Ini kisah nyata yang dialami Pak Ustadz Uyad Albantani (Uy). Sekitar tahun 2014, beliau mendapat undangan ceramah keluar kota. Berangkatlah beliau dari rumah menuju bandara Soekarno-Hatta dengan taksi. Sepanjang perjalanan beliau ngobrol dengan Supir Taksi (ST).
Uy : "Ngomong², udah berapa lama nyupir taksi pak ... ?". ST : "Owh belum lama pak, baru beberapa bulan saja". Uy : "Ooh gitu, emang sebelumnya kerja dimana ... ? ". ST : "Dulu sempat kerja di perusahaan perkapalan di Surabaya pak, kebetulan dulu pernah ambil Tehnik Mesin di ITS, trus perusahaannya bangkrut jadi saya kena PHK, lama nganggur di Surabaya akhirnya saya putuskan pindah ke Jakarta". Uy : "Wah, sayang sekali ya, ngomong² anak sudah berapa ... ? ". ST : "Alhamdulillah sudah 4 pak, yang besar malah udah mau tamat SMA ". Uy : "Oh gitu, kalo boleh tau, narik taksi sehari bersih bisa dapet berapa sih ... ? ". ST : "Ya, Alhamdulillah pak, kalo di rata² sehari bisa dapet 75 ribu, kalo lagi rame bisa sampe 150 ribu, dan gak tentu jugalah pak ". Uy : "Oh ya, tapi sebelumnya mohon maaf nih, emang segitu cukup buat anak istri ... ? ". ST : " Ya insya Allah cukup pak, daripada gak ada sama sekali ". Uy : "Masyaa Allah, kok bisa cukup ya pak, ini di Jakarta lho ... ? ". ST : "Ya kalo dihitung² sih gak cukup pak, tapi sekarang saya merasa lebih tenang pak. Alhamdulillah sekarang kerja bisa sambil ngurus masjid. Alhamdulillah juga saya masih bisa rutin sedekah,10% dari hasil naksi saya infakkan ke masjid ". Uy : "Ya Allah, jadi uang segitu masih dipotong lagi buat sedekah ... ? ". (tak terasa air matanya menetes haru). ST : "Iya pak, mumpung Allah lagi ngasih kesempatan saya bersedekah, dulu waktu masih jaya boro² saya mau sedekah pak. Makanya habis apa yang saya miliki. Saya bersyukur kali sekarang bisa dekat sama Allah ". Tak terasa, mobil sudah memasuki portal menuju Terminal 1B Soetta, argo menunjukkan 115 ribu lalu dibayar oleh Pak Uyad 150 ribu. Karena rasa haru yang mendalam dari cerita supir taksi tadi, sebelum keluar dari mobil pak Uyad mengeluarkan lagi uang Rp. 2 juta dan diberikannya ke bapak supir tsb. "Ini buat anak istri dirumah ya, salam buat keluarga", sambil beranjak keluar dari mobil. Tiba² bapak supir keluar dari mobilnya dan menyusul Ust. Uyad. "Masyaa Allah pak, ini kebanyakan", sambil menyodorkan kembali uang tsb. "Oh gak papa, kebetulan saya lagi ada titipan rezeki dari Allah dan saya mau sedekah sama orang yang Ahli Sedekah, senang ketemu sama bapak. Tolong jangan dikembalikan. Berilah kesempatan Allah mencatat sebuah Amal Jariyah buat saya". Jawab Ust. Uyad. Dengan mata yang berkaca², pak supir menerima uang tersebut sambil memeluk Ust. Uyad. Mereka berpisah dan suasana haru itupun berlalu. Sebagaimana detik yang lari meninggalkan waktu. Pada tahun 2016, di suatu malam, Ust. Uyad sedang bersilaturahmi dengan teman²nya di lobby Hotel JW Mariot. Ketika asyik ngobrol, tiba² datang office boy menghampirinya sambil menyerahkan sebuah amplop. "Apa ini ... ?", tanya Ust. Uyad. "Tak tau pak, saya disuruh sama bapak² diluar tadi, itu titipan dari dia pesannya, supaya diserahkan ke bapak ", jawab office boy. "Bapak yang mana ... ? ", tanya Ust. Uyad. "Wah, saya juga gak kenal pak, orangnya di luar sana pak" jawab office boy. Melihat kejadian itu, salah satu teman Ust. Uyad yang kebetulan berdinas di kepolisian memberi saran untuk segera membuka amplop tersebut dan ternyata didalamnya berisi uang US 2000 dollar. Dalam kondisi keheranan dan terkejut, muncul rasa penasaran dan curiga, jangan² uang ini diberikan sebagai jebakan. Akhirnya Ust. Uyad berlari keluar hotel meninggalkan temannya di lobby. "Mana bapak yang ngasih amplop ini ... ?", tanyanya kembali ke office boy yang menyerahkan amplop tadi. "Itu pak, bapak itu masih di luar ". Dengan setengah berlari, Ust. Uyad akhirnya menemukan bapak yang ditunjuk ob tadi. "Pak, maaf ya, bapak yang ngasih amplop ini...? Apa maksudnya? Bapak siapa... ?", tanyanya dengan nada agak meninggi karena beliau takut sedang menerima jebakan dari seseorang. "Iya saya pak, saya memang udah lama mencari bapak, saya supir taksi yang pernah nganterin bapak dulu ke bandara, masak bapak lupa ... ?". "Waduh maaf pak, mana saya inget, saya sering naek taksi " jawab Ust. Uyad penasaran. "Saya supir taksi yang 2 tahun dulu pernah bapak kasih uang Rp 2 juta ". "Masyaa Allah maaf pak, saya bener2 gak inget ". "Saya yang pernah anter bapak dari Lebak Bulus ke Terminal 1B pas bapak mau ke Bangka Belitung ". Ust. Uyad mulai mengingat kejadian 2 tahun yang lalu. "Terus terang pak, saat itu