Akhir-akhir ini banyak yang membahas tentang Islam Nusantara. Apakah itu Islam Nusantara? Istilah Islam Nusantara menjadi isu yang mulai ramai dibicarakan, sejalan dengan peran para budayawan dan orang-orang Liberal di Indonesia. Dan nampaknya ini hendak dijadikan sebagai gerakan. Di UIN Jakarta sendiri telah diselenggarakan festival budaya Islam Nusantara. Bahkan ada yang mengatakan, fenomena membaca Alquran dengan langgam Jawa merupakan bagian dari proyek Islam Nusantara itu.
Mengingat ini istilah yang asing bagi masyarakat, kita perlu tahu, sebenarnya apa maksud mereka dengan istilah Islam Nusantara itu? Apakah maksudnya agama Islam yang dibongkar pasang, diganti sana-sini, sehingga menjadi agama sendiri yang berbeda sama sekali dengan ajaran Islam Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم? Seperti halnya istilah ‘Kristen Jawa’ yang berbeda sama sekali dengan ajaran kristen lainnya. Atau Islam seperti apa? Di sana ada sebuah tulisan yang dirilis oleh web Fakultas Adab & Humaniora UIN Jakarta. Dalam tulisan itu, dikutip definisi istilah ‘Islam Nusantara’ menurut Azyumardi Azra. Dia mengatakan: “Islam Nusantara adalah Islam distingtif sebagai hasil interaksi, kontekstualisasi, indigenisasi dan vernakularisasi Islam universal dengan realitas sosial, budaya, dan agama di Indonesia. Ortodoksi Islam Nusantara (kalam Asy’ari, fikih mazhab Syafi’i, dan Tasawuf Ghazali) menumbuhkan karakter wasathiyah yang moderat dan toleran. Islam Nusantara yang kaya dengan warisan Islam (Islamic legacy) menjadi harapan renaisans peradaban Islam global.” Yah… Anda boleh baca sambil tutup mata sebelah. Paham gak paham, anggap saja paham. Ini bahasa ‘wong pinter’ gaya masyarakat UIN. Kepentingan kita, keterangan Pak Azra dijadikan sebagai acuan, karena beliau bagian dari pelaksana inti proyek Islam Nusantara itu. Kita bisa perhatikan, definisi Islam Nusantara menurut Pak Azra di bagian pertama: Islam Nusantara adalah Islam distingtif. Artinya Islam yang unik. Tentu saja memiliki ciri membedakannya dengan lainnya. Sebagai hasil interaksi, kontekstualisasi, indigenisasi (disesuaikan keadaan pribumi) dan vernakularisasi (disesuaikan kedaerahan) Islam universal dengan realitas sosial, budaya, dan agama di Indonesia. Dari pengertian Pak Azra, berarti Islam ada dua: (1) Islam universal, dan (2) Islam yang sudah mengalami penyesuaian dengan budaya dan realitas sosial, yang mereka istilahkan dengan Islam Nusantara itu. Jika yang dimaksud Islam universal adalah Islam ajaran Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم, yang itu diterima oleh seluruh dunia, berarti Islam Nusantara yang menjadi gagasan para tokoh UIN itu berbeda dengan Islam ajaran Nabi صلى الله عليه وسلم. Selanjutnya Pak Azra mengaku, bahwa Islam Nusantara yang dia maksud, penyatuan kalam Asy’ari, fikih mazhab Syafi’i, dan Tasawuf Ghazali. Tentu saja ini terlalu berlebihan. Anggap saja, masalah tata cara membaca Alquran masuk dalam kajian fikih. Pernahkah ada fatwa dalam Fikih Syafii yang membolehkan membaca Alquran dengan lagu macapat? Lebih dari itu, sebenarnya UIN Jakarta sangat terpengaruh dengan pemikiran-pemikiran Liberal Harun Nasution. Posisi Pak Harun yang dianggap pencetus pemikiran Islam baru, sangat menentang kalam Asy’ari. Karena yang ingin dia kembangkan adalah pemikiran Muktazilah. Pak Harun sendiri pernah menyatakan: “Bila umat Islam ingin maju, maka kita harus menggantikan paham Asy’ariyah yang telah mendarah daging menjadi paham Muktazilah.” [Teologi Pembaruan, Fauzan S, 2004, hlm. 264]. Karena itulah Pak Harun dikenal pencetus Neo-Muktazilah di Indonesia. Ketika UIN Jakarta mengaku mengembangkan ajaran ilmu kalam Asy’ari, jelas ini terlalu jauh. Hakikatnya mereka sedang mengembangkan pemikiran Muktazilah. Memecah Belah Umat Kita tinggalkan kajian masalah definisi di atas. Karena jika kita perhatikan, pemikiran ini jelas hendak merusak Islam besar-besaran. Dan tidak jauh jika kita katakan, memecah belah kaum Muslimin. Budaya di Nusantara bagi Indonesia sangat beragam. Aceh jauh berbeda dengan Jawa. Kalimantan jauh beda dengan Papua. Ketika Islam Nusantara dipahami sebagai Islam hasil akulturasi budaya lokal, apa yang bisa Anda bayangkan ketika Islam ini disinkronkan dengan budaya Papua? Sehingga tercipta sebuah desain pakaian Muslim, hasil interaksi antara Islam dan budaya koteka. Tentu saja ini akan sangat ditolak oleh masyarakat Jawa atau lainnya. Ingatan kita masih sangat segar terkait kasus salat dengan bahasa Jawa yang diajarkan di Pesantren I’tikaf Ngadi Lelaku, Malang. Spontan memancing emosi banyak masyarakat. Jika sampai hal ini diwujudkan, yang terjadi bukan renaisans peradaban Islam, tapi malah mengacaukan masyarakat. Termasuk ajaran sebagian etnis Sasak, salat tiga waktu. Apakah bisa disebut Islam Nusantara? Jika sampai ini dilegalkan, berarti menolak keberadaan dua salat sisanya. Wahyu Menyesuaikan Budaya? Hingga kini banyak orang Liberal menuduh, bahwa tujuan terbesar dakwah Muhammad صلى الله عليه وسلم adalah untuk Arabisasi dunia. Menerapkan hegemoni Quraisy di alam raya. Sehingga ketika ada gerakan dakwah di tengah masyarakat, mereka sebut Arabisasi. Inti masalahnya, orang Liberal lemah dalam membedakan antara budaya dan ajaran agama. Sehingga di mana pun ajaran agama itu disampaikan, menurut orang Liberal, itu sedang memasarkan budaya Arab. Kita bisa telusuri, sebenarnya yang dilakukan Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم itu meng-Arab-kan Islam ataukah meng-Islam-kan Arab? Jika kita menggunakan teori orang Liberal, berarti Nabi صلى الله عليه وسلم meng-Arabkan Islam. Artinya, Islam sudah ada, kemudian oleh Nabi صلى الله عليه وسلم diwarnai dengan budaya Arab. Anda layak untuk geleng kepala. Nabi صلى الله عليه وسلم diutus di tengah masyarakat yang telah memiliki budaya. Ada yang baik dan ada yang buruk. Ketika beliau صلى الله عليه وسلم datang, beliau mengislamkan budaya-budaya itu. Dalam arti, mengarahkan pada budaya yang baik, dan membuang budaya jahat. Bukan disinkronkan, kemudian Islam menyesuaikan semua budaya mereka. Kita bisa simak, ketika Nabi صلى الله عليه وسلم mengingatkan tentang budaya buruk Jahiliyah, beliau mengatakan: ألَا كُلُّ شَىْءٍ مِنْ أمَْرِ الْجَاھِلِیةَِّ تحَْتَ قَدمََىَّ مَوْضُوعٌ “Katahuilah, segala urusan Jahiliyah, terkubur di bawah telapak kakiku.” [HR. Muslim 3009]. Ini salah satu bukti, bagaimana upaya beliau صلى الله عليه وسلم menolak setiap tradisi Jahiliyah yang bertentangan dengan wahyu. Dari sini kita mendapat pelajaran, bahwa BUDAYA HARUS MENYESUAIKAN ISLAM. Bukan Islam yang menyesuaikan budaya. Islam Agama Menyeluruh Islam agama yang universal. Allah mengutus Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم untuk menyebarkan Islam kepada seluruh umat manusia. Sehingga ajaran Islam sedunia adalah sama, karena sumbernya sama. Ketika ada orang yang memiliki kerangka ajaran yang berbeda, berarti itu bukan Islam ajaran beliau صلى الله عليه وسلم. Allah جل جلاله berfirman:وَمَا أرَْسَلْناَكَ إلَِّا كَافةَّ لِلناَّسِ بشَِیرًا وَنذَِیرًا وَلكَِنَّ أكَْثرََ الناَّسِ لاَ یعَلْمَوُن “Aku tidak mengutus kamu, melainkan untuk umat manusia seluruhnya, sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” [QS. Saba’: 28]. Dalam tafsirnya, al-Hafidz Ibnu Katsir menfsirkan ayat ini, bahwa Muhammad صلى الله عليه وسلم diutus untuk seluruh makhluk. Semua yang mukallaf, baik orang Arab maupun luar Arab. Yang paling mulia di antara mereka adalah yang paling taat kepada Allah. [Tafsir Ibn Katsir, 6/518]. Saya kira tidak ada orang Muslim yang ingin tidak dianggap sebagai umat Muhammad صلى الله عليه وسلم dalam arti khusus, gara-gara dia punya Islam yang berbeda dengan Islam beliau. Adat Bisa Menjadi Acuan Hukum Ada satu kaidah dalam ilmu fikih: العادة محكَّمة “Adat bisa dijadikan acuan hukum.” Kaidah ini termasuk kaidah besar dalam fikih (Qawaid Fikihiyah Kubro). Kaidah ini menjelaskan, bahwa adat dan tradisi masyarakat dalam pandangan syariat bisa menjadi penentu untuk hukum-hukum terkait muamalah sesama manusia, selama di sana tidak ada dalil tegas yang bertentangan dengan adat tersebut. [al-Wajiz fi Idhah Qawaid al-Fikih al-Kulliyah, hlm. 276]. Hanya saja di sana para ulama fikih memberikan batasan, ketika adat bertentangan dengan dalil syariat:
Contoh Penerapan Kaidah Allah mewajibkan suami untuk menafkahi istri. Tentang ukuran nafkah, dikembalikan kepada keadaan masyarakat, berapa nilai uang nafkah wajar untuk istri. Islam mewajibkan kita untuk bersikap baik terhadap tetangga. Bagaimana batasan sikap baik itu, dikembalikan kepada standar masyarakat, dst. Gagasan Islam Nusantara VS Kaidah Fikih Apakah kaidah fikih ini yang hendak dikembangkan dalam proyek “Islam Nusantara”? Dugaan kuat kami, tidak untuk ini. Islam Nusantara bukan dalam rangka memahamkan masyarakat tentang kaidah fikih di atas. Karena seperti yang dinyatakan Pak Azra, beliau menyebut Islam Nusantara sebagai Islam yang distingtif, Islam unik. Mereka anggap itu gagasan baru dari mereka, bagi Muslim Indonesia. Makanya kita tidak pernah mendengar istilah ini dikobarkan di masa pemerintahan SBY. Proyek ini baru disemarakkan di masa pemerintahan sekarang. Padahal kaidah fikih di atas bukan sesuatu yang baru. Dan untuk memahamkan kaidah ini tidak butuh orang Liberal. Kaidah ini telah final dibahas para ulama. Jika orang Liberal mengaku hendak membumikannya, itu hanya klaim. Mengelabuhi masyarakat Abangan untuk memasarkan pemikiran Muktazilah. Benar apa yang Allah جل جلاله firmankan, salah satu di antara upaya setan untuk menggoda manusia adalah dengan membisikkan kata-kata indah, untuk menjadi alasan pembenar bagi kesesatan mereka: وا شَیَاطِینَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ یُوحِي وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُ بعَْضُھُمْ إلِىَ بعَْضٍ زُخْرُفَ الْقوَْلِ غُرُورًا “Demikianlah, Kami jadikan musuh bagi setiap nabi, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin. Mereka saling membisikkan kepada yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).” [QS. al-An’am: 112]. Semoga kita tidak termasuk orang yang tertipu propaganda mereka. Allahu a’lam. Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
0 Comments
Tulisan ini diposting sekarang karena fakta mengherankan yang disampaikannya, meskipun ditulis di KABAR GAZA HARI INI berjudul “Mukjizat-mukjizat Allah di Palestina” oleh Aliey Faizal pada 2 Juni 2012.
