Perang Thaif
Saat itu turunlah Firman Allah لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللّٰهُ فِيْ مَوَاطِنَ كَثِيْرَةٍۙ وَّيَوْمَ حُنَيْنٍۙ اِذْ اَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْـًٔا وَّضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْاَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُّدْبِرِيْنَۚ Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai. Surah At-Taubah (9:25). ثُمَّ اَنْزَلَ اللّٰهُ سَكِيْنَتَهٗ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَعَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ وَاَنْزَلَ جُنُوْدًا لَّمْ تَرَوْهَا وَعَذَّبَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْاۗ وَذٰلِكَ جَزَاۤءُ الْكٰفِرِيْنَ Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir. Surah At-Taubah (9:26). Pasukan muslim mengepung kota Tha'if. Mereka kemudian menyerang dengan manjaniq dan "thank". Thank ini berbentuk seperti rumah kura-kura yang besar. Para prajurit maju dan dengan sengaja berlindung di bawahnya untuk mengebor dinding. Namun musuh yang cerdik menuangkan besi panas hingga "thank" itu terbakar. Pertempuran keras merebut benteng tidak berhasil. Rasulullah ﷺ memakai cara lain. Beliau memerintahkan agar kebun kurma dan anggur Thaif yang terkenal itu dibakar dan ditebang. Namun, karena pihak musuh memohon agar beliau tidak melakukan itu. Rasulullah ﷺ pun membatalkan perintahnya. Beliau juga berkata kepada musuh, "Siapa pun yang turun dari benteng dan datang ke sini maka dia bebas." Maka 20 orang pun turun dan bergabung dengan pasukan muslimin. Dari merekalah Rasulullah ﷺ mengetahui bahwa musuh mempunyai persediaan makanan yang cukup untuk bertempur berbulan-bulan. Karena itu beliau memutuskan untuk menarik mundur pasukannya. Salah seorang sahabat berkata, "Ya Rasulullah berdoalah bagi kemalangan orang-orang Bani Tsaqif di Thoif." Namun Rasulullah ﷺ yang bijak dan penyayang malah berdoa, "Ya Allah berikanlah petunjuk kepada penduduk Tsaqif dan berkahilah mereka." Karena pengepungan akan berlangsung lama, Naufal bin Muawiyah memberi saran kepada Rasulullah ﷺ, "Wahai Rasulullah, mereka itu seperti serigala di dalam lubangnya. Apabila engkau terus menungguinya tentu akhirnya engkau dapat mengambilnya. Namun ia pun tidak seberapa berbahaya jika engkau tinggalkan.." Mengembalikan Tawanan Thaif Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya meninggalkan kota Thaif. Di Ji'rona, mereka berhenti untuk membagikan harta rampasan dan para tawanan perang. Di antara para tawanan ada seorang wanita tua yang berkata kepada para sahabat, "Kamu tahu bahwa aku masih saudara sesusuan dengan pemimpin kamu itu?" Setengah tidak percaya mereka membawa wanita itu ke hadapan Rasulullah ﷺ. Ternyata Rasulullah ﷺ segera mengenalinya walau pun sudah begitu lama tidak bertemu dengan wanita itu. Dia adalah Syaimah binti Al Harist, Putri Halimah as-Sa'diyah, ibu susuan Rasulullah ﷺ. Rasulullah segera menghamparkan jubahnya, dan mempersilahkan Syaimah duduk di situ. Ketika beliau bertanya apakah dia ingin tinggal bersama beliau, Syaimah lebih memilih pulang kembali ke kabilahnya. Maka Rasulullah ﷺ pun membebaskan Syaimah. Setelah itu datanglah para Utusan dari Bani Hawazin. Mereka meminta agar Rasulullah ﷺ memulangkan harta, wanita, dan anak-anak yang tertawan. "Rasulullah, di antara para tawanan itu terdapat juga bibi-bibimu dari pihak ayah dan ibu-ibu yang dulu pernah memeliharamu. Jika sekiranya kami menyusui Haris bin Abi Syimr atau Nu'man bin Al Mundzir, kemudian ia datang melihat keadaan kami seperti yang kami alami sekarang ini, tentu kami manfaatkan dan kami mintai belas kasihnya. Konon pula engkau yang sudah mendapat pengasuhan yang terbaik...." Para utusan ini mengingatkan bahwa ketika kecil dulu Rasulullah ﷺ pernah dirawat di lingkungan mereka. Hati Rasulullah ﷺ yang penyayang amat terharu mendengarnya. Tahu berterimakasih dan mengingat budi orang lain sudah menjadi bawaan sifat Rasulullah ﷺ. Beliau pun bertanya, "Anak-anak dan istri-istri kamu ataukah harta kamu yang lebih kamu sukai." "Rasulullah kami disuruh memilih antara harta dan sanak keluarga kami?" "Mengembalikan istri-istri dan anak-anak kami tentu lebih kami sukai." Di hadapan pasukannya Rasulullah ﷺ mengumumkan bahwa beliau dan keluarganya melepaskan anak-anak dan kaum wanita Hawazin. Melihat itu, serentak para sahabat pun segera melepaskan para tawanan dengan berkata, "Apa yang ada pada kami, kami serahkan kepada Rasulullah." Rasulullah ﷺ akhirnya menaklukkan Tha'if dengan cara sederhana. Beliau menawarkan kepada Malik bin Auf untuk masuk Islam dan seluruh keluarga serta hartanya akan dikembalikan, ditambah 100 ekor unta. Akhirnya pemimpin pasukan musuh di Perang Hunain itu memeluk Islam di ikuti kaumnya. Bersambung
0 Comments
Perang Hunain
Malam Rabu tanggal 10 Syawal pasukan muslim tiba di lembah Hunain. Namun diam-diam Malik bin Auf dan pasukannya sudah tiba lebih dulu di sana. Malik menyusupkan pasukannya di tengah kegelapan malam. Ia menyebarkan mereka di setiap jalan masuk ceruk tersembunyi dan celah celah bukit. Selepas sholat subuh Rasulullah ﷺ menyerahkan bendera dan membagi-bagikan tugas kepada setiap komandan. Setelah itu beliau memerintahkan agar pasukan muslim berangkat. Tiba-tiba saja di dalam keremangan subuh, serangan panah yang gencar dan serentak datang seperti hujan. Pasukan musuh membuka serangan, mereka menyerbu turun didahului oleh seorang laki-laki yang menunggang unta merah. Ia membawa Bendera Hitam di ujung tombak. Setiap kali menemui seorang muslim tombak itu dihantamkannya kuat-kuat. Maka tanpa terkendalikan lagi pasukan muslim lari kocar-kacir. Perasaan takut dan gentar begitu kuat menghantui perasaan mereka, sehingga mereka lari tanpa menghiraukan teman-temannya lagi. Abu Sufyan yang baru saja dikalahkan saat Fathu Makah, tersenyum sambil berkata, "Mereka tidak berhenti lari sebelum sampai ke laut." Beberapa orang Mekah yang baru masuk Islam seperti Suaiba bin Usman berkata, "Sekarang aku dapat membalas Muhammad, dulu ia yang membunuh ayahku pada perang Uhud." Kalada bin Hanbal berkata, "Sekarang sihir Muhammad sudah tidak mempan lagi." Rasulullah ﷺ yang saat itu duduk di atas keledai putihnya