Berdasarkan penelitian sejarawan Sinung Janutama, disimpulkan bahwa Nabi Muhammad merupakan leluhur dari Masyarakat Nusantara. Dan apabila tali menali silsilah Penduduk Jawi diselusuri, maka akan terhubung dengan zuriat Rasulullah.
Keberadaan zuriat Nabi Muhammad di Nusantara, berdasarkan catatan dari tanah Aceh dan Kedah telah ada sejak abad ke-2 hijriyah, yang ditandai dengan kedatangan cucunda Sayyidina Hassan, yang bernama Syarif Abdullah al-Kamil. Misteri Dinasti Al Kamil Awal mula zuriat Ahlul Bayt di Nusantara, dimulai pada sekitar tahun 750 Masehi, ketika Syarif Abdullah al-Kamil bin Syarif Hassan al-Muthanna bin Sayyidina Hassan radhiallahu ‘anhu, datang ke negeri Jeumpa Aceh. Syarif Abdullah dikisahkan menikah dengan putri setempat. Dari pernikahan ini melahirkan seorang putri yang dikenali sebagai putri Manyang Seuludong (Syarifah Mariam). Pada sekitar tahun 800 Masehi, salah seorang cucu dari Syarif Abdullah al-Kamil datang ke tanah Aceh bersilaturahim dengan kerabatnya. Dalam kisah masyarakat melayu, ia dikenali sebagai Syarif Ali bin Muhammad Nafs Zakiyah (Nakhoda Khalifah) bin Abdullah al-Kamil. Di tanah Aceh Syarif Ali Nakhoda Khalifah menikah dengan sepupunya Putri Makhdum Tansyuri ananda dari Syariansyah Salman al-Farisi (Merong Mahawangsa) dengan istrinya putri Manyang Seuludong. Dari pernikahan ini, kelak melahirkan cikal bakal keluarga Kerajaan Perlak, yaitu Sultan Alaidin Maulana Abdul Aziz Syah (Sultan Perlak, 840-864) dan Dinasti Kedah Islam, yaitu Sultan Hussain Syah Alirah (Sultan Kedah, 840-881). Sementara dari saudara putri Makhdum Tansyuri, yang bernama Meurah Makhdum Syahri Nuri, menumbuhkan Dinasti Makhdum Perlak. Kehadiran keluarga Ahlul Bayt Rasulullah sejak masa 750 Masehi di Nusantara, yang kemudian beranak pinak menyebar ke semua wilayah, telah menjadi salah satu hujjah tentang sosok Baginda Nabi Muhammad sebagai leluhur masyarakat Nusantara. Referensi…
WaLlahu a’lamu bishshawab Catatan Tambahan :
https://kanzunqalam.com/2017/06/29/misteri-benarkah-masyarakat-nusantara-adalah-zuriat-rasulullah/
0 Comments
Sebuah ulasan menarik kami dapatkan dari status FB seorang teman yang kiranya perlu mendapat perhatian dari peneliti sejarah Islam Indonesia. Ulasan itu merujuk pada Kitab Kanzul 'Hum yang ditulis oleh Ibnu Bathuthah yang kini tersimpan di Museum Istana Turki di Istanbul. Di sana diisebutkan bahwa Walisongo dikirim oleh Sultan Muhammad I. Awalnya, ia pada tahun 1404 M (808 H) mengirim surat kepada pembesar Afrika Utara dan Timur Tengah yang isinya meminta dikirim sejumlah ulama yang memiliki kemampuan di berbagai bidang untuk diberangkatkan ke Pulau Jawa. Dari referensi tersebut maka disimpulkan Walisongo sesungguhnya adalah para dai atau ulama sekaligus merangkap wali (gubernur) dalam struktur Khilafah yang diutus oleh Khalifah di masa Kekhilafahan Utsmani untuk menyebarkan Islam di Nusantara. Dan jumlahnya ternyata tidak hanya sembilan (Songo). Ada 7 angkatan yang masing-masing jumlahnya sekitar sembilan orang. Memang awalnya dimulai oleh angkatan I yang dipimpin oleh Syekh Maulana Malik Ibrahim, asal Turki, pada tahun 1400 an. Ia yang ahli politik dan irigasi itu menjadi peletak dasar pendirian kesultanan di Jawa sekaligus mengembangkan pertanian di Nusantara. Seangkatan