Namaku Irene Handono. Aku dibesarkan dalam keluarga yang rilegius. Ayah dan ibuku merupakan pemeluk Katholik yang taat. Sejak bayi aku sudah dibaptis, dan sekolah seperti anak-anak lain. Aku juga mengikuti kursus agama secara privat. Ketika remaja aku aktif di Organisasi gereja. Sejak masa kanak-kanak, aku sudah termotivasi untuk masuk biara. Bagi orang Katholik, hidup membiara adalah hidup yang paling mulia, karena pengabdian total seluruh hidupnya hanya kepada Tuhan. Semakin aku besar, keinginan itu sedemikian kuatnya, sehingga menjadi biarawati adalah tujuan satu-satunya dalam hidupku. Kehidupanku nyaris sempurna, aku terlahir dari keluarga yang kaya raya, kalau diukur dari materi. Rumahku luasnya 1000 meter persegi. Bayangkan, betapa besarnya. Kami berasal dari etnis Tionghoa. Ayahku adalah seorang pengusaha terkenal di Surabaya, beliau merupakan salah satu donator terbesar gereja di Indonesia. Aku anak kelima dan perempuan satu-satunya dari lima bersaudara. Aku amat bersyukur karena dianugrahi banyak kelebihan. Selain materi, kecerdasanku cukup lumayan. Prestasi akademikku selalu memuaskan. Aku pernah terpilih sebagai ketua termuda pada salah satu organisasi gereja. Ketika remaja aku layaknya remaja pada umumnya, punya banyak teman, aku dicintai oleh mereka, bahkan aku menjadi faforit bagi kawan-kawanku. Intinya, masa mudaku kuhabiskan dengan penuh kesan, bermakna, dan indah. Namun demikian aku tidak larut dalam semaraknya pergaulan muda-mudi, walalupun semua fasilitas untuk hura-hura bahkan foya-foya ada. Keinginan untuk menjadi biarawati tetap kuat. Ketika aku lulus SMU, aku memutuskan untuk mengikuti panggilan Tuhan itu. Tentu saja orang tuaku terkejut. Berat bagi mereka untuk membiarkan anak gadisnya hidup terpisah dengan mereka. Sebagai pemeluk Katholik yang taat, mereka akhirnya mengikhlaskannya. Sebaliknya dengan kakak-kakaku, mereka justru bangga punya adik yang masuk biarawati. Tidak ada kesulitan ketika aku melangkah ke biara, justru kemudahan yang kurasakan. Dari banyak biarawati, hanya ada dua orang biara yang diberi tugas ganda. Yaitu kuliah di biara dan kuliah di Instituit Filsafat Teologia, seperti seminari yang merupakan pendidikan akhir pastur. Salah satu dari biarawati yang diberi keistimewaan itu adalah saya. Dalam usia 19 tahun Aku harus menekuni dua pendidikan sekaligus, yaknip endidikan di biara, dan di seminari, dimana aku mengambil Fakultas Comparative Religion, Jurusan Islamologi. Di tempat inilah untuk pertama kali aku mengenal Islam. Di awal kuliah, dosen memberi pengantar bahwa agama yang terbaik adalah agama kami sedangkan agama lain itu tidak baik. Beliau mengatakan, Islam itu jelek. Di Indonesia yang melarat itu siapa?, Yang bodoh siapa? Yang kumuh siapa? Yang tinggal di bantaran sungai siapa? Yang kehilangan sandal setiap hari jumat siapa? Yang berselisih paham tidak bisa bersatu itu siapa? Yang jadi teroris siapa? Semua menunjuk pada Islam. Jadi Islam itu jelek. Aku mengatakan kesimpulan itu perlu diuji, kita lihat negara-negara lain, Philiphina, Meksiko, Itali, Irlandia, negara-negara yang mayoritas kristiani itu tak kalah amburadulnya. Aku juga mencontohkan negara-negara penjajah seperti terbentuknya negara Amerika dan Australia, sampai terbentuknya negara Yahudi Israel itu, mereka dari dulu tidak punya wilayah, lalu merampok negara Palestina. Jadi tidak terbukti kalau Islam itu symbol keburukan. Aku jadi tertarik mempelajari masalah ini. Solusinya, aku minta ijin kepada pastur untuk mempelajari Islam dari sumbernya sendiri, yaitu al-Qur'an dan Hadits. Usulan itu diterima, tapi dengan catatan, aku harus mencari kelemahan Islam. Ketika pertama kali memegang kitab suci al-Qur'an, aku bingung. Kitab ini, mana yang depan, mana yang belakang, mana atas mana bawah. Kemudian aku amati bentuk hurufnya, aku semakin bingung. Bentuknya panjang-panjang, bulat-bulat, akhirnya aku ambil jalan pintas, aku harus mempelajari dari terjemah. Ketika aku pelajari dari terjemahan, karena aku tak mengerti bahwa membaca al-Quran dimulai dari kiri, aku justru terbalik dengan membukanya dari kanan. Yang pertama kali aku pandang, adalah surat Al Ihlas. Aku membacanya, bagus surat al-Ikhlas ini, pujiku. Suara hatiku membenarkan bahwa Allah itu Ahad, Allah itu satu, Allah tidak beranak, tidak diperanakkan dan tidak sesuatu pun yang menyamai Dia. "Ini 'kok bagus, dan bisa diterima!" pujiku lagi. Pagi harinya, saat kuliah Teologia, dosen saya mengatakan, bahwa Tuhan itu satu tapi pribadinya tiga, yaitu Tuhan Bapak, Tuhan Putra dan Tuhan Roh Kudus. Tiga Tuhan dalam satu, satu Tuhan dalam tiga, ini yang dinamakan trinitas, atau tritunggal. Malamnya, ada yang mendorong diriku untuk mengaji lagi surat al-Ihklas. "Allahhu ahad, ini yang benar," putusku pada akhirnya. Maka hari berikutnya terjadi dialog antara saya dan dosen-dosen saya. Aku katakan, "Pastur (Pastur), saya belum paham hakekat Tuhan." "Yang mana yang Anda belum paham?" tanya Pastur. Dia maju ke papan tulis sambil menggambar segitiga sama sisi, AB=BC=CA. Aku dijelaskan, segitiganya satu, sisinya tiga, berarti tuhan itu satu tapi pribadinya tiga. Tuhan Bapak sama kuasanya dengana Tuhan Putra sama dengan kuasanya Tuhan Roh Kudus. Demikian Pastur menjelaskan. "Kalau demikian, suatu saat nanti kalau dunia ini sudah moderen, iptek semakin canggih, Tuhan kalau hanya punya tiga pribadi, tidak akan mampu untuk mengelola dunia ini. Harus ada penambahnya menjadi empat pribadi," tanyaku lebih mendalam. Dosen menjawab, "Tidak bisa!" Aku jawab bisa saja, kemudian aku maju ke papan tulis. Saya gambar bujur sangkar. Kalau dosen saya mengatakan Tuhan itu tiga dengan gambar segitiga sama sisi, sekarang saya gambar bujur sangkar. Dengan demikian, bisa saja saya simpulkan kalau tuhan itu pribadinya empat. Pastur bilang, tidak boleh. Mengapa tidak boleh? Tanya saya semakin tak mengerti. "Ini dogma, yaitu aturan yang dibuat oleh para pemimpin gereja!" tegas Pastur. Aku katakan, kalau aku belum paham dengan dogma itu bagaimana? "Ya terima saja, telan saja. Kalau Anda ragu-ragu, hukumnya dosa!" tegas Pastur mengakhiri. Walau pun dijawab demikian, malam hari ada kekuatan yang mendorong saya untuk kembali mempelajari surat al-Ikhlas. Ini terus berkelanjutan, sampai akhirnya aku bertanya kepada Pastur, "Siapa yang membuat mimbar, membuat kursi, meja?" Dia tidak mau jawab. "Coba Anda jawab!" Pastur balik bertanya. Dia mulai curiga. Aku jawab, itu semua yang buat tukang kayu. "Lalu kenapa?" tanya Pastur lagi. "Menurut saya, semua barang itu walaupun dibuat setahun lalu, sampai seratus tahun kemudian tetap kayu, tetap meja, tetap kursi. Tidak ada satu pun yang membuat mereka berubah jadi tukang kayu," saya mencoba menjelaskan. "Apa maksud Anda?" Tanya Pastur penasaran. Aku kemudian memaparkan, bahwa Tuhan menciptakan alam semesta dan seluas isinya termasuk manusia. Dan manusia yang diciptakan seratus tahun lalu sampai seratus tahun kemudian, sampai kiamat tetap saja manusia, manusia tidak mampu mengubah dirinya menjadi Tuhan, dan Tuhan tidak boleh dipersamakan dengan manusia. Malamnya, kembali kukaji surat al-Ikhlas. Hari berikutnya, aku bertanya kepada Pastur, "Siapa yang melantik RW?" Saya ditertawakan. Mereka pikir, ini 'kok ada suster yang tidak tahu siapa yang melantik RW? "Sebetulnya saya tahu," ucapku. "Kalau Anda tahu, mengapa Anda Tanya? Coba jelaskan!" tantang mereka. "Menurut saya, yang melantik RW itu pasti eselon di atasnya, lurah atau kepala desa. Kalau sampai ada RW dilantik RT jelas pelantikan itu tidak syah." "Apa maksud Anda?" Mereka semakin tak mengerti. Saya mencoba menguraikan, "Menurut pendapat saya, Tuhan itu menciptakan alam semesta dan seluruh isinya termasuk manusia. Manusia itu hakekatnya sebagai hamba Tuhan. Maka kalau ada manusia melantik sesama manusia untuk menjadi Tuhan, jelas pelantikan itu tidak syah." Malam berikutnya, saya kembali mengkaji surat al-Ikhlas. Kembali terjadi dialog-dialog, sampai akhirnya saya bertanya mengenai sejarah gereja. Menurut semua literratur yang saya pelajari, dan kuliah yang saya terima, Yesus untuk pertama kali disebut dengan sebutan Tuhan, dia dilantik menjadi Tuhan pada tahun 325 Masehi. Jadi, sebelum itu ia belum menjadi Tuhan, dan yang melantiknya sebagai Tuhan adalah Kaisar Constantien kaisar romawi. Pelantikannya terjadi dalam sebuah conseni (konferensi atau muktamar) di kota Nizea. Untuk pertama kali Yesus berpredikat sebagai Tuhan. Maka silahkan umat kristen di seluruh dunia ini, silahkan mencari cukup satu ayat saja dalam injil, baik Matius, Markus, Lukas, Yohanes, mana ada satu kalimat Yesus yang mengatakan 'Aku Tuhanmu'? Tidak pernah ada. Mereka kaget sekali dan mengaggap saya sebagai biarawati yang kritis. Dan sampai pada pertemuan berikutnya, dalam al-Quran yang saya pelajari, ternyata saya tidak mampu menemukan kelemahan al-Qur'an. Bahkan, saya yakin tidak ada manusia yang mampu. Kebiasaan mengkaji al-Qur'an tetap saya teruskan, sampai saya berkesimpulan bahwa agama yang hak itu cuma satu, Islam. Subhanaallah. Saya mengambil keputusan besar, keluar dari biara. Itu melalui proses berbagai pertimbangan dan perenungan yang dalam, termasuk melalui surat dan ayat. Bahkan, saya sendiri mengenal sosok Maryam yang sesungguhnya dari al-Qur'an surat Maryam. Padahal, dalam doktrin Katholik, Maryam menjadi tempat yang sangat istimewa. Nyaris tidak ada doa tanpa melalui perantaranya. Anehnya, tidak ada Injil Maryam. Jadi saya keluar dengan keyakinan bahwa Islam agama Allah. Tapi masih panjang, tidak hari itu saya bersyahadat. Enam tahun kemudian aku baru mengucapkan dua kalimah syahadat. Selama enam tahun, saya bergelut untuk mencari. Saya diterpa dengan berbagai macam persoalan, baik yang sedih, senang, suka dan duka. Sedih, karena saya harus meninggalkan keluarga saya. Reaksi dari orang tua tentu bingung bercampur sedih. Sekeluarnya dari biara, aku melanjutkan kuliah ke Universitas Atmajaya. Kemudian aku menikah dengan orang Katholik. Harapanku dengan menikah adalah, aku tidak lagi terusik oleh pencarian agama. Aku berpikir, kalau sudah menikah, ya selesai! Ternyata diskusi itu tetap berjalan, apalagi suamiku adalah aktifis mahasiswa. Begitu pun dengan diriku, kami kerap kali berdiskusi. Setiap kali kami diskusi, selalu berakhir dengan pertengkaran, karena kalau aku mulai bicara tentang Islam, dia menyudutkan. Padahal, aku tidak suka sesuatu dihujat tanpa alasan. Ketika dia menyudutkan, aku akan membelanya, maka jurang pemisah itu semakin membesar, sampai pada klimaksnya. Aku berkesimpulan kehidupan rumah tangga seperti ini, tidak bisa berlanjut, dan tidak mungkin bertahan lama. Aku mulai belajar melalui ustadz. Aku mulai mencari ustadz, karena sebelumnya aku hanya belajar Islam dari buku semua. Alhamdulillah Allah mempertemuka saya