Rasulullah Melarang Hidup Meminta-minta
Ketika kaum muslimin yang hijrah ke Habasyah tiba kembali ke Madinah, sekali lagi Rasulullah ﷺ melihat beberapa dari mereka biasa hidup enak tanpa bekerja. Maklum selama di Habasyah, mereka hidup dari pemberian-pemberian Najashi yang baik budi. Di Madinah, sebagian mereka bahkan hidup dari zakat. Maka Rasulullah ﷺ pun menganjurkan agar mereka mau bekerja. "Orang miskin itu bukanlah orang yang tidak mendapatkan satu atau dua suap makanan, akan tetapi orang miskin adalah orang yang tidak mempunyai harta kekayaan dan merasa malu meminta-minta kepada orang lain secara paksa," demikian nasihat Rasulullah ﷺ kepada orang-orang itu. Ajaran yang dibawa Rasulullah ﷺ adalah ajaran kebesaran jiwa. Tidak boleh ada orang hidup dari jerih payah orang lain, walaupun hidupnya sendiri dihabiskan untuk beribadah di masjid. Alasannya tidak ada orang yang lebih utama dibandingkan orang lain selain karena amal dan pekerjaannya. Sebaliknya Rasulullah ﷺ juga melihat ada orang yang menghimpun harta kekayaan dari rampasan perang dengan perasaan khawatir hartanya itu akan habis jika disedekahkan. Maka Rasulullah ﷺ melarang melakukan penimbunan harta dan mengharuskan mereka bersedekah kepada orang yang miskin dan sengsara. "Tidaklah benar-benar beriman kepada Allah orang yang mati dalam keadaan kenyang, sementara itu tetangganya kelaparan," demikian sabda beliau. "Barangsiapa yang mempunyai kelebihan belanja maka ia harus menyisihkan bagi orang yang tidak cukup belanjanya. Barang siapa yang mempunyai kelebihan harta maka sisihkanlah kepada orang yang kekurangan. Barangsiapa yang tidak memiliki kepedulian terhadap orang-orang Islam maka ia bukan dari golongan mereka." Ajaran ini mengguncangkan hati para hartawan, bahkan ada yang mau menyerahkan seluruh hartanya. Namun Rasulullah ﷺ juga mencegah tindakan berlebihan seperti itu dengan bersabda, "Simpanlah sebagian hartamu karena sebaik-baik sedekah adalah pemberian orang kaya". Muru'ah adalah harga diri. Salah satu yang termasuk muru'ah adalah menjaga diri agar jangan memberatkan orang lain, harus belajar cukup dengan apa yang ada, belajar menahan susah dan derita, jangan menggantungkan harapan selain kepada Allah. Seperti disebut dalam pepatah Arab "anjing kurap yang mencari makan lebih mulia dari singa besar dalam kandang". Kekuatan Keyakinan Rasulullah Rintangan demi rintangan terus diatasi Rasulullah ﷺ. Beliau terus berusaha memperbaiki kehidupan islami yang sedang dibangun bersama pengikutnya. Salah satu rahasia besar kesuksesan beliau adalah keyakinan yang amat kuat kepada Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ . Suatu ketika dalam perang Dzatur riqa di tengah perjalanan yang begitu melelahkan, pasukan muslimin menemukan sebuah pohon rindang. Para sahabat meminta Rasulullah ﷺ beristirahat di bawah pohon itu, sementara mereka sendiri berpencar mencari tempat berlindung dari sengatan matahari. Rasulullah ﷺ menggantungkan pedangnya di pohon tersebut dan tertidur. Tiba-tiba muncullah seorang musyrik. Dengan cerdik ia berjalan tenang seolah-olah dirinya merupakan bagian dari pasukan muslim. Ditujunya tempat Rasulullah ﷺ berteduh, lalu dengan cepat ia mengambil pedang Rasulullah ﷺ dan menodongkannya ke dada beliau. "Apakah engkau takut kepadaku?" seringai orang itu. "Tidak," jawab Rasulullah ﷺ tegas dan tenang. Orang itu merasa heran karena sudah pasti sesaat lagi ia akan menusukkan pedangnya ke dada Rasulullah, "Lalu siapa yang bisa menghalangi dari tindakanku?" "Allah!" Seketika itu juga, orang musyrik itu gemetar, pedangnya terlepas dan tanpa daya ia duduk di hadapan Rasulullah ﷺ. Dengan tangkas, beliau segera mengambil kembali pedangnya dan mengacungkannya ke dada orang itu. "Sekarang siapa yang bisa menghalangi dari diriku?" tanya Rasulullah ﷺ. Orang itu menjawab, "Jadilah sebaik-baik orang yang menjatuhkan hukuman." Beliau bersabda, "Kalau begitu bersaksilah bahwa tiada ilah selain Allah dan bahwa aku adalah Rasulullah." "Aku berjanji kepadamu untuk tidak memusuhimu dan tidak akan bergabung bersama orang-orang yang memusuhimu," kata orang itu. Beliau memanggil para sahabatnya dan menceritakan apa yang telah terjadi. Beliau sama sekali tidak memarahi orang itu. Bahkan beliau melepaskan orang itu yang kemudian pulang dan berkata kepada kaumnya, "Aku baru saja menemui orang yang paling baik." Keyakinan Rasulullah ﷺ berasal dari kekuatan cinta kepada Allah. Beliau berdoa, "Ya Allah aku memohon dan meminta agar aku selamanya mencintai-Mu, dan mencintai orang yang cinta kepada-Mu serta mencintai pekerjaan yang dapat membawa aku untuk mencintai-Mu. Ya Allah, jadikanlah cinta kepadaMu itu lebih daripada aku mencintai diriku dan keluargaku dan lebih dari rinduku pada air yang tawar pada kala panas. Bersambung
0 Comments
Pembagian Harta Rampasan dan Kedatangan Ja'far
Rasulullah ﷺ ingin agar orang-orang Yahudi pergi dari Khaibar. Namun sebagian orang Yahudi itu berkata, "Wahai Muhammad berilah kami kesempatan untuk tetap berada di tanah ini agar kami bisa mengolah dan menanganinya. Kami lebih berpengalaman daripada kalian." Rasulullah ﷺ pun berpendapat bahwa mereka benar. Beliau dan para sahabat tidak mempunyai cukup tenaga untuk mengolah tanah-tanah pertanian Khaibar yang lebih luas. Karena itu Rasulullah ﷺ pun setuju untuk mengijinkan Yahudi mengolah tanah itu dan membagi hasil panen dengan kaum muslimin. Tanah Khaibar berjumlah 36 kelompok. Setiap kelompok dibagi menjadi 100 bagian sehingga jumlah totalnya sebanyak 3.600 bagian. Rasulullah ﷺ dan kaum muslimin mendapat separuhnya. Beliau mendapat satu bagian seperti halnya kaum muslimin yang lain. Sisanya dikhususkan untuk para wakil beliau dan urusan umum kaum muslimin. Orang-orang muslim yang ikut dalam perjalanan perjanjian Hudaibiyah mendapat masing-masing satu bagian-bagian, entah mereka itu ikut dalam perang Khaibar atau tidak. Alasannya berkat jasa mereka jugalah kaum Muslimin dapat menaklukkan Khaibar. Setiap kuda yang ikut mendapat 2 bagian, penunggangnya mendapat 3 bagian, sedangkan pejalan kaki mendapat satu bagian. Rampasan Khaibar