dengannya, ada dua wali dari Palestina yang berdakwah di Banten. Yaitu Maulana Hasanudin, kakek Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Aliudin. Maka masyarakat Banten sesungguhnya punya hubungan biologis dan ideologis dengan bangsa Palestina. Lalu ada Syekh Ja'far Shadiq dan Syarif Hidayatullah yang di sini lebih dikenal dengan sebutan Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati. Keduanya juga berasal dari Palestina. Sunan Kudus mendirikan sebuah kota kecil di Jawa Tengah yang kemudian disebut Kudus – berasal dari nama kota Al-Quds (Jerusalem dalam peta barat). Dari para wali itulah kemudian Islam menyebar ke mana-mana hingga seperti yang kita lihat sekarang. Oleh karena itu, menjadi sungguh aneh kalau ada dari umat Islam sekarang yang menolak khilafah. Itu sama artinya ia menolak sejarahnya sendiri, padahal nenek moyangnya mengenal Islam tak lain dari para ulama yang diutus oleh para khalifah. Tanda-tanda akhir jaman seperti yang dinubuatkan Rasullullah Muhammad SAW sudah semakin jelas. Sejak Rasulullah diutus Allah untuk menyampaikan risalah Islam sebagai utusan Allah yang terakhir di muka bumi, sejak itu sesungguhnya sudah merupakan pertanda kiamat amat dekat waktunya. Saat huru-hara menjelang kiamat itu Allah membiarkan muncul Dajjal untuk menjadi batu ujian bagi umat Islam tentang keteguhan iman mereka masing-masing. Rasulullah mengajarkan kepada kita untuk selalu berdoa setelah tahiyat akhir dalam setiap shalat kita agar dilindungi Allah dari azab neraka jahannam, azab kubur, dan kejahatan Dajjal Al Masih. Berikut ini sekelumit penjelasan berdasarkan apa yang disampaikan Rasulullah tentang Dajjal kepada kita umat Islam.
- Bisa menurunkan hujan. - Bisa menghidupkan orang yang sudah mati. Bagaimana Dajjal bisa keliling dunia cuma dalam waktu 40 hari?
Dajjal itu penipu besar. Sebagian besar pengikutnya adalah wanita dan kanak-kanak, karena mereka itu mudah diperpedaya.
Waktu Dajjal keluar nanti, masing-masing harus melindungi diri sendiri. Karena tak seorang pun bisa membantu.
Ini kisah nyata yang saya ambil dari tulisan rekan Nur Hasan Achmad yang beliau sharing di salah satu grup milis yang saya ikuti. Sangat inspiratif bagi kita semua. Semoga bisa menggugah semangat untuk mengumpulkan amal saleh sebanyak-banyaknya sebagai bekali di kehidupan yang sesungguhnya kelak di akhirat. Aku mau mati di masjid… Kamis pagi yg lalu, selepas sholat sunah Fajar dua rakaat dan saat menunggu sholat Shubuh berjama’ah di Masjid Al Huda Komplek Timah, Kelapa Dua, Depok..tiba2 seorang petugas masjid mengumumkan berita duka cita:”Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun, telah meninggal dunia Bp. H. Kayamudin Siregar, SE, Ketua DKM Masjid Jami’ Al Huda tadi malam pukul 00.00 WIB di RS Persahabatan dalam usia 65 th...” Degg..jantung saya berdegup keras..berita ini cukup mengejutkan saya dan para jama’ah.. kenapa..?? Ya, biasanya berita duka yg diumumkan lewat corong masjid, memberitahukan adanya warga komplek yg meninggal dunia..berita semacam ini cukup sering dikumandangkan sehingga sudah dianggap biasa bagi telinga jama’ah masjid... Namun kali ini terasa berbeda, karena yg diumumkan meninggal adalah sang Ketua DKM sendiri..sosok yg selalu ber-sama2 jama’ah melaksanakan sholat fardhu di masjid..dan