Hari Kedua Pembukaan Mekah
Pada keesokan hari Rasulullah ﷺ tampil kembali di depan masyarakat Quraisy di Mekah, setelah memuji dan bertahmid kepada Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ, Rasulullah bersabda: "Wahai manusia sekalian, sesungguhnya Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ telah mengharamkan bumi Mekah sejak langit dan bumi ini diciptakan, maka Mekah menjadi haram. Pengharaman Allah itu, sampai dengan tiba hari qiamat. Tidak halal orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, menumpahkan darah, atau menebang pohon”. Kemudian apabila ada orang yang mempermasalahkan peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah, di Mekah, maka jawab kepada mereka: “Sebenarnya Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ telah mengizinkan kepada Rasulnya saja dan tidak kepada yang lainnya, itu pun hanya untuk saat tertentu saja, nah kini pengharaman berlaku kembali seperti pada hari kemarin, oleh karena itu kepada semua yang hadir di antara kamu berkewajipan menyampaikan perihal ini kepada yang tidak hadir". Dalam riwayat lain disebutkan: “Tidak mematahkan durinya, tidak membuang buruannya, tidak mengambil barang yang tercecer kecuali orang yang mengenalinya, dan tanah lapangnya tidak bisa untuk buang air (air kecil atau air besar).” Abbas menyela: "Wahai Rasulullah kecuali batang Izkhir, karena itu untuk hamba-hamba dan rumah mereka". Jawab Rasulullah: "Ya kecuali batang Izkhir". Peristiwa sebelumnya, Khuza'ah telah membunuh seorang lelaki dari Bani Laith untuk membalas dendam atas pembunuhan seorang anggota qabilah mereka. Sehubungan dengan perkara ini maka, Rasulullah bersabda: "Wahai kalian Khuza'ah, hindarkan tanganmu dari pembunuhan, sebenarnya pembunuhan terlalu banyak, walaupun itu bisa memberi manfaat. Sebelumnya kamu telah membunuh mangsa kamu dan kini biarlah aku yang membayar ganti rugi (pampasan)nya, akan tetapi siapa pun yang membunuh setelah pemberitahuanku ini, maka keluarganya harus memilih di antara dua pilihan, bila mereka mau darah maka darah pembunuhan, atau bila mereka mau tebusan ganti rugi maka pampasanlah yang harus dibayar". Dalam riwayat lain; Maka berdirilah seorang berketurunan Yaman yang dikenali sebagai Abu Syah menyeru: "Wahai Rasulullah! Tuliskanlah itu untukku", maka kata Rasulullah: "Ayo tuliskanlah untuk Abu Syah". Kecurigaan Kaum Anshor Setelah selesai semua urusan mengenai pembukaan Mekah yang merupakan tanah air dan tanah tumpah darah Rasulullah, maka beberapa orang Anshor mencurigai sesuatu, dan mereka berbisik-bisik di antara mereka: "Apakah engkau berpendapat, bahwa setelah membantu Rasulullah hingga kembali di tanah airnya ini, akankah Rasulullah kemudian menetap di sini?". Pada saat itu Rasulullah ﷺ sedang menadah tangannya, berdoa di atas bukit Safa', setelah selesai dari doanya itu kemudian Rasulullah bertanya: "Apa yang kamu bicarakan tadi?". Jawab mereka: "Tidak ada apa-apa, wahai Rasulullah". Rasulullah ﷺ kemudian mendesak, mengenai apa yang mereka bisikkan itu, sampai kemudian mereka bercerita yang sebenarnya, maka Rasulullah menegaskan: "Aku berlindung kepada Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ, sebenarnya penghidupanku adalah di penghidupanmu