saya memang sedang membutuhkan uang sebanyak itu untuk bayar kontrakan yang jatuh tempo. Hari itu juga saya harus bayar sekolah anak saya. Dan saya tidak tau lagi kemana harus saya cari uang sebanyak itu. Jadi ketika bapak kasih Rp 2 juta itu saya kaget sampe nangis. Saya berterima kasih sekali sama bapak". "Masyaa Allah pak, maafkan saya, saya baru ingat. Lagian itu kejadian 2 tahun yang lalu. Trus ini kenapa kok bapak ngasih sebanyak ini ...? ". "Saya cuma ingin berterima kasih saja sama bapak, Alhamdulillah pak sekarang saya sudah bekerja di perusahaan konsultan teknik untuk proyek²". "Masyaa Allah pak, ya udah pak saya terima tapi ini kebanyakan " sambil bermaksud menyerahkan amplop itu kembali, namun ditolak... "Ma'af pak, tolong diterima pak, jangan dikembalikan, berilah kesempatan Allah mencatat sebuah Amal Jariyah buat saya ". Pelukan dan air mata mengiringi haru pertemuan kembali dua hamba yang saling mencintai karena Allah. Terima kasih kepada Ust Uyad yang telah memberikan izin kepada kami untuk menuliskan kembali kisah nyata ini. Allah berfiman: Barangsiapa membawa Amal yang baik , maka baginya ( pahala ) sepuluh kali lipat Amalnya. Dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). (QS. Al An'am : 160).
0 Comments
Ada kota kecil di Mesir bernama Tafahna Al Asyraf di Provinsi Daqahliyah. Kota yang sunyi dan akses ke mana pun terbilang sulit. Satu pemuda berasal dari kota itu bernama Sholah Athiyah. Dosennya di Universitas Al-Azhar Syekh Dr. Mustafa Dasuki Kasbah bahkan mengatakan ketika kuliah Sholah hanya mempunyai satu celana panjang.
Setelah lulus dan menjadi insinyur, Sholah mengajak 9 kawannya sesama lulusan fakultas pertanian untuk berbisnis bersama. Mereka pun membuat bisnis peternakan unggas. Namun selayaknya bisnis, ada yang tidak berjalan begitu baik, salah satu benturannya adalah modal. Mereka pun mengumpulkan modal dari penjualan tanah, perhiasan istri-istrinya, sampai meminjam agar bisnis berjalan. Bersamaan itu juga mereka mencari mitra ke-10 agar bisnisnya mampu berjalan. Satu kali Sholah menuntaskan pertanyaan teman-temannya tentang mitra ke-10 tersebut. “Aku sudah menemukannya,” katanya. Rasa penasaran pun menghampiri, ”Siapa?” tanya mereka. “Allah,” jawab Sholah singkat. “Allah akan menjadi mitra usaha kita yang ke-10. Allah akan mendapat 10% dari usaha kita. Dengan perjanjian, Allah yang akan memberikan perlindungan dan pemeliharaan, keamanan dari segala wabah penyakit,” lanjutnya. Saking seriusnya mereka dengan perjanjian tersebut, mereka bahkan menuliskan perjanjiannya dan diserahkan kepada notaris, lengkap dengan peran-peran dari Sang Mitra ke-10. Dan Sang Mitra Terbaik tak pernah ingkar pada janjinya. Dalam satu musim, bisnis itu pun meroket. Sejalan dengan pesatnya bisnis, keuntungan Sang Mitra terus dinaikkan dari 20% sampai 50%. Pembagian hasil itu bermuara kepada pembangunan sekolah dari SD hingga SMA untuk putra dan putri. Tapi keuntungan terus bertambah hingga akhirnya tebesit sebuah ide untuk membangun universitas di sana, sebuah perkampungan kecil. Tak tanggung, demi membangun sebuah universitas yang mudah diakses, mereka juga membangun universitas itu lengkap dengan jalur kereta yang gratis bagi mahasiswa. Asrama putri berkapasitas 600 orang dan asrama putra berkapasitas 1.000 orang serta rumah sakit berdiri di dekat kampus dengan 5 fakultas itu. Universitas Al-Azhar Tafahna namanya. “Sekarang banyak mahasiswa Indonesia yang di sana, di Universitas Al-Azhar daerah Tafahna. Anak saya yang kedua itu pernah merasakan wakaf dari rumah sakit wakaf ini. Dari kehamilan sampai kelahiran itu gratis. Ini sinergi antara wakaf dan zakat untuk pembiayaannya. Kami dapat surat pengantar dari rumah sakit itu untuk scan. Kami kira scan-nya di rumah sakit yang lain, tetapi ternyata di basement sebuah masjid. Alat-alatnya sangat canggih dan di depannya ada tulisan, ’Kepada para pengunjung kami beritahukan alat-alat ini dibiayai dari zakat, mohon kepada yang tidak berhak menerimanya tidak menggunakan fasilitas ini’,” cerita Dr. Ahmad Jalaludin, Lc. MA, Pakar Ekonomi Syariah saat masih berkuliah S2 di Mesir. Menurutnya, rumah sakit tersebut merupakan salah satu contoh bagaimana wakaf tidak hanya menjadi penopang fasilitas ibadah seperti masjid, tetapi juga hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat secara umum. Ia berharap hal ini bisa dikembangkan oleh sinergi antara lembaga-lembaga wakaf di Indonesia. Ustaz Jalaludin sedang menjelaskan kisah wakaf Sholah Athiyah. “Perlu mengembangkan dari perlombaan kebaikan mencari wakaf, kepada pola