dengan ustadz yang bagus, diantaranya adalah Kyai Haji Misbah (alm.). Beliau ketua MUI Jawa Timur periode yang lalu. Aku beberapa kali berkonsultasi dan mengemukakan niat untuk masuk Islam. Tiga kali ia menjawab dengan jawaban yang sama, "Masuk Islam itu gampang, tapi apakah Anda sudah siap dengan konsekwensinya?" "Siap!" jawabku. "Apakah Anda tahu konsekwensinya?" tanya beliau. "Pernikahan saya!" tegasku. Aku menyadari keinginanku masuk Islam semakin kuat. "Kenapa dengan dengan perkawinan Anda, mana yang Anda pilih?" Tanya beliau lagi. "Islam" jawabku tegas. Akhirnya rahmat Allah datang kepadaku. Aku kemudian mengucapkan dua kalimat syahadat di depan beliau. Waktu itu tahun 1983, usiaku 26 tahun. Setelah resmi memeluk Islam, aku mengurus perceraianku, karena suamiku tetap pada agamanya. Pernikahanku telah berlangsung selama lima tahun, dan telah dikaruniai tiga orang anak, satu perempuan dan dua laki-laki. Alhamdulillah, saat mereka telah menjadi muslim dan muslimah. Setelah aku mengucapkan syahadat, aku tahu persis posisiku sebagai seorang muslimah harus bagaimana. Satu hari sebelum ramadhan tahun dimana aku berikrar, aku langsung melaksanakan shalat. Pada saat itulah, salah seorang kakak mencari saya. Rumah cukup besar. Banyak kamar terdapat didalamnya. Kakakku berteriak mencariku. Ia kemudian membuka kamarku. Ia terkejut, 'kok ada perempuan shalat? Ia piker ada orang lain yang sedang shalat. Akhirnya ia menutup pintu. Hari berikutnya, kakakku yang lain kembali mencariku. Ia menyaksikan bahwa yang sedang shalat itu aku. Selesai shalat, aku tidak mau lagi menyembunyikan agama baruku yang selama ini kututupi. Kakakku terkejut luar biasa. Ia tidak menyangka adiknya sendiri yang sedang shalat. Ia tidak bisa bicara, hanya wajahnya seketika merah dan pucat. Sejak saat itulah terjadi keretakan diantara kami. Agama baruku yang kupilih tak dapat diterima. Akhirnya aku meninggalkan rumah. Aku mengontrak sebuah rumah sederhana di Kota Surabaya. Sebagai anak perempuan satu-satunya, tentu ibuku tak mau kehilangan. Beliau tetap datang menjenguk sesekali. Enam tahun kemudian ibu meninggal dunia. Setelah ibu saya meninggal, tidak ada kontak lagi dengan ayah atau anggota keluarga yang lain sampai sekarang. Aku bukannya tak mau berdakwah kepada keluargaku, khususnya ibuku. Walaupun ibu tidak senang, ketegangan-ketegangan akhirnya terjadi terus. Islam, baginya identik dengan hal-hal negatif yang saya contohkan di atas. Pendapat ibu sudah terpola, apalagi usia ibu sudah lanjut. Tahun 1992 aku menunaikan rukun Islam yang kelima. Alhamdulillah aku diberikan rejeki sehingga bisa menunaikan ibadah haji. Selama masuk Islam sampai pergi haji, aku selalu menggerutu kepada Allah, "kalau Engkau, ya Allah, menakdirkanku menjadi seorang yang mukminah, mengapa Engkau tidak menakdirkan saya menjadi anak orang Islam, punya bapak Islam, dan ibu orang Islam, sama seperti saudara-saudaraku muslim yang kebanyakan itu. Dengan begitu, saya tidak perlu banyak penderitaan. Mengapa jalan hidup saya harus berliku-liku seperti ini?" ungkapku sedikit kesal. Di Masjidil-Haram, aku bersungkur mohon ampun, dilanjutkan dengan sujud syukur. Alhamdulillah aku mendapat petunjuk dengan perjalanan hidupku seperti ini. Aku merasakan nikmat iman dan nikmat Islam. Padahal, orang Islam yang sudah Islam tujuh turunan belum tentu mengerti nikmat iman dan Islam. Islam adalah agama hidayah, agama hak. Islam agama yang sesuai dengan fitrah manusia. Manusia itu oleh Allah diberi akal, budi, diberi emosi, rasio. Agama Islam adalah agama untuk orang yang berakal, semakin dalam daya analisis kita, insya Allah, Allah akan memberi. Firman Allah, "Apakah sama orang yang tahu dan tidak tahu?" Sepulang haji, hatiku semakin terbuka dengan Islam, atas kehendak-Nya pula aku kemudian diberi kemudahan dalam belajar agama tauhid ini. Alhamdulillah tidak banyak kesulitan bagiku untuk belajar membaca kitab-kitab. Allah memberi kekuatan kepadaku untuk bicara dan berdakwah. Aku begitu lancar dan banyak diundang untuk berceramah. Tak hanya di Surabaya, aku kerap kali diundang berdakwah di Jakarta. Begitu banyak yang Allah karuniakan kepadaku, termasuk jodoh, melalui pertemuan yang Islami, aku dilamar seorang ulama. Beliau adalah Masruchin Yusufi, duda lima anak yang isterinya telah meninggal dunia. Kini kami berdua sama-sama aktif berdakwah sampai ke pelosok desa. Terjun di bidang dakwah tantangannya luar biasa. Alhamdulillah, dalam diri ini terus menekankan bahwa hidupku, matiku hanya karena Allah.
0 Comments
Seorang mantan prajurit angkatan udara negara adidaya AS bernama Jerry D Gray terharu dan menangis ketika pemilik toko emas di Jeddah dengan tulus mempersilahkan dia mengambil emas dagangannya sambil mengatakan: "Semua ini milik Allah dan akan kembali kepada Nya". Pengalamannya ini hanya salah satu dari rangkaian pengalaman lainnya yang membuat Jerry tertarik untuk mempelajari Islam. Berikut ini penuturannya yang dilansir suaranews.com. Saya selalu berdoa agar saya diberi petunjuk yang benar tentang Tuhan. Usai mengikuti wajib militer di angkatan udara, saya ditawari menjadi maintenance pesawat pribadi Raja Fadh di Jeddah, Arab Saudi. Saya tolak karena saya takut dibunuh orang Islam. Lebih baik saya menganggur. Saya tinggal di dalam mobil di ujung satu dermaga di Hawaii. Setiap hari mancing. Bila dapat ikan, saya makan, bila tidak saya kelaparan. Paling hanya minum air putih dari kran yang ada di situ. Enam bulan begitu terus. Pernah tiga hari berturut-turut saya tidak makan sama sekali, hanya minum saja karena tidak dapat ikan. Tapi saya tidak mau bunuh diri. Saya menangis, memohon, agar Tuhan memberikan jalan keluar. Namun tawaran tersebut datang lagi. Saya mengira Tuhan telah marah kepada saya. Karena saya tidak mendapatkan pekerjaan lain, malah disuruh ke Arab. Akhirnya teman memberikan saran kepada saya untuk menerima tawaran itu. Saya pun berangkat ke sana. Di Jeddah saya melihat kejadian-kejadian yang sangat luar biasa, yang sangat berbeda dengan bayangan saya sebelumnya. Ternyata orang Islam begitu taat kepada Tuhannya dan baik kepada saya. Ketika mendengar adzan mereka langsung meninggalkan aktivitasnya untuk segera shalat. Begitu juga ketika saya ke toko emas. Saya dengar adzan. Pintu toko emas terbuka. Padahal di toko tersebut tidak ada orang. Siapa pun yang berniat mencuri emas, akan sangat mudah mengambilnya. Tapi kok ini dibiarkan, Saya berdiri saja di depan toko itu menunggu penjual emas muncul. Setelah adzan, jalanan mendadak sepi dari lalu lalang manusia. Penjaga keamanan tidak ada. Paling sekali-kali saya melihat polisi menegur beberapa orang yang sedang lewat untuk segera shalat. Tak lama kemudian, pemilik toko itu datang dan berkata “Mengapa tidak masuk?” Saya jawab, “Tidak mau”. “Kenapa tidak mau?” tanyanya. “Saya takut disangka maling, nanti tangan saya dipotong,” jawab saya karena setahu saya orang yang mencuri tangannya akan dipotong. Biasanya orang bule yang datang ke Jeddah diundang untuk menyaksikan pemotongan tangan bagi pencuri setiap Jum’at siang. “Masuk saja, karena semua ini adalah Allah yang punya, bukan punya saya,” kata pemilik toko itu. “Apa pun, kamu perlu, ambil! Mungkin kamu lebih membutuhkan itu daripada saya?” lanjutnya. Ia mengatakan bahwa semua itu milik Allah dan akan kembali kepada Allah. Saya terharu dan mau menangis mendengar ucapan yang tulus itu. Saya sangat ingin punya iman seperti itu. Dengar adzan dia shalat. Orang mau mengambil atau tidak mengambil hartanya, dia tidak ada masalah, yang penting ketika Allah menyuruh shalat dia berangkat shalat dan semua hartanya itu dia pasrahkan kepada Allah. Peristiwa itu membuat saya jadi tertarik untuk mengetahui agama Islam lebih lanjut. Saya jadi banyak diskusi tentang Islam. Termasuk dengan Ahmad, salah seorang anggota Angkatan Udara Arab Saudi. Saya diberinya Alquran dengan terjemah bahasa Inggris. Ia tunjukkan ayat yang menyatakan Isa anak Maryam adalah hamba dan utusan Allah, bukan anak Allah. Ahmad menyebut Isa itu adalah nama lain dari Yesus, sedangkan Maryam sebutan lain dari Bunda Maria. Kurang lebih tiga ayat saya baca. Saya tidak kuat lagi meneruskan membacanya, karena saya mau menangis. Saya tidak mau menangis di depan orang. Saya sangat yakin, inilah jawaban dari Tuhan. Rupanya saya disuruh ke Jeddah itu bukan karena Tuhan marah, tapi karena Tuhan mengabulkan doa saya. Kemudian teman Ahmad yang bernama Rosyid, datang ke rumah. Dia memberi tahu bahwa di salah satu masjid di Jeddah malam itu dimulai lagi sekolah Islam yang menggunakan bahasa Inggris. “Kalau kamu ingin tahu lebih banyak tentang Islam datanglah ke masjid tersebut, nanti saya antar,” kata Rosyid. Di sekolah itu terjadilah diskusi. Hati saya berdecak kagum. Luar biasa, pintar sekali guru ini. Semua yang dia katakan masuk akal. Argumennya begitu spiritually and lightening. Dia mengatakan bahwa Tuhan itu satu bukan tiga, semua adalah ciptaan Tuhan dan bergantung kepada Tuhan. Tuhan tidak beranak tidak pula punya orangtua. Tidak ada yang dapat menyerupai Tuhan. Serta manusia hidup di dunia ini untuk mengabdi kepada Tuhan saja. Belum satu jam pun diskusi, sebenarnya hati saya sudah menerima Islam. Hanya saja saya belum mau menyatakan pada guru. Malam itu saya tidak bisa tidur. Terus merenungkan ucapan guru. Akhirnya di hari ketiga saya putuskan masuk Islam. Saya ucapkan dua kalimat syahadat. Setelah itu guru berdiri dan cium pipi kanan kiri saya. Guru mengajak semua orang yang ada di situ antri untuk mencium saya. Saya kaget mendapat perlakuan itu. Kemudian saya mengerti bahwa itu adalah ungkapan senang luar biasa dari sesama Muslim. Kini Jerry bermukim di Indonesia dan beristrikan wanita Tasikmalaya dan dikaruniai seorang anak laki-laki. Selain menulis buku, Jerry juga pernah menjadi wartawan CNBC dan wartawan sebuah TV swasta di Indonesia. Jerry mengaku sebelumnya tidak pernah bertemu orang Islam, mendengar suara adzan atau pun melihat masjid. Meskipun demikian dia berkeyakinan bahwa Yesus bukan anak Tuhan. Pada usia 12 tahun dia mengaku sudah berpikir tentang Tuhan. Umur 14, sudah mulai malas ke gereja. Jerry kecil malas pergi ke sana karena menurut dia tempat itu tidak dapat menghilangkan dahaganya tentang Tuhan. "Saya bosan setiap kali datang selalu disuguhi dengan banyak ucapan haleluya. Padahal yang saya butuhkan adalah pencerahan siapa itu Tuhan dan kejelasan misi hidup saya di dunia ini untuk apa", akunya. Jerry melanjutkan pengakuannya: "Saya percaya adanya Tuhan dan mau masuk surganya Tuhan. Tapi dari agama ini saya mencium something wrong karena saya harus meyakini Yesus sebagai anak Tuhan. Untung saja nenek di rumah sering banyak cerita tentang Tuhan, sehingga saya lebih suka mendengarkan nenek. Selama saya belajar agama kepadanya, ia tidak