dan kematianku adalah di persada kematianmu". Baiat Setelah selesai pembukaan Mekah, berkat pertolongan Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ, maka tampaklah kebenaran Islam di mata penduduk Mekah dan mereka sudah memastikan, bahwa tidak ada jalan lain menuju kejayaan kecuali dengan Islam, karenanya mereka semua tunduk dan patuh kepada ajaran-ajaran Islam, mereka semua berkumpul untuk membuat pengakuan taat dan setia dalam baiat. Rasulullah ﷺ duduk di Bukit Safa dengan semua yang hadir sedang Umar Ibnu Khattab di samping agak ke bawah dari Rasulullah memperhatikan siapa pun yang hadir di situ, semua yang datang membuat baiat dengan Rasulullah. Di dalam kitab "Madarik Tafizil" disebutkan: Diriwayatkan bahwa setelah Rasulullah ﷺ selesai menerima baiat kaum lelaki, Rasulullah meneruskan baiat untuk kaum wanita. Rasulullah ﷺ duduk di bukit Safa' sedang Umar bin Khattab duduk di samping Rasulullah membaiat mereka dengan perintah Rasulullah, juga menyampaikan kepada mereka segala sesuatu dari Rasulullah. Hindun bin Utbah, isteri Abu Sufyan pun datang ke hadapan Rasulullah dengan cara menyamar diri, karena takut Rasulullah akan mengenali dia, karena Hindun bin Utbah masih ingat tindakan kejamnya terhadap Hamzah. Maka Rasulullah ﷺ berkata: "Aku membaiatmu untuk tidak mensyirikkan Allah dengan sesuatu pun". Tugas ini dilakukan oleh Umar, dan kata Rasulullah: "Dan jangan kamu mencuri". Maka jawab Hindun: "Sebenarnya Abu Sufyan seorang yang bakhil, bila aku ambil sedikit hartanya dia tidak suka", menyahut Abu Sufyan: "Apa yang engkau ambil itu halal". Lalu Rasulullah ﷺ pun tersenyum karena Rasulullah telah mengenali dia katanya: "Engkau Hindun?". "Ya wahai Rasulullah". Katanya lagi: "Maafkanlah aku wahai nabi Allah", maka Rasulullah ﷺ pun memaafkan dia. Kata Rasulullah: "Dan tidak berzina". Kata Hindun: "Apakah seorang wanita yang merdeka wajar berzina?". Jawab Rasulullah: "Dan tidak sekali-kali membunuh anak-anak mereka". Kata Hindun pula: "Kami yang memeliharakan mereka sejak kecil lagi, dan Engkaulah yang membunuh mereka setelah dewasa, dan merekalah yang lebih mengetahui hal ini". Karena anaknya, Hanzalah bin Abi Sufyan telah terbunuh dalam peperangan Badar, Umar ketawa hingga dia terduduk, sedang Rasulullah tersenyum saja. Kata Rasulullah lagi: "Dan tidak juga melakukan perkara-perkara maksiat". Jawab Hindun: "Demi Allah kerja maksiat itu suatu yang bodoh dan jelek, sebetulnya apa yang Rasulullah sampaikan itu adalah perintah yang wajar untuk menjadikan akhlak-akhlak mulia". Selanjutnya kata Rasulullah ﷺ : "Dan sekali-kali tidak membantah untuk kerja-kerja makruf (kebaikan)". Kata Hindun: "Demi Allah kami menghadiri majlis dan di dalam hati kami tidak ada sedikit pun rasa durhaka". Ketika dia pulang ke rumahnya kemudian dia memecahkan berhala-halanya sambil berkata: "Kami tertipu oleh engkau". Bersambung
0 Comments
Rasulullah ﷺ Sholat di dalam Ka’bah
