Namanya Wilfried Hoffman. Ia dilahirkan dalam keluarga Katholik Jerman pada 3 Juli 1931. (https://en.m.wikipedia.org/wiki/Murad_Wilfried_Hofmann)
Hoffman meraih gelar Doktor di bidang ilmu hukum dan yurisprodensi dari Universitas Munich, Jerman tahun 1957. Pada tahun 1983-1987, ia ditunjuk menjadi direktur informasi NATO di Brussels. Jerman sangat mengenal Hoffman, karena setelah bertugas di NATO, ia diangkat menjadi diplomat (duta besar) Jerman untuk Aljazair tahun 1987 dan dubes di Maroko tahun 1990-1994. Karenanya, Jerman menjadi gempar seketika saat Hoffman menerbitkan buku yang berjudul Der Islam als Alternative (Islam sebagai Alternatif). Jerman terkejut, ternyata salah satu putra terbaiknya telah memeluk Islam. Hoffman sebenarnya telah masuk Islam sejak lama, jauh sebelum bukunya dipublikasikan pada 1992. Ia masuk Islam bahkan sebelum bertugas ke Aljazair dan Maroko. Bagaimana ia mendapatkan hidayah? Saat itu, Hoffman sangat prihatin pada dunia barat yang mulai kehilangan moral. Agama yang dulu dianutnya dirasakannya tak mampu mengobati rasa kekecewaan dan keprihatinannya akan kondisi tersebut. Hoffman juga memiliki sejumlah pertanyaan teologi yang belum terjawab, terutama mengenai dosa warisan. Ia juga tidak puas dengan jawaban mengapa tuhan memiliki anak dan harus pasrah disiksa hingga mati di kayu salib. “Ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak punya kuasa,” tegasnya. Hoffman bahkan sempat “meragukan” keberadaan Tuhan. Ia lalu melakukan analisa terhadap karya-karya filsuf seperti Wittgenstein, Pascal, Swinburn, dan Kant, hingga akhirnya ia dengan yakin menemukan bahwa Tuhan itu ada. Jika Tuhan itu ada, bagaimana manusia berkomunikasi dengan-Nya? Hoffman menemukan, jawabannya adalah wahyu. Maka ia pun membandingkan berbagai “wahyu” yang ada. Setelah membandingkan kitab suci Yahudi, Kristen dan Islam itulah Hoffman mendapati Islam-lah yang secara tegas menolak dosa warisan. Ia juga mendapati, dalam Islam seseorang langsung berdoa kepada Allah, bukan melalui perantara atau tuhan-tuhan lainnya. “Seorang Muslim hidup di dunia tanpa pendeta dan tanpa hierarki keagamaan; ketika berdoa, ia tidak berdoa melalui Yesus, Maria, atau orang-orang suci, tetapi langsung kepada Allah,”kata Hoffman. Tauhid yang murni di dalam Islam itulah yang akhirnya membuat Hoffman memeluk Islam. Keyakinannya semakin kuat ketika ia bertugas di Aljazair dan melihat betapa umat Islam Aljazair begitu sabar, kuat dan tabah menghadapi berbagai macam ujian dan cobaan dari umat lain. Sangat bertolak belakang dengan kepribadian masyarakat Barat yang rapuh. "Saya menyaksikan kesabaran dan ketahanan orang-orang Aljazair dalam menghadapi penderitaan ekstrem, mereka sangat disiplin dan menjalankan puasa selama bulan Ramadhan, rasa percaya diri mereka sangat tinggi akan kemenangan yang akan diraih. Saya sangat salut dan bangga dengan sikap mereka," ujarnya. Ketika keislamannya diketahui publik pasca terbitnya buku Der Islam als Alternative, media massa dan masyarakat Jerman serentak mencerca dan menggugat Hoffman. Media massa sebesar Del Spigel pun turut mencercanya. Bahkan pada kesempatan berbeda, televisi Jerman men-shooting Hoffman saat ia sedang melaksanakan shalat di atas Sajadahnya, di kantor Duta Besar Jerman di Maroko, sambil dikomentari oleh sang reporter: "Apakah logis jika Jerman berubah menjadi Negara Islam yang tunduk terhadap hukum Tuhan?" Hoffman tersenyum mendengar komentar sang reporter. "Jika aku telah berhasil mengemukakan sesuatu, maka sesuatu itu adalah suatu realitas yang pedih." Artinya, lelaki yang menambah namanya dengan “Murad” (yang dicari) ini, paham bahwa keislamannya akan membuat warga Jerman marah. Namun ia sadar, segela sesuatu harus ia hadapi apapun resikonya. Bagi Murad Wilfried Hoffman, demikian nama lengkapnya setelah menjadi Muslim, Islam adalah agama yang rasional dan maju. 1). Katakanlah: Dia-lah Allâh, Yang Maha Esa 2). Allâh adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu 3). Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan 4). Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia. (Qs Al Ikhlas) "Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allâh kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allâh dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allâh dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: "(Tuhan itu) tiga", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allâh Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allâh dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allâh menjadi Pemelihara." ( QS 4:171 ).
0 Comments
Pada waktu pembebasan Mekkah, seorang bernama Fadhallah bin Umayyah termasuk diantara mereka yang tidak bisa 'move-on' atas kemenangan kaum muslimin atas Kota Mekkah. Dia menyusup di antara orang-orang yang bertawwaf bersama Rasulullah SAW. Memang Rasulullah SAW ketika membebaskan Mekkah beliau memberi kebebasan kepada siapa yang berlindung di rumah Abu Sofyan, atau siapa saja yang tidak membawa senjata yang masuk rumah masing-masing dan menutup pintunya, atau siapa saja yang tidak membawa senjata yang masuk ke Masjidil Haram. Fadhallah memanfaatkan jaminan keselamatan dari Rasulullah SAW dengan masuk Masjidil Haram untuk menyusup dalam rangka mewujudkan niatnya membunuh Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bertawaf dengan menaiki unta. Umar bin Khattab yang selalu mengawal Rasulullah SAW biasanya selalu ada di sebelah kanan Rasulullah SAW. Ketika Fadhallah sudah berada di samping Rasulullah SAW tiba-tiba Rasulullah SAW menyapanya: "Apakah anda Fadhallah?" Mendapat sapaan ini, Fadhallah kaget dan tidak punya pilihan lain selain menjawab dengan sapaan yang biasa diucapkan oleh kaum muslimin meskipun dia saat itu tidak bersyahadat: "Benar, ya Rasulullah". Kalau dia menjawab dengan menyebut nama Muhammad tentu akan langsung dikenali oleh Umar bin Khattab. Rasulullah SAW melanjutkan: "Apa tadi yang engkau bicarakan dengan dirimu sendiri ?" Kembali Fadhallah gelagapan menjawab pertanyaan Rasulullah SAW ini. Tentu saja Fadhallah tidak bisa menjawab dengan jujur bahwa dia berniat akan membunuh Rasulullah SAW, sehingga dia menjawab: "Saya tidak memikirkan apa-apa, ya Rasulullah. Saya hanya berzikir". Kemudian Rasulullah SAW hanya tersenyum sambil mengatakan: "Banyak-banyaklah memohon ampunan kepada Allah". Fadhallah belum sempat menjawab, ketika Rasulullah SAW meletakkan telapak tangannya ke dada Fadhallah. Seketika itu juga kegalauan Fadhallah berganti dengan ketenangan yang luar biasa. Langsung niat buruk membunuh Rasulullah SAW hilang sirna. "Demi Allah, tadi ketika engkau angkat tanganmu dari dadaku aku tahu tidak ada orang yang aku cintai kecuali engkau, ya Rasulullah" begitu kalimat yang spontan keluar dari mulutnya. Begitu indah perubahan hati yang penuh kebencian di dada musuh Allah bernama Fadhallah ketika mendapat sentuhan telapak tangan penuh cinta dari Rasulullah SAW sehingga seketika berubah menjadi hati yang penuh cinta kepada Rasulullah SAW. Semua ini tidaklah terjadi kecuali karena kehendak Allah SWT semata. Marilah kita perbanyak memuji Allah dan memohon ampunannya. Semoga Allah SWT merubah hati kita menjadi semakin mencintai Rasulullah SAW sehingga berhak mendapat ridha Allah SWT. Aamiin. Helfia Nil Chalis www.HelfiaNet.com www.HelfiaGoOnline.com Pemuda Korea yang mengaku dirinya bernama David Kim menerima banyak pertanyaan dari berbagai kalangan tentang alasan dirinya menjadi mualaf dan memeluk agama Islam. Akhirnya David Kim memutuskan untuk memberikan keterangannya melalui tayangan video di chanel youtubenya. David Kim memulai kisahnya dengan kenangan pertamanya tentang Islam didapatnya setelah peristiwa 9.11 (Pemboman World Trade Center, AS). Ketika itu usianya masih sekitar 8 tahun. Dia menyaksikan sebuah bangunan yang megah runtuh di TV. David kecil merasa shock. Saat itulah dia mendengar kata "Islam" di TV. Itulah kali pertama David Kim mendengar kata "Islam". Dia tidak tahu banyak tetapi ketika itu dia berpikir Islam berbahaya. Media yang didengar dan dibacanya selalu menunjukkan citra negatip tentang Islam seperti perang, penindasan, terorisme. Tak heran kalau David Kim menyimpulkan bahwa orang Islam berbahaya dan kaku. David Kim beragama Katolik meskipun dia mengaku tidak tertarik dengan hal-hal terkait agama. Dia hanya sibuk mencari nafkah untuk hidup. Suatu hari pikiran buruknya tentang Islam buyar sama sekali ketika dia ke Indonesia. Dia meniti karir sebagai penyanyi di Korea meskipun tidak terkenal. Beruntung David mendapat kesempatan promosi di Jakarta. Dia tidak tahu tentang Islam ketika itu. Dia bahkan tidak tahu bahwa orang Islam di Indonesia sangat banyak. Dia sama sekali tidak tahu itu. Ada dua hal yang membuatnya sangat