menunjukkan ketabahan yang luar biasa. Ketika semua pengikutnya berlarian mundur, beliau tetap di tempat ditemani beberapa sahabatnya. Beliau memanggil-manggil orang yang berlarian. "Hai orang-orang, kamu mau kemana? Mau kemana? aku adalah Rasulullah! Aku adalah Muhammad bin Abdullah." Namun orang-orang tidak peduli, sebab yang mereka pikirkan hanya menyelamatkan diri sendiri. Saat itu Abu Sufyan memegang tali kekang keledai dari Rasulullah ﷺ dan Abbas memegangi pelananya agar keledai Rasulullah ﷺ itu tidak melarikan diri karena ketakutan. Rasulullah ﷺ turun dari keledainya dan berdoa, "Ya Allah turunkanlah Pertolonganmu." Kemenangan Selesai berdoa Rasulullah ﷺ memerintahkan pamannya, Abbas, untuk memanggil para prajurit. Abbas adalah laki-laki bersuara lantang. Kemudian ia menyeru, "Manakah saudara-saudara Anshar yang telah memberi tempat dan pertolongan? Manakah saudara-saudara Muhajirin yang telah berikrar di bawah pohon? Kemarilah saudara-saudara. Rasulullah ﷺ masih hidup!" Di kemudian hari Abbas menuturkan pengalamannya itu, "Demi Allah seakan-akan perasaan mereka saat mendengar teriakanku ini seperti perasaan seekor induk sapi terhadap anaknya." Suara Abbas menggema berulang-ulang ke seluruh lembah. Terjadilah mukjizat Allah. Orang-orang Anshor yang diingatkan akan baiat Aqobah segera teringat pada sosok Rasulullah ﷺ dan janji mereka untuk melindungi beliau. Mendengar nama Rasulullah ﷺ, orang-orang Muhajirin teringat bahwa mereka telah berjuang begitu bersusah-payah bersama beliau. Kehormatan mereka tersentuh sehingga dengan penuh semangat orang-orang Muhajirin dan Anshar berseru dari segala penjuru, "Labbaik! Labbaik! Kami datang! Kami datang!" Sekelompok pasukan muslim berdatangan ke tempat Rasulullah ﷺ berada dan bertempur dengan dahsyat. Alangkah beratnya menahan serbuan musuh yang sudah di ambang kemenangan. Melihat para sahabatnya memberikan perlawanan sengit, dengan semangat yang makin melambung Rasulullah ﷺ bersabda, "Sekarang pertempuran benar-benar berkobar. Allah tidak menyalahi janji kepada Rasul-Nya". Rasulullah ﷺ menyebarkan segenggam kerikil pada musuh sambil bersabda, "Wajah-wajah buruk!" Tidak lama kemudian pasukan musuh terpukul berantakan. Mereka lari meninggalkan semua istri, anak, dan harta mereka. 70 musuh terbunuh. Sebanyak 6.000 tawanan, 22.000 unta, 40.000 kambing dan 4.000 uqiyah perak direbut kaum Muslimin. Pasukan Muslim terus mengejar musuh sampai ke atas. Di tempat ini Hawazin dihancurkan sama sekali. Duraid si buta juga terbunuh. Malik bin Auf lari ke dalam kota Tha'if dan berlindung di sana. Dalam perang Hunain ini Abu Sufyan sedang memegang tali kekang kuda Rasulullah ﷺ. Ketika pasukan muslim kocar-kacir Abu Sufyan bersiap untuk syahid dengan tangan kanan menangkis serangan lawan dan tangan kiri memegang tali kekang. Setelah pasukan muslim balik memukul, Rasulullah ﷺ menatap Abu Sufyan berlama-lama seraya berkata, "Oh saudaraku Abu Sufyan bin Harits..." Mendengar Rasulullah ﷺ mengatakan itu, Abu Sofyan menangis haru dan air matanya membasahi kaki Rasulullah ﷺ. Bersambung Menghancurkan Berhala-berhala Lain
Penaklukan Mekah terjadi pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke-8 Hijriyah. Allah memberikan kemenangan besar kepada kaum muslimin justru pada saat mereka tengah menunaikan ibadah shaum. Lima hari sebelum Ramadhan berakhir. Rasulullah ﷺ mengirim Khalid bin Walid beserta 30 penunggang kuda untuk menghancurkan berhala-berhala Uzza di Nakhlah. Berhala ini milik Quraisy dan Bani Kinanah. Khalid merobohkannya, kemudian kembali. Namun Rasulullah ﷺ bertanya, "Apakah engkau melihat sesuatu?" "Tidak," jawab Khalid. "Kalau begitu, engkau belum benar-benar merobohkannya. Kembali lagi ke sana dan robohkan!" demikian sabda Rasulullah ﷺ. Dengan perasaan bergejolak, Khalid kembali sambil menghunus pedang. Namun, ketika sampai di tujuan, Khalid dihadang seorang wanita berkulit hitam tanpa baju yang menggeraikan rambut. Orang-orang menjerit melihat tingkah wanita. Khalid segera menebasnya sampai mati. Ketika ia kembali ke Mekkah, Rasulullah ﷺ bersabda, "Dulu aku mengira kalau-kalau Uzza akan disembah selama-lamanya di negeri kalian ini." Selain itu Amr bin Ash juga diutus untuk menghancurkan berhala Suwa' milik Bani Hudhail di Ruhath. Ketika Amir bin Ash tiba di sana, penjaga Suwa' bertanya, "Apa maumu?" "Aku diperintahkan Rasulullah ﷺ untuk menghancurkan Suwa". "Engkau tidak akan sanggup!" jawab penjaga sambil melotot. "Mengapa?" tanya Amr bin Ash geram. "Karena engkau akan dihalangi!" seru penjaga dengan yakin. "Hingga detik ini, engkau masih juga berada dalam kebatilan!" seru Amr bin Ash gemas. "Celakalah engkau. Apakah engkau pikir berhala itu bisa mendengar dan melihat?" Kemudian Amr bin Ash menghancurkan Suwa' sampai berkeping-keping. Setelah itu, ia bertanya kepada penjaga, "Bagaimana menurut pendapatmu?" "Kalau begitu, aku pasrah kepada Allah", jawab penjaga. Sa'ad bin Zaid beserta duapuluh pasukan diutus Rasulullah ﷺ untuk menghancurkan Manat. Berhala itu dulunya milik suku Aus, Khazraj, Ghassan, dan lainnya. Di tempat itu juga muncul dukun wanita berkulit hitam yang bertelanjang sambil mengutuk Sa'ad. Sa'ad membunuhnya dan menghancurkan berhalanya. Sungguh tak layak berhala disembah, karena Allah Maha Kaya. Dialah yang memiliki kerajaan bumi dan langit beserta bintang-bintang, bulan-bulan, asteroid-asteroid, komet-komet, dan segala yang ada di alam semesta ini. Ancaman Hawazin dan Tsaqif Kini kaum Muhajirin sudah tenang. Mereka dapat kembali ke rumah mereka dan dapat berhubungan lagi dengan keluarga mereka di Mekah yang sekarang telah memeluk islam. Hati semua orang sudah yakin bahwa Islam telah meraih kemenangan. Namun setelah limabelas hari fathu mekah, tiba tiba tersiar berita yang membuyarkan semua harapan perdamaian. Kabilah Hawazin dan Tsaqif yang tinggal di pegunungan tidak jauh dari Mekah sudah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kaum Muslimin. Pasukan Hawazin dipimpin oleh Malik bin Auf. Ia membawa serta semua harta, wanita, dan anak-anak. Seorang tua bijaksana yang sudah buta, Duraid bin Ash Shima bertanya, "Mengapa sampai harus membawa wanita, harta, dan anak-anak?" "Aku