Dikutip dari detik.com. Pada tahun 2007, Agnes Purwanti (29) memutuskan untuk memeluk agama Islam setelah mengalami krisis iman selama bertahun-tahun. Ia sempat mempelajari berbagai agama sebelum akhirnya mantap memilih Islam.
"Saya masuk Islam akhir November tahun 2007. Saya sempat belajar agama lain, karena angkatan saya (FIB UI 2004), angkatan terakhir yang diperbolehkan ambil kelas agama yang berbeda dengan agama yang dianut," kata Agnes saat ditemui di kediamannya, di Jalan Galur, Depok, Jawa Barat, Rabu (1/7/2015) lalu. Namun kala itu ia tidak tertarik untuk mengambil mata kuliah Islam. Karena menurutnya umat muslim cenderung kasar. Agnes mengaku terpaksa mempelajari Islam setelah selama seminggu ia mendapat 'teror' bisikan shalat. "Krisis iman bikin saya jadi sering bengong di kosan. Hingga suatu hari saat Magrib, habis azan kayak ada yang ngomong 'shalat, shalat'. Saya nggak tahu itu suara siapa. Sempat merinding juga, lalu saya lari ke warnet. Dan ini terjadi berkali-kali, berturut-turut dalam waktu yang sama. Selalu setelah azan Magrib," ujarnya. Agnes kemudian menceritakan hal ini kepada dosen pembimbingnya yang kebetulan seorang muslimah. Ia disarankan untuk mempelajari Islam dan bersikap adil terhadap seluruh agama di Indonesia. Akhirnya Agnes mengikuti kegiatan keislaman sang dosen. Ia membuka Alquran dan membaca terjemahan surat Al Baqarah. "Jadi pertama rasa yang saya tangkap, baca Alquran itu kayak Tuhan lagi ngomong sama kita, Godly banget. Allah menyebut 'Kami' atau 'Aku' itu lebih banyak daripada menceritakan banyak tokoh. Aku nemuin rasa Tuhannya di situ," ujarnya. Ia mengaku sempat tak yakin dengan isi surat Al Baqarah. Namun menurut Agnes, segala bantahannya langsung terjawab di dalam surat itu juga. Hal itu membuatnya semakin yakin dengan Islam. Ia bahkan langsung berniat masuk Islam saat itu juga. "Aduh berderai-derai airmataku baca surat Al Baqarah. Ini missing link yang saya cari. Saat itu saya berpikir, saya mau shalat biar nggak diteror lagi," katanya. Agnes mencari tahu sendiri bagaimana cara melaksanakan shalat. Ia belajar dari buku panduan shalat dan internet. Berbekal mukena dan sajadah pinjaman teman kos, Agnes mencoba shalat untuk pertama kalinya secara otodidak. "Habis takbir Allahu Akbar, terus apalagi? Saya mematung gitu, nggak bisa gerak, nggak tahu kenapa. Cukup lama, sekitar setengah jam," katanya. Ia kemudian menemui dosennya kembali. Agnes diberi penjelasan bahwa syarat masuk Islam harus mengucap 2 kalimat syahadat terlebih dahulu, baru kemudian bisa melaksanakan shalat. Ia lalu diminta untuk menunggu habib yang akan membimbingnya bersyahadat. Namun ditunggu hingga 2 minggu, habib yang tengah bertugas ke Papua tersebut belum pulang juga ke Jakarta. Ditambah lagi, kelompok kajian keislaman yang diikuti dosennya didera masalah internal. Selain itu, ajaran mereka menurutnya bertentangan dengan Islam karena tidak pernah shalat dan zakat dengan alasan mereka selalu mengingat Tuhan setiap saat. Agnes kemudian memutuskan untuk tidak lagi mengikuti kegiatan tersebut. "Saat itu galau banget. Lagi semangat-semangatnya malah diberi harapan palsu. Saya juga putus dengan pacar yang sudah 5 tahun bersama, karena dia keberatan saya mau masuk Islam. Saya lalu berdoa agar diberikan calon suami agar ada pembimbing," katanya. Tiba-tiba, 2 hari kemudian Agnes bertemu dengan pria yang kini menjadi suaminya. Mereka semakin dekat, dan Agnes menceritakan kegundahannya. Pada akhir bulan November tahun 2007, ia akhirnya mengucap syahadat di Masjid Cut Meutia di Jl Cut Meutia 1, Menteng, Jakarta Pusat, usai jamaah melaksanakan salat Jumat. Agnes mengaku terharu karena banyak umat muslim yang mendoakannya setelah mengucap syahadat. "Terus nggak lama setelah hari itu, saya dilamar," ujarnya sambil terkekeh.
0 Comments
Agnes adalah sosok wanita Katolik taat. Setiap malam, ia beserta keluarganya rutin berdo'a bersama. Bahkan, saking taatnya, saat Agnes dilamar Martono, kekasihnya yang beragama Islam, dengan tegas ia mengatakan “Saya lebih mencintai Yesus Kristus dari pada manusia..!”
Ketegasan prinsip Katolik yang dipegang wanita itu menggoyahkan iman Martono yang muslim, namun jarang melakukan ibadah sebagaimana layaknya orang beragama Islam. Martono pun masuk Katolik, sekedar untuk bisa menikahi Agnes. Tepat tanggal 17 Oktober 1982, mereka melaksanakan pernikahan di Gereja Ignatius, Magelang, Jawa Tengah. Usai menikah, lalu menyelesaikan kuliahnya di Jogjakarta, Agnes beserta sang suami berangkat ke Bandung, kemudian menetap di salah satu kompleks perumahan di wilayah Timur kota kembang. Kebahagiaan terasa lengkap menghiasi kehidupan keluarga ini dengan kehadiran tiga makhluk kecil buah hati mereka, yakni: Adi, Icha dan Rio. Di lingkungan barunya, Agnes terlibat aktif sebagai jemaat Gereja Suryalaya, Buah Batu, Bandung. Demikan pula Martono, sang suami. Selain juga aktif di Gereja, Martono saat itu menduduki jabatan penting, sebagai Kepala Divisi Properti PT Telkom Cisanggarung, Bandung. Karena keta'atan mereka memegang iman Katolik, pasangan ini bersama beberapa sahabat se-iman, sengaja mengumpulkan dana dari tetangga sekitar yang beragama Katolik. Mereka pun berhasil membeli sebuah rumah yang ‘disulap’ menjadi tempat ibadah (Gereja, red). Uniknya, meski sudah menjadi pemeluk ajaran Katolik, Martono tak melupakan kedua orangtuanya yang beragama Islam. Sebagai manifestasi bakti dan cinta pasangan ini, mereka memberangkatkan ayahanda dan ibundanya Martono ke Mekkah, untuk menunaikan rukun Islam yang ke lima. Hidup harmonis dan berkecukupan mewarnai sekian waktu hari-hari keluarga ini. Sampai satu ketika, kegelisahan menggoncang keduanya. Syahdan, saat itu, Rio, si bungsu yang sangat mereka sayangi jatuh sakit. Panas suhu badan yang tak kunjung reda, membuat mereka segera melarikan Rio ke salah satu rumah sakit Kristen terkenal di wilayah utara Bandung. Di rumah sakit, usai dilakukan diagnosa, dokter yang menangani saat itu mengatakan bahwa Rio mengalami kelelahan. Akan tetapi Agnes masih saja gelisah dan takut dengan kondisi anak kesayangannya yang tak kunjung membaik. Saat dipindahkan ke ruangan ICU, Rio, yang masih terkulai lemah, meminta Martono, sang ayah, untuk memanggil ibundanya yang tengah berada di luar ruangan. Martono pun keluar ruangan untuk memberitahu Agnes ihwal permintaan putra bungsunya itu. Namun, Agnes tak mau masuk ke dalam. Ia hanya mengatakan pada Martono, ”Saya sudah tahu.” Itu saja. Martono heran. Ia pun kembali masuk ke ruangan dengan rasa penasaran yang masih menggelayut dalam benak. Di dalam, Rio berucap, “Tapi udahlah, Papah aja, tidak apa-apa. Pah hidup ini hanya 1 centi. Di sana nggak ada batasnya.” Sontak, rasa takjub menyergap Martono. Ucapan bocah mungil buah hatinya yang tengah terbaring lemah itu sungguh mengejutkan. Nasehat kebaikan keluar dari mulutnya seperti orang dewasa yang mengerti agama. Hingga sore menjelang, Rio kembali berujar, “Pah, Rio mau pulang!” “Ya, kalau sudah sembuh nanti, kamu boleh pulang sama Papa dan Mama,” jawab Martono. “Ngga, saya mau pulang sekarang. Papah, Mamah, Rio tunggu di pintu surga!” begitu, ucap Rio, setengah memaksa. Belum hilang keterkejutan Martono, tiba-tiba ia mendengar bisikan yang meminta dia untuk membimbing membacakan syahadat kepada anaknya. Ia kaget dan bingung. Tapi perlahan Rio dituntun sang ayah, Martono, membaca syahadat, hingga kedua mata anak bungsunya itu berlinang. Martono hafal syahadat, karena sebelumnya adalah seorang Muslim. Tak lama setelah itu bisikan kedua terdengar, bahwa setelah Adzan maghrib Rio akan dipanggil sang Pencipta. Meski tambah terkejut, mendengar bisikan itu, Martono pasrah. Benar saja, 27 Juli 1999, persis saat sayup-sayup Adzan maghrib, berkumandang Rio menghembuskan nafas terakhirnya. Tiba jenazah Rio di rumah duka, peristiwa aneh lagi-lagi terjadi. Agnes yang masih sedih waktu itu seakan melihat Rio menghampirinya dan berkata, “Mah saya tidak mau pakai baju jas mau minta dibalut kain putih aja.” Saran dari seorang pelayat Muslim, bahwa itu adalah pertanda Rio ingin dishalatkan sebagaimana seorang Muslim yang baru meninggal. Setelah melalui diskusi dan perdebatan diantara keluarga, jenazah Rio kemudian dibalut pakaian, celana dan sepatu yang serba putih kemudian dishalatkan. Namun, karena banyak pendapat dari keluarga yang tetap harus dimakamkan secara Katolik, jenazah Rio pun akhirnya dimakamkan di Kerkov. Sebuah tempat pemakaman khusus Katolik, di Cimahi, Bandung. Sepeninggal anaknya Rio, Agnes sering berdiam diri. Satu hari, ia mendengar bisikan ghaib tentang rumah dan mobil. Bisikan itu berucap, “Rumah adalah rumah Tuhan dan mobil adalah kendaraan menuju Tuhan.” Pada saat itu juga Agnes langsung teringat ucapan mendiang Rio semasa TK dulu, ”Mah, Mbok Atik nanti mau saya belikan rumah dan mobil!”