terkejut. Pertama, mereka sangat ramah tidak seperti yang dia bayangkan. Kedua, banyak sekali wanita menutup wajah mereka dengan hijab. Dia bahkan tidak tahu apa-apa tentang hijab. Indonesia beriklim panas sehingga dia benar-benar ingin tahu sehingga dia bertanya kepada wanita yang menggunakan hijab. "Mengapa kamu memakai scarf untuk menutupi wajah, apakah ada orang yang memaksamu?". Wanita itu menjawab: "Saya berlian, amat sangat berharga. Jadi saya tidak ingin menunjukkannya kepada orang lain. Tidak ada yang memaksaku. Ini pilihanku dan saya bangga". Saat itu David benar-benar terkejut. Selama ini dia mengira mereka terpaksa tetapi justru mereka bangga. Hal ini benar-benar menarik perhatiannya. Apa yang menyebabkan mereka bangga? Waktu itu dia tidak tahu bahwa itu iman. David merasa Allah memberi tanda kepadanya ketika itu tetapi dia tidak menyadarinya. David Kim kembali ke Korea. Ayahnya tiba-tiba kehilangan pekerjaan. David berhenti main musik dan mulai bekerja. Dia menyukai pekerjaannya tetapi tidak mudah karena yang dia inginkan adalah mengerjakan hal-hal yang kreatif. Davidpun mulai membuat video di youtube. Dia kadang-kadang berbicara tentang kenangannya bersama orang Islam di Indonesia. Tiba-tiba banyak sekali orang yang menonton video saya. Itulah pertemuan kedua saya dengan Islam. Pada kali pertama dia tidak menyadarinya tetapi kali ini berbeda. Di dalam video itu David membuka rahasia mengapa kali ini berbeda. Ini karena terkait dengan keadaannya saat itu. Selama ini dia bercita-cita berkarya dalam bidang musik tetapi terpaksa harus meninggalkannya. Akibatnya dia kehilangan motivasi hidup. Dia ingin melanjutkan ke tahap selanjutnya dalam hidup tetapi tidak tahu bagaimana caranya. Dia kehilangan arah sama sekali. Tidak ada kedamaian di dalam dirinya. Tetapi secara mengejutkan Youtube memberinya kesempatan menemukan Islam. Melalui Youtube David bisa bertemu dengan banyak orang Islam. Benar-benar orang Islam. Bukan dari media. David berkenalan dengan mereka dan mengenal hal-hal yang belum dia ketahui tentang Islam. Mengapa mereka beriman kepada Allah. Mengapa mereka shalat. Mengapa mereka tidak makan babi. Mengapa mereka tidak minum minuman beralkohol. Apa itu halal dan apa itu haram. Siapa Nabi Muhammad SAW. Banyak lagi. David belajar ini satu demi satu. David menemukan sesuatu yang sangat istimewa yang tidak pernah dirasakannya sebelum ini. David merasa sulit untuk menjelaskannya tetapi dia merasa orang Islam memilik sesuatu yang tidak dimilikinya. Cara mereka dalam menjalani hidup mereka benar-benar berbeda dengan dirinya. Dia selama ini berpikir hidup itu adalah sebuah kompetisi. Hanya dengan memenangkan persainganlah seseorang bisa sukses. Dia pikir harus berjuang dan mengalahkan orang lain. Tetapi mereka berbeda. Mereka selalu menolong orang lain. Mereka selalu bersyukur atas apapun yang mereka terima. Ini sangat mengesankan David. Bagaimana mereka menyikapi hidup ini. Teman muslimnya mengatakan kepadanya: "Hidup adalah sebuah perjalanan. Bukan sebuah kompetisi. Tujuan dari perjalanan ini adalah untuk pergi mengikuti arah yang benar yang sesuai ketentuan dari Tuhan, Allah SWT. Jika kamu mengikuti Allah pada arah yang benar akan ada hadiah di ujung perjalanan ini yaitu "Jannah" (Surga)". Mendengar ini, David merasa seperti dipukul seseorang tepat di wajahnya dengan sangat keras. Keyakinan bahwa mereka berada di jalan yang benar. Itulah yang menyentuh dan menggugah hati David. Di awal dan di akhir dari segala sesuatu ada Allah. Ini adalah hal yang dicarinya selama ini. Jadi setelah mengetahui ini David mulai mengikuti apa yang orang Islam lakukan dalam beribadah. David mulai membaca Al Quran, mempelajari tentang Nabi Muhammad SAW, berpuasa di bulan Ramadhan, pergi shalat di Mesjid. Ketika mulai melakukan ini semua, keimanannya tumbuh. Keimanan kepada Allah yang menciptakan dan membimbingnya. Ini tidak terjadi seketika, tetapi ditemukannya sedikit demi sedikit. Hal terpenting adalah dia sendiri yang menemukannya. Tidak ada seorangpun yang memaksanya. Ketika berpuasa, David merasa lebih bersyukur kepada Allah. Dia menemukan bahwa dengan berdoa kepada Allah dia merasa damai. Akhirnya David yakin dengan pilihan agamanya. Dia sudah berpikir untuk memeluk Islam namun demikian dia masih ragu-ragu cukup lama. Beberapa alasan seperti makan babi dan minuman beralkohol bukanlah hal yang menghalanginya dalam hal ini. Ada alasan lain. Pertama, apakah dia bisa menghadapi sikap prejudice orang terhadap dirinya karena dia muslim. Kedua, apakah dirinya benar-benar telah siap menjadi seorang muslim dan menghadapi keluarganya. Hal-hal ini memberikan tekanan besar dalam dirinya. Akhirnya dia berpikir mengapa harus begini. Islam adalah agama yang memberikan hubungan dirinya dengan Allah bukan dengan orang lain. Jika Allah mempunyai rencana untuk dirinya tentu Allah juga yang akan memberikan jawabannya. Davidpun pergi ke mesjid dan berdoa kepada Allah: "Apa yang harus ku lakukan, ya Allah". Cukup mengherankan setelah itu pikirannya menjadi tertata dan dia punya kesimpulan. David berpikir dia punya iman dan kemauan untuk berlatih. Jadi dia tidak perlu ragu-ragu lagi. Dia tidak perlu risau dengan pendapat orang lain. Karena hidupnya adalah milihnya bukan milik orang lain. Hubungannya dengan Allah hanya milik dirinya. Mereka tidak bertanggungjawab atas hidupnya. Termasuk ibu dan ayahnya. Mengenai kesiapan? Tidak ada manusia yang sempurna. Allah saja yang sempurna. Apakah karena takut nanti akan melakukan kesalahan sehingga merasa tidak bisa menjadi seorang muslim? David sadar ini hanyalah alasan dirinya untuk terus menunda masuk Islam. Dia sadar bahwa tentu saja dia akan berbuat salah tetapi dia yakin Allah akan membimbingnya kembali ke jalan yang benar. Sebagaimana Allah telah membimbingnya ke jalan ini sekarang. Dia yakin ada di dalam rencana Allah, sehingga dia yakin Allah akan menolongnya. Begitulah akhirnya David Kim masuk Islam. David mengibaratkan dirinya sebagai seorang yang mengarungi lautan luas sendirian dengan perahu kecil dalam kegelapan. Dia tenggelam tanpa mengetahui arah tujuan. Tetapi Allah Yang Maha Pengasih mengetahui dan memberinya tanda. Beruntung dia menyadarinya dan menangkap tanda itu. Akhirnya dia tahu bahwa mengikuti Allah itulah tujuan dari perjalanan ini. Sekaran dia tahu ke mana harus pergi. Allah telah memberinya cahaya. Dia yakin itulah berkah dan hadiah terbesar dalam hidupnya. Helfia Nil Chalis www.HelfiaNet.com www.HelfiaGoOnline.com Nama aslinya Julie. Setelah masuk Islam dia mengganti namanya menjadi Jamilah. Julie lahir di sebuah desa terpencil bernama Denton di Inggris. Kedua orangtuanya asli orang Inggris. Julie dibesarkan oleh neneknya di Northamptonshire dan tinggal di sana cukup lama. Kedua orangtuanya atheis dan neneknya Kristen Baptis. Julie mengikuti agama neneknya Kristen Baptis. Neneknya seorang yang Kristen taat. Dia selalu membawa Julie ke gereja setiap hari Minggu. Julie banyak terlibat dalam kegiatan kegerejaan. Dia mengasuh kelompok balita dan kegiatan rohani lainnya. Diapun tumbuh menjadi seorang Kristen yang taat. Suatu ketika Julie bekerjasama dengan seorang wanita pekerja sosial untuk menolong kaum wanita bernama Ameda. Ameda seorang muslim. Ini membuat Julie tidak suka dan ingin mengajaknya masuk Kristen. Dalam pandangan stereotipnya wanita muslim tertindas oleh kaum lelakinya, mereka kasar, agresif, pokoknya sangat buruk. Julie merasa kasihan dengan Ameda. Dia tanpa lelah terus mengajak Ameda untuk masuk Kristen. Setelah berjalan beberapa bulan Ameda merasa kesal. Ameda suatu hari berkata kepadanya: "Baiklah, saya beri kamu kesempatan. Jika kamu bisa menemukan satu kesalahan apapun, kekurangan apapun, satu saja hal yang tidak benar dengan Islam, bukan dengan orang-orang Islamnya, tetapi dengan ajaran Islam, dengan Al Quran, hadis, atau hukum syariah, saya akan masuk Kristen". Julie langsung menjawab dengan bersemangat: "Baik. Itu bagus sekali. Itu pasti mudah. Saya pasti bisa melakukannya". Jadi Julie pun mengambil tantangan itu. Dia membeli buku-buku pelajaran Islam dan membacanya, membaca lagi, membacanya lebih banyak lagi. Julie tidak bisa menemukan ada yang salah. Julie sudah mencoba segalanya. Dia sudah punya satu rak buku tentang Islam sebelum benar-benar memutuskan bahwa tidak ada yang salah dalam Islam. Dia justru menyimpulkan ajaran Islam sempurna. Segala pertanyaan ada jawabannya di sana termasuk jawaban yang tidak bisa ditemukannya dalam agama Kristen. Julie mengaku menemukan kekurangan dan kesalahan yang banyak dalam Bible. Jika hal itu ditanyakan ke pasturnya: "Bagaimana dengan yang ini? Dikatakan di Korintus begini dan di Efesus begini. Mana yang benar?". Jawabannya: "Bagaimanapun harus diimani". Menurut Julie jika Bible