ingin setiap prajurit menjadi bersemangat karena tak ingin istri, anak, dan hartanya dirampas jika mereka kalah," jawab Malik bin Auf. "Wahai Malik, tidak pantas engkau membawa penduduk Hawazin ini ke tengah pasukan. Bawalah mereka pulang dan bertahanlah di tempat kita tinggal yang aman dan terlindung. Setelah itu hadapilah orang-orang Muslim dengan pasukan inti. Jika engkau menang, keluarga dan hartamu tetap aman. Jika engkau kalah, setidaknya harta dan keluargamu tetap terlindung." Namun Malik tidak mau mendengar suara bijak ini. Ia bahkan mengusir Duraid dan berkata, "Aku tidak mau lagi nama Duraid bin Ash Shima disebut-sebut!" Tanggal enam Syawal tahun 8 Hijriyah Rasulullah ﷺ meninggalkan Mekah dengan 12 ribu pasukan termasuk 2 ribu orang Mekah yang memeluk Islam. Menjelang petang muncul seorang penunggang kuda. Ia melaporkan bahwa Hawazin membawa seluruh harta dan ternak mereka. Rasulullah ﷺ tersenyum dan bersabda, "Itu adalah harta rampasan milik orang-orang muslim besok hari, jika Allah menghendaki. Jumlah pasukan yang besar itu membuat sebagian prajurit muslim berkata dengan bangga, "Kali ini kita tidak mungkin bisa dikalahkan." Sebuah pernyataan yang keliru dan mengakibatkan bencana. Ketika Rasulullah ﷺ mendengar gerakan musuh di Thaif, beliau mengirim mata-mata yaitu seorang sahabat bernama Abdullah Bin Abu Hadrod al Aslamy. Abdullah melakukan pengintaian dan membenarkan persiapan musuh. Sebagai persiapan, Rosulullah ﷺ meminjam 100 baju perang dan perangkat senjata kepada Sufyan bin Umayyah yang saat itu belum masuk Islam. Bersambung Fadhalah
Hari ketika Makkah ditaklukkan Allah melalui tentara Islam dikenal dalam sejarah dengan nama Fathu Mekah. Pada hari itu amarah dan kebencian meledak di hati Fadhalah bin Umair. Ia tidak menerima Mekah takluk begitu saja. Diam-diam, ia pergi mencari Rasulullah ﷺ. Ketika dilihatnya beliau sedang berthawaf, Fadhalah segera mengikuti dari belakang. Di balik bajunya tersembunyi sebilah pisau mengkilat siap dihunus dan dihunjamkan. Fadhalah semakin dekat semakin dekat kepada Rasulullah ﷺ. Tangan Fadhalah masuk ke balik bajunya untuk mencabut pisau. Pikirannya dipenuhi hasrat membara untuk membunuh Rasulullah ﷺ. Tetapi tepat saat itu juga, Rasulullah ﷺ langsung menoleh kepadanya dan menegur, "Apakah ini Fadhalah?" Agak terkejut, Fadhalah menjawab, "Ya, Saya Fadhalah, wahai Rasulullah." "Apa yang kamu pikirkan?" tanya Rasulullah ﷺ. "Tidak memikirkan apa-apa. Aku hanya memikirkan Allah." Rasulullah ﷺ tersenyum. Beliau meletakkan tangannya yang sejuk di atas dada Fadhalah sambil bersabda, "Mohon ampun kepada Allah.... " Perlahan-lahan hati Fadhalah menjadi tenang. Ia kemudian berkata, "Begitu beliau melepaskan tangannya dari dadaku, aku merasa tidak seorang pun yang lebih aku cintai daripada beliau." Dalam perjalanan pulang ke rumahnya, Fadhalah dipanggil seorang wanita cantik. Wanita itu dulu pernah disukai oleh Fadhalah. Wanita itu ingin mengajak Fadhalah bicara, namun Fadhalah berkata, "Tidak, Allah dan Islam telah melarangku bicara bebas dengan wanita yang belum halal bagiku. Aku baru saja melihat Rasulullah ﷺ menghancurkan semua berhala. Agama Allah itu sangat jelas dan nyata, sedangkan kemusyrikan adalah kegelapan." Sejak hari itu, Rasulullah ﷺ melarang orang berperang di tanah suci Mekah. Beliau bersabda, "Sesungguhnya Mekah telah diharamkan oleh Allah, bukan oleh manusia. Tidak boleh bagi seseorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir menumpahkan darah dan mencabut pohon di Mekah." Fadhalah bisa merasakan kasih sayang Rasulullah ﷺ yang begitu besar. Kasih sayang betul-betul membanjiri hati beliau yang amat lapang itu. Karena itu, tampak pada mulut beliau berupa keramahan, pada mata beliau berupa air mata, dan pada tangan beliau berupa kedermawanan. Kasih sayang adalah sifat Rasulullah ﷺ yang paling menonjol dan tak seorang pahlawan pun berhasil menyamainya. Shalat Kemenangan Rasulullah ﷺ bertamu ke rumah sepupunya Ummu Hani binti Abu Thalib. Beliau mandi dan sholat kemenangan sebanyak 8 rokaat. Saat itu, dua orang musyrik cepat-cepat meminta perlindungan kepada Ummu Hani. Ali bin Abu Tholib berkeras ingin membunuh dua orang itu. Namun Rasulullah ﷺ bersabda, "Kami melindungi siapa pun yang engkau lindungi, wahai Ummu Hani." Setelah itu beberapa penjahat besar yang paling keras memusuhi Islam diadili. Sebagian diampuni dan sebagian dihukum mati. Istri Ikrimah bin Abu Jahal menghadap Rasulullah ﷺ dan meminta agar suaminya diampuni. Rasulullah ﷺ mengabulkannya. Istri Ikrimah pun menjemput suaminya yang lari ke Yaman. Ikrimah kembali ke Mekah dan masuk Islam. Miqyas bin Subabah dihukum mati. Miqyas pernah masuk Islam, namun ia kemudian membunuh seorang Anshor dan kembali murtad setelah bergabung dengan orang-orang musyrik. Al Haris bin Nufail dihukum mati karena ia dulu sering kali menyiksa dan mengganggu Rasulullah ﷺ. Habbar bin Al Aswad diampuni. Ia dulu yang mengguncang unta Zainab, putri Rasulullah ﷺ. Zainab yang saat itu sedang hamil, jatuh dan keguguran. Setelah masuk Islam, Habbar menjadi seorang muslim yang taat. Saat itu, muncullah kekhawatiran di kalangan orang Anshor. Salah seorang di antara mereka bertanya kepada saudara Anshornya, "Apakah menurut kalian Rasulullah ﷺ akan menetap di Mekah setelah Allah memberi kemenangan?" Orang-orang yang ditanya saling bertatapan sedih. Mereka sungguh tak ingin hal itu terjadi. Ketika itu, Rasulullah ﷺ sedang berdoa di Shafa sambil mengangkat kedua tangan. Begitu selesai, beliau segera menghampiri kerumunan Anshor dan bertanya, "Apa yang kalian bicarakan?" "Tidak ada apa-apa, wahai Rasulullah." Namun, karena kekhawatiran yang terus mebesar, akhirnya mereka menyampaikannya kepada Rasulullah ﷺ. Beliau pun bersabda, "Aku berlindung kepada Allah. Tempat hidupku adalah tempat hidup kalian dan tempat matiku adalah tempat mati kalian." Bersambung Fathu Mekkah