pernah bilang bahwa Yesus adalah anak Tuhan. Namun sebaliknya, di gereja saya selalu disalahkan, karena tidak mau mengakui Yesus sebagai anak Tuhan". Menurut Jerry, kalau Yesus menjadi anak Tuhan, mengapa Musa, Ibrahim dan Adam tidak menjadi anak Tuhan? Padahal, kalau mau, justru Adamlah yang paling berhak menjadi anak Tuhan karena dia tidak punya ibu dan bapak. "Keyakinan saya bertambah setelah membaca kisah Musa yang memaksa ingin melihat Tuhan. Musa akhirnya dibolehkan melihat sedikit cahaya Tuhan dari gunung granit yang sangat gelap. Baru saja merefleksikan sedikit cahaya Tuhan, langsung gunung itu goyang-goyang dan sangat menyilaukan, Musa pun pingsan. Berdasarkan kisah itu, kalau benar Yesus anak Tuhan, pasti orang yang melihat Yesus bakal mati atau pingsan. Ini kan tidak, berarti Yesus bukanlah anak Tuhan", katanya. Tidak biasanya saya ingin menonton TV tetapi sore itu saya iseng dan tidak sengaja menjadi tertarik dengan siaran testimoni seorang pasien yang sembuh dari kanker getah bening, kalau tidak salah. Saya tertarik dengan penjelasan dari nara sumber yang mengibaratkan berdoa kepada Tuhan seperti mengirim sebuah surat permohonan bantuan kepada Presiden. Surat permohonan kepada Presiden ada standard yang harus diikuti, misalnya dibuka dengan kata "Dengan Hormat" barulah dilanjutkan dengan isi permohonannya. Begitupun berdoa kepada Tuhan. Tuhan sudah memberi petunjuk agar dalam berdoa dimulai dengan kalimat "Bismillah". Menurut beliau ternyata "Bismillah" bukan sekedar kata-kata tetapi itu adalah perbuatan berupa kasih sayang kepada seluruh umat dan alam semesta. Baru setelah mengamalkannya seorang bisa meminta apa saya yang dia inginkan. Saya penasaran dan langsung membuka websitenya di www.powerofsoulindonesia.com. Berikut ini sekelumit tentang beliau. Nama Sonny Sutrisna, SE seorang Sarjana Ekonomi Universitas Trisakti Jakarta. Beliau terlahir dari keluarga ayah dari Bali yang beragama Hindu dengan ibu seorang warganegara keturunan Kong Hu Chu. Ketika dewasa Sony Sutrisna kemudian masuk agama Islam hingga ayah dan ibunya juga mengikuti jejaknya menjadi mualaf. Pernah menjabat sebagai Direktur Utama berbagai perusahaan di Jakarta dengan jabatan terakhirnya sebagai Direktur PT Sonega Bintang Sejati bergerak di bidang kesehatan dan jasa. Setelah beliau menikah dan mempunyai putri, beliau mendapat cobaan hingga merubah jalan hidupnya selanjutnya berupa putrinya yang ditimpa penyakit. Suatu ketika penyakit putri beliau kambuh hingga tidak dapat bernafas dan harus memakai oksigen sebagai alat bantu pernafasan. Beliau berdoa dengan khusuk dan sungguh-sungguh memohon kepada Sang Pencipta agar penyakit putrinya tersebut hilang. Pada saat itu, tiba-tiba beliau merasakan suatu benjolan-benjolan energi di sekitar tubuh putrinya, dan ketika benjolan-benjolan tersebut hilang, beliau membuka matanya kembali dan seketika melihat wajah putrinya kembali segar. Sejak saat itu berbagai penyakit dapat disembuhkan melalui terapi yang dinamakannya dengan Terapi Qolbu (energy Power of Soul). Akhirnya beliau memutuskan mundur dari dunia bisnis dan memilih untuk mendalami pengobatan energy Power of Soul (Terapi Qolbu) dan membuka klinik dengan alamat: Jl. Utan Kayu Raya No. 24 Jakarta Timur, telp (021) 858 20 29 dan (021) 858 20 30. Sahabat penasaran atau memang ingin berobat? Silahkan datang saja atau hubungi telpon tsb. www.HelfiaNet.com www.HelfiaStore.com Allah Swt Maha Halus dalam merencanakan sesuatu bagi hambanya. Begitupun yang dialami oleh saudara kita Steven Indra Widjaja, pria kelahiran 14 Juli 1981 ini seperti yang kami temukan di Islamedia.co baru-baru ini. Steven sendiri betul-betul tak menyangka dari benci yang mendalam terhadap Islam, justru mengantarkannya memeluk agama tauhid ini. Sejak kecil, kedua orang tua Steven sudah menyemai benih kebencian terhadap Islam pada dirinya. Ketika masih berusia lima tahun, Steven banyak berbuat onar. Pernah ia sengaja menyimpan tulang babi di atas makanan pembantunya yang beragama Islam. Bukan itu saja, Steven kecil ingin sekali menaruh sesuatu di atas kepala orang muslim yang tengah sujud sewaktu mereka shalat, bahkan menendangnya. “Saya dulu benci banget sama Islam. Ya, pokoknya benci saja melihat orang Islam. Itu yang ada di kepala saya waktu itu. Pokoknya saya jahat banget,” kenang Steven. Oey Ing Sing Sing, ayah Steven, adalah penganut Kristen Protestan. Selain menjadi aktivis di GKI (Geraja Kristen Indonesia) dan Gereja Bethel di Muara Karang Jakarta Utara, ia juga pebisnis di Century 21 dan Jawa Barat Indah. Ia banyak mencari dana di luar negeri untuk pembangunan gereja-gereja di Indonesia. Meskipun ayahnya Kristen Protestan, Steven malah dipersiapkan sebagai bruder (penyebar ajaran Kristen Katolik) oleh ayahnya. Selain karena dorongan dari sang nenek, Steven juga dipersiapkan sebagai penganut Katolik generasi ketiga dari kakek ibunya. “Saya Katolik, nenek saya Katolik, oom saya yang di Amerika dan di Surabaya juga Katolik. Yang lainnya Protestan. Memang, kita agak campur juga di rumah,” ungkap Direktur Operasional Mustika (Muslim Tionghoa dan Keluarga) ini. Jadilah Steven dititipkan di asrama di Pangudi Luhur Ambarawa, Jawa Tengah oleh ayahnya. Pendidikan ini ia jalani sampai tingkat SMA. Selanjutnya dia harus harus memiliki ijazah Diploma III (D3) sebagai syarat menjadi Bruder setelah menamatkan pendidikannya di SMA Don Bosco tahun 1997. Stevenpun kemudian didaftarkan ke sekolah tinggi Saint Michael’s College, di Worcestershire, Inggris. Steven mengambil bidang Islamologi dalam mata pelajaran agama, karena ia ingin sekali menghancurkan umat Islam melalui ajarannya. Ia mempelajari hadits dan riwayatnya untuk mencari celah agar orang muslim percaya bahwa apa yang diajarkan dalam agama mereka itu tidak benar. Bahkan untuk mengemban tugas sebagai seorang penginjil, Steven harus melakoni proses disumpah tidak boleh menikah dan harus mengabdi seluruh hidupnya untuk Tuhan. Di sekolah ini Steven menjalaninya selama 2,5 tahun. Setelah selesai, Steven kembali pulang ke Indonesia sebagai seorang penginjil. Namun seiring dengan aktifitasnya sebagai penginjil, timbul keraguan dalam diri Steven atas apa yang ia pelajari selama ini. Pasalnya apa yang ia pelajarinya bertolak belakang dengan buku-buku Islam yang ia temui di toko-toko buku. Suatu hari, sewaktu mendatangi salah satu toko buku di Jakarta, Steven menemukan buku karangan Imam Ghazali, tentang hadits dan periwayatannya. Buku yang mengulas hadist dan sejarah periwayatannya itu cukup menarik perhatian Steven. Ternyata banyak referensi dan penjelasan hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Dari sanalah Steven mengetahui bahwa hadist-hadits yang selama ini dipelajarinya di Saint Michael’s College ternyata tidak diakui oleh umat Islam sendiri. Hadits-hadits yang dipelajarinya tersebut ternyata palsu. Stevenpun memutuskan mulai mencari hadits-hadits yang sahih. Keinginan Steven untuk mempelajari ajaran Islam tak hanya sampai di situ. Di sela-sela tugasnya sebagai seorang penganut Katolik, diam-diam Steven mulai mempelajari gerakan shalat. Kegiatan mengamati orang yang shalat itu ia lakukan selepas menjalankan ritual ibadah Minggu di gereja Katedral, Jakarta. Tak ada yang mengetahui kegiatannya itu, kecuali seorang adik laki-lakinya. Namun, sang adik diam saja atas perilakunya itu. “Ketika waktu shalat Dzuhur datang dan adzan berkumandang dari Masjid Istiqlal, kalung salib saya masukkan ke dalam baju, sepatu saya lepas dan titipkan. Kemudian, saya pinjam sandal tukang sapu kebun di Katedral. Setelah habis shalat, saya balik lagi mengenakan kalung salib dan kembali ke Katedral," papar lulusan Fakultas Komunikasi Universitas Padjadjaran, Bandung, ini. Aktivitasnya di mata sang adik itu, ia lakoni selama dua bulan. Dan, berkat kerja sama sang adik pula, tindakan yang ia lakukan tersebut tidak sampai ketahuan oleh ayahnya. Dari situ, lanjut Steven, ia baru sebatas mengetahui orang Islam itu shalat empat rakaat dan selama shalat diam semua. Tahap berikutnya Steven mulai belajar shalat Maghrib di sebuah masjid di daerah Muara Karang, Jakarta Utara. Ketika itu, ia beserta keluarganya tinggal di wilayah tersebut. "Dari situ, saya mulai mengetahui ternyata ada juga shalat yang bacaannya keras. Kemudian, saya mulai mempelajari shalat-shalat apa saja yang bacaannya dikeraskan dan tidak," tutur Steven. Usai belajar shalat Dzuhur dan Maghrib, ia melanjutkan ke shalat Isya, Subuh, lalu Ashar. Kesemua gerakan dan bacaan shalat lima waktu tersebut ia pelajari dengan mengikuti apa yang dilakukan jama'ah shalat. Sampai tata cara berwudhu pun, menurut penuturannya, ia pelajari dan hafal dengan menirukan apa yang dilakukan oleh para jama'ah shalat. "Saya lihat orang berwudhu, ingat-ingat gerakannya, baru setelah sepi, saya mempraktikkannya,” ujarnya. Alhamdulillah, dalam waktu seminggu Steven sudah hafal gerakan berwudhu. Begitu juga, dengan gerakan shalat dan bacaannya. Steven melihat gerakan imam dan mendengar bacaannya sambil berusaha mengingat dan menghafalkan. “Habis shalat itu adem. Ada bahasan kultum tentang apa yang tadi dibaca. Itu punya nilai lebih. Tak sekedar nyanyi, makan, dan tertawa seperti yang saya lakukan di gereja. Islam itu lebih disiplin. Kalau Adzan bunyi, langsung datang ke masjid,” tambah pria yang saat ini tengah mendalami musthalah hadits melalui beberapa guru besar ahli hadits. Setelah merasa mantap, Steven pun memutuskan untuk masuk Islam dengan dibantu oleh seorang teman bisnisnya bernama Harry, di Serang, Banten. Dihadapan Harry dan 4 orang temannya berikut salah seorang Ustadz, Steven mengucapkan dua kalimat syahadat. Kemudian Steven pun menggunakan nama Indra Wibowo ash-Shiddiqi. Peristiwa itu terjadi sebelum datangnya bulan Ramadhan di tahun 2000. Ke-Islamannya itu baru diketahui oleh kedua orangtuanya setelah ia memutuskan untuk kembali ke Jakarta, saat hendak mengambil pakaian. Kabar ini diketahui dari rekan-rekan bisnis sang ayah yang tengah mengerjakan proyek pembangunan resort di wilayah Muara Karang dan Pluit. “Makanya papa punya banyak kenalan dan teman. Dan mungkin orang-orang itu sering melihat saya datang ke masjid dan mengenakan peci, makanya dilaporkan ke papa,” ungkapnya. Ayahnya pun memutuskan untuk mengirim orang untuk memata-matai setiap aktivitas Indra sehari-hari. Setelah ada bukti nyata, ia kemudian dipanggil, lalu disidang oleh ayahnya. Di hadapan ayahnya, Steven mengatakan bahwa selama menjalani pendidikan calon bruder, dirinya mendapatkan kenyataan pahit. Pastur yang selama ini ia hormati, ternyata melakukan perbuatan asusila terhadap para suster. Demikian pula para frater yang menghamili siswinya, serta para bruder yang menjadi homo. Seakan tidak terima dengan penjelasan sang anak, ayahnya pun menampar Indra