Tidak biasanya saya ingin menonton TV tetapi sore itu saya iseng dan tidak sengaja menjadi tertarik dengan siaran testimoni seorang pasien yang sembuh dari kanker getah bening, kalau tidak salah. Saya tertarik dengan penjelasan dari nara sumber yang mengibaratkan berdoa kepada Tuhan seperti mengirim sebuah surat permohonan bantuan kepada Presiden. Surat permohonan kepada Presiden ada standard yang harus diikuti, misalnya dibuka dengan kata "Dengan Hormat" barulah dilanjutkan dengan isi permohonannya. Begitupun berdoa kepada Tuhan. Tuhan sudah memberi petunjuk agar dalam berdoa dimulai dengan kalimat "Bismillah". Menurut beliau ternyata "Bismillah" bukan sekedar kata-kata tetapi itu adalah perbuatan berupa kasih sayang kepada seluruh umat dan alam semesta. Baru setelah mengamalkannya seorang bisa meminta apa saya yang dia inginkan. Saya penasaran dan langsung membuka websitenya di www.powerofsoulindonesia.com. Berikut ini sekelumit tentang beliau. Nama Sonny Sutrisna, SE seorang Sarjana Ekonomi Universitas Trisakti Jakarta. Beliau terlahir dari keluarga ayah dari Bali yang beragama Hindu dengan ibu seorang warganegara keturunan Kong Hu Chu. Ketika dewasa Sony Sutrisna kemudian masuk agama Islam hingga ayah dan ibunya juga mengikuti jejaknya menjadi mualaf. Pernah menjabat sebagai Direktur Utama berbagai perusahaan di Jakarta dengan jabatan terakhirnya sebagai Direktur PT Sonega Bintang Sejati bergerak di bidang kesehatan dan jasa. Setelah beliau menikah dan mempunyai putri, beliau mendapat cobaan hingga merubah jalan hidupnya selanjutnya berupa putrinya yang ditimpa penyakit. Suatu ketika penyakit putri beliau kambuh hingga tidak dapat bernafas dan harus memakai oksigen sebagai alat bantu pernafasan. Beliau berdoa dengan khusuk dan sungguh-sungguh memohon kepada Sang Pencipta agar penyakit putrinya tersebut hilang. Pada saat itu, tiba-tiba beliau merasakan suatu benjolan-benjolan energi di sekitar tubuh putrinya, dan ketika benjolan-benjolan tersebut hilang, beliau membuka matanya kembali dan seketika melihat wajah putrinya kembali segar. Sejak saat itu berbagai penyakit dapat disembuhkan melalui terapi yang dinamakannya dengan Terapi Qolbu (energy Power of Soul). Akhirnya beliau memutuskan mundur dari dunia bisnis dan memilih untuk mendalami pengobatan energy Power of Soul (Terapi Qolbu) dan membuka klinik dengan alamat: Jl. Utan Kayu Raya No. 24 Jakarta Timur, telp (021) 858 20 29 dan (021) 858 20 30. Sahabat penasaran atau memang ingin berobat? Silahkan datang saja atau hubungi telpon tsb. www.HelfiaNet.com www.HelfiaStore.com
0 Comments
Suatu hari Umar sedang duduk di bawah pohon kurma dekat Masjid Nabawi. Di sekelilingnya para sahabat sedang asyik berdiskusi sesuatu. Di kejauhan datanglah 3 orang pemuda. Dua pemuda memegangi seorang pemuda lusuh yang diapit oleh mereka. Ketika sudah berhadapan dengan Umar, kedua pemuda yang ternyata kakak beradik itu berkata, "Tegakkanlah keadilan untuk kami, wahai Amirul Mukminin!" "Qishashlah pembunuh ayah kami sebagai had atas kejahatan pemuda ini!".
Umar segera bangkit dan berkata, "Bertakwalah kepada Allah, benarkah engkau membunuh ayah mereka wahai anak muda?" Pemuda lusuh itu menunduk sesal dan berkata, "Benar, wahai Amirul Mukminin." "Ceritakanlah kepada kami kejadiannya.", tukas Umar. Pemuda lusuh itu memulai ceritanya, "Aku datang dari pedalaman yang jauh, kaumku memercayakan aku untuk suatu urusan muammalah untuk kuselesaikan di kota ini. Sesampainya aku, kuikat untaku pada sebuah pohon kurma lalu kutinggalkan dia. Begitu kembali, aku sangat terkejut melihat seorang laki-laki tua sedang menyembelih untaku, rupanya untaku terlepas dan merusak kebun yang menjadi milik laki-laki tua itu. Sungguh, aku sangat marah, segera kucabut pedangku dan kubunuh ia. Ternyata ia adalah ayah dari kedua pemuda ini." "Wahai, Amirul Mukminin, kau telah mendengar ceritanya, kami bisa mendatangkan saksi untuk itu.", sambung pemuda yang ayahnya terbunuh. "Tegakkanlah had Allah atasnya!" timpal yang lain. Umar tertegun dan bimbang mendengar cerita si pemuda lusuh. "Sesungguhnya yang kalian tuntut ini pemuda shalih lagi baik budinya. Dia membunuh ayah kalian karena khilaf kemarahan sesaat', ujarnya. "Izinkan aku, meminta kalian berdua memaafkannya dan akulah yang akan membayarkan diyat atas kematian ayahmu", lanjut Umar. "Maaf Amirul Mukminin," sergah kedua