Setelah pasukan Islam lewat, Abbas berkata kepada Abu Sufyan, "Selamatkanlah kaummu." Maka cepat-cepat Abu Sufyan juga memacu tunggangannya memasuki Mekah sambil berseru, "Wahai orang-orang Quraisy, Muhammad telah datang membawa pasukan yang tidak mungkin dapat kalian lawan. Barang siapa yang masuk rumahku, akan selamat! Barangsiapa yang menutup pintu rumahnya, akan selamat! Barang siapa yang memasuki Masjidil Haram, juga selamat!" Namun tidak semuanya menuruti Abu Sofyan, lkrimah bin Abu Jahal memimpin sepasukan Quraisy untuk melawan. Saat itu Rasulullah ﷺ sudah membagi pasukannya untuk memasuki Mekah dari tiga jurusan. Sayap kanan dipimpin oleh Khalid bin Walid, sayap kiri dipimpin Zubair bin Awwam, sedangkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam memimpin pasukan dari dataran tinggi Kida. Sa'ad bin Ubadah berseru, "Hari ini adalah hari pembantaian. Hari ini diperbolehkan melakukan segala hal yang dilarang di Kabah." Rasulullah ﷺ berulang-ulang membaca surat al-Fath dengan suara sangat merdu. Beliau tidak memasuki Mekah seperti seorang penakluk namun jutru menundukkan kepala tanda syukur kepada Allah. Karena itu, beliau menunjukkan wajah tidak suka ketika dilihatnya pasukan Khalid bin Walid bertempur karena diserang oleh pasukan Ikrimah. Namun akhirnya Rasulullah ﷺ bersabda, "Ketentuan Allah selalu lebih baik." Pasukan Quraisy terkalahkan dan lkrimah melarikan diri. Tiba di depan Ka'bah, Rasulullah ﷺ menghampiri Hajar Aswad, menciumnya dan berthawaf keliling Ka'bah. Beliau menunjuk dengan busur ke arah 360 buah berhala di sekeliling rumah Suci sambil membacakan ayat Alquran, وَقُلْ جَاۤءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ ۖاِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوْقًا Dan katakanlah: Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. Surah Al-Isra' (17:81). Maka berhala-berhala itu pun dirobohkan. Rasulullah ﷺ masuk ke dalam Ka'bah dan bertakbir di ke empat sudutnya. Beliau melihat di dalam Ka'bah ada gambar nabi Ibrahim مﻼﺳاا ﻪ ﻠﻋ dan Nabi Ismail مﻼﺳاا ﻪ ﻠﻋ sedang bermain undian anak panah. Beliau mengutuk orang yang membuat gambar itu. Setelah itu Bilal naik ke atas Ka'bah dan beradzan karena waktu sholat Dhuhur telah tiba. Sebelumnya Rasulullah ﷺ hanya mempunyai 3.000 tentara dalam Perang Khandaq menghadapi 10.000 pasukan Quraisy dan sekutunya. Kini mendadak beliau muncul di depan Mekah dengan 10.000 prajurit. Quraisy begitu terkejut dan ketakutan sehingga tidak mampu memberi perlawanan kecuali menyerah. Quraisy Berbondong-bondong Masuk Islam Rasulullah ﷺ kemudian mengucapkan khotbah di hadapan orang-orang Mekah. "Tiada ilah kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia-lah Allah yang telah menepati janji-Nya memenangkan hambanya Muhammad dan mengalahkan musuh-musuh-Nya dengan diri-Nya sendiri." "Sesungguhnya segala macam balas dendam, harta, dan darah semuanya berada di bawah kakiku ini, kecuali penjaga Ka'bah dan pemberi air minum kepada jamaah haji." "Wahai kaum Quraisy, sesungguhnya Allah telah mencabut dari kalian kesombongan jahiliyah dan mengagungkan keturunan. Semua orang berasal dari Adam dan Adam berasal dari tanah." "Wahai kaum Quraisy menurut pendapat kalian, tindakan apakah yang hendak ku ambil terhadap kalian?" Orang-orang Quraisy menjawab, "Tentu yang baik-baik, wahai saudara yang mulia dan putra saudara yang mulia." Beliau pun bersabda, "Pergilah kalian semua! Kalian semua bebas!" Setelah itu berbondong-bondonglah penduduk Mekah masuk Islam. Kemudian Rasulullah ﷺ membaiat kaum laki-laki Quraisy untuk senantiasa taat kepada Allah dan Rasulullah. Setelah itu giliran kaum wanita di antara mereka. Di antara mereka, hadir Hindun bin Uthbah, istri Abu Sufyan. Ia menyamar karena dulu telah bertindak kejam terhadap Hamzah pada perang Uhud. Tanpa memegang tangan para wanita itu, Rasulullah ﷺ membaiat mereka agar tidak menyekutukan Allah, tidak mencuri, tidak berzina, tidak membunuh anak-anak, dan tidak berbohong. Di tengah-tengah Baiat itu, Hindun menyela, "Demi Allah aku terlalu sering mengambil uang Abu Sufyan, aku tidak tahu apakah hal itu di halalkan atau tidak?" Abu Sufyan yang saat itu hadir berkata, "Aku halalkan semua hartaku yang pernah kau ambil." "Apakah engkau Hindun binti Utbah?" tanya Rasulullah ﷺ. "Ya aku adalah Hindun binti Utbah." jawab Hindun. Rasulullah ﷺ menoleh kepada Abu Sufyan, "Maafkan ia atas perbuatannya yang lalu, semoga Allah memaafkanmu." Rasulullah ﷺ adalah seorang pemaaf, tidak akan pernah ada dalam sejarah seseorang yang mampu memberi maaf seperti yang dilakukan Rasulullah ﷺ kepada orang-orang Quraisy. Padahal orang-orang Quraisy inilah yang dulu membunuh para pengikut Rasulullah ﷺ, menghina, mencaci, melukai, memboikot, mengusir, dan memerangi Rasulullah ﷺ, tetapi ketika justru Rasulullah ﷺ mempunyai kekuatan untuk membalas, beliau bersabda, "Kamu semua bebas..." Bersambung SURAT HATHIB BIN ABI BALTA'AH
Rasulullah ﷺ memerintahkan semua orang untuk mengadakan persiapan. Beliau memberi tahu bahwa sasaran mereka kali ini adalah Mekah. Beliau pun berdoa, "Ya Allah buatlah Quraisy tidak melihat dan tidak mendengar kabar ini, hingga aku tiba di sana secara tiba-tiba." Namun seorang sahabat yang bernama Hathib bin Abi Balta'ah menulis surat kepada Quraisy tentang rencana ini. Surat itu dibawa oleh Sarah, salah seorang budak wanita yang diberi uang oleh Hathib. Setelah menyembunyikan surat dalam gulungan rambutnya wanita itu pun berangkat. Kemudian Rasulullah ﷺ diberi wahyu tentang hal tersebut sehingga beliau cepat menyuruh Ali Bin Abi Thalib dan Al Miqdad menyusul pembawa surat itu. Keduanya pun memacu kudanya kencang-kencang. Mereka berhasil menyusul Sarah dan berkata, "Serahkan surat yang kau bawa!" "Aku tidak membawa sepucuk surat pun." Ali dan Al Miqdad meggeledah hewan tunggangan dan barang bawaan wanita itu dengan teliti. Ketika tidak juga menemukan apa yang dicari, Ali Bin Abi Thalib berkata, "Aku bersumpah bahwa Rasulullah ﷺ tidak pernah berbohong, jika engkau tidak menyerahkan surat itu, kami benar-benar akan memeriksa dirimu!" Mengetahui kesungguhan Ali, wanita itu pun menyerahkan suratnya. Setelah surat itu sampai di tangannya, Rasulullah ﷺ memanggil Hathib, "Apa ini wahai Hathib?" "Rasulullah," jawab Hathib, "demi Allah, saya tetap beriman kepada Allah dan Rasulullah. Sedikit pun tidak ada perubahan pada diri saya. Namun, saya mempunyai seorang anak dan keluarga di tengah-tengah Quraisy. ltu sebabnya saya hendak memberitahu