bersinergi, bekerja sama di dalam mengembangkan wakaf. Dari fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam kebaikan) kepada at ta’awun ‘ala al-birri wa taqwa (saling membantu di atas kebaikan dan ketakwaan). Ada yang besar, ada yang kecil, ada yang punya potensi skill, ada yang punya potensi finansial, ada yang punya potensi jaringan. Inilah yang kemudian bersinergi dan bekerja sama,” ungkap Ustaz Jalaludin di sela helatan Waqf Business Forum yang diselenggarakan oleh Global Wakaf – ACT di Malang, Ahad (22/11) lalu. Harapannya tentu agar wakaf berkembang seperti yang dilakukan Sholah Athiyah. Akhirnya 100% usaha tersebut diberikan Sholah kepada Allah. Manfaat wakaf masuk ke kehidupan masyarakat mulai dari bantuan pangan, membuka lapangan pekerjaan di aset-asetnya, menyediakan hidangan buka puasa, hingga memberikan perabotan bagi perempuan yatim yang hendak menikah. Masyarakat begitu mencintai Sholah Athiyah karena kepeduliannya. Konon menurut Ustaz Jalaludin, ketika ia wafat pada 2016 lalu, bahkan ada sekitar 500.000 orang dari kampung tersebut yang mengantar kepulangannya. Namanya Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib. Karena kemuliaan pribadi, ketakwaan dan banyaknya ibadah kepada Allah Ta'ala, orang-orang pun menjulukinya Zainal Abidin (Hiasan Para Ahli Ibadah). Julukan inilah yang kemudian lekat dengan dirinya, Ali Zainal Abidin.
Beliaulah satu-satunya anak lelaki dari Sayyidina Husein bin Ali ra. (cucu kesayangan Rasulullah ﷺ) yang selamat dari tragedi pembataian di padang Karbala, Iraq, 10 Al-Muharram tahun 61 Hijriyah. Tentang Ali Zainal Abidin, Imam Az-Zuhri berkata, "Wa mâ ra'aytu ahadan kâna afqah minhu. Aku tidak melihat seseorang yang lebih faqih (paham agamanya) selain beliau." (Al-Imam Adz-Dzahabi, Siyar A'lam An-Nubalâ') Ada banyak kisah inspiratif yang dinukilkan para ulama dari sosok mulia ini. Salah satunya dikisahkan oleh Al-Hafizh Ibnul Jauzi dalam Shifatush Shafwah (2:97). Satu ketika, Ali Zainal Abidin didatangi oleh orang-orang Syiah ekstrem dari kalangan penduduk Iraq di Madinah. Saat berbincang, mereka dengan lancang membicarakan kedudukan Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khathab dan Utsman bin Affan dengan hal-hal yang tidak patut. Ketika orang-orang ini selesai bicara, Ali Zainal Abidin berkata, "Apakah kalian tidak pernah mendengar bahwa ketiganya termasuk kaum Muhajirin pertama yang disebutkan dalam ayat ini: الْمُهَاجِرِينَ الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا وَيَنْصُرُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ '… Yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dari Allah dan keridhaan-(Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar.' (QS Al-Hasyr, 69:8)" Mereka menjawab, "Tidak!" Ali Zainal Abidin kembali bertanya, "Apakah kalian pernah diberi kabar tentang kaum Anshar, yang kemuliaannya disebutkan dalam ayat ini: وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ 'Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (kaum Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (kaum Anshar) mencintai orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (kaum Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu) ...' (QS Al-Hasyr, 69:9)" Mereka berkata, "Tidak!" Ali Zainal Abidin lalu berkata, "(Kalau begitu), kalian telah berlepas diri untuk menjadi bagian dari kedua golongan itu (kaum Muhajirin dan Anshar)." "Aku bersaksi bahwa kalian tidak termasuk orang-orang yang disebutkan dalam ayat ini: وَالَّذِينَ جَاءُوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا 'Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa, "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau biarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang beriman …" (QS Al-Hasyr, 69:10) Setelah itu, Ali Zainal Abidin mempersilahkan mereka untuk meninggalkan majelisnya sembari berkata, "Silakan kalian pergi! Allah-lah yang akan mengurus kalian." Dikutip dari Qishashul Auliyâ' (Kisah Para Kekasih Allah), karya Muhammad Khalid Tsabit. Jazirah Arab