ini benar buku Tuhan seharusnya ada fakta-faktanya. Julie mengaku menemukan fakta-fakta itu dalam agama Islam. Menurut Julie fakta-fakta itu begitu jelas. Semakin lama mempelajari Islam dia merasa lebih berpikiran terbuka. Memang kita manusia, kita seharusnya membuat pikiran kita terbuka. Singkatnya Julie menemukan bahwa agama Islam sempurna. Di dalamnya terkandung jawaban atas semua pertanyaannya. Lalu setelah sekitar 6 bulan mempelajari Islam Julie memutuskan untuk memeluk agama Islam. Jadi ide Ameda itu terbukti luar biasa. Sewaktu Julie menceritakan bahwa dia sudah masuk Islam, Ameda tertawa lama sekali. Pamannya yang seorang imam datang dari Lester, Canada dan menuntun Julie untuk bersyahadat. Juli menyembunyikan identitas Islamnya. Dia tidak memberitahu siapapun. Dia tahu citra buruk yang ditanamkan oleh media amat sangat negatip tentang Islam. Ayah dan ibunya saja membencinya karena memeluk agama Kristen. Bagaimana jika mereka tahu dia memeluk agama Islam. Anak-anaknya juga tidak diberitahu. Orang-orang di gereja dia tinggalkan. Julie tidak lagi ke gereja. Ketika ada yang bertanya dia mencari alasan sibuk kerja dll. Julie juga menjalankan bisnis. Jika mereka tahu dia muslim pasti bisnisnya bisa bangkrut. Ini semua karena Islam dianggap salah. Pengaruh media demikian kuatnya memberi pengaruh buruk terhadap citra Islam. Tiga tahun kemudian dia memutuskan untuk menikah lagi. Calon suaminya berasal dari Zanzibar, Afrika. Merekapun menikah. Keluarganya sangat marah. Ayahnya seorang yang rasis, jadi dia marah karena Julie menikah dengan pria berkulit hitam dan ketika tahu dia seorang muslim ayahnya berkata: "Ya tuhan, sekarang dia akan memaksamu masuk Islam". Julie akhirnya menyatakan untuk masuk Islam dengan sebenar-benarnya. Julie mengaku kepada ayahnya bahwa dia sudah memeluk Islam sejak lama. Ayah dan ibunya benar-benar marah. Beberapa tahun kemudian ayahnya menderita Alzheimer. Ayahnya lupa tentang rasisme, lupa mengapa membenci Max, suami Julie, dan lupa juga tentang pertengkarannya dengan Julie. Merekapun menjadi akrab lagi. Setelah ayahnya meninggal, ibunya masih hidup sekitar 8 tahun lagi. Ibunya masih membenci Islam. Setiap kali ibunya melihat Julie shalat selalu berkomentar: "Mengapa kamu meletakkan kepalamu di tanah?", "Kamu membuang waktu sia-sia!", "Apa gunanya itu (shalat)". "Nikmati saja hidupmu. Kamu kehilangan banyak waktu dalam hidupmu untuk agama konyol itu". Kemudian ibunya menderita kanker sangat parah. Julie mendampinginya di rumah sakit. Beruntung ibunya diperlakukan dengan sangat baik oleh para dokter di sana. Setiap dokter yang merawatnya beragama Islam. Julie ingat komentar ibunya yang dirasakannya seperti ucapan yang sangat berharga melebihi emas: "Islam yang kamu ikuti ini adalah komunitas yang indah". Ibunya melihat perbedaan itu. Dokter-dokter muslim memberikan waktu lebih banyak kepadanya. Mereka baik kepadanya. Mereka berbicara ramah dan sopan dengannya. Dia punya dokter non muslim yang selalu terburu-buru: "Ayo kita harus melakukan ini. Kita harus melakukan itu". Ibunya menjawab: "Saya tidak menginginkan kamu lagi". Suatu hari ketika sakitnya semakin parah, Julie tidak mau meninggalkannya. Julie tidur di samping ibunya. Julie harus shalat juga di samping ibunya. Dilihatnya ibunya sedang tidur, maka Julie mulai shalat. Ibunya terbangun. Julie memutuskan untuk meneruskan shalatnya. Ibunya mengerang-erang dan bangun lalu diam. Selesai shalat dia menjumpai ibunya berubah dari biasanya. Ibunya berkata: "Oh, aku harap engkau berdoa untukku". Saat itu Julie menyadari ibunya mulai memahami bahwa shalat itu penting. Sebelum masuk Islam Julie sering mengalami stress. Dia menjanda dengan 4 anak. Dia menjalankan bisnis sendiri. Sepanjang waktu mengalami stress. Julie sering mengalami serangan panik sehingga dokter memberinya Prozak (obat penenang). Dia punya perangai buruk. Sebelum punya anak dia selalu bertengkar. Setelah menjadi muslim, perlahan-lahan dia menjadi lebih sabar. Dia menjadi lebih bahagia. Dia berhenti minum Prozak meskipun dokter melarangnya. Dia sudah tidak lagi mengalami stress. Dia tidak gampang marah lagi. Islam memberikan perspektif mengenai hidup karena selalu ada jawaban atas segala hal. Menurutnya tanpa Islam, dia selalu bertanya-tanya mengapa segala sesuatu itu terjadi. Khususnya dalam agama Kristen yang mengajarkan Tuhan adalah cinta, Yesus mengampuni, segalanya baik-baik saja. Padahal tidak. Hidup adalah ujian. Jika kamu tidak merasa bahwa hidup adalah ujian akan terjadi sesuatu yang buruk yaitu stress. Karena bagaimana kamu tahu mengapa ini terjadi. Dalam Islam kita tahu ada manfaat dalam segala hal yang terjadi. Ada hadis yang meriwayatkan, jika jarimu tertusuk duri, maka itu menggugurkan dosa-dosamu. Jadi dalam Islam jika kamu terjatuh di salju dan mengalami memar, itu adalah sesuatu yang bagus karena menghapus dosa yang pernah kamu lakukan. Musibah itu pasti ada alasannya. Jika kamu menggunakan perspektif Islam, apabila sesuatu yang buruk terjadi, kamu berpikir: "Baiklah, ini terjadi karena suatu alasan". Dan ini membuatmu lebih baik. Dan kamu ikhlas dengan hal itu. Jika kamu percaya ini, maka kamu bisa hidup dengan tenang. Anda tidak pernah merasa kekurangan apapun. Hanya jika kamu mulai berpikir: "Oh, aku punya masalah besar nih dan masalah besar ini akan menghancurkanku". Kamu telah membiarkannya menghancurkan dirimu. Tetapi jika kamu berkata: "Aku punya masalah besar nih. Tetapi Tuhanku lebih besar. Masalah besar ini akan membuatku menjadi lebih baik". Maka masalah itu menjadi kecil. Helfia Nil Chalis www.HelfiaNet.com www.HelfiaGoOnline.com Seorang wanita Inggris bernama Victoria Nailah Edwards, Direktur sekaligus pemilik Shop Zahra Ltd di London sejak Februari 2018, menuturkan melalui rekaman video youtube tentang bagaimana dan mengapa dia masuk Islam. Sebelum masuk Islam dia dulunya adalah seorang atheis. Dia tidak percaya adanya tuhan. Dia tidak percaya ada kehidupan sesudah mati. Tetapi dia sangat penasaran mengapa ada banyak orang yang percaya bahwa tuhan itu ada. Sebagai seorang yang tidak percaya tuhan, maka mudah baginya untuk belajar berbagai agama. Dia ingin tahu mengapa banyak orang yang percaya adanya tuhan. Apa yang membuat mereka percaya. Dalam perjalanannya ini dia mengenal agama Budha dan mempraktekkan beberapa ajarannya seperti tentang damai, tidak menyakiti siapapun, bahwa tidak ada apapun juga yang bisa kita kendalikan. Setelah sekian lama dia menyadari dirinya sangat dekat dengan ajaran Islam. Pada bulan Januari 2011 Nailah pindah ke sebuah rumah di Malaysia. Temannya datang dari Kanada dan dia juga mengundang beberapa temannya yang lain untuk pesta barbekyu di rumahnya. Ketika sedang pesta barbekyu pintu-pintu rumah dalam keadaan terbuka. Dia mengajak teman-temannya melihat-lihat sekitar rumah. Tiba-tiba ketika baru saja keluar dari salah satu kamar dia mendengar suara pintu dibanting dengan keras dan anjingnya menyalak. Tetapi dia mengabaikannya karena anjingnya memang biasa tiba-tiba menggonggong seperti itu. Dia pikir mungkin karena anjingnya menabrak sesuatu seperti biasanya. Jadi dia melanjutkan turun tangga. Di sana dia menemukan temannya sangat ketakutan, temannya demikian ketakutan sehingga hanya menatap ke arah pintu kaca itu saja. Akhirnya dia bertanya ada apa, temannya mengatakan bahwa anjingnya berjalan menuju pintu kaca dan pintu kacanya seperti dibanting menutup dengan sendirinya. Jika disebabkan oleh angin kencang mengapa hanya pintu kaca yang menutup sedangkan pintu kayu di sebelahnya tidak bergerak sama sekali. Hal ini membuat mereka semua merasa aneh dan ketakutan. Mereka semua akhirnya buru-buru keluar rumah dan tidak kembali lagi. Setelah teman-temannya pulang ke tempat tinggalnya masing-masing beberapa hal-hal kecil dialaminya di dalam rumah yang tidak bisa dijelaskan. Semisal ketika dia pulang ke rumah ada barang yang sudah berpindah tempat, atau mendengar benda jatuh di dalam kamar padahal tidak ada orang lain selain dia sendiri. Pada bulan Mei tahun itu juga, dia pulang ke rumah sekitar jam 2 malam. Dia masuk ke kamarnya dan sudah siap-siap untuk tidur. Kemudian dia sadar masih belum mematikan lampu di luar pintu kamarnya. Jadi dia keluar kamar lagi untuk mematikannya. Ketika dia berada di luar kamar, dia merasakan perasaan yang sama seperti waktu peristiwa pesta barbekyu bulan Januari yll. Dia merasa seperti ada "hantu" di dekatnya. Dia mendengar sayup-sayup suara berisik, suara yang asing, pada detik itu dia merasa "hantu" itu sedang menatapnya dari seberang sana. Jantungnya serasa copot. Dia merasa sangat takut. Dia sendirian pada waktu itu. Jadi dia segera mematikan lampu dan mengunci kamar. Ketika dia berbalik, ada sesuatu yang memukul pintu di belakangnya dengan