mereka." Umar bin Khatab maju dan berkata, "Rasullulah, serahkan kepada saya, akan saya penggal lehernya. Orang ini bermuka dua." Rasulullah ﷺ bersabda, "Wahai Umar, sesungguhnya ia pernah ikut dalam Perang Badar. Apakah kau tahu kalau Allah meninggikan martabat orang yang turut dalam Perang Badar, lalu Allah menitahkan, "Berbuatlah sekehendak kalian, kalian Ku ampuni?" Umar pun menangis sambil berkata, "Allah dan Rasul-Nya lebih tahu." Saat berhadapan dengan musuh, kemampuan menyimpan rahasia menjadi sangat penting. Abu Hurairah melaporkan bahwa Rasulullah ﷺ pernah bersabda, "Manusia lebih banyak tergelincir karena mulutnya daripada karena kakinya." Kerahasiaan dalam gerakan ke Mekah ini diperlukan agar pasukan muslimin mampu memberikan kejutan, sehingga Mekah bisa takluk tanpa pertumpahan darah. PASUKAN MUSLIM BERANGKAT Akhirnya berangkatlah pasukan muslim. Saat itu adalah tahun ke-8 Hijriyah. Di tengah perjalanan, suku demi suku datang bergabung. Karena itu ketika tiba di Marr Az Zhahran, jumlah mereka mencapai 10.000 orang! Jumlah yang belum pernah disaksikan dalam sejarah Madinah. Pihak Quraisy yang sampai saat itu belum tahu adanya bahaya akhirnya mulai curiga. Mereka mengutus Abu Sufyan untuk mengetahui apa yang terjadi. Suatu malam ketika Abu Sufyan sedang mengintai, dipergoki Abbas paman Rasulullah ﷺ. Abbas membawa Abu Sufyan ke perkemahan kaum muslimin. Keesokan harinya Ia diterima Rasulullah ﷺ di dalam Tenda beliau. "Kasihan engkau Abu Sufyan," sabda Rasulullah ﷺ. "Bukankah sudah saatnya bagimu mengetahui, bahwa tiada Tuhan selain Allah?" "Demi ayah dan ibuku," jawab Abu Sufyan. "Engkau Sungguh orang yang murah hati, mulia dan menjaga hubungan kekeluargaan. Aku memang sudah menduga bahwa tiada Tuhan selain Allah itu sudah mencukupi segalanya." "Kasihan engkau wahai Abu Sufyan," demikian sabda Rasulullah ﷺ lagi. "Bukankah tiba waktunya engkau harus mengetahui bahwa aku Rasulullah?" "Demi Ayah Ibuku engkau sungguh bijaksana, pemurah dan suka menjaga hubungan kekeluargaan, namun untuk mengakui engkau adalah utusan Allah masih ada ganjalan di hatiku. Akhirnya, Abbas pun turun bicara, "Celaka engkau Abu Sufyan bersaksilah bahwa tiada ilah selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, sebelum beliau menghukum mati engkau karena permusuhan keras yang telah engkau lancarkan pada Islam!" Abu Sufyan pun memeluk Islam. Kemudian Abbas berbisik, "Wahai Rasulullah Abu Sufyan adalah orang yang suka membanggakan diri, maka berilah dia sedikit kebanggaan." "Baiklah," sabda Rasulullah ﷺ, "Barangsiapa yang berlindung di rumah Abu Sufyan, dirinya akan aman. Barangsiapa yang memasuki Masjidil Haram, juga akan aman." Setelah itu Rasulullah ﷺ meminta Abbas memperlihatkan keagungan pasukan muslim. Dari atas bukit, Abbas dan Abu Sufyan melihat pasukan lewat barisan demi barisan. Begitu melihat bahwa Rasulullah ﷺ dikelilingi pasukan Muhajirin dan Anshar, Abu Sufyan berkata, "Tidak seorang pun sanggup menghadapi mereka Abbas, kerajaan keponakanmu akan menjadi besar!" "Wahai Abu Sufyan, ini bukan kerajaan melainkan kenabian," "Kalau begitu akan lebih bagus lagi." Untuk mengelabui musuh, Rasulullah ﷺ mengirim patroli kecil di bawah pimpinan Abu Qatadah ke arah Batan ldam 30 mil dari Madinah ke arah Syria. Tujuan ekspedisi ini untuk memberi kesan kepada orang Quraisy bahwa Rasulullah ﷺ akan mengadakan serangan ke sana, bukan ke Mekah. Bersambung Mendadak terjadilah peristiwa menggemparkan. Pada suatu malam, Bani Bakr yang merupakan sekutu orang Quraisy menyerang musuh lamanya, Bani Khuza'ah. Pada saat itu, Bani Khuza'ah tengah tertidur lelap di pangkalan air milik mereka sendiri yang bernama Al Watir. Setelah perjanjian Hudaibyah, Bani Bakr memihak Quraisy, sedangkan Bani Khuza'ah menggabungkan diri dengan Rasulullah ﷺ.
Serangan mendadak itu membuat Bani Khuza'ah terdesak dan kewalahan. Dalam pertempuran itu, diam-diam pihak Quraisy membantu Bani Bakr. Padahal itu merupakan pelanggaran besar terhadap perjanjian Hudaibyah. Rupanya orang Quraisy sudah tidak takut lagi kepada kaum muslimin. Mereka mengira, kaum muslimin sudah hancur dalam pertempuran Mu'tah. Bani Khuza'ah lari berlindung di sekitar Ka'bah. Di tempat itu orang-orang Bani Bakr sendiri mengingatkan pemimpin mereka untuk tidak perang di tanah suci Kabah, "Wahai Naufal, kita sudah memasuki tanah suci. Ingat Tuhanmu, Tuhan mu!" Namun Naufal bin Muawiyah Ad Diali, pencetus serbuan ini, menjawab dengan kasar, "Tidak ada Tuhan pada hari ini wahai Bani Bakr! Lampiaskan dendam kalian. Demi Allah, kalau perlu kalian boleh mencuri di tanah suci. Apakah kalian tidak ingin melampiaskan dendam di tanah suci?" Akhirnya Bani khuza'ah baru benar-benar bisa menyelamatkan diri dari pembantaian setelah mereka mundur dan meminta perlindungan di rumah keluarga Budail bin Warqa Al khuza'i. Setelah itu tanpa menunggu lebih lama lagi, Amr bin Salim Al khuza'i cepat-cepat pergi ke Madinah menemui Rasulullah ﷺ. Ia bertemu dengan Rasulullah ﷺ dan beberapa sahabat di dalam masjid. Di tempat itu ia membacakan syairnya. "Ya Robbi, aku mengingatkan Muhammad tentang persahabatan ayah kami dan ayahnya pada masa lalu...... Quraisy telah menghianatimu dalam perjanjian..... Mereka mendesak hingga ke Ka'bah dan membunuh kami saat sedang ruku dan sujud kepada Ilahi." Rasulullah ﷺ bersabda, "Engkau pasti akan dibela wahai Amir bin Salim." Saat itu muncul awan mendung di langit, beliau bersabda, "Mendung ini akan memudahkan pertolongan bagi bani Kaab (sebutan lain untuk bani Khuza'ah)" Dalam Al Quran surat Al Anfal ayat 55-56, Allah berfirman, اِنَّ شَرَّ الدَّوَاۤبِّ عِنْدَ اللّٰهِ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا فَهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَۖ Sesungguhnya makhluk bergerak yang bernyawa yang paling buruk dalam pandangan Allah ialah orang kafir, karena mereka itu tidak beriman. Surah Al-Anfal (8:55) الَّذِيْنَ عَاهَدْتَّ مِنْهُمْ ثُمَّ يَنْقُضُوْنَ عَهْدَهُمْ فِيْ كُلِّ مَرَّةٍ وَّهُمْ لَا يَتَّقُوْنَ (Yaitu) orang-orang yang terikat perjanjian dengan kamu, Kemudian setiap kali berjanji, mereka menghianati janjinya, sedang mereka tidak takut (kepada Allah). Surah Al-Anfal (8:56) Quraisy