kadang2 menjadi imam sholat ketika Imam Masjid (Al Hafiz) berhalangan... Selepas Syuruq, sepulang dari masjid sayapun langsung mampir ke rumah duka, karena kebetulan rumah almarhum selalu kelewatan setiap saya pulang pergi ke masjid.. Nah, di sana saya sempat berjumpa dengan Ustadz Ir. Tifatul Sembiring (mantan Menkominfo) dan Ustadz Dr. Muslih Abdul Karim, MA (pemangku Ponpes Baitul Qur’an)... Bagi saya, almarhum merupakan sosok yg tangguh, ulet dan sabar..sehingga berkat jasanyalah masjid Al Huda di Komplek Timah Kelapa Dua bisa terbangun menjadi salah satu “masjid termegah” (selain masjid Kubah Emas) di seantero Kota Depok... Gimana nggak tangguh coba..dengan modal awal yg hanya Rp 300 ribu ketika masjid mulai dibangun (th 2012), saat ini ketika hampir selesai 100%, masjid Al Huda telah berdiri megah dengan total biaya mencapai lebih dari Rp 7,5 M (dari proposal semula sebesar Rp 3 M)... Dari mana dananya..?? dari “kantong Allah”..begitu nasehat yg diberikan oleh Ustadz Tifatul Sembiring kepadanya sebelum pembangunan masjid di mulai.. Luar biasa pak Ketua DKM ini..!! Beliau mempunyai obsesi untuk bisa menyelesaikan pembangunan masjid sampai tuntas sebelum mati.. Sebagai bentuk tanggung jawabnya, beliau pernah bilang bahwa beliau tidak akan menyerahkan kepada orang lain sebelum masjid selesai terbangun.. Subhanallah..mantabb..!! Nah untuk mewujudkan obsesinya tsb, beliau bekerja keras tak kenal lelah..siang-malam beliau selalu berada di masjid untuk ngawasin langsung aktifitas pembangunan.. Ya, beliau ingin memastikan sendiri bahwa seluruh proses pembangunan berjalan lancar... Top markotop..dua acungan jempol untuk beliau..!! Beliau juga tak kenal lelah dalam mengumpulkan dana untuk biaya pembangunan masjid.. Alhamdulillah, uang mengalir dari para donatur dari berbagai kalangan, mulai dari warga komplek sekitar masjid, para dermawan, perusahaan2 swasta maupun instansi2 pemerintah.. Masya Allah..terbukti sudah..“kantong Allah” yg berbicara bung..!! Saking getolnya memimpin pembangunan masjid..beliau sampai lupa akan kesehatan diri sendiri..akibatnya, sejak setahun yg lalu kesehatan beliau menurun.. Saat pertama kali masuk rumah sakit tahun lalu, baru ketahuan kalau beliau mengidap penyakit kanker paru stadium lanjut (3,5)... Sejak itu beliau keluar masuk rumah sakit untuk menjalani perawatan.. Nah hebatnya beliau, meskipun fisiknya sakit, namun pikiran dan perasaannya nggak bisa lepas dari masjid.. Bahkan suatu saat, ketika sedang tergolek lemah di rumah sakit, beliau masih sibuk nelpon sana-sini untuk ngatur segala macam tetek bengek pembangunan masjid..padahal sudah diingatkan dokter lho..agar istirahat total dan jangan banyak pikiran... Begitu pula rekan2 jama’ah masjid yg menjenguknya..selalu berpesan agar beliau istirahat total baik fisik maupun pikiran..namun apa kata beliau..?? Ah, sakit itu kan urusan Allah..sedang urusan saya adalah menyelesaikan pembangunan masjid.. Di satu sisi, bandel bener nih pak ketua..tapi di sisi lain..beliau sangat tough dan commit..!! Beberapa minggu yg lalu, beliau sempat di bawa putri sulungnya ke Sydney Australia untuk istirahat/refreshing.. Nah apa yg terjadi..?? Baru 2 hari di sana, beliau minta diantar ke masjid Al Huda..karena beliau ingin sholat fardhu berjama’ah di masjid