Jazirah Arab itu sebenarnya tidak hanya terdiri atas gurun pasir. Ada banyak tanah subur yang telah dihuni sejak lama. Tanah-tanah subur itu terutama terletak di daerah pantai, seperti Yaman, Yamamah, Hadramaut, dan Ahsa. Di bagian tengah Jazirah Arab ada sebuah wilayah subur lain bernama Najd. Wilayah ini dikenal sebagai tempat asal kuda Arab yang termahsyur di mana-mana. Najd dan Yamamah juga terkenal sebagai penghasil gandum. Demikian banyak gandum yang dihasilkan sehingga konon mampu memenuhi kebutuhan seluruh penduduk Jazirah Arab yang ketika Nabi Muhammad dilahirkan berjumlah sekitar 10 juta- 12 juta jiwa. Di kota Madinah terdapat bukit -bukit yang baik untuk ditanami. Sementara itu, kota Thaif terkenal karena buah-buahannya. Di luar daerah-daerah subur, Jazirah Arab dipenuhi gunung dan bukit-bukit batu yang besar. Tidak ada sungai mengalir. Suhu udaranya sangat panas. Karenanya, penduduk Arab umumnya suka mengembara. Mereka suka berpindah ke tempat mana saja yang dapat memenuhi keperluan hidup sehari-hari berserta hewan-hewan ternak mereka. Unta Unta adalah kendaraan yang sangat diandalkan penduduk gurun pasir. Ia dapat mengarungi gurun selama 17 hari tanpa minum. Walaupun pelan, jika dipacu unta dapat menempuh jarak sampai 300 km dalam sehari. Unta mau melahap ranting dan rumput pahit yang di jauhi kambing. Unta juga mau minum air berlumpur dan mengubahnya menjadi susu bermutu tinggi yang dapat digunakan sebagai obat tetes mata. Dagingnya dimakan, bulunya dibuat tali, kulitnya dapat menjadi aneka alat, mulai dari sandal sampai atap dan perisai perang. Air seninya menjadi sampo pencuci rambut. Kukunya dibakar dan diulek menjadi tepung untuk obat luka atau adonan kue. Kotorannya dapat dipakai sebagai bahan bakar. Unta adalah karunia Allah untuk penduduk gurun pasir. Letak Mekah Di Kota Mekah inilah terletak Ka'bah, Baitullah. Ke arah Ka'bahlah seluruh Muslim di dunia menghadapkan diri jika sedang shalat. Di kota Mekah inilah nabi Muhammad ﷺ, dilahirkan. Kota Mekah adalah sebuah lembah yang tidak begitu luas, di tengah lautan pasir. Bukit-bukit mengurung lembah ini rapat-rapat. Begitu rapatnya sehingga cuma ada tiga jalan untuk keluar dan masuk Mekah. Jalan pertama menuju ke Yaman, jalan ke dua menuju ke Laut Merah, dan jalan ketiga adalah jalan menuju Palestina. Ribuan tahun yang lalu, Lembah Mekah hanyalah sebuah tempat persinggahan rombongan kafilah, baik yang datang dari Yaman menuju Palestina maupun sebaliknya, yang datang dari Palestina menuju Yaman. Nabi Ismail lah yang pertama kali membuat Mekah menjadi sebuah kota. Pakaian Orang Arab Penduduk asli Jazirah Arab adalah suku Badui. Pakaian mereka longgar, hangat pada musim dingin, dan sejuk pada musim panas. Pakaian ini menjaga kulit dari sengatan matahari serta angin kering. Pada zaman para nabi, pakaian ini terdiri atas dua helai. Satu helai melilit tubuh dari bawah ketiak. Satu helai lagi adalah sebuah jubah panjang sampai kaki dan terbuat dari bulu domba atau unta. Warnanya krem dengan lurik tegak berwarna hitam, biru, coklat atau putih. Pakaian wanitanya panjang menyapu tanah dan sangat longgar. Selendang melilit pinggang, jubahnya berlurik merah, kuning, hitam atau biru. Cadarnya berwarna hitam atau putih. Tudung kepala berwarna merah, putih, atau cokelat melindungi mata, telinga, dan hidung dari debu dan badai pasir. Badui Suku Badui adalah penduduk asli Jazirah Arab. Mereka adalah prajurit pengelana yang tangguh. Tinggi mereka sedang, tapi kekar, cekatan, dan kuat menderita dalam alam yang keras. Jika ada anggota keluarga yang tewas, para lelaki Badui akan segera membalas pembunuhnya. Mereka berani dalam bertempur dan sabar dalam kekalahan. Meski demikian, orang Badui terkenal ramah, senang memberi, dan sangat menghormati tamu. Mereka juga tenang, sabar, dan tidak cepat marah. Orang Badui juga sangat mengagumi keindahan syair. Jiwa orang orang Badui mudah terpanggil pada kebenaran. Mereka adalah orang orang sederhana. Mereka duduk di lantai dengan wadah makanan di lutut. Dengan demikian, tidak bisa dibedakan mana majikan dan mana bawahan. Sahabat fillahku, kepada orang-orang inilah Nabi Muhammad ﷺ diutus. Berkat bimbingan Nabi Muhammadlah orang orang Badui dari padang pasir yang sunyi ini mampu mengguncang dunia. Merekalah yang akhirnya menyebarkan agama Islam ke seluruh dunia. Merekalah yang membangun umat Islam menjadi umat yang besar dan dihormati. Namun, jauh sebelum menyebar ke penjuru bumi, perjalanan umat Islam di Jazirah Arab dimulai oleh kisah Nabi Ibrahim عَلَيْهِ السَلاَمُ. Beliau adalah nenek moyang Nabi Muhammad ﷺ. Bersambung Berita menggelegar kita terima saat menjelang hari terakhir Ramadhan, 11 Mei 2021 tahun ini. Kepergian Ustadz Tengku Zulkarnain mengingatkan kita betapa dekatnya kita dengan saat-saat keberangkatan kita. Beliau telah memberikan keteladaan kepada kita tentang bagaimana mengisi hidup ini dengan istiqomah dalam berjuang di jalan Allah. Berbagai perasaan muncul di dalam dada, kiranya tulisan Elva Tazar berikut ini bisa mewakili beberapa dari perasaan kita atas wafatnya guru kita Ustadz Tengku Zulkarnain.