ini begitu banyak sampai Ibnu Umar berkata, "Sebelumnya kami tidak pernah merasa kenyang, sebelum kami bisa menaklukkan Khaibar." Aisyah pun berkata, "Saat Khaibar ditaklukkan, kami bisa kenyang karena makan kurma". Setelah kembali ke Madinah kaum Muhajirin mengembalikan apa yang dulu pernah diberikan oleh kaum Anshor, yakni berupa pohon dan buah kurma, karena kini mereka telah memiliki banyak pohon dan buah kurma di Khaibar. Di Madinah Ja'far bin Abi Thalib dan rombongannya telah tiba dari Habasyah. Rasulullah ﷺ begitu gembira melihat Ja'far sehingga beliau bersabda, "Demi Allah aku tidak tahu, karena aku gembira dengan penaklukan Khaibar dan kedatangan Ja'far." Ja'far dan rombongannya pun masing-masing mendapatkan satu bagian tanah Khaibar. Shafiyah Di antara para tawanan terdapat Shafiyah binti Huyay. Ia adalah Putri Huyay bin Al Akhtab, pemimpin Bani Nadhir yang menghasut Quraisy untuk menyerang Madinah dalam Perang Khandaq. Suaminya, Kinanah bin Abul Huqaiq, dibunuh akibat berkhianat kepada Rasulullah ﷺ karena menyembunyikan harta Bani Nadhir. Shafiyah binti Huyay diberikan kepada Dihyah bin Al Khalifah. Namun, seorang sahabat merasa iba kepada putri bangsawan Yahudi itu. Ia mendatangi Rasulullah ﷺ dan berkata, "Wahai Rasulullah, apakah engkau menyerahkan Shafiyah binti Huyai, putri pemimpin Quraidhah dan Bani Nadhir kepada Dihyah? Shafiyah hanya pantas dimiliki oleh engkau." Untuk menjaga kehormatan Shafiyah, Rasulullah ﷺ meminta Dihyah mengambil tawanan yang lain. Beliau menawarkan kepada Shafiyah agar masuk Islam. Shafiyah pun menerimanya. Setelah itu Shafiyah pun menerima pinangan Rasulullah ﷺ dengan kebebasannya sebagai mahar. Di Ash Shaba', dalam perjalanan pulang ke Madinah, Rasulullah ﷺ menyelenggarakan walimah nikah. Ummu Sulaim merias Shafiyah. Untuk makan, dihidangkan kurma, makanan dari tepung, dan keju. Rasulullah ﷺ berada di sana selama tiga hari. Pada saat itu, beliau melihat memar-memar biru pada wajah Shafiyah, lalu beliau bertanya, "Ada apa ini?" "Wahai Rasulullah, sebelum engkau mendatangi kami, aku bermimpi melihat bulan seakan akan terlepas dari tempatnya dan jatuh ke bilikku. Aku menceritakan mimpi ini kepada suamiku dan aku tidak menyebut-nyebut dirimu sedikit pun, namun ia menempeleng wajahku." Rasulullah ﷺ tersenyum dan memberikan kata-kata menghibur, "Rupanya engkau dianugerahi kerajaan yang ada di Madinah." Pada saat itu ada seorang wanita Yahudi bernama Zaenab binti Al Haris yang mencoba membunuh Rasulullah ﷺ dengan mengirimkan daging domba beracun. Rasulullah ﷺ menggigit satu kunyahan, tapi segera memuntahkannya kembali sambil bersabda, "Tulang ini mengabarkan kepadaku bahwa di dalam daging disusupi racun." "Apa yang membuatmu melakukan perbuatan itu?" tanya Rasulullah ﷺ kepada Zainab binti Al Haris. "Aku berkata kepada diriku sendiri, Kalau memang Muhammad adalah seorang raja, maka ia pasti akan mati memakan daging itu. Tetapi jika ia seorang nabi, tentu Allah akan memberitahunya." Tadinya Rasulullah ﷺ akan melepaskan wanita itu, namun karena ada seorang sahabat bernama Bisyr bin Al Barra yang meninggal karena memakan daging tersebut maka Zaenab binti Al Harits pun diqishash. Bersambung Jalannya Pertempuran
Orang-orang Yahudi Khaibar yang hendak berangkat ke kebun sangat terkejut melihat kedatangan Rasulullah ﷺ dan pasukannya pagi-pagi sekali. "Itu Muhammad, demi Allah, Muhammad dan pasukannya!". Rasulullah ﷺ bersabda, "Allahu Akbar! Runtuhlah Khaibar! Allahu Akbar! Runtuhlah Khaibar! Jika kita tiba di pelataran suatu kaum, maka amat buruklah bagi orang-orang yang layak mendapat peringatan!" Setelah mendirikan markas, Rasulullah ﷺ mengajak seluruh pasukannya berdoa, "Ya Allah, Rabb langit yang tujuh serta apa-apa yang dipayunginya. Rabb bumi yang tujuh dan apa-apa yang dikandungnya, Rabb setan-setan dan apa yang disesatkannya. Sesungguhnya kami mohon kepada Mu kebaikan dusun ini, kebaikan penduduknya, dan kebaikan apa pun yang ada di dalamnya. Kami berlindung kepadaMu dari kejahatan dusun ini, kejahatan penduduknya, dan kejahatan apapun yang ada di dalamnya. Majulah dengan nama Allah." Pada malam menjelang penyerbuan, Rasulullah ﷺ bersabda, "Besok aku benar-benar akan menyerahkan bendera kepada seseorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya juga dicintai Allah dan rasul-Nya." Para sahabat sangat berharap bahwa merekalah yang terpilih esok harinya. Rasulullah ﷺ memanggil Ali bin Abi Thalib, saat itu Ali sedang sakit mata namun Rasulullah ﷺ mengusap dan berdoa agar Allah menyembuhkan mata menantunya itu. Mata Ali pun sembuh dan ia memimpin pasukan hebat yang terdiri atas rangkaian banteng-banteng yang kuat. Pertempuran seru meletus berhari-hari. Pemimpin Yahudi khaibar maju sambil bersyair, "Khaibar sudah mengenal, akulah Marhab, memanggul senjata tajam pahlawan berpengalaman." Amir bin Akwa maju menghadapinya sambil bersyair, "Khaibar sudah mengenal, Akulah Amir, memanggul senjata tajam pahlawan petualang." Dalam duel seru, Marhab menebas tempurung Amir sehingga ia gugur dan syahid. Rasulullah ﷺ bersabda tentang Amir, "Sesungguhnya dia memperoleh dua pahala, dia telah berusaha dan telah berjuang. Tidak banyak orang Arab yang berjalan seperti dia." Kini Ali bin Abi Thalib maju dan membalas syair Marhab dengan garang. Dalam duel Ali berhasil membunuh Marhab. Perang khaibar terjadi pada bulan Muharram tahun ke tujuh Hijriyah. Sekitar 1500 pasukan nabi menghadapi 10.000 orang pasukan Khaibar, akan tetapi Rasulullah ﷺ berhasil mengalahkan lawan yang begitu besar itu. Kaum muslim kehilangan 18 jiwa sedangkan pihak musuh kehilangan 93 jiwa. Kemenangan Setelah itu satu persatu pemimpin Yahudi jatuh dalam pertempuran dahsyat. Benteng Naim takluk setelah Marhab terbunuh. Benteng Ash Sha'ab bin Muadz direbut dengan cara dikepung selama tiga hari. Ketika itu persediaan makanan kaum muslimin sudah sangat tipis, hingga mereka kelaparan. Rasulullah ﷺ pun berdoa dan akhirnya pasukannya bangkit sehingga berhasil menaklukkan benteng itu. Di dalamnya, banyak terdapat ternak-ternak gemuk untuk dimakan. Benteng Az Zubair dikepung