Al Huda.. Woow..amazing... Sudah barang tentu putrinya kalang kabut..dia jelaskan ke ayahnya, bahwa beliau baru saja sampai di Australia untuk istirahat..dan jaraknya sangat2 jauh dari masjid Al Huda.. Putrinyapun berusaha membujuk mati2an agar sang ayah melupakan urusan masjid, agar bisa beristirahat dengan tenang..shg bisa membantu memulihkan kesehatannya... Sang ayah bukannya terbujuk tapi malah marah, beliau bilang:”Tidak usah berobat..sakit itu urusan Allah..aku rindu masjid Al Huda..dan aku mau mati di masjid Al Huda”.. Subhanallah... Terus terang saya merinding mendengarkan cerita putri sulung beliau saat berada di rumah duka bersama Ustadz Tifatul Sembiring.. Luuarrr biasa cinta beliau sama masjid Al Huda yg beliau pimpin..”cinta mati” bro..speechless saya dibuatnya.. Allahu Akbar..!! Duuh..alangkah bahagianya sang Ketua DKM ini.. Saya lantas membayangkan betapa besarnya pahala yg akan beliau terima di akherat kelak.. Coba simak sabda Rasulullah SAW:”Siapa yang membangun masjid karena Allah, maka Allah akan membangun baginya semisal itu di surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)... Selain itu..tentu saja beliau juga akan menerima pahala atas “shadaqah jariyah” yg beliau keluarkan untuk pembangunan masjid Al Huda..baik berupa harta, tenaga dan pikiran beliau..dan ingat, pahala tsb akan terus mengalir meskipun beliau telah wafat..terus mengalir selama jutaan tahun sampai hari kiamat kelak.. Masyaallah... Ditambah pula dengan pahala yg akan terus mengalir dari do’a yg dipanjatkan oleh 1 putra dan 3 putrinya yg sholeh & sholehah..serta ilmu yg bermanfaat yg beliau bagikan saat memberikan tausyiah..maka lengkaplah sudah investasi akherat yg beliau tanam selama hidupnya di dunia ini... Luar biasa bro... Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW berikut ini:”Jika anak Adam meninggal, maka amalnya terputus kecuali dari tiga perkara, sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak soleh yang berdoa kepadanya.”' (HR. Muslim)... Nah..dengan begitu banyaknya amal kebaikan almarhum, maka sebenarnya bagi beliau, kematian merupakan nikmat dan rahmat Allah SWT..mati bukanlah batas akhir..melainkan “pintu gerbang” memasuki kehidupan baru yg lebih indah dan kekal di surga kelak... Namun sebagai manusia biasa, tentu almarhum tak luput dari dosa dan khilaf selama hidupnya.. untuk itulah kita perlu memohonkan ampunan Allah untuknya:”Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihii wa’fu’anhu” (Ya Allah, ampunilah dia, dan kasihanilah dia dan sejahterakanlah serta maafkanlah kesalahan dia).. Amiin Ya Rabbal ‘Alamiin... Semoga almarhum mendapatkan kebahagiaan abadi di sana, sebagaimana sosok yg digambarkan oleh Allah Ta’ala dalam Q.S. Al-Fajr: 27-30:”Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhoi-Nya, maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku”.. Insya Allah... Untuk kita yg sedang “tunggu giliran”..cukuplah kematian beliau ini sbg nasehat..maka bersegeralah kita bertaubat dan mohon ampun kpd Allah Ta’ala, atas segala dosa dan maksiat yg telah kita lakukan..dan manfaatkan sisa umur kita untuk beramal sholeh sbg bekal kehidupan setelah mati..sehingga tiap detik waktu yg tersisa ini tidak akan sia-sia... Wallahu a‘lam bish-shawab.. Semoga bermanfaat..khususnya