By Elva Tazar Kematian adalah keniscayaan, tak satu pun manusia bisa lari dari kematian, tak bisa mundur sedetik pun karena kematian adalah ketetapan takdir manusia ketika masih usia 4 bulan di rahim ibu. Namun kabar wafatnya idolaku Buya Tengku Zulkarnain usai azan magrib di kota Pekanbaru Riau. Di bulan mulia Romadhan yang ke 28, tak pelak membuat aku terduduk lemas. Setengah jam sebelum wafatnya ust Zul aku masih komunikasi lewat wa dengan sepupunya yang berada di Pekanbaru yang mengabarkan kondisi terkini ust yang sudah dipasang ventilator. Ya Allah... Belum selesai buka puasa, aku dapat berita yang mengabarkan ust Zul wafat. Innalilahi wa inailahi rojiun. Sungguh berita ini membuat aku sangat berduka. Tak berlebihan jika aku mengatakan sebagian besar ummat Islam pasti akan sangat kehilangan sosok ulama yang cerdas, hafiz al Qur an, pejuang dan pembela agama.Tak hanya itu wakil Sekjen MUI periode 2015- 2020 ini juga mantan penyanyi dikala mudanya sederet prestasi antara lain juara bintang Radio pernah ia raih. Namun ketika ust Zul muda mulai aktif berdakwah beliau tak lagi main musik. Gitar kesayangannya pun tak pernah lagi ia sentuh. Namun suaranya yang merdu sering beliau senandungkan disela sela tausiyahnya. Ceramahnya yang penuh humor namun tetap berani mengkritik dengan logat melayu membuat kita yang mendengar jadi ngeri ngeri sedap. Buya Tengku banyak orang memanggilnya atau Bang Zul, ternyata sosok yang sangat santun bila bertemu ulama yang lebih senior, Ust Zul tak sungkan mencium tangan ulama itu. Sosok sederhana dan rendah hati walaupun bagi sebagian orang menilai sebaliknya, tapi itu sah sah saja namanya manusia pasti punya penilaian yang berbeda sesuai konsep pemikirannya masing masing. Ust Zul memang bukan ust yang suka pencitraan dia tampil apa adanya bukan sosok yang suka cari muka demi jabatan dan harta. Bagiku Ust Zul sosok ulama yang punya prinsip tujuannya hanya mencari ridho Allah. Ulama yang berani mengatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Ust Zul benar benar telah "menjual" hidupnya untuk agama. Waktunya sebagian besar untuk dakwah maka menjelang wafatnya ust Zul sedang menjalankan safari dakwah keliling Pekanbaru. Sering beliau berdakwah sampai ke pelosok dengan menggunakan perahu. Itulah resiko Ulama sejati kadang lupa bahwa tubuhnya pun butuh istirahat sehingga kelelahan maka virus covit dengan ganasnya menyerang. Ini tentu saja teori manusia namun berpedoman pada al Qur an setiap manusia pasti akan menemui kematian. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: "Katakanlah, "Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."" (QS. Al-Jumu'ah 62: Ayat 8). Tak satupun manusia bisa lari dari kematian jika sudah waktunya. Buya yang konsisten berpakaian putih ini seakan sudah siap kapan saja Allah memanggilnya karena pakaian terakhirnya pun kafan putih untuk membungkus jasadnya menuju alam barzah. Kini ulama idolaku telah tiada namun tausiyahnya yang rutin aku saksikan di youtube telah membuat imanku semakin mantap bahwa hanya Allah tujuan hidup ini. Sebagai penulis aku bersyukur karyaku "Novel Amak" pernah diapresiasi oleh Ust Tengku Zulkarnain. Terimakasih Ust Zul. Kini ust Zul telah menjemput takdirnya. Allah lebih mencintai Ust Zul yang semasa hidup selalu membela dan menolong agamaNya. Maka Allah panggil ia di saat istimewa. Penghujung Romadhan usai azan Magrib. Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Robmu dengan ridho dan diridhoi. Masuklah dalam golongan hamba hambaKu. Masuklah ke SurgaKu..(al Fajr ayat 27 -30). Selamat jalan Guru Kami, Ulama Kami.. Buya Tengku Zulkarnain.. Sidoarjo, 10 Mei 21 (28 Romadhan 1442H) Penulis Novel Amak Ig@elvatazar Suatu sore, tahun 1525 di sebuah Penjara di Spanyol, suasana di situ terasa hening mencengkam. Jendral Adolfo Roberto, pemimpin penjara yg terkenal bengis, tengah memeriksa setiap kamar tahanan.