. Mbok Atik adalah seorang muslimah yang bertugas merawat Rio di rumah. Saat itu Agnes menimpali celoteh si bungsu sambil tersenyum, “Kok Mamah ga dikasih?” “Mamah kan nanti punya sendiri” jawab Rio, singkat. Entah mengapa, setelah mendengar bisikan itu, Agnes meminta suaminya untuk mengecek ongkos haji waktu itu. Setelah dicek, dana yang dibutuhkan Rp. 17.850.000. Dan yang lebih mengherankan, ketika uang duka dibuka, ternyata jumlah totalnya persis senilai Rp. 17.850.000, tidak lebih atau kurang sesenpun. Hal ini diartikan Agnes sebagai amanat dari Rio untuk menghajikan Mbok Atik, wanita yang sehari-hari merawat Rio di rumah. Singkat cerita, di tanah suci, Mekkah, Mbok Atik menghubungi Agnes via telepon. Sambil menangis ia menceritakan bahwa di Mekkah ia bertemu Rio. Si bungsu yang baru saja meninggalkan alam dunia itu berpesan, “Kepergian Rio tak usah terlalu dipikirkan. Rio sangat bahagia disini. Kalo Mama kangen, berdo'a saja.” Namun, pesan itu tak lantas membuat sang Ibunda tenang. Bahkan Agnes mengalami depresi cukup berat, hingga harus mendapatkan bimbingan dari seorang Psikolog selama 6 bulan. Satu malam saat tertidur, Agnes dibangunkan oleh suara pria yang berkata, “Buka Al Qur'an surat Yunus!”. Namun, setelah mencari tahu tentang surat Yunus, tak ada seorang pun temannya yang beragama Islam mengerti kandungan makna di dalamnya. Bahkan setelah mendapatkan Al Qur'an dari sepupunya, dan membacanya berulang-ulang pun, Agnes tetap tak mendapat jawaban. “Mau Tuhan apa sih?!” protesnya setengah berteriak, sembari menangis tersungkur ke lantai. Dinginnya lantai membuat hatinya berangsur tenang, dan spontan berucap “Astaghfirullah.” Tak lama kemudian, akhirnya Agnes menemukan jawabannya sendiri di surat Yunus ayat 49: “Katakan tiap-tiap umat mempunyai ajal. Jika datang ajal, maka mereka tidak dapat mengundurkannya dan tidak (pula) mendahulukannya”. Beberapa kejadian aneh yang dialami sepeninggal Rio, membuat Agnes berusaha mempelajari Islam lewat beberapa buku. Hingga akhirnya wanita penganut Katolik taat ini berkata, “Ya Allah terimalah saya sebagai orang Islam, saya tidak mau di-Islamkan oleh orang lain!”. Setelah memeluk Islam, Agnes secara sembunyi-sembunyi melakukan shalat. Sementara itu, Martono, suaminya, masih rajin pergi ke gereja. Setiap kali diajak ke gereja Agnes selalu menolak dengan berbagai alasan. Sampai suatu malam, Martono terbangun karena mendengar isak tangis seorang perempuan. Ketika berusaha mencari sumber suara, betapa kagetnya Martono saat melihat istri tercintanya, Agnes, tengah bersujud dengan menggunakan jaket, celana panjang dan syal yang menutupi aurat tubuhnya. “Lho kok Mamah shalat,” tanya Martono. “Maafkan saya, Pah. Saya duluan, Papah saya tinggalkan,” jawab Agnes lirih. Ia pasrah akan segala resiko yang harus ditanggung, bahkan perceraian sekalipun. Martono pun akhirnya kembali ke Islam. Sejak keputusan sang istri memeluk Islam, Martono seperti berada di persimpangan. Satu hari, 17 Agustus 2000, Agnes mengantar Adi, putra pertamanya untuk mengikuti lomba Adzan yang diadakan panitia Agustus-an di lingkungan tempat mereka tinggal. Adi sendiri tiba-tiba tertarik untuk mengikuti lomba Adzan beberapa hari sebelumnya, meski ia masih Katolik dan berstatus sebagai pelajar di SMA Santa Maria, Bandung. Martono sebetulnya juga diajak ke arena perlombaan, namun menolak dengan alasan harus mengikuti upacara di kantor. Di tempat lomba yang diikuti 33 peserta itu, Gangsa Raharjo, Psikolog Agnes, berpesan kepada Adi, “Niatkan suara adzan bukan hanya untuk orang yang ada di sekitarmu, tetapi niatkan untuk semesta alam!” ujarnya. Hasilnya, suara Adzan Adi yang lepas nan merdu, mengalun syahdu, mengundang keheningan dan kekhusyukan siapapun yang mendengar. Hingga bulir-bulir air mata pun mengalir tak terbendung, basahi pipi sang Ibunda tercinta yang larut dalam haru dan bahagia. Tak pelak, panitia pun menobatkan Adi sebagai juara pertama, menyisihkan 33 peserta lainnya. Usai lomba Agnes dan Adi bersegera pulang. Tiba di rumah, kejutan lain tengah menanti mereka. Saat baru saja membuka pintu kamar, Agnes terkejut melihat Martono, sang suami, tengah melaksanakan shalat. Ia pun spontan terkulai lemah di hadapan suaminya itu. Selesai shalat, Martono langsung meraih sang istri dan mendekapnya erat. Sambil berderai air mata, ia berucap lirih, “Mah, sekarang Papah sudah masuk Islam.” Mengetahui hal itu, Adi dan Icha, putra-putri mereka pun mengikuti jejak ayah dan ibunya, memeluk Islam. Perjalanan panjang yang sungguh mengharu biru. Keluarga ini pun akhirnya memulai babak baru sebagai penganut Muslim yang ta'at. Hingga kini, esok, dan sampai akhir zaman. Insya Allah. Pak Martono SH beliau dulu waktu Dirut Telkom jaman nya Pak Cacuk, bertugas sebagai Kasekper, Ka Inditor, Kadiv Properti. Setelah kembali moslem Beliau mewakafkan 7 ha tanahnya untuk pesantren Baitul Hidayah di Bandung. Subhanallah. KISAH INSPIRATIF
KALAU LAH AKU INI TAK SEMPAT MASUK ISLAM HINGGA AKU MATI, MAKA AKU AKAN TUNTUT SEMUA ORANG ISLAM DI KAMPUNG SAYA Aku punya seorang teman baik dari zaman kanak-kanak bernama Lim Wei Choon. Sama-sama sejak sekolah dasar sampai ke SMA. Setelah SMA, aku masuk ke Perguruan Tinggi sedangkan Lim diantar keluarganya utk melanjutkan sekolah ke Amerika. Kenangan sewaktu kanak-kanak hingga ke zaman remaja terlalu banyak yang bisa dikenang bersama. Setiap kali hari raya datang, Lim pasti berkunjung ke rumahku untuk menikmati dodol ayahku yang sangat disukainya. Kadangkala, jika ada acara di rumahku, pasti Lim akan ikut serta. Aku jarang ke rumahnya kecuali untuk acara2 seperti menyambut Tahun Baru Cina. Aku takut dengan anjing peliharaan keluarga Lim. Dengan Lim aku banyak belajar matematika, sedangkan Lim sering belajar Bahasa Malaysia kepadaku. Kenangan-kenangan seperti memancing, mandi di air terjun, bolos sekolah untuk melihat pertandingan ‘breakdance’, semuanya kami jalani bersama-sama. Apa yang ingin ku sampaikan adalah, warna kulit dan perbedaan agama tidak pernah menjadi penghalang persahabatan kami. 20 tahun telah berlalu, Lim telah menetap di Amerika setelah berhasil mendapatkan Green Card, ia bekerja disana. Itu yang kutahu dari kakaknya. Hubungan aku dengan Lim terputus setelah dia melanjutkan sekolah. Maklumlah, di zaman kami dulu tidak ada internet, email atau telepon genggam, yang ada cuma sesekali mengirim kartu pos bertanya kabar. Untuk menulis surat kepada laki-laki sangat malas kami rasakan. Suatu pagi. Aku bertemu dengan kakak Lim di pasar , kakaknya memberitahu Lim akan pulang ke tanah air. Dan aku sangat terkejut dengan berita yang kudengar dari kakaknya. Namanya sekarang bukan lagi Lim Wei Choon. Namanya sekarang Ahmad Zulfakar Lim sejak 5 tahun lalu… Subhanallah! Syukur Alhamdulillah, teman baikku telah mendapatkan hidayah dari Allah Subhanahu wa ta'ala. Memang aku tak sabar untuk berjumpa dengannya lebih-lebih lagi setelah menjadi saudara seagama denganku. Hari yang kutunggu-tunggu telah tiba, dan sore itu aku bertemu dengan Lim dirumahnya. Ada satu perasaan istimewa menyambut kepulangannya. Ketika aku tiba, tamu2 di rumah Lim sudah banyak yang pulang… Assalamu’alaikum… Itulah kalimat pertama dari mulutnya, wajahnya sudah jauh berubah, air mukanya amat redup dan tenang. Aku menjawab salam dan berpelukan dengannya dan kami menangis layaknya kekasih yang sudah terlalu lama terpisah. ‘Ini dia olang memang sudah lama kawan, dari kecik ini dua olang” Ibu Lim menjelaskan pada beberapa orang tamu yang melihat peristiwa kami berpelukan dan menangis itu. Tetapi aku bukan menangis karena apa2, tetapi karena amat terharu dan sangat bersyukur melihat keislaman temanku. Lim mengajak aku duduk di halaman rumahnya untuk mengobrol. Ia masih fasih berbahasa Melayu walau sudah lama berada di perantauan. Setelah cukup lama mengobrol, Lim bertanya padaku : "Talha, kau teman baikku kan? Betul kan ?" Aku menjawab : "Iyalah..aku teman baikmu. Kenapa kau tanya seperti itu?" *Kalau kau teman baikku, kenapa kau biarkan aku disiksa?* Sorry Lim. Aku tak paham… disiksa? What do you mean? Coba kau pikir, kita ini teman dari kecil. Aku ingat lagi, rumah kau itu, is my second house, rumah kedua bagiku. Tapi, mengapa kau tak pernah ceritakan pada aku tentang Islam? Mengapa setelah aku pergi ke Amerika aku baru tahu tentang Islam? Mengapa bukan di Malaysia, negara Islam ini? Dan mengapa aku di-Islamkan oleh seorang bekas pendeta Kristen ? Aku terdiam, kelu tak mampu menjawab. Dan Lim terus berkata-kata. Kalau betullah kau teman baik aku, Kenapa kau cuma mau baik dengan aku di dunia saja? Kau suka lihat teman baik kau ini disiksa di dalam api neraka? Kau tahu, kalaulah aku ini tak sempat masuk Islam hingga aku mati, maka aku akan tuntut semua orang Islam dalam kampung kita ini sebab mereka tak sampaikan dakwah Islam ini pada aku dan keluarga aku serta orang2 non muslim yang lain. Kau sadar tidak, kau sudah diberikan nikmat besar oleh Allah dengan lahir dalam keluarga Islam. Tapi, nikmat itu bukan untuk kau nikmati seorang diri, atau untuk keluarga kau sendiri. Kau dilahirkan dalam Islam adalah karena ditugaskan untuk sampaikan Islam pada orang-orang yang dilahirkan dalam keluarga bukan Islam seperti aku. Aku masih tertunduk dan tak bisa berkata apa-apa karena sangat malu. *Berdakwah adalah tugas muslim yang paling utama, sebagai pewaris Nabi, penyambung Risalah.