Tentara Israel diselimuti rasa ketakutan. Mujahid yang syahid memancarkan bau kasturi Aneh bin ajaib, meski tiap hari dibunuhi tentara Israel, pejuang-pejuang Palestina tak pernah habis. Ibarat hilang satu tumbuh seribu, begitu seterusnya. Mereka juga tak pernah surut semangat juangnya, meski hampir setiap hari dijatuhi bom dan rudal. Kota Jenin menjadi saksinya. Kota yang terletak di Tepi Barat ketika itu dibombadir Israel. Ratusan rudal yang dilepaskan pesawat-pesawat tempur dan tank-tank Zionis, menghantam kota yang menjadi penampungan pengungsi rakyat Palestina itu. Hanya bersenjata AK 47 dan M 16, para pejuang Palestina memberikan perlawanan sengit. Ratusan warga sipil dan anak-anak menjadi korban —sesuatu yang sebenarnya dilarang PBB— akibat serangan brutal itu. Tetapi di pihak Israel bukan tidak ada yang mati. Tidak kurang dari 24 orang pasukan Israel tewas, dan 130 lainnya cedera. Itu yang diakui Israel. Tentu jumlah sebenarnya jauh lebih besar. Israel tidak mau menyebutkan jumlah korban pastinya, karena akan menjatuhkan moral tempur pasukannya. Buktinya, Panglima Perang Zionis, Shaol Mofaz akhirnya harus mencopot perwira yang memimpin penyerangan Jenin, karena dianggap gagal. Rupanya, ada kejadian-kejadian aneh di Palestina, yang menyebabkan perlawanan mereka tidak pernah mengendor. Keanehan itu, diantaranya dituturkan Abu al Barraa, salah seorang pimpinan Hamas. “Wahai saudaraku yang aku cintai,” katanya, “demi Allah sesungguhnya kami telah menyaksikan pasukan Zionis Israel meninggalkan persenjataan mereka, lari terbirit-birit ketakutan. Banyak dari mereka yang terbunuh dari peluru para mujahidin yang keluar tanpa ditembakkan.” Salah seorang tentara Israel yang lari itu, kepada pers mengaku ketakutan. Mereka menyaksikan postur pasukan yang buas luar biasa bukan dari bangsa manusia. Beberapa sumber Israel mengungkapkan, rasa takut itu menyelimuti setiap pasukan saat hendak memasuki Jenin. Salah seorang pasukan cadangan Israel mengatakan, “Kami melaksanakan tugas ini karena memang wajib, tidak ada yang senang berperang di sini. Kondisi di sana memang menyeramkan sekali.” Bahkan ia berharap, dunia internasional menekan pemerintahan Ariel Sharon. “Apakah tekanan terhadap pemerintahan (Sharon) telah dilakukan, agar menarik mundur pasukannya? Berapa hari lagi kita harus bertahan di sini?” kata tentara itu ketakutan. (almujtama’, 02/6/2012) Apakah keanehan-keanehan itu pertanda Allah telah menurunkan bala tentaranya, seperti apa yang tercantum pada al-Qur’an Surat At Taubah 26: “Dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir.” Yang jelas ketika tentara Israel yang brutal itu dilanda ketakutan, keadaan sebaliknya justru dialami para mujahidin. Meski melawan musuh yang didukung Amerika Serikat, semangat tempur para mujahidin tak pernah kendor. KEAJAIBAN-KEAJAIBAN DIBALIK PERISTIWA PERANG DI GAZA PALESTINA Jika kita berbicara Gaza saya pikir tidak ada habisnya, Ditambah lagi kondisi Gaza terus memanas. Namun memang harus kita perbincangkan sebagai bentuk lain kepedulian kita. Jadi bukan dengan berkoar sana sini dengan nada mencaci maki pihak israel karena itu menunjukkan "Kita tidak lebih baik dari mereka". Sah² saja dan sangat wajar kita membenci mereka atas perbuatan terhadap Palestina tapi jadilah muslim yang tangguh segala tangguh yang kuat segala kuat karena demikian kehendak Allah Swt karena konflik Gaza telah ada dalam Al Qur'an. Jadi mari kita Berdoa yaa berdoa adalah bentuk yang tepat untuk kebaikkan Palestina selain dari menyumbang apa dari kita yang mampu. Ingat sobat mereka-mereka yang ada di Palestina mewakili umat muslim seluruh penjuru dunia untuk mempertahankan tanah wakaf umat Islam dan menjaga Al Aqsha dari kejahatan kaum zionis. Gaza, itulah nama hamparan tanah yg luasnya tidak lebih dari 360 km persegi. Berada di Palestina Selatan. "Terjepit" diantara tanah yg dikuasai penjajah zionis biadab Israel, laut mediterania & mesir, serta dikepung dengan tembok disepanjang daratannya Sudah lama israel "bernafsu" menguasai wilayah ini, namun jangankan menguasai, untuk bisa masuk ke dalamnya saja israel kesulitan. Sudah banyak cara mereka lakukan untuk menundukkan kota kecil ini. Blokade rapat yg membuat rakyat Gaza kesulitan memperoleh bahan makanan, obat-obatan & energi telah dilakukan sejak 2006 hingga kini. Namun penduduk Gaza tetap bertahan, bahkan perlawanan rakyat & pejuang Gaza atas penjajahan zionis semakin menguat. Akhirnya Israel melakukan serangan "habis-habisan" ke wilayah ini sejak 27 Desember 2008 lalu, Mereka "menghujankan" ratusan bom & mengerahkan semua kekuatan hingga pasukan cadangannya. Namun sekali lagi. Negara yg tergolong memiliki militer terkuat didunia ini harus mundur dari Gaza. Diatas kertas kemampuan senjata AK 47, roket anti tank RPG, ranjau serta beberapa jenis roket buatan lokal yg biasa dipakai para mujahidin Palestina tidak akan mampu menghadapi pasukan Israel yg didukung tank MERKAVA yg dikenal terhebat di dunia. Apalagi menghadapi pesawat tempur canggih F-16, heli tempur APACHE, serta ribuan ton "Bom canggih" buatan Amerika Serikat. Akan tetapi di Gaza ada "Kekuatan lain" yg membuat para mujahidin itu mampu membuat para kaum penjajah itu angkat kaki dari Gaza dengan muka tertunduk malu walaupun Mujahidin hanya berbekal senjata sederhana. Itulah "Pertolongan Allah Ta'ala" yg diberikan kepada para pejuangnya yg taat & ikhlas. Kisah tentang munculnya "Pasukan lain" yg ikut bertempur bersama para mujahidin, semerbak harum jasad syuhada, serta beberapa peristiwa aneh lainnya selama pertempuran yg beredar dikalangan masyarakat Gaza, ditulis para jurnalis bahkan disiarkan para khatib Palestina di khutbah-khutbah Jum'at mereka. Berikut ini adalah rangkuman beberapa kisah "ajaib" tersebut dari berbagai sumber untuk kita ingat & renungkan. PASUKAN "BERSERAGAM PUTIH" DI GAZA Ada "pasukan lain" membantu para mujahidin Palestina, pasukan Israel sendiri mengakui adanya pasukan berseragam putih tersebut. Suatu hari di penghujung Januari 2009, sebuah rumah milik keluarga Dardunah yg berada di antara Jabal Al-kasyif & Jabal Al-Ar Rais, tepatnya di jalan Al-Qaram didatangi oleh sekelompok pasukan Israel. Seluruh anggota keluarga diperintahkan duduk di sebuah ruangan, salah satu anak laki-lakinya diinterogasi mengenai ciri-ciri pejuang Al-Qasam. Saat diinterogasi, sebagaimana yg ditulis situs Filisthin Al-aan (25/1/2009), mengutip cerita seorang mujahidin Al-Qasam, lelaki itu menjawab dengan jujur bahwa para pejuang Al-Qasam memakai seragam hitam-hitam, akan tetapi tentara itu malah marah & memukulnya hingga lelaki itu pingsan. Selama tiga hari berturut-turut, setiap ditanya, lelaki itu menjawab bahwa para pejuang Al-Qasam itu memakai seragam hitam-hitam. Akhirnya tentara itu naik pitam & mengatakan dengan keras "Wahai pembohong, mereka itu berseragam putih-putih!" Cerita lain disampaikan penduduk Palestina milik Brigade Izzuddin Al-Qasam, Multaqa Al-Qasam juga menyebutkan adanya "pasukan lain" yg tidak dikenal. Awalnya sebuah ambulan dihentikan oleh sekelompok pasukan Israel. Sopirnya ditanya apakah dia berasal dari kelompok Hamas atau Fatah?, sopir ambulan itu menjawab "Saya bukan kelompok manapun, saya hanya sopir ambulan". "lalu Pasukan yg berseragam putih-putih dibelakang mu tadi, masuk kelompok mana?" Si sopir itu pun kebingungan, karena ia tidak melihat seorang pun yg berada dibelakangnya "saya tidak tahu", jawaban satu-satunya yg ia miliki. SUARA TAK BERWUJUD Ada lagi kisah karomah mujahidin yg kali ini disebutkan oleh khatib masjid Izzuddin Al-Qasam di wilayah Nashirat Gaza yg telah ditayangkan oleh TV Channel Al-Quds, yg juga ditulis oleh Dr Abdurrahman Al-Jamal di situs Al-Qasam dengan judul Ayaat Ar Rohman fii jihadil furqon (ayat-ayat Alloh dalam jihad Al-Furqon). Sang khatib bercerita, seorang pejuang telah menanamkan sebuah ranjau yg telah disiapkan untuk menyambut pasukan Zionis yg akan melalui jalan tersebut. "Saya telah menanam sebuah ranjau, saya kemudian melihat sebuah helikopter menurunkan sejumlah besar pasukan, disertai tank-tank yg beriringan menuju jalan tempat saya menanam ranjau" kata pejuang tadi. Akhirnya sang pejuang memutuskan untuk kembali ke markas karena mengira ranjau itu tidak akan bekerja optimal, maklum jumlah musuh amat banyak & ranjau yg digunakan pun hanya ranjau sederhana. Akan tetapi sebelum beranjak meninggalkan lokasi, pejuang itu mendengar suara "UTSBUT TSABAKALLOH" yg maknanya kurang lebih "Tetaplah ditempat, maka Alloh akan menguatkanmu", ucapan itu ia dengar berulang kali sebanyak 3 kali. "Saya mencari sekeliling untuk mengetahui siapa yg mengatakan hal itu kepada saya, akan tetapi saya malah terkejut karena tidak ada seorang pun yg bersama saya", ucap mujahid itu, sebagaimana ditirukan sang khatib. Akhirnya sang mujahid ini memutuskan untuk tetap berada di lokasi. Lalu ketika sebuah tank melewati ranjau yg tertanam itu, sesuatu yg "Ajaib" terjadi. Ranjau sederhana itu justru meledak dengan amat dahsyat. Tank yg berada di dekatnya langsung hancur. Banyak serdadu israel tewas seketika, sampai-sampai sebagian dari mereka harus diangkut oleh helikopter, "sedangkan saya sendiri dalam keadaan selamat", kata mujahid itu melalui lisan sang khatib. Cerita yg disampaikan oleh seorang penulis Mesir. Hisyam Hilali dalam situs Alraesryoon.com, ikut mendukung kisah-kisah sebelumnya. Abu mujahid, salah seorang pejuang yg melakukan ribath (berjaga) mengatakan "ketika saya sedang mengamati gerakan tank-tank di perbatasan kota & tidak ada seorang pun di sekitar saya, akan tetapi saya mendengar suara orang yg bertasbih & beristigfar, saya berkali-kali mencoba memastikan asal suara itu. Akhirnya saya memastikan bahwa suara itu tidak lain keluar kecuali dari bebatuan & pasir (Subhanalloh). Cerita mengenai "pasukan tidak dikenal" juga datang dari seorang penduduk rumah susun di wilayah Tal Islam yg hendak mengungsi bersama keluarganya untuk menyelamatkan diri dari serangan Israel. Lalu di tangga rumah ia melihat beberapa pejuang sedang menangis, "Kenapa kalian menangis?", tanyanya. "Kami menangis bukan karena khawatir dengan keadaan kami atau takut kepada musuh, akan tetapi kami menangis karena bukan kami yg bertempur memporak-porandakan musuh itu & sungguh kami tidak tau darimana mereka yg membantu kami itu berasal", jawab pejuang. SAKSI SERDADU ISRAEL Cerita tentang "pasukan berseragam putih" tak hanya diungkap oleh para mujahidin & warga Gaza saja, akan tetapi beberapa personel pasukan Israel sendiri pun mengakui & menyatakan akan hal serupa. Situs Al-Qasam memberitakan bahwa TV Channel 10 milik Israel telah menyiarkan seorang anggota pasukan Israel yg ikut serta dalam pertempuran di Gaza & kembali dalam keadaan buta. "Ketika saya berada di Gaza, lalu seorang tentara berseragam putih-putih mendatangi saya & menaburkan pasir dimata saya, hingga akhirnya saat itu juga saya buta", kata anggota pasukan ini. Ditempat lain ada serdadu israel yg mengatakan mereka pun pernah berhadapan dengan "Hantu". Mereka tidak diketahui darimana asalnya, kapan munculnya & kemana hilangnya. Masih dari Channel 10. Seorang tentara israel lainnya mengatakan "ketika kami berhadapan dengan pasukan berseragam putih-putih dengan jenggot panjang, kami tembaki mereka dengan senjata kami, akan tetapi mereka