Setiap sipir penjara membungkukkan badannya serendah mungkin ketika 'Algojo Penjara' itu berlalu di hadapan mereka. Karena kalau tidak, sepatu 'Jungle' milik tuan Roberto itu akan mendarat di wajah mereka. Roberto marah besar ketika dari sebuah kamar tahanan terdengar suara seseorang membaca Ayat2 Suci Alqur'an yang amat ia benci. "Hai ... hentikan suara jelekmu ! Hentikan ...!!!" Teriak Roberto sekeras-kerasnya sembari membelalakkan mata. Namun apa yang terjadi ? Lelaki di kamar tahanan tadi tetap saja membaca & bersenandung dengan khusyu'nya. Roberto bertambah berang. Algojo penjara itu menghampiri kamar tahanan yg sempit. Dengan congak ia meludahi wajah renta sang tahanan yg keriput hanya tinggal tulang. Tak puas sampai di situ, ia lalu menyulut wajah dan seluruh badan orang tua renta itu dgn rokoknya yg menyala. Sungguh ajaib ...! tak terdengar secuil pun keluh kesakitan. Bibir yg pucat kering milik sang tahanan amat gengsi untuk meneriakkan kata kepatuhan kepada sang Algojo. Bibir keringnya hanya berkata lirih, "Robbi, wa-ana 'abduka ..." Tahanan lain yang menyaksikan kebiadaban itu serentak bertakbir sambil berkata, "Bersabarlah wahai ustadz ... Insya Allah tempatmu di Syurga." Melihat kegigihan orang tua yang dipanggil ustadz oleh sesama tahanan, 'algojo penjara' itu bertambah memuncak amarahnya. Ia perintahkan pegawai penjara untuk membuka sel, dan ditariknya tubuh orang tua itu keras-keras hingga terjerembab di lantai. "Hai orang tua busuk...!! Bukankah engkau tahu, aku tidak suka bahasa jelekmu itu ?! Aku tidak suka apapun yang berhubungan dengan agamamu....!!!" Sang Ustadz lalu berucap, "Sungguh ... aku sangat merindukan kematian, agar aku segera dapat menjumpai kekasihku yang amat kucintai, Allah SWT. Karena kini aku berada di puncak kebahagiaan karena akan segera menemui-Nya. Maka patutkah aku berlutut kepadamu, hai manusia busuk? Jika aku turuti kemauanmu, tentu aku termasuk orang2 yg zhalim". Baru saja kata-kata itu terhenti, sepatu laras Roberto sudah mendarat di wajahnya. Laki-laki itu terhuyung-huyung. Kemudian jatuh terkapar di lantai penjara dengan wajah bersimbah darah. Ketika itulah dari saku baju penjaranya yang telah lusuh, meluncur sebuah 'Buku Kecil'. Adolfo Roberto bermaksud memungutnya. Namun tangan sang Ustadz telah terlebih dahulu mengambil dan menggenggamnya erat-erat. "Berikan buku itu, hai laki-laki dungu !", bentak Roberto. "Haram bagi tanganmu yang kafir dan berlumuran dosa untuk menyentuh barang suci ini !", ucap sang ustadz dgn tatapan menghina pada Roberto. Tak ada jalan lain, akhirnya Roberto mengambil jalan paksa untuk mendapatkan buku itu. Sepatu laras berbobot dua kilogram itu ia gunakan untuk menginjak jari-jari tangan sang ustadz yang telah lemah. Suara gemeretak tulang yang patah terdengar menggetarkan hati. Namun tidak demikian bagi Roberto. Laki-laki bengis itu malah merasa bangga mendengar gemeretak tulang yang terputus. Bahkan 'algojo penjara' itu merasa lebih puas lagi ketika melihat tetesan darah mengalir dari jari-jari musuhnya yang telah hancur. Setelah tangan renta itu tak berdaya, Roberto memungut buku kecil yang membuatnya penasaran. Perlahan Roberto membuka sampul buku yang telah lusuh. Mendadak algojo itu termenung dan berkata dalam hatinya : "Ah ... sepertinya aku pernah mengenal buku ini. Tapi kapan? Ya, aku pernah mengenal buku ini." suara hati Roberto bertanya-tanya. Perlahan Roberto membuka lembaran pertama itu. Jenderal berumur 30 tahun itu bertambah terkejut tatkala melihat tulisan-tulisan "aneh" dalam buku itu. Rasanya ia pernah mengenal tulisan seperti itu dahulu. Namun, sekarang tak pernah dilihatnya di bumi Spanyol. Akhirnya Roberto duduk di samping sang ustadz yang sedang sakarat melepas nafas-nafas terakhirnya. Wajah bengis sang algojo kini diliputi tanda tanya yang dalam. Mata Roberto rapat terpejam. Ia berusaha keras mengingat peristiwa yang di alaminya sewaktu masih kanak-kanak dulu. Perlahan, sketsa masa lalu itu tergambar kembali dalam ingatan Roberto. Pemuda itu teringat ketika suatu sore di masa kanak-kanaknya terjadi kericuhan besar di negeri tempat kelahirannya ini. Sore itu ia melihat peristiwa yang mengerikan di lapangan Inkuisisi (lapangan tempat pembantaian kaum muslimin di Andalusia). Di tempat itu tengah berlangsung pesta darah dan nyawa. Beribu-ribu jiwa kaum muslimin yg tak berdosa berjatuhan di bumi Andalusia. Di ujung kiri lapangan, beberapa puluh wanita berhijab (jilbab) digantung pada tiang-tiang besi yang terpancang tinggi. Tubuh mereka bergelantungan tertiup angin sore yang kencang, membuat pakaian muslimah yang dikenakan berkibar-kibar di udara. Sementara, di tengah lapangan ratusan pemuda Islam dibakar