sangat keras. Seluruh pintu tertutup. Saat itu dia sangat ketakutan. Dia selama ini tidak pernah ingat tuhan dalam keadaan apapun karena memang dia tidak percaya. Tetapi malam itu dia merasa tidak berdaya, putus asa, dia tidak tahu apa yang ada di sana, meski pikirannya benar-benar jernih dan satu-satunya yang ada dalam pikirannya ketika itu adalah Allah. Bukan Tuhan, bukan juga Budha atau semua tuhan-tuhan lain yang dia telah pelajari. Hanya Allah saja. Orang mungkin menganggap bahwa itu karena dia berada di negeri muslim (Malaysia) dan sebagian besar temannya muslim. Tetapi sudah bertahun-tahun dia berada di sana, dia mengaku tidak pernah terpikirkan tentang Allah atau sesuatu seperti itu. Pada saat itu satu-satunya yang terpikirkan untuk dilakukannya adalah meminta pertolongan Allah. Jadi dia berdoa: "Ya Allah, jika Engkau benar ada, tolong lindungi saya dalam situasi ini". Dalam situasi seperti itu tentu anda semua sependapat bahwa pastilah dia tidak bisa tidur karena sangat takut. Diapun berbaring di tempat tidur dan membuka laptopnya untuk browsing. Biasanya butuh 10 - 15 menit sebelum dia tertidur, tetapi dalam 5 menit saja dia sudah merasa nyaman. Pagi harinya dia bangun dan memikirkan apa yang dialaminya tadi malam. Diapun mengucapkan terimakasih kepada Allah karena telah melindunginya. "Jika ini jalan yang Engkau inginkan untuk aku tempuh, maka bantulah aku ya Allah, bimbinglah aku", demikian doanya. Dia berdoa demikian karena selama 22 tahun dia mengaku tidak menemukan agama yang cocok dan tidak ada seorangpun di bumi ini yang bisa meyakinkan dirinya meskipun begitu banyak orang yang mengajaknya atau memintanya untuk menjadi muslim. Tidak ada yang bisa melakukannya karena dia begitu keras kepala, akunya. Dia mengaku benar-benar membutuhkan Allah untuk membimbing Nya. Dalam beberapa minggu setelah itu dia mulai penasaran tentang peristiwa itu dan mulai bertanya kepada orang-orang. Dia bertanya kepada mereka apa saja yang diajarkan oleh Allah. Mereka memberitahunya misalnya bahwa Allah mengajarkan agar kita untuk sabar. Jadi ketika sedang terjebak macet dan mulai mau marah, dia ingat Allah dan dia memaksa dirinya untuk sabar dan tenang, keadaannyapun berubah. Dia melakukan ini terhadap berbagai aspek lain menurut ajaran Islam. Setelah beberapa bulan, yaitu bulan Agustus saat Ramadhan dia memutuskan untuk benar-benar merasakan bagaimana rasanya menjadi seorang muslim. Dia ingin memastikan apakah dia benar-benar bisa menjadi muslim karena dia tidak mau setengah-setengah menjadi muslim. Misalnya tidak makan babi tetapi masih minum alkohol. Ini menurutnya tidak masuk akal. Jika ingin berkomitmen dengan sesuatu hal kita harus mengusahakan sebaik mungkin melakukannya 100%. Maka di hari pertama Ramadhan dia mulai berpuasa. Dia mengambil dari internet cara shalat dalam bahasa Inggris supaya bisa memahaminya. Dia membaca Al Qur'an tiap hari satu bab karena dia meyakini itulah cara memahaminya dan mengetahui secara cepat ajarannya apakah dia bisa menyetujuinya atau tidak. Jadi memang sulit bagi dirinya untuk mempelajari Islam dan kadang terasa aneh. Seperti misalnya masuk ke musholla pertama kali tidak tahu apakah harus berwudhu sebelum atau sesudah sholat. Lucu juga. Tetapi di pertengahan Ramadhan itu dia memutuskan tidak mau hidup atau tidak hidup dihari berikutnya tanpa menjadi muslim. Setelah shalat Isya dia duduk di ruang tamunya, dan diapun bersyahadat dalam bahasa Inggris. Mungkin ada orang yang beranggapan bahwa itu salah, tetapi menurutnya tidak ada bedanya waktu itu. Saat itulah dia merasa sudah menjadi seorang muslim. Di penutup videonya dia menitipkan pesan kepada sesama muslim untuk selalu ingat Allah dan Rasulullah Muhammad SAW. Selalu ingat apa yang diinginkan Allah dan apa yang akan dilakukan Rasulullah jika menghadapi situasi yang sedang anda hadapi setiap harinya. Helfia Nil Chalis www.HelfiaNet.com www.HelfiaGoOnline.com Dr. Maurice Bucaille adalah seorang yg berprofesi ahli bedah. Dia juga seorang ilmuwan terkenal. Untuk dapat membaca Al-Quran dalam teks aslinya dan mempelajari maknanya dan memperoleh akses langsung dari sumbernya, ia mengabdikan dirinya untuk belajar bahasa Arab pada usia lima puluh tahun. Setelah itu, ia memulai dengan mencoba menguji bukti-bukti kebenaran ilmiah dengan aksioma agama. Sebagai hasil dari studi ini, ia menulis bukunya yang terkenal "QURAN, ALKITAB DAN ILMU PENGETAHUAN" pada tahun 1976, yang menyebabkan kehebohan di kalangan akademisi - terutama di dunia Kristen. Setelah mempelajari lebih dalam tentang Islam dan Al-Quran, ia telah menulis buku lain berjudul, "ASAL-USUL MANUSIA". Ini terdiri dari penjelasan Al-Quran atas beberapa pertanyaan yang diajukan jauh sebelum periode ketika pertanyaan-pertanyaan itu dapat dijawab secara logis dan memuaskan melelui eksperimen ilmiah, untuk sepenuhnya sesuai dengan penjelasan yang diberikan oleh Al-Quran sekitar 1500 tahun yang lalu. Gereja mengakui dan menerima penelitian Dr. Bucaille ini sebagai kontribusi berharga bagi pengetahuan manusia dan penulisnya menjadi terkenal di seluruh dunia, seperti Universitas Cambridge, dan Oxford di UK & Yale dan Harvard di AS. Dia diundang untuk memberikan Kuliah Ekstensi di lembaga akademik mereka. Karena pemikiran Alqurannya, dan berdasarkan pendekatannya yang realistis dan tidak berprasangka terhadap pemikiran Al Quran, dan berdasarkan diskusi dan penelitiannya yang realistis dan tidak berprasangka, Dr. Bucaille telah mengubah sejumlah sarjana bergengsi untuk setuju dengannya dan untuk menerima pandangannya bahwa Al-Quran adalah Buku Ilahi, tidak ditulis oleh manusia mana pun dan sebenarnya adalah Kitab Wahyu dari Tuhan Yang Maha Kuasa kepada Nabi Terakhir-Nya, Muhammad SAW. M. Bucaille berpandangan bahwa temuannya ini adalah penyebab kekuatiran dan kekecewaan para sarjana Barat atas paparan mereka sebelumnya terhadap propaganda palsu dan fiktif terhadap Islam dan Nabi (SAW), oleh penulis Kristen dan oleh bias dari penulis-penulis Barat. Mereka yang sesat ini tidak dapat percaya bahwa Quran adalah satu-satunya Kitab Suci yang tetap suci dan bebas dari semua penambahan, perubahan dan interpolasi dan akibatnya masih mempertahankan kemurnian untuk membimbing umat manusia di segala zaman, tempat dan dalam setiap krisis yang mungkin terjadi. Selama lebih dari 1400 tahun Al Quran telah menjadi satu-satunya rumah harta karun ilmu pengetahuan tentang alam semesta dan kehidupan itu sendiri. Umat manusia belum mengalami kemajuan dan melanjutkan ke tahap di mana ia sepenuhnya dapat dipenuhi dengan semua mutiara dan permata kebijaksanaan dan kebenaran, dikumpulkan dalam pangkuan mukjizat keaksaraan, keunggulan, dan kemurnian akademis yang tidak dapat ditandingi bahkan dengan satu kalimat kecilpun oleh raksasa sastra dahulu kala, meskipun Al Quran telah menantangnya secara terbuka untuk hal ini. T: Apa yang mendesak Anda begitu kuat untuk melakukan studi tentang Al Quran dan kitab suci lainnya, dan mengapa? J: Seperti semua orang Prancis lainnya, saya awalnya juga berpandangan bahwa Islam adalah agama yang dilahirkan dan diperkenalkan oleh seorang jenius dan seorang pria luar biasa dengan kecerdasan besar, yang dikenal dengan nama Mohammed (S.A.W.). Lima puluh tahun yang lalu, oleh Rahmat Tuhan, saya menjadi profesional yang memenuhi syarat untuk praktek sebagai ahli bedah, dan biasa berdiskusi dan membandingkan (pandangan tentang) Islam dan Kristen dengan pasien saya yang datang untuk berkonsultasi dengan saya (dan dengan rekan kerja profesional saya). Saya diberitahu oleh beberapa dari mereka bahwa pengetahuan saya tentang Islam dan tentang disiplinnya sebagian besar salah dan salah dipahami. Pada awalnya saya cenderung meragukan mereka, tetapi kadang-kadang beberapa orang mengirimkan Ayat-ayat Alquran yang asli dan benar-benar dalam kontradiksi dengan referensi saya, dan saya terpaksa merevisi kesimpulan saya. Dan, sebagai hasil dari revisi dan ulasan ini, saya merasa mereka benar dan saya salah. Saya menemukan bahwa mereka yang telah menjadi guru saya memiliki pendekatan yang salah untuk masalah ini dan telah memberikan informasi yang salah kepada saya. Pengetahuan saya tentang Islam, sampai saat itu, terbatas pada ulasan Radio dan T.V., artikel yang diterbitkan di berbagai majalah dan direproduksi dalam buku risalah yang bias. Tapi saya bingung; apa yang harus saya lakukan? Bagaimana saya harus mengubah posisi saya dan memperbaiki pemahaman saya? T: Kapan ini terjadi? A: Setelah Konferensi Vatikan ke-8 tetapi sebelum lahirnya sikap toleran dari para sarjana Eropa condong ke pemikiran yang tidak bias, yaitu sebelum 1926, ketika perpecahan antara Muslim dan sarjana Kristen berada di puncaknya dan tidak ada prospek dialog langsung di antara mereka. T: Bagaimana