* Tetapi apa yang aku lihat, orang melayu ini tidak ada semangat jihad, tidak ada keinginan untuk berdakwah. Bagaimana Allah akan menolong bangsa ini kalau bangsa ini tidak menolong agama Allah ? ( Lihat Quran Surat Muhammad Ayat 7 ). Aku merasa kesal sendiri… sepatutnya nikmat ini aku bisa gunakan dengan betul dan tepat, karena selagi aku belum pernah berdakwah, jangan berpikir kalau aku sudah bersyukur pada Allah. Dan satu lagi, jangan dengan mudah aku mencap orang-orang bukan Islam itu sebagai kafir karena kafir itu berarti ingkar. Kalau aku sudah sampaikan seruan masuk Islam dengan betul, kemudian mereka ingkar dan berpaling, barulah aku boleh panggil mereka kafir. Aku menjadi sangat malu, karena apa yang dikatakan oleh Lim adalah benar. Dan aku pun tak pernah terpikir selama ini. Aku hanya sibuk untuk memperbaiki amalan diriku sendiri sehingga lupa pada tugasku yang sebenarnya. Baru aku paham, seandainya tugas berdakwah ini telah aku laksanakan, maka barulah Allah akan memberikan pertolongan, bantuan dan kekuatan serta mempermudah segala urusan dunia dan akhiratku. Sore itu aku pulang dengan satu semangat baru. Aku ingin berdakwah! Lim yang baru memeluk Islam selama 5 tahun itu pun telah mengislamkan lebih dari 20 orang termasuk adiknya. Mengapa aku yang hampir 40 tahun Islam ini tidak pernah menyampaikan dengan serius kepada satu orang pun yang bukan Islam ? Semoga Allah mengampuni diriku yang tidak menyadari apa itu arti nikmat dilahirkan sebagai seorang muslim. (Kisah diatas dikirim seorang teman Malaysia dalam bahasa Melayu, telah diedit dan disadur ke dalam bahasa Indonesia agar lebih banyak sahabat yg mendapat manfaat, terutama bagi diri saya sendiri. Namanya Jibreel Alexander. Dia seorang pilot wanita yang bekerja di sebuah perusahaan di Kanada. Pemilik perusahaan adalah seorang muslim. Jibreel sama sekali tidak pernah membayangkan akan mendapatkan hidayahnya mengenal Islam dengan cara yang terbilang ajaib baginya. Hatinya tersentuh ketika mendengar merdunya alunan suara adzan yang didengarnya. Kejadiannya di sekitar tahun 2001 menurut pengakuan Jibreel seperti dilansir di Islampos.com 4 Mei 2018. Sebagai seorang pilot Jibreel sering merasakan kesepian yang teramat dalam. Selain karena jauh dari keluarga, juga karena kesibukan yang menyita waktunya sehingga dia menjadi sangat jarang ke gereja. Padahal Jibreel mengaku selalu berdoa siang dan malam namun rasa sepi itu tak kunjung meninggalkan dirinya. Dalam perjalanannya ke Timur Tengah pandangannya tentang cara berpakaian seorang wanita berubah. Dia melihat para wanita di sana memakai pakaian yang longgar dan menutupi seluruh tubuhnya. Diapun memutuskan untuk mengenakan pakaian serupa dengan alasan untuk menghormati budaya setempat. Ternyata memakai pakaian seperti ini membuatnya merasa nyaman dan tenang. Dari sanalah benih-benih untuk mengenal Islam lebih dalam mulai tumbuh dalam dirinya. Hal itu mendorong Jibreel menghubungi komunitas Muslim sesaat ia berada di Austria. "Saat itu (ketika mendengar suara adzan) rasanya aku berkata: ayo, kamu berhenti menangis dan dengarkanlah merdunya panggilan suara adzan itu", akunya.
Lantunan suara adzan saat ia berada di Bahrain akhirnya mengantarkannya untuk bersyahadat sebagai seorang Muslim. Ketika itu ia sedang berada di jalan menuju sebuah restoran dan mendengar suara adzan. Merdu dan syahdu lantunan suara adzan tersebut menyentuh ruang kosong hatinya yang hampa. Sejak itu Aisha, demikian namanya setelah menjadi muslim, telah mengambil keputusan untuk memeluk agama Nabi Muhammad SAW ini. "Di momen itu saya yakin Islam memang untuk saya", katanya. www.HelfiaNet.com www.HelfiaStore.com Helfia Store Bukalapak Helfia Store Tokopedia AMINAH ASSILMI Tak banyak orang yang mengenal Aminah Assilmi. Ia adalah Presiden Internasional Union of Muslim Women yang meninggal dunia pada 6 Maret 2010, dalam kecelakaan mobil di Newport, Tennesse, Amerika Serikat. Perjalanannya menuju Islam cukup unik. Semuanya berawal dari kesalahan kecil sebuah komputer. Mulanya, ia adalah seorang gadis jemaat Southern Baptist – aliran gereja Protestan terbesar di AS, seorang feminis radikal, dan jurnalis penyiaran. Nama baptisnya adalah Janice Huff. Sewaktu muda, ia bukan gadis yang biasa-biasa saja, tapi cerdas dan unggul di sekolah sehingga mendapatkan beasiswa. Satu hari, sebuah kesalahan komputer terjadi. Siapa sangka, hal itu membawanya kepada misi sebagai seorang Kristen dan mengubah jalan hidupnya secara keseluruhan. Tahun 1975 pertama kali komputer dipergunakan untuk proses pra-registrasi di kampusnya. Sebenarnya, ia mendaftar ikut sebuah kelas dalam bidang terapi rekreasional, namun komputer mendatanya masuk dalam kelas teater. Kelas tidak bisa dibatalkan, karena sudah terlambat. Membatalkan kelas juga bukan pilihan, karena sebagai penerima beasiswa juga berisiko. Lantas, suaminya menyarankan agar Janice Huff menghadap dosen untuk mencari alternatif dalam kelas pertunjukan. Dan betapa terkejutnya ia, karena kelas dipenuhi dengan anak-anak Arab. Tak sanggup, ia pun pulang ke rumah dan memutuskan untuk tidak masuk kelas lagi. Tidak mungkin baginya untuk berada di tengah-tengah orang Arab. ”Tidak mungkin saya duduk di kelas yang penuh dengan orang kafir!” ujarnya kala itu. Suaminya coba menenangkannya dan mengatakan mungkin Tuhan punya suatu rencana di balik kejadian itu. Selama dua hari Janice Huffe mengurung diri untuk berpikir, hingga akhirnya ia berkesimpulan mungkin itu adalah petunjuk dari Tuhan, agar ia membimbing orang-orang Arab untuk memeluk Kristen. Jadilah ia memiliki misi yang harus ditunaikan. Di kelas ia terus mendiskusikan ajaran Kristen dengan teman-teman Arab-nya. ”Saya memulai dengan mengatakan bahwa mereka akan dibakar di neraka jika tidak menerima Yesus sebagai penyelamat." Mereka sangat sopan, tapi tidak pindah agama. Kemudian saya jelaskan, "betapa Yesus mencintai dan rela mati di tiang salib untuk menghapus dosa-dosa mereka.” Tapi ajakannya tidak manjur. Teman-teman di kelasnya tak mau berpaling sehingga ia memutuskan untuk mempelajari alquran untuk menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang salah dan Muhammad bukan seorang nabi. Ia pun melakukan penelitian selama satu setengah tahun dan membaca alquran hingga tamat. Namun secara tidak sadar, ia perlahan berubah menjadi seseorang yang berbeda, dan suaminya memperhatikan hal itu. ”Saya berubah, sedikit, tapi cukup membuat dirinya terusik. Biasanya kami pergi ke bar tiap Jumat dan Sabtu atau ke pesta. Dan saya tidak lagi mau pergi. Saya menjadi lebih pendiam dan menjauh.” Melihat perubahan yang terjadi, suaminya menyangka ia selingkuh, karena bagi pria itulah yang membuat seorang wanita berubah. Puncaknya, karena konflik rumah tangga, ia diminta meninggalkan rumah dan tinggal di apartemen yang berbeda. Ia terus mempelajari Islam, sambil tetap menjadi seorang Kristen yang taat. Hingga akhirnya, hidayah itu datang. Akhirnya pada 21 Mei 1977, jemaat gereja yang taat itu menyatakan (bersyahadat): ”Saya bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya.” Namanya menjadi Aminah Assilmi. Perjalanan setelah mengucapkan dua kalimat syahadat, seperti halnya mualaf lain, bukanlah perkara yang mudah. Aminah kehilangan segala yang dicintainya. Ia kehilangan hampir seluruh temannya, krn dianggap tdk menyenangkan lagi. Ibunya tidak bisa menerima dan berharap itu hanyalah semangat membara yang akan segera padam. Saudara perempuannya yang ahli jiwa mengira ia gila. Ayahnya yang lemah lembut mengokang senjata dan siap untuk membunuhnya. Tak lama kemudian ia pun mengenakan hijab. Pada hari yang sama ia kehilangan pekerjaannya. Lengkap sudah. Ia hidup tanpa ayah, ibu, saudara, teman dan pekerjaan. Jika dulu ia hanya hidup terpisah dengan suami, kini perceraian di depan mata. Di pengadilan ia harus membuat keputusan pahit dlm hidupnya; "melepaskan Islam dan tdk akan kehilangan hak asuh atas anaknya , atau tetap memegang Islam namun harus meninggalkan anak2. Itu adalah 20 menit yg paling menyakitkan dlm hidup saya,” kenangnya. Bertambah pedih krn dokter telah memvonisnya tdk akan lagi bisa memiliki anak akibat penyakit yg dideritanya. ”Saya berdoa melebihi dari yang biasanya. Saya tahu, tidak ada tempat yang lebih aman bagi anak-anak saya daripada berada di tangan Allah. Jika saya mengingkari-Nya, maka di masa depan tidak mungkin bagi saya menunjukkan kod mrk betapa menakjubkannya berada dekat dg Allah.” Ia pun memutuskan melepaskan anak-anaknya, sepasang putra-putri kecilnya. Namun, Allah Maha Pengasih dan Penyayang. Ia diberikan anugerah dengan kata-katanya yang indah sehingga membuat banyak orang tersentuh dengan perilaku Islami-nya. Dia telah berubah menjadi orang yang berbeda, jauh lebih baik. Begitu baiknya sehingga keluarga, teman dan kerabat yang dulu memusuhinya, perlahan mulai menghargai pilihan hidupnya. Dalam berbagai kesempatan ia mengirim kartu ucapan untuk mereka, yang ditulisi kalimat-kalimat bijak dari ayat Al-Quran atau hadist, tanpa menyebutkan sumbernya. Beberapa waktu kmdn ia pun menuai benih yg ditanam. Orang pertama yang menerima Islam adalah neneknya yg berusia lebih dari 100 tahun. Tak lama setelah masuk Islam sang nenek pun meninggal dunia. ”Pada hari ia mengucapkan syahadat, seluruh dosanya diampuni, dan amal-amal baiknya tetap dicatat. Sejenak setelah memeluk Islam ia meninggal dunia, saya tahu