hidup-hidup pada tiang-tiang salib, hanya karena tidak mau memasuki agama yang dibawa oleh para rahib. Seorang bocah laki-laki mungil tampan, berumur tujuh tahunan, malam itu masih berdiri tegak di lapangan Inkuisisi yang telah senyap. Korban-korban kebiadaban itu telah syahid semua. Bocah mungil itu mencucurkan airmatanya menatap sang ibu yang terkulai lemah di tiang gantungan. Perlahan-lahan bocah itu mendekati tubuh sang Ummi (ibu) yang sudah tak bernyawa, sembari menggayuti abaya hitamnya. Sang bocah berkata dengan suara parau, "Ummi.. ummi.. mari kita pulang. Hari sudah malam. Bukankah ummi telah berjanji malam ini akan mengajariku lagi tentang alif, ba, ta, tsa ....? Ummi, cepat pulang ke rumah ummi ..." Bocah kecil itu akhirnya menangis keras, ketika sang ummi tak jua menjawab ucapannya. Ia semakin bingung dan takut, tak tahu harus berbuat apa. Untuk pulang ke rumah pun ia tak tahu arah. Akhirnya bocah itu berteriak memanggil bapaknya, "Abi ... Abi ... Abi ..." Namun ia segera terhenti berteriak memanggil sang bapak ketika teringat kemarin sore bapaknya diseret dari rumah oleh beberapa orang berseragam. "Hai ... siapa kamu?!" teriak segerombolan orang yang tiba-tiba mendekati sang bocah. "Saya Ahmad Izzah, sedang menunggu Ummi ..." jawab sang bocah memohon belas kasih. "Hah ... siapa namamu bocah ?? Coba ulangi !!!" bentak salah seorang dari mereka. "Saya Ahmad Izzah ..." sang bocah kembali menjawab dengan rasa takut. Tiba-tiba "plak! sebuah tamparan mendarat di pipi sang bocah. "Hai bocah ...! Wajahmu bagus tapi namamu jelek. Aku benci namamu. Sekarang kuganti namamu dengan nama yang bagus. Namamu sekarang 'Adolfo Roberto' ... Awas ! Jangan kau sebut lagi namamu yang jelek itu. Kalau kau sebut lagi nama lamamu itu, nanti akan kubunuh!" ancam laki-laki itu. Sang bocah meringis ketakutan, sembari tetap meneteskan air mata. Anak laki-laki mungil itu hanya menurut ketika gerombolan itu membawanya keluar dari lapangan Inkuisisi. Akhirnya bocah tampan itu hidup bersama mereka. Roberto sadar dari renungannya yang panjang. Pemuda itu melompat ke arah sang tahanan. Secepat kilat dirobeknya baju penjara yang melekat pada tubuh sang ustadz. Ia mencari-cari sesuatu di pusar laki-laki itu. Ketika ia menemukan sebuah 'tanda hitam' ia berteriak histeris, "Abi... Abi ... Abi ..!!." Ia pun menangis keras, tak ubahnya seperti Ahmad Izzah dulu. Pikirannya terus bergelut dengan masa lalunya. Ia masih ingat betul, bahwa buku kecil yang ada di dalam genggamannya adalah Kitab Suci milik bapaknya, yang dulu sering dibawa dan dibaca ayahnya ketika hendak menidurkannya. Ia juga ingat betul ayahnya mempunyai 'tanda hitam' pada bagian pusarnya. Pemuda beringas itu terus meraung dan memeluk erat tubuh renta nan lemah. Tampak sekali ada penyesalan yang amat dalam atas ulahnya selama ini. Lidahnya yang sudah berpuluh-puluh tahun alpa akan Islam, saat itu dengan spontan menyebut, "Abi ... aku masih ingat alif, ba, ta, tsa ..." Hanya sebatas kata itu yang masih terekam dalam benaknya. Sang ustadz segera membuka mata ketika merasakan ada tetesan hangat yang membasahi wajahnya. Dengan tatapan samar dia masih dapat melihat orang yang tadi menyiksanya habis-habisan kini tengah memeluknya. "Tunjuki aku pada jalan yang telah engkau tempuh Abi, tunjukkan aku pada jalan itu ..." Terdengar suara Roberto memelas. Sang ustadz tengah mengatur nafas untuk berkata-kata, ia lalu memejamkan matanya. Air matanya pun turut berlinang. Betapa tidak, jika sekian puluh tahun kemudian, ternyata ia masih sempat berjumpa dengan buah hatinya, ditempat ini. Sungguh tak masuk akal. Ini semata-mata bukti kebesaran Allah. Sang Abi dengan susah payah masih bisa berucap. "Anakku, pergilah engkau ke Mesir. Di sana banyak saudaramu. Katakan saja bahwa engkau kenal dengan Syaikh Abdullah Fattah Ismail Al-Andalusy. Belajarlah engkau di negeri itu". Setelah selesai berpesan sang ustadz menghembuskan nafas terakhir dengan berbekal kalimah indah "Dua Kalimah Syahadat..! Beliau pergi menemui Robbnya dengan tersenyum, setelah sekian lama berjuang di bumi yang fana ini. *** Beberapa tahun kemudian..... Ahmad Izzah telah menjadi seorang Ulama Besar di Mesir. Seluruh hidupnya dibaktikan untuk agama Islam, sebagai ganti kekafiran yang di masa muda sempat disandangnya. Banyak pemuda Islam dari berbagai penjuru dunia berguru kepadanya ... Al-Ustadz Ahmad Izzah Al-Andalusy. Sang Ulama berpesan kepada Seluruh Umat Islam se dunia: Jangan engkau pilih Pemimpin yang menzhalimi para Ulama dan Jangan kau pilih pemimpin yang suka berdusta. Firman Allah swt : "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah, tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrahnya itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui." (QS. 30:30) Bismillaah,