pemuda masih dengan mata marah menyala, "kami sangat menyayangi ayah kami, dan kami tidak akan ridha jika jiwa belum dibalas dengan jiwa". Umar semakin bimbang, di hatinya telah tumbuh simpati kepada si pemuda lusuh yang dinilainya amanah, jujur dan bertanggung jawab. Tiba-tiba si pemuda lusuh berkata,"Wahai Amirul Mukminin, tegakkanlah hukum Allah, laksanakanlah qishash atasku. Aku ridha dengan ketentuan Allah" ujarnya dengan tegas, "Namun, izinkan aku menyelesaikan dulu urusan kaumku. Berilah aku tangguh 3 hari. Aku akan kembali untuk diqishash". "Mana bisa begitu?", ujar kedua pemuda. "Nak, tak punyakah kau kerabat atau kenalan untuk mengurus urusanmu?" tanya Umar. "Sayangnya tidak ada Amirul Mukminin, bagaimana pendapatmu jika aku mati membawa hutang pertanggung jawaban kaumku bersamaku?" pemuda lusuh balik bertanya. "Baik, aku akan meberimu waktu tiga hari. Tapi harus ada yang mau menjaminmu, agar kamu kembali untuk menepati janji." kata Umar. "Aku tidak memiliki seorang kerabatpun di sini. Hanya Allah, hanya Allah lah penjaminku wahai orang-orang beriman", rajuknya. Tiba-tiba dari belakang hadirin terdengar suara lantang, "Jadikan aku penjaminnya wahai Amirul Mukminin". Ternyata Salman al Farisi yang berkata.."Salman?" hardik Umar marah, "Kau belum mengenal pemuda ini, Demi Allah, jangan main-main dengan urusan ini". "Perkenalanku dengannya sama dengan perkenalanmu dengannya, ya Umar. Dan aku mempercayainya sebagaimana engkau percaya padanya", jawab Salman tenang. Akhirnya dengan berat hati Umar mengizinkan Salman menjadi penjamin si pemuda lusuh. Pemuda itu pun pergi mengurus urusannya. Hari pertama berakhir tanpa ada tanda-tanda kedatangan si pemuda lusuh. Begitupun hari kedua. Orang-orang mulai bertanya-tanya apakah si pemuda akan kembali. Karena mudah saja jika si pemuda itu menghilang ke negeri yang jauh. Hari ketiga pun tiba. Orang-orang mulai meragukan kedatangan si pemuda, dan mereka mulai mengkhawatirkan nasib Salman. Salah satu sahabat Rasulullah saw yang paling utama. Matahari hampir tenggelam, hari mulai berakhir, orang-orang berkumpul untuk menunggu kedatangan si pemuda lusuh. Umar berjalan mondar-mandir menunjukkan kegelisahannya. Kedua pemuda yang menjadi penggugat kecewa karena keingkaran janji si pemuda lusuh. Akhirnya tiba waktunya penqishashan, Salman dengan tenang dan penuh ketawakkalan berjalan menuju tempat eksekusi. Hadirin mulai terisak, orang hebat seperti Salman akan dikorbankan. Tiba-tiba di kejauhan ada sesosok bayangan berlari terseok-seok, jatuh, bangkit, kembali jatuh, lalu bangkit kembali. ”Itu dia!” teriak Umar, “Dia datang menepati janjinya!”. Dengan tubuhi bersimbah peluh dan nafas tersengal-sengal, si pemuda itu ambruk di pengkuan Umar. ”Hh..hh.. maafkan.. maafkan.. Aku..” ujarnya dengan susah payah, “Tak kukira.. urusan kaumku.. menyita..banyak.. waktu..”. ”Kupacu.. tungganganku.. tanpa henti, hingga.. ia sekarat di gurun.. terpaksa.. kutinggalkan.. lalu aku berlari dari sana..” ”Demi Allah”, ujar Umar menenanginya dan memberinya minum, “Mengapa kau susah payah kembali? Padahal kau bisa saja kabur dan menghilang?” ”Agar.. jangan sampai ada yang mengatakan.. di kalangan Muslimin.. tak ada lagi ksatria.. tepat janji..” jawab si pemuda lusuh sambil tersenyum. Mata Umar berkaca-kaca, sambil menahan haru, lalu ia bertanya, “Lalu kau Salman, mengapa mau-maunya kau menjamin orang yang baru saja kau kenal? "Agar jangan sampai dikatakan, dikalangan Muslimin, tidak ada lagi rasa saling percaya dan mau menanggung beban saudaranya”, Salman menjawab dengan mantap. Hadirin mulai banyak yang menahan tangis haru dengan kejadian itu. ”Allahu Akbar!” Tiba-tiba kedua pemuda penggugat berteriak, “Saksikanlah wahai kaum Muslimin, bahwa kami telah memaafkan saudara kami itu”. Semua orang tersentak kaget. “Kalian..” ujar Umar, “Apa maksudnya ini? Mengapa kalian..?” Umar semakin haru. ”Agar jangan sampai dikatakan, di kalangan Muslimin tidak ada lagi orang yang mau memberi maaf dan sayang kepada saudaranya” ujar kedua pemuda membahana. |
ISLAM
Cari artikel? Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini. Kebenaran Quran dan Ajaran IslamMenyampaikan bukti-bukti kebenaran Quran dan ajaran Islam melalui tulisan dan pengakuan ahli ilmu pengetahuan dunia yang diambil dari berbagai sumber.
Archives
July 2024
Categories
All
kirim pesan [email protected]
|