buku catatan amalnya berat di sisi kebaikan. Itu membuat saya dipenuhi suka cita!” Selanjutnya yang menerima Islam adalah orang yang dulu ingin membunuhnya, sang Ayah. Keislaman sang ayah mengingatkan dirinya pd kisah Umar bin Khattab. Dua tahun setelah Aminah memeluk Islam, ibunya barulah menelepon dan berkata menghargai keyakinannya yg baru. Dan ia berharap Aminah akan tetap mempertahankannya. Beberapa tahun kemudian ibu meneleponnya lagi dan bertanya apa yang harus dilakukan seseorang jika ingin menjadi Muslim. Aminah menjawab bahwa ia harus percaya bahwa hanya ada satu Tuhan dan Muhammad adalah utusan-Nya. ”Kalau itu semua orang bodoh juga tahu. Tapi apa yang harus dilakukannya?” tanya ibunya lagi. Dikatakan oleh Aminah, bahwa jika ibunya sdh percaya berarti ia sudah Muslim. Ibunya lantas berkata, ”OK, baiklah. Tapi jangan bilang2 ayahmu dulu,” pesan ibunya. Ibunya tidak tahu bahwa suaminya (ayah tiri Aminah) telah menjadi Muslim beberapa pekan sebelumnya. Dgn dmk mereka tinggal bersama selama beberapa tahun tanpa saling mengetahui bhw pasangannya telah memeluk Islam. Saudara perempuannya yang dulu berjuang memasukkan Aminah ke rumah sakit jiwa, akhirnya memeluk Islam. Putra Aminah beranjak dewasa. Memasuki usia 21 tahun ia menelepon sang ibu dan berkata ingin menjadi Muslim. Enam belas tahun setelah perceraian, mantan suaminya juga memeluk Islam. Katanya, selama 16 tahun ia mengamati Aminah dan ingin agar putri mrk memeluk agama yg sama spt ibunya. Pria itu datang menemui dan meminta maaf atas apa yang pernah dilakukannya. Ia adalah pria yang sangat baik dan Aminah telah memaafkannya sejak dulu. Mungkin hadiah terbesar baginya adalah apa yg ia terima selanjutnya. Aminah menikah dg orang lain, dan meskipun dokter telah menyatakan ia tdk bisa punya anak lagi, Allah ternyata menganugerahinya seorang putra yg tampan. Jika Allah berkehendak memberikan rahmat kpd seseorang, maka siapa yang bisa mencegahnya? Maka putranya ia beri nama Barakah. Ia yang dulu kehilangan pekerjaan, kini menjadi Presiden Persatuan Wanita Muslim Internasional. Ia berhasil melobi Kantor Pos Amerika Serikat untuk membuat perangko Idul Fitri dan berjuang agar hari raya itu menjadi hari libur nasional AS. Sekarang di negara bagian New York, iedul fitri jadi hari libur. Pengorbanan yg dulu diberikan Aminah demi mempertahankan Islam seakan sudah terbalas. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ ۚ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ ٨:٥٦ “Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”. [QS. Al Qashash/28 : 56] Dalam hadits Qudsi, Allah Ta’ala berfirman: “Wahai hamba-hamba-Ku, kalian semua tersesat kecuali orang yang Aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepada-Ku niscaya Aku akan berikan petunjuk kepada kalian." (HR. Muslim) Allah Ta’ala yang maha sempurna rahmat dan kebaikannya, memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya untuk selalu berdoa memohon hidayah taufik kepada-Nya, yaitu dalam surah Al Fatihah: اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ “Berikanlah kepada kami hidayah ke jalan yang lurus." Saudara-riku tercinta... Semoga kisah Aminah As silmi ini menyadarkan kita akan besarnya nikmat Allah kepada kita, yakni nikmat Hidayah. Muslimedianews ~ Kembali mengingat peristiwa tahun 90-an, dunia saat itu gempar dengan berita besar seorang bayi berumur 2 bulan dari keluarga Katholik di Afrika yang menolak dibaptis. “Mama, unisibi baptize naamini kwa Allah, na jumbe wake Muhammad” (Ibu, tolong jangan baptis saya. Saya adalah orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, Muhammad). Ayah dan ibunya, Domisia-Francis, pun bingung. Kemudian didatangkan seorang pendeta untuk berbicara kepada bayinya itu: “Are You Yesus?” (Apakah kamu Yesus?). Kemudian dengan tenang sang bayi Syarifuddin menjawab:“No, I’m not Yesus. I’m created by God. God, The same God who created Jesus” (Tidak, aku bukan Yesus. Aku diciptakan oleh Tuhan, Tuhan yang sama dengan yang menciptakan Yesus). Saat itu ribuan umat Kristen di Tanzania dan sekitarnya dipimpin bocah ajaib itu mengucapkan dua kalimat syahadat. Bocah Afrika kelahiran 1993 itu lahir di Tanzania Afrika, anak keturunan non Muslim. Sekarang bayi itu sudah remaja, setelah ribuan orang di Tanzania-Kenya memeluk agama Islam berkat dakhwahnya semenjak kecil. Syarifuddin Khalifah namanya, bayi ajaib yang mampu berbicara berbagai bahasa seperti Arab, Inggris, Perancis, Italia dan Swahili. Ia pun pandai berceramah dan menterjemahan al-Quran ke berbagai bahasa tersebut. Hal pertama yang sering ia ucapkan adalah: “Anda bertaubat, dan anda akan diterima oleh Allah Swt.” Syarifuddin Khalifah hafal al-Quran 30 juz di usia 1,5 tahun dan sudah menunaikan shalat 5 waktu. Di usia 5 tahun ia mahir berbahasa Arab, Inggris, Perancis, Italia dan Swahili. Satu bukti kuasa Allah untuk menjadikan manusia bisa bicara dengan berbagai bahasa tanpa harus diajarkan. Latar Belakang Syarifuddin Khalifah Mungkin Anda terheran-heran bahkan tidak percaya, jika ada orang yang bilang bahwa di zaman modern ini ada seorang anak dari keluarga non Muslim yang hafal al-Quran dan bisa shalat pada umur 1,5 tahun, menguasai lima bahasa asing pada usia 5 tahun, dan telah mengislamkan lebih dari 1.000 orang pada usia yang sama. Tapi begitulah kenyatannya, dan karenanya ia disebut sebagai bocah ajaib; sebuah tanda kebesaran Allah Swt. Syarifuddin Khalifah, nama bocah itu. Ia dilahirkan di kota Arusha, Tanzania. Tanzania adalah sebuah negara di Afrika Timur yang berpenduduk 36 juta jiwa. Sekitar 35 persen penduduknya beragama Islam, disusul Kristen 30 persen dan sisanya beragam kepercayaan terutama animisme. Namun, kota Arusha tempat kelahiran Syarifuddin Khalifah mayoritas penduduknya beragama Katolik. Di urutan kedua adalah Kristen Anglikan, kemudian Yahudi, baru Islam dan terakhir Hindu. Seperti kebanyakan penduduk Ashura, orangtua Syarifuddin Khalifah juga beragama Katolik. Ibunya bernama Domisia Kimaro, sedangkan ayahnya bernama Francis Fudinkira. Suatu hari di bulan Desember 1993, tangis bayi membahagiakan keluarga itu. Sadar bahwa bayinya laki-laki, mereka lebih gembira lagi. Sebagaimana pemeluk Katolik lainnya, Domisia dan Francis juga menyambut bayinya dengan ritual-ritual Nasrani. Mereka pun berkeinginan membawa bayi manis itu ke gereja untuk dibaptis secepatnya. Tidak ada yang aneh saat mereka melangkah ke Gereja. Namun ketika mereka hampir memasuki altar gereja, mereka dikejutkan dengan suara yang aneh. Ternyata suara itu adalah suara bayi mereka. “Mama usinibibaptize, naamini kwa Allah wa jumbe wake Muhammad!” (Ibu, tolong jangan baptis saya. Saya adalah orang yang beriman kepada Allah dan RasulNya, Muhammad). Mendengar itu, Domisia dan Francis gemetar. Keringat dingin bercucuran. Setelah beradu pandang dan sedikit berbincang, mereka memutuskan untuk membawa kembali bayinya pulang. Tidak jadi membaptisnya. Awal Maret 1994, ketika usianya melewati dua bulan, bayi itu selalu menangis ketika hendak disusui ibunya. Domisia merasa bingung dan khawatir bayinya kurang gizi jika tidak mau minum ASI. Tetapi, diagnose dokter menyatakan ia sehat. Kekhawatiran Domisia tidak terbukti. Bayinya sehat tanpa kekurangan suatu apa. Tidak ada penjelasan apapun mengapa Allah mentakdirkan Syarifuddin Khalifah tidak mau minum ASI dari ibunya setelah dua bulan. Di tengah kebiasaan bayi-bayi belajar mengucapkan satu suku kata seperti panggilan “Ma” atau lainnya, Syarifuddin Khalifah pada usianya yang baru empat bulan mulai mengeluarkan lafal-lafal aneh. Beberapa tetangga serta keluarga Domisia dan Francis terheran-heran melihat bayi itu berbicara. Mulutnya bergerak pelan dan berbunyi: “Fatuubuu ilaa baari-ikum faqtuluu anfusakum dzaalikum khairun lakum ‘inda baari-ikum, fataaba ‘alaikum innahuu huwattawwaburrahiim.” Orang-orang yang takjub menimbulkan kegaduhan sementara namun kemudian mereka diam dalam keheningan. Sayangnya, waktu itu mereka tidak mengetahui bahwa yang dibaca Syarifuddin Khalifah adalah QS. al-Baqarah ayat 54. Domisia khawatir anaknya kerasukan setan. Ia pun membawa bayi itu ke pastur, namun tetap saja Syarifuddin Khalifah mengulang-ulang ayat itu. Hingga kemudian cerita bayi kerasukan setan itu terdengar oleh Abu Ayub, salah seorang Muslim yang tinggal di daerah itu. Ketika Abu Ayub datang, Syarifuddin Khalifah juga membaca ayat itu. Tak kuasa melihat tanda kebesaran Allah, Abu Ayub sujud syukur di dekat bayi itu. “Francis dan Domisia, sesungguhnya anak kalian tidak kerasukan setan. Apa yang dibacanya adalah ayat-ayat al-Qur’an. Intinya ia mengajak kalian bertaubat kepada Allah,” kata Abu Ayub. Beberapa waktu setelah itu Abu Ayub datang lagi dengan membawa mushaf. Ia memperlihatkan kepada Francis dan Domisia ayat-ayat yang dibaca oleh bayinya. Mereka berdua butuh waktu dalam pergulatan batin untuk beriman. Keduanya pun akhirnya mendapatkan hidayah. Mereka masuk Islam. Sesudah masuk Islam itulah mereka memberikan nama untuk anaknya sebagai “Syarifuddin Khalifah”. Keajaiban berikutnya muncul pada usia 1,5 tahun. Ketika itu, Syarifuddin Khalifah mampu melakukan shalat serta menghafal al-Quran dan Bible. Lalu pada usia 4-5 tahun, ia menguasai