Mengutus Abu Sufyan Tindakan para pemuda Quraisy membantu Bani Bakr sangat disesali oleh pemimpin mereka. Karena itu, mereka mengutus Abu Sufyan sendiri pergi ke Madinah untuk menguatkan kembali perjanjian dan memperpanjang waktunya. Sampai di tujuan, Abu Sufyan tidak langsung menemui Rasulullah ﷺ, tetapi menemui putrinya, ummu Habibah, yang sudah menjadi isteri Rasulullah ﷺ. Di rumah ummu Habibah, Abu Sufyan masuk dan ingin duduk di tikar tempat biasa Rasulullah ﷺ duduk. Ummu Habibah segera melipat tikar itu sebelum diduduki ayahnya. "Hai putriku, apakah engkau lebih sayang pada tikar itu dari pada aku?" keluh abu Sufyan. "Ini tikar Rasulullah ﷺ, padahal ayah adalah orang musyrik yang kotor. Saya tidak ingin ayah duduk di atasnya." "Demi Allah, rupanya ada yang tidak beres denganmu setelah berpisah denganku." Setelah itu, Abu Sufyan langsung menemui Rasulullah ﷺ. Ia bicara panjang lebar membujuk Rasulullah ﷺ agar memperpanjang perjanjian. Namun Rasulullah ﷺ sama sekali tidak menanggapinya. Abu Sufyan belum putus asa, ia pergi ke Abu Bakar dan meminta agar Abu Bakar membujuk Rasulullah ﷺ. Namun Abu Bakar berkata, "Aku tidak sudi melakukannya." Kemudian giliran Umar bin Khattab yang diminta Abu Sufyan agar mau membujuk Rasulullah ﷺ. Umar menjawab, "Layakkah aku meminta pertolongan bagi kalian kepada Rasulullah ﷺ ? Demi Allah, walau hanya pasir yang ada di tanganku, tentu pasir itu akan kupergunakan untuk melawan kalian!" Untuk terakhir kalinya, Abu Sufyan mencoba meminta tolong kepada Ali bin Abi Thalib yang saat itu sedang bermain dengan Hasan dan Husain bersama Fathimah Az Zahra istrinya. Namun, dengan lembut Ali menjawab, "Jika Rasulullah ﷺ sudah mengambil keputusan, tidak seorang pun dari kami yang bisa menarik keputusan beliau." Gelaplah rasanya dunia ini bagi Abu Sufyan. Ia telah meminta-minta kepada orang-orang yang dulu pernah disiksanya sampai akhirnya terusir dari Mekah. Ia kembali pulang dengan membawa kabar buruk itu bagi kawan-kawannya. Bersambung Rasulullah ﷺ bersabda, "Zaid dan Ja'far telah diangkat kepadaku di surga di atas ranjang emas. Aku juga melihat ranjang Abdullah, tetapi agak miring dibanding ranjang kedua temannya." "Mengapa Ya Rasulullah?" tanya para sahabat keheranan. "Sebab yang dua orang itu terus maju, tapi Abdullah sempat agak ragu walau ia terus maju juga."
Rasulullah ﷺ tahu benar betapa penting dan berbahayanya perang kali ini. Karena itu beliau sengaja memilih 3 panglima perang yang pada waktu malam bertaqorrub mendekatkan diri kepada Allah, sedang pada siang hari menjadi pendekar pejuang agama. Tiga orang ini tidak berkeinginan kembali karena mereka bercita-cita mati syahid dalam perjuangan. Khalid bin Walid Menjadi Komandan Di Madinah kaum muslimin mendapat gambaran jalannya pertempuran dari wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah ﷺ. Beliau bersabda, "Zaid mengambil bendera lalu dia gugur. Kemudian Ja'far mengambilnya dan dia pun gugur. Selanjutnya Abu Rawahah mengambilnya dan dia pun gugur..." Air mata menetes menuruni kedua pipi Rasulullah ﷺ. Setelah itu beliau bersabda lagi, Salah satu dari Pedang Allah mengambil bendera itu dan akhirnya Allah memberikan kemenangan kepada mereka. Siapakah Pedang Allah yang dimaksud Rasulullah ﷺ. Di Mu'tah, Tsabit bin Akram meraih bendera sambil berseru, "Saudara-saudara kaum muslimin! Mari kita mencalonkan salah seorang dari kita!" "Engkau sajalah. "Tidak saya tidak akan mampu." Kaum muslimin kemudian menunjuk Khalid bin Walid yang baru saja memeluk Islam. Khalid mengubah taktik dengan menimbulkan berbagai pertempuran kecil. Ia mengulur ulur waktu sampai tibanya perang. Sementara itu Khalid bertempur dengan gagah sampai sembilan pedangnya patah dan yang tersisa hanya sebatang pedang lebar model Yaman. Malam hari pun tiba, Khalid bin Walid segera menyusun pasukannya untuk menjalankan strategi baru. Keesokan harinya rencana Khalid itu membuat musuh gentar. Mereka melihat debu bertebangan tanda adanya pergerakan pasukan besar yang datang dari mana-mana di belakang pasukan muslim. "Mereka mendapat bantuan besar!" seru orang-orang Romawi. Padahal yang tampak sebagai gerakan pasukan besar itu adalah akibat strategi Khalid yang menarik pasukan depan ke belakang dan menaruh pasukan belakang ke depan pasukan yang berada di belakang. Mereka berpencar dan melakukan gerakan seolah-olah datang pasukan besar dari Madinah. Setelah bertempur dengan saling mengintip kekuatan, pelan-pelan Khalid bin Walid menarik mundur pasukannya dengan tetap mempertahankan susunan tempur. Pasukan Romawi pun mengundurkan diri dengan perasaan lega. Kalau 3.000 orang saja sudah sedemikian tangguh, apalagi jika pasukan bantuannya datang, demikian pikir mereka. Dampak Pertempuran Mu'tah Sementara itu rasa haru memenuhi hati Rasulullah ﷺ karena gugurnya ketiga panglima muslim. Mereka pergi ke rumah Ja'far dan melihat istrinya Asma bin Umair sedang membuat adonan roti sementara itu anak-anaknya sudah dimandikan diminyaki dan dibersihkan. Saat itu Asma belum tahu nasib yang menimpa suaminya. Rasulullah ﷺ memeluk dan mencium anak-anak Ja'far dengan air mata berlinang. "Ya Rasulullah demi ayah bundaku," tanya Asma gelisah. "Mengapa anda menangis? Apakah ada hal-hal yang menimpa Ja'far dan kawan-kawannya?" "Ya hari ini mereka gugur," jawab Rasulullah ﷺ dengan air mata yang terus bergulir membasahi pipinya. Maka menangislah Asma, begitu sedih sehingga para wanita berdatangan menghiburnya. Rasulullah ﷺ pulang dan berkata kepada para istrinya, "Keluarga Ja'far jangan dilupakan buatkan makanan untuk mereka. Mereka sekarang dalam kesusahan". Kemudian ketika dilihatnya putri Zaid bin Haritsah datang, beliau membelainya sampai menangis. Ketika para sahabat bertanya, "Mengapa Rasulullah ﷺ menangisi para syuhada yang masuk surga?" Rasulullah menjawab bahwa itu adalah air mata seseorang yang kehilangan sahabatnya. Di Madinah orang-orang tidak menyetujui penarikan mundur itu. Pasukan Khalid pun dicemooh, "Hai orang-orang pelarian! Kamu lari dari jalan Allah!" Namun Rasulullah ﷺ bersabda, "Mereka bukan pelarian melainkan orang-orang yang akan tampil kembali, Insyaallah." Sementara itu pertempuran Mu'tah telah