buat saya pribadi… Salam, Nur Hasan Achmad Dipublish oleh www.HelfiaNet.com 19 Januari 2016 Tepatnya tanggal 29 Juli yang lalu warga Gaza melaksanakan shalat Idul Fitri di beberapa masjid Gaza di tengah serangan rudal dan artileri Israel yang sudah dimulai sejak tanggal 7 Juli yang lalu. Shalat Idul Fitri kebanyakan dilaksanakan pada pukul 06.30 waktu setempat. Diberitakan oleh dakwatuna.com bahwa disaat yang bersamaan Israel menyerang beberapa wilayah dengan tiga roket dengan sasaran yang tidak pasti di bagian timur kota Gaza. Tidak ada laporan mengenai korban akibat dari serangan tersebut. Sementara itu warga di sekitar wilayah yang dimasuki Israel tidak bisa melaksanakan shalat Idul Fitri karena militer Israel akan menembak segala sesuatu yang bergerak di wilayah tersebut. Saat ini mereka telah masuk dan menguasai sekitar 500 meter hingga 2.5 kilometer wilayah Gaza. Dilaporkan juga bahwa kebanyakan masjid yang dalam suasana Idul Fitri biasanya ramai oleh anak-anak kali ini sepi. Para jamaah memilih tidak membawa anak-anaknya demi keselamatan mereka. Demikian juga tidak ada shalat Idul Fitri yang dilaksanakan di lapangan terbuka. Semuanya dilaksanakan di masjid-masjid. Bahkan karena faktor keamanan, ada sekitar 70 masjid yang tutup dan tidak melaksanakan shalat setahun sekali itu.
Ini kedua kalinya saya mengikuti pengajian Ramadhan di rumah keluarga bpk/ibu Ariffi Nawawi, mantan Presiden Direktur Pertamina. Pertama kali adalah di Ramadhan tahun lalu. Seperti tahun lalu kali ini hadirin yang datang berpasangan suami-istri dan rata-rata berusia di atas 70 tahun kecuali beberapa orang termasuk saya yang masih 50 an. Meski begitu rata-rata masih sehat dan kuat. Hanya 2 - 3 orang saja yang berjalannya harus dibantu tongkat. Saya kenal dengan beberapa orang yang kebetulan juga hadir tahun lalu seperti Bpk/Ibu Hadi Daryono, Bpk/Ibu JC Muchtar, Bpk/Ibu Syahrul, dan Bpk/Ibu Soni. Beberapa tamu masih terbawa rasa duka dengan wafatnya almarhum Thabrani Ismail beberapa hari sebelumnya. Hari itu adalah hari istimewa bagi pasangan Bpk/Ibu Ariffi Nawawi yang merayakan ulangtahun pernikahan ke 41 tahun. Semua yang hadir adalah sahabat-sahabat dekat Bpk/Ibu Ariffi Nawawi yang hari itu mendoakan dengan tulus agar mereka dianugrahi hidup sehat dan berkah serta senantiasa dalam ridha Allah. Berada di tengah-tengah para mantan pejabat Pertamina ini membawa suasana tersendiri. Mereka semua adalah pasangan-pasangan yang pernah sukses berkarir di perusahaan bergengsi di Indonesia. Meskipun demikian terasa sekali dari diskusi-diskusi sore itu bahwa semua hadirin berusaha sekuat tenaga untuk memahami agama dan maksimal dalam melaksanakan ajaran agama dengan baik. Acara dimulai sore hari setelah ashar. Pak ustadz membuka ceramahnya dengan mengemukakan betapa semua orang serius dan dengan sungguh-sungguh bekerja keras siang dan malam membina karirnya sampai bisa meraih kesuksesan duniawi. Selanjutnya pak ustadz menanyakan seberapa serius dan sungguh-sungguh kita bekerja untuk mempersiapkan hidup sesudah mati? Padahal hidup sesudah mati tidak terhingga batas waktunya berbeda dengan hidup di dunia yang hanya singkat. Mengapa sangat sedikit kita yang bersungguh-sungguh bekerja keras untuk mempersiapkan kehidupan kita yang baik sesudah mati?