selama 3 hari. Namun mereka bisa bertahan karena mempunyai mata air sendiri. Rasulullah ﷺ memerintahkan serangan untuk merebut mata air. Setelah mata air dapat direbut, Benteng Az Zubair pun takluk. Orang-orang Yahudi di benteng Ubay menantang duel satu lawan satu. Semua pahlawan Yahudi yang maju berduel berhasil ditaklukkan oleh para pahlawan Islam. Kemudian Abu Dujanah yang kepalanya diikat kain merah jika sudah bertekad mati, memimpin pasukan komando masuk dan menyusup ke dalam benteng. Setelah bertempur seru, benteng Ubay pun takluk. Benteng An Nizar adalah benteng yang sangat kuat karena letaknya tinggi dan susah diserang. Rasulullah ﷺ memerintahkan penggunaan manjaniq atau pelontar batu besar. Maka dinding-dinding benteng jebol dan pasukan muslim pun akhirnya membanjir masuk untuk menaklukkan musuh. Ketiga benteng yang tersisa dikepung selama 14 hari. Beberapa ahli sejarah berpendapat bahwa sempat terjadi pertempuran di benteng Al Qamush. Namun kedua benteng yang lain: Al Wathih dan As Sulalim menyerahkan diri lewat perundingan. Orang Yahudi meminta mereka yang di benteng tidak dibunuh, anak-anak tidak ditawan dan mereka siap meninggalkan Khaibar dengan segenap keluarga, menyerahkan semua harta kekayaan Khaibar yang berupa tanah, emas, perak, kuda, keledai dan baju-baju perang. Rasulullah ﷺ pun menyetujui hal itu seraya bersabda, "Aku juga membebaskan kalian dengan perlindungan Allah dan rasul Nya apabila kalian tidak menyembunyikan sesuatu pun dariku." Mereka setuju. Namun orang Yahudi memang licik. Beberapa dari mereka ketahuan menyembunyikan harta di balik reruntuhan. Maka mereka pun dibunuh, karena melanggar perjanjian, sebagai pembalasan atas terbunuhnya beberapa sahabat atas tindakan mereka. Selesailah sudah penaklukan Khaibar. Allahu Akbar! Bersambung Surat kepada Najasyi, Raja Habasyah
Selain itu Rasulullah ﷺ juga menulis surat kepada Najasyi, raja Habasyah yang menerima kaum muslimin yang mengungsi ke negerinya. Amir bin Umayyah adh Dhamri menyampaikan surat Rasulullah ﷺ yang berbunyi, Bismillahirohmanirohim, Dari Muhammad Rasulullah kepada Najasyi pemimpin Habasyah (Habsyi). Kesejahteraan bagi siapa pun yang mengikuti petunjuk, amma ba'd. Aku memuji bagi tuan kepada Allah yang tiada ilah selain Nya. Dialah penguasa yang Maha Suci, yang memberi kesejahteraan memberi perlindungan dan yang berkuasa. Aku bersaksi bahwa Isa bin Maryam adalah roh Allah dan kalimat-Nya yang disampaikan kepada Maryam yang perawan, baik, dan menjaga kehormatan diri lalu dia mengandung Isa dari roh-Nya dan tiupan-Nya sebagaimana Dia menciptakan Adam dengan tangan-Nya. Aku menyeru kepada Allah semata, yang tiada sekutu bagi-Nya dan senantiasa mentaati-Nya, dan hendaklah tuan mengikuti aku, beriman kepada apa yang diberikan kepadaku. Sesungguhnya aku adalah utusan Allah dan aku menyeru tuan dan pasukan tuan kepada Allah Azza wa Jalla. Aku sudah mengajak dan memberi nasihat maka terimalah nasihatku. Kesejahteraan bagi siapa pun yang mengikuti petunjuk. Begitu Najasyi menerima surat Rasulullah ﷺ ia langsung mengangkat surat itu dan meletakkannya di depan matanya. Ia turun ke lantai dari singgasananya, lalu masuk Islam di hadapan Ja'far bin Abu Thalib yang masih berada di sana bersama para pengungsi Muslim. Najasyi membalas surat Rasulullah ﷺ yang menyetujui bahwa Nabi Isa memang benar seorang utusan Allah yang lahir dari Maryam yang suci. Najasyi juga menyatakan bahwa ia memeluk Islam dan menyatakan sumpah setia kepada Rasulullah ﷺ. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam juga meminta Najasyi agar mengirim pulang Ja'far bin Abi Tholib ke Madinah. Najasyi pun menyediakan dua perahu. Turut pula dalam rombongan itu Amir bin Umayyah sang pembawa surat. Najasyi wafat pada bulan Rajab tahun ketujuh Hijriyah. Rasulullah ﷺ bersedih hati atas kematiannya dan menyelenggarakan shalat ghaib. Rasulullah ﷺ pun mengirim surat yang sama isinya kepada pengganti Najasyi. Akan tetapi sejarah tidak mencatat apakah penggantinya juga memeluk Islam atau tidak. Perang Khaibar Setelah orang Quraisy setuju untuk berdamai, kini ada satu musuh yang tidak kalah berbahaya. Mereka adalah orang-orang Yahudi yang kini berkumpul di Khaibar, Kota Benteng yang sangat kuat. Para penghuni Khaibar inilah yang dulu menghasut pasukan Quraisy untuk menyerang Madinah dalam Perang Khandaq. Rasulullah ﷺ mengetahui bahwa jika dibiarkan mereka akan menempuh cara yang lebih berbahaya untuk membasmi kaum muslimin. Maka Rasulullah ﷺ pun menyiapkan pasukannya, namun beliau paham bahwa pertempuran yang mereka hadapi akan sangat berat. Karena itu yang boleh bergabung hanya orang-orang yang benar-benar siap berjihad. Maka berkumpulah orang-orang yang gagah berani yang terdiri atas 1400 pasukan berjalan kaki dan 100 penunggang kuda. Diam-diam Abdullah bin Ubay mengirim pesan kepada orang-orang Khaibar, "Muhammad hendak mendatangi kalian. Bersiap siagalah dan kalian tak perlu takut. Jumlah dan kekuatan kalian sangat banyak sementara kaum Muhammad hanya sedikit dengan persenjataan terbatas". Rasulullah ﷺ meminta dua petunjuk jalan. Keduanya menunjukkan empat jalan yang dapat ditempuh kaum muslimin agar kedatangan mereka tidak diketahui orang-orang Yahudi di Khaibar. Jalan-jalan itu bernama Syasy (kacau), Hathib (sial), Huzn (kesedihan), Marhab (selamat datang). Maka Rasulullah ﷺ pun memilih melewati jalan Marhab. Setelah shalat ashar Rasulullah ﷺ meminta bekal makanan. Karena hanya sedikit, beliau disuguhi tepung gandum yang tidak seberapa banyak. Rasulullah ﷺ kemudian mengolah tepung itu sehingga menjadi cukup buat beliau dan semua orang. Seorang penyair bernama Amir bin Akwa melantunkan karyanya, "Kalau bukan karena engkau ya Allah, Kami tidak akan mendapatkan hidayah. Tidak pula sholat dan bersedekah. Ampunilah dosa kami sebagai tebusan selagi kami tegar dalam ketakwaan, Teguhkanlah pendirian kami dalam peperangan. Berikanlah kepada kami ketentraman hati. Kami tidak ingin hidup jika musuh mengalahkan kami. Mendengar syair itu Rasulullah ﷺ bersabda, "Allah merahmatinya." Para sahabat hafal bahwa jika Rasulullah ﷺ memohon ampunan bagi seseorang, orang itu akan mati syahid demikianlah yang terjadi pada Amir bin al Akwa dalam pertempuran ini. Bersambung Surat Kepada Kisra, Raja Persia