Anda bereaksi terhadap situasi ini? A: Saat itu hanya ada satu jalan terbuka bagi saya, yaitu belajar bahasa Arab sehingga saya dapat mempelajari Kitab Suci, Al-Quran, dalam bentuk aslinya dan mencoba untuk mendapatkan maknanya secara langsung. Saya mencurahkan dua tahun ke depan untuk tugas ini ketika saya telah memperoleh cukup pengetahuan tentang bahasa Arab (dalam bahasa dan sastra) untuk dapat membuat studi Quran yang dapat dipercaya dengan setia serta akademis. T: Dan apa manfaatnya bagi Anda? J: Saya tahu saat itu bahwa Al-Quran adalah "Karya Allah" dan belum ditulis oleh manusia mana pun. Saya juga yakin bahwa Mohammed (SAW) adalah Nabi Allah yang sejati. T: Dunia sekarang merayakan seratus tahun pertama Darwin, apakah Anda berlangganan teori Darwin atau tidak setuju dengannya? A: Tidak, Tuan, saya menentangnya dengan keras. Teori Darwin sepenuhnya didasarkan pada kesalahpahaman dan sama sekali bukan hasil dari penelitian ilmiah yang dapat membuktikan bahwa ada hubungan sekecil apa pun antara manusia dan teori evolusi spesies seperti yang dikemukakan olehnya. Kenyataannya pandangannya tidak lain adalah perhitungan yang salah arah dan murni dari pikiran materialistis. Buku terbaru saya (Origin of Man) berisi "Artikel Bantahan" yang komprehensif tentang Darwin dan pandangannya. T: Apakah Anda berpendapat bahwa Darwin menyadari kesalahannya? A: Ya, saya pikir dia tahu kesalahan yang dia lakukan. Para cendekiawan, yang gemar materialisme, telah mengemukakan teori-teori yang tak terhitung banyaknya, kebanyakan salah, dan lucunya bahwa mereka menyadari kekeliruan mereka. Namun, sebagai materialis, mereka tetap berpegang pada sikap yang salah. Dalam buku saya, saya telah mengkritik beberapa sarjana ini, beberapa di antaranya adalah pemenang Hadiah Nobel. T: Apakah Anda pikir tulisan Anda berdampak langsung pada orang di luar Perancis? A: Ya, Baru-baru ini, hanya beberapa hari yang lalu, saya mengunjungi negara-negara Afrika Utara dan Barat, di mana saya berulang kali dipanggil untuk menghadiri pertemuan orang-orang terpelajar yang tak terhitung jumlahnya termasuk para sarjana, tentang Origin of Man dan tentang buku pertama saya: Al-Quran, Alkitab dan Sains. Saya diperiksa silang tentang pandangan saya oleh beberapa elemen yang paling berkualitas, bahkan bermusuhan. Setelah itu, banyak siswa dan cendekiawan menghubungi dan memberi selamat kepada saya. Mereka menyatakan bahwa setelah mendengarkan saya, mereka, untuk pertama kalinya, dapat merasa yakin akan kebenaran pernyataan Alquran tentang penciptaan alam semesta dan asal usul manusia. Beberapa dari mereka dengan jujur mengakui bahwa tulisan dan ceramah saya telah mengembalikan keyakinan dan keyakinan yang kuat kepada mereka dan mengubahnya menjadi Muslim Sejati, yang sebenarnya merasa terhibur dan senang sekarang dalam mengucapkan "doa" mereka. Mereka menyatakan bahwa unsur keragu-raguan dan kebodohan dalam iman sepenuhnya disebabkan oleh teori-teori yang disalahpahami dari beberapa yang disebut para sarjana Barat yang teorinya diadopsi sebagai kebenaran Injil. T: Apa putusan Sains tentang Manusia; dan mengapa ada konflik antara Sains dan Agama dalam hal ini? A: Dalam buku saya, "Origin of Man", saya telah berusaha untuk menjelaskan apa yang meragukan dan apa yang terbukti menurut temuan ilmiah. Saya juga telah berkutat dengan teori-teori yang sebelumnya didukung oleh para sarjana, tetapi sekarang dasar mereka sedang dihancurkan dan terbukti tanpa pijakan ilmiah yang kuat. Pada tahun 1851, Darwin menerbitkan buku pertamanya, "Origin of Species". Di dalamnya ia telah menunjukkan bahwa "Semua hewan dapat berkembang biak di antara mereka sendiri", tetapi ia tidak bersusah payah untuk menunjukkan dan membuktikan secara ilmiah pandangannya bahwa "Silsilah Manusia" meluas hingga ke monyet. T: Lalu siapa yang bertanggung jawab untuk mengemukakan teori sembrono ini? J: Faktanya adalah bahwa beberapa orang lain bermetamorfosis dan tanpa pernyataan bahwa mereka mendasarkan pada teorinya, mereka memberikan pernyataan keliru kepada Darwin, dengan anggapan bahwa "Manusia telah berevolusi dari kera". Namun demikian, juga benar bahwa Darwin tidak ingin menentang anggapan keliru yang diberikan kepadanya dalam hal ini dan pada topik ini bahwa konfrontasi terjadi antara para pendukung Darwin dan para pendeta, di mana kedua belah pihak saling menyalahgunakan dan memfitnah satu sama lain. Itulah sebabnya adalah penting untuk menarik garis batas antara hasil penyelidikan ilmiah dan pandangan ngawur para sarjana seperti Darwin. T: Dengan wacana ilmiah, debat dan diskusi bahkan Kitab Suci, terbongkar dengan uji ilmiah maka kesalahan mereka dan kelemahan mereka terungkap. Dengan demikian, dapatkah kita bertanya apakah Anda memiliki beberapa anomali seperti itu dalam Al-Quran, yaitu di mana eksposisi dan penjelasannya berbeda dengan temuan ilmiah? J: Kitab Suci non-Muslim telah disalin dan diturunkan dari generasi ke generasi dan melalui kepribadian yang berbeda. Dokumen tertua sejenis ini adalah "Yehuwa", yang ditulis sekitar abad ke-9 Masehi. Buku ini, meskipun tidak banyak, masih merupakan dokumen paling komprehensif dari jenisnya. Buku kedua (Sacrodotal), meskipun secara umum diperlakukan sebagai Kata Pengantar Alkitab, terungkap pada tahun 600 SM. Ini berkaitan dengan penciptaan alam semesta dan kemunculan Manusia di bumi dan kisah-kisah yang menceritakan peristiwa yang mengikutinya. Alkitab datang sesudahnya, tetapi buku-buku "Perjanjian Baru" tidak menjelaskan banyak tentang masalah manusia. Mereka mengulangi pernyataan Perjanjian Lama seperti yang diadopsi oleh St Lukas. Al Quran muncul enam ratus tahun setelah Yesus dan memberikan materi berharga tentang manusia dan ciptaannya yang (dan masih) sama sekali tidak ada dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru dan Kitab Suci lainnya. Yang lebih penting dalam konteks ini adalah bahwa tidak seperti Perjanjian Lama dan Baru dalam Alkitab, Al Quran benar-benar bebas dari kesalahan dan interpolasi. P: Menurut pendapat Anda, apa penyebab utama kesalahan yang begitu banyak dalam Kitab Suci lainnya? J: Para penyusun Kitab Suci, dalam kesombongan mereka, dianggap telah menyusunnya berdasarkan wahyu surgawi. Tetapi semua upaya mereka adalah gema dari periode mereka yang menyuarakan kembali pemikiran yang lazim di lingkungan saat itu. Mereka menyajikan konsepsi Manusia dan fenomena ciptaannya seolah-olah diucapkan oleh Allah sendiri, meskipun itu hanya mencerminkan tradisi ritual dan persepsi yang dikenal dan lazim pada waktu itu. Fakta ini diakui dengan suara bulat oleh semua penafsir Alkitab, baik mereka Katolik Roma atau Protestan. P: Apakah gereja juga mengakui fakta ini dan menganut pandangan ini? A: Ya Pak. Gereja menerima kebenaran ini yang dimasukkan dalam proses pada kesempatan konferensi Vatikan kedua, yang diadakan untuk menyatakan "Sifat Revolusioner Perjanjian Lama dan Baru". Mereka mengakui bahwa beberapa bagian dari Alkitab ini cacat dan saling bertentangan. T: Apa pendapat Anda tentang Al-Quran dalam hal ini? J: Sekarang ini adalah masalah yang sepenuhnya berbeda sifatnya. Semua cendekiawan Al-Quran sepakat bahwa Al-Quran adalah "Firman Tuhan" sebagaimana diungkapkan kepada Nabi Muhammad-nya yang terakhir (SA) melalui Jibril (Malaikat Wahyu). Saya telah mempelajari Kitab (Al-Qur'an) dengan sangat hati-hati dan belum menemukan satu pun contoh kesalahan ilmiah di mana pun di dalamnya. Sebaliknya, saya merasa bahwa kebenaran dan realitas (yang lebih tinggi) yang melekat dalam Teks Al-Quran telah, sepanjang sejarah 1400 tahun, di luar pemahaman manusia biasa yang dengan sendirinya, adalah bukti positif bahwa Al-Quran adalah Firman Allah. Tuhan dan itu (di tempat) di luar potensi intelektual manusia fana; baik dia seorang sarjana atau filsuf yang sangat baik dari kaliber tertinggi, yang tidak selalu mampu menjelaskan realitas alam yang melekat sebagaimana diungkapkan dalam Al-Quran. Yang jelas bertentangan dengan kebenaran ilmiah adalah asumsi Alkitab bahwa meskipun kehidupan muncul dalam berbagai bentuk spesies, yang telah bertahan lama, belum ada evolusi atau peningkatan fungsi mereka. Di sisi lain menurut Al-Quran, manusia telah melampaui perubahan besar dalam perjalanan seluruh sejarah kemanusiaan. Saya merasa sangat perlu untuk memberi tahu orang-orang Kristen di dunia ini tentang perbedaan yang sangat serius ini dalam Alkitab ini. Karena dalam studi saya yang kebetulan tidak memihak, jujur dan sangat blak-blakan, saya telah berulang kali dipanggil untuk mengungkapkan pandangan saya tentang masalah ini sebelum pertemuan yang terhormat. Dalam semua kesempatan seperti itu, saya selalu berurusan dengan subjek dari sudut pandang ilmiah, mengabaikan konteks gerejawi atau