hingga kepalanya terbentur ke kaca. Beruntung, saat kejadian sang ibu langsung membawa Indra ke Rumah Sakit Atmajaya. Tujuh jahitan menghias dahinya saat itu. Kendati demikian, sang ibu tetap tidak bisa menerima keputusan Steven. Bahkan, oleh ayahnya, Indra kemudian diusir, setelah dipaksa menandatangani surat pernyataan di hadapan notaris, mengenai pelepasan haknya sebagai salah satu pewaris dalam keluarga. "Saya tidak boleh menerima semua fasilitas keluarga yang menjadi hak saya," ujarnya. Meski hidup dengan penuh cobaan, ungkap Indra, masih ada Allah SWT yang menyayanginya dan membukakan pintu rezeki untuk dia. Biodata Nama : Indra Wibowo Ash Shidiqi Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 14 Juli 1981, Masuk Islam : 2000 FB: https://www.facebook.com/steven.indra.wibowo Pendidikan Akhir : Sarjana (S1) Komunikasi Universitas Padjadjaran Aktivitas : - Sekretaris I Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) - Direktur Operasional Mustika (Muslim Tionghoa dan Keluarga) - Pengurus Mualaf Center Online http://www.mualaf.com Muslimedianews ~ Kembali mengingat peristiwa tahun 90-an, dunia saat itu gempar dengan berita besar seorang bayi berumur 2 bulan dari keluarga Katholik di Afrika yang menolak dibaptis. “Mama, unisibi baptize naamini kwa Allah, na jumbe wake Muhammad” (Ibu, tolong jangan baptis saya. Saya adalah orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, Muhammad). Ayah dan ibunya, Domisia-Francis, pun bingung. Kemudian didatangkan seorang pendeta untuk berbicara kepada bayinya itu: “Are You Yesus?” (Apakah kamu Yesus?). Kemudian dengan tenang sang bayi Syarifuddin menjawab:“No, I’m not Yesus. I’m created by God. God, The same God who created Jesus” (Tidak, aku bukan Yesus. Aku diciptakan oleh Tuhan, Tuhan yang sama dengan yang menciptakan Yesus). Saat itu ribuan umat Kristen di Tanzania dan sekitarnya dipimpin bocah ajaib itu mengucapkan dua kalimat syahadat. Bocah Afrika kelahiran 1993 itu lahir di Tanzania Afrika, anak keturunan non Muslim. Sekarang bayi itu sudah remaja, setelah ribuan orang di Tanzania-Kenya memeluk agama Islam berkat dakhwahnya semenjak kecil. Syarifuddin Khalifah namanya, bayi ajaib yang mampu berbicara berbagai bahasa seperti Arab, Inggris, Perancis, Italia dan Swahili. Ia pun pandai berceramah dan menterjemahan al-Quran ke berbagai bahasa tersebut. Hal pertama yang sering ia ucapkan adalah: “Anda bertaubat, dan anda akan diterima oleh Allah Swt.” Syarifuddin Khalifah hafal al-Quran 30 juz di usia 1,5 tahun dan sudah menunaikan shalat 5 waktu. Di usia 5 tahun ia mahir berbahasa Arab, Inggris, Perancis, Italia dan Swahili. Satu bukti kuasa Allah untuk menjadikan manusia bisa bicara dengan berbagai bahasa tanpa harus diajarkan. Latar Belakang Syarifuddin Khalifah Mungkin Anda terheran-heran bahkan tidak percaya, jika ada orang yang bilang bahwa di zaman modern ini ada seorang anak dari keluarga non Muslim yang hafal al-Quran dan bisa shalat pada umur 1,5 tahun, menguasai lima bahasa asing pada usia 5 tahun, dan telah mengislamkan lebih dari 1.000 orang pada usia yang sama. Tapi begitulah kenyatannya, dan karenanya ia disebut sebagai bocah ajaib; sebuah tanda kebesaran Allah Swt. Syarifuddin Khalifah, nama bocah itu. Ia dilahirkan di kota Arusha, Tanzania. Tanzania adalah sebuah negara di Afrika Timur yang berpenduduk 36 juta jiwa. Sekitar 35 persen penduduknya beragama Islam, disusul Kristen 30 persen dan sisanya beragam kepercayaan terutama animisme. Namun, kota Arusha tempat kelahiran Syarifuddin Khalifah mayoritas penduduknya beragama Katolik. Di urutan kedua adalah Kristen Anglikan, kemudian Yahudi, baru Islam dan terakhir Hindu. Seperti kebanyakan penduduk Ashura, orangtua Syarifuddin Khalifah juga beragama Katolik. Ibunya bernama Domisia Kimaro, sedangkan ayahnya bernama Francis Fudinkira. Suatu hari di bulan Desember 1993, tangis bayi membahagiakan keluarga itu. Sadar bahwa bayinya laki-laki, mereka lebih gembira lagi. Sebagaimana pemeluk Katolik lainnya, Domisia dan Francis juga menyambut bayinya dengan ritual-ritual Nasrani. Mereka pun berkeinginan membawa bayi manis itu ke gereja untuk dibaptis secepatnya. Tidak ada yang aneh saat mereka melangkah ke Gereja. Namun ketika mereka hampir memasuki altar gereja, mereka dikejutkan dengan suara yang aneh. Ternyata suara itu adalah suara bayi mereka. “Mama usinibibaptize, naamini kwa Allah wa jumbe wake Muhammad!” (Ibu, tolong jangan baptis saya. Saya adalah orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, Muhammad). Mendengar itu, Domisia dan Francis gemetar. Keringat dingin bercucuran. Setelah beradu pandang dan sedikit berbincang, mereka memutuskan untuk membawa kembali bayinya pulang. Tidak jadi membaptisnya. Awal Maret 1994, ketika usianya melewati dua bulan, bayi itu selalu menangis ketika hendak disusui ibunya. Domisia merasa bingung dan khawatir bayinya kurang gizi jika tidak mau minum ASI. Tetapi, diagnose dokter menyatakan ia sehat. Kekhawatiran Domisia tidak terbukti. Bayinya sehat tanpa kekurangan suatu apa. Tidak ada penjelasan apapun mengapa Allah mentakdirkan Syarifuddin Khalifah tidak mau minum ASI dari ibunya setelah dua bulan. Di tengah kebiasaan bayi-bayi belajar mengucapkan satu suku kata seperti panggilan “Ma” atau lainnya, Syarifuddin Khalifah pada usianya yang baru empat bulan mulai mengeluarkan lafal-lafal aneh. Beberapa tetangga serta keluarga Domisia dan Francis terheran-heran melihat bayi itu berbicara. Mulutnya bergerak pelan dan berbunyi: “Fatuubuu ilaa baari-ikum faqtuluu anfusakum dzaalikum khairun lakum ‘inda baari-ikum, fataaba ‘alaikum innahuu huwattawwaburrahiim.” Orang-orang yang takjub menimbulkan kegaduhan sementara namun kemudian mereka diam dalam keheningan. Sayangnya, waktu itu mereka tidak mengetahui bahwa yang dibaca Syarifuddin Khalifah adalah QS. al-Baqarah ayat 54. Domisia khawatir anaknya kerasukan setan. Ia pun membawa bayi itu ke pastur, namun tetap saja Syarifuddin Khalifah mengulang-ulang ayat itu. Hingga kemudian cerita bayi kerasukan setan itu terdengar oleh Abu Ayub, salah seorang Muslim yang tinggal di daerah itu. Ketika Abu Ayub datang, Syarifuddin Khalifah juga membaca ayat itu. Tak kuasa melihat tanda kebesaran Allah, Abu Ayub sujud syukur di dekat bayi itu. “Francis dan Domisia, sesungguhnya anak kalian tidak kerasukan setan. Apa yang dibacanya adalah ayat-ayat al-Qur’an. Intinya ia mengajak kalian bertaubat kepada Allah,” kata Abu Ayub. Beberapa waktu setelah itu Abu Ayub datang lagi dengan membawa mushaf. Ia memperlihatkan kepada Francis dan Domisia ayat-ayat yang dibaca oleh bayinya. Mereka berdua butuh waktu dalam pergulatan batin untuk beriman. Keduanya pun akhirnya mendapatkan hidayah. Mereka masuk Islam. Sesudah masuk Islam itulah mereka memberikan nama untuk anaknya sebagai “Syarifuddin Khalifah”. Keajaiban berikutnya muncul pada usia 1,5 tahun. Ketika itu, Syarifuddin Khalifah mampu melakukan shalat serta menghafal al-Quran dan Bible. Lalu pada usia 4-5 tahun, ia menguasai lima bahasa. Pada usia itu Syarifuddin Khalifah mulai melakukan safari dakwah ke berbagai penjuru Tanzania hingga ke luar negeri. Hasilnya, lebih dari seribu orang masuk Islam. Kisah Nyata Syarifuddin Mengislamkan Ribuan Orang Kisah nyata ini terjadi di Distrik Pumwani, Kenya, tahun 1998. Ribuan orang telah berkumpul di lapangan untuk melihat bocah ajaib, Syarifuddin Khalifah. Usianya baru 5 tahun, tetapi namanya telah menjadi buah bibir karena pada usia itu ia telah menguasai lima bahasa. Oleh umat Islam Afrika, Syarifuddin dijuluki Miracle Kid of East Africa. Perjalanannya ke Kenya saat itu merupakan bagian dari rangkaian safari dakwah ke luar negeri. Sebelum itu, ia telah berdakwah ke hampir seluruh kota di negaranya, Tanzania. Masyarakat Kenya mengetahui keajaiban Syarifuddin dari mulut ke mulut. Tetapi tidak sedikit juga yang telah menyaksikan bocah ajaib itu lewat Youtube. Orang-orang agaknya tak sabar menanti. Mereka melihat-lihat dan menyelidik apakah mobil yang datang membawa Syarifuddin Khalifah. Beberapa waktu kemudian, Syaikh kecil yang mereka nantikan akhirnya tiba. Ia datang dengan pengawalan ketat layaknya seorang presiden. Ribuan orang yang menanti Syarifuddin Khalifah rupanya bukan hanya orang Muslim. Tak sedikit orang-orang Kristen yang ikut hadir karena rasa penasaran mereka. Mungkin juga karena mereka mendengar bahwa bocah ajaib itu dilahirkan dari kelarga Katolik, tetapi hafal al-Quran pada usia 1,5 tahun. Mereka ingin melihat Syarifuddin Khalifah secara langsung. Ditemani Haji Maroulin, Syarifuddin menuju tenda yang sudah disiapkan. Luapan kegembiraan masyarakat Kenya tampak jelas dari antusiasme mereka menyambut Syarifuddin. Wajar jika anak sekecil itu memiliki wajah yang manis. Tetapi bukan hanya manis. Ada kewibawaan dan ketenangan yang membuat orang-orang Kenya takjub dengannya. Mengalahkan kedewasaan orang dewasa. Kinilah saatnya Syaikh cilik itu memberikan taushiyah. Tangannya yang dari tadi memainkan jari-jarinya, berhenti saat namanya disebut. Ia bangkit dari kursi menuju podium. Setelah salam, ia memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi. Bahasa Arabnya sangat fasih, diakui oleh para ulama yang hadir pada kesempatan itu. Hadirin benar-benar takjub. Bukan hanya kagum dengan kemampuannya berceramah, tetapi juga isi ceramahnya membuka mata hati orang-orang Kristen yang hadir pada saat itu. Ada seberkas cahaya hidayah yang masuk dan menelusup ke jantung nurani mereka. Selain pandai menggunakan ayat al-Quran, sesekali Syarifuddin juga mengutip kitab suci agama lain. Membuat pendengarnya terbawa untuk memeriksa kembali kebenaran teks ajaran dan keyakinannya selama ini. Begitu ceramah usai, orang-orang Kristen mengajak dialog bocah ajaib itu. Syarifuddin melayani mereka dengan baik. Mereka bertanya tentang Islam, Kristen dan kitab-kitab terdahulu. Sang Syaikh kecil mampu memberikan jawaban yang memuaskan. Dan itulah momen-momen hidayah. Ratusan pemeluk Kristiani yang telah berkumpul di sekitar Syarifuddin mengucapkan syahadat. Menyalami tangan salah seorang perwakilan mereka, Syarifuddin menuntun syahadat dan mereka menirukan: “Asyhadu an laa ilaaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan Rasuulullah.” Syahadat agak terbata-bata. Tetapi hidayah telah membawa iman. Mata dan pipi pun menjadi saksi, air mata mulai berlinang oleh luapan kegembiraan. Menjalani hidup baru dalam Islam. Takbir dari ribuan kaum muslimin yang menyaksikan peristiwa itu terdengar membahana di bumi Kenya. Bukan kali itu saja, orang-orang Kristen masuk Islam melalui perantaraan bocah ajaib Syarifuddin Khalifah. Di Tanzania, Libya dan negara lainnya kisah nyata itu juga terjadi. Jika dijumlah, melalui dakwah Syarifuddin Khalifah, ribuan orang telah masuk Islam. Ajaibnya, itu terjadi ketika usia Syaikh kecil itu masih lima tahun. Para ulama dan habaib sangat mendukung dakwah Syaikh Syarifuddin Khalifah. Bahkan ulama besar seperti al-Habib ali al-Jufri pun rela meluangkan waktunya untuk bertemu anak ajaib yang kini remaja dan berjuang dalam Islam. (Dikutip dari buku Mukjizat dari Afrika, Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang; Syarifuddin Khalifah). Koleksi video Syarifuddin Khalifah saat kecil hingga dewasanya bisa Anda lihat di saluran ini: http://www.youtube.com/channel/UCvBjZN8LVWwvPh4eLLxmY-w/videos Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persabahatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata, "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani". Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri. (Qur'an Surah Al-Ma'idah - 5:82). Dr. Maurice Bucaille adalah seorang yang berprofesi sebagai ahli bedah. Ia juga seorang sarjana ternama. Agar bisa membaca Qur'an dalam bahasa teks aslinya, mempelajari artinya dan memaknainya melalui akses langsung kepada komentar-komentar lama dan modern, dia mengabdikan dirinya untuk mempelajari bahasa Arab pada usia lima puluh tahun. Setelah itu, ia memulainya dengan mencoba merekonsiliasi kebenaran ilmu pengetahuan yang telah terbukti dengan aksioma keagamaan. Sebagai hasilnya, dia menulis bukunya yang terkenal "QURAN, BIBLE AND SCIENCE" tahun 1976, yang menyebabkan kehebohan di lingkungan akademisi tingkat tinggi - khususnya di dunia Kristen. Setelah mempelajari lebih mendalam Islam dan Qur'an, ia telah menulis buku lain berjudul "THE ORIGIN OF MAN" (Asal usul manusia). Buku ini mengandung penjelasan-penjelasan Qur'an atas beberapa pertanyaan yang sudah ada lebih awal daripada masa ketika pertanyaan-pertanyaan itu secara logis dan memuaskan dapat dijawab dengan hasil eksperimen ilmu pengetahuan yang sepenuhnya sesuai dengan penjelasan Qur'an sekitar 1500 tahun sebelumnya. Gereja mengetahui dan menerima riset-riset Dr. Bucaille sebagai sebuah kontribusi berharga terhadap ilmu pengetahuan manusia dan sang penulis menjadi terkenal di seluruh dunia, seperti Cambridge, dan Universitas Oxford di Inggris serta Yale dan Harvard di Amerika. Ia diundang untuk memberikan kuliah tambahan di institusi akademis mereka. Dengan petunjuk pemikiran Qur'annya, dan pendekatan pandangannya yang tidak berprasangka dan realistis terhadap pemikiran Qur'an, dan dengan pendekatan diskusi dan riset yang tidak berprasangka dan realistis, Dr. Bucaille telah membuat sejumlah sarjana tingkat tinggi untuk sepakat dengannya dan untuk mengikuti pandangannya bahwa Qur'an adalah sebuah wahyu ilahi, tidak ditulis oleh manusia manapun dan sesungguhnya sebuah buku yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Kuasa kepada Nabi Terakhir Nya Muhammad, SAW. M. Bucaille memandang bahwa penemuannya ini menjadi penyebab dari ketakutan dan kekecewaan sarjana-sarjana barat karena telah termakan propaganda fiksi dan salah terhadap Islam dan Nabinya oleh pendeta Kristen dan terbiaskan oleh penulis-penulis barat. Orang-orang seperti ini tidak bisa mempercayai bahwa Qur'an adalah satu-satunya naskah yang tetap suci dan bebas dari segala tambahan-tambahan, perubahan-perubahan dan interpolasi-interpolasi sehingga tetap terjaga kemurniannya untuk membimbing kemanuasiaan di segala jaman, tempat dan dalam setiap krisis. Selama lebih 1400 tahun Qur'an telah menjadi satu-satunya rumah harta karun pengetahuan keagamaan dan kosmik tentang alam semesta dan kehidupan itu sendiri. Kemanusiaan belumlah maju ke tahap di mana ia dapat sepenuhnya menjadi sesuatu yang memiliki pengetahuan detil mengenai segala hal dengan semua mutiara dan permata kebijaksanaan dan kebenaran, seperti yang dikumpulkan dalam keajaiban aksara ini, keunggulan dan kemurnian akademik yang tidak bisa ditandingi bahkan dalam satu kalimat kecil oleh raksasa sastra dahulu kala, meskipun tantangan terbuka untuk itu. Mari kita simak wawancara Dr. Maurice Bucaille yang saya salin dari terbitan Islamic Bulleting tahun 1972 berikut ini: Q: Apa yang mendorong anda secara memaksa untuk mempelajari Qur'an dan naskah-naskah lainnya, dan mengapa? A: Seperti semua pria Perancis lainnya, saya dulu juga pada awalnya mempunyai pandangan bahwa Islam adalah agama yang diajarkan dan diperkenalkan oleh seorang pria genius dan memiliki kecerdasan luar biasa, yang dikenal dengan nama Muhammad (SAW). Lima puluh tahun yang lalu, dengan rahmat Tuhan, saya menjadi resmi berprofesi sebagai ahli bedah, dan biasa berdiskusi dan membandingkan Islam dan Kristen dengan pasien-pasien saya yang datang untuk berkonsultasi dengan saya (dan dengan teman-teman saya sesama ahli bedah). Saya diberitahu oleh mereka bahwa pengetahuan Islam dan tentang kedisiplinan Islam saya pada waktu itu sangat jauh keliru. Pada awalnya saya cenderung meragukan pernyataan mereka, tetapi sekarang dan selanjutnya beberapa orang memberikan ayat-ayat Qur'an yang asli dan aktual yang berbeda dengan referensi saya, dan saya terpaksa merevisi kesimpulan-kesimpulan saya. Dan, sebagai hasil dari revisi dan review, saya merasa bahwa dulu itu merekalah yang benar dan sayalah yang keliru. Saya menemukan bahwa guru-guru saya dulu mempunyai sebuah pendekatan yang keliru terhadap permasalahan ini dan telah mempengaruhi saya dengan informasi yang tidak benar. Pengetahuan saya tentang Islam, sebelumnya hanya terbatas pada informasi di radio dan televisi, artikel-artikel yang diterbitkan berbagai majalah dan diproduksi ulang dalam buku-buku yang bias. Tetapi saya bingung, apa yang harus saya lakukan? Bagaimana saya harus mengubah posisi saya dan memperbaiki pemahaman saya? Q: Kapan hal itu terjadi? A: Setelah Konferensi Vatikan ke 8 tetapi sebelum kelahiran sikap toleransi pada sebagian sarjana-sarjana Eropa yang menghasilkan pemikiran-pemikiran tanpa bias, yaitu sebelum 1926, ketika perseteruan sarjana-sarjana Muslim dan Kristen berada pada puncaknya dan tidak ada harapan terjadinya dialog langsung antar mereka. Q: Bagaimana anda bereaksi terhadap keadaan ini? A: Hanya ada satu jalan terbuka untuk saya, yaitu dengan belajar bahasa Arab sehingga saya bisa mempelajari Kitab Suci, Qur'an, dalam bentuk aslinya dan mencoba mendapatkan maknanya secara langsung. Saya abdikan dua tahun berikutnya untuk menjalankan tugas ini ketika saya memiliki pengetahuan bahasa Arab yang memadai (dalam bahasa dan literatur) untuk bisa membuat studi yang bisa diandalkan dari Qur'an dengan jujur dan juga secara akademis. Q: Dan apa hasilnya hal ini bagi anda? A: Saya kemudian mengetahui bahwa Qur'an adalah "Karya Allah" dan belum pernah ditulis oleh manusia manapun. Saya juga yakin bahwa Muhammad (SAW) adalah benar Utusan Tuhan. Q: Dunia sekarang merayakan seratus tahun Darwin, apakah anda percaya pada teori Darwin atau tidak? A: Tidak, saya menentangnya dengan keras. Teori Darwin keseluruhannya didasarkan pada konsep yang salah dan sama sekali bukan pada hasil riset ilmu pengetahuan yang bisa membuktikan bahwa ada sedikit hubungan antara manusia dan teori evolusi spesies sebagaimana yang dikemukakannya. Pada kenyataannya pandangannya tak lain hanyalah perhitungan keliru atas dasar pemikiran yang murni materialistis. Buku saya yang terbaru (Origin of Man) memuat sebuah pasal sanggahan terhadap Darwin dan pandangan-pandangannya. Q: Apakah anda berpendapat bahwa Darwin sadar atas kesalahannya? A: Iya, saya pikir dia tahu kesalahan yang dibuatnya. Para sarjana yang mengagungkan materialisme, mengemukakan segudang teori, sebagian besar keliru, dan yang lebih lucu lagi adalah bahwa mereka sadar atas kesalahan mereka. Tetapi, sebagai seorang materialis, mereka bersikukuh pada sikap keliru mereka sendiri. Dalam buku saya saya mengkritik beberapa sarjana, beberapa diantaranya pemenang Nobel. Q: Apakah Anda pikir tulisan-tulisan Anda berkumandang langsung pada orang-orang di luar Perancis? A: Iya. Baru-baru ini, hanya beberapa hari yang lalu, saya mengunjungi negara-negara Afrika Utara dan Afrika Barat, dimana saya berulangkali dipanggil untuk menghadiri sejumlah pertemuan dengan orang-orang terpelajar termasuk para sarjana mengenai "Origin of Man" dan tentang buku pertama saya: the Qur'an, Bible and Science. Pandangan-pandangan saya diuji silang dengan beberapa unsur yang sangat berkualitas bahkan bermusuhan. Setelah itu, tak terhitung mahasiswa dan sarjana yang menghubungi dan mengucapkan selamat kepada saya. Mereka menyatakan bahwa, setelah mendengarkan saya, mereka untuk pertama kalinya bisa merasakan yakin akan kebenaran pernyataan-pernyataan Qur'an tentang penciptaan alam semesta dan asal-usul manusia. Beberapa diantara mereka dengan jujur mengakui bahwa tulisan-tulisan saya dan kuliah-kuliah saya telah memulihkan keyakinan dan iman dalam diri mereka dan beralih menjadi Muslim sejati, yang benar-benar merasakan sholat mereka sebagai penghibur dan penyejuk hati. Mereka menyatakan bahwa kesemuanya disebabkan teori-teori keliru dari mereka yang disebut sarjana-sarjana barat yang teori-teorinya sudah dianggap sebagai kebenaran injil. Q: Apa putusan ilmu pengetahuan pada Manusia; dan mengapa ada konflik antara ilmu pengetahuan dan agama dalam hal ini? A: Dalam buku saya, "Origin of Man", saya telah berusaha untuk menjelaskan apa yang meragukan dan apa yang terbukti sesuai dengan temuan-temuan ilmiah. Saya juga telah berhadapan dengan teori-teori yang sebelumnya didukung oleh para sarjana, tetapi sekarang pijakan teori mereka yang sangat mendasar sedang terbongkar dan terbukti tanpa memiliki pijakan ilmiah yang kuat. Tahun 1851, Darwin menerbitkan buku pertamanya, "Origin of Species". Di dalamnya dia menunjukkan bahwa "Semua binatang dapat menjadi orangtua diantara mereka sendiri", tetapi dia tidak bersusah-payah mendemonstrasikan dan membuktikan secara ilmiah pandangannya bahwa "Silsilah Manusia" berlanjut dari kera. Q: Jadi siapa yang bertanggungjawab mengajukan teori sembrono ini? A: Faktanya bahwa beberapa orang lain melakukan perubahan dan mencerna teori-teorinya tanpa pernyataan, menuduh pernyataan-pernyataan keliru kepada Darwin yang menganggap bahwa "Manusia berevolusi dari kera". Meski begitu, Darwin juga tidak peduli dengan catatan-catatan salah yang ditujukan kepadanya karena dalam hal inilah pertentangan terjadi antara pendukung teori Darwin dan Rohaniawan. Itulah sebabnya sekarang penting menarik garis demarkasi antara hasil-hasil penyelidikan ilmiah dan pandangan-pandangan sembarangan dari sarjana seperti Darwin. Q: Dengan wacana ilmiah seperti ini, perdebatan dan diskusi bahkan Kitab Suci, diajukan pada tes ilmiah sehingga membuka kelemahan-kelemahan mereka. Dengan demikian, mungkin kita bertanya apakah Anda menjumpai beberapa anomali seperti itu di dalam Quran, yaitu di mana pernyataan