Jika surat Rasulullah ﷺ dibaca dan diterima dengan hormat oleh orang Romawi, tidak demikian halnya dengan orang-orang Persia. Surat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam kepada Kisra raja Persia itu berbunyi, "Bismillahirrohmanirrohim. Dari Muhammad Rasulullah kepada Kisra pemimpin Persia. Kesejahteraan bagi siapa pun yang mengikuti petunjuk, beriman kepada Allah dan utusan-Nya, bersaksi bahwa tiada ilah selain Allah semata yang tiada sekutu baginya dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Aku menyeru tuan dengan seruan Islam. Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada seluruh manusia untuk memberi peringatan kepada orang yang hidup dan orang yang membenarkan perkataan atas orang-orang kafir. Masuklah Islam niscaya tuan akan selamat. Namun jika tuan menolak, maka dosa orang orang Majusi ada di pundak tuan." Setelah membaca surat itu, Kisra merobek-robek surat Rasulullah ﷺ sambil berkata, "Seorang budak yang hina dina dari rakyatku pernah menulis namanya sebelum aku berkuasa," Setelah mendengar apa yang dikatakan Kisra, Rasulullah ﷺ bersabda, "Allah akan mencabik-cabik kerajaannya." Setelah itu Kisra menulis surat kepada Badzan, Gubernur di Yaman. Isinya, "Utuslah dua orang yang gagah perkasa untuk menemui orang dari Hijaz ini (maksudnya Rasulullah ﷺ) dan setelah itu, hendaklah mereka berdua membawanya untuk menemuiku. Ketika dua orang suruhan itu tiba di hadapan Rasulullah ﷺ, beliau menyuruh mereka menemuinya lagi besok. Ternyata pada saat yang sama, Kisra dibunuh oleh Syiruyyah, putranya sendiri. Terbuktilah sabda Rasulullah ﷺ bahwa kerajaan Kisra akan tercabik-cabik. Rasulullah ﷺ mengetahui hal ini dari wahyu dan meneruskannya kepada kedua utusan itu. Rasulullah ﷺ meminta kedua utusan itu pulang dan menyampaikan surat yang mengajak Badzan memeluk Islam. Penghujung surat berbunyi, "Apabila tuan mau masuk Islam, kuberikan apa yang menjadi milik tuan dan mengangkat tuan sebagai pemimpin kaum tuan." Syiruyyah sendiri melarang Badzan menyerang Rasulullah ﷺ jika tidak ada perintah darinya. Hal inilah yang membuat Badzan dan seluruh rakyat Yaman memeluk Islam. Surat Kepada Muqauqis, Raja Mesir Selain kepada kedua kerajaan besar itu Rasulullah ﷺ juga menulis surat kepada para penguasa yang lain. Hatib bin Abi Balta'ah diperintahkan Rasulullah ﷺ untuk menyampaikan surat beliau kepada Juraij bin Mata, penguasa Mesir dengan gelar Muqauqis. Surat beliau berbunyi, Bismillahirrohmanirrohim, Dari Muhammad hamba Allah dan utusan-Nya kepada Muqauqis, Raja Qibti (Mesir). Keselamatan bagi siapa pun yang mengikuti petunjuk. Amma Ba'd. Aku menyeru tuan dengan seruan Islam, niscaya Allah akan memberikan pahala kepada tuan dua kali lipat. Namun jika tuan berpaling maka tuan akan menanggung dosa seluruh penduduk Qibti." Surat Rasulullah ﷺ itu kemudian ditutup dengan ayat ke 64 Surat Ali Imron, seperti yang juga disampaikan kepada Heraklius. قُلْ يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ تَعَالَوْا اِلٰى كَلِمَةٍ سَوَاۤءٍۢ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ اَلَّا نَعْبُدَ اِلَّا اللّٰهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهٖ شَيْـًٔا وَّلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا اَرْبَابًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُوْلُوا اشْهَدُوْا بِاَنَّا مُسْلِمُوْنَ Katakanlah: Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah). Surah Ali 'Imran (3:64) Hathib menambahkan, "Kami mengajakmu kepada Islam yang Allah telah mencukupkannya dari agama yang lain. Sesungguhnya nabi Ini menyuruh semua manusia yang paling ditekan Quraisy, yang paling dimusuhi Yahudi, dan yang paling dekat dengan orang Nasrani (Muqauqis dan rakyatnya adalah pemeluk Nasrani). Setiap nabi yang sudah mengenal suatu kaum, maka kaum itu adalah umatnya yang pasti mereka harus menaati nya. Tuan termasuk orang yang sudah mengenal nabi ini." Muqauqiss menjawab, "Memang aku telah memperhatikan agama nabi ini dan kutahu bahwa dia tidak memerintahkan untuk menghindari agama Almasih, tidak pula seperti tukang sihir yang sesat atau dukun yang suka berdusta. Kulihat dia membawa tanda kenabian dengan mengeluarkan yang tersembunyi dan mengabarkan yang rahasia. Aku akan mempertimbangkannya." Kemudian, Muqauqis menulis surat yang isinya, Bismillahirrohmanirrohim, Kepada Muhammad bin Abdullah dari Muqauqis, pemimpin Qibti. Kesejahteraan bagi Tuan. Amma Ba'd. Saya telah membaca surat tuan dan bisa memahami isinya, serta apa yang tuan serukan. Saya sudah tahu bahwa ada seorang nabi yang masih tersisa. Menurut perkiraan saya dia akan muncul dari Syam. Saya hormati utusan tuan dan kini kukirim 2 gadis yang mempunyai kedudukan terhormat di masyarakat Qibti, dan beberapa lembar kain. Saya hadiahkan pula seekor baghal agar dapat tuan pergunakan sebagai tunggangan. Salam sejahtera bagi tuan. Nah dua gadis itu adalah Maria dan Shirin. Maria kemudian menjadi istri Rasulullah ﷺ dan Shirin menikah dengan Hasan bin Tsabit al-Anshari. Bersambung Utusan Kepada Heraklius