teologis. Apa pun yang tampaknya meragukan atau layak untuk diselidiki lebih lanjut, saya telah mencoba menaruhnya di atas batu ujian kritik dan tidak membiarkannya tanpa tantangan. T: Apakah Anda memeluk Islam? J: Saya ingin membuatnya sangat jelas di awal bahwa bahkan sebelum saya belajar huruf Bismillah pertama, saya yakin bahwa Tuhan itu unik dan sangat berkuasa dan ketika Tuhan membimbing saya untuk melakukan studi tentang Al Quran, batin saya berseru bahwa Al-Quran adalah Firman Tuhan yang diwahyukan kepada Nabi terakhir Nya Muhammad SAW. Dalam buku saya "Quran, Alkitab, dan Sains," saya telah menyebutkan fakta-fakta ini dan buku itu telah berhasil dengan instan di seluruh dunia Kristen. Dalam buku ini saya telah mengabdikan diri untuk membahas semua masalah dari sudut pandang akademis murni, daripada masalah iman atau kepercayaan yang hanya akan mengungkapkan keyakinan pribadi saya. Ini karena saya ingin diperlakukan oleh dunia sebagai akademisi daripada seorang teolog. Tentang iman dan kepercayaan saya, Tuhan tahu apa yang ada di hati seseorang. Saya yakin bahwa jika saya mengidentifikasi diri saya dengan kepercayaan apa pun, orang akan selalu menjuluki saya sebagai salah satu dari kelompok ini dan itu dan merasa bahwa apa pun yang saya katakan atau lakukan, saya melakukannya hanya dari sudut kelompok kredo ini dan itu. Saya mengenal sesama makhluk saya dengan baik dan memahami mentalitas mereka dengan sangat baik. Saya ingin meyakinkan mereka bahwa semua pernyataan saya didasarkan pada pengetahuan ilmiah dan bukan pada dogma agama apa pun. T: Ini OK, tetapi karena Anda telah merujuk pada kesadaran penuh Tuhan dengan apa yang ada di hati seseorang, dapatkah kita bertanya apa pendapat Anda tentang hati manusia? J: Jantung bukanlah organ tubuh yang tampak dan jelas. Itu adalah tempat tinggal iman dan sumber cahaya abadi. T: Apa pandangan Anda tentang misi Islam dan masa depannya di Barat? J: Metode terbaik adalah mendekati orang melalui bahasa mereka sendiri. Saya menggunakan bahasa dunia dalam arti luasnya, yaitu komprehensif dari semua faktor yang membuat bahasa apa pun lengkap dan ekspresif dari pandangan dan kepercayaan orang. Prinsip dan peraturan yang menjadi perhatian Anda, harus disajikan dengan gaya yang Anda kenal dan yang populer di antara mereka. Dalam buku saya "Quran Bible and Science", saya telah mengadopsi gaya baru untuk memperkenalkan para pembaca dengan kebenaran Al Quran dan untuk memahami nilai intrinsik dari Al-Quran. Pandangan saya yang tidak berprasangka dan tidak memihak ini mendorong keluasan sirkulasi buku-buku saya. Pertama, saya mencoba mencari titik pusat perhatian orang Kristen dan gaya yang menarik bagi akal sehat mereka. Setelah itu saya mencapai kesuksesan ini. Setelah penerbitan buku-buku ini, saya menerima sejumlah surat dari akademisi besar dan cendekiawan peneliti serta orang-orang biasa di mana mereka menyatakan minat mereka dalam studi saya tentang Al-Quran dan menghargai itu. Mereka merasa puas dengan pandangan saya tentang Alkitab dan menegaskan kekeliruan yang saya tunjukkan. Saya pernah menghibur beberapa orang Kristen di rumah, di mana mereka mengekspresikan keheranan mereka atas literatur yang saya hasilkan mengenai Islam dan menanyakan nama-nama penafsiran untuk mendapatkan informasi yang benar tentangnya. T: Apa kegiatan Anda sekarang? A: Kami sekarang sedang mencoba untuk memproduksi film tentang "Sains, Al-Quran dan Asal Usul Manusia". Saya memiliki hubungan persahabatan yang mendalam dengan Malaysia. Cabang provinsi "Dawa-Islamia" telah mengeluarkan resolusi untuk memproduksi film tentang Al-Quran dan direktur perusahaan produksi mengunjungi Paris untuk menyiapkan rencana untuk itu. Film ini akan berada di Technicolor. Durasi presentasinya adalah lima puluh lima menit dikhususkan untuk Al-Quran dan sejarah fakta-fakta yang terkait dengannya, ayat-ayat Al-Quran digambarkan dalam film ini. Jadi itu sangat penting. Enam ratus ribu dolar telah dikumpulkan untuk memproduksi film ini. Persiapan film ini sudah dimulai. Untuk memulainya akan diproduksi dalam lima bahasa, dan kemudian akan diperpanjang hingga sepuluh. Cetakan pertama akan dalam bahasa Inggris, kemudian Arab dan Prancis, dan kemudian dalam bahasa lain. Itu akan diedarkan ke seluruh dunia. Dikutip dari www.IslamicBulletin.org Helfia Nil Chalis www.HelfiaNet.com www.HelfiaGoOnline.com Bagaimana Samuel Shropshire Warga Negara Amerika Akhirnya Menjadi Muallaf dan Memeluk Islam Penulis: Helfia Nil Chalis Dia mengaku bernama Samuel Shropshire. Dia seorang warga Negara Amerika Serikat yang tinggal di Saudi Arabia. Berikut penuturannya. Saya datang ke Saudi Arabia November 2011 dan tidak tahu apa-apa tentang Islam maupun Nabi Muhammad SAW. Sebagian besar dari yang saya dengar tentang muslim sangat negative. Di Amerika berita-berita di saluran televisi mendapat rating tinggi dengan cara memberitakan secara sensasional tentang teroris melalu berita-berita “breaking news of terrorism”. Setiap 30 menit setiap orang menyaksikan pemandangan mengerikan pengeboman, pertumpahan darah, pembunuhan. Sering kali satu kelompok muslim berkelahi dengan kelompok muslim lain. Setiap selesai berkelahi mereka selalu berteriak: “Allahu Akbar… Allahu Akbar”. Saya diundang ke Saudi Arabia oleh Safi Kaskas untuk bekerja di Proyek Q. Dr Kaskas ingin menerbitkan terjemahan berbahasa Amerika yang mudah dibaca untuk generasi penerus Amerika. Berhubung saya tidak bisa membaca dan berbicara Bahasa Arab, maka saya tidak menerjemahkan tetapi hanya memeriksa dan memastikan Bahasa Inggris terjemahan Al Qur’an yang baru ini bisa dimengerti dengan mudah. Pekerjaan saya tentu saja memerlukan saya untuk membaca Al Qur’an berulang-ulang. Anda bisa membayangkan saya yang tidak tahu apa-apa tentang Islam, saya punya ratusan pertanyaan demi pertanyaan. Saya terkejut mendapati bahwa Yesus seringkali disebut dalam Al Qur’an. Yesus digambarkan sebagai seorang Nabi Besar. Bahkan kisah tentang perawan yang melahirkan tercantum di sana. Banyak mukjizat Yesus saya temukan dalam Al Qur’an. Bahkan ada beberapa mukjizat Yesus di dalam Al Qur’an yang tidak ada di dalam Bibel. Sore hari biasanya saya sendirian di tempat tidur yang sudah disiapkan untuk saya di kantor Dr. Safi. Pada malam hari saya berdiri di balkon bangunan itu, saya melihat ke seberang jalan raya yang sangat sibuk ke arah sebuah masjid. Saya kemudian mendengar suara panggilan untuk shalat (adzan). Saya memperhatikan pria dan wanita masuk dan keluar masjid. Anak-anak bermain bola di area parkir masjid. Saya melihatnya tak ada bedanya dengan tipikal gereja di Amerika. Hati saya berada di masjid itu. Saya merasa dipaksa Tuhan untuk pergi ke masjid itu. Beberapa bulan kemudian saya bisa memberanikan diri untuk menghampiri dan mengetuk pintu mesjid Taqwa. Ini suatu hal yang tidak biasa. Tidak ada orang yang datang ke mesjid mengetuk pintunya. Biasanya mereka hanya membuka pintunya dan masuk begit saja. Tetapi saya tidak tahu bagaimana saya akan diterima di sana, sehingga saya terus mengetuk pintu masjid sampai seseorang menghampiri pintu itu dan bertanya “apa yang bisa saya bantu”. Saya berkata, “Nama saya Samuel. Saya seorang Kristen asal Amerika Serikat. Bolehkan saya masuk?”. Laki-laki itu bernama Syafiq Zubair seorang muadzin. Dia memeluk saya dan berkata: “tentu saja… masuklah”. Saya duduk di belakang masjid ketika waktu shalat selam tiga hari. Saya tidak mengerti apa yang terjadi. Saya melihat orang berdiri, membungkuk, meletakkan kening mereka ke lantai dipimpin oleh seorang imam. Saya hanya tahu sedikit saja tentang apa yang terjadi tapi saya merasa Tuhan hadir di masjid itu. Orang-orang di Mesjid Taqwa itu begitu ramah kepada saya. Setelah tiga hari saya bertanya kepada Syafiq, dapatkah mengajarkan surat pertama dalam Al Qur’an, Al Fatihah. Itu merupakan unsur penting dalam shalat lima waktu. Saya menghapalkan suaranya tetapi saya tidak tahu artinya. Saya mulai membandingkannya dengan terjemahan Bahasa Inggris milik saya dan saya menyadari tidak ada isi Al Fatihah yang inkonsisten dengan ajaran Kristen. Di sana saya membaca kata yang membesarkan hati bahwa Tuhan itu Maha Pengasih dan Maha Pengampun. Hati saya merasa tersentuh dengan cara yang aneh oleh kata-kata dalam Al Qur’an dan cinta yang ditunjukkan oleh orang-orang di Mesjid Taqwa. Dr. Zakir Syadiq Maliki mengantar saya ke Islamic Education Foundation di Alhamra bersebelahan dengan Jeddah di mana saya mengucapkan syahadat. Menurut Islam kita semua setara. Tak ada yang lebih tinggi derajatnya dari yang lain. Ada ulama, tetapi peran mereka hanya mendidik. Masalah hubungan dengan Tuhan sifatnya pribadi dan langsung. Keyakinan mereka sederhana dan jelas. Semua terangkum dalam 6 hal (Rukun Iman).