Rasulullah masuk ke dalam Ka’bah bersama Usamah dan Bilal. Setelah Rasulullah ﷺ menutup pintu Ka’bah, Rasulullah berdiri membelakangi pintu Ka’bah, Rasulullah melangkah ke depan tiga hasta kemudian Rasulullah berhenti, sehingga dua tiang berada sebelah kirinya dan satu tiang berada di sebelah kanan Rasulullah. Di belakang Rasulullah ada tiga tiang, karena al-Haram pada waktu itu didirikan atas enam batang tiang. Kemudian Rasulullah sholat di situ. Setelah selesai sholat Rasulullah berjalan-jalan di dalam Ka’bah, bertakbir di setiap sudutnya, lalu menyebut kalimah Tauhid, kemudian Rasulullah membuka pintu, ketika itu masyarakat Quraisy sudah memenuhi ruang masjid bersaf-saf, menunggu apa yang akan disampaikan oleh Rasulullah kepada mereka. Rasulullah memegang pintu Ka’bah, sedang masyarakat Quraisy menunggu di bawah, Rasulullah bersabda: "Tiada Tuhan melainkan Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, benar janji-Nya, membantu hamba-Nya, mengalahkan golongan Ahzab, ingatlah setiap warisan lama, setiap warisan Jahiliah serta harta benda atau darah, semuanya di bawah kakiku ini, kecuali penjaga Baitullah dan pemberi minum para Jemaah Haji. Ingatlah, pembunuhan secara sengaja dengan menggunakan cemeti dan rotan dendanya terlalu berat, yaitu seratus ekor unta, empat puluh darinya dalam keadaan sedang mengandung. Wahai masyarakat Quraisy, sesungguhnya Allah telah melenyapkan kesombongan jahiliah, sikap bermegahan dengan membanggakan keturunan, sebenarnya manusia itu adalah keturunan Adam sedang Adam diciptakan dari tanah. Kemudian Rasulullah membaca ayat Alquran: يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. {Al-Hujurat 49:13} Kemudian Rasulullah menyambung sabdanya: "Wahai kaum Quraisy, apa yang kamu fikirkan tentang apa yang akan aku lakukan terhadap kamu semua?" Jawab mereka: "Tentulah baik, karena saudara orang yang mulia, anak dari saudara kami yang mulia". Maka jawab Rasulullah: "Sesungguhnya aku berkata kepada kalian seperti Yusuf telah berkata kepada saudara-saudaranya: Tidak ada cela atas kamu di hari ini, Ayo berjalanlah, kamu semua bebas." Kunci Ka'bah dikembalikan kepada penjaganya Setelah semuanya itu, Rasulullah ﻢﻠﺳو ﻪ ﻠﻋ ﷲﺻ duduk kembali di dalam Masjid, Ali bin Abi Talib (r.a) berdiri dan menemui Rasulullah sambil memegang kunci pintu Ka’bah, dan berkata: "Wahai Rasulullah, berilah tugas menjaga Ka’bah dan tugas memberi minum kepada kami, semoga Allah memberi sholawat kepada engkau". (dalam riwayat yang lain yang mengajukan permohonan Abbas). Rasulullah bersabda: "Untuk Utsman bin Talhah". Karena itu dijemput dan dibawalah Utsman bin Talhal ke depan Rasulullah dan Rasulullah berkata: "Ini kunci untuk engkau, hari ini adalah hari kebaikan dan menunaikan janji". Menurut riwayat Ibn Sa'ad dalam kitabnya al-Tabaqat, Rasulullah telah berkata kepada Utsman Ketika penyerahan kunci itu dengan sabdanya: "Ambillah kunci ini untuk selama-lamanya, ia tidak akan dirampas kecuali oleh orang yang zalim, sesungguhnya Allah telah meletakkan amanatnya kepada kamu, dan makanlah segala sesuatu rezeki yang sampai kepadamu dari rumah Allah ini dengan ma'ruf". Bilal berazan di atas Ka'bah Ketika masuk waktu sholat Rasulullah pun menyuruh Bilal (r.a) memanjat ke atas Ka’bah untuk menyuarakan azan dari atas Ka’bah. Sholat pembukaan Ka'bah atau sholat syukur. Pada hari itu Rasulullah masuk ke dalam rumah Ummu Hani binti Abi Talib, untuk bersuci kemudian sholat delapan rakaat di dalam rumahnya, ketika itu adalah waktu dhuha, ada orang menyangka Rasululluh sholat