Rasulullah ﷺ tidak pernah ragu sedikit pun untuk mengajak orang kepada agama yang benar, agama yang akan menyelamatkan manusia dari kesengsaraan tiada batas di akhirat nanti. Apalagi perjanjian Hudaibiyah sudah menjamin bahwa tidak akan ada peperangan dengan orang Quraisy selama 10 tahun kecuali jika perjanjian itu dilanggar oleh salah satu pihak. Maka ini adalah saatnya menyebarkan dakwah seluas mungkin tanpa takut dihambat oleh orang Quraisy. Rasulullah ﷺ mengutus Dihyah bin Khalifa Al Kalbi untuk menyampaikan surat kepada Heraklius, yang saat itu sedang berada di Baitul Maqdis. Surat Rasulullah ﷺ itu berbunyi, Bismillahirrohmanirrohim Dari Muhammad bin Abdullah kepada Heraklius pemimpin Romawi. Kesejahteraan bagi siapa pun yang mengikuti petunjuk. Masuklah Islam niscaya tuan akan selamat. Masuklah Islam niscaya Allah akan melimpahkan pahala kepada tuan dua kali lipat. Namun jika tuan berpaling maka tuan akan menanggung dosa rakyat Arisiyin. قُلْ يٰٓاَهْلَ الْكِتٰبِ تَعَالَوْا اِلٰى كَلِمَةٍ سَوَاۤءٍۢ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ اَلَّا نَعْبُدَ اِلَّا اللّٰهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهٖ شَيْـًٔا وَّلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا اَرْبَابًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۗ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَقُوْلُوا اشْهَدُوْا بِاَنَّا مُسْلِمُوْنَ Katakanlah: Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah). Surah Ali 'Imran (3:64) Pada saat itu kebetulan Abu Sufyan dan rombongan pedagang Quraisy sedang berada di Darussalam. Heraklius mengundang mereka dalam pertemuan yang dihadiri oleh para pembesar Romawi. "Siapa di antara kalian yang mempunyai ikatan darah yang paling dekat dengan orang yang mengaku sebagai nabi itu?" tanya penerjemah Heraklius. "Akulah orang yang paling dekat hubungan darahnya dengan dia," jawab Abu Sufyan. "Mendekatlah kemari!" minta Heraklius. (Kisah di kemudian hari) Heraklius adalah penguasa Romawi Timur atau Byzantium yang ibukotanya di Konstantinopel. Sepeninggal nabi, Khalifah Abu Bakar mendengar tentang gerakan pasukan Romawi yang membahayakan Negara Islam. Abu Bakar mengirim pasukan di bawah komando Amr Bin Al As Suara, Bilal bin Hasanah dan Yazid bin Abu Sofyan beberapa hari sebelum Abu Bakar wafat. Pasukan muslim berhasil mengusir pasukan Byzantium untuk selamanya. Heraklius dan Abu Sufyan "Bagaimana nasibnya di tengah kalian?" tanya Heraklius melalui penterjemahnya. "Dia adalah orang terpandang di antara kami," jawab Abu Sufyan. Lalu Heraklius terus bertanya tentang Rasulullah ﷺ yang selalu dijawab Abu Sufyan dengan jujur. Akhirnya Heraklius berkata, "Aku sudah menanyakan kepadamu, apakah kalian menuduhnya pembohong sebelum dia mengatakan apa yang dikatakannya? Engkau menjawab tidak. Memang aku tahu, tidak mungkin dia berdusta terhadap manusia dan terhadap Allah. Aku sudah menanyakan kepadamu apakah yang mengikutinya dari kalangan orang-orang yang terpandang ataukah orang-orang yang lemah? Engkau katakan, orang-orang lemahlah yang paling banyak mengikutinya. Memang begitulah pengikut para rasul. Aku sudah menanyakan kepadamu adakah seseorang yang murtad dari agamanya karena benci terhadap agamanya itu setelah dia memasukinya? Engkau katakan tidak ada. Memang begitulah jika iman sudah meresap ke dalam hati. Aku sudah menanyakan kepadamu Apakah dia pernah berkhianat. Engkau katakan tidak pernah. Memang begitulah para rasul memang tidak pernah berkhianat. Aku sudah menanyakan kepadamu apakah yang diperintahkan'? Engkau katakan bahwa dia menyuruh kalian untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan sesuatu pun dengannya, melarang kalian menyembah berhala, menyuruh kalian mendirikan shalat, bersedekah, jujur, dan menjaga kehormatan diri. Jika yang engkau katakan ini benar, maka dia akan menguasai tempat di mana kedua kakiku berpijak saat ini. Jauh-jauh sebelumnya aku sudah menyadari bahwa orang yang seperti dia akan muncul dan aku tidak menduga bahwa dia berasal dari tengah masyarakat kalian. Andaikata aku bisa bebas bertemu dengannya, aku lebih memilih bertemu dengannya. Andaikan aku berada di hadapannya, tentu akan kubasuh kedua telapak kakinya." Setelah itu Heraklius meminta surat Rasulullah ﷺ dibacakan sampai selesai. Segera saja suara gaduh terdengar di sana-sini. Setelah memeluk Islam, Abu Sufyan pun berkata, "Sejak saat itu aku yakin akan kemenangan Rasulullah ﷺ hingga akhirnya Allah memberiku petunjuk untuk memeluk Islam." Bersambung Seruan Rasulullah agar Bekerja
Di Madinah masih ada orang-orang muslim yang hidup tanpa rumah dan tanpa pekerjaan. Mereka ini tinggal di masjid dan hidup tenang dari harta zakat yang diberikan oleh orang lain. Setiap hari yang mereka lakukan adalah berdzikir dan sholat di masjid. Sebagian masyarakat sangat menghormati orang-orang yang tiada henti-hentinya berdzikir, sholat, dan berdoa itu. Rasulullah ﷺ menemukan salah seorang di antara mereka yang benar-benar mengkhususkan dirinya untuk beribadah. Orang itu terlihat begitu kurus karena sholat setiap siang dan malam hari. Rasulullah ﷺ juga melihat kekaguman orang-orang kepada laki-laki tadi. Dahi Rasulullah ﷺ sedikit berkerut sehingga beliau bertanya kepada orang-orang, "Siapa yang memberi dia makan?" "Saudaranya ya Rasulullah." jawab seseorang. "Saudaranya itu jauh lebih ahli ibadah daripada dia," demikian Sabda Rasulullah ﷺ. Setelah itu Rasulullah ﷺ pun menghimbau semua orang yang hidup menganggur agar mau bekerja. Jika kita masih mempunyai kaki dan tangan, tidak ada alasan untuk tidak bekerja. Yang terbaik bagi seseorang adalah makan dari hasil pekerjaannya sendiri. Rasulullah ﷺ menceritakan kisah Nabi Daud. Walaupun dia seorang raja yang berkuasa dia tetap makan dari hasil pekerjaannya sendiri. Maka tersentaklah orang-orang, ternyata ibadah itu mempunyai arti sangat luas. Bekerja untuk menafkahi keluarga termasuk ibadah besar jika diniatkan dengan ikhlas karena Allah semata. Sejak itu kaum muslimin pun bekerja dengan giat. Apa pun yang halal mereka kerjakan, apalagi banyak ladang-ladang gembala dan sumur-sumur peninggalan orang Yahudi yang kini menjadi milik kaum muslimin. Bekerja sebagai gembala, pencari kayu bakar dan pembuat tembikar jauh lebih baik daripada orang yang terus berdiam diri di masjid hanya untuk berdzikir. Rasulullah ﷺ adalah teladan kesungguhan yang sempurna. Apabila beliau telah memusatkan perhatiannya pada ibadah, maka dipusatkan lah perhatiannya sepenuhnya. Dan apabila melaksanakan suatu pekerjaan lain maka takkan beliau sudahi pekerjaan itu sebelum benar-benar selesai. Larangan Minum Khamr Setelah itu muadzin Rasulullah ﷺ berseru, "Setelah adzan, orang mabuk jangan ikut sholat!" Maka banyaklah kaum muslim yang mulai mengurangi minum khamr sedapat mungkin. Namun Umar kembali berkata lagi, "Ya Allah jelaskanlah kepada kami hukum khamr itu. Jelaskanlah dengan tegas Ya Allah. Hal ini menyesatkan pikiran dan harta." Umar berkata begitu karena pernah ada sekelompok muslimin Anshor dan