Kesemua prinsip keimanan ini bagi saya seluruhnya sesuai dengan sifat dasar manusia. Lalu saya bertanya, “Bagaimana caranya untuk menjadi seorang muslim?”. Pencarianku menunjukkan kepadaku seseorang harus menunaikan lima tugas yang disebut tiang (rukun) Islam.
Orang sering bertanya kepada saya. “Bagaimana anda bisa menjadi seorang muslim?”. Di dalam gereja ada perpustakaan dan didalam perpustakaan itu ada buku anak-anak. Salah satu buku yang ibu saya selalu ambilkan berulang-ulang adalah buku “Tuhannya Ibrahim”. Buku itu diberi warna yang menarik. Ada gambar unta, padang pasir. Ibuku membacakan cerita tentang Nabi Ibrahim. Bagaimana dia diperintahkan oleh Tuhan untuk meninggalkan ibu-bapaknya karena menyembah berhala. Ibuku berhenti dan berkata, “Samy, berdoalah selalu kepada Tuhannya Ibrahim. Hanya ada satu Tuhan yang benar. Tuhannya Ibrahim.” Komitmen saya kepada Tuhan sudah tertanam kuat sejak saya usia belia. Sekarang saya telah menemukan kedamaian sejati dalam Islam. Dalam sebuah keyakinan yang awalnya saya piker tidak bersahabat. Saya telah menemukan persahabatan dan harapan diantara persaudaraan muslimin dan muslimat. Saya telah menemukan keluarga dalam keyakinan. Silahkan tonton langsung videonya di link berikut ini: https://youtu.be/QdzoJb1IRuQ Tangerang Selatan, 4 Juni 2019. John Ridley Reporter Timur Tengah yang Memeluk Islam karena Kagum Budaya Kesetaraan dalam Islam1/1/2019 John Ridley mengawali karirnya sebagai penulis, jurnalis dan penyiar sekaligus dengan bertugas di Timur Tengah selama enam bulan. Semenjak itu ia lalu menghabiskan 30 tahun berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain di Timur Tengah. Beragam gejolak Timur Tengah menjadi bahan tulisan, laporan dan siarannya dari perang Israel - Palestina, invasi AS ke Irak hingga yang terakhir Arab Spring. Ternyata pengalamannya inilah yang mengantarkannya kepada sinar hidayah. “Aku mendapat kesempatan bertugas di Timur Tengah selama enam bulan. Itu adalah petualangan pertama yang menakjubkan yang pernah ada dalam hidupku", tutur John Ridley mengawali kisahnya mendapat hidayah. Kesempatan untuk mengenal Islam dia dapatkan ketika diterima sebagai jurnalis di BBC Worldwide untuk dikirim ke Timur Tengah. John semula tidak tahu apa-apa tentang Islam. Tetapi sebelum berangkat ke Timur Tengah John sempat berkenalan dengan seorang muslim saat tengah menjalani pelatihan broadcasting dan jurnalistik BBC. John mulai tertarik mempelajari agama Islam. Selama di Oman, John banyak bertanya dan berdiskusi tentang agama Islam dengan mereka. John merasa bahagia karena menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaannya selama ini dalam agama Islam. Iapun memutuskan dan memilih menjadi hamba Allah yang dirahmati. Ketika kembali ke Inggris Allah menguji keimanannya. Keluarganya enggan menerima apa yang ia telah yakini. Mereka menganggap John telah mendapat pengaruh buruk dari Timur Tengah sehingga merubah tingkah lakunya. John berusaha membujuk keluarganya untuk menerimanya kembali tetapi mereka enggan menerimanya. John mulai kesulitan mendapat penghasilan di sana. Saat John dalam puncak kesulitan hidup, Allah memberikan jalan kepadanya. Sebuah stasiun radio Arab Saudi memintanya menjadi reporter invasi AS ke Irak tahun 2003. John segera menerima tawaran itu. Ia terbang kembali ke Timur Tengah. "Saat pergi ke Riyadh saya hidup berdampingan dengan muslimin. Saat itu saya bisa menambah pengetahuan saya tentang agama Islam. Di sana saya benar-benar dapat melihat Islam itu sangat menarik", demikian John menuturkan dalam sebuah acara "My journey to Islam" yang disiarkan PressTV dan dilansir di Youtube. Dari Saudi, John sempat pindah ke Kuala Lumpur. Delapan bulan di sana membuatnya lebih mengenal Islam dan membuatnya tertarik mempelajari tentang budaya Islam. Sepulangnya dari KL mulailah John bertualang berkeliling ke negara-negara Timur Tengah dan menulis tentang Islam dalam setiap kunjungannya. Setelah memeluk Islam John memang banyak menulis tentang Timur Tengah dan Islam. Dia telah mengunjungi Libanon, Oman, Yaman dan Yordania. Sejak tahun 2000 John menjadi penulis lepas di Bahrain dan Beirut. Ia juga rutin siaran radio dan televisi di Timur Tengah, serta menulis artikel untuk beberapa surat kabar regional dan internasional, situs web, majalah dan sebagainya. Dalam tulisannya John banyak menyuarakan hak warga Palestina. Ia sangat peduli hal kemanusiaan. Inilah pula yang membuatnya sangat terpesona dengan ajaran-ajaran Islam yang memperlakukan manusai dengan sangat baik. "Kemanusiaan, perdamaian, perlindungan anak, diajarkan dalam Islam. Bagaimana saling mengerti antar manusia dan hidup berdampingan. Saya benar-benar merasa beruntung menemukan Islam", ujar John bersyukur. Dalam menulis tentang Islam dia tidak pernah berpikir untuk mendapatkan penghasilan. "Kita memang membutuhkan uang tapi ada hal yang lebih penting yaitu manusia dan kemanusiaan. Saya tidak mau hanya diam sementara orang-orang di luar sana terlantar dan kesulitan. Saya benar-benar ingin menjadi bagian untuk membela mereka", kata John.