Pasukan Kafir Menangkap, Memborgol Dan Memamerkan Umar Mukhtar Di Depan Umum Dengan Kondisi Tangan Diborgol Dan Dirantai Dengan Tujuan Untuk Mempermalukan Ulama. Padahal Sesungguhnya Allah Sedang Memuliakan Umar Mukhtar Dan Menghinakan Para Penangkapnya Tetapi Mereka Tidak Sadar! Sepenggal Kisah [Dialog] Umar Mukhtar dengan Hakim Italia. Umar Mukhtar adalah singa padang pasir dari Libya. Pada tahun 1911, pemerintahan fasis Italia mengumumkan perang terhadap Khilafah Utsmaniah (Ottoman). Tanpa menunggu lama, pada tanggal 19 Oktober 1911, kawanan pasukan Italia memasuki pantai Benghazi, Libya yang saat ini berada di bawah kekuasaan Ottoman. Tak berselang lama, bersamaan dengan meletusnya perang Balkan, Ottoman akhirnya kalah dan menarik diri dari Libya pada tahun 1912 dan Libya resmi dijajah Italia. Para pejuang Libya bangkit melawan Italia. Saat itu, tampillah salah seorang pemimpin pejuang yang tegak melawan penjajah Italia, dialah Umar Mukhtar (1861-1931). Kepahlawanannya amat masyhur di tengah Bangsa Arab dan Barat kala itu hingga beliau digelari sebagai The Lion of Desert (Singa Padang Pasir). Saat perang, Zappelin militer Italia menyerang tentara Ottoman di Libya. Sejarah mencatat bahwa dalam perang Italia-Libya inilah pertama kali digunakan balon Zappelin sebagai peralatan perang. Bersama para pejuang dan mujahid yang ada beliau mengobarkan jihad hingga Italia kewalahan menanggulangi. Berbagai perjanjian dibuat oleh Italia guna melunakkan perjuangan para mujahid. Singkat cerita, pada tanggal 11 September 1931, ketika Umar Mukhtar berziarah ke makam sahabat Rasulullah SAW, Ruwaifi' Bin Tsabit r.a di kota al-Baidha, Umar Mukhtar berhasil ditangkap oleh pasukan Italia. Beliau pun langsung ditawan dan digelandang ke pengadilan untuk menjalani hukuman sebagai pemberontak setelah berjuang lebih dari 20 tahun. Sejarah mencatat, dalam persidangan tersebut, terjadi dialog yang luar biasa antara jaksa serta hakim Italia dengan sang mujahid. Berikut petikannya: Hakim: "Apakah engkau memberontak terhadap Italia?". Umar : "Iya...". Hakim : "Apakah engkau juga mengajak dan memotivasi orang-orang untuk memberontak?". Umar : "Iya...". Hakim : "Apakah engkau tahu akibat perbuatanmu?". Umar : "Iya, saya tahu...". Hakim : "Apakah engkau sadar dengan semua pengakuanmu?". Umar : "Iya, saya sadar". Hakim : "Sudah berapa lama engkau mengangkat senjata melawan Italia?". Umar : "Lebih dari 20 tahun". Hakim : "Apakah engkau menyesal atas perbuatanmu itu?". Umar : "Tidak sama sekali". Hakim : "Tahukah engkau bahwa engkau akan dihukum gantung?". Umar : "Ya, saya tahu...". Hakim : "Saya betul-betul sedih... mengapa akhir hayatmu akan berakhir seperti ini...". Umar : "Anda salah... justru beginilah cara terbaik mengakhiri kehidupan ini...!!!". Sang hakim kemudian terus membujuk agar Umar Mukhtar menyesali perbuatannya supaya dia mendapat keringanan hukuman. Sang hakim juga membujuk Umar agar menulis sepucuk surat penyesalan dan mengajak para mujahidin untuk berhenti melawan Italia. Hakim : "Maukah engkau menulis surat kepada para pengikutmu agar mereka berhenti melawan pemerintah Italia?". Mendengar hal itu, Umar Mukhtar mengucapkan kalimatnya yang historis: "Sesungguhnya, jari telunjuk yang setiap hari mengacung tasyahud La Ilaha Illallah dalam sholat, tidak akan pernah menuliskan kalimat kebatilan!!!". Akhirnya, sang Hakim menjatuhkan vonis hukuman mati terhadap Umar Mukhtar dengan cara digantung. Di akhir persidangan, sang hakim bertanya: "Bagaimana menurutmu terhadap hukuman ini?". Umar menjawab: "Hukum yang benar hanyalah hukum Allah, bukan hukum kalian ini...". Eksekusi Umar Mukhtar di tiang gantungan Italia mengira bahwa dengan digantungnya Umar Mukhtar, para pengikutnya akan ciut nyali mereka dalam berjuang. Tapi dugaan itu salah, kematian Umar justru mengobarkan semangat di seluruh penjuru Libya, hingga akhirnya pada akhirnya Libya berhasil meraih kemerdekaan. Kisah perjuangan Umar Mukhtar pernah difilmkan pada tahun 1981, dengan disutradarai oleh Moustapha Akkad, dibintangi oleh aktor Hollywood, Anthony Quinn yang berperan sebagai Umar. Kami umat Islam sangat bangga padamu ya Syekh Umar Mukhtar. Engkau sungguh beruntung syahid membela agama Allah. Semoga Allah menempatkanmu di tempat yang paling mulia. |
ISLAM
Cari artikel? Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini. Kebenaran Quran dan Ajaran IslamMenyampaikan bukti-bukti kebenaran Quran dan ajaran Islam melalui tulisan dan pengakuan ahli ilmu pengetahuan dunia yang diambil dari berbagai sumber.
Archives
July 2024
Categories
All
kirim pesan [email protected]
|