dan penjelasannya bertentangan dengan temuan-temuan ilmiah? A: Kitab Suci non-Muslim telah disalin dan diteruskan dari generasi ke generasi dan melalui kepribadian yang berbeda. Dokumen terlama seperti ini adalah "Jehovah", yang ditulis sekitar abad ke 9 Sebelum Masehi. Buku ini, meskipun tidak tebal, masih menjadi dokumen sejenis paling komprehensif. Buku kedua (Scrodotal), meskipun dianggap sebagai Pengantar Injil, beredar pada 600 tahun Sebelum Masehi. Buku ini menjelaskan tentang penciptaan alam semesta dan kehadiran manusia di Bumi serta kisah-kisah tentang peristiwa-peristiwa setelah itu. Injil datang setelah itu, tetapi buku-buku "Perjanjian Baru" tidak memperjelas masalah tentang manusia. Buku ini mengulangi pernyataan-pernyataan di "Perjanjian Lama" seperti diambilkan oleh St. Luke. Quran muncul enam ratus tahun setelah Yesus dan menyajikan materi berharga tentang manusia dan ciptaannya yang sangat sedikit disinggung dalam "Perjanjian Lama" maupun "Perjanjian Baru" dan kitab suci lainnya. Lebih-lebih lagi dalam hal ini tidak seperti Injil Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Qur'an sama sekali bebas dari kesalahan dan interpolasi. Q: Menurut anda, apa penyebab utama banyaknya kesalahan-kesalahan di dalam kitab suci - kitab suci lain? A: Pengumpul Kitab-kitab Suci, dalam kesombongan mereka, diduga telah mengumpulkan mereka atas dasar wahyu ilahi. Namu semua usaha mereka adalah pengulangan atas pemikiran paling santer di jaman mereka. Mereka menyajikan konsepsi manusia dan fenomena ciptaannya seolah-olah itu berasal dari Tuhan sendiri, meskipun sebenarnya hanya cerminan dari tradisi ritual dan persepsi yang sangat terkenal di jaman itu. Fakta ini diakui secara bulat oleh ahli tafsir Injil, baik Katolik Roma maupun Protestan. Q: Apakah gereja juga mengakui fakta ini dan menyetujui pandangan ini? A: Iya betul. Gereja betul menerima kebenaran ini yang dituangkan dalam pendahuluan konferensi Vatican ke dua, yang diadakan untuk mengumumkan "Sifat Revolusioner Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru". Mereka mengakui bahwa sebagian dari Injil memiliki cacat dan bertentangan dalam pemaknaan. Q: Apa pandangan anda tentang Qur'an dalam hal ini? A: Sekarang ini sebuah hal yang sama sekali berbeda sifatnya. Semua ahli Qur'an secara bulat menyepakati bahwa Qur'an adalah "Firman Tuhan" yang diwahyukan kepada Utusan Terakhir Nya Nabi Muhammad SAW melalui Jibril (Malaikat Pembawa Wahyu). Saya sudah mempelajari buku ini (Qur'an) dengan sangat hati-hati dan belum pernah menemukan satu kalipun kesalahan ilmiah di manapun di dalamnya. Sebaliknya, saya telah merasakan bahwa kebenaran (lebih tinggi) dan kenyataan-kenyataan sebagai bawaan Teks Qur'an telah sepanjan sejaran 1400 tahun, melampaui kemampuan pemahaman manusia biasa, merupakan bukti positip bahwa Qur'an adalah Firman Tuhan dan dia (di manapun) melampui potensi intelektual manusia biasa; baik dia seorang yang ahli luar biasa atau seorang filsuf berkaliber tertinggi sekalipun, yang tidak selalu bisa menjelaskan kebenaran alamiah yang diwahyukan di dalam Qur'an. Apa yang nyata menjadi pertentangan dengan kebenaran ilmiah adalah anggapan Injil bahwa meskipun kehidupan meletus dalam bentuk berbagai spesies, yang telah bertahan, belum ada evolusi atau perbaikan dalam fungsi mereka. Di lain pihak, menurut Qur'an, manusia telah melakukan pelanggaran melalui perubahan-perubahan raksasa dalam perjalanan sejarah kemanusiaan. Saya merasa sangat perlu menginformasikan dunia Kristen mengenai kelemahan serius dalam Injil ini. Karena kebetulan tidak memihak, jujur dan sangat vokal dalam studi saya, saya telah berulang kali dipanggil dari waktu ke waktu untuk mengekspresikan pandangan saya mengenai hal ini sebelum pertemuan-pertemuan terhormat. Pada semua kesempatan seperti itu, saya selalu berurusan dengan subjek dari sudut pandang ilmiah, mengabaikan konteks keagamaan atau teologis. Apa pun yang tampaknya meragukan atau cocok untuk penyelidikan lebih lanjut, saya telah mencoba untuk meletakkannya di batu ujian dan tidak mengizinkan untuk lolos tanpa diuji. Q: Apakah anda telah memeluk agama Islam? A: Saya ingin menjelaskan bahwa sebelum saya belajar huruf pertama Bismillah pun, saya sudah yakin bahawa Tuhan adalah unik dan Maha Kuat dan ketika Tuhan membimbing saya untuk mempelajari Qur'an, nurani saya menjerit bahwa Al Qur'an adalah Firman Tuhan yang diwahyukan kepada Nabi Terakhir Nya Muhammad SAW. Dalam buku saya "Quran, Bible and Science," saya telah mengatakan fakta-fakta ini dan buku itu langsung sukses di seluruh dunia Kristen. Dalam buku ini saya telah mengabdikan diri untuk mendiskusikan semua masalah dari sudut akademis murni, bukan dari sudut keyakinan atau kepercayaan yang hanya akan mengungkap keyakinan pribadi saya. Hal ini karena saya ingin dunia mengenal saya sebagai akademisi dari pada teolog. Tentang keyakinan dan kepercayaan saya, Tuhan tahu apa yang ada dalam hati seseorang. Saya yakin bahwa jika saya mengidentifikasi diri dengan kepercayaan apa pun, orang akan selalu menjuluki saya sebagai salah satu milik kelompok ini dan itu dan merasa bahwa apa pun yang saya katakan atau lakukan, saya melakukannya hanya dari sudut kelompok keyakinan ini dan itu. Saya tahu teman-teman saya dengan sangat baik dan memahami mentalitas mereka juga dengan sangat baik. Saya ingin menjamin mereka bahwa semua pernyataan saya didasarkan pada pengetahuan ilmiah dan bukan dari dogma agama. Q: Ini ok, tetapi karena anda sudah mengacu pada kesadaran lengkap Allah dengan apa yang ada dalam hati seseorang, mungkin kita bertanya apa pendapat Anda tentang hati manusia? A: Hati bukanlah sebuah organ tubuh yang jelas dan mudah dikenali. Hati adalah tempat tinggal iman dan sumber cahaya abadi. Q: Apa pandangan Anda terhadap misi Islam dan masa depannya di dunia barat? A: Metoda terbaik adalah mendekati orang melalui bahasa mereka sendiri. Saya menggunakan bahasa dunia dalam cakupan terluasnya, yaitu komprehensif dari semua faktor yang ada untuk membuat bahasa apapun lengkap dan ekspresif menurut pandangan dan keyakinan masyarakat. Prinsip-prinsip dan aturan-aturan terhadap hal yang anda mengajak mereka untuk memperhatikannya, harus dipresentasikan dengan gaya yang anda kenal dan yang populer di antara mereka. Dalam buku saya "Quran Bible and Science", saya mengambil gaya baru untuk memperkenalkan pembaca dengan kebenaran-kebenaran Qur'an dan untuk memahami nilai hakiki Al Qur'an. Sudut pandang saya yang objektif dan tidak memihak ini memberi dorongan terhadap meluasnya peredaran buku-buku saya. Pertama, saya mencoba untuk mencari titik pusat perhatian umat Kristiani dan gaya yang menarik bagi akal sehat mereka. Kemudian saya meraih kesuksesan ini. Setelah penerbitan buku-buku ini saya menerima sejumlah surat dari akademisi besar dan ahli-ahli penelitian dan juga orang biasa yang menyatakan ketertarikan mereka terhadap studi saya tentang Al Qur'an dan menghargainya. Mereka merasa puas dengan pandangan-pandangan saya tentang Injil dan setuju dengan kelemahan-kelemahan yang saya tunjukkan. Pernah sekali saya menjamu beberapa warga Kristen di rumah di mana mereka mengungkapkan ketakjuban mereka ata literatur yang saya hasilkan mengenai Islam dan menanyakan nama-nama penafsirnya untuk mendapatkan informasi yang benar tentang itu. Q: Apa kegiatan anda sekarang? A: Kami sekarang mencoba memproduksi sebuah film tentang "Science, the Quran and the Origin of Man". Sebenarnay saya saya punya teman-teman dekat di Malaysia. Dakwah Islamiah cabang provinsi telah meloloskan sebuah resolusi untuk memproduksi sebuah film tentang Qur'an dan direktur produksinya mengunjungi Paris untuk mempersiapkan perencanaanya. Film ini akan dibuat dalam Technicolor. Panjangnya lima puluh lima menit khusus untuk Qur'an dan sejarah dari fakta-fakta yang terkait, surah-surah Qur'qn dikutip dalam film ini. Jadi sangat penting. Enam ratus ribu dolar sudah terkumpul untuk memproduksi film ini. Persiapan film ini sudah dimulai. Mula-mula akan diproduksi dalam lima bahasa, dan kemudian akan dilanjutkan sampai sepuluh. Cetakan pertama akan ada dalam bahasa Inggris, kemudian Arab dan Perancis, dan setelah itu bahasa-bahasa lainnya. Film ini akan diedarkan ke seluruh dunia. Jangan lupa menonton video "The Book of Signs" yang dibuat berdasarkan buku Dr. Maurice Bucialle: "The Bible, The Quran and Science" dan "What is the Origin of Man." Mengingat penduduk Irbil Irak mayoritas Islam, satuan "Unit Zaitun" Pasukan Perdamaian PBB dari Korea Selatan mengirim anggotanya yang tidak beragama ke Mesjid Hannam Dong agar mereka bisa mengenal dan memahami tentang Islam sebelum keberangkatan mereka ke sana bulan July tahun 2013. Beberapa diantara mereka yang mengikuti program ini, terpikat dan memutuskan untuk memeluk agama Islam. "Saya masuk Islam karena saya merasa Islam lebih manusiawi dan damai dari pada agama-agama lain. Dan jika anda secara agama nyambung dengan penduduk setempat, saya pikir itu bisa banyak membantu membawa misi kami untuk menciptakan perdamaian." Demikian dikatakan oleh prajurit-prajurit Korea yang masuk Islam sebelum keberangkatan mereka bulan Juli tahun lalu ke Kurdish, Irbil, di Irak Utara. Letnan Son Hyeon Ju salah satu komandan pasukan ketika bertugas sering mengamati orang-orang muslim sholat berjamaah di masjid, karena kebetulan markas pasukannya berada dekat masjid. Ia sangat terpesona dengan gerakan-gerakan sholat. Karena penasaran, ia mencoba menirukan seluruh gerakan sholat dan mempraktikkannya di kamarnya sendirian. Ketika mempraktekan itulah ia merasakan ketenangan, dan perasaan damai dalam hatinya. Iapun kemudian menjadikan gerakan-gerakan sholat tersebut sebagai program meditasi bagi pasukan yang ia pimpin selain Yoga. Di luar dugaaannya ternyata sebagian besar prajurit setelah mempraktikkan gerakan-gerakan sholat tersebut juga merasakan hal yang sama. Merekapun merasakan suasana lebih tenang dan damai. Inilah yang mendorong Letnan Son berinisiatif mempelajari Islam untuk mengenalnya lebih dalam lagi sampai akhirnya ia memutuskan untuk memeluk Islam. Ketika niatnya ingin memeluk Islam disampaikan kepada prajurit-prajuritnya, ia berkata: “Aku telah menemukan cahaya kehidupan yang sesungguhnya, aku ingin berada dalam cahaya itu, dan cahaya itu adalah Islam”. Tanpa ia duga, secara spontan 37 prajurit yang ia pimpin mengangkat tangan mereka, sebagai tanda ikut bersama komandanya – untuk juga memeluk Islam. Seorang petugas "Unit Zaitun" terkesan dengan betapa kaum muslim di seluruh dunia sangat memandang penting persaudaraan dalam agama. Jika anda menganut agama Islam, anda diperlakukan bukan sebagai orang asing, tetapi sebagai orang lokal, dan seorang muslim tidak menyerang wanita muslim meskipun dalam perang.