tidak mati". Cerita ini lalu menggelitik banyak pemirsa, sehingga mereka bertanya-tanya kepada Channel 10, siapa sebenarnya pasukan berseragam putih-putih itu. Wallahu 'Alam. SUDAH MELEDAK, TETAPI RANJAU MASIH UTUH Disaat para mujahidin terjepit, ternyata hewan-hewan & alam pun tiba-tiba ikut membantu. Sebuah kejadian "aneh" terjadi di Gaza Selatan, tepatnya didaerah Al-Maghraqah, saat itu para mujahidin sedang memasang ranjau, disaat sedang mengulurkan kabel tiba-tiba sebuah pesawat mata-mata Israel memergoki mereka. Bom pun akhirnya langsung berjatuhan ke lokasi itu. Untunglah para mujahidin selamat. Namun kabel penghubung ranjau & pemicu yg tadi hendak disambung menjadi terputus, tidak ada kesempatan lagi untuk menyambungnya karena pesawat masih berputar-putar diatas lokasi. Tak lama kemudian, beberapa tank israel mendekati lokasi dimana ranjau-ranjau tersebut ditanam, tak sekedar lewat tank-tank itu malah berhenti tepat diatas ranjau yg sudah tak berfungsi itu. Apa daya, para mujahidin tak bisa berbuat apa-apa, kabel ranjau jelas tak mungkin disambung, sementara tank-tank israel telah berkumpul persis di atas ranjau yg tak berfungsi. Para mujahidin merasa amat sedih, bahkan ada yg menangis ketika melihat pemandangan itu, lalu sebagian mujahidin itu berdoa "ALLOHUMMA KAMA LAM TUMAKKINNA MINHUM, ALLOHUMMA LAA TUMAKKIN LAHUM" yg maknanya "Yaa Alloh sebagaimana Engkau tidak memberikan kesempatan kami menghadapi mereka, jadikanlah mereka juga tidak memiliki kesempatan serupa". Tiba-tiba ketika fajar tiba terjadilah keajaiban. Terjadi ledakan amat dahsyat dari lokasi penanaman ranjau yg tidak berfungsi itu. Setelah tentara Israel pergi dengan membawa kerugian akibat ledakan tersebut. Para mujahidin segera melihat lokasi ledakkan, sungguh aneh, ternyata seluruh ranjau yg telah mereka tanam itu masih utuh. Lalu darimana datangnya ledakan yg amat dahsyat itu??? (Subhanalloh). Wallohu 'alam. Masih di wilayah Al-Maghraqah, saat pasukan israel menembakkan artileri ke salah satu rumah hingga rumah itu terbakar & api menjalar ke salah satu rumah sebelahnya. Para mujahidin dihinggapi rasa khawatir jika api semakin besar & tak terkendali. Seorang dari mujahid itu pun lalu berdoa "Wahai Dzat yg merubah api menjadi dingin & tidak membahayakan untuk Ibrahim, padamkanlah api itu dengan kekuatan-MU yaa Robb". Maka, tidak lebih dari 3 menit api pun padam. Para mujahid pun akhirnya menangis terharu karena Alloh Ta'ala telah memberikan pertolongan kepada mereka dengan terkabulnya doa mereka dengan segera. (Subhanalloh) MERPATI & ANJING Seorang mujahid palestina menuturkan "kisah aneh" lainnya kepada situs Filisthin Al Aan (25/1/2009), saat bertugas di wilayah Jabal Ar rais, sang mujahid melihat seekor burung merpati terbang dengan suara melengking yg melintas sebelum rudal-rudal israel berjatuhan diwilayah itu Para mujahidin yg juga melihat merpati itu langsung menangkap adanya isyarat yg ingin disampaikan sang merpati. Begitu merpati itu melintas, para mujahidin langsung berlindung ditempat persembunyian mereka & ternyata dugaan mereka benar, selang beberapa saat kemudian bom-bom israel datang menghujam. Para mujahidin itupun akhirnya selamat (subhanalloh). Adalagi "cerita keajaiban" mengenai seekor anjing, sebagaimana yg diberitakan situs Filisthin Al Aan. Suatu hari tatkala sekumpulan mujahidin Al Qassam sedang melakukan Ribath (berjaga) di front pada tengah malam, tiba-tiba muncul seekor anjing militer Israel jenis doberman, anjing itu kelihatannya memang dilatih khusus untuk membantu pasukan Israel menemukan tempat penyimpan senjata & persembunyian para mujahidin. Anjing besar ini mendekat dengan menampakkan sikap yg tidak bersahabat. Salah seorang mujahidin kemudian mendekati anjing itu & berkata kepada si anjing itu. "Kami adalah para mujahidin di jalan Alloh Ta'ala & kami diperintahkan untuk tetap berada ditempat ini. Karena itu, menjauhlah dari kami & jangan menimbulkan masalah untuk kami". Lalu seketika anjing militer itupun duduk dgn kedua tangannya dijulurkan kedepan & diam. Akhirnya seorang mujahidin yg lain mendekati anjing itu & memberikannya beberapa korma dengan tenang anjing itu memakan korma itu lalu beranjak pergi (subhanalloh, sampai hewan pun bisa takluk oleh doa mujahid). KABUT PUN IKUT MEMBANTU Adapula kisah menarik yg disampaikan oleh komandan lapangan Al Qassam di camp pengungsian Nashirat. Langsung setelah usai sholat dzuhur dimasjid Al Qassam (17/1/2009). Saat itu sekelompok mujahidin yg melakukan ribath di Tal Ajul terkepung oleh tank-tank Israel & pasukan khusus Israel & dari atas pesawat mata-mata terus mengawasi. Disaat posisi para mujahidin terjepit. Seketika itu kabut tebal tiba-tiba turun dimalam itu. Kabut itu telah menutupi pandangan mata para tentara Israel & membantu pasukan mujahidin keluar dari kepungan. Kasus serupa diceritakan oleh Abu Ubahlah, salah satu pemimpin lapangan Al Qassam, sebagaimana ditulis situs Almesryoon.com (sudah tidak bisa diakses lagi). Ia bercerita bagaimana kabut tebal tiba-tiba turun & membantu para mujahidin untuk melakukan serangan. Awalnya, pasukan mujahidin tengah menunggu waktu yg tepat untuk mendekati tank-tank tentara Israel guna meledakkannya. "Tak lupa kami berdoa kepada Alloh Ta'ala agar dimudahkan untuk melakukan serangan ini" kata Abu Ubaidah. Tiba-tiba turunlah kabut tebal di tempat tersebut. Pasukan mujahidin lalu segera bergerak menyelinap di antara tank-tank, menanam ranjau didekatnya & segera meninggalkan lokasi tanpa diketahui pesawat mata-mata yg memenuhi langit Gaza dan oleh infantri israel yg berada di sekitar kendaraan militer itu. Hasilnya lima tentara Israel tewas di tempat dan puluhan lainnya luka-luka setelah ranjau-ranjau itu meledak. SELAMAT DENGAN AL QUR'AN Cerita ini bermula ketika salah seorang pejuang yg menderita luka memasuki RS As Syifa'. Seorang dokter yg memeriksanya kaget ketika mengetahui ada sepotong proyektil peluru bersarang di saku pejuang tersebut. Yang membuat Dokter itu sangat kaget adalah timah panas itu gagal menembus jantung sang pejuang karena terhalang oleh sebuah buku kumpulan doa & mashaf Al Qur'an yg selalu berada disaku sang pejuang. Buku kumpulan doa itu berlubang namun hanya sampul muka mashaf itu saja yg rusak, sedangkan proyektil peluru itu sendiri bentuknya sudah hancur. Kisah ini sendiri disaksikan oleh Dr Hisyam Az zaghah & diceritakannya saat FESTIVAL IKATAN DOKTER YORDAN sebagaimana ditulis situs Partai Al Ikhwan Al Muslimun (23/1/2009). Dr Hisyam juga memperlihatkan bukti berupa sebuah proyektil peluru, mashaf Al Qur'an serta buku kumpulan doa-doa berjudul Hishnul Muslim yg berhasil menahan peluru tersebut (subhanalloh-red). Abu Ahid. Imam masjid An Nur di Hay As Syeikh Ridzwan juga punya kisah menarik, sebelumnya, Israel telah menembakkan 3 rudalnya ke masjid itu hingga tidak tersisa kecuali hanya puing-puing bangunan masjid. "Akan tetapi mashaf-mashaf Al Qur'an tetap berada di tempatnya & tidak tersentuh apapun" ucapnya seraya tak henti-hentinya bertasbih. "Kami temui beberapa mashaf-mashaf yg terbuka tepat diayat-ayat yg mengabarkan tentang kemenangan & kesabaran, seperti firman Alloh Ta'ala: "Dan kami pasti menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa & buah-buahan & sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yg sabar, yaitu orang-orang yg apabila ditimpa musibah mereka berkata "Sesungguhnya kami milik Alloh & kepada-NYA lah kami kembali" (Al Baqarah : 155-156). Jelas Abu Ahid sebagaimana dikutip Islam Online (15/1/2009). HARUM JASAD PARA SYUHADA Abdullah As Shani adalah seorang anggota kesatuan sniper (penembak jitu) Al Qassam yg menjadi sasaran rudal pesawat F-16 Israel ketika sedang berada di pos keamanan di Nashirat, Gaza. Jasad komandan lapangan Al Qassam & pengawal khusus para tokoh Hamas ini "hilang" setelah terkena rudal, selama 2 hari jasad tersebut dicari ternyata sudah hancur tak tersisa kecuali serpihan kepala & daunnya, serpihan tubuh itu kemudian dikumpulkan & dibawa pulang kerumah oleh keluarganya untuk dimakamkan. Sebelum dikebumikan, sebagaimana dirilis situs Syiria-alleppo.com (24/1/2009), serpihan jasad tersebut sempat disemayamkan di sebuah ruangan di rumah keluarganya. Beberapa lama kemudian mendadak muncul bau harum misik dari ruangan penyimpanan serpihan tubuh tadi. Keluarga Abdullah As Shani terkejut lalu memberitahukan kepada orang-orang yg mengenal sang pejuang yg memiliki kuniah (julukan) Abu Hamzah ini. Lalu puluhan orang ramai-ramai mendatangi rumah tersebut untuk menyaksikan & mencium bau harum yg berasal dari serpihan-serpihan tubuh yg diletakkan dalam sebuah kantong plastik. Bahkan menurut pihak keluarganya, 20 hari setelah wafatnya pejuang yg tawadhu isim bau harum itu kembali semerbak memenuhi ruangan yg sama. Cerita yg sama terjadi juga pada jenazah Musa Hasan Abu Nar, mujahid Al Qassam yg juga syahid karena sebuah serangan udara Israel di Nashiriyyah. Dr Abdurrahman Al Jamal. Penulis yg bermukim di Gaza, ikut mencium bau harum dari sepotong kain yg terkena darah Musa Hasan, walau kain itu telah dicuci berkali-kali bau harum itu tetap semerbak. Ketua partai Amal Mesir. Majdi Ahmad Husain menyaksikan sendiri harumnya jasad para syuhada, sebagaimana yg dilansir situs Al Quds Al Arabi (19/1/2009), saat masih berada di Gaza. Ia menyampaikan: "Saya telah mengunjungi sebagian besar kota-kota & desa-desa, saya ingin melihat bangunan-bangunan yg hancur karena serangan Israel. Percayalah. Bahwa saya mencium bau harum jasad para syuhada" (subhanalloh). TERBUNUH 1000 LAHIR 3000 Hilang 1000 tumbuh 3000, sepertinya ungkapan ini cocok disematkan kepada penduduk Gaza. Kesedihan rakyat Gaza atas hilangnya nyawa 1412 putra-putrinya, terobati dengan lahirnya 3700 bayi selama 22 hari gempuran israel terhadap kota kecil ini. Hamam Nisan, direktur dinas hubungan sosial dalam kementrian kesehatan pemerintahan Gaza menyatakan bahwa dalam 22 hari, 3700 bayi lahir di Gaza. "Mereka lahir antara tanggal 27 Desember 2008 hingga 17 Januari 2009 ketika Israel melakukan serangan yg menyebabkan meninggalnya 1412 rakyat Gaza yg mayoritas wanita dan anak-anak" ucapnya. Bulan Januari tercatat sebagai angka kelahiran tertinggi dibanding bulan-bulan sebelumnya. Setiap tahun 50 ribu kasus kelahiran tercatat di Gaza & dalam 1 bulan tercatat 3000 hingga 4000 kelahiran. Akan tetapi dimasa serangan Israel selama 22 hari, kami mencatat 3700 kelahiran & pada sisa bulan januari tercatat 1300 kelahiran. Berarti dalam bulan Januari terjadi peningkatan kelahiran hingga 1000 kasus. Rasio antara kematian dan kelahiran di Gaza memang tidak sama dengan angka kelahiran, jelasnya lagi, mencapai 50 ribu tiap tahun, sedang kematian mencapai 5 ribu. "Sebagai catatan. Israel memang sengaja membunuh para kaum wanita dan anak-anak untuk menghapus masa depan Gaza, sebanyak 440 anak-anak & 110 wanita telah dibunuh & 2000 anak serta 1000 wanita mengalami luka-luka". Semoga cerita ini bermanfaat & membuat semangat diri & hati kita agar selalu istiqomah dalam berjuang dijalan Allah Ta'ala...Aamiin. Allah swt tidaklah diam. Allah swt tidaklah membiarkan. Tapi DIA ada setiap nafas mujahiddin Salam santun. Kalimat dari saya terakhir "Agungkan Allah Ta'ala, maka yg lainnya akan menjadi kecil" Allahu Akbar...!!! Hidayatullah.com, 5 Januari 2021.
