu Bani Musthaliq. Bani musthaliq adalah penguasa perdagangan. Mereka mempunyai banyak harta dan budak-budak kulit hitam, selain itu mereka membiarkan orang-orang Quraisy menjadi pemimpin mereka karena orang-orang Quraisy-lah yang tinggal di dekat Kabah tempat patung-patung Tuhan mereka diletakkan. Bani musthaliq mengutus para penyairnya menemui Abu Sufyan untuk menghibur pemimpin Quraisy itu. Para penyair melantunkan kata-kata cacian bagi Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya. Al Haris pemimpin Bani Musthaliq juga mengajak suku-suku di sekitar Bani Musthaliq untuk berkumpul menyusun pasukan. Semua suku yang mendukungnya adalah mereka yang bertempat tinggal di tepi laut merah. Selanjutnya Bani Musthaliq maju sebagai komandan perang Pasukan gabungan itu. Bendera kini diserahkan orang Quraisy kepada Al Haris. Dari kemampuan tempur Al Haris memang lebih pantas menjadi Panglima dibandingkan Abu Sufyan. Di bawah kepemimpinannya semua persiapan pasukan di lakukan dengan sungguh-sungguh. Rasulullah ﷺ mengetahui bahwa pasukan ini akan menyerang Madinah, maka Rasulullah ﷺ pergi meninjau wilayah musuh untuk mengetahui tempat terbaik bagi kaum muslimin apabila harus bertempur. Setelah mengadakan musyawarah dengan para sahabatnya, Rasulullah ﷺ memutuskan untuk menyambut pasukan musuh. Yang menakjubkan adalah cara Rasulullah ﷺ menjinakkan hati Abdullah bin Ubay yang sebenarnya sangat membenci kaum muslimin. Abdullah bin Ubay ditugasi pemimpin pasukan Anshor dari suku Khazraj. Rasulullah ﷺ kemudian mengundi di antara istri-istrinya, Siapakah di antara mereka yang akan diajak mengikuti pertempuran. Ternyata nama Aisyah yang keluar. Maka Aisyah bisa dinaikkan ke unta yang khusus disediakan untuk beliau. Penyair berperan penting dalam Perang urat syaraf. Rasulullah ﷺ pernah berkata kepada Hasan bin Tsabit seorang penyair. "Wahai Hasan, engkau berjuang melawan orang kafir dan Jibril selalu bersamamu. Ketika sahabatku bertempur menggunakan senjata, engkau bertempur dengan kata-katamu." Bersambung Suasana Madinah pun menjadi tentram setelah Bani Nadhir dikeluarkan. Hati mereka semua lega dengan suasana yang begitu tenang tentram dan aman. Al Muhajirin kini dapat hidup mandiri berkat tanah-tanah yang dibagikan dan itu membuat orang-orang Anshor turut bergembira.
Namun peristiwa Perang Uhud sudah hampir setahun berlalu, Rasulullah ﷺ teringat ancaman Abu Sufyan yang diucapkan ketika Perang Uhud berakhir, "Yang sekarang ini untuk peristiwa Perang Badar. Sampai jumpa tahun depan." Kata-kata itu adalah tantangan untuk bertempur lagi di lembah Badar. Rosululloh ﷺ mewaspadai apa yang akan dilakukan orang-orang Quraisy. Kekhawatiran beliau ternyata benar-benar terjadi karena tidak lama kemudian, tibalah seorang utusan Quraisy dan membawa sebuah pesan. BADAR TERAKHIR Utusan Quraisy itu bernama Nu'aim bin Mas'ud. Ia tiba di Madinah dan mengabarkan: "Orang-orang Quraisy telah mengerahkan tentaranya dalam jumlah yang begitu besar dan tidak ada taranya dalam sejarah bangsa Arab. Tentara besar itu kini sudah bergerak ke lembah Badar, mereka siap memerangi kalian sekaligus meluluhlantakkan kalian hingga tidak bersisa. Jika kalian berani pergi ke lembah Badar." Mendengar berita itu banyak kaum muslimin menunjukkan keengganannya. "Lebih baik kita abaikan saja tantangan itu." Akan tetapi Rasulullah ﷺ menjadi marah terhadap sikap lemah dan ingin mundur itu. Rasulullah ﷺ bahkan bersumpah bahwa beliau akan tetap pergi ke Badar walau seorang diri. Melihat kemarahan Rasulullah ﷺ itu, lenyaplah rasa ragu dan takut di hati kaum muslimin. Mereka segera pulang ke rumah dan