lima bahasa. Pada usia itu Syarifuddin Khalifah mulai melakukan safari dakwah ke berbagai penjuru Tanzania hingga ke luar negeri. Hasilnya, lebih dari seribu orang masuk Islam. Kisah Nyata Syarifuddin Mengislamkan Ribuan Orang Kisah nyata ini terjadi di Distrik Pumwani, Kenya, tahun 1998. Ribuan orang telah berkumpul di lapangan untuk melihat bocah ajaib, Syarifuddin Khalifah. Usianya baru 5 tahun, tetapi namanya telah menjadi buah bibir karena pada usia itu ia telah menguasai lima bahasa. Oleh umat Islam Afrika, Syarifuddin dijuluki Miracle Kid of East Africa. Perjalanannya ke Kenya saat itu merupakan bagian dari rangkaian safari dakwah ke luar negeri. Sebelum itu, ia telah berdakwah ke hampir seluruh kota di negaranya, Tanzania. Masyarakat Kenya mengetahui keajaiban Syarifuddin dari mulut ke mulut. Tetapi tidak sedikit juga yang telah menyaksikan bocah ajaib itu lewat Youtube. Orang-orang agaknya tak sabar menanti. Mereka melihat-lihat dan menyelidik apakah mobil yang datang membawa Syarifuddin Khalifah. Beberapa waktu kemudian, Syaikh kecil yang mereka nantikan akhirnya tiba. Ia datang dengan pengawalan ketat layaknya seorang presiden. Ribuan orang yang menanti Syarifuddin Khalifah rupanya bukan hanya orang Muslim. Tak sedikit orang-orang Kristen yang ikut hadir karena rasa penasaran mereka. Mungkin juga karena mereka mendengar bahwa bocah ajaib itu dilahirkan dari kelarga Katolik, tetapi hafal al-Quran pada usia 1,5 tahun. Mereka ingin melihat Syarifuddin Khalifah secara langsung. Ditemani Haji Maroulin, Syarifuddin menuju tenda yang sudah disiapkan. Luapan kegembiraan masyarakat Kenya tampak jelas dari antusiasme mereka menyambut Syarifuddin. Wajar jika anak sekecil itu memiliki wajah yang manis. Tetapi bukan hanya manis. Ada kewibawaan dan ketenangan yang membuat orang-orang Kenya takjub dengannya. Mengalahkan kedewasaan orang dewasa. Kinilah saatnya Syaikh cilik itu memberikan taushiyah. Tangannya yang dari tadi memainkan jari-jarinya, berhenti saat namanya disebut. Ia bangkit dari kursi menuju podium. Setelah salam, ia memuji Allah dan bershalawat kepada Nabi. Bahasa Arabnya sangat fasih, diakui oleh para ulama yang hadir pada kesempatan itu. Hadirin benar-benar takjub. Bukan hanya kagum dengan kemampuannya berceramah, tetapi juga isi ceramahnya membuka mata hati orang-orang Kristen yang hadir pada saat itu. Ada seberkas cahaya hidayah yang masuk dan menelusup ke jantung nurani mereka. Selain pandai menggunakan ayat al-Quran, sesekali Syarifuddin juga mengutip kitab suci agama lain. Membuat pendengarnya terbawa untuk memeriksa kembali kebenaran teks ajaran dan keyakinannya selama ini. Begitu ceramah usai, orang-orang Kristen mengajak dialog bocah ajaib itu. Syarifuddin melayani mereka dengan baik. Mereka bertanya tentang Islam, Kristen dan kitab-kitab terdahulu. Sang Syaikh kecil mampu memberikan jawaban yang memuaskan. Dan itulah momen-momen hidayah. Ratusan pemeluk Kristiani yang telah berkumpul di sekitar Syarifuddin mengucapkan syahadat. Menyalami tangan salah seorang perwakilan mereka, Syarifuddin menuntun syahadat dan mereka menirukan: “Asyhadu an laa ilaaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan Rasuulullah.” Syahadat agak terbata-bata. Tetapi hidayah telah membawa iman. Mata dan pipi pun menjadi saksi, air mata mulai berlinang oleh luapan kegembiraan. Menjalani hidup baru dalam Islam. Takbir dari ribuan kaum muslimin yang menyaksikan peristiwa itu terdengar membahana di bumi Kenya. Bukan kali itu saja, orang-orang Kristen masuk Islam melalui perantaraan bocah ajaib Syarifuddin Khalifah. Di Tanzania, Libya dan negara lainnya kisah nyata itu juga terjadi. Jika dijumlah, melalui dakwah Syarifuddin Khalifah, ribuan orang telah masuk Islam. Ajaibnya, itu terjadi ketika usia Syaikh kecil itu masih lima tahun. Para ulama dan habaib sangat mendukung dakwah Syaikh Syarifuddin Khalifah. Bahkan ulama besar seperti al-Habib ali al-Jufri pun rela meluangkan waktunya untuk bertemu anak ajaib yang kini remaja dan berjuang dalam Islam. (Dikutip dari buku Mukjizat dari Afrika, Bocah yang Mengislamkan Ribuan Orang; Syarifuddin Khalifah). Koleksi video Syarifuddin Khalifah saat kecil hingga dewasanya bisa Anda lihat di saluran ini: http://www.youtube.com/channel/UCvBjZN8LVWwvPh4eLLxmY-w/videos Dan sesungguhnya kamu dapati yang paling dekat persabahatannya dengan orang-orang yang beriman ialah orang-orang yang berkata, "Sesungguhnya kami ini orang Nasrani". Yang demikian itu disebabkan karena di antara mereka itu (orang-orang Nasrani) terdapat pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak menyombongkan diri. (Qur'an Surah Al-Ma'idah - 5:82). Dr. Maurice Bucaille adalah seorang yang berprofesi sebagai ahli bedah. Ia juga seorang sarjana ternama. Agar bisa membaca Qur'an dalam bahasa teks aslinya, mempelajari artinya dan memaknainya melalui akses langsung kepada komentar-komentar lama dan modern, dia mengabdikan dirinya untuk mempelajari bahasa Arab pada usia lima puluh tahun. Setelah itu, ia memulainya dengan mencoba merekonsiliasi kebenaran ilmu pengetahuan yang telah terbukti dengan aksioma keagamaan. Sebagai hasilnya, dia menulis bukunya yang terkenal "QURAN, BIBLE AND SCIENCE" tahun 1976, yang menyebabkan kehebohan di lingkungan akademisi tingkat tinggi - khususnya di dunia Kristen. Setelah mempelajari lebih mendalam Islam dan Qur'an, ia telah menulis buku lain berjudul "THE ORIGIN OF MAN" (Asal usul manusia). Buku ini mengandung penjelasan-penjelasan Qur'an atas beberapa pertanyaan yang sudah ada lebih awal daripada masa ketika pertanyaan-pertanyaan itu secara logis dan memuaskan dapat dijawab dengan hasil eksperimen ilmu pengetahuan yang sepenuhnya sesuai dengan penjelasan Qur'an sekitar 1500 tahun sebelumnya. Gereja mengetahui dan menerima riset-riset Dr. Bucaille sebagai sebuah kontribusi berharga terhadap ilmu pengetahuan manusia dan sang penulis menjadi terkenal di seluruh dunia, seperti Cambridge, dan Universitas Oxford di Inggris serta Yale dan Harvard di Amerika. Ia diundang untuk memberikan kuliah tambahan di institusi akademis mereka. Dengan petunjuk pemikiran Qur'annya, dan pendekatan pandangannya yang tidak berprasangka dan realistis terhadap pemikiran Qur'an, dan dengan pendekatan diskusi dan riset yang tidak berprasangka dan realistis, Dr. Bucaille telah membuat sejumlah sarjana tingkat tinggi untuk sepakat dengannya dan untuk mengikuti pandangannya bahwa Qur'an adalah sebuah wahyu ilahi, tidak ditulis oleh manusia manapun dan sesungguhnya sebuah buku yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Kuasa kepada Nabi Terakhir Nya Muhammad, SAW. M. Bucaille memandang bahwa penemuannya ini menjadi penyebab dari ketakutan dan kekecewaan sarjana-sarjana barat karena telah termakan propaganda fiksi dan salah terhadap Islam dan Nabinya oleh pendeta Kristen dan terbiaskan oleh penulis-penulis barat. Orang-orang seperti ini tidak bisa mempercayai bahwa Qur'an adalah satu-satunya naskah yang tetap suci dan bebas dari segala tambahan-tambahan, perubahan-perubahan dan interpolasi-interpolasi sehingga tetap terjaga kemurniannya untuk membimbing kemanuasiaan di segala jaman, tempat dan dalam setiap krisis. Selama lebih 1400 tahun Qur'an telah menjadi satu-satunya rumah harta karun pengetahuan keagamaan dan kosmik tentang alam semesta dan kehidupan itu sendiri. Kemanusiaan belumlah maju ke tahap di mana ia dapat sepenuhnya menjadi sesuatu yang memiliki pengetahuan detil mengenai segala hal dengan semua mutiara dan permata kebijaksanaan dan kebenaran, seperti yang dikumpulkan dalam keajaiban aksara ini, keunggulan dan kemurnian akademik yang tidak bisa ditandingi bahkan dalam satu kalimat kecil oleh raksasa sastra dahulu kala, meskipun tantangan terbuka untuk itu. Mari kita simak wawancara Dr. Maurice Bucaille yang saya salin dari terbitan Islamic Bulleting tahun 1972 berikut ini: Q: Apa yang mendorong anda secara memaksa untuk mempelajari Qur'an dan naskah-naskah lainnya, dan mengapa? A: Seperti semua pria Perancis lainnya, saya dulu juga pada awalnya mempunyai pandangan bahwa Islam adalah agama yang diajarkan dan diperkenalkan oleh seorang pria genius dan memiliki kecerdasan luar biasa, yang dikenal dengan nama Muhammad (SAW). Lima puluh tahun yang lalu, dengan rahmat Tuhan, saya menjadi resmi berprofesi sebagai ahli bedah, dan biasa berdiskusi dan membandingkan Islam dan Kristen dengan pasien-pasien saya yang datang untuk berkonsultasi dengan saya (dan dengan teman-teman saya sesama ahli bedah). Saya diberitahu oleh mereka bahwa pengetahuan Islam dan tentang kedisiplinan Islam saya pada waktu itu sangat jauh keliru. Pada awalnya saya cenderung meragukan pernyataan mereka, tetapi sekarang dan selanjutnya beberapa orang memberikan ayat-ayat Qur'an yang asli dan aktual yang berbeda dengan referensi saya, dan saya terpaksa merevisi kesimpulan-kesimpulan saya. Dan, sebagai hasil dari revisi dan review, saya merasa bahwa dulu itu merekalah yang benar dan sayalah yang keliru. Saya menemukan bahwa guru-guru saya dulu mempunyai sebuah pendekatan yang keliru terhadap permasalahan ini dan telah mempengaruhi saya dengan informasi yang tidak benar. Pengetahuan saya