Yaqut Cholil Qoumas hingga kini menjadi perbincangan hangat sejak pelantikannya sebagai Menteri Agama (Menag) akibat bongkar pasang kabinet Indonesia Maju dalam pemerintahan Presiden Ir.Jokowidodo. Pengangkatan Gus Yaqut sebagai Menteri Agama itu telah menimbulkan spekulasi di tengah masyarakat. Terutama dari sejumlah tokoh termasuk para politisi di senayan yang meragukan kemampuannya.Demikian pula dengan track-recordnya selama ini yang sering melontarkan pernyaataan bernada kontra produktif dan dinilai berpotensi dapat menimbulkan kegaduhan. Benar saja, seperti banyak dilansir oleh berbagai media, pernyataan Gus Yaqut selepas penunjukannya menjadi Menteri Agama itu memang begitu mengejutkan banyak pihak. Pasalnya, sebelum seharusnya Ia mengenal lebih dalam tentang sejarah lembaga kementerian yang dibawahinya itu, pada pidatonya dalam perayaan natal yang dihadirinya dia menyatakan dirinya bukanlah Menteri Agama umat Islam, melainkan Menteri untuk semua Agama. Ke-bhineka-an Indonesia, termasuk agama-agama yang ada di dalamnya memang mengharuskan sinergi semua agama dalam bingkai berbangsa dan bernegara, hidup dalam kerukunan yang selama ini sudah tercipta dan terbina dengan baik. Lahirnya SKB Tiga Menteri yang mengatur pendirian rumah-rumah ibadah adalah akibat dari lahirnya sebuah kompromi politik yang berazaskan toleransi secara bertanggung jawab. Demikian pula terbentuknya institusi Bimas Keagamaan dalam lembaga Kementerian Agama, merupakan akomodasi dari kebijakan pemerintah yang sejak awal akan berkomitmen untuk selalu mengayomi semua hak dan kewajiban rakyatnya secara berkeadilan, termasuk kehidupan semua umat ber-agama. Sikap adil dan memberikan rasa aman untuk menjalankan kehidupan ber-agama bagi penganut non-muslim di Indonesia, itu semua menujukan sikap toleransinya dan spirit dari ajaran Islam yang Rahmatan Lil Alamin. Dalam konteks sejarah, lahirnya Kementerian Agama di awal terbentuknya pemerintahan republik selepas kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945, dalam prosesnya memiliki perjalanan yang teramat panjang. Bahkan embrionya sudah ada sejak masa kolonial Hindia Belanda yang telah berkuasa selama lebih dari tiga ratus tahun, hingga pada masa pendudukan Jepang meski hanya seumur jagung, atau 3.5 tahun. Di kedua periode itu, Belanda dan Jepang, hingga Indonesia mencapai kemerdekaannya, keterkaitan umat Islam dan ajarannya menjadi akar dan dasar atas lahirnya kantor Kementerian Agama tersebut. Berikut dinamika penamaan lembaganya, para pejabat dan sepak terjang yang telah dimainkannya. Snouck Peletak Dasar Kantor Kementerian Agama di Zaman Kolonial Di tengah berkobarnya perlawanan rakyat Aceh melawan segala bentuk penjajahan Belanda di negeri yang dikenal sebagai Serambi Makkah, di saat munculnya silang pendapat dan polemik elit Belanda pada pembuatan kebijakan politiknya terhadap umat Islam akibat kekhawatiran kolonialisme yang muncul oleh berbagai sebab. Salah satunya adalah dugaan alumni jamaah haji yang dianggapnya sebagai pemicu sejumlah pemberontakan di Tanah Air. Dugaan seperti itu makin makin muncul ditambah dengan semakin gencarnya gerakan Pan-Islamisme di negeri jajahan Hindia Belanda, atas saran dan gagasan Snouck Pemerintah kolonial Belanda kemudian mendirikan Het Kantoor voor Inlandsche Zaken pada tahun 1889. Di kantor baru itu pula Snouck kemudian diangkat sebagai penasihat selain para ahli lainnya. Christiaan Snouck Hurgronje (lahir di Tholen, Oosterhout, 8 Februari 1857 – meninggal di Leiden, 26 Juni 1936 pada umur 79 tahun) adalah seorang sarjana Belanda budaya oriental dan bahasa serta Penasehat Urusan Pribumi untuk pemerintah kolonial Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Dilihat dari tujuan didirikannya Het Kantoor Voor Inlandsche Zaken tersebut, hal itu menunjukan campur tangan pemerintah Belanda terhadap agama Islam di era kolonial, yang dimaksudkan untuk memperkuat kontrol dan pengawasan terhadap Muslim pribumi. Lembar kerja pertama Snouck antaranya adalah memberikan arahan baru bagi straregi politik Belanda yang semula memusuhi dan bertindak kasar kepada Islam. Kebijakan ini kemudian menjadi lebih halus dan kooperatif dari sikap politis menjadi etis, dan yang semula penuh kecurigaan menjadi terkendali secara sistematis. Atas dasar pandangan di atas, Hurgronje sebagai penasihat Kantor Urusan Pribumi, memberikan pertimbangan-pertimbangan politik seperti apa yang harus diambil. Di antaranya adalah; Pertama, ada sifat ajaran Islam yang toleran dan damai. Untuk itu, ia menganjurkan suatu sikap netral dan bahkan longgar bagi ekspresi dan aktualisasi ke-Islaman. Kedua, dalam Islam juga memang dalam pandangan kaum orientalis ada potensi politik radikal dan fanatik. Untuk itu dalam sarannya Snouck menganjurkan sikap yang restriktif, bahkan keras untuk mencegah dan menghancurkan fanatisme dan radikalisme yang muncul agar tidak mengobarkan perlawanan umat Islam terhadap Pemerintah Kolonial Belanda. Dua konsep besar Snouck di atas itulah yang kemudian berhasil meredam sejumlah pemberontakan umat Islam di tanah jajahan. Saran dan arahan ini efektif mengakhiri peperangan di Aceh yang sebelumnya sulit untuk dipadamkan. Dalam analisa dan nasehat Snouck, perhitungan Belanda melawan para penguasa di Aceh sebagai pemimpin perang dianggapnya keliru, karena sejatinya motor penggerak perlawanan perang yang sesungguhnya adalah ulama. Karena itu taktik mematahkan peperangan adalah dengan menghabisi para ulamanya. Sedangkan taktik Belanda untuk para penguasa dengan cara menjadikannya sebagai mitra yang kemudian menjadi para penguasa feodal di daerahnya. Meski tidak sedikit para penguasa tersebut, Sultan-sultan atau Raja yang tetap berada bersama barisan ulamanya dalam melawan penjajahan Belanda. Dalam sendi kehidupan beragama umat Islam, tiga pilar utama dijadikannya rekomendasi oleh Snouck kepada pemerintah colonial Belanda. Yaitu Islam sebagai penyelenggaraan ritual ibadah semata, Islam sebagai sosial kemasyaraktan dan Islam sebagai politik. Dari tiga pilar itulah yang kemudian menjadi titik tolak dikenalnya Islam religius dan abangan. Bagi Snouck musuh kolonialisme adalah bukan Islam sebagai agama, tapi Islam sebagai doktrin politik. Di sisi lain kontrol dan pengawasan terhadap Muslim pribumi dan Arab, sebagai akibat dari nasehat Snouck yang menawarkan konsep dalam menganjurkan suatu sikap netral dan bahkan longgar bagi ekspresi dan aktualisasi keislaman, memberi angin segar bagi munculnya organisasi-organisasi kemasyarakatan atau perkumpulan Islam. Kelompok dan organisasi Islam mendapatkan izin dan pengakuan berbadan hukum dari pemerintah, meski dalam prosesnya tetap dipersulit, sebuah konsekwensi kebijakan etis pemerintah kolonial Hindia Belanda yang berada dalam kontrol Het Kantoor voor Inlandsche Zaken. Berbagai peraturan sistem kependidikan Islam dan urusan haji dibuat sedemikian ketat oleh pemerintah kolonial dengan apa yang disebut ordonansi. Akan tetapi Het Kantoor voor Inlandsche Zaken telah disiapkan untuk menjadi saluran resmi umat Islam apabila disetiap kebijakan yang dibuatnya dipandang menyulitkan dan merugikan. Dua peristiwa penting, terkait ordonansi guru dan haji, Syaikh Ahmad Surkati sebagai ikon reformis Islam pernah tampil berani menyampaikan protes kerasnya melalui saluran resmi di kantor tersebut. Bahkan terlontar kata-kata pedas ketika sang inisiator dan guru spiritual Jong Islamieten Bond (JIB) tersebut mendatangi kantor Het Kantoor voor Inlandsche Zaken dengan melontarkan ucapan “Antum Khanaazir wa Antum Kilaab” (kalian semua adalah anjing, kalian semua adalah babi). Kemarahan pendiri Al-Irsyad Al-Islamiyyah tersebut menunjukan strategi Hungronje yang mendesain kontruksi sosial keindonesiaan secara sekuler itu teruji dan terbukti, saluran keagamaan umat Islam semakin lebih terkontrol dan dapat tersalurkan. Kantor Kementerian Agama di Zaman Jepang Mendaratnya pasukan Jepang ke Indonesia pada bulan Maret 1942 yang mampu mengusir kekuatan kekuasaan Belanda setelah ratusan tahun mengeruk hasil alam Indonesia yang melimpah dan pernah menjadikannya Ratu Belanda sebagai orang terkaya di dunia. Ambisi Jepang yang ingin menjadi penguasa di Asia Timur Raya, juga tidak luput nalurinya sebagai bangsa penjajah dengan telah mengeksploitasi hasil kekayaan alam Indonesia demi untuk kepentingan bangsanya. Akan tetapi dalam mewujudkan ambisinya sebagai penguasa di Asia Timur Raya, Jepang dianggap lebih lunak dan bahkan memberikan “angin Surga” dalam menghadapi kekuatan politik dan perjuangan bangsa Indonesia. Karena itu Jepang menjadikan agama sebagai alat propagandanya. Jika sebelumnya Belanda pernah membengtuk Het Kantoor voor Inlandsche Zaken untuk urusan agama Islam, Jepang juga membentuk lembaga serupa untuk urusan umat Islam yang dinamakan dengan Shumubu. Shumubu merupakan sebuah Departemen yang bersifat independen pada bulan Mei 1942. Beberapa pemuka Islam akibat termakan oleh bualan dan buaian propaganda Jepang, bahkan banyak kemudian dari kalangan ulama, mau diajak kerjasama dan duduk dalam Shumubu. Hal ini dapat dikatakan sebagai cikal bakal berdirinya Kementerian Agama (Kemenag) setelah kemerdekaan. Meskipun Jepang masih menggerecoki dengan turut campurnya dalam kebijakan dan kegiatan yang dibuat oleh Shumubu tersebut, umat Islam di masa itu konon disebut-sebut lebih leluasa dan bebas ruang geraknya dalam mengembangkan gerakan yang dilakukan oleh umat Islam. Hal ini dengan syarat tidak merugikan pihak Dai Nippon, dan ikut melalukan propaganda menjadikan Jepang sebagai penguasa dan pemimpin di Asia Timur Raya. Perjuangan umat Islam dalam pembentukan Kementerian Agama dalam masa revolusi kemerdekaan Indonesia dan momentum hari lahirnya pada 3 Januari 1946. Untuk meneruskan kelanjutan dari instansi yang bernama Shumubu pada masa pendudukan Jepang, sejumlah tokoh bangsa yang memperjuangkan pembentukan instansi serupa agar dibentuk kembali di masa awal kemerdekaan, dalam kenyataannya mendapatkan tantangan, justru tidak semudah di masa berkuasanya dua negara penjajah (Belanda dan Jepang). Dalam sidang paripurna Badan Penyidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), usulan Mr.Muhammad Yamin tentang perlunya ada kementerian “istimewa” yang berhubungan dengan kepentingan umat Islam. Usulam M Yamon ini dalam rangka memberi jaminan bagi kepentingan fasilitas peribadatan umat Islam dan wakaf, sayangnya, usulan itu justru kurang mendapatkan sambutan. Upaya untuk mempertegas kembali usulan Mr.Muhammad Yamin di sidang berikutnya pada 19 Agustus 1945. Usulan ini juga tidak berhasil disepakati karena mendapatkan penolakan dari sejumlah anggota sidang. Di antaranya yang menolak adalah Johannes Latuharhary yang malah mengusulkan di dalam sidang agar masalah-masalah agama diurus oleh Kementerian Pendidikan. Tapi oleh Ki Hadjar Dewantara, tokoh yang konsen pada pendidikan itu tidak menyukai dimasukannya tugas untuk mengurusi agama oleh kementerian pendidikan. Ia sendiri bahkan memberikan usulan alternatif agar urusan agama ditangani oleh Kementerian Dalam Negeri. Perdebatan hangat dan saling melempar bola ini, pada akhirnya usulan untuk mendirikan Kementerian Agama sebagaimana yang diusulkan oleh Yamin sebelumnya, akhirnya berujung menjadi kandas. Gagalnya pembentukan Kementerian Agama dalam kabinet Indonesia pertama itu, pada akhirnya meninggalkan kekecewaan para pemuka Islam Indonesia, terlebih setelah sebelumnya aspirasi umat Islam tidak terakomodasi haknya dengan telah dihapuskannya tujuh kata dalam Piagam Jakarta. Akan tetapi usaha-usaha umat Islam dalam memperjuangkan bagian dari hak konspensasinya sebagai pemegang saham mayoritas di negara yang dibidaninya ini. Sebagai pemeluk agama terbanyak dan kontribusinya dalam memperjuangkan kemerdekaan, wakil umat Islam tidak lantas kemudian menjadi patah arang. Usulan pembentukan badan serupa yaitu diadakannya