Kopral Seong Uk (22) dari Pasukan Divisi 11 Unit Zaitun mengatakan, "Saya belajar bahasa Arab ketika kuliah dan ketika membaca Quran, saya langsung tertarik dengan ajaran Islam, dan saya memutuskan untuk masuk Islam ketika Unit Zaitun memberi kesempatan kami ke Mesjid Hannam Dong ini." Dia melanjutkan: "Jika kami dikirim ke Irak, saya ingin ikut serta dalam upacara agama dengan penduduk setempat sehingga mereka merasakan bersaudara dan bisa meyakinkan mereka bahwa tentara Korea bukan pasukan penjajah tetapi pasukan yang dikirim untuk tugas kemanusiaan." Sumber: www.way-to-allah.com dan Islampos.com Kisah luarbiasa perjalanan seorang gadis warga negara AS yang memiliki keyakinan teguh tentang Kristen dan Trinitas. Alia Madonna hanya berdoa kepada Tuhan Yesus. Keyakinannya demikian tenguh sehingga dia mulai siap-siap ke Afganistan untuk menjadi relawan sebuah Misi Kristen. Dia membuat rencana, tetapi Tuhan juga membuat rencana untuknya. Silahkan ikuti bagaimana dia diarahkan oleh Allah.... Nama saya Alia Madonna. Kisah saya tidak seperti kebanyakan orang. Saya tidak bingung tentang agama saya, agama Kristen. Bagi saya tidak ada yang tidak masuk akal dalam agama saya waktu itu. Ini bukan masalah mencari jawaban atas pertanyaan saya. Sebenarnya saya seorang gadis dengan iman yang teguh. Trinitas adalah hidup saya dan Yesus adalah penyelamat saya. Kisah saya dimulai tahun 2008 ketika saya memutuskan untuk menjadi Misionaris Kristen di Afganistan. Saya waktu itu tidak tahu bagaimana tetapi saya tahu bahwa Tuhan memanggilku untuk melakukannya. Sambil mencoba mencari sponsor melalui NGO atau organisasi Kristen untuk mengirim saya kerja lapangan ke Afganistan, saya mulai berteman dengan teman-teman muslim di internet. Saya ingin belajar tentang mereka dan berhubungan dengan mereka sebagai manusia. Teman Islam pertama saya di luar AS adalah seorang pria Kashmiri. Kami sering berdiskusi dan apa yang paling saya ingat tentang dia adalah bahwa dia tidak sedang mencari hubungan dengan wanita, dia hanya ingin mendapat pujian dari Tuhannya. Pada waktu itu, tanpa mengetahui apapun tentang Islam, hal itu merupakan konsep yang mengagumkan bagi saya. Kesopan-santunan orang ini memukau saya dengan cara yang sangat aneh. Kami segera menjadi teman. Ini membingungkan saya beberapa saat. Saya akan ke Afganistan untuk memberi bantuan kemanusiaan bagi wanita dan janda akibat dari kerusakan oleh Taliban dan ini saya menjumpai seorang laki-laki muslim yang rendah hati dan menyenangkan. Saya tahu ada yang salah dari pengetahuan saya tentang Islam, saya hanya tidak tahu apa waktu itu. Saya terus berteman dengan teman-teman muslim satu per satu dan akhirnya jatuh cinta dengan salah seorang dari mereka. Berhubung masalah budaya, orangtuanya tidak mengijinkan kami bertunangan dan saya mulai membaca 'syariah' untuk mengetahui mengapa saya tidak dianggap cukup baik secara Islam. 'Syariah' adalah perkenalan pertama saya yang sesungguhnya tentang Islam. Saya sudah mendengar hal-hal buruk dan mengerikan tentang hukum-hukum Islam. Saya dapatkan, ketika saya mempelajarinya, bahwa konsep-konsep ini tidaklah ofensif, menindas, tidak manusiawi atau salah satu dari kesalahpahaman lainnya. Saya mulai mengubah cara berpikir saya, dalil demi dalil. Jika saya tidak mengerti, saya akan bertanya dan kemudian meneliti lagi. Tiga tahun sebelum saya menyatakan keislaman, saya sudah benar-benar menerima ide tentang hijab dan poligami. Hal-hal ini masuk akal saya. Tetapi saya tidak pernah mengungkapkan sepatah katapun tentang perubahan cara berpikir saya kepada siapapun kecuali kepada teman-teman muslim saya. Saya mempunyai kehidupan rahasia...sesuatu yang saya bangun di sekitar diri saya. Saya masih berpegang teguh pada idealisme Kristiani selama 3.5 tahun yang mengantarkan saya mengubah keyakinan saya. Saya akan berteriak dan berdebat dengan teman-teman muslim saya. Saya mencoba mengajak mereka ke agama Kristen. Kesulitan saya paling utama adalah mereka tidak bisa membantu saya menjelaskan bahwa "Yesus itu bukan Tuhan". Tidak ada dalam doktrin mereka yang diberikan kepada saya yang memberikan bukti-bukti yang bisa dipercaya. Tetapi kemudian sesuatu terjadi yang membuat saya mulai memperhatikannya....revolusi di Mesir. Teman terbaik saya pada waktu itu terlibat dalam demo dan berasal dari Cairo. Dia mengirimkan video dirinya yang tertembak dan foto-foto setelah dilempari gas air mata. Saya tidak takut lagi dengan para pejuang kemerdekaan. Saya memahami isu-isu perjuangan kemerdekaan di Palestina, saya menyadari masalah itu berasal dari Israel, dan kebohongan negara asal saya. Itulah yang benar-benar menggerakkan saya untuk memeluk Islam. Sebenarnya bukanlah transisi spiritual pada mulanya...tetapi lebih pada alasan politik. Semakin saya menyadari tentang betapa apa yang dikatakan kepada saya sebelumnya adalah salah, semakin saya mulai membangunkan fakta bahwa kami adalah domba-domba. Saya menyadari bahwa ketakutan pada Islam adalah sebuah rekayasa dan mengapa harus begitu? Mengapa negara saya membuat saya percaya bahwa Islam itu buruk? Saya membutuhkan 4 bulan untuk mengubah keyakinan dan tiga bulan sesudahnya, dengan air mata karena saya tidak tahu lagi mana yang benar. Realita saya sudah ditelanjangi dan saya benar-benar dalam kebingungan. Saya diajak memeluk Islam bulan Juli 2012 oleh seorang kakak. Selama 4 hari saya berjuang mengambil keputusan. Saya masih belum bisa dengan jelas memahami bahwa Yesus itu bukan Tuhan. Saya tidak tahu bahwa Tuhan menyeret saya ke arah Islam. Tiga setengah tahun sebelumnya Tuhan menggoreskan Islam ke dalam hati saya dan segalanya berubah terus. Itu bukanlah tentang kepindahan saya ke Islam. Saya akhirnya tahu ini. Saya tidak pernah berhenti melihat Islam dalam tiga setengah tahun itu. Sepanjang waktu itu, saya mengkristenkan seorang laki-laki. Tiga minggu kemudian saya menikah dengan pria itu. Saya berhenti pergi ke gereja. Saya menangis karena saya tidak tahu apakah saya membuat Tuhan marah karena berhenti berdoa kepada Yesus. Saya hanya bingung sekali. Tidak ada lagi yang saya lakukan yang masuk akal. Pada tanggal 16 Juli 2012, saya duduk di meja kerja saya, empat hari setelah kakak saya mengajak saya memeluk Islam dan saya berdiskusi dengan diri saya sendiri...aneh kan? Alia...Apa yang kau inginkan dari Tuhan? Untuk jatuh cinta pada Tuhan. Apakah kamu percaya Islam adalah jalan yang benar? Saya percaya itu. Apakah kamu percaya Yesus itu anak Tuhan? Saya tidak tahu. Coba lihat... Saya tidak pernah mengetahui keberadaan Tuhan. Saya selalu berdoa dengan cara Yesus, saya mencintai Yesus. Saya tahu saya tidak memenuhi pilar pertama dalam Islam yaitu bahwa Tuhan itu Esa. Tetapi tetap saja saya memutuskan untuk mengambil langkah dalam iman terhadap Islam. Saya mengucapkan syahadat. Saya mengucapkan kata-kata yang membuat saya demikian tidak nyaman. Saya tahu tidak boleh begitu, tetapi sesuatu di dalam diri saya tahu, Allah akan membuat saya mengerti pada saatnya kelak. Berbulan-bulan saya menangis karena saya masih tidak tahu apakah Allah marah karena saya meninggalkan agama Kristen. Saya selalu ketakutan. Kata-kata dari keluarga saya, teman-teman dan suami hanya membuat segalanya lebih buruk karena mereka selalu mengatakan hal-hal seperti, saya sudah dicuci otak, saya akan masuk neraka, saya tidak bisa berpikir sendiri. Hal lainnya lebih baik tidak saya sebutkan. Saya tahu saya belum memiliki pengetahuan yang paling penting itu, tetapi saya tahu Allah akan membuat saya memahaminya pada waktunya. Saya mempunyai seorang teman muslim yang saya selalu curhat kepadanya. Ia mengetahui mengapa saya mengalami kesulitan demikian ketika berpindah agama. Dia duduk bersama saya dan meminta saya belajar. Dia memastikan saya membaca Qur'an. Kami banyak berdiskusi. Dia menyadari bahwa saya tidak sepenuhnya merelakan tentang Yesus Kristus. Dia mulai memberi saya surat-surat Qur'an yang menjelaskan tentang ini dan meminta saya melihat video di YouTube yang membahas ini. Berkat usahanya, saya bisa sepenuhnya merelakan catatan bahwa Yesus itu Tuhan. Hanya ada Satu Tuhan, dan Dia sendiri yang harus disembah, Allah. Perjalanan saya keluar dari agama Kristen dan langsung menuju Allah merupakan hal yang sulit dan saya akan ulangi itu jutaan kali. Kedamaian yang telah dibawa Islam kepada saya...tak seorangpun bisa mengambilnya kembali. Alia sekarang melakukan kegiatan dakwah dan berpartisipasi dalam menyebarkan pesan damai dan kemanusiaan kepada mereka yang mempunyai pemikiran keliru tentang Islam. Dia juga punya Facebook page, silahkan mengunjungi dan like. OneUmmahWorldwide. Helfia Nil Chalis. Helfia Store. Helfia Network. Sebuah artikel yang ditulis sendiri oleh si empunya kisah Nora menarik perhatian saya dan sempat membuat saya meneteskan air mata. Berikut ini terjemahannya untuk teman-teman semua. Judul asli artikel Nora: "Journey of Chinese sister Nora to