tentang Islam, sebelumnya hanya terbatas pada informasi di radio dan televisi, artikel-artikel yang diterbitkan berbagai majalah dan diproduksi ulang dalam buku-buku yang bias. Tetapi saya bingung, apa yang harus saya lakukan? Bagaimana saya harus mengubah posisi saya dan memperbaiki pemahaman saya? Q: Kapan hal itu terjadi? A: Setelah Konferensi Vatikan ke 8 tetapi sebelum kelahiran sikap toleransi pada sebagian sarjana-sarjana Eropa yang menghasilkan pemikiran-pemikiran tanpa bias, yaitu sebelum 1926, ketika perseteruan sarjana-sarjana Muslim dan Kristen berada pada puncaknya dan tidak ada harapan terjadinya dialog langsung antar mereka. Q: Bagaimana anda bereaksi terhadap keadaan ini? A: Hanya ada satu jalan terbuka untuk saya, yaitu dengan belajar bahasa Arab sehingga saya bisa mempelajari Kitab Suci, Qur'an, dalam bentuk aslinya dan mencoba mendapatkan maknanya secara langsung. Saya abdikan dua tahun berikutnya untuk menjalankan tugas ini ketika saya memiliki pengetahuan bahasa Arab yang memadai (dalam bahasa dan literatur) untuk bisa membuat studi yang bisa diandalkan dari Qur'an dengan jujur dan juga secara akademis. Q: Dan apa hasilnya hal ini bagi anda? A: Saya kemudian mengetahui bahwa Qur'an adalah "Karya Allah" dan belum pernah ditulis oleh manusia manapun. Saya juga yakin bahwa Muhammad (SAW) adalah benar Utusan Tuhan. Q: Dunia sekarang merayakan seratus tahun Darwin, apakah anda percaya pada teori Darwin atau tidak? A: Tidak, saya menentangnya dengan keras. Teori Darwin keseluruhannya didasarkan pada konsep yang salah dan sama sekali bukan pada hasil riset ilmu pengetahuan yang bisa membuktikan bahwa ada sedikit hubungan antara manusia dan teori evolusi spesies sebagaimana yang dikemukakannya. Pada kenyataannya pandangannya tak lain hanyalah perhitungan keliru atas dasar pemikiran yang murni materialistis. Buku saya yang terbaru (Origin of Man) memuat sebuah pasal sanggahan terhadap Darwin dan pandangan-pandangannya. Q: Apakah anda berpendapat bahwa Darwin sadar atas kesalahannya? A: Iya, saya pikir dia tahu kesalahan yang dibuatnya. Para sarjana yang mengagungkan materialisme, mengemukakan segudang teori, sebagian besar keliru, dan yang lebih lucu lagi adalah bahwa mereka sadar atas kesalahan mereka. Tetapi, sebagai seorang materialis, mereka bersikukuh pada sikap keliru mereka sendiri. Dalam buku saya saya mengkritik beberapa sarjana, beberapa diantaranya pemenang Nobel. Q: Apakah Anda pikir tulisan-tulisan Anda berkumandang langsung pada orang-orang di luar Perancis? A: Iya. Baru-baru ini, hanya beberapa hari yang lalu, saya mengunjungi negara-negara Afrika Utara dan Afrika Barat, dimana saya berulangkali dipanggil untuk menghadiri sejumlah pertemuan dengan orang-orang terpelajar termasuk para sarjana mengenai "Origin of Man" dan tentang buku pertama saya: the Qur'an, Bible and Science. Pandangan-pandangan saya diuji silang dengan beberapa unsur yang sangat berkualitas bahkan bermusuhan. Setelah itu, tak terhitung mahasiswa dan sarjana yang menghubungi dan mengucapkan selamat kepada saya. Mereka menyatakan bahwa, setelah mendengarkan saya, mereka untuk pertama kalinya bisa merasakan yakin akan kebenaran pernyataan-pernyataan Qur'an tentang penciptaan alam semesta dan asal-usul manusia. Beberapa diantara mereka dengan jujur mengakui bahwa tulisan-tulisan saya dan kuliah-kuliah saya telah memulihkan keyakinan dan iman dalam diri mereka dan beralih menjadi Muslim sejati, yang benar-benar merasakan sholat mereka sebagai penghibur dan penyejuk hati. Mereka menyatakan bahwa kesemuanya disebabkan teori-teori keliru dari mereka yang disebut sarjana-sarjana barat yang teori-teorinya sudah dianggap sebagai kebenaran injil. Q: Apa putusan ilmu pengetahuan pada Manusia; dan mengapa ada konflik antara ilmu pengetahuan dan agama dalam hal ini? A: Dalam buku saya, "Origin of Man", saya telah berusaha untuk menjelaskan apa yang meragukan dan apa yang terbukti sesuai dengan temuan-temuan ilmiah. Saya juga telah berhadapan dengan teori-teori yang sebelumnya didukung oleh para sarjana, tetapi sekarang pijakan teori mereka yang sangat mendasar sedang terbongkar dan terbukti tanpa memiliki pijakan ilmiah yang kuat. Tahun 1851, Darwin menerbitkan buku pertamanya, "Origin of Species". Di dalamnya dia menunjukkan bahwa "Semua binatang dapat menjadi orangtua diantara mereka sendiri", tetapi dia tidak bersusah-payah mendemonstrasikan dan membuktikan secara ilmiah pandangannya bahwa "Silsilah Manusia" berlanjut dari kera. Q: Jadi siapa yang bertanggungjawab mengajukan teori sembrono ini? A: Faktanya bahwa beberapa orang lain melakukan perubahan dan mencerna teori-teorinya tanpa pernyataan, menuduh pernyataan-pernyataan keliru kepada Darwin yang menganggap bahwa "Manusia berevolusi dari kera". Meski begitu, Darwin juga tidak peduli dengan catatan-catatan salah yang ditujukan kepadanya karena dalam hal inilah pertentangan terjadi antara pendukung teori Darwin dan Rohaniawan. Itulah sebabnya sekarang penting menarik garis demarkasi antara hasil-hasil penyelidikan ilmiah dan pandangan-pandangan sembarangan dari sarjana seperti Darwin. Q: Dengan wacana ilmiah seperti ini, perdebatan dan diskusi bahkan Kitab Suci, diajukan pada tes ilmiah sehingga membuka kelemahan-kelemahan mereka. Dengan demikian, mungkin kita bertanya apakah Anda menjumpai beberapa anomali seperti itu di dalam Quran, yaitu di mana pernyataan dan penjelasannya bertentangan dengan temuan-temuan ilmiah? A: Kitab Suci non-Muslim telah disalin dan diteruskan dari generasi ke generasi dan melalui kepribadian yang berbeda. Dokumen terlama seperti ini adalah "Jehovah", yang ditulis sekitar abad ke 9 Sebelum Masehi. Buku ini, meskipun tidak tebal, masih menjadi dokumen sejenis paling komprehensif. Buku kedua (Scrodotal), meskipun dianggap sebagai Pengantar Injil, beredar pada 600 tahun Sebelum Masehi. Buku ini menjelaskan tentang penciptaan alam semesta dan kehadiran manusia di Bumi serta kisah-kisah tentang peristiwa-peristiwa setelah itu. Injil datang setelah itu, tetapi buku-buku "Perjanjian Baru" tidak memperjelas masalah tentang manusia. Buku ini mengulangi pernyataan-pernyataan di "Perjanjian Lama" seperti diambilkan oleh St. Luke. Quran muncul enam ratus tahun setelah Yesus dan menyajikan materi berharga tentang manusia dan ciptaannya yang sangat sedikit disinggung dalam "Perjanjian Lama" maupun "Perjanjian Baru" dan kitab suci lainnya. Lebih-lebih lagi dalam hal ini tidak seperti Injil Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Qur'an sama sekali bebas dari kesalahan dan interpolasi. Q: Menurut anda, apa penyebab utama banyaknya kesalahan-kesalahan di dalam kitab suci - kitab suci lain? A: Pengumpul Kitab-kitab Suci, dalam kesombongan mereka, diduga telah mengumpulkan mereka atas dasar wahyu ilahi. Namu semua usaha mereka adalah pengulangan atas pemikiran paling santer di jaman mereka. Mereka menyajikan konsepsi manusia dan fenomena ciptaannya seolah-olah itu berasal dari Tuhan sendiri, meskipun sebenarnya hanya cerminan dari tradisi ritual dan persepsi yang sangat terkenal di jaman itu. Fakta ini diakui secara bulat oleh ahli tafsir Injil, baik Katolik Roma maupun Protestan. Q: Apakah gereja juga mengakui fakta ini dan menyetujui pandangan ini? A: Iya betul. Gereja betul menerima kebenaran ini yang dituangkan dalam pendahuluan konferensi Vatican ke dua, yang diadakan untuk mengumumkan "Sifat Revolusioner Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru". Mereka mengakui bahwa sebagian dari Injil memiliki cacat dan bertentangan dalam pemaknaan. Q: Apa pandangan anda tentang Qur'an dalam hal ini? A: Sekarang ini sebuah hal yang sama sekali berbeda sifatnya. Semua ahli Qur'an secara bulat menyepakati bahwa Qur'an adalah "Firman Tuhan" yang diwahyukan kepada Utusan Terakhir Nya Nabi Muhammad SAW melalui Jibril (Malaikat Pembawa Wahyu). Saya sudah mempelajari buku ini (Qur'an) dengan sangat hati-hati dan belum pernah menemukan satu kalipun kesalahan ilmiah di manapun di dalamnya. Sebaliknya, saya telah merasakan bahwa kebenaran (lebih tinggi) dan kenyataan-kenyataan sebagai bawaan Teks Qur'an telah sepanjan sejaran 1400 tahun, melampaui kemampuan pemahaman manusia biasa, merupakan bukti positip bahwa Qur'an adalah Firman Tuhan dan dia (di manapun) melampui potensi intelektual manusia biasa; baik dia seorang yang ahli luar biasa atau seorang filsuf berkaliber tertinggi sekalipun, yang tidak selalu bisa menjelaskan kebenaran alamiah yang diwahyukan di dalam Qur'an. Apa yang nyata menjadi pertentangan dengan kebenaran ilmiah adalah anggapan Injil bahwa meskipun kehidupan meletus dalam bentuk berbagai spesies, yang telah bertahan, belum ada evolusi atau perbaikan dalam fungsi mereka. Di lain pihak, menurut Qur'an, manusia telah melakukan pelanggaran melalui perubahan-perubahan raksasa dalam perjalanan sejarah kemanusiaan. Saya merasa sangat perlu menginformasikan dunia Kristen mengenai kelemahan serius dalam Injil ini. Karena kebetulan tidak memihak, jujur dan sangat vokal dalam studi saya, saya telah berulang kali dipanggil dari waktu ke waktu untuk mengekspresikan pandangan saya mengenai hal ini sebelum pertemuan-pertemuan