Kementerian Agama untuk pertama kalinya diajukan kembali kepada Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat atau BP-KNIP pada tanggal 11 November 1946 oleh K.H. Abudardiri, K.H. Saleh Suaidy, dan M. Sukoso Wirjosaputro, yang kesemuanya adalah anggota KNIP dari Karesidenan Banyumas. Upaya ketiga tokoh ini alhamdulillah mendapatkan angin segar dan membuahkan hasil. Dengan mendapatkan dukungan dari anggota KNIP lainnya, terutama sekali Mohammad Natsir, Muwardi, Marzuki Mahdi, dan Kartosudarmo, usulan terbentuknya Kementerian Agama pada akhirnya mendapatkan persetujuan oleh semua anggota BP-KNIP. K.H.Saleh Syuady merupakan alumnus madrasah Al-Irsyad yang mendapatkan didikan langsung dari guru sekaligus mentornya Syaikh Ahmad Surkati, pendiri Al-Irsyad yang pernah berani bersuara lantang dan tajam kepada Het Kantoor voor Inlandsche Zaken, kantor urusan Agama Islam di masa Hindia Belanda. Dalam beberapa prasarannya bersama tiga anggota pengusul lainnya, antaranya Ia mengemukakan bahwa “sudah sepatutnya Indonesia yang sudah Merdeka ini janganlah urusan Agama hanya disambillalukan dalam tugas Kementerian Pendidikan, Pengajaran & Kebudayaan atau departemen-departemen lainnya, tetapi hendaknya diurus oleh suatu Kementerian Agama tersendiri secara terpisah dan khusus”. Melalui isyarat yang diberikan oleh presiden pertama Republik Indonesia Ir.Sukarno kepada wakilnya Drs.Muhammad Hatta, usulan pembentukan Kementerian Agama secara tersendiri itu telah mendapatkan perhatian penuh. Usulan ini berhasil diwujudkan melalui ketetapan Presiden pada 3 Januari 1946 yang dituangkan berdasarkan usulan Perdana Menteri dan BP-KNIP dengan telah memutuskan: Mengadakan Departemen Agama Republik Indonesia. Serta merta ketetapan keputusan pemerintah tersebut disiarkan secara meluas dan di umumkan melalui siaran Radio Republik Indonesia (RRI) baik di dalam negeri maupun ke seluruh dunia. Hadji Mohammad Rasjidi atau belakangan dikenal sebagai Profesor. Dr HM Rasjidi kemudian ditunjuk dan dilantik oleh Presiden Sukarno di Istana Negara sebagai Menteri Agama RI Pertama. Rasjidi saat itu adalah menteri tanpa portofolio dalam Kabinet Sjahrir yang memangku jabatan selaku menteri negara (menggantikan K.H.A.Wahid Hasjim), bertugas mengurus permasalahan yang berkaitan dengan kepentingan umat Islam. HM Rasjidi merupakan ulama dan salah satu pemuka Islam Indonesia yang sebelumnya bernama asli Saridi dan berubah menjadi Rasjidi sebagai akibat salah ucap gurunya Syaikh Ahmad Surkati yang sering kali keliru mengucapkan namanya. Sejak itulah nama itu atas persetujuan orang tuanya, Syaikh Ahmad Surkati guru yang mendidiknya mengganti namanya dari Saridi menjadi Rasjdi. HM Rasjidi yang melanjutkan pendidikan tingginya di Mesir atas dukungan, dorongan dan sokongan gurunya Syaikh Ahmad Surkati, sebelumnya adalah satu diantara lulusan terbaik Madrasah Al-Irsyad Al-Islamiyyah yang dipimpin dan berada dibawah asuhan langsung pendirinya Syaikh Ahmad Surkati di kota Lawang, Jawa Timur. Dengan ketetapan ini, Kementerian Agama mengambil alih tugas-tugas keagamaan yang semula berada pada beberapa kementerian, yaitu Kementerian Dalam Negeri. Di antara tugasnya adalah mengurusi masalah perkawinan, peradilan agama, kemasjidan dan urusan haji; sementara ali tugas dari Kementerian Kehakiman, yang berkenaan dengan tugas dan wewenang Mahkamah Islam Tinggi; dari Kementerian Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan, yang berkenaan dengan masalah pengajaran agama di sekolah-sekolah. (sumber wikipedia). Dalam pandangan umat Islam, keberadaan Kementerian Agama merupakan suatu keharusan sejarah dan merupakan kelanjutan dari instansi yang bernama Shumubu (Kantor Urusan Agama) pada masa pendudukan Jepang, yang mengambil preseden dari Het Kantoor voor Inlandsche Zaken (Kantor untuk Urusan Pribumi Islam pada masa kolonial Belanda. Bahkan sebagian Muslim melacak eksistensi Kementerian Agama ini lebih jauh lagi, ke masa kerajaan-kerajaan Islam atau kesultanan, yang sebagiannya memang memiliki struktur dan fungsionaris yang menangani urusan-urusan keagamaan. (Wikipedia) Adalah aneh jika kemudian ada sejumlah pihak, bahkan kini menjadi pemangkunya sendiri yang berlatar belakang kultural selalu sebagai pemegang posisi jabatan dalam Kementerian Agama atau sebagai Menteri Agama secara tidak tertulis dan bersifat politis tersebut, justru ingin membuat distorsi sejarah dan mencoba ingin mentalaq tiga Kementerian Agama dengan umat Islam. Ketua Pusat Dokumentasi Dan Kajian Al-Irsyad Bogor Rep: Admin Hidcom Editor: Insan Kamil Seorang politikus dari partai CDU (Kristen-Demokrat) yang pernah 18 tahun duduk di parlemen Jerman, Jürgen Todenhöfer, telah membaca Qur'an. Setelah membaca, mengamati dan berpikir, Todenhöfer menulis sebuah buku berjudul “Feinbild Islam – Zehn Thesen gegen Hass” (Potret Buruk Islam – Sepuluh Tesis Anti Kebencian”), yang terbit di akhir tahun 2011. Berikut ringkasannya: 1. Barat Lebih “Brutal“ dari Dunia Islam Todenhöfer, dalam tesis pertama, mengingatkan fakta sejarah yang sering terlupa di dua abad terakhir. Barat jauh lebih brutal daripada dunia Muslim. Jutaan warga sipil Arab tewas sejak kolonialisme dimulai. Atas nama kolonialisasi, Prancis pernah membunuh lebih dari dua juta penduduk sipil di Aljazair, dalam kurun waktu 130 tahun. Atas nama kolonialisasi, Italia pernah menggunakan phosphor dan gas mustard untuk menghabisi penduduk sipil di Libya. Atas nama kolonialisasi, Spanyol juga pernah menggunakan senajata kimia di Marokko. Tidak berbeda di era setelah perang dunia kedua. Dalam invansi perang Teluk kedua, semenjak tahun 2003, UNICEF menyebutkan, 1,5 juta penduduk sipil Irak terbunuh. Sepertiganya anak-anak. Tidak sedikit dari korban terkontaminasi amunisi uranium. Di Baghdad, hampir setiap rumah kehilangan satu anggota keluarganya. Sebaliknya, di dua abad terakhir, tidak satu pun negara islam menyerang, mengintervensi, mengkolonialisasi Barat. Perbandingan jumlah korban mati (dunia Islam: dunia Barat) adalah 10:1. Problema besar dunia, di dua abad belakangan ini, bukan kebrutalan Islam, tapi kebrutalan beberapa negara-negara Barat. 2. Mempromosikan Anti-Terorisme, Melahirkan Terorisme Terorisme jelas tidak dibenarkan. Menilik secara objektiv, terorisme justru lahir dari politik anti-terorisme Barat yang keliru. “Seorang pemuda muslim,” tulis Todenhöfer, “yang secara rutin memantau berita di televisi, hari demi hari, tahun demi tahun, akan situasi di Irak, Afghanistan, Pakistan, Palestina dan di tempat lain, di mana perempuan, anak-anak dan penduduk sipil, dihabisi oleh Barat dengan brutal, justru diprovokasi untuk menjadi seorang teroris.” Beruntung saja, sebagian besar pemuda islam tidak terpancing. Mereka memilih jalan yang berbeda. Di Tunisia, Mesir, Libya, Marokko, dan negara-negara muslim lainnya, mereka menjawab ketidak-adilan yang menimpa mereka melalui jalan demokrasi dan teriakan kebebasan, bukan teror dan kekerasan. 3. Terorisme: Fenomena Dunia, Bukan Fenomena Islam Pemeo favorit di setiap diskusi bertemakan terorisme: “Tidak setiap muslim teroris, tapi seluruh teroris adalah muslim.” Selain jauh dari benar, dengan data dan fakta, propaganda ini mudah dipatahkan. Data resmi Badan Kepolisian Eropa, Europol, menyebutkan: Dari 249 aksi teror di tahun 2010, hanya tiga yang pelakunya berlatar belakang Islam. Bukan 200, bukan 100 – tapi tiga! Data di tahun-tahun sebelumnya, juga tidak kalah mengejutkan: Dari 294 aksi terror di tahun 2009, hanya satu yang berlatar belakang Islam. Hanya satu dari 515 aksi teror di tahun 2008. Hanya empat dari 583 di tahun 2007. 4. Hukum Internasional untuk Semua Di hadapan hukum internasional, dunia Barat selalu mentematisir, dan merekam dengan baik, 3500 korban terorisme yang jatuh atas nama “teror-Islam“ semenjak pertengahan 1990-an (termasuk korban WTC, pada 11/9). Tapi mengapa ratusan-ribu warga sipil yang terbunuh dalam intervensi di Irak tidak pernah ditematisir.? Lebih jauh, Todenhöfer bertanya kritis: “mengapa elite Barat, tidak pernah sekalipun menimbang; membawa George W. Bush dan Tony Blair ke hadapan mahkamah internasional, atas serangan sepihaknya ke Irak.? Apakah hukum internasional hanya berlaku untuk orang-orang non-Barat.?“. Perang, bukan jawaban untuk aksi-aksi terorisme. Perang, hanya manis untuk mereka yang tidak mengenalnya. Teroris yang membunuh orang-orang tidak berdosa, bukanlah pejuang kebebasan, bukan pahlawan, bukan pula syuhada. Mereka mengkhianati agama mereka. Mereka adalah pembunuh. 5. Muslim, Toleransi dan “Perang Suci“ Bukan Muslim, yang atas nama kolonialisasi membunuh 50 juta nyawa di seantero Afrika dan Asia. Bukan Muslim, yang atas nama perang dunia pertama dan kedua menghabiskan 70 juta nyawa. Bukan pula Muslim, yang menggencarkan genosida terhadap 6 juta orang-orang Yahudi. Islam tidak mengenal kata suci dalam kaitannya dengan perang. Jihad bermakna sungguh-sungguh di jalan Tuhan. Tidak ada satu tempat pun di Qur'an yang memaknakan jihad dengan perang suci. Karena perang tidak pernah suci, dan kesucian hanya ada di jalan perdamaian. 6. Kontekstual Qur'an dan Islam-Teroris Permasalahan besar dalam perdebatan Qur'an di dunia Barat, adalah setiap orang bernafsu membicarakannya, sangat-sangat sedikit yang pernah membacanya. Sebagian besar mereka tidak lagi rasional dan ilmiah. Hanya mengutip beberapa tekstual yang mengesankan islam pro “perang” tanpa pernah mau tahu konteksnya. Padahal pesan-pesan Qur'an yang dikesankan seperti itu, spesifik diterima Muhammad, dalam konteks perlawanan antara penduduk Mekkah dan Madinah, waktu itu. Seperti Musa dan Isa, Muhammad tidak dilahirkan pada situasi dunia yang sedang vakum, apalagi damai. Mereka hadir pada saat moralitas dunia bobrok, penuh perang, perjuangan dan perlawanan. Adalah sangat lumrah beberapa tekstual yang terkesan pro “perang” itu bisa ditemukan di Qur'an, semudah bisa ditemukan di kitab Perjanjian Lama dan kitab Perjanjian Baru. Secara semantis, diksi “islam-teroris”, “kristen-teroris” atau “yahudi-teroris” adalah sebuah penyesatan bahasa. Terorisme, menurut Todenhöfer, berdiri di atas instrumen setan, tidak boleh dikaitkan dengan kesucian Tuhan dan keagamaan. Memang benar, di dalam Islam, Kristen, atau Yahudi ada ideologi teror – tapi bukan ajaran agamanya. Ideologi ini tidak mengantarkan mereka ke surga, tapi ke neraka. 7. Fakta atau Fake.? Kalimat andalan kritikus anti-Islam di barat: “siapa yang menginginkan panggilan azan terdengar di kota-kota kami, harus membiarkan juga lonceng gereja berbunyi di kota-kota mereka!” Padahal nyatanya: Di Teheran, semisal, berdiri banyak gereja. Loncengnya berbunyi tidak jarang, dan tidak pelan. Lebih jauh, anak-anak kristen memiliki pelajaran agamanya sendiri (sesuatu yang langka untuk anak-anak muslim di Barat). Barat mengidentifikasi jilbab sebagai simbol pengekangan dan ketertindasan. Dari survey resmi, wanita-wanita pemakai jilbab, yang begitu dipedulikan barat itu, justru berkata bukan (atas kesadaran pribadi). Sinisme jilbab, sebagian besar justru datang dari mereka yang tidak berjilbab dan anti-jilbab. Memaksa seseorang berjilbab, jelas menyalahi hak asasi. Tidak jauh berbeda, dari prosesi pemaksaan untuk melepasnya. Barat menuduh perempuan-perempuan islam tidak berpendidikan. Fakta dari dunia islam menjawab lain. Secara statistis, perempuan di negara-negara mayoritas islam, justru lebih berpendidikan dibanding Barat: 30% Profesor di Mesir perempuan, padahal di Jerman jumlahnya hanya sekitar 20%. Lebih dari 60% mahasiswa di Iran adalah perempuan. Di Uni Emirat Arab, sudah semenjak tahun 2007, mahasiswa perempuan menginjak angka yang sulit dipercaya: 77%. 