Muhajirin yang berkelahi sambil mabuk. Khamr betul-betul membuat mereka saling menarik janggut dan memukul kepala orang lain. Akhirnya turun ayat yang melarang khamr dengan tegas, يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْاَنْصَابُ وَالْاَزْلَامُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطٰنِ فَاجْتَنِبُوْهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Surah Al-Ma'idah (5:90) اِنَّمَا يُرِيْدُ الشَّيْطٰنُ اَنْ يُّوْقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاۤءَ فِى الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ وَعَنِ الصَّلٰوةِ فَهَلْ اَنْتُمْ مُّنْتَهُوْنَ Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu dengan jalan (meminum) khamar dan berjudi, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan dari sholat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). Surah Al-Ma'idah (5:91) Begitu ayat ini turun para sahabat langsung menghentikan kebiasaan minum khamr. "Semua umatku selamat kecuali orang-orang yang berbuat maksiat secara terang-terangan" (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim) Termasuk orang-orang yang berbuat maksiat secara terang-terangan adalah orang yang dengan bangga menceritakan perbuatan hinanya agar mendapat pujian serta kekaguman dari teman-temannya. Kerajaan Romawi dan Persia Saat Rasulullah ﷺ hidup, ada dua kerajaan besar yang saling bermusuhan, yaitu Romawi dan Persia. Perang di antara keduanya menghasilkan kemenangan yang silih berganti. Pada suatu saat Romawi yang menang, pada saat yang lain Persialah yang menaklukkan lawannya. Pada mulanya Persia yang menang, mereka menguasai Palestina dan Mesir, menaklukkan Baitul Maqdis atau Yerusalem dan berhasil merebut salib besar (the truth cross) yang disucikan orang Romawi yang beragama Kristen. Setelah itu berganti Romawi yang menang. Mereka berhasil merebut kembali Mesir, Syam, dan Palestina. Heraklius, kaisar Romawi saat itu memenuhi nazarnya dengan berziarah ke Yerusalem sambil berjalan kaki untuk mengembalikan salib besar ke tempatnya semula. Nama dua kerajaan besar itu benar-benar menggetarkan hati para penguasa-penguasa kecil di daerah sekitarnya. Tidak ada sebuah kerajaan kecil pun yang mempunyai pikiran untuk menentang kehendak kedua kekaisaran itu. Yang mereka inginkan adalah berdamai dengan keduanya. Termasuk hal itulah yang selama ini telah dilakukan oleh negeri-negeri Arab. Yaman dan Irak berada di bawah pengaruh Persia. Sementara itu Mesir sampai ke Syam dibawah kekuasaan Romawi. Bersambung Kelompok Abu Bashir
Tidak lama kemudian datanglah Abu Bashir dengan membawa pedang terhunus. Abu Bashir tahu bahwa Rasulullah ﷺ sangat teguh memegang perjanjian. Jika saat itu ia menetap di Madinah, Rasulullah ﷺ pasti akan memulangkannya kembali. Maka Abu Bashirpun berkata, "Rasulullah, jaminan Tuan sudah terpenuhi dan Allah sudah melaksanakannya buat tuan. Tuan menyerahkan saya ke tangan mereka dan dengan agama saya ini saya tetap bertahan supaya saya jangan dianiaya atau dipermainkan karena keyakinan agama saya ini." Setelah berkata begitu Abu Bashir pergi meninggalkan Madinah. Rasulullah ﷺ tahu maksud Abu Bashir. Beliau pun memandang kagum orang itu karena keberaniannya. Dalam hati Rasulullah ﷺ mengharapkan Abu Bashir mempunyai anak buah. Sesuai dugaan Rasulullah ﷺ Abu basir tidak kembali ke Mekah ia pergi ke daerah Al Ish. Tempat itu adalah jalur perdagangan Quraisy menuju Syam, tepat di tepi laut. Kepergian Abu Bashir ke daerah ini didengar oleh kaum muslimin yang tinggal di Mekah. Mereka juga mendengar betapa kagumnya Rasulullah ﷺ pada keberanian Abu Bashir. Maka diam-diam 70 muslim yang selama ini hidup tertindas di Mekah pergi menyusul Abu Bashir. Abu Jandal tentu saja berada di antara mereka itu. Ketika mereka tiba, kaum muslim yang tertindas itu mengangkat Abu Bashir sebagai pemimpin. Mulai sejak itulah mereka menyerang setiap kafilah dagang Quraisy yang lewat. Ini berbahaya! Sangat berbahaya! gerutu seorang pemimpin Quraisy, "Kita tidak bisa menyalahkan Muhammad karena para pengikutnya itu tidak lari ke Madinah! Mau tidak mau kita harus meminta Muhammad menampung mereka ke Madinah agar jalur dagang kita aman!" "Tapi itu tidak sesuai dengan perjanjian Hudaibiyah, " jawab yang lain. "Kita terpaksa mengalah, tidak ada jalan lain, bukan!" Akhirnya orang Quraisy meminta Rasulullah ﷺ menerima Abu Bashir dan pasukannya. Mereka sadar bahwa orang yang imannya sangat kuat lebih berbahaya daripada membebaskannya. Dengan demikian, gugurlah Salah satu isi perjanjian yang mengatakan bahwa orang muslim yang melarikan diri dari Quraisy harus dikembalikan. Kini setiap muslim Mekah bisa bergabung setiap saat dengan Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya di Madinah. Ini adalah salah satu tanda kemenangan kaum muslimin. Istri-istri Rasulullah Kedudukan yang telah Rasulullah ﷺ berikan kepada para istrinya belum pernah didapati oleh wanita-wanita Arab sebelum mereka. Rasulullah ﷺ sangat lembut, selalu tersenyum, dan penuh kasih sayang kepada para isterinya. "Laki-laki terbaik di antara kamu adalah yang berlaku paling baik kepada isterinya," demikian sabda beliau. Maka wajar saja, isteri-isteri Rasulullah ﷺ menjadi sedikit manja. Mereka begitu mencintai Rasulullah ﷺ sehingga saling berebut perhatian Beliau. Aisyah sangat cemburu jika Rasulullah ﷺ sedang memberi perhatian kepada Hafshah, demikian pula sebaliknya. Bahkan Aisyah sampai cemburu kepada almarhumah Khadijah. Hal seperti itu tentu mengganggu ketentraman hati Rasulullah ﷺ. Tidak cukup sampai di situ, para ibu kaum muslimin itu pun mengeluh kepada Rasulullah ﷺ tentang keserderhanaan hidup mereka. Dengan mata berkaca-kaca, beberapa istri Rasulullah ﷺ pernah memohon agar Rasulullah ﷺ juga memperhatikan pakaian mereka yang sederhana. Para ibu kaum Muslimin itu tahu bahwa Rasulullah ﷺ adalah pemimpin negara yang cukup besar saat itu. Dengan mudah, Rasulullah ﷺ akan dapat memberikan mereka pakaian dari sutra, kain katun mesir, dan baju halus dari Yaman. Bahkan, Rasulullah ﷺ juga bisa saja memberikan setiap isterinya perhiasan dari emas. Jadi, mengapa mereka harus hidup sederhana. Dengan cara halus, Rasululllah ﷺ berusaha menyadarkan para isteri beliau. Sebagai isteri Rasulullah ﷺ, mereka tidak sama dengan wanita-wanita lain. Mereka memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki wanita lain, yaitu bersuamikan Rasulullah ﷺ. Mereka harus menjadi wanita penyabar dan patuh kepada suami sehingga pantas diteladani oleh isteri-isteri sahabat. Namun, isteri-isteri beliau secara halus tetap menuntut agar Rasulullah ﷺ memberi uang belanja yang lebih layak. Karena sudah tidak ada jalan lain. Rasulullah ﷺ pun memutuskan hidup terpisah dari isteri-isterinya. Masalah yang harus dihadapi masih segunung, termasuk ancaman Yahudi dari Khaibar. Para isteri yang harusnya menentramkan malah mengeruhkan batin Rasulullah ﷺ. Mengetahui hal tersebut, Abu Bakar datang dan memarahi Aisyah. Umar bin Khatab juga memarahi putrinya Hafshah. Akhirnya para isteri Rasulullah ﷺ itu menyadari kelalaian mereka. Sambil menangis, mereka memohon ampun pada Allah dan berjanji tidak akan mengulangi lagi perbuatan mereka. Rasululllah ﷺ memaafkan mereka dan kembali hidup tenteram seperti semula. Bersambung Nasihat Ummu Salamah
Rosululloh ﷺ kemudian bersabda "Bangkitlah dan sembelihlah hewan qurban!" Para sahabat Saling pandang. Apa? Jadi Rasulullah ﷺ menganggap bahwa mereka telah selesai berhaji? Bukankah mereka sama sekali belum berthawaf? Bahkan sama sekali belum melihat Ka'bah? Namun Rasulullah ﷺ mengulangi perintahnya sampai tiga kali. Tidak ada satu pun sahabat yang beranjak. Semua diam termangu atau menunduk. Rasulullah ﷺ memerhatikan wajah mereka. Bahkan Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Khattab juga menolak. Dengan perasaan gundah, Rasulullah ﷺ masuk ke dalam tenda Ummu Salamah, diceritakannya semua kelakuan para sahabat kepada istrinya itu. Ummu Salamah mengerti betul betapa kecewanya Rasulullah ﷺ. Kemudian Ummu Salamah mengajukan sebuah saran yang menunjukkan kecerdasan dan kebijaksanaannya, persis seperti yang dulu dilakukan oleh Khotijah untuk membangkitkan Rasulullah ﷺ dalam masa-masa sulit penuh kegelapan. "Wahai Rasulullah Apakah engkau ingin mereka melaksanakan perintah itu?" tanya Ummu Salamah. "Keluarlah tetapi jangan berbicara sepatah kata pun kepada salah seorang dari mereka. Sembelihlah ternak kurban anda sendiri, Lalu panggilah tukang cukur dan bercukurlah." Rasulullah ﷺ kemudian keluar tanpa bicara sepatah kata pun dia melaksanakan saran dari Ummu Salamah. Setelah Rasulullah ﷺ menyembelih kurban dan bercukur segera saja para sahabat melakukan hal yang sama. Suasana yang tadinya murung penuh kebingungan, kini berubah menjadi ceria. Suara gembira para sahabat terdengar saat menyembelih kurban dan saling bergantian mencukur rambut. Sebagian ada yang mencukur rambut dan sebagian lain hanya memangkas rambut. Rasulullah ﷺ tersenyum dan bersyukur kepada Allah karena telah memberinya seorang istri yang begitu cerdas dan bijak. "Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada mereka yang mencukur rambut," doa Rasulullah ﷺ. Sebagian orang yang mendengarnya jadi gelisah. Mereka pun bertanya "Dan mereka yang berpangkas rambut Ya Rasulullah?" Para Wanita Mukminah "Semoga Allah melimpahkan rahmat kepada mereka yang bercukur rambut," doa Rasulullah ﷺ lagi. Para sahabat masih gelisah, mereka bertanya lagi, "dan mereka yang berpangkas rambut, Ya Rasulullah? "Dan mereka yang ber pangkas rambut," jawab Rasulullah ﷺ akhirnya. "Rasulullah, mengapa doa buat yang bercukur saja yang dinyatakan, bukan buat yang berpangkas rambut?" "Karena mereka sudah tidak ragu-ragu," demikian jawab Rasulullah ﷺ. Umar bin Khattab sangat menyesal karena sempat menyangsikan keputusan Rasulullah ﷺ dalam perjanjian Hudaibiyah. Apalagi setelah itu Rasulullah ﷺ membacakan surat Al-Fath yang menegaskan bahwa dalam perjanjian itu Allah telah memberi kemenangan yang nyata. Legalah hati Umar mendengar firman Allah ini. اِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُّبِيْنًاۙ Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata, Surah Al-Fath (48:1) Umar berkata, "Setelah itu, aku terus-menerus melakukan berbagai amal, sedekah Shaum, sholat dan berusaha membebaskan diri dari apa yang telah kulakukan saat itu. Aku selalu dibayangi kelakuan itu. Aku selalu berharap semoga semua itu merupakan kebaikan." Tidak lama setelah mereka tiba kembali di Madinah datanglah serombongan wanita mukmin yang melarikan diri dari Quraisy. Kemudian menyusullah para wali mereka yang menuntut agar wanita-wanita itu dikembalikan sesuai dengan perjanjian Hudaibiyah. Akan tetapi Rasulullah ﷺ menolaknya, karena dalam perjanjian disebutkan bahwa kaum wanita tidak termasuk mereka yang harus dikembalikan. Dalam Alquran surat Al Mumtahanah membenarkan tindakan Rasulullah ﷺ ini. يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا جَاۤءَكُمُ الْمُؤْمِنٰتُ مُهٰجِرٰتٍ فَامْتَحِنُوْهُنَّۗ اَللّٰهُ اَعْلَمُ بِاِيْمَانِهِنَّ فَاِنْ عَلِمْتُمُوْهُنَّ مُؤْمِنٰتٍ فَلَا تَرْجِعُوْهُنَّ اِلَى الْكُفَّارِۗ لَا هُنَّ حِلٌّ لَّهُمْ وَلَا هُمْ يَحِلُّوْنَ لَهُنَّۗ وَاٰتُوْهُمْ مَّآ اَنْفَقُوْاۗ وَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ اَنْ تَنْكِحُوْهُنَّ اِذَآ اٰتَيْتُمُوْهُنَّ اُجُوْرَهُنَّۗ وَلَا تُمْسِكُوْا بِعِصَمِ الْكَوَافِرِ وَسْـَٔلُوْا مَآ اَنْفَقْتُمْ وَلْيَسْـَٔلُوْا مَآ اَنْفَقُوْاۗ ذٰلِكُمْ حُكْمُ اللّٰهِ ۗيَحْكُمُ بَيْنَكُمْۗ وَاللّٰهُ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami-suami) mereka, mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya di antara kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Surah Al-Mumtahanah (60:10) Dalam surat yang sama pula Allah memerintahkan Rasulullah ﷺ untuk mengatakan janji setia kepada para mukminah itu. Mereka harus berjanji tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu pun, tidak berzina, tidak membunuh anak-anaknya, tidak berbuat dusta, dan tidak akan mendurhakai Rasulullah ﷺ. Para mukminah itu pun menerimanya. Abu Bashir Ada satu orang lagi yang mempunyai nasib seperti Abu Jandal namanya Abu Basir. Ia datang ke Madinah dan minta agar Rasulullah ﷺ mau menerimanya, Namun, belum lama ia menikmati hidup sebagai muslim yang merdeka di Madinah, datanglah surat dari Azhar bin Auf dan Akhnas bin Syariq yang ditujukan kepada Rasulullah ﷺ, yakni meminta agar Abu Bashir dikembalikan. Surat itu dibawa oleh seorang laki-laki dari bani Amir yang disertai seorang budak. "Abu Basir," sabda Rasulullah ﷺ, "Kita telah membuat perjanjian dengan pihak mereka seperti yang sudah kau ketahui. Penghianatan menurut agama kita tidak dibenarkan. Semoga Allah membuat engkau dan orang-orang Islam yang ditindas bersamamu memperoleh kelapangan dan jalan keluar. Pulanglah engkau kembali ke dalam lingkungan masyarakatmu." "Rasulullah," kata Abu Bashir, "Saya akan dikembalikan kepada orang-orang musyrik yang akan menyiksa saya karena agama saya ini." Namun, Rasulullah ﷺ mengulangi kata-kata beliau tadi. Akhirnya, Abu Basir pun dibawa oleh kedua orang tadi. Di Dzulhulaifah, belum jauh dari Madinah, mereka beristirahat dan makan kurma. Abu Bashir berkata kepada orang dari bani Amir, "Demi Allah aku ingin sekali melihat pedangmu yang bagus itu, hai fulan." Tanpa curiga utusan Quraisy itu menghunuskan pedang dan memperlihatkannya kepada Abu Basir sambil berkata, "Boleh, demi Allah memang ini adalah benda yang bagus. Ia sudah cukup kenyang malang melintang bersamaku." "Tolong Perlihatkan kepadaku, Aku ingin melihat dan memeriksanya," kata Abu Basir. Begitu pedang itu ada di tangannya, Abu Bashir menusukkannya ke utusan Quraisy itu sampai meninggal dunia. Seketika itu juga budak yang menyertai mereka berlari ke Madinah sambil berteriak-teriak. Budak itu terus berlari memasuki masjid. Melihat kehadirannya Rasulullah ﷺ bersabda, "Sepertinya orang itu sedang ketakutan." Budak itu berlari ke hadapan Rasulullah ﷺ sambil berkata "Teman Tuan membunuh teman saya, saya pun agaknya akan dibunuhnya pula." Bersambung Ketidakpuasan Umar
Umar bin Khatab tidak puas dengan isi perjanjian itu. Ketidakpuasannya ini ditunjukkan setelah terjadi insiden saat penulisan perjanjian. Saat itu Ali bin Abi Thalib mendapat tugas Rasulullah ﷺ untuk menulis perjanjian itu. "Tulislah Bismillahirohmanirohim!" Sabda Rasulullah ﷺ kepada Ali. "Stop!" seru Suhail. "Nama Arrohman dan arrohim ini tidak kukenal. Tulislah dengan bismika allahumma (dengan nama-mu Ya Allah)". "Tulislah dengan nama-mu Ya Allah," Sabda Rasulullah ﷺ kepada Ali. "Lalu, tulislah: "Ini adalah perjanjian damai yang ditetapkan antara Muhammad Rasulullah dengan Suhail bin Amr." Namun delegasi Quraisy itu kembali menolak. "Jika kami mengakui bahwa engkau Rasulullah, tentu kami tidak akan memerangimu. Karena itu tulislah namamu dan nama ayahmu." "Baik. Hapuslah kata Rasulullah. Tulislah Muhammad bin Abdullah," sabda Rasulullah ﷺ. Sebagaimana para sahabat lain yang hadir, Ali bin Abi Thalib sudah memuncak kemarahannya kepada delegasi Quraisy itu, sehingga ia berkata, "Tidak ya Rasulullah! Demi Allah aku tidak sudi menghapus kata itu." Akhirnya Rasulullah ﷺ sendiri yang menghapus kata-kata itu. Melihat hal itu Umar bin Khattab berkata kepada Abu Bakar yang duduk disampingnya, "Bukankah dia itu Rasulullah?". "Memang betul," jawab Abu Bakar. "Bukankah kita ini orang-orang Islam?". "Memang betul!". "Bukankah mereka itu orang-orang musyrik?". "Memang betul!". "Lalu Mengapa kita mau direndahkan dalam soal agama kita?" seru Umar berapi api. Abu bakar menenangkan Umar dengan kata-kata tegas, "Umar duduklah di tempatmu aku bersaksi bahwa dia Rasulullah." Namun hampir semua sahabat berpendapat seperti Umar. Mereka merasa agama mereka telah dilecehkan dengan perjanjian ini. Bukan saja mereka gagal berhaji tahun ini tetapi juga harus menerima bahwa orang musyrik itu seolah merendahkan Allah dan rasulnya Rasulullah ﷺ. Kemudian terjadilah sebuah peristiwa yang membuat para sahabat semakin tidak menyukai perjanjian ini. Kisah Abu Jandal Belum lagi kering tinta perjanjian itu, tiba-tiba muncul Abu Jandal. Pemuda itu adalah anak Suhail bin Amr si perunding Quraisy. Para sahabat sangat terkejut menyaksikan kedua kaki Abu Jandal dalam keadaan terbelenggu sehingga ia berjalan tertatih-tatih. Rupanya ia berhasil melepaskan diri dari Mekah dan hendak menggabungkan diri dengan saudara-saudara muslimnya. Namun begitu melihat anaknya itu, Suhail berseru, "Ini adalah orang pertama yang ku tuntut Agar engkau mengembalikannya." "Kami tidak melanggar isi perjanjian ini sampai kapan pun," jawab Rasulullah ﷺ. "Demi Allah kalau begitu aku tidak akan menuntutmu karena sesuatu apa pun" kata Suhail. Rasulullah ﷺ bersabda, "Kalau begitu, berilah dia jaminan perlindungan karena aku." "Aku tidak akan memberinya jaminan perlindungan karena dirimu," tukas Suhail. "Lakukanlah!" pinta Rasulullah ﷺ lagi. "Aku tidak akan melakukannya," jawab Suhail. Suhail melangkah cepat ke arah Abu Jandal dan memukul keras-keras anaknya itu. Suhail mencengkeram kerah baju Abu Jandal dan menyeretnya untuk dikembalikan kepada Quraisy. Abu Jandal berseru, "Semua orang muslim, Apakah aku akan dikembalikan kepada orang-orang musyrik yang akan menyiksaku karena Agamaku ini?". Kaum Muslimin merasa geram. Hampir-hampir saja kaki mereka bergerak untuk datang melawan perjanjian yang sudah ditandatangani. Rasulullah ﷺ bersabda, "Wahai Abu Jandal bersabarlah dan tabahlah karena Allah akan memberikan jalan keluar kepadamu dan orang-orang yang terdzalimi seperti dirimu. Kami sudah mengukuhkan perjanjian dengan mereka. Kami telah membuat perjanjian persetujuan dengan mereka atas peristiwa seperti ini dan mereka pun sudah memberikan sumpah atas nama Allah kepada kami. Maka kami tidak akan melanggarnya." Rasulullah ﷺ melihat ke sekeliling dan menangkap wajah pengikutnya yang tampak sangat tidak puas. Hal inilah yang membuat para sahabat tidak menuruti perintah Rasulullah ﷺ sesaat setelah itu. Bersambung |
ISLAM
Cari artikel? Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini. Kebenaran Quran dan Ajaran IslamMenyampaikan bukti-bukti kebenaran Quran dan ajaran Islam melalui tulisan dan pengakuan ahli ilmu pengetahuan dunia yang diambil dari berbagai sumber.
Archives
July 2024
Categories
All
kirim pesan [email protected]
|