terhormat. Pada semua kesempatan seperti itu, saya selalu berurusan dengan subjek dari sudut pandang ilmiah, mengabaikan konteks keagamaan atau teologis. Apa pun yang tampaknya meragukan atau cocok untuk penyelidikan lebih lanjut, saya telah mencoba untuk meletakkannya di batu ujian dan tidak mengizinkan untuk lolos tanpa diuji. Q: Apakah anda telah memeluk agama Islam? A: Saya ingin menjelaskan bahwa sebelum saya belajar huruf pertama Bismillah pun, saya sudah yakin bahawa Tuhan adalah unik dan Maha Kuat dan ketika Tuhan membimbing saya untuk mempelajari Qur'an, nurani saya menjerit bahwa Al Qur'an adalah Firman Tuhan yang diwahyukan kepada Nabi Terakhir Nya Muhammad SAW. Dalam buku saya "Quran, Bible and Science," saya telah mengatakan fakta-fakta ini dan buku itu langsung sukses di seluruh dunia Kristen. Dalam buku ini saya telah mengabdikan diri untuk mendiskusikan semua masalah dari sudut akademis murni, bukan dari sudut keyakinan atau kepercayaan yang hanya akan mengungkap keyakinan pribadi saya. Hal ini karena saya ingin dunia mengenal saya sebagai akademisi dari pada teolog. Tentang keyakinan dan kepercayaan saya, Tuhan tahu apa yang ada dalam hati seseorang. Saya yakin bahwa jika saya mengidentifikasi diri dengan kepercayaan apa pun, orang akan selalu menjuluki saya sebagai salah satu milik kelompok ini dan itu dan merasa bahwa apa pun yang saya katakan atau lakukan, saya melakukannya hanya dari sudut kelompok keyakinan ini dan itu. Saya tahu teman-teman saya dengan sangat baik dan memahami mentalitas mereka juga dengan sangat baik. Saya ingin menjamin mereka bahwa semua pernyataan saya didasarkan pada pengetahuan ilmiah dan bukan dari dogma agama. Q: Ini ok, tetapi karena anda sudah mengacu pada kesadaran lengkap Allah dengan apa yang ada dalam hati seseorang, mungkin kita bertanya apa pendapat Anda tentang hati manusia? A: Hati bukanlah sebuah organ tubuh yang jelas dan mudah dikenali. Hati adalah tempat tinggal iman dan sumber cahaya abadi. Q: Apa pandangan Anda terhadap misi Islam dan masa depannya di dunia barat? A: Metoda terbaik adalah mendekati orang melalui bahasa mereka sendiri. Saya menggunakan bahasa dunia dalam cakupan terluasnya, yaitu komprehensif dari semua faktor yang ada untuk membuat bahasa apapun lengkap dan ekspresif menurut pandangan dan keyakinan masyarakat. Prinsip-prinsip dan aturan-aturan terhadap hal yang anda mengajak mereka untuk memperhatikannya, harus dipresentasikan dengan gaya yang anda kenal dan yang populer di antara mereka. Dalam buku saya "Quran Bible and Science", saya mengambil gaya baru untuk memperkenalkan pembaca dengan kebenaran-kebenaran Qur'an dan untuk memahami nilai hakiki Al Qur'an. Sudut pandang saya yang objektif dan tidak memihak ini memberi dorongan terhadap meluasnya peredaran buku-buku saya. Pertama, saya mencoba untuk mencari titik pusat perhatian umat Kristiani dan gaya yang menarik bagi akal sehat mereka. Kemudian saya meraih kesuksesan ini. Setelah penerbitan buku-buku ini saya menerima sejumlah surat dari akademisi besar dan ahli-ahli penelitian dan juga orang biasa yang menyatakan ketertarikan mereka terhadap studi saya tentang Al Qur'an dan menghargainya. Mereka merasa puas dengan pandangan-pandangan saya tentang Injil dan setuju dengan kelemahan-kelemahan yang saya tunjukkan. Pernah sekali saya menjamu beberapa warga Kristen di rumah di mana mereka mengungkapkan ketakjuban mereka ata literatur yang saya hasilkan mengenai Islam dan menanyakan nama-nama penafsirnya untuk mendapatkan informasi yang benar tentang itu. Q: Apa kegiatan anda sekarang? A: Kami sekarang mencoba memproduksi sebuah film tentang "Science, the Quran and the Origin of Man". Sebenarnay saya saya punya teman-teman dekat di Malaysia. Dakwah Islamiah cabang provinsi telah meloloskan sebuah resolusi untuk memproduksi sebuah film tentang Qur'an dan direktur produksinya mengunjungi Paris untuk mempersiapkan perencanaanya. Film ini akan dibuat dalam Technicolor. Panjangnya lima puluh lima menit khusus untuk Qur'an dan sejarah dari fakta-fakta yang terkait, surah-surah Qur'qn dikutip dalam film ini. Jadi sangat penting. Enam ratus ribu dolar sudah terkumpul untuk memproduksi film ini. Persiapan film ini sudah dimulai. Mula-mula akan diproduksi dalam lima bahasa, dan kemudian akan dilanjutkan sampai sepuluh. Cetakan pertama akan ada dalam bahasa Inggris, kemudian Arab dan Perancis, dan setelah itu bahasa-bahasa lainnya. Film ini akan diedarkan ke seluruh dunia. Jangan lupa menonton video "The Book of Signs" yang dibuat berdasarkan buku Dr. Maurice Bucialle: "The Bible, The Quran and Science" dan "What is the Origin of Man." Nama saya Maryam Noor, ini nama Islam saya, dan nama asli saya Margaret Templeton. Saya lahir di Skotlandia dalam keluarga yang 'atheist'. Di rumah kami, kami dilarang bicara tentang Tuhan, dan bahkan kalau kami belajar sesuatu tentang Tuhan di sekolah, kami tidak boleh menceritakannya atau kami akan mendapat hukuman. Selama yang bisa saya ingat, saya sudah mencari tahu tentang 'Kebenaran' tentang mengapa saya ada di dunia ini, untuk apa, apa yang harus saya lakukan. Begitu saya sudah cukup dewasa, saya mulai mencari informasi tentang apa itu yang orang menyebutnya dengan 'Tuhan", yang disebuat orang, dan sepanjang hidupku saya sudah mencari "Kebenaran", bukan agama tertentu. "Kebenaran" bagiku adalah sesuatu yang masuk akalku, sesuatu yang membuka hatiku dan yang membuat hidupku bermakna. Saya sudah mengunjungi hampir setiap gereja di Kerajaan Inggris, baik di sini maupun di rumah, tidak pernah sekalipun terpikirkan tentang Islam. Saya mulai tertarik tentang Islam, tetapi perang terjadi di Irak, dan saya membaca hal-hal buruk yang ditulis suratkabar dan media tentang muslim, tetapi saya cukup mengerti agama-agama lainnya sehingga tahu bahwa berita-berita itu tidaklah benar, ada kebohongan-kebohongan di sana, maka saya pergi mencari seorang guru yang bisa mengajariku hal-hal tentang cara hidup Islam agar saya bisa terhindar dari hal-hal yang dituduhkan kepada kaum muslim. Saya membaca Al-Fatihah, dan saya seperti disambar petir, air mata mengalir dari mataku, jatuh seperti airterjun Niagara. Salah satu yang saya lakukan adalah saya berbicara kepada setiap orang. Saya biasa tersenyum kepada setiap orang dan mengatakan "Hello", "Apakabar", dan "Gimana keadaanmu hari ini"... karena Yesus menyebar kebahagiaan kapanpun dia berada. Pada waktu itu saya menganut Katolik Roma tetapi mereasa sangat tidak bahagia dan saya meninggalkan Gereja itu, dan tidak tahu harus pergi ke mana lagi. Pada saat yang sama, saya mencari seorang guru Islam, saya terus menerus berdoa sepanjang hari kepada Tuhan "Tolonglah...Tolong...Tolong..." berulang-ulang sepanjang hari selama hampir dua tahun, karena saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan atau harus ke mana. Seorang teman dari teman saya memberitahu saya nama seorang alim. Namanya Nur El-Din, dan dia seorang keturunan Arab di negara saya. Dia mengundaku ke rumahnya, yang saya penuhi, dan dia memberitahuku buku-buku apa yang saya perlu beli, dan bahwa saya bisa menelponnya bila ada pertanyaan. Dan begitulah hubungan kami. Ada tujuh volume buku ini, yaitu buku resensi Quran. Saya mulai mempelajarinya. Saya membuka buku pertama, Saya baca bagian 'ackowledgement'. Saya tidak memulai dari belakang, saya mulai dari depan dan saya langsung membaca Al-Baqarah. Dan sebelum Al-Baqarah, ada Al-Fatihah, dan saya membaca Al-Fatihah, dan saya seperti disambar halilintar, airmata mengalir deras dari mataku, seperti air terjun Niagara. Dadaku berdebar dengan sangat kencang, ... saya berkeringat, saya terguncang, ..... saya takut ini ulah setan, seolah-olah setan berusaha menghentikanku karena saya mungkin menemukan jalan yang aku cari itu, karena buku ini bisa membawaku ke arah "Kebenaran", yang selama ini kucari. Saya menelpon sang alim (Nur El-Din), dia meminta saya datang. Jadi saya datang di tengah musim dingin, dan saya tiba di sana beku seperti batu es, tetapi menderita sedikit tidak ada apa-apanya demi Allah yang aku temukan. Dan saya menjelaskan pengalamanku kepada sang alim. Saya katakan ini perbuatan setan, apa yang harus saya lakukan? Salah satu yang terjadi ketikan air mata ini mengalir adalah saya melihat jantung saya, saya bisa melihat jantung saya di luar, merah, sangat besar, agak cerah, tidak berbentuk seperti jantung sama sekali, dan saya katakan menurutmu apa yang harus saya lakukan? Dan dia mengatakan kepadaku "Margaret", katanya, "kamu akan menjadi seorang Muslim". Dan saya mengatakan "Tetapi saya bukan membaca buku-buku ini untuk menjadi seorang Muslim". "Saya membacanya untuk membebaskan diri dari kebohongan-kebohongan yang dikatakan orang tentang kaum Muslim". "Saya tidak mau menjadi seorang Muslim". Dan dia mengatakan "Margaret, kamu akan menjadi seorang Muslim, karena saya harus mengatakan kepadamu, ada intervensi Tuhan dalam hidup kamu." Saya sudah berusia 65 tahun waktu itu. Sekarang saya 66 tahun. Saya sudah menjadi Muslim selama satu tahun. Saya melanjutkan belajar dengan sang alim, dari November sampai Februari, dan saya tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk mengucapkan syahadat, dan saya bertanya apakah tidak terlalu dini bagi saya, karena saya sebenarnya saya tidak ingin menjadi seorang Muslim, tetapi saya yakin dengan menjadi Muslim saya akan belajar dan Tuhan akan mengampuniku yang selama ini aku tidak hargai pemberiannya. Dia berkata "Noor, datanglah tanggal 11 Februari 2003", dan dia duduk agak jauh dariku..., dia berpakaian putih dari kepala sampai ke ujung kaki, dan dia berkata "Ulangi apa yang aku katakan" dan dia mengucapkan syahadat yang saya ulangi setelah dia membacakannya. Anak laki-laki saya satu-satunya orang yang percaya bahwa saya telah menemukan kebenaran itu Kemudian saya berkata kepadanya "Apa tadi yang saya katakan?" dan dia memberitahu saya dalam bahasa Inggris apat yang tadi saya katakan, dan saya berkata "Jadi saya sudah menjadi seorang Muslim" dan dia mengatakan "Iya dan namamu sekarang Maryam". Saya tidak bisa mengatakan bahwa saya seorang Muslim yang baik karena itu luarbiasa sulit. Saya kehilangan semua teman-teman katolik saya, semua teman-teman yang saya ajak bicara. Anak perempuan saya berpikir bahwa saya sudah gila. Anak laki-laki saya adalah satu-satunya orang yang percaya bahwa saya sudah menemukan kebenaran itu dan dialah satu-satunya orang yang mungkin kelak menjadi seorang Muslim juga. Hal kedua yang membuat hidupku sangat sulit adalah saya tinggal di negeri sekular dan tidak di negeri Muslim dan saya ingin dengan sepenuh hati tinggal di negeri Muslim dan memiliki komunitas Muslim. Saya satu-satunya orang Muslim di daerah tempat tinggal saya. Tetapi Allah sudah sangat baik kepada saya karena meskipun menghadapi semua kesulitan ini, saya bisa bahagia dan terus belajar tentang Islam. Saya membaca semua dalam bahasa Inggris karena dalam usia saya, saya tidak bisa menghapal Qur''an jadi saya menggunakan buku. Saya meminta kepada Allah "Ya Allah, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, tolong ingatlah saya ini sebenarnya seorang bayi, tetapi saya bayi berusia 65 tahun dan saya menghadapi kesulitan-kesulitan dan Engkau harus membantuku" dan inilah salah satu cara Tuhan menolongku. "Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang antaramu dan orang-orang yang kamu musuhi diantara mereka. Dan Allah adalah Maha Kuasa. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS 60: 7). Ayat ini mungkin sangat pas untuk kisah tentang Daniel Streich berikut ini. Daniel Streich, seorang politisi Swiss yang terkenal karena menentang mesjid di daerah tempat dia bermukim sekarang telah memeluk keyakinan yang dulu dicercanya. Daniel Streich adalah anggota Partai Rakyat Swiss (SVP) di Switzerland. Sebagai seorang politisi terkenal Streich memimpin pelarangan menara mesjid di seluruh Switzerland. Dia aktif membangun sentimen anti muslim di seluruh Switzerland. Kampanye yang gencar ini menjadikannya berhasil meraih ranking di kalangan Angkatan Bersenjata Swiss. Larangan Mendirikan Menara Mesjid di Switzerland dan Daniel Streich
Streich ketika itu adalah anggota penting Partai Rakyat Swiss (SVP). Ini bisa dilihat dari pengaruhnya atas kebijakan partai, dimana ia selalu mendapat peran penting. Gerakannya menentang pendirian menara mesjid ditujukan untuk menambah minat dan perhatian politik. Ia memenangkan posisi instruktur militer di Angkatan Bersenjata Swiss karena kepopulerannya. Ia juga mempunyai komitmen dengan partainya dan berdiri sebagai politisi lokal. Daniel Streich Masuk Islam Streich berusaha memahami Qur'an dan ajaran Islam dalam rangka beradu argumen dengan kaum Muslim pada prinsip-prinsip iman mereka. Dalam upayanya ini ia mulai setuju dengan dan mengakui pernyataan-pernyataan Qur'an. Dilahirkan dalam keluarga beragama Kristen, Streich telah mempelajari Islam secara komprehensif semata-mata untuk menentang, tetapi ajaran-ajaran Islam telah memberi dampak terhadap dirinya. Pada akhirnya ia mundur dari kegiatan-kegiatan politik dan ia memeluk agama Islam. Streich menganggap kegiatan-kegiatan SVO terhadap kaum muslim adalah kelakuan setan. Ia mengatakan bahwa ia biasa membaca Injil dan sering ke gereja, tetapi sekarang ia membaca Kitab Suci Quran dan melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari. Ia melanjutkan bahwa ia mundur dari keanggotaan partainya dan mengumumkan kepindahan agamanya. Streich mengatakan bahwa ia telah menemukan kebenaran hidup dalam agama Islam, yang ia tidak bisa temukan dalam agama Kristen. "Agama Islam memberikan jawaban-jawaban logis atas pertanyaan-pertanyaan tentang kehidupan, yang pada akhirnya, saya tidak bisa temukan dalam agama Kristen," ujar Streich. Ia sekarang menjadi muslim yang taat, yang ke mesjid, membaca Qur'an dan shalat lima waktu dalam sehari. Menurut Organisasi dan Komunitas Persatuan Islam sekitar 3000 - 5000 orang Itali belakangan ini telah pindah masuk agama Islam dari agama Katolik. Kehidupan Daniel Streich Setelah Masuk Islam Akhir-akhir ini pertanyaan larangan mendirikan menara mesjid divoting Switzerland dimana negara Swiss mengeluarkan status hukumnya. Karean hasil voting memberikan 42.5 persen membela dan 57.5 persen mendukung larangan, padahal populasi muslim di Switzerland is hanya 6 persen. Hal yang paling menakjubkan adalah dukungan dari 42.5 persen populasi terhadap muslim yang hanya 6 persen. Para analis mengklaim bahwa larangan mendirikan mesjid dan ritual agama Islam telah menarik orang ke arah agama Islam. Streich sekarang memfokuskan perhatiannya dalam berperan-serta membangun Partai Konservatif Demokrat di Freiburg. Gerakan Streich yang baru ini bertentangan dengan gerakan dia sebelumnya dan ia menargetkan toleransi antar agama dan hidup berdampingan dengan damai, meskipun larangan mendirikan menara mesjid telah resmi secara hukum. Ia menentang keras larangan terhadap menara mesjid dan berharap bisa mendirikan mesjid ke lima Switzerland dan yang paling indah di Eropa. Sumber: revert2islamtoday.blogspot.com Mengingat penduduk Irbil Irak mayoritas Islam, satuan "Unit Zaitun" Pasukan Perdamaian PBB dari Korea Selatan mengirim anggotanya yang tidak beragama ke Mesjid Hannam Dong agar mereka bisa mengenal dan memahami tentang Islam sebelum keberangkatan mereka ke sana bulan July tahun 2013. Beberapa diantara mereka yang mengikuti program ini, terpikat dan memutuskan untuk memeluk agama Islam. "Saya masuk Islam karena saya merasa Islam lebih manusiawi dan damai dari pada agama-agama lain. Dan jika anda secara agama nyambung dengan penduduk setempat, saya pikir itu bisa banyak membantu membawa misi kami untuk menciptakan perdamaian." Demikian dikatakan oleh prajurit-prajurit Korea yang masuk Islam sebelum keberangkatan mereka bulan Juli tahun lalu ke Kurdish, Irbil, di Irak Utara. Letnan Son Hyeon Ju salah satu komandan pasukan ketika bertugas sering mengamati orang-orang muslim sholat berjamaah di masjid, karena kebetulan markas pasukannya berada dekat masjid. Ia sangat terpesona dengan gerakan-gerakan sholat. Karena penasaran, ia mencoba menirukan seluruh gerakan sholat dan mempraktikkannya di kamarnya sendirian. Ketika mempraktekan itulah ia merasakan ketenangan, dan perasaan damai dalam hatinya. Iapun kemudian menjadikan gerakan-gerakan sholat tersebut sebagai program meditasi bagi pasukan yang ia pimpin selain Yoga. Di luar dugaaannya ternyata sebagian besar prajurit setelah mempraktikkan gerakan-gerakan sholat tersebut juga merasakan hal yang sama. Merekapun merasakan suasana lebih tenang dan damai. Inilah yang mendorong Letnan Son berinisiatif mempelajari Islam untuk mengenalnya lebih dalam lagi sampai akhirnya ia memutuskan untuk memeluk Islam. Ketika niatnya ingin memeluk Islam disampaikan kepada prajurit-prajuritnya, ia berkata: “Aku telah menemukan cahaya kehidupan yang sesungguhnya, aku ingin berada dalam cahaya itu, dan cahaya itu adalah Islam”. Tanpa ia duga, secara spontan 37 prajurit yang ia pimpin mengangkat tangan mereka, sebagai tanda ikut bersama komandanya – untuk juga memeluk Islam. Seorang petugas "Unit Zaitun" terkesan dengan betapa kaum muslim di seluruh dunia sangat memandang penting persaudaraan dalam agama. Jika anda menganut agama Islam, anda diperlakukan bukan sebagai orang asing, tetapi sebagai orang lokal, dan seorang muslim tidak menyerang wanita muslim meskipun dalam perang.
Kopral Seong Uk (22) dari Pasukan Divisi 11 Unit Zaitun mengatakan, "Saya belajar bahasa Arab ketika kuliah dan ketika membaca Quran, saya langsung tertarik dengan ajaran Islam, dan saya memutuskan untuk masuk Islam ketika Unit Zaitun memberi kesempatan kami ke Mesjid Hannam Dong ini." Dia melanjutkan: "Jika kami dikirim ke Irak, saya ingin ikut serta dalam upacara agama dengan penduduk setempat sehingga mereka merasakan bersaudara dan bisa meyakinkan mereka bahwa tentara Korea bukan pasukan penjajah tetapi pasukan yang dikirim untuk tugas kemanusiaan." Sumber: www.way-to-allah.com dan Islampos.com |
ISLAM
Cari artikel? Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini. Kebenaran Quran dan Ajaran IslamMenyampaikan bukti-bukti kebenaran Quran dan ajaran Islam melalui tulisan dan pengakuan ahli ilmu pengetahuan dunia yang diambil dari berbagai sumber.
Archives
July 2024
Categories
All
kirim pesan [email protected]
|