menimbulkan rasa kagum yang luar biasa di kalangan suku-suku Arab kepada kaum muslimin. Selama ini, mereka menganggap siapa pun yang berniat memusuhi Romawi sama saja dengan mencari mati. Namun melihat pasukan kecil muslim mampu bertempur dan bisa mengundurkan diri tanpa kerugian besar membuat mereka yakin bahwa pasukan muslim pasti mendapat pertolongan Allah dan pemimpin mereka benar-benar utusan Allah. Maka berbondong-bondonglah Bani Sulaim, Asyja, Ghafatan, Fazarah, dan lainnya masuk Islam. Padahal sebelumnya mereka sangat keras memusuhi Islam. Rasulullah ﷺ amat prihatin dengan anak-anak Ja'far karena beliau penyayang anak-anak dan sering memberi mereka nasehat. Diriwayatkan oleh Ibnu Sunni dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah ﷺ pernah menasehati seorang anak yang sedang berjalan dengan ayahnya, "Ingatlah kamu jangan berjalan di depannya, dan kamu jangan melakukan perbuatan yang dapat membuatnya mengumpatmu karena marah, dan kamu jangan duduk sebelum ia duduk, dan kamu jangan panggil ia dengan namanya." Bersambung "Itu hanya semangat jahiliyah. Tetapi sekarang, setelah kebenaran itu bagiku sudah jelas, demi Allah, aku mengikut agama Islam!" Abu Sufyan kemudian memanggil Khalid, "Benarkah apa yang kudengar tentang engkau?" Ketika Khalid membenarkan, Abu Sufyan memerah wajahnya, "Demi Latta dan Uzza, kalau itu benar, niscaya engkaulah yang akan kuhadapi sebelum Muhammad!" "Dan memang itulah yang benar, dan apa pun yang akan terjadi,"
Kemarahan Abu Sufyan meledak. Ia maju hendak menyerang Khalid. Namun lkrimah menahannya seraya berkata, "Sabar Abu Sufyan, seperti engkau, aku juga khawatir kelak akan mengatakan sesuatu seperti kata-kata Khalid itu dan ikut ke dalam agamanya. Kamu akan membunuh Khalid karena pandangan hidupnya itu, padahal mungkin kelak seluruh Quraisy sependapat dengan dia. Sungguh aku khawatir jangan-jangan sebelum bertemu Muhammad lagi tahun depan, seluruh Mekkah sudah menjadi pengikutnya!" Sejak menjadi seorang muslim, sejarah hampir tidak pernah mencatat kekalahan pasukan yang dipimpin oleh Khalid bin Walid. Ketika menghadapi 240.000 pasukan Romawi, pasukan muslim yang lebih jauh lebih kecil jumlahnya menjadi ragu. Khalifah Abu Bakar berkata, "Demi Allah, semua kekhawatiran keraguan mereka akan hilang dengan kedatangan Khalid!" Perang Mut'ah Khalid bin Walid segera pergi ke Madinah dan menggabungkan diri dengan kaum muslimin. Tidak lama kemudian menyusul pula dua orang pembesar Quraisy Amru bin Ash dan Utsman bin Tolkhah, mereka diikuti juga oleh banyak penduduk Mekah. Kemenangan Rasulullah ﷺ terhadap Mekah tampaknya tinggal menunggu waktu. Namun sebelum itu terjadi, 15 orang yang dikirim ke perbatasan Syam dibunuh oleh pihak Romawi. Maka pada bulan Jumadil Awal tahun ke-8 Hijriyah atau 629 masehi Rasulullah ﷺ memanggil tiga ribu prajurit pilihan. Beliau menyerahkan tampuk kepemimpinan pasukan kepada Zaid bin Haritsah sambil bersabda, "Kalau Zaid gugur maka Ja'far bin Abu Tholib yang memegang tampuk kepemimpinan, dan jika Ja'far gugur maka Abdullah bin Rawahah yang memegang tampuk kepemimpinan. Pasukan berangkat diiringi doa dan ucapan selamat dari masyarakat ramai. Rasulullah ﷺ turut mengantar sampai ke luar kota dan berpesan, "Jangan membunuh wanita, bayi, orang-orang buta, dan anak-anak. Jangan menghancurkan rumah-rumah atau menebangi pepohonan. Allah menyertai dan melindungi kalian. Semoga kalian kembali dengan selamat." Zaid bin Haritsah merencanakan untuk menyergap musuh dengan tiba-tiba. Namun ketika tiba di Ma'an mereka amat terkejut. Syuhrabil gubernur Heraklius telah menghimpun pasukan yang terdiri atas orang-orang Yunani dan orang-orang Arab. Heraklius sendiri mengerahkan pasukan Romawi untuk membantu pasukan lawan yang tengah menanti pasukan muslimin yang berjumlah 200.000 orang!" Para pemimpin tentara muslimin agak ragu. Apakah mereka harus maju atau meminta bala bantuan dari Madinah. Namun, Abdullah bin Rawahah yang terkenal sebagai seorang ksatria dan pemberani berkata, "Saudara-saudara apa yang tidak kita sukai justru itu yang kita cari sekarang ini yaitu mati syahid. Kita memerangi musuh itu bukan karena perlengkapan, bukan karena kekuatan juga bukan karena jumlah orang yang banyak, melainkan kita memerangi mereka hanyalah karena agama, juga yang dengan itu Allah telah memuliakan kita. Oleh karena itu marilah kita maju. Kita akan memperoleh satu dari dua pahala ini menang atau mati syahid." Kata-kata Abdullah bin Rawahah ini melambungkan semangat pasukan. "Ibnu Rawahah memang benar!" Abdullah bin Rawahah ini adalah seorang penulis dan penyair yang untaian syair-syairnya meluncur dari lidah yang kuat dan indah didengar. Semenjak memeluk Islam dibuktikannya kemampuan bersyair itu untuk Islam. Rasulullah ﷺ menyukai dan menikmati syair-syairnya dan sering beliau minta Abdullah untuk lebih tekun lagi membuat syair. Gugurnya Tiga Pahlawan Di desa Masyarief kedua pasukan bertemu. Namun dengan cerdik, pasukan muslim membelok ke Mu'tah. Tempat itu dianggap jauh lebih baik sebagai tempat bertahan. Di mu'tah inilah terjadi pertempuran dahsyat yang jarang disaksikan sejarah karena jumlah kedua pasukan berbeda begitu jauh. Zaid bin Haritsah bertempur dengan gagah berani. Saat itu hampir tidak ada satu pahlawan pun yang bisa menyaingi kehebatannya. Ia bertempur dan bertempur sampai akhirnya sepucuk tombak menghantamnya dengan telak. Zaid bin Haritsah jatuh ke tanah dan gugur sebagai syuhada. Sesuai dengan pesan Rasulullah ﷺ, Ja'far bin Abu Tholib mengambil bendera Zaid dan maju memimpin pasukan. Usia Kakak Ali bin Abi Tholib ini baru 33 tahun. Ja'far benar-benar pemuda tampan cerdas dan berani. Ia maju dan bertempur dengan semangat menyala bagai api yang mengamuk. Ketika tangan kanannya ditebas hingga putus Ja'far meraih bendera dengan tangan kiri namun tidak lama kemudian tangan kiri ini juga lepas karena sabetan pedang. Dengan kekuatan yang tersisa Ja'far mempertahankan bendera dengan kedua pangkal lengannya sampai seorang prajurit Romawi membelah tubuh Ja'far. Pemuda tampan ini gugur. Ibnu Umar yang saat itu bertempur di sampingnya mengatakan, "Kuhitung ada 50 luka di tubuhnya, namun tidak satu pun yang terdapat di bagian punggung." Kedua lengan Ja'far yang putus diganti Allah dengan sepasang sayap sehingga Ja'far dapat terbang kemana pun ia mau. Karena itulah Ja'far dijuluki Ath Thayar atau penerbang atau Dzuljanahain atau orang yang memiliki dua sayap. Kini giliran Abdullah bin Rawahah yang menjadi panglima. Ia yang mengibarkan bendera, tetapi hatinya ragu sejenak sambil berkata, "Oh diriku! Mengapa engkau masih ragu atau terpaksa? Jika pertempuran telah dimulai dan genderang bertalu-talu, mengapa kulihat engkau masih membenci surga?" Kemudian Abdullah bin Rawahah maju dengan gagah sampai akhirnya juga gugur. Bersambung Umroh Qadha