8. Seorang Muslim = Seorang Yahudi = Seorang Kristen Tidak ada seorang bayipun terlahir sebagai seorang teroris. Barat harus memperlakukan seorang Muslim, persis seperti seperti mereka memperlakukan seorang Kristen atau Yahudi. Tidak jarang kita dengar politikus dan aktivis Barat, demonstratif, mengumbar kalimat penuh kebencian terhadap Islam. Frank Graham, penasehat George W. Bush, menyebut Islam sebagai “agama iblis dan sihir”. Politikus kanan Belanda, Geert Wilders, menyebut Islam sebagai “agama fasis”. Thilo Sarrazin, politikus Jerman memberikan thesis: “secara genetis, anak-anak dari keluarga Islam, dilahirkan di bawah tingkat kecerdasan rata-rata.” Bayangkan sejenak, jika Frank Graham, Greet Wilders, dan Thilo Sarrazin mengganti objek tesis-nya bukan kepada “Islam”, tetapi menjadi “Yahudi” atau “Kristen”. Tidakkah ucapan seperti itu akan menjadi badai kemarahan yang dahsyat.? Mengapa Barat boleh mengatakan hal-hal penuh fasistik dan rassist terhadap Islam, yang justru di kalangan orang-orang Kristen dan Yahudi sesuatu yang tabu.? Barat harus mengakhiri monsterisasi Islam dan Muslim. 9. Muslim Melawan Teror Di tesis kesembilan, Todenhöfer mengajak umat Islam, melalui sebuah reformasi sosial, menjejak Nabi Muhammad yang berjuang untuk sebuah Islam yang beradab dan toleran. Untuk tatanan ekonomi dan politik yang dinamis, bukan statis – sambil mempertahankan identitas keagamaannya. Untuk persamaan yang penuh, pria dan wanita. Untuk kebebasan beragama yang nyata. Tidak seperti politikus umumnya, Muhammad, bukan seorang reaksioner. Dia adalah seorang revolusioner, berani berpikir dan berani mematahkan belenggu tradisi. Islam di masa Muhammad bukanlah agama stagnan, apalagi regresif, tetapi pembaruan dan perubahan. Muhammad berjuang untuk perubahan sosial, ia pahlawan orang miskin dan orang lemah. Dia mengangkat hak-hak kaum perempuan, yang di periode sebelumnya nyaris tidak ada. Muhammad bukan seorang fanatik atau seorang ekstrimis. Dia hanya ingin membawa orang-orang Arab, yang kala itu terjebak pada belenggu politeistik, untuk kembali ke sumber aslinya yang murni, agama Ibrahim, persis seperti yang disuarakan Musa dan Isa. Terorisme, yang berada di sekelumit dunia Islam pada hari ini adalah distorsi ajaran Muhammad. Ini adalah kejahatan melawan Islam. Dunia Islam tidak boleh membiarkan citra baik Islam, yang dibangun Muhammad 14 abad yang lalu, dihancurkan seketika oleh ideologi kriminal ini. Dunia Islam perlu memerangi ideologi terorisme ini, persis seperti Muhammad memerangi berhala-berhala dari periode pra-Islam. 10. Politik Bukan Perang Kalimat bijak pernah mengajarkan: “Ketika kamu tidak bisa menaklukkan musuhmu, peluk dia.!” Masalah kompleks di Timur tengah, hanya bisa diselesaikan dengan jalur politik, bukan dengan perang. Barat harus membuka pintu diskusi yang lebih lebar untuk dunia Islam. Barat harus membuka ruang bilateral dan unilateral lebih besar untuk negara-negara Arab. Kesatuan dan stabilitas yang pernah terjadi di Uni Eropa, nyatanya, tidak berdiri di atas invansi senjata, tapi di atas politik diplomatisasi yang penuh visi. Sebuah visi akan sebuah dunia, yang setiap negara di dalamnya dihargai. Sebuah penghargaan yang tanpa diskriminasi. Politik anti-diskriminasi yang dibangun di atas keadilan dan kebebasan, bukan perang, apalagi penindasan. [mc] *Penulis: Yudi Nurul Ihsan, Mahasiswa Indonesia S3 di Jerman. Setiap muslim berkewajiban membela Islam dan muslimin dng seluruh kemampuannya. Helfia Nil Chalis www.HelfiaNet.com www.HelfiaGoOnline.com Dalam sebuah video yang dilansir Cordova Media, seorang aktivis Uyghur bernama Aydin Anwar bersaksi bahwa saat ini, Pemerintah China menahan lebih dari 1 juta muslim Uyghur dan etnis Turk lainnya di kamp-kamp konsentrasi. Mereka dipakas mencela Islam, memeluk atheisme, dan berjanji untuk setia pada negara China. Di dalam sel-sel yang penuh sesak, mereka dipaksa menghabiskan waktu berjam-jam mengulang-ulang perkataan, "Tidak ada yang namanya agama", "Hidup negara China" atau "Hidup Presiden China, Xi Jinping". Jika para tawanan ini menolak atau jika ada yang melawan, mereka akan disiksa. Kuku ditarik, gigi dicopot. Mereka bahkan menggunakan ular untuk melakukan interogasi. Mereka dipukuli hingga tewas. Mereka disterilisasi, sebuah metode untuk genosida. Mereka dipaksa duduk di sebuah kursi yang diberi nama "Kursi Harimau" di mana mereka dicecar selama berjam-jam dan terkadang dikurung seorang diri. Mereka dikirim ke kamp-kamp ini dengan alasan yang tidak jelas. Salah satu diantaranya karena menghubungi seseorang di luar negeri atau karena mempunyai keluarga di luar negeri atau karena anda taat beragama. Jika anda beribadah, jika anda menyebut kata Tuhan ketika berbicara, jika anda berpuasa, segala indikasi anda melakukan praktek agama, maka itu cukup untuk membuat anda dikirim ke kamp-kamp itu. Ribuan orang telah dipindahkan dari kamp-kamp ini ke penjara. Salah seorang keluarga Aydin di awal 2017 ditahan di salah satu kamp ini. Pada akhir November 2017 dia keluar dalam keadaan telah tidak bernyawa lagi. Salah satu keluarganya yang lain dikirim ke kamp karena dia pergi ke Amerika Serikat untuk menghadiri pernikahan sepupunya pada tahun 2014. Pada akhir Agustus dia mendapatkan hukuman penjara 15 tahun. Banyak dari keluarganya yang mereka tidak mengetahui keberadaannya apakah masih hidup atau sudah mati. Tidak ada satupun orang Uyghur yang tidak mempunyai keluarga yang ditahan di kamp-kamp atau di penjara. Parahnya lagi, jika ada seorang yang meninggal dunia, jenazahnya tidak bisa diambil oleh keluarganya. Jenazahnya akan dikremasi (dibakar). Ini adalah cara China untuk menyembunyikan bukti berupa mayat yang berasal dari kamp-kamp ini. Hal ini menyebabkan kita tidak tahu persis berapa orang yang meninggal akibat kekejaman ini. Semuanya terjadi secara rahasia. Anak-anak para tahanan dikirim ke penampungan-penampungan yang dikelola negara dan juga sekolah-sekolah di mana mereka diajarkan untuk membenci agama dan identitas agama mereka sendiri serta dipaksa untuk berbahasa Cina. Mereka juga disikan dan diperlakukan dengan kejam. Para orangtua tidak tahu keberadaan anak-anak mereka. Mayoritas kota dan desa di Turkistan Timur (Xinjiang) hampir-hampir kosong. Sekitar 70 - 80% penduduknya telah dibawa pergi. Anda akan melewati jalan-jalannya yang sepi dan lengang karena banyak penduduknya yang dikirim ke kamp-kamp tahanan atau penjara. Sekolah-sekolah dan pabrik-pabrik diubah menjadi kamp konsentrasi. Keseluruhan wilayah Turkistan Timur menjadi penjara bagi penduduknya sendiri karena China memonitor kegiatan mereka bahkan di rumahnya sekalipun. Ada jutaan pegawai pemerintah dari etnis Han yang tinggal di rumah-rumah milik Uyghur untuk memastikan mereka tidak melakukan praktek agama dan untuk menilai pandangan politik mereka. Menjalankan agama Islam sangat terlarang. Bagi mereka, hanya mengatakan, "Aku akan mendatangimu besok, insya Allah", terlarang karena anda menyebut nama Tuhan. Menggunakan nama Islam adalah kejahatan. Anda harus mengubah nama seperti Muhammad atah Fatimah menjadi nama etnis Han. Ribuan wanita Uyghur dipaksa menikah dengan pria etnis Han. Ini adalah cara lain untuk menghapuskan generasi penerus Uyghur. Mengapa China melakukan kekejaman khusus terhadap muslim Uyghur dan Turk? Turkistan Timur adalah wilayah yang kaya dengan mineral dan sumber daya alam. Dengan menempatkan penduduknya dalam kamp-kamp penahanan dan melakukan pembersihan etnis, China berupaya melakukan kontrol yang ketat di wilayah yang kaya akan mineral tsb. Anda mungkin bertanya-tanya mengapa dunia bungkam mengenai isu ini? Ini disebabkan oleh beberapa alasan. Pertama, China mengontrol ketat media-medianya. Jadi apapun yang terjadi tidak serta merta diungkap ke luar ke seluruh dunia. Kedua, walaupun banya orang ataupun pemerintah yang tahu mengenai ini, mereka dipaksa untuk bungkam karena kuatnya tekanan dari China dan keterikatan strategis mereka di bidang ekonomi dengan China. Jadi pertanyaannya adalah apa yang bisa anda lakukan? Yang perlu kita lakukan adalah meningkatkan kesadaran karena saati ini banyak yang masih belum tahu apa sebenarnya yang terjadi. Desak pemimpin negeri anda untuk mengakui penjajahan China terhadap Turkisan Timur serta upaya sistematisnya menghapus Uyghur dan etnis lainnya di Turkisan Timur. Dukung komunitas Uyghur yang ada di negeri anda. Mereka sangat-sangat membutuhkan dukungan internasional. Bergabunglah dengan aksi-aksi protes mereka. Lakukan aksi protes di depan kedutaan besar China dan lembaga-lembaga lainnya yang bisa bergerak untuk menentang pembersihan etnis Uyghur. Sebuah link video berikut ini mengisahkan kesaksian seorang dokter China yang merasa biasa-biasa saja melakukan bedah organ tubuh seorang warga Uyghur. Dokter ini baru merasa bahwa apa yang dilakukannya adalah sebuah kejahatan kemanusiaan setelah dia bermukim di AS. Berikut ini linknya.
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=134423854235473&id=100030035775514 www.HelfiaNet.com www.HelfiaStore.com Helfia Store Bukalapak Helfia Store Tokopedia Peristiwa musibah tsunami Selat Sunda pada Sabtu 22 Desember 2018 di luar dugaan semua instansi pemerintah. Lebih dari 400 orang diberitakan meninggal dunia. Kisah berikut ini dikutip dari Republika.co.id tanggal 26 Desember 2018. Rombongan dari SMA Islam Nurul Fikri Boarding School (NFBS) Serang Banten selamat dari bencana tsunami ini dengan cara yang menakjubkan semua orang. Sebanyak 65 santri yaitu 30 perempuan dan 35 laki-laki menyaksikan kedahsyatan air yang meluluhlantakkan hotel dan rumah warga di sekitar pantai. Namun, menurut salah seorang guru, Ai Nuraeni, di saat kejadian tersebut ia dan anak didiknya menyaksikan kuasa Allah SWT yang luar biasa menyelamatkan mereka. Para penghapal Al Qur'an Nurul Fikri sudah berada di Desa Pasauran Anyer sejak tanggal 18 November 2018 dan menginap di Villa Unggul Tanjung Nurul Fikri. Menurut Ai pada saat kejadian di malam hari, melalui lantai dua vila yang mereka tempati, terlihat Anak Gunung Krakatau mengeluarkan api dan laharnya. Walaupun sempat khawatir, mereka tetap menjalankan aktivitas seperti biasa. Namun, suara gemuruh membuat dirinya bertanya-tanya. "Baru selesai hafalan setoran tiba-tiba terdengar suara gemuruh. Awalnya dipikir hujan tapi ternyata enggak ada airnya, tiba-tiba dari belakang yang dekat ke pantai itu santri putra lari-lari (teriak) itu air, itu ada air. Kita sempat panik itu air apa", kata Ai menjelaskan. Tak lama kemudian, air tersebut surut begitu saja dan hanya menghantam pagar pembatas belakang vila. Rombongan pun memutuskan untuk berkumpul di mushala vila. Ia mendapat kabar bahwa pengelola pantai menghubungi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk menanyakan apa yang terjadi. Ternyata, menurut BMKG saat itu hanya air pasang biasa. Mereka pun merasa sedikit tenang. "Tapi ada sedikit khawatir juga sih dari para pembina. Akhirnya kita kumpulkan saja semuanya di mushala. Kita instruksikan mereka untuk menggunakan pakaian lengkap, minimal kita siap lari," kenang Ai. Suasana kembali hening. Suara yang terdengar hanyalah para santri yang tengah mengaji dan melanjutkan tilawah yang sempat tertunda karena air pasang tiba-tiba tadi. Ai juga mengenang, saat itu para santri begitu tenang. Ada beberapa yang wudhu dan shalat tobat, semua begitu tenang dan tidak panik. "Sesuatu yang mengharukan saya, terutama sikap anak-anak ketika terjadi bencana seperti itu, kita instruksikan, kita sekarang evakuasi, silakan bawa barang yang dianggap penting. Dan mereka langsung yang tercetus itu ya Al Quran," kata Ai. Pengelola hotel mengabarkan bahwa ada masyarakat yang mengungsi. Pembina pun musyawarah perlu atau tidaknya untuk ikut mengungsi. Ai menceritakan, setelah mereka berdiskusi, dua orang ustaz keluar untuk melihat kondisi sekitar. Kedua ustaz tersebut pun kaget karena lingkungan di sekitar villa telah hancur. Akhirnya mereka memutuskan untuk ikut mengungsi. "Pengungsian waktu itu, kata pengurus vila, ada di daerah Cipanas, pokoknya dari vila ke arah kiri. Setelah belokan