Pak ustadz melanjutkan dengan memberi tips bagaimana agar apa yang kita lakukan dalam rangka meraih kesuksesan duniawi juga sekaligus bisa menjadi bekal hidup kita di akhirat kelak. Sederhana saja. Maknailah semua kegiatan duniawi dengan makna ukhrawi. Sebagai contoh, harta yang kita miliki misalnya mobil atau rumah, bisa kita manfaatkan untuk kepentingan dakwah. Pak ustadz memberikan contoh seorang sahabat nabi bernama Abdurahman Rauf seorang saudagar kaya raya. Suatu ketika nabi menghimbau penggalangan dana untuk menghadapi perang badar. Sahabat yang lainnya melaporkan kepada nabi bahwa Abdurahman Rauf telah menyerahkan seluruh hartanya untuk memenuhi himbauan nabi. Ketika nabi menanyakan langsung berita ini kepada Abdurahman Rauf, dengan penuh hormat dia menjawab: "Bukankah baginda juga yang mengajarkan dalam surat At Taghabun Ayat 17 bahwa Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan pembalasannya kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha Penyantun." Ternyata keyakinan Abdurahman Rauf tentang kebenaran Surat At Taghabun Ayat 17 inilah yang mendorongnya menyerahkan seluruh hartanya untuk dana perang badar. Selanjutnya pak ustadz kembali memberikan tips agar hadirin segera membuat wasiat. Beliau menjelaskan bahwa ketika seseorang menginggal dunia maka ada tiga hal yang wajib diselesaikan lebih dulu oleh ahli warisnya sebelum boleh melaksanakan pembagian warisan. Ketiga hal tsb adalah: 1) mengeluarkan biaya untuk penyelenggaraan wajib kifayah (penguburan), 2) melunasi hutang, 3) menunaikan wasiat almarhum. Wasiat ini maksimum yang diperbolehkan adalah sebanyak 1/3 harta yang dimiliki. Inilah kesempatan kita untuk mendapatkan amal jariah (amal yang tetap dicatat Allah meskipun kita sudah meninggal dunia) yaitu melalui wasiat ini. Wasiatkanlah agar 1/3 harta anda ini diserahkan oleh ahli waris Anda kepada ke 8 aznaf (golongan) yang berhak menerimanya. Catatan: 8 aznaf ini adalah 1) fakir, 2) miskin, 3) amil (orang yang dilantik untuk memungut zakat), 4) muallaf (seorang yang baru memeluk agama Islam), 5) riqab (seorang yang terikat, tidak bebas atau budak), 6) gharimin (orang yang terlilit hutang), 7) fisabilillah (orang yang berjuang menegakkan agama Allah), 8) ibnus sabil (musafir yang kehabisan bekal perjalanan). Tak lama setelah pak ustadz menyampaikan ceramahnya, waktu azan maghribpun tiba. Kami semua mengambil hidangan pembuka puasa dan shalat maghrib berjamaah. Usai shalat maghrib kami dipersilahkan menyantap hidangan berbuka puasa. Semuanya lezat dan nikmat terasa di lidah. Saya memilih mengambil shabu-shabu dulu baru menikmati hidangan utamanya. Kamipun lanjut bertarawih berjamaah sebelum berpisah. Helfia Nil Chalis. Bisnis Internet. Helfia Store.