www.HelfiaNet.com www.HelfiaStore.com Helfia Store Bukalapak Helfia Store Tokopedia Yudi Mulyana seorang pegawai negeri BinMas Kristen Departemen Agama suatu ketika di pagi hari usai doa pagi menyetel televisi. Saat itu sedang dikumandangkan suara azan subuh. Meskipun dia sudah biasa mendengar suara azan pagi itu ketika mendengar suara azan dari televisi tiba-tiba dia merasakan debaran jantung yang kuat sehingga dia tersungkur dalam keadaan bersujud. Dia berusaha untuk bangkit kembali tetapi sungguh kaget ketika dia tidak bisa menggerakkan seluruh anggota badannya. Dia mengira terkena penyakit lumpuh. Bahkan dia juga tidak bisa memanggil istrinya. Selesai azan subuh muncul Ustad Arifin Ilham di televisi mengucapkan kalimat: "Laa ilaaha illa Allah". Tiba-tiba dalam keadaan tak berdaya itu dia melihat ada cahaya di dalam ruangan tidurnya yang membuatnya ketakutan. Dia teringat seorang teman kecilnya yang beragama Islam bernama Nur. "Jangan-jangan ini yang namanya 'nur' atau 'cahaya' itu." Tiba-tiba saja dia merasa takut mati sehingga mengambil jalan pintas dengan meniru ucapan Ustadz Arifin Ilham di televisi itu: "Laa ilaaha illa Allah" di dalam hati karena masih belum mampu berbicara. Dia merasa lebih nyaman setelah mengucapkan kalimat itu, meskipun tidak mengerti artinya. Simak kisah lengkap yang dituturkannya sendiri dalam video berikut ini. AMINAH ASSILMI Tak banyak orang yang mengenal Aminah Assilmi. Ia adalah Presiden Internasional Union of Muslim Women yang meninggal dunia pada 6 Maret 2010, dalam kecelakaan mobil di Newport, Tennesse, Amerika Serikat. Perjalanannya menuju Islam cukup unik. Semuanya berawal dari kesalahan kecil sebuah komputer. Mulanya, ia adalah seorang gadis jemaat Southern Baptist – aliran gereja Protestan terbesar di AS, seorang feminis radikal, dan jurnalis penyiaran. Nama baptisnya adalah Janice Huff. Sewaktu muda, ia bukan gadis yang biasa-biasa saja, tapi cerdas dan unggul di sekolah sehingga mendapatkan beasiswa. Satu hari, sebuah kesalahan komputer terjadi. Siapa sangka, hal itu membawanya kepada misi sebagai seorang Kristen dan mengubah jalan hidupnya secara keseluruhan. Tahun 1975 pertama kali komputer dipergunakan untuk proses pra-registrasi di kampusnya. Sebenarnya, ia mendaftar ikut sebuah kelas dalam bidang terapi rekreasional, namun komputer mendatanya masuk dalam kelas teater. Kelas tidak bisa dibatalkan, karena sudah terlambat. Membatalkan kelas juga bukan pilihan, karena sebagai penerima beasiswa juga berisiko. Lantas, suaminya menyarankan agar Janice Huff menghadap dosen untuk mencari alternatif dalam kelas pertunjukan. Dan betapa terkejutnya ia, karena kelas dipenuhi dengan anak-anak Arab. Tak sanggup, ia pun pulang ke rumah dan memutuskan untuk tidak masuk kelas lagi. Tidak mungkin baginya untuk berada di tengah-tengah orang Arab. ”Tidak mungkin saya duduk di kelas yang penuh dengan orang kafir!” ujarnya kala itu. Suaminya coba menenangkannya dan mengatakan mungkin Tuhan punya suatu rencana di balik kejadian itu. Selama dua hari Janice Huffe mengurung diri untuk berpikir, hingga akhirnya ia berkesimpulan mungkin itu adalah petunjuk dari Tuhan, agar ia membimbing orang-orang Arab untuk memeluk Kristen. Jadilah ia memiliki misi yang harus ditunaikan. Di kelas ia terus mendiskusikan ajaran Kristen dengan teman-teman Arab-nya. ”Saya memulai dengan mengatakan bahwa mereka akan dibakar di neraka jika tidak menerima Yesus sebagai penyelamat." Mereka sangat sopan, tapi tidak pindah agama. Kemudian saya jelaskan, "betapa Yesus mencintai dan rela mati di tiang salib untuk menghapus dosa-dosa mereka.” Tapi ajakannya tidak manjur. Teman-teman di kelasnya tak mau berpaling sehingga ia memutuskan untuk mempelajari alquran untuk menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang salah dan Muhammad bukan seorang nabi. Ia pun melakukan penelitian selama satu setengah tahun dan membaca alquran hingga tamat. Namun secara tidak sadar, ia perlahan berubah menjadi seseorang yang berbeda, dan suaminya memperhatikan hal itu. ”Saya berubah, sedikit, tapi cukup membuat dirinya terusik. Biasanya kami pergi ke bar tiap Jumat dan Sabtu atau ke pesta. Dan saya tidak lagi mau pergi. Saya menjadi lebih pendiam dan menjauh.” Melihat perubahan yang terjadi, suaminya menyangka ia selingkuh, karena bagi pria itulah yang membuat seorang wanita berubah. Puncaknya, karena konflik rumah tangga, ia diminta meninggalkan rumah dan tinggal di apartemen yang berbeda. Ia terus mempelajari Islam, sambil tetap menjadi seorang Kristen yang taat. Hingga akhirnya, hidayah itu datang. Akhirnya pada 21 Mei 1977, jemaat gereja yang taat itu menyatakan (bersyahadat): ”Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya.” Namanya menjadi Aminah Assilmi. Perjalanan setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, seperti halnya mualaf lain, bukanlah perkara yang mudah. Aminah kehilangan segala yang dicintainya. Ia kehilangan hampir seluruh temannya, krn dianggap tdk menyenangkan lagi. Ibunya tidak bisa menerima dan berharap itu hanyalah semangat membara yang akan segera padam. Saudara perempuannya yang ahli jiwa mengira ia gila. Ayahnya yang lemah lembut mengokang senjata dan siap untuk membunuhnya. Tak lama kemudian ia pun mengenakan hijab. Pada hari yang sama ia kehilangan pekerjaannya. Lengkap sudah. Ia hidup tanpa ayah, ibu, saudara, teman dan pekerjaan. Jika dulu ia hanya hidup terpisah dengan suami, kini perceraian di depan mata. Di pengadilan ia harus membuat keputusan pahit dlm hidupnya; "melepaskan Islam dan tdk akan kehilangan hak asuh atas anaknya , atau tetap memegang Islam namun harus meninggalkan anak2. Itu adalah 20 menit yg paling menyakitkan dlm hidup saya,” kenangnya. Bertambah pedih krn dokter telah memvonisnya tdk akan lagi bisa memiliki anak akibat penyakit yg dideritanya. ”Saya berdoa melebihi dari yang biasanya. Saya tahu, tidak ada tempat yang lebih aman bagi anak-anak saya daripada berada di tangan Allah. Jika saya mengingkari-Nya, maka di masa depan tidak mungkin bagi saya menunjukkan kod mrk betapa menakjubkannya berada dekat dg Allah.” Ia pun memutuskan melepaskan anak-anaknya, sepasang putra-putri kecilnya. Namun, Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Ia diberikan anugerah dengan kata-katanya yang indah sehingga membuat banyak orang tersentuh dengan perilaku Islami-nya. Dia telah berubah menjadi orang yang berbeda, jauh lebih baik. Begitu baiknya sehingga keluarga, teman dan kerabat yang dulu memusuhinya, perlahan mulai menghargai pilihan hidupnya. Dalam berbagai kesempatan ia mengirim kartu ucapan untuk mereka, yang ditulisi kalimat-kalimat bijak dari ayat Al-Quran atau hadist, tanpa menyebutkan sumbernya. Beberapa waktu kmdn ia pun menuai benih yg ditanam. Orang pertama yang menerima Islam adalah neneknya yg berusia lebih dari 100 tahun. Tak lama setelah masuk Islam sang nenek pun meninggal dunia. ”Pada hari ia mengucapkan syahadat, seluruh dosanya diampuni, dan amal-amal baiknya tetap dicatat. Sejenak setelah memeluk Islam ia meninggal dunia, saya tahu buku catatan amalnya berat di sisi kebaikan. Itu membuat saya dipenuhi suka cita!” Selanjutnya yang menerima Islam adalah orang yang dulu ingin membunuhnya, sang Ayah. Keislaman sang ayah mengingatkan dirinya pd kisah Umar bin Khattab. Dua tahun setelah Aminah memeluk Islam, ibunya barulah menelepon dan berkata menghargai keyakinannya yg baru. Dan ia berharap Aminah akan tetap mempertahankannya. Beberapa tahun kemudian ibu meneleponnya lagi dan bertanya apa yang harus dilakukan seseorang jika ingin menjadi Muslim. Aminah menjawab bahwa ia harus percaya bahwa hanya ada satu Tuhan dan Muhammad adalah utusan-Nya. ”Kalau itu semua orang bodoh juga tahu. Tapi apa yang harus dilakukannya?” tanya ibunya lagi. Dikatakan oleh Aminah, bahwa jika ibunya sdh percaya berarti ia sudah Muslim. Ibunya lantas berkata, ”OK, baiklah. Tapi jangan bilang2 ayahmu dulu,” pesan ibunya. Ibunya tidak tahu bahwa suaminya (ayah tiri Aminah) telah menjadi Muslim beberapa pekan sebelumnya. Dgn dmk mereka tinggal bersama selama beberapa tahun tanpa saling mengetahui bhw pasangannya telah memeluk Islam. Saudara perempuannya yang dulu berjuang memasukkan Aminah ke rumah sakit jiwa, akhirnya memeluk Islam. Putra Aminah beranjak dewasa. Memasuki usia 21 tahun ia menelepon sang ibu dan berkata ingin menjadi Muslim. Enam belas tahun setelah perceraian, mantan suaminya juga memeluk Islam. Katanya, selama 16 tahun ia mengamati Aminah dan ingin agar putri mrk memeluk agama yg sama spt ibunya. Pria itu datang menemui dan meminta maaf atas apa yang pernah dilakukannya. Ia adalah pria yang sangat baik dan Aminah telah memaafkannya sejak dulu. Mungkin hadiah terbesar baginya adalah apa yg ia terima selanjutnya. Aminah menikah dg orang lain, dan meskipun dokter telah menyatakan ia tdk bisa punya anak lagi, Allah ternyata menganugerahinya seorang putra yg tampan. Jika Allah berkehendak memberikan rahmat kpd seseorang, maka siapa yang bisa mencegahnya? Maka putranya ia beri nama Barakah. Ia yang dulu kehilangan pekerjaan, kini menjadi Presiden Persatuan Wanita Muslim Internasional. Ia berhasil melobi Kantor Pos Amerika Serikat untuk membuat perangko Idul Fitri dan berjuang agar hari raya itu menjadi hari libur nasional AS. Sekarang di negara bagian New York, iedul fitri jadi hari libur. Pengorbanan yg dulu diberikan Aminah demi mempertahankan Islam seakan sudah terbalas. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ ٨:٥٦ “Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. [QS. Al Qashash/28 : 56] Dalam hadits Qudsi, Allah Ta’ala berfirman: “Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua tersesat kecuali orang yang Aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepada-Ku niscaya Aku akan berikan petunjuk kepada kalian." (HR. Muslim) Allah Ta’ala yang maha sempurna rahmat dan kebaikannya, memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk selalu berdoa memohon hidayah taufik kepada-Nya, yaitu dalam surah Al Fatihah: اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ “Berikanlah kepada kami hidayah ke jalan yang lurus." Saudara-riku tercinta... Semoga kisah Aminah As silmi ini menyadarkan kita akan besarnya nikmat Allah kepada kita, yakni nikmat Hidayah. |
ISLAM
Cari artikel? Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini. Kebenaran Quran dan Ajaran IslamMenyampaikan bukti-bukti kebenaran Quran dan ajaran Islam melalui tulisan dan pengakuan ahli ilmu pengetahuan dunia yang diambil dari berbagai sumber.
Archives
July 2024
Categories
All
kirim pesan [email protected]
|