evakuasi itu, akan ada dari jembatan itu sudah tidak bisa dilalui kendaraan itu. Ya itu batas amannya," kata dia. Sebelumnya, ketika di vila mereka telah dihubungi oleh NF di pesantren. Rombongan NF dari pesantren pun telah dalam perjalanan untuk menjemput mereka. Namun, di jalan, Ai menjelaskan, rombongan NF tidak bisa masuk lebih dalam karena jalanan rusak. Namun, hal cukup menakjubkan terjadi. Ketika berada di lokasi pengungsian atau rumah penduduk di daerah Cipanas, tidak jauh dari situ adalah tempat rombongan dari NF yang akan menjemput berada. Akhirnya, seluruh ustaz, ustazah, dan santri berhasil keluar dari lokasi bencana dan kembali ke pesantren. "Jadi, alhamdulillah timnya sampai ke daerah pengungsian. Lalu ada empat atau lima mobil itu. Kita lewat jalur alternatif yang melewati hutan dan kurang lebih tiga jam sampai ke pesantren," kata Ai. Rombongan ini sudah berada di lokasi selama satu bulan lebih sejak 18 November 2018. Rencananya, mereka akan dikarantina sampai 18 Januari 2018 sebelum berangkat ke Turki pada 23 Januari 2018. "Mereka adalah santri kelas 10 SMA Islam Nurul Fikri Boarding School, Serang, Banten yang mengikuti program International Education Progarm (IEP). Mereka melakukan hapalan Alquran 30 juz. Mereka adalah santri yang akan ke Turki untuk menghapal Alquran dan pengambilan sanad," kata salah satu guru SMA Islam NFBS, Andriono. Ia mengatakan, saat ini para santri telah berada di pesantren untuk melanjutkan aktivitas menghafal Alquran. Suasana pesantren saat ini cukup sepi karena santri lainnya tengah menikmati waktu liburan. Setelah melalui masa karantina ini, mereka akan berangkat ke Turki bersama-sama. Kesaksian pak Mukhsin pengurus Villa Unggul Tanjung Nurul Fikri Oleh: Rosdiansyah Dilansir dari Hidayatullah.com Perhatian terhadap bangsa Uighur (Uyghur) belakangan ini meningkat. Apalagi setelah kabar penyiksaan, pemaksaan serta aneka tindak kekerasan lainnya telah dilakukan Rezim Beijing secara intensif. Untuk menjustifikasi tindakan represif tersebut, Rezim Beijing telah menghembuskan isu separatisme serta terorisme kepada penduduk Uighur di Xinjiang, kawasan China bagian utara. Akibatnya, banyak negara tertipu lalu larut dalam propaganda sesat Rezim Beijing. Sorotan lembaga-lembaga penegakan HAM internasional diabaikan begitu saja. Tindak kekerasan di Xinjiang tak jua surut. Apalagi Beijing sangat diuntungkan oleh propaganda global isu perang lawan terorisme yang bergema dimana-mana. Bagi Partai Komunis China (PKC) resonansi isu itu menjadi tameng menutupi tindak kekerasan aparat PKC ke warga Uyghur. Mereka dipaksa mengikuti program-program indoktrinasi ala PKC dan tampak jelas pula upaya intensif PKC menghapus identitas Uyghur. Kini, simpati luas masyarakat internasional muncul di berbagai negara. Bahkan berbagai kelompok muncul menyuarakan kepedulian pada Uyghur. Namun demikian, salah-satu masalah penting warga Uyghur saat ini adalah bagaimana cara mengungkapkan ekspresi nasionalisme berbasis etnisitas. Bangsa Uyghur, yakni orang-orang berbahasa Turki yang tinggal di Asia Tengah, merupakan bangsa yang terlupakan dalam sejarah modern. Bangsa ini terbelah dua secara geografis, yaitu Uyghur yang menetap di Rusia dan Uyghur yang berada di Provinsi Xinjiang, China. Penulisan historiografi Soviet dan sovietologi secara sistematis mengecualikan Lembah Tarim dari studi wilayah Asia Tengah. Di lembah itulah banyak berdiam warga Uyghur. Sedangkan para sejarawan China, tidak hanya mereka yang dilatih di kampus-kampus Tiongkok, melainkan juga elit rezim Beijing, biasanya mengabaikan keberadaan puluhan juta minoritas Uyghur. Rezim Beijing asyik menyebarkan pelatihan-pelatihan bahasa serta budaya Tiongkok ke seluruh dunia, tapi mereka sengaja abai pada warisan budaya Uyghur. Oleh karena itu, selama dua dekade terakhir, sekelompok kecil cendekiawan berasal dari berbagai latar belakang disiplin keilmuan di seluruh dunia kini berusaha mengimbanginya. David Brophy adalah salah satunya, dan ia yang paling fokus dalam kajian serta riset ihwal Uyghur. Dalam buku ini, ia menulis ulang sejarah politik dan intelektual orang-orang Uyghur dengan mengulasnya pada seluruh isi buku. Berisi delapan bab berikut pendahuluan serta ditutup kesimpulan, tesis utama buku ini adalah bahwa bangsa Uyghur muncul ketika ide-ide reformis Muslim menjadi topik utama perbincangan masyarakat Uyghur. Baik warga Uighur di wilayah Soviet maupun di daratan Xinjiang membicarakan gagasan reformisme yang sohor di kalangan mereka yang disebut sebagai ”Jadidisme” (pembaharuan). Inti gagasan ini menyangkut pada metode baru dalam pembelajaran sekaligus pendekatan terhadap kajian-kajian Islam klasik. Masyarakat Uyghur termasuk masyarakat di Asia Tengah yang pada abad ke-19 sangat mengidamkan pencerahan serta membangun kembali peradaban muslim. Kedekatan masyarakat Uyghur pada Turki lantas membuat kekaisaran China agak was-was, terutama pada dua hal. Yakni, Pan-Islamisme serta Pan-Turkisme. Keduanya dianggap ancaman. Anggapan ini terus berlangsung serta diwariskan dalam birokrasi Tiongkok walau sistem pemerintahannya sudah berubah. Dari monarki absolut ke sistem pemerintahan komunisme ala China. Sebagai catatan, saat semangat ‘Jadidisme’ sedang membara di bumi Xinjiang, masyarakat modern Uyghur bersatu dengan aktivisme kelompok Uyghur diaspora setelah Revolusi Rusia 1917. Penyatuan ini menjadikan semangat serta upaya mempraktekkan ‘Jadidisme’ bisa berlangsung mulus karena adanya transmisi pengetahuan serta keahlian selama beberapa dekade. Pelan namun pasti rasa kebangsaan Uighur pun bangkit. Paling tidak, dalam sejarah awalnya, nasionalisme Uyghur bukanlah ideologi negara yang lahir dalam buaian revolusi Soviet atau sekadar jimat identitas etnis melawan dominasi China. Melainkan, rasa kebangsaan Uyghur itu menghujam kuat pada jati diri serta martabat etnisitas. Pada abad ke-8 Masehi, tatkala pengaruh kekaisaran bangsa Turk surut di kawasan Asia Tengah, bangsa Uyghur mengisi kekosongan kekuasaan tersebut. Dinasti Tang di China daratan kala itu tak bisa berbuat banyak untuk menjaga stabilitas kawasan, sehingga bangsa Uyghur secara cepat berhasil menduduki kawasan yang sekarang disebut sebagai Mongolia. Bangsa petarung ini menguasai wilayah luas. Catatan arsip-arsip Tiongkok kuno menyebut, kekuasaan Uyghur dibangun melalui segelintir elit dikelilingi etnis-etnis lain. Kemapanan Uyghur menguasai wilayah Asia Tengah sampai Mongolia bertahan selama satu abad. Awalnya, mereka menganut ajaran Budha karena pengaruh dari India, Persia dan China, dan kawasan mereka tinggal saat itu biasa disebut ‘Uyghuristan’. Kemudian, dari kawasan tersebut muncul dinasti Qarakhanid pada abad ke-10 yang secara resmi mengadopsi Islam sebagai agama mereka. Ibukota mereka ada dua, satu di Kashgar dan kedua di Balasaghun (kini, Balashagun masuk wilayah Kirgiztan). Melalui ekspedisi yang dijalankan sampai ke pinggir-pinggir Asia Tengah, Dinasti Qarakhanid berhasil melampaui padang pasir Taklamakan, lalu masuk ke lembah Tarim. Inilah proses Islamisasi kawasan yang sukses dilakukan dinasti tersebut, dan berlangsung secara intensif. Sultan Satuq Bughra Khan pada abad ke-10 dari Dinasti Qarakhanid lantas berhasil menjadikan wilayah ‘Uyghuristan’ sebagai wilayah Muslim. Literasi bangsa Uyghur sangat tinggi, dibanding bangsa Mongol. Sehingga bangsa Mongol menjadikan para intelektual Uighur sebagai elit lingkaran Jenghis Khan. Mereka kerap mendampingi aksi-aksi penaklukan pasukan Jenghiz Khan, bahkan Dinasti Yuan (1271-1368) yang kemudian menguasai China, juga kerap dibantu oleh intelektual Uyghur, dalam bidang pendidikan serta peningkatan literasi. Ketika berada di beberapa pusat kota kerajaan China inilah, para intelektual Uyghur sering bertemu dengan komunitas muslim berbahasa China yang biasa disebut sebagai ‘Hui’. Sampai abad ke-18 berbagai dinasti di Tiongkok sulit menaklukkan kawasan Uighuristan. Jalan termudah menjaga pengaruh Tiongkok ke kawasan itu adalah melalui pengangkatan tuan tanah setempat sebagai perwakilan dinasti di sejumlah area di wilayah Uighuristan. Sementara itu, kekhawatiran para kaisar Tiongkok terhadap pengaruh Turki terus meningkat. Maka, berbagai upaya dilakukan ke wilayah Uighuristan guna menghambat laju pengaruh Turki tersebut. Hasilnya, muncul resistensi lokal pada para kaisar Tiongkok. Apalagi, aparat kekaisaran Tiongkok sering menerapkan pajak tinggi pada warga Uyghur dan terjadi mal-administrasi yang parah di internal pemerintahan lokal yang didukung Tiongkok. Pada 1864, terjadi pergolakan Muslim berbahasa China di Shanxi dan Ghangzu. Pergolakan ini segera saja memantik simpati Muslim Uighur yang ikut mempertanyakan cara-cara dinasti Tiongkok memerintah. Melalui kepemimpinan Dawud Khalifa, tokoh sufi Xinjiang, perlawanan terhadap Dinasti Tiongkok berlangsung cukup sengit dan masif. Bahkan banyak warga Kazakh berada di belakang Dawud. Apalagi kemudian juga muncul serangan tak terduga Yaqub Beg asli Kokandi ke kawasan Xinjiang. Serangan ini kian memperlemah pengaruh dinasti Qing. Namun sayang, memasuki tahun 1877, Yaqub Beg mendadak meninggal di Kashgari, sedangkan Dawud tak diketahui kiprahnya lagi. Pasukan Yaqub terbelah, sebagian mengakui kekaisaran Tiongkok, sedangkan sebagian lagi tetap melakukan perlawanan. Bangsa Uighur kembali berada dalam masa kekosongan kekuasaan di kawasan Uyghuristan dimana lembah Tarim berada di dalamnya. Sampai kemudian perjanjian antara Tiongkok dan Rusia digelar di Saint Peterburgh pada 1881, yang sangat mempengaruhi dinamika sosial di kawasan Xinjiang karena Rusia ingin juga menebar pengaruh ke kawasan tersebut. Jika melihat peta geografis kawasan Xinjiang ini, maka siapapun akan segera tahu betapa strategisnya kawasan ini karena berada dalam berbagai jalur perlintasan, termasuk pada masa modern sekarang ini. Sepertinya, rezim Beijing memang berupaya sekuat tenaga men-Tiongkok-kan Uyghur demi mencapai keuntungan tiga hal, yaitu geopolitik, geo-strategis dan geo-ekonomi.* Buku : Uighur Nation Penulis : David Brophy Penerbit : Harvard University Press, USA Tebal : xiii + 347 halaman Cetakan : Pertama, 2016 Peresensi alumni FH Unair, master studi pembangunan ISS, Den Haag, Belanda. Peraih beragam beasiswa internasional. Kini, periset pada the Jawa Pos Institute of Pro-Otonomi/JPIP, Surabaya Rep: Admin Hidcom Editor: Cholis Akbar Ada yang menarik dan lucu dari Aksi Bela Islam 212 Tahun 2018. Sebuah lagu satire dinyanyikan lewat pengeras suara yang mendapat sambutan spontan dari seluruh peserta aksi. Lagu ini diawali dengan nada yang mirip dengan lagu yang dinyanikan bu Mega ketika memprotest kenaikan BBM di era Presiden SBY. Namun syairnya diganti menjadi: ".... janji diingkari, ulama dizalimi, amanat dihianati. Soal kecil... bohong, soal besar... bohong, semua janji... bohong. Dia si raja bohong". Syairpun berlanjut dengan: "2019 ganti presiden yang tidak cerdas. 