Sehingga lebih enak mengurai suatu persoalan ketika menghadapi ancaman terorisme. Justru, lebih penting adalah merangkul seluruh tokoh Islam dan tokoh agama lain yang tergabung dalam lintas agama untuk menggelar deklarasi damai. Agar stigmatisasi yang muncul dapat teratasi dengan baik, tidak lagi ada friksi desain intelijen AS maupun tuduhan terhadap kelompok agama tertentu. Hal ini babak baru bagi Islam Amerika karena per tahun perkembangan dakwah Islam di sana mencapai puluhan ribu memeluk dan meyakini Islam sebagai agamanya. Maka mau tidak mau pemerintah bersama tokoh Islam harus berbondong-bondong melindungi saudara kita yang tidak terlibat dalam segala peristiwa yang membuat sumuk (panas) situasi dan kondisi. Pertimbangannya adalah syiar Islam yang sangat maju di Amerika Serikat harus dipelihara sedemikian rupa, mengingat bangsa Amerika, yang mayoritas Yahudi dan Kristen, maka saling menghargai harus dipakai sebagai slogan damai. Selain itu, Islam harus menjadi agama yang benar-benar bisa mempertahankan nilai-nilai perdamaian, sehingga dapat mengukur prestasi di antara paham lain. Hal inipun tergantung individu dan berbagai kelompok yang ada bahwa kondisi yang terjadi saat ini merupakan tantangan bagi Amerika Serikat memerangi terorisme dan kesukaran bagi Islam berkembang. Tulisan oleh Rusdianto, dikutip dari detik.com *)Rusdianto adalah Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Universitas Muhammadiyah Madiun Helfia Nil Chalis, www.helfia.net Mitos Masjid yang dibangun Mahluk GaibMasjid Nando yang terletak di Mali, Afrika Barat, dibangun sekitar abad ke-12. Masjid ini lebih tua dari masjid-masjid di Djenne dan Timbuktu. Sampai sekarang masih banyak pertanyaan tak terjawab mengenai pembangunannya ketika itu. Sebuah legenda setempat mengatakan bahwa mahluk gaib bertubuh besar yang membangun masjid itu hanya dalam beberapa hari saja. Tidak jauh dari Nando mahluk ini meninggalkan jejak kaki di atas batu (lihat foto di bawah ini). Pada jaman dulu satu-satunya kota terdekat dan sudah masuk Islam adalah Dia (di Diaka). Apakah sejak dulu itu wilayah Nando sudah menjadi lintas transit untuk rute perdagangan trans-Sahara yang menghubungkan daerah Barat ke Utara Afrika? Selama berabad-abad, plesteran dengan lumpur menjelaskan mengapa tampak luar masjid sangat mirip dengan arsitektur Dogon. Namun, di dalam masjid, desain Islami menghiasi dinding-dinding dengan tema yang diambil dari Al-Quran yaitu sepasang timbangan yang menakar jiwa orang yang meninggal untuk menentukan siapa yang akan masuk surga atau neraka. Masjid Tua Kani Kombole Afrika dibangun dari LumpurAfrika menyimpan sejarah penyebaran Islam sejak 10 abad yang lalu. Meskipun ajaran Islam sudah masuk Afrika sebelum abad ke-11, penyebaran Islam hanya terbatas di pusat-pusat perkotaan seperti Djenne, Dia, Timbuktu dan Gao. Islam pada waktu itu hanya dianut para pemimpin elit yang berkuasa dan kaum pedagang. Hanya setelah serangkaian perang suci di abad ke-19 Islam secara pasti berakar di daerah pedesaan dan di negara Dogon, sebuah negara di abad itu.
Kebanyakan desa di sini memiliki masjid. Sampai sekarang konstruksi lumpur tradisional terlihat, antara lain, dalam berbagai arsitektur bangunan masjid yang menunjukkan ciri khas gaya arsitektur Dogon. Masjid dengan bentuk muka terdiri dari relung dengan pola kotak dan segitiga menjadi pemandangan umum di sini. Masjid Kani Kombole contohnya, terletak di kaki lereng. Ada ruang yang cukup untuk bangunan. Masjid ini luas dan ke empat sisinya dihiasi dengan tiang-tiang dan relung. Ini adalah contoh yang jelas dari Ginna yaitu, rumah adat keluarga besar di Afrika. Dilansir oleh: Helfia Nil Chalis www.helfia.net Sumber: dogon-lobi.ch |
ISLAM
Cari artikel? Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini. Kebenaran Quran dan Ajaran IslamMenyampaikan bukti-bukti kebenaran Quran dan ajaran Islam melalui tulisan dan pengakuan ahli ilmu pengetahuan dunia yang diambil dari berbagai sumber.
Archives
July 2024
Categories
All
kirim pesan [email protected]
|