menyiapkan segala sesuatunya. Bekal makanan senjata dan berpamitan kepada keluarga yang ditinggalkan. Setelah itu 1500 orang prajurit muslim di bawah komando Rasulullah ﷺ langsung berangkat meninggalkan Madinah. Sebenarnya Abu Sofyan sendiri enggan berperang pada tahun ini, musim kering tengah mengganas. Harapan Abu Sufyan sebenarnya agar perang diadakan pada waktu lain saja. Namun ia terlanjur melepaskan kata-kata tantangan pada Perang Uhud akhir itu. Karena itu ia tidak mungkin tidak berangkat memenuhi tantangannya sendiri. Hal itu akan membuat cemar Quraisy di mata orang-orang Arab. Akhirnya Abu Sufyan memutuskan untuk mengirim Nu'aim masuk ke Madinah. Nu'aim disuruhnya mengeluarkan kata-kata untuk menggertak kaum muslimin dan melemahkan semangat mereka. Walaupun demikian Abu Sufyan tetap memimpin pasukan sebesar 2000 orang. Mereka keluar dari Mekkah tidak dengan semangat sebesar dulu ketika menyongsong Perang Uhud. Apalagi mereka juga mendengar bahwa kaum muslimin telah menanti mereka di lembah badar dengan semangat tinggi. Syaja'ah adalah keberanian. Orang yang disebut berani adalah orang yang tidak gentar menghadapi bahaya dan menghindarkan bahaya yang lebih besar. Ia maju menghadapi kesulitan karena yakin bahwa dibalik kesulitan itu akan lahir sebuah kebahagiaan. KEMENANGAN Pasukan Quraisy sudah berjalan selama 2 hari dan tiba di Zahran dan bermalam di Majannah, sebuah pangkalan air di daerah itu. Namun hati Abu Sufyan semakin berat. Ia memikirkan lagi akibat perperangan dengan kaum muslimin. Ketakutan membayangi hatinya. Puncaknya Abu Sufyan berusaha mencari alasan untuk pulang. Abu Sufyan berkata kepada teman-temannya, "Saudara-saudara Quraisy, sebenarnya yang cocok buat kita hanyalah dalam musim subur, sedang sekarang kita dalam musim kering. Saya sendiri mau kembali pulang, maka dari itu pulang sajalah kamu sekalian." Tidak ada yang menentang pendapat itu karena semua prajurit Mekah juga dilanda ketakutan yang sama. Akhirnya pasukan Quraisy pun kembali pulang. Sementara itu Rasulullah ﷺ dan kaum muslimin terus-menerus menantikan mereka selama 8 hari. Kesempatan itu digunakan kaum muslimin untuk berdagang. Perdagangan itu menghasilkan keuntungan yang banyak. Kaum muslimin pun kembali ke Madinah dengan gembira, karena Allah telah memberikan keberuntungan yang demikian besar. "Berita mengejutkan, saudara-saudara!" seru seorang Arab pedalaman kepada orang-orang di sukunya. "Orang-orang Quraisy mengundurkan diri sebelum bertempur, sementara Muhammad dan para sahabatnya menunggu mereka di Badar selama berhari-hari!" Temannya berdiri dan meludah ke tanah, "Pengecut! Padahal mereka telah memukul Muhammad di Uhud! Jika terus begini, kesudahan orang-orang Mekkah sudah dapat diramalkan dari sekarang!" Dengan demikian, Perang Badar terakhir itu benar-benar telah menghapus kemenangan Quraisy pada perang Uhud. Tindakan pengecut Quraisy yang menarik diri sebelum tiba di tempat pertempuran telah membuat nama mereka tercemar melebihi ketika mereka kalah pada Perang Badar pertama. Sementara itu walaupun pasukannya mendapatkan kemenangan. Rasulullah ﷺ tetap waspada. Terbukti, tidak lama setelah itu terdengar berita bahwa pasukan Bani Ghafatan dari Najd tengah berkumpul untuk menyerang Madinah dalam jumlah yang sangat besar. Bersambung |
ISLAM
Cari artikel? Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini. Kebenaran Quran dan Ajaran IslamMenyampaikan bukti-bukti kebenaran Quran dan ajaran Islam melalui tulisan dan pengakuan ahli ilmu pengetahuan dunia yang diambil dari berbagai sumber.
Archives
July 2024
Categories
All
kirim pesan [email protected]
|