2019 ganti presiden yang tidak jelas. Astaghfirullah, astaghfirullah... punya presiden si tukang bohong. Astaghfirullah, astaghfirullah... punya presiden si raja bohong. Simak videonya berikut ini. Ini adalah pengalaman pertamaku shalat tahajjud dini hari dengan berjamaah bersama saudara seiman yang baru aku kenal pada malam itu juga. Beratapkan langit yang cerah dengan gemerlap bintang dan cuaca yang pas tidak panas juga tidak dingin. Lantunan ayat suci Al Quran terasa demikian syahdu merasuk ke relung hati paling dalam. Doa qunut yang panjang terasa singkat dan membuat haru seluruh jamaah. Tak terasa air mata berlinang. Kasih sayang Allah yang selalu ada sejak kita lahir ke dunia, pada malam itu lebih terasa membasuh jiwa ini. Alhamdulillah berkali-kali aku ucapkan karena telah diperkenankan Nya hadir bersama-sama sahabat-sahabat muslim lainnya disaksikan sebuah bangunan tinggi yg indah berpuncak emas murni yang sejak kecil sudah saya kenal dengan sebutan Monas atau Monumen Nasional. Bicara tentang Monas, apa yang disampaikan oleh Rocky Gerung di sebuah acara ILC TV One bahwa Monas adalah monumen akal sehat kiranya sangatlah pas menggambarkan keadaan kami malam itu. Bagi sebagian kecil sahabat muslim kami dianggap berlebih-lebihan, tetapi bagi kami inilah bentuk pemeliharaan akal sehat dari kami umat Islam Indonesia yang sedang dilanda perusakan aqidah, ideologi dan akal sehat secara massive. Kesadaran inipun barulah muncul ketika seorang pejabat arogan lepas kendali melecehkan Al Qur'an Surah Al Maidah ayat 51 tentang keharusan memilih pemimpin dari kalangan muslimin sendiri. Sebagian kecil dari kami masih merasa tidak ada yang salah dengan ucapan orang ini. Ketika kami menuntut ditegakkannya keadilan terhadap orang ini ternyata pembelaan dari rezim yang berkuasa demikian massive sehingga hampir saja tidak berhasil keadilan ditegakkan. Berkumpulnya umat Islam di Monas tahun 2018 pada tanggal 2 Desember kali ini ternyata dihadiri oleh lebih banyak orang dibandingkan saat pertama kali Aksi Damai 212 diselenggarakan yakni 2 Desember 2016. Ketika itu berbagai upaya menakut-nakuti mulai dari himbauan sampai upaya repressive dilakukan oleh aparat pemerintah dan kepolisian seperti merazia bis, melarang pengusaha transportasi mengangkut jamaah. Namun ternyata tidak menyurutkan semangat umat Islam untuk hadir dalam Aksi Bela Islam atau Aksi Damai 212 itu. Bahkan sebuah pesantren di Ciamis berjalan kaki long march untuk bisa hadir di Monas ketika itu. Dalam pertemuan 212 tahun 2018 kali inipun upaya penggembosan tetap kuat meskipun terkesan ditutup-tutupi. Mungkin belajar dari pengalaman sebelumnya ketika dilarang justru membuat masyarakat semakin bersemangat untuk berpartisipasi. Tetapi upaya seperti pembatalan bis yang tiba-tiba, berita-berita tentang penyusupan, tentang persiapan pengamanan oleh pihak aparat kepolisian yang lebih tepat dikatakan sebagai persiapan perang, sampai dengan pemutusan signal handphone di area Monas menjelang acara sampai dengan menjelang usainya acara. Namun semua gagal menggembosi aksi 212 tahun 2018 ini. Aksi 212 dicibir justru semakin bergejolak. Ketika mobil kami tiba di bundaran depan Gedung BI arus lalu lintas dialihkan sehingga kami turun di sana dan sopir lanjut mencari tempat parkir. Belakangan saya tahu sopir parkir di Jalan Kebon Sirih. Saya dan Rahmat terus berusaha mencari tempat di depan panggung utama. Tetapi dekat Monas saya putuskan untuk berhenti dan mencari tempat untuk shalat tahajjud. Saya memang sudah menyiapkan dua sejadah selain topi tauhid yang selalu saya pakai. Selain itu saya juga membawa empat botol air minum dan snack ala kadarnya. Tetapi ternyata di sana berlimpah air minum dan snack gratis. Usai shalat Tahajjud dan shalat Subuh berjamaah panitia mengajak jamaah berzikir dan bershalawat yang disambut seluruh jamaah dengan antusias. Lantunan zikir dan shalawat dari seluruh jamaah menggetarkan jiwa dan perasaan. Tiba-tiba kami merasa memiliki saudara seiman yang siap saling membelam saling menyayangi bahkan siap saling ingat mengingatkan. Ketika serombongan jamaah bergerak ke depan ada yang tanpa sadar menginjak rumput dengan spontan diingatkan dengan teriakan: "Tolong jangan injak rumputnya". Langsung disambut yang lain dengan berkelakar: "Injak cebong aja, jangan injak rumputnya". Menjelang pukul 7 perhatian kami tertuju pada sekelompok pemuda berpakaian putih dengan logo kecil berbentuk segitiga garis hijau yang ternyata Laskar FPI. Mereka dengan sopan tetapi tegas memberi jalan bagi Ahmad Dhani yang baru tiba untuk menuju panggung utama. Jamaahpun sontak bershalawat menyambut Ahmad Dhani sambil berusaha untuk berjabat tangan dan selfi. Di langit terlihat banyak drone berseliweran. Ketika salah satu drone bermanuver di atas kami, spontan para jamaah berdiri seraya mengibarkan bendera tauhid dan mengacungkan ibu jari dan telunjuk. Seorang kakek secara demonstratif mengeluarkan bungkusan tebal uang dalam lembaran 2 ribuan yang jumlah keseluruhannya mungkin tidak kurang dari 5 juta rupiah. Sang kakek memasukkan seikat demi seikat uangnya ke dalam kotak amal 212 sambil meneriakkan takbir. Terakhir sang kakek bertakbir tiba-tiba gigi palsunya copot yang membuat jamaah tertawa meskipun mereka sadar si kakek hanya berpura-pura. Tak terasa matahari mulai tinggi dan jam menunjukkan pukul 7. Bendera Al Liwa dan Ar Roya tak henti-hentinya diarak di atas kepala dari belakang ke depan panggung dan kembali lagi ke belakang sambil diiringi shalawat. Panitia selanjutnya mengajak jamaah menyanyikan lagu Satu Nusa dan Garuda Pancasila. Menjelang pukul 7.36 Ustadz Haikal Hasan membuka acara berbahasa Arab seraya berseloroh mengapa pake bahasa Arab, karena gak ada TV Indonesia yang mau nyiarin acara ini. Beliaupun bernyanyi dengan syair "Cangkul.. cangkul... cangkul yang dalaam... tanahnya subur, jagung kutanam" yang diubah menjadi "Panik... panik.. ada yang paniik... Ada yang panik takut diganti". Menjelang pukul 8.00 pagi panitia mengajak jamaah menyanyikan lagu Indonesia Raya. Beberapa saat kemudian Gus Nur datang dengan dikawal oleh Laskar FPI menuju panggung. Acara dilanjutkan dengan sambutan ketua panitia. Sambutan dilanjut dengan sambutan-sambutan yang disampaikan antara lain oleh DPP FPI, dan Anies Baswedan. Selain mengingatkan pentingnya untuk memenangkan partai-partai Hizbullah, Anies mengingatkan pentingnya sebuah proses politik, bahwa betapa tanpa kekerasan bisa menghentikan reklamasi yang dianggap mustahil sebelumnya. Beberapa hal yang sebelumnya dianggap mustahil seperti DP nol rupiah, dan menutup tempat-tempat maksiat bisa terlaksana. Dalam sambutannya Anies Baswedan juga menyampaikan bahwa Monas pertama kali digunakan pada September 1945. Ketika itu berkumpulnya masyarakat dalam upaya menghadirkan kemerdekaan. Monas bukan milik sekelompok orang. Pertemuan ini bukan sekedar berbeda tetapi di tempat ini hadir persatuan. Persatuan yang bukan didatangkan orang lain tetapi hasil inisiatip kita yaitu dalam rangka tuntutan untuk menghadirkan keadilan dan kesetaraan. Akhirnya Anies yg mendapat julukan Gubernur Indonesia itu menghimbau hadirin untuk dari Monas menebarkan kedamaian dan keadilan di negeri ini. Menebarkan ketertiban yang mempesona dunia bagi anak-anak dan cucu-cucu kita. Sambutan demi sambutan berlangsung dari Ketua MPR Zulkifli Hasan, Prabowo Subianto, Ustadz Bachtiar Nasir dan Tengku Zulkarnain. Ustd Tengku Zulkarnain dalam sambutannya mengatakan: "Kita bukan mau NKRI bejat yg halalkan LGBT. Kita mau NKRI baldatun toiyibaatun warobbun ghofur". Panitia juga memberitahu kehadiran Fadly Zon dan Yusuf Matta dan beberapa tokoh nasional lainnya. Tak terasa jam sudah pukul 9 lewat. Acarapun berlanjut dengan pemberian penghargaan millenial award kepada 12 orang yang antara lain mujahid cilik Cecep yg berjalan kaki dari Ciamis menghadiri Aksi 212 tahun 2016 dan hafidz cilik, atlit yudo yg mempertahankan jilbabnya, termasuk Nisya Saban dan dr. Gamal yang menyampaikan dalam sambutannya agar jangan sia siakan masa muda. Mereka generasi muda yg memberikan inspirasi bagi anak muda lainnya Puncak acara diisi dengan pemutaran ulang film dokumenter Aksi Damai 212 Tahun 2016 termasuk khutbah Jum'at dari Ustd Habib Rizieq Shihab dilanjutkan dengan pidato beliau langsung dari Mekkah Al Mukarromah. HRS menyampaikan bahwa Aksi Damai 212 terlahir dari sebuah pertarungan ideologi tentang ayat suci di atas ayat konstitusi terhadap ideologi ayat konstitusi di atas ayat suci yang merupakan upaya busuk kaum anti agama. Ayat suci tidak boleh direvisi sedang ayat konstitusi bisa diluruskan agar sejalan dengan ayat suci. HRS menyampaikan bahwa penegakan ayat suci di Indonesia adalah juga amanah konstitusi republik ini. Pancasila sebagai dasar negara pasal 1 UUD 45 merupakan sebuah konsensus nasional bahwa dasar negara adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Maka dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara harus selalu merujuk pada kitab suci. Indonesia negara beragama tanpa paksaan. Negara tauhid yang melindungi semua agama. Indonesia bukan ateis, komunis atau liberal dan sekuler yang anti syariat agama. Kondisi Indonesia dalam 5 tahun terakhir ini ada gerakan sistematis yang ingin menghancurkan kehidupan beragama. Pembiaran aliran sesat, penistaan agama dan pembiaran kezaliman dan ketidakadilan telah berlangsung sedemikian sehingga terkesan ada sikap suka-suka dari penguasa. Acara ditutup dengan pidato cucu pendiri NU dan Muhammadiyah disusul dengan beberapa orasi dari Habib Hanif dan Habib Bahar bin Smith. Sebuah lagu lucu mengkritik pemerintah yang dianggap sebagai tukang bohong: "Astaghfirullah... punya Presiden si Tukang Bohong." Perkiraan lebih dari 10 juta orang hadir di Aksi Damai 212 Tahun 2018 ini. Hanya satu televisi nasional yaitu TV One yang berani menyiarkannya. Hal ini memperjelas posisi pers nasional yang mengorbankan prinsip-prinsip jurnalistik yg baik demi mempertahankan sebuah rezim penguasa. Jika anda berkesempatan berkunjung ke Palembang, jangan lupa untuk ke Museum Al Quran Raksasa di sana. Palembang kini memiliki sebuah wisata religi yang membanggakan dengan telah berdirinya Museum Al Quran Raksasa Palembang. Ide pembuatan museum ini bermula dari sebuah mimpi seorang yang sehari-harinya dipanggil dengan Opat di tahun 2002. Opat yang memiliki nama lengkap Sofwatillah Mohzaib kala itu bermimpi sesaat setelah selesai mengukir kaligrafi ornamen bagian pintu Masjid Agung Palembang. Di dalam mimpinya dia membuat Al Quran terbesar di dunia. Sejak itu Opat membulatkan tekad untuk mewujudkan mimpinya itu. Mulailah Opat mengukir dimulai dengan Surat Al Fatihah. Hasil ukiran Surat Al Fatihah itu ia pamerkan di Masjid Agung Palembang dengan harapan ada donatur yang tertarik. Ukiran tersebut juga ditunjukkan Opat kepada seorang tokoh masyarakat Palembang yang juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua DPR RI yaitu Marzuki Ali. Dengan dukungan relasi Marzuki Ali pembuatan Al Quran Raksasa itu bisa diwujudkan. Tepatnya tgl 12 Maret 2002 Al Quran Raksasa mulai dipamerkan yaitu saat peringatan bazar dalam rangka peringatan Tahun Baru Islam. Namun Al Quran Raksasa ini baru resmi diluncurkan 14 Mei 2009 di Masjid Agung Palembang. Proses pembuatan Al Quran Raksasa ini sepenuhnya dilakukan di kediaman Opat di Jl. Pangeran Sido Ing Lautan Lorong Budiman No.1.009, Kelurahan 35 Ilir Palembang. Ukiran dibuat di atas kayu tembesu yang kuat dan mudah didapat di kawasan Sumsel. Semula Opat menargetkan selesai dalam 4 tahun tetapi baru bisa diselesaikan dalam 7 tahun. Hal ini karena kendala dana dan juga bahan kayu tembesu. Awalnya harga kayu tembesu hanya Rp 2 juta per kubik tetapi perlahan naik menjadi Rp 7 juta per kubik bahkan sampai Rp 10 juta per kubik. Namun aliran dana dari donatur jugalah yang akhirnya bisa membuat maha karya Opat ini bisa diselesaikan meskipun molor 3 tahun dari rencana. Selama proses pembuatan ukiran Opat dibantu oleh 5 orang pengukir dan 35 orang helper. Proses pembuatan cukup rumit. Ayat Al Quran terlebih dulu ditulis di atas kertas karton kemudian dijiplak ke atas kertas minyak. Setelah itu tim koreksi memeriksa keakuratan tulisan itu sebelum tim pemahat diperbolehkan untuk mulai memahat di atas papan. Al Quran Raksasa ini menghabiskan 40 kubik kayu tembesu dengan total 315 papan. Al Quran Raksasa ini menghabiskan total dana sebesar Rp 1,2 milyar. Helfia Nil Chalis www.HelfiaNet.com www.HelfiaStore.com Sumber: TribunNews.com 12 Mei 2015 |
ISLAM
Cari artikel? Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini. Kebenaran Quran dan Ajaran IslamMenyampaikan bukti-bukti kebenaran Quran dan ajaran Islam melalui tulisan dan pengakuan ahli ilmu pengetahuan dunia yang diambil dari berbagai sumber.
Archives
July 2024
Categories
All
kirim pesan [email protected]
|