Tidak terasa setahun sudah berlalu sejak perjanjian Hudaibyah disepakati. Rasulullah ﷺ segera memanggil para sahabat agar siap-siap berangkat melakukan umratul qadha atau umroh pengganti. Seruan itu disambut dengan penuh semangat. Kali ini 2000 sahabat berangkat dengan mengenakan pakaian ihram. Mereka tidak membawa senjata kecuali pedang yang disarungkan. Namun Rasulullah ﷺ tetap waspada terhadap penghianatan, karena itu beliau memerintahkan Muhammad bin Maslamah memimpin 100 pasukan berkuda untuk berangkat mendahului rombongan haji. Kaum muslimin berangkat ke Mekah dengan hati penuh rindu untuk berthawaf di sekeliling Ka'bah. Kaum Muhajirin sudah terlalu lama menunggu untuk melihat lagi tempat mereka dilahirkan. Mereka ingin lagi menghirup udara tanah suci yang harum dengan penuh rasa hormat dan syahdu. Mereka ingin menyentuh bumi suci yang penuh berkah tempat Rasulullah ﷺ dilahirkan dan tempat Wahyu pertama diturunkan. Sesuai dengan perjanjian Hudaibyah, ketika orang-orang Quraisy mengetahui kedatangan Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya mereka segera keluar dari Mekah. Penduduk Mekah mendirikan tenda tenda di bukit-bukit sekitar Mekah dari bukit Abu Qubais atau dari Hiro. Mereka melihat dengan penuh rasa ingin tahu bekas kawan-kawan mereka yang dulu pernah mereka usir. Umroh Qadha Begitu Ka'bah terlihat kaum muslimin serentak berseru, "Labaik, Labaik!" Di depan Ka'bah Rasulullah ﷺ membiarkan lengan kanan atasnya terbuka sambil mengucapkan, "Ya Allah berikanlah rahmat kepada orang yang hari ini telah memperlihatkan kemampuan dirinya." Kemudian beliau menyentuh Hajar Aswad (batu hitam) dan berlari-lari kecil. Setelah menyentuh Rukun Yamani di sudut selatan, beliau melakukan perjalanan biasa sampai kembali menyentuh Hajar Aswad, kemudian berlari-lari lagi berkeliling sampai tiga kali dan selebihnya berjalan biasa. Setiap kali beliau berlari, 2000 sahabat ikut berlari-lari, setiap kali Rasulullah ﷺ berjalan mereka pun serentak ikut berjalan. Semua ini sangat mempesona orang-orang Quraisy, hilanglah anggapan mereka bahwa Rasulullah ﷺ dan sahabatnya adalah orang-orang yang lemah dan dalam keadaan sulit. Gerak kaum muslimin di umrah Qadha itu menunjukkan siapa golongan yang mulia. Bukanlah disebut mulia orang yang berumah besar dan bermobil mewah. Orang yang mulia adalah orang yang membangun umat, membuka selubung kebodohan, memberi peringatan, menuntut hak yang terampas, memberi ingat dari lalai. Itulah orang yang mulia, meski tempat tinggalnya hanya gubuk buruk dan pakaiannya hanya baju bertambal. Setelah selesai thawaf, beliau melakukan Sa'i antara Safa dan Marwah. Setelah selesai melakukan Sa'i, sementara hewan-hewan kurban berada di Marwah, beliau berkata, "Di sinilah tempat menyembelih hewan qurban dan setiap tempat di Mekah dapat dijadikan tempat untuk menyembelih hewan qurban." Kemudian beliau menyembelih hewan qurban dan mencukur rambut di Marwah. Demikian pula kaum muslimin, mereka melakukan seperti apa yang beliau lakukan. Setelah itu, beliau mengutus orang-orang agar pergi ke Ya'jaj untuk menggantikan orang-orang yang telah diberi tugas menjaga persenjataan, agar mereka dapat melaksanakan manasik umroh. Mereka kemudian datang dan melaksanakan manasik. Rasulullah ﷺ tinggal di Mekah selama tiga hari. Pagi-pagi pada hari keempat orang-orang musyrik mendatangi Ali dan berkata, "Katakanlah kepada sahabatmu agar meninggalkan tempat kami, karena waktunya sudah habis." Maka Nabi ﷺ pun keluar meninggalkan Mekah dan singgah di Saraf. Ketika hendak keluar meninggalkan Mekah mereka diikuti oleh putri dari Hamzah yang berjalan sambil memanggil, "Paman ......! Paman ......!" Kemudian ia dihampiri dan diambil oleh Ali. (sesampai di Madinah) Ali, Ja'far dan Zaid berebut untuk mengurusnya. Namun Nabi ﷺ memutuskan bahwa yang berhak untuk mengurusnya adalah Ja'far, karena istri Ja'far adalah saudara dari ibu putri Hamzah tersebut (saudara perempuan ibu sama kedudukannya dengan ibu) Islamnya Khalid bin Walid Dalam masa 3 hari di Mekkah, Rasulullah ﷺ menerima lamaran seorang wanita bernama Maimunah. Usianya 26 tahun. la adalah Bibi Khalid bin Walid. Rasulullah ﷺ ingin sekali mengundang orang-orang Quraisy dalam pesta pernikahannya. Namun orang-orang itu menolak dan meminta beliau bersama para sahabatnya keluar dari Mekah karena waktu yang disepakati telah habis. Maka, Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya pun berangkat pulang. Perbuatan kaum muslimin yang menjauhi minuman keras, tidak berbuat maksiat dan tidak rakus dalam hal makan minum membuat hati Khalid bin Walid sangat tertarik. Ditambah lagi bibinya sendiri telah menikah dengan Rasulullah ﷺ. Khalid berkata kepada kawan-kawannya, "Sekarang sudah nyata bagi orang yang berpikiran sehat bahwa Muhammad bukan tukang sihir, juga bukan seorang penyair. Apa yang dikatakannya adalah firman Tuhan alam semesta ini. Setiap orang yang mempunyai hati nurani berkewajiban menjadi pengikutnya." Ikrimah bin Abu Jahal ngeri mendengarnya. Dia langsung berkata, "Khalid, bukankah para pengikut Muhammad telah melukai ayahmu, juga membunuh paman dan sepupumu? Demi Allah, aku tidak akan masuk Islam dan berkata-kata seperti itu!" Bersambung |
ISLAM
Cari artikel? Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini. Kebenaran Quran dan Ajaran IslamMenyampaikan bukti-bukti kebenaran Quran dan ajaran Islam melalui tulisan dan pengakuan ahli ilmu pengetahuan dunia yang diambil dari berbagai sumber.
Archives
July 2024
Categories
All
kirim pesan [email protected]
|