dhuha, yang sebenarnya Rasulullah sholat kemenangan atas pembukaan kota Mekah. Pada waktu itu Ummu Hani pun memberi perlindungan kepada dua orang mertuanya, maka kata Rasulullah: "Kami melindungi orang yang dilindungi oleh Ummu Hani". Sebelumnya saudaranya Ali bin Abi Talib menuntut untuk membunuh mereka berdua, namun Ummu Hani telah menutup pintu rumahnya, karena itulah maka Ummu Hani bertanya kepada Rasulullah dan Rasulullah pun memberi penegasan kepada Ummu Hani. Bersambung Masjid Dhirar
Sejak sebelum kaum muslimin hijrah, di Madinah ada seorang pendeta Nasrani bernama Abu Amir. Ia adalah orang terpandang di suku Kha'raj. Setelah Islam menyebar luas Abu Amir pun menunjukkan kebencian kepada Rasulullah ﷺ dan para pengikutnya. Bahkan diam-diam Abu Amir telah menghasut Quraisy agar memerangi Rasulullah ﷺ. Namun ketika akhirnya Mekah ditaklukkan, Abu Amir berpaling ke Romawi. Kaisar Heraklius mengizinkan Abu Amir tinggal di wilayah Romawi agar bisa bersama-sama menyusun rencana jahat terhadap Rasulullah ﷺ. Dari tempat yang baru itulah Abu Amir menulis surat kepada orang-orang munafik Madinah. Ia menceritakan bahwa Heraklius siap membantu. Namun lebih dahulu harus dibangun sebuah markas agar orang-orang dapat berkumpul untuk melaksanakan rencana jahat terhadap Rasulullah ﷺ. Maka dengan cerdik orang-orang munafik Madinah membangun sebuah markas. Markas tersebut bukan berbentuk rumah atau benteng melainkan sebuah masjid. Padahal di dekat situ sudah ada masjid Quba yang didirikan Rasulullah ﷺ. Jika orang-orang menanyakan hal ini, kaum munafik itu beralasan supaya pada malam-malam yang sangat dingin orang di sekitar sini bisa mendapat tempat shalat yang lebih dekat. Masjid ini telah selesai dibangun sebelum Rasulullah ﷺ berangkat ke Tabuk. Orang-orang munafik mendatangi Rasulullah ﷺ meminta agar beliau sudi kiranya shalat di sana. Tujuan utama mereka adalah, jika Rasulullah ﷺ mau sholat di sana maka masjid itu tidak akan lagi dicurigai. Namun ketika itu Rasulullah ﷺ bersabda, "Kami sekarang mau berangkat, insya Allah nanti setelah pulang." Sebelum Rasulullah ﷺ tiba di Madinah dari Tabuk, Jibril turun membawa berita tentang masjid Dhirar yang dibangun untuk memecah belah dan membuat orang kembali kafir. Maka begitu tiba di Madinah beliau memerintahkan kepada beberapa sahabat untuk menghancurkan Masjid itu sampai rata dengan tanah. Setelah gembira karena meraih kemenangan dari Romawi dan orang munafik, kembali kesedihan menimpa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Ibrahim Wafat Khadijah melahirkan dua anak laki-laki untuk Rasulullah ﷺ yaitu Qosim dan Thahir, namun keduanya meninggal ketika masih bayi di pangkuan ibunya. Setelah Khadijah wafat berturut-turut ketiga putri Rasulullah ﷺ meninggal hingga yang tersisa hanyalah Fatimah Az-Zahra. Karena itu kita dapat memahami betapa besarnya rasa sayang Rasulullah ﷺ kepada Ibrahim anaknya yang lahir dari Mariyah. Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Ibrahim si bayi mungil jatuh sakit yang sangat menghawatirkan. Tatkala ajal Ibrahim sudah dekat Rasulullah ﷺ diberitahu. Karena begitu sedih Rasulullah ﷺ berjalan sambil memegang dan bertumpu pada tangan Abdurrahman bin Auf. Rasulullah ﷺ mengambil bayi itu dari pangkuan ibunya ke pangkuannya sendiri. Hati beliau seolah remuk redam, tangan beliau menggigil saat memeluk Ibrahim. Dengan rasa pilu yang begitu mencekam sanubari Rasulullah ﷺ bersabda, "Ibrahim kami tidak dapat menolongmu dari kehendak Allah." Air mata Rasulullah ﷺ mengalir melihat bayinya sedang menarik nafas terakhir. Mariyah dan adiknya Shirin menangis menjerit-jerit. Namun Rasulullah ﷺ membiarkan mereka begitu. Setelah itu tubuh Ibrahim tidak bergerak lagi, nyawanya telah kembali kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Rasulullah ﷺ bersabda, "Oh Ibrahim kalau bukan karena soal kenyataan dan janji yang tidak dapat dibantah lagi bahwa kami akan segera menyusul orang yang mendahului kami, tentu kesedihan kami akan lebih dalam daripada ini." Beliau diam sejenak kemudian bersabda lagi, "Air mata boleh bercucuran, hati dapat merasa duka tapi kami hanya dapat berkata apa yang telah menjadi kehendak Allah dan bahwa kami, sungguh sedih terhadapmu wahai Ibrahim." Beliau memandang Mariyah dan Shirin dengan penuh kasih. Beliau meminta keduanya lebih tenang dan berkata, "Ia akan mendapatkan inang pengasuh dari surga. " Pada saat itu terjadilah gerhana matahari, para sahabat berkata bahwa gerhana itu terjadi karena kematian Ibrahim, namun Rasulullah ﷺ bersabda, "Matahari dan bulan adalah tanda kebesaran Allah yang tidak akan terjadi karena kematian atau kehidupan seseorang, kalau kamu melihat hal itu, berlindunglah dan berdzikirlah kepada Allah dengan melakukan shalat." Bersambung Tiba di Madinah
Duapuluh hari lamanya Rasulullah ﷺ tinggal di Tabuk. Setelah itu beliau pulang bersama ribuan pasukan muslim. Mereka berhasil meraih kemenangan tanpa mengalami serangan sedikit pun. Namun bahaya sebenarnya belum berakhir. Khususnya bagi Rasulullah ﷺ sendiri. Dalam perjalanan pulang ini Rasulullah ﷺ melewati jalan di sebuah bukit. Saat itu beliau ditemani oleh Ammar bin Yasir yang memegang tali kekang unta Rasulullah ﷺ dan Hudzaifah bin Al-Yaman yang berjalan di depan. Diam-diam 12 orang munafik yang ikut pasukan muslim datang mengendap-endap. Mereka berniat membunuh Rasulullah ﷺ. Ini adalah kesempatan baik yang telah lama mereka tunggu dari sejak berangkat. Ketika itu pasukan muslim justru sedang berada di lembah jauh di bawah mereka. Namun Rasulullah ﷺ dan kedua sahabatnya mendengar gerakan 12 orang itu. Mereka bertiga menoleh ke belakang. Orang-orang munafik itu terkejut dan melarikan diri. Rasulullah ﷺ memerintahkan Hudzaifah untuk mengejar. Pengajaran itu sampai hampir berhasil karena Hudzaifah sudah bisa menjangkau unta-unta mereka dengan pukulan tongkatnya. Namun orang-orang itu berhasil berbaur di tengah pasukan muslim sehingga tidak terlihat lagi. Walaupun mereka berusaha menutupi wajah, Hudzaifah berhasil mengetahui nama-nama mereka dan memberitahukannya hanya kepada Rasulullah ﷺ saja. Sejak itu Hudzaifah dijuluki sebagai orang yang dapat memegang rahasia Rasulullah ﷺ. Setelah 55 hari meninggalkan Madinah, pasukan muslim kembali. Dari jauh terlihat samar-samar sebuah gundukan gunung. Rasulullah ﷺ bersabda, "Itu adalah gunung Uhud, ia mencintai kami dan kami pun mencintainya." Orang-orang di Madinah mendengar kedatangan pasukan dari kejauhan. