Setiap peristiwa, apa lagi musibah seringkali mengundang tanya. Bagi orang yang beriman setidaknya dipenuhi tanya tentang apa yang dikehendaki Allah dengan musibah itu. Bagi orang yang tak percaya agama mungkin saja akan dengan cepat berkesimpulan bahwa Tuhan itu tidak ada atau setidaknya mereka menyangka Tuhan itu kejam dan hal-hal buruk lainnya. Olehkarenanya bagi orang yang beriman perlu kiranya berprasangka baik kepada Allah dengan mengimani bahwasanya sekenario Allah itu sesungguhnya demikian sempurna sehingga seringkali baru bisa dipahami setelah cerita itu berakhir. Itu sebabnya tidak semua orang mampu memahaminya, bahkan untuk membaca temanya saja tidak bisa. Marilah kita membayangkan diri kita yang hari ini masih bisa bernafas, masih bisa makan dan minum, masih bisa bicara dan bekerja layaknya penonton dari sebuah cerita besar yang disuguhkan oleh Allah SWT. Karena begitu sempurnanya alur cerita itu, sehingga diantara kita para penonton ada yang histeris, sedih, meratap dan menangis. Sebagai pemain, penampilan kita sangat bergantung kepada kemampuan diri dalam menghayati tema dari cerita itu. Ada yang bahagia karena ridho dan menghayati peran yang dijalani, dan ada yang sedih, menderita bahkan tersiksa karena tidak ridho dan tidak memahami peran yang dijalani. Padahal ridho atau tidak ridho, cerita itu tetap berjalan sesuai dengan sekenario yang dikehendaki oleh sang sutradara yaitu Allah SWT. Tema cerita besar itu adalah "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji'uun", dengan sub tema "Musibah" Karena cerita tentang "Musibah" harus tetap berjalan sesuai dengan kehendak sang sutradara, maka tak ada yang mampu menghentikannya, bahkan ketika dihadapkan dengan teknologi yang super canggih sekalipun, musibah selalu menemukan jalan untuk mematahkannya. Musibah tidak bisa dihentikan dengan teknologi, tapi musibah bisa dihadapi dengan kekuatan sabar dan shalat serta tawakkal. Sabar dan shalat serta tawakkal itu sendiri hanya bisa kita peroleh bila disertai kesadaran penuh bahwa diri kita milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Allah SWT berfirman: (Al-Baqarah 2 : 45) وَٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلْخَـٰشِعِينَ Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (Al-Baqarah 2 : 46) ٱلَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَـٰقُوا۟ رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَٰجِعُونَ (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (Al-Baqarah 2 : 157) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun”. Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. al-Baqarah:155-157) Wallaahu a'lam bishshawab. Disadur dan disempurnakan dari WAG. www.HelfiaNet.com www.HelfiaStore.com Helfia Store Bukalapak Helfia Store Tokopedia
0 Comments
Dalam sebuah video yang dilansir Cordova Media, seorang aktivis Uyghur bernama Aydin Anwar bersaksi bahwa saat ini, Pemerintah China menahan lebih dari 1 juta muslim Uyghur dan etnis Turk lainnya di kamp-kamp konsentrasi. Mereka dipakas mencela Islam, memeluk atheisme, dan berjanji untuk setia pada negara China. Di dalam sel-sel yang penuh sesak, mereka dipaksa menghabiskan waktu berjam-jam mengulang-ulang perkataan, "Tidak ada yang namanya agama", "Hidup negara China" atau "Hidup Presiden China, Xi Jinping". Jika para tawanan ini menolak atau jika ada yang melawan, mereka akan disiksa. Kuku ditarik, gigi dicopot. Mereka bahkan menggunakan ular untuk melakukan interogasi. Mereka dipukuli hingga tewas. Mereka disterilisasi, sebuah metode untuk genosida. Mereka dipaksa duduk di sebuah kursi yang diberi nama "Kursi Harimau" di mana mereka dicecar selama berjam-jam dan terkadang dikurung seorang diri. Mereka dikirim ke kamp-kamp ini dengan alasan yang tidak jelas. Salah satu diantaranya karena menghubungi seseorang di luar negeri atau karena mempunyai keluarga di luar negeri atau karena anda taat beragama. Jika anda beribadah, jika anda menyebut kata Tuhan ketika berbicara, jika anda berpuasa, segala indikasi anda melakukan praktek agama, maka itu cukup untuk membuat anda dikirim ke kamp-kamp itu. Ribuan orang telah dipindahkan dari kamp-kamp ini ke penjara. Salah seorang keluarga Aydin di awal 2017 ditahan di salah satu kamp ini. Pada akhir November 2017 dia keluar dalam keadaan telah tidak bernyawa lagi. Salah satu keluarganya yang lain dikirim ke kamp karena dia pergi ke Amerika Serikat untuk menghadiri pernikahan sepupunya pada tahun 2014. Pada akhir Agustus dia mendapatkan hukuman penjara 15 tahun. Banyak dari keluarganya yang mereka tidak mengetahui keberadaannya apakah masih hidup atau sudah mati. Tidak ada satupun orang Uyghur yang tidak mempunyai keluarga yang ditahan di kamp-kamp atau di penjara. Parahnya lagi, jika ada seorang yang meninggal dunia, jenazahnya tidak bisa diambil oleh keluarganya. Jenazahnya akan dikremasi (dibakar). Ini adalah cara China untuk menyembunyikan bukti berupa mayat yang berasal dari kamp-kamp ini. Hal ini menyebabkan kita tidak tahu persis berapa orang yang meninggal akibat kekejaman ini. Semuanya terjadi secara rahasia. Anak-anak para tahanan dikirim ke penampungan-penampungan yang dikelola negara dan juga sekolah-sekolah di mana mereka diajarkan untuk membenci agama dan identitas agama mereka sendiri serta dipaksa untuk berbahasa Cina. Mereka juga disikan dan diperlakukan dengan kejam. Para orangtua tidak tahu keberadaan anak-anak mereka. Mayoritas kota dan desa di Turkistan Timur (Xinjiang) hampir-hampir kosong. Sekitar 70 - 80% penduduknya telah dibawa pergi. Anda akan melewati jalan-jalannya yang sepi dan lengang karena banyak penduduknya yang dikirim ke kamp-kamp tahanan atau penjara. Sekolah-sekolah dan pabrik-pabrik diubah menjadi kamp konsentrasi. Keseluruhan wilayah Turkistan Timur menjadi penjara bagi penduduknya sendiri karena China memonitor kegiatan mereka bahkan di rumahnya sekalipun. Ada jutaan pegawai pemerintah dari etnis Han yang tinggal di rumah-rumah milik Uyghur untuk memastikan mereka tidak melakukan praktek agama dan untuk menilai pandangan politik mereka. Menjalankan agama Islam sangat terlarang. Bagi mereka, hanya mengatakan, "Aku akan mendatangimu besok, insya Allah", terlarang karena anda menyebut nama Tuhan. Menggunakan nama Islam adalah kejahatan. Anda harus mengubah nama seperti Muhammad atah Fatimah menjadi nama etnis Han. Ribuan wanita Uyghur dipaksa menikah dengan pria etnis Han. Ini adalah cara lain untuk menghapuskan generasi penerus Uyghur. Mengapa China melakukan kekejaman khusus terhadap muslim Uyghur dan Turk? Turkistan Timur adalah wilayah yang kaya dengan mineral dan sumber daya alam. Dengan menempatkan penduduknya dalam kamp-kamp penahanan dan melakukan pembersihan etnis, China berupaya melakukan kontrol yang ketat di wilayah yang kaya akan mineral tsb. Anda mungkin bertanya-tanya mengapa dunia bungkam mengenai isu ini? Ini disebabkan oleh beberapa alasan. Pertama, China mengontrol ketat media-medianya. Jadi apapun yang terjadi tidak serta merta diungkap ke luar ke seluruh dunia. Kedua, walaupun banya orang ataupun pemerintah yang tahu mengenai ini, mereka dipaksa untuk bungkam karena kuatnya tekanan dari China dan keterikatan strategis mereka di bidang ekonomi dengan China. Jadi pertanyaannya adalah apa yang bisa anda lakukan? Yang perlu kita lakukan adalah meningkatkan kesadaran karena saati ini banyak yang masih belum tahu apa sebenarnya yang terjadi. Desak pemimpin negeri anda untuk mengakui penjajahan China terhadap Turkisan Timur serta upaya sistematisnya menghapus Uyghur dan etnis lainnya di Turkisan Timur. Dukung komunitas Uyghur yang ada di negeri anda. Mereka sangat-sangat membutuhkan dukungan internasional. Bergabunglah dengan aksi-aksi protes mereka. Lakukan aksi protes di depan kedutaan besar China dan lembaga-lembaga lainnya yang bisa bergerak untuk menentang pembersihan etnis Uyghur. Sebuah link video berikut ini mengisahkan kesaksian seorang dokter China yang merasa biasa-biasa saja melakukan bedah organ tubuh seorang warga Uyghur. Dokter ini baru merasa bahwa apa yang dilakukannya adalah sebuah kejahatan kemanusiaan setelah dia bermukim di AS. Berikut ini linknya.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=134423854235473&id=100030035775514 www.HelfiaNet.com www.HelfiaStore.com Helfia Store Bukalapak Helfia Store Tokopedia Peristiwa musibah tsunami Selat Sunda pada Sabtu 22 Desember 2018 di luar dugaan semua instansi pemerintah. Lebih dari 400 orang diberitakan meninggal dunia. Kisah berikut ini dikutip dari Republika.co.id tanggal 26 Desember 2018. Rombongan dari SMA Islam Nurul Fikri Boarding School (NFBS) Serang Banten selamat dari bencana tsunami ini dengan cara yang menakjubkan semua orang. Sebanyak 65 santri yaitu 30 perempuan dan 35 laki-laki menyaksikan kedahsyatan air yang meluluhlantakkan hotel dan rumah warga di sekitar pantai. Namun, menurut salah seorang guru, Ai Nuraeni, di saat kejadian tersebut ia dan anak didiknya menyaksikan kuasa Allah SWT yang luar biasa menyelamatkan mereka. Para penghapal Al Qur'an Nurul Fikri sudah berada di Desa Pasauran Anyer sejak tanggal 18 November 2018 dan menginap di Villa Unggul Tanjung Nurul Fikri. Menurut Ai pada saat kejadian di malam hari, melalui lantai dua vila yang mereka tempati, terlihat Anak Gunung Krakatau mengeluarkan api dan laharnya. Walaupun sempat khawatir, mereka tetap menjalankan aktivitas seperti biasa. Namun, suara gemuruh membuat dirinya bertanya-tanya. "Baru selesai hafalan setoran tiba-tiba terdengar suara gemuruh. Awalnya dipikir hujan tapi ternyata enggak ada airnya, tiba-tiba dari belakang yang dekat ke pantai itu santri putra lari-lari (teriak) itu air, itu ada air. Kita sempat panik itu air apa", kata Ai menjelaskan. Tak lama kemudian, air tersebut surut begitu saja dan hanya menghantam pagar pembatas belakang vila. Rombongan pun memutuskan untuk berkumpul di mushala vila. Ia mendapat kabar bahwa pengelola pantai menghubungi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk menanyakan apa yang terjadi. Ternyata, menurut BMKG saat itu hanya air pasang biasa. Mereka pun merasa sedikit tenang. "Tapi ada sedikit khawatir juga sih dari para pembina. Akhirnya kita kumpulkan saja semuanya di mushala. Kita instruksikan mereka untuk menggunakan pakaian lengkap, minimal kita siap lari," kenang Ai. Suasana kembali hening. Suara yang terdengar hanyalah para santri yang tengah mengaji dan melanjutkan tilawah yang sempat tertunda karena air pasang tiba-tiba tadi. Ai juga mengenang, saat itu para santri begitu tenang. Ada beberapa yang wudhu dan shalat tobat, semua begitu tenang dan tidak panik. "Sesuatu yang mengharukan saya, terutama sikap anak-anak ketika terjadi bencana seperti itu, kita instruksikan, kita sekarang evakuasi, silakan bawa barang yang dianggap penting. Dan mereka langsung yang tercetus itu ya Al Quran," kata Ai. Pengelola hotel mengabarkan bahwa ada masyarakat yang mengungsi. Pembina pun musyawarah perlu atau tidaknya untuk ikut mengungsi. Ai menceritakan, setelah mereka berdiskusi, dua orang ustaz keluar untuk melihat kondisi sekitar. Kedua ustaz tersebut pun kaget karena lingkungan di sekitar villa telah hancur. Akhirnya mereka memutuskan untuk ikut mengungsi. "Pengungsian waktu itu, kata pengurus vila, ada di daerah Cipanas, pokoknya dari vila ke arah kiri. Setelah belokan evakuasi itu, akan ada dari jembatan itu sudah tidak bisa dilalui kendaraan itu. Ya itu batas amannya," kata dia. Sebelumnya, ketika di vila mereka telah dihubungi oleh NF di pesantren. Rombongan NF dari pesantren pun telah dalam perjalanan untuk menjemput mereka. Namun, di jalan, Ai menjelaskan, rombongan NF tidak bisa masuk lebih dalam karena jalanan rusak. Namun, hal cukup menakjubkan terjadi. Ketika berada di lokasi pengungsian atau rumah penduduk di daerah Cipanas, tidak jauh dari situ adalah tempat rombongan dari NF yang akan menjemput berada. Akhirnya, seluruh ustaz, ustazah, dan santri berhasil keluar dari lokasi bencana dan kembali ke pesantren. "Jadi, alhamdulillah timnya sampai ke daerah pengungsian. Lalu ada empat atau lima mobil itu. Kita lewat jalur alternatif yang melewati hutan dan kurang lebih tiga jam sampai ke pesantren," kata Ai. Rombongan ini sudah berada di lokasi selama satu bulan lebih sejak 18 November 2018. Rencananya, mereka akan dikarantina sampai 18 Januari 2018 sebelum berangkat ke Turki pada 23 Januari 2018. "Mereka adalah santri kelas 10 SMA Islam Nurul Fikri Boarding School, Serang, Banten yang mengikuti program International Education Progarm (IEP). Mereka melakukan hapalan Alquran 30 juz. Mereka adalah santri yang akan ke Turki untuk menghapal Alquran dan pengambilan sanad," kata salah satu guru SMA Islam NFBS, Andriono. Ia mengatakan, saat ini para santri telah berada di pesantren untuk melanjutkan aktivitas menghafal Alquran. Suasana pesantren saat ini cukup sepi karena santri lainnya tengah menikmati waktu liburan. Setelah melalui masa karantina ini, mereka akan berangkat ke Turki bersama-sama. Kesaksian pak Mukhsin pengurus Villa Unggul Tanjung Nurul Fikri Aksi Bela Islam Reuni 212 Tahun 2018 seperti juga tahun-tahun sebelumnya menyisakan banyak kisah-kisah unik dan mengharukan. Salah satu di antaranya adalah tentang pernikahan sdr Ridho Suryo Nugroho dengan gadis idamannya Ramazatul Lativa di tengah-tengah umat Islam dari seluruh penjuru Indonesia yang berkumpul dalam rangka Aksi Bela Islam. Berawal dari sebuah sayembara yang diterima Ridho lewat WA dari calon mertuanya bagi siapa saja yang berani menerima tantangan itu dengan hadiah berbulan madu di hotel berbintang di Malang selam 7 hari 7 malam. "Sayembara (itu) sampai ke saya di waktu dhuha, waktu ghanimah kata para ulama. Waktu saat Allah bagikan banyak kebaikan, saya berhusnudzan jika Allah kirimkan kebaikan di waktu yang baik, malu rasanya kalau diabaikan", ujar Ridho ketika ditanya alasannya. Selain itu Ridho yang hapal Al Quran 17 Juz itu juga beralasan: “Momentum Reuni Akbar 212 memiliki nilai-nilai mulia tentang perjuangan, persatuan umat dalam meninggikan izzah umat dan bela Al-Qur’an, bela tauhid, dihadiri ulama, tokoh pergerakan, dan umat Muslim pilihan dari berbagai elemen yang memiliki pengorbanan masing-masing untuk bisa sampai di sana, ukhuwah, keikhlasan dan ghirah yang sama menambah berkah di hari yang luar biasa itu,” ungkapnya. Sumber: Hidayatullah.com Pernikahan 212 Nan Bersejarah Oleh: Rosdiansyah Dilansir dari Hidayatullah.com Perhatian terhadap bangsa Uighur (Uyghur) belakangan ini meningkat. Apalagi setelah kabar penyiksaan, pemaksaan serta aneka tindak kekerasan lainnya telah dilakukan Rezim Beijing secara intensif. Untuk menjustifikasi tindakan represif tersebut, Rezim Beijing telah menghembuskan isu separatisme serta terorisme kepada penduduk Uighur di Xinjiang, kawasan China bagian utara. Akibatnya, banyak negara tertipu lalu larut dalam propaganda sesat Rezim Beijing. Sorotan lembaga-lembaga penegakan HAM internasional diabaikan begitu saja. Tindak kekerasan di Xinjiang tak jua surut. Apalagi Beijing sangat diuntungkan oleh propaganda global isu perang lawan terorisme yang bergema dimana-mana. Bagi Partai Komunis China (PKC) resonansi isu itu menjadi tameng menutupi tindak kekerasan aparat PKC ke warga Uyghur. Mereka dipaksa mengikuti program-program indoktrinasi ala PKC dan tampak jelas pula upaya intensif PKC menghapus identitas Uyghur. Kini, simpati luas masyarakat internasional muncul di berbagai negara. Bahkan berbagai kelompok muncul menyuarakan kepedulian pada Uyghur. Namun demikian, salah-satu masalah penting warga Uyghur saat ini adalah bagaimana cara mengungkapkan ekspresi nasionalisme berbasis etnisitas. Bangsa Uyghur, yakni orang-orang berbahasa Turki yang tinggal di Asia Tengah, merupakan bangsa yang terlupakan dalam sejarah modern. Bangsa ini terbelah dua secara geografis, yaitu Uyghur yang menetap di Rusia dan Uyghur yang berada di Provinsi Xinjiang, China. Penulisan historiografi Soviet dan sovietologi secara sistematis mengecualikan Lembah Tarim dari studi wilayah Asia Tengah. Di lembah itulah banyak berdiam warga Uyghur. Sedangkan para sejarawan China, tidak hanya mereka yang dilatih di kampus-kampus Tiongkok, melainkan juga elit rezim Beijing, biasanya mengabaikan keberadaan puluhan juta minoritas Uyghur. Rezim Beijing asyik menyebarkan pelatihan-pelatihan bahasa serta budaya Tiongkok ke seluruh dunia, tapi mereka sengaja abai pada warisan budaya Uyghur. Oleh karena itu, selama dua dekade terakhir, sekelompok kecil cendekiawan berasal dari berbagai latar belakang disiplin keilmuan di seluruh dunia kini berusaha mengimbanginya. David Brophy adalah salah satunya, dan ia yang paling fokus dalam kajian serta riset ihwal Uyghur. Dalam buku ini, ia menulis ulang sejarah politik dan intelektual orang-orang Uyghur dengan mengulasnya pada seluruh isi buku. Berisi delapan bab berikut pendahuluan serta ditutup kesimpulan, tesis utama buku ini adalah bahwa bangsa Uyghur muncul ketika ide-ide reformis Muslim menjadi topik utama perbincangan masyarakat Uyghur. Baik warga Uighur di wilayah Soviet maupun di daratan Xinjiang membicarakan gagasan reformisme yang sohor di kalangan mereka yang disebut sebagai ”Jadidisme” (pembaharuan). Inti gagasan ini menyangkut pada metode baru dalam pembelajaran sekaligus pendekatan terhadap kajian-kajian Islam klasik. Masyarakat Uyghur termasuk masyarakat di Asia Tengah yang pada abad ke-19 sangat mengidamkan pencerahan serta membangun kembali peradaban muslim. Kedekatan masyarakat Uyghur pada Turki lantas membuat kekaisaran China agak was-was, terutama pada dua hal. Yakni, Pan-Islamisme serta Pan-Turkisme. Keduanya dianggap ancaman. Anggapan ini terus berlangsung serta diwariskan dalam birokrasi Tiongkok walau sistem pemerintahannya sudah berubah. Dari monarki absolut ke sistem pemerintahan komunisme ala China. Sebagai catatan, saat semangat ‘Jadidisme’ sedang membara di bumi Xinjiang, masyarakat modern Uyghur bersatu dengan aktivisme kelompok Uyghur diaspora setelah Revolusi Rusia 1917. Penyatuan ini menjadikan semangat serta upaya mempraktekkan ‘Jadidisme’ bisa berlangsung mulus karena adanya transmisi pengetahuan serta keahlian selama beberapa dekade. Pelan namun pasti rasa kebangsaan Uighur pun bangkit. Paling tidak, dalam sejarah awalnya, nasionalisme Uyghur bukanlah ideologi negara yang lahir dalam buaian revolusi Soviet atau sekadar jimat identitas etnis melawan dominasi China. Melainkan, rasa kebangsaan Uyghur itu menghujam kuat pada jati diri serta martabat etnisitas. Pada abad ke-8 Masehi, tatkala pengaruh kekaisaran bangsa Turk surut di kawasan Asia Tengah, bangsa Uyghur mengisi kekosongan kekuasaan tersebut. Dinasti Tang di China daratan kala itu tak bisa berbuat banyak untuk menjaga stabilitas kawasan, sehingga bangsa Uyghur secara cepat berhasil menduduki kawasan yang sekarang disebut sebagai Mongolia. Bangsa petarung ini menguasai wilayah luas. Catatan arsip-arsip Tiongkok kuno menyebut, kekuasaan Uyghur dibangun melalui segelintir elit dikelilingi etnis-etnis lain. Kemapanan Uyghur menguasai wilayah Asia Tengah sampai Mongolia bertahan selama satu abad. Awalnya, mereka menganut ajaran Budha karena pengaruh dari India, Persia dan China, dan kawasan mereka tinggal saat itu biasa disebut ‘Uyghuristan’. Kemudian, dari kawasan tersebut muncul dinasti Qarakhanid pada abad ke-10 yang secara resmi mengadopsi Islam sebagai agama mereka. Ibukota mereka ada dua, satu di Kashgar dan kedua di Balasaghun (kini, Balashagun masuk wilayah Kirgiztan). Melalui ekspedisi yang dijalankan sampai ke pinggir-pinggir Asia Tengah, Dinasti Qarakhanid berhasil melampaui padang pasir Taklamakan, lalu masuk ke lembah Tarim. Inilah proses Islamisasi kawasan yang sukses dilakukan dinasti tersebut, dan berlangsung secara intensif. Sultan Satuq Bughra Khan pada abad ke-10 dari Dinasti Qarakhanid lantas berhasil menjadikan wilayah ‘Uyghuristan’ sebagai wilayah Muslim. Literasi bangsa Uyghur sangat tinggi, dibanding bangsa Mongol. Sehingga bangsa Mongol menjadikan para intelektual Uighur sebagai elit lingkaran Jenghis Khan. Mereka kerap mendampingi aksi-aksi penaklukan pasukan Jenghiz Khan, bahkan Dinasti Yuan (1271-1368) yang kemudian menguasai China, juga kerap dibantu oleh intelektual Uyghur, dalam bidang pendidikan serta peningkatan literasi. Ketika berada di beberapa pusat kota kerajaan China inilah, para intelektual Uyghur sering bertemu dengan komunitas muslim berbahasa China yang biasa disebut sebagai ‘Hui’. Sampai abad ke-18 berbagai dinasti di Tiongkok sulit menaklukkan kawasan Uighuristan. Jalan termudah menjaga pengaruh Tiongkok ke kawasan itu adalah melalui pengangkatan tuan tanah setempat sebagai perwakilan dinasti di sejumlah area di wilayah Uighuristan. Sementara itu, kekhawatiran para kaisar Tiongkok terhadap pengaruh Turki terus meningkat. Maka, berbagai upaya dilakukan ke wilayah Uighuristan guna menghambat laju pengaruh Turki tersebut. Hasilnya, muncul resistensi lokal pada para kaisar Tiongkok. Apalagi, aparat kekaisaran Tiongkok sering menerapkan pajak tinggi pada warga Uyghur dan terjadi mal-administrasi yang parah di internal pemerintahan lokal yang didukung Tiongkok. Pada 1864, terjadi pergolakan Muslim berbahasa China di Shanxi dan Ghangzu. Pergolakan ini segera saja memantik simpati Muslim Uighur yang ikut mempertanyakan cara-cara dinasti Tiongkok memerintah. Melalui kepemimpinan Dawud Khalifa, tokoh sufi Xinjiang, perlawanan terhadap Dinasti Tiongkok berlangsung cukup sengit dan masif. Bahkan banyak warga Kazakh berada di belakang Dawud. Apalagi kemudian juga muncul serangan tak terduga Yaqub Beg asli Kokandi ke kawasan Xinjiang. Serangan ini kian memperlemah pengaruh dinasti Qing. Namun sayang, memasuki tahun 1877, Yaqub Beg mendadak meninggal di Kashgari, sedangkan Dawud tak diketahui kiprahnya lagi. Pasukan Yaqub terbelah, sebagian mengakui kekaisaran Tiongkok, sedangkan sebagian lagi tetap melakukan perlawanan. Bangsa Uighur kembali berada dalam masa kekosongan kekuasaan di kawasan Uyghuristan dimana lembah Tarim berada di dalamnya. Sampai kemudian perjanjian antara Tiongkok dan Rusia digelar di Saint Peterburgh pada 1881, yang sangat mempengaruhi dinamika sosial di kawasan Xinjiang karena Rusia ingin juga menebar pengaruh ke kawasan tersebut. Jika melihat peta geografis kawasan Xinjiang ini, maka siapapun akan segera tahu betapa strategisnya kawasan ini karena berada dalam berbagai jalur perlintasan, termasuk pada masa modern sekarang ini. Sepertinya, rezim Beijing memang berupaya sekuat tenaga men-Tiongkok-kan Uyghur demi mencapai keuntungan tiga hal, yaitu geopolitik, geo-strategis dan geo-ekonomi.* Buku : Uighur Nation Penulis : David Brophy Penerbit : Harvard University Press, USA Tebal : xiii + 347 halaman Cetakan : Pertama, 2016 Peresensi alumni FH Unair, master studi pembangunan ISS, Den Haag, Belanda. Peraih beragam beasiswa internasional. Kini, periset pada the Jawa Pos Institute of Pro-Otonomi/JPIP, Surabaya Rep: Admin Hidcom Editor: Cholis Akbar Ada yang menarik dan lucu dari Aksi Bela Islam 212 Tahun 2018. Sebuah lagu satire dinyanyikan lewat pengeras suara yang mendapat sambutan spontan dari seluruh peserta aksi. Lagu ini diawali dengan nada yang mirip dengan lagu yang dinyanikan bu Mega ketika memprotest kenaikan BBM di era Presiden SBY. Namun syairnya diganti menjadi: ".... janji diingkari, ulama dizalimi, amanat dihianati. Soal kecil... bohong, soal besar... bohong, semua janji... bohong. Dia si raja bohong". Syairpun berlanjut dengan: "2019 ganti presiden yang tidak cerdas. 2019 ganti presiden yang tidak jelas. Astaghfirullah, astaghfirullah... punya presiden si tukang bohong. Astaghfirullah, astaghfirullah... punya presiden si raja bohong. Simak videonya berikut ini. Ini adalah pengalaman pertamaku shalat tahajjud dini hari dengan berjamaah bersama saudara seiman yang baru aku kenal pada malam itu juga. Beratapkan langit yang cerah dengan gemerlap bintang dan cuaca yang pas tidak panas juga tidak dingin. Lantunan ayat suci Al Quran terasa demikian syahdu merasuk ke relung hati paling dalam. Doa qunut yang panjang terasa singkat dan membuat haru seluruh jamaah. Tak terasa air mata berlinang. Kasih sayang Allah yang selalu ada sejak kita lahir ke dunia, pada malam itu lebih terasa membasuh jiwa ini. Alhamdulillah berkali-kali aku ucapkan karena telah diperkenankan Nya hadir bersama-sama sahabat-sahabat muslim lainnya disaksikan sebuah bangunan tinggi yg indah berpuncak emas murni yang sejak kecil sudah saya kenal dengan sebutan Monas atau Monumen Nasional. Bicara tentang Monas, apa yang disampaikan oleh Rocky Gerung di sebuah acara ILC TV One bahwa Monas adalah monumen akal sehat kiranya sangatlah pas menggambarkan keadaan kami malam itu. Bagi sebagian kecil sahabat muslim kami dianggap berlebih-lebihan, tetapi bagi kami inilah bentuk pemeliharaan akal sehat dari kami umat Islam Indonesia yang sedang dilanda perusakan aqidah, ideologi dan akal sehat secara massive. Kesadaran inipun barulah muncul ketika seorang pejabat arogan lepas kendali melecehkan Al Qur'an Surah Al Maidah ayat 51 tentang keharusan memilih pemimpin dari kalangan muslimin sendiri. Sebagian kecil dari kami masih merasa tidak ada yang salah dengan ucapan orang ini. Ketika kami menuntut ditegakkannya keadilan terhadap orang ini ternyata pembelaan dari rezim yang berkuasa demikian massive sehingga hampir saja tidak berhasil keadilan ditegakkan. Berkumpulnya umat Islam di Monas tahun 2018 pada tanggal 2 Desember kali ini ternyata dihadiri oleh lebih banyak orang dibandingkan saat pertama kali Aksi Damai 212 diselenggarakan yakni 2 Desember 2016. Ketika itu berbagai upaya menakut-nakuti mulai dari himbauan sampai upaya repressive dilakukan oleh aparat pemerintah dan kepolisian seperti merazia bis, melarang pengusaha transportasi mengangkut jamaah. Namun ternyata tidak menyurutkan semangat umat Islam untuk hadir dalam Aksi Bela Islam atau Aksi Damai 212 itu. Bahkan sebuah pesantren di Ciamis berjalan kaki long march untuk bisa hadir di Monas ketika itu. Dalam pertemuan 212 tahun 2018 kali inipun upaya penggembosan tetap kuat meskipun terkesan ditutup-tutupi. Mungkin belajar dari pengalaman sebelumnya ketika dilarang justru membuat masyarakat semakin bersemangat untuk berpartisipasi. Tetapi upaya seperti pembatalan bis yang tiba-tiba, berita-berita tentang penyusupan, tentang persiapan pengamanan oleh pihak aparat kepolisian yang lebih tepat dikatakan sebagai persiapan perang, sampai dengan pemutusan signal handphone di area Monas menjelang acara sampai dengan menjelang usainya acara. Namun semua gagal menggembosi aksi 212 tahun 2018 ini. Aksi 212 dicibir justru semakin bergejolak. Ketika mobil kami tiba di bundaran depan Gedung BI arus lalu lintas dialihkan sehingga kami turun di sana dan sopir lanjut mencari tempat parkir. Belakangan saya tahu sopir parkir di Jalan Kebon Sirih. Saya dan Rahmat terus berusaha mencari tempat di depan panggung utama. Tetapi dekat Monas saya putuskan untuk berhenti dan mencari tempat untuk shalat tahajjud. Saya memang sudah menyiapkan dua sejadah selain topi tauhid yang selalu saya pakai. Selain itu saya juga membawa empat botol air minum dan snack ala kadarnya. Tetapi ternyata di sana berlimpah air minum dan snack gratis. Usai shalat Tahajjud dan shalat Subuh berjamaah panitia mengajak jamaah berzikir dan bershalawat yang disambut seluruh jamaah dengan antusias. Lantunan zikir dan shalawat dari seluruh jamaah menggetarkan jiwa dan perasaan. Tiba-tiba kami merasa memiliki saudara seiman yang siap saling membelam saling menyayangi bahkan siap saling ingat mengingatkan. Ketika serombongan jamaah bergerak ke depan ada yang tanpa sadar menginjak rumput dengan spontan diingatkan dengan teriakan: "Tolong jangan injak rumputnya". Langsung disambut yang lain dengan berkelakar: "Injak cebong aja, jangan injak rumputnya". Menjelang pukul 7 perhatian kami tertuju pada sekelompok pemuda berpakaian putih dengan logo kecil berbentuk segitiga garis hijau yang ternyata Laskar FPI. Mereka dengan sopan tetapi tegas memberi jalan bagi Ahmad Dhani yang baru tiba untuk menuju panggung utama. Jamaahpun sontak bershalawat menyambut Ahmad Dhani sambil berusaha untuk berjabat tangan dan selfi. Di langit terlihat banyak drone berseliweran. Ketika salah satu drone bermanuver di atas kami, spontan para jamaah berdiri seraya mengibarkan bendera tauhid dan mengacungkan ibu jari dan telunjuk. Seorang kakek secara demonstratif mengeluarkan bungkusan tebal uang dalam lembaran 2 ribuan yang jumlah keseluruhannya mungkin tidak kurang dari 5 juta rupiah. Sang kakek memasukkan seikat demi seikat uangnya ke dalam kotak amal 212 sambil meneriakkan takbir. Terakhir sang kakek bertakbir tiba-tiba gigi palsunya copot yang membuat jamaah tertawa meskipun mereka sadar si kakek hanya berpura-pura. Tak terasa matahari mulai tinggi dan jam menunjukkan pukul 7. Bendera Al Liwa dan Ar Roya tak henti-hentinya diarak di atas kepala dari belakang ke depan panggung dan kembali lagi ke belakang sambil diiringi shalawat. Panitia selanjutnya mengajak jamaah menyanyikan lagu Satu Nusa dan Garuda Pancasila. Menjelang pukul 7.36 Ustadz Haikal Hasan membuka acara berbahasa Arab seraya berseloroh mengapa pake bahasa Arab, karena gak ada TV Indonesia yang mau nyiarin acara ini. Beliaupun bernyanyi dengan syair "Cangkul.. cangkul... cangkul yang dalaam... tanahnya subur, jagung kutanam" yang diubah menjadi "Panik... panik.. ada yang paniik... Ada yang panik takut diganti". Menjelang pukul 8.00 pagi panitia mengajak jamaah menyanyikan lagu Indonesia Raya. Beberapa saat kemudian Gus Nur datang dengan dikawal oleh Laskar FPI menuju panggung. Acara dilanjutkan dengan sambutan ketua panitia. Sambutan dilanjut dengan sambutan-sambutan yang disampaikan antara lain oleh DPP FPI, dan Anies Baswedan. Selain mengingatkan pentingnya untuk memenangkan partai-partai Hizbullah, Anies mengingatkan pentingnya sebuah proses politik, bahwa betapa tanpa kekerasan bisa menghentikan reklamasi yang dianggap mustahil sebelumnya. Beberapa hal yang sebelumnya dianggap mustahil seperti DP nol rupiah, dan menutup tempat-tempat maksiat bisa terlaksana. Dalam sambutannya Anies Baswedan juga menyampaikan bahwa Monas pertama kali digunakan pada September 1945. Ketika itu berkumpulnya masyarakat dalam upaya menghadirkan kemerdekaan. Monas bukan milik sekelompok orang. Pertemuan ini bukan sekedar berbeda tetapi di tempat ini hadir persatuan. Persatuan yang bukan didatangkan orang lain tetapi hasil inisiatip kita yaitu dalam rangka tuntutan untuk menghadirkan keadilan dan kesetaraan. Akhirnya Anies yg mendapat julukan Gubernur Indonesia itu menghimbau hadirin untuk dari Monas menebarkan kedamaian dan keadilan di negeri ini. Menebarkan ketertiban yang mempesona dunia bagi anak-anak dan cucu-cucu kita. Sambutan demi sambutan berlangsung dari Ketua MPR Zulkifli Hasan, Prabowo Subianto, Ustadz Bachtiar Nasir dan Tengku Zulkarnain. Ustd Tengku Zulkarnain dalam sambutannya mengatakan: "Kita bukan mau NKRI bejat yg halalkan LGBT. Kita mau NKRI baldatun toiyibaatun warobbun ghofur". Panitia juga memberitahu kehadiran Fadly Zon dan Yusuf Matta dan beberapa tokoh nasional lainnya. Tak terasa jam sudah pukul 9 lewat. Acarapun berlanjut dengan pemberian penghargaan millenial award kepada 12 orang yang antara lain mujahid cilik Cecep yg berjalan kaki dari Ciamis menghadiri Aksi 212 tahun 2016 dan hafidz cilik, atlit yudo yg mempertahankan jilbabnya, termasuk Nisya Saban dan dr. Gamal yang menyampaikan dalam sambutannya agar jangan sia siakan masa muda. Mereka generasi muda yg memberikan inspirasi bagi anak muda lainnya Puncak acara diisi dengan pemutaran ulang film dokumenter Aksi Damai 212 Tahun 2016 termasuk khutbah Jum'at dari Ustd Habib Rizieq Shihab dilanjutkan dengan pidato beliau langsung dari Mekkah Al Mukarromah. HRS menyampaikan bahwa Aksi Damai 212 terlahir dari sebuah pertarungan ideologi tentang ayat suci di atas ayat konstitusi terhadap ideologi ayat konstitusi di atas ayat suci yang merupakan upaya busuk kaum anti agama. Ayat suci tidak boleh direvisi sedang ayat konstitusi bisa diluruskan agar sejalan dengan ayat suci. HRS menyampaikan bahwa penegakan ayat suci di Indonesia adalah juga amanah konstitusi republik ini. Pancasila sebagai dasar negara pasal 1 UUD 45 merupakan sebuah konsensus nasional bahwa dasar negara adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Maka dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara harus selalu merujuk pada kitab suci. Indonesia negara beragama tanpa paksaan. Negara tauhid yang melindungi semua agama. Indonesia bukan ateis, komunis atau liberal dan sekuler yang anti syariat agama. Kondisi Indonesia dalam 5 tahun terakhir ini ada gerakan sistematis yang ingin menghancurkan kehidupan beragama. Pembiaran aliran sesat, penistaan agama dan pembiaran kezaliman dan ketidakadilan telah berlangsung sedemikian sehingga terkesan ada sikap suka-suka dari penguasa. Acara ditutup dengan pidato cucu pendiri NU dan Muhammadiyah disusul dengan beberapa orasi dari Habib Hanif dan Habib Bahar bin Smith. Sebuah lagu lucu mengkritik pemerintah yang dianggap sebagai tukang bohong: "Astaghfirullah... punya Presiden si Tukang Bohong." Perkiraan lebih dari 10 juta orang hadir di Aksi Damai 212 Tahun 2018 ini. Hanya satu televisi nasional yaitu TV One yang berani menyiarkannya. Hal ini memperjelas posisi pers nasional yang mengorbankan prinsip-prinsip jurnalistik yg baik demi mempertahankan sebuah rezim penguasa. |
ISLAM
Cari artikel? Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini. Kebenaran Quran dan Ajaran IslamMenyampaikan bukti-bukti kebenaran Quran dan ajaran Islam melalui tulisan dan pengakuan ahli ilmu pengetahuan dunia yang diambil dari berbagai sumber.
Archives
July 2024
Categories
All
kirim pesan [email protected]
|