Islam". Aslam AleKum Brothers and Sisters Nama saya Nora Jasmine, 29 tahun lahir di Singapore dalam sebuah keluarga beretnis Cina. Sejak dulu saya terbiasa berpikir bebas sebelum saya mengenal Islam. Tumbuh di lingkungan negara multi-rasial berarti anda mempunyai teman-teman dari berbagai agama berbeda dan aliran hidup. Begitulah, saya sudah mengunjungi misa gereja dan pengumpulan dana di kuil Cina dan banyak hal-hal lainnya, hanya untuk menemukan jawaban atas pertanyaan saya dan hanya untuk menemukan sebuah hubungan kepada Tuhan tetapi tidak ada yang bisa menyentuh hati saya dan menjawab keraguan saya tentang siapa Tuhan dan apa tujuan kita dalam hidup ini. Waktu berlalu, sama seperti kebanyakan orang lain, ketika saya mencapai usia 20-an, saya melupakan itu semua dan berkonsentrasi dalam kehidupan serba materialistis seperti mencari lebih banyak uang yang tidak ada cukup-cukupnya. Saya tidak tahu apa-apa tentang Islam dan dalam pikiran saya Islam adalah agama yang memiliki aturan ketat. Sampai suatu hari saya mengenal seseorang (sekarang menjadi pacar saya) yang terlahir sebagai Muslim, segalanya mulai berubah. Dia suatu ketika mengatakan kepada saya bahwa ia ingin menyegarkan kembali pemahamannya tentang agamanya dan kembali ke jalan yang benar dan dia mengajak saya untuk mengikuti kursus dasar pengetahuan tentang agama Islam. Saya pikir, bukankah ini hanya sekedar bincang-bincang saja seperti biasanya, jadi mengapa tidak menyimak saja apa sebenarnya Islam itu? Kami mengikuti 3 sesi pelajaran dan saya menyadari bahwa Islam telah menjawab ketidakpastian yang saya alami! Pada akhir sesi ke 10, saya merasa damai dalam hati dan lebih sadar tentang tindakan-tindakan saya. Suatu perasaan yang belum pernah saya rasakan sebelumnya... Orang sering bertanya kepada saya "Dari sekian banyak agama, mengapa memilih Islam?" dan mereka mengomentari "Kamu benar-benar mencintai pacarmu, begitu besarnya sehingga kamu rela berkorban untuknya". Dan saya selalu menjawab: "Allah membawa dia ke dalam hidup saya bukan tanpa sebab. Alhamdulillah!!!. Dia menjadi titik balik sehingga membuat saya mengenal Islam dengan lebih baik. Tetapi, tidak, saya tidak memilih Islam karena saya sangat mencintai pacar saya. Semata-mata karena Islam menyediakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan saya tentang hidup, memberikan saya kedamaian dan membuat saya menjadi orang yang lebih baik. Tidaklah mudah meyakinkan ibunda saya yang begitu menentang ide ini, tetapi in shaa Allah, saya akan mengikuti petunjuk Nya dan akan baik-baik saja. Alhamdulillah, satu setengah tahun kemudian, saya mengucapkan syahadat pada tanggal 11 Mei 2013, dengan ibunda tersayang dan pacar saya dengan ortu nya juga beberapa orang teman-teman dekat menyaksikan sebuah prosesi penting dalam hidup saya. Saat itu merupakan momen paling mengesankan ketika Imam mengumumkan bahwa saya sekarang sudah diampuni segala dosa saya di masa lalu oleh Allah dan saya bersih, murni seperti seorang bayi yang baru lahir. Dengan rasa syukur dan aliran airmata kegembiraan, saya sekarang bangga menyatakan diri sebagai seorang Muslim. Saya masih belajar dan setiap hari saya berterimakasih kepada Tuhan bahwa saya dibimbing dengan cahaya kebenaran dalam hidup ini! Alhamdulillah! --Nora Jasmine Helfia Nil Chalis. Helfia Store. Helfia Network. Memihak pada kebenaran membutuhkan sebuah keyakinan yang kuat, begitulah kesan yang saya dapatkan ketika membaca kisah berikut dari eramuslim.com yaitu tentang seorang pengajar di sekolah minggu di Amerika Serikat, Cheryl Dacey sebagai berikut. Saya dilahirkan dalam sebuah keluarga Katolik Irlandia, dan saya selalu menghadiri sekolah Katolik dari SD hingga ke perguruan tinggi, menikah, memiliki empat anak yang mulai dewasa hingga akhirnya saya bercerai. Sedangkan perkenalan saya dengan Islam ketika saya bekerja dan bertemu dengan beberapa muslim. Perusahaan tempat saya bekerja berada di New Jersey, dan saya bertemu dengan rekan muslim saya ketika saya bekerja di New York dalam sebuah proyek perusahaan. Dan apa yang saya perhatikan selama bertahun-tahun mengenal mereka adalah bagaimana mereka menghormati ibu saya dan saya sendiri, perilaku yang saya temukan dari mereka sangat baik. Banyak hal menarik yang saya ketahui tentang rekan-rekan muslim saya. Ketika mereka mengatakan bahwa kita mempercayai Tuhan yang sama, saya pikir mereka gila karena itu saya mengatakan kepada mereka, “Tidak, tentu saja kita tidak percaya pada Tuhan yang sama”. Saya pikir itu benar-benar jenis agama yang asing dari apa yang saya yakini. saya tidak menyadari bahwa kita memiliki nabi yang sama, dan banyak informasi yang saya terima sebenarnya hampir sama dengan apa yang diajarkan Islam. Jadi saya benar-benar tidak tahu banyak tentang Islam. Saya mulai tertarik dengan Islam dan ingin mengetahui tentang Islam ketika untuk pertama kalinya saya membaca beberapa literatur tentang Islam dan ketika saya sampai ke suatu titik bahwa Yesus bukan Tuhan, saya mulai berpikir kembali untuk meyakini ketuhanan Yesus. Sebenarnya sejak dahulu saya sangat percaya apa yang saya yakini. Saya adalah seorang guru Sekolah Minggu. Saya mengajar ratusan anak-anak tentang agama Katolik. Itulah sebabnya saya merasa seperti sebuah keajaiban ketika akhirnya saya masuk Islam! Jadi apa yang mereka katakan bahwa kita memiliki Tuhan yang sama dan pesan yang sama yang turun secara berulang-ulang kepada nabi yang berbeda. Dan mereka menempatkan Islam, Kristen dan Yahudi dalam semacam bingkai waktu dari Tuhan yang sama tetapi dengan nabi yang berbeda. Dan saya pikir dari melihat hal seperti itu membuat saya percaya bahwa banyak komponen yang sama, seperti Maria adalah bunda perawan Yesus, tetapi hanya Yesus bukan Tuhan. Jadi itu sangat sulit untuk tidak mempercayai itu semua. Dan apa yang terjadi saya pikir benar-benar sebuah keajaiban. Saya tidak bisa tidur, ketika saya diberi sebuah buku oleh seorang Syaikh dari Masjid yang berasal dari Suriah. Dan buku itu berjudul “Keajaiban Al-Quran” dan saya tidak bisa tidur sama sekali malam itu. Saya sudah memiliki buku itu selama dua tahun tapi saya tidak pernah membacanya. Suatu hari saya mengambil buku itu dan saya membacanya. Dan setelah saya membacanya saya punya perasaan yang benar-benar menakjubkan sampai saya berteriak “Oh my Gosh, sekarang saya tahu apa itu kebenaran”. Saya tak punya pilihan. Dan saya tahu bahwa itu akan menjadi begitu sulit karena tidak mudah untuk berpindah agama. Saya harus mempertimbangkan keluarga saya, bagaimana mereka akan memandang saya dan masih banyak hal lainnya yang bisa mengkhawatirkan saya. Masalah terjadi ketika saya memutuskan masuk Islam, keluarga saya menjauhi saya, bahkan ibu saya enggan berbicara kepada saya, dia selalu menghindar ketika saya ajak dia untuk berdiskusi. Dia tahu, tapi dia takut untuk membahasnya. Dan itu sekitar 3 setengah tahun yang lalu, dan hari ini dia senang tentang hal itu. Dia berkata “Saya senang kau menemukan sebuah agama yang indah.” Namun saya belum bisa meyakinkan dia untuk menjadi seorang Muslim. Saudara-saudara saya mengambil sikap secara berbeda. Beberapa dari mereka menerima saya lebih baik daripada yang lain, namun ada juga yang sebaliknya. Anak-anak saya yang sekarang berusia 22, 24 dan 16 tahun, mereka benar-benar positif tentang keislaman saya. Mereka benar-benar terbuka dan tertarik untuk belajar lebih banyak. Setelah masuk Islam, saya mulai mencoba berdakwah di kalangan perempuan. Saya memulai sebuah program di Islamic society of Central Jersey yang disebut “Muslim by Choice”. Kami memiliki sebuah situs web dan saya memulai program ini pada saat saya sebagai seorang mualaf merasa terisolasi di masjid. Awalnya sulit untuk bisa diterima di sana (masjid), namun lambut laun banyak yang mulai menerima saya dan mualaf lainnya. Dulu waktu saya ingin tahu bagaimana tata cara shalat, saya ingin belajar bahasa Arab, saya bingung harus bertanya kemana. Ketika saya menelepon Masjid, tidak ada yang menjawab pertanyaan saya. Jadi saya memulai program ini sehingga kami bisa menawarkan layanan tersebut. Kami memiliki kelas belajar membaca Al-Quran. Kami memiliki kelas Aqidah Kami memiliki halaqah bantuan bagi yang ingin belajar Islam. Dan kami akan terus berdakwah. Dan contoh terbaik menurut saya adalah dengan perilaku ketimbang berdakwah dengan kata-kata, ketika mereka melihat seorang Muslim yang baik, dan mereka melihat Muslim berperilaku baik, itulah awalnya mereka tertarik kepada Islam seperti yang saya alami. (Sumber: eramuslim.com/th) Helfia Nil Chalis. Helfia Store. Helfia Network. |
ISLAM
Cari artikel? Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini. Kebenaran Quran dan Ajaran IslamMenyampaikan bukti-bukti kebenaran Quran dan ajaran Islam melalui tulisan dan pengakuan ahli ilmu pengetahuan dunia yang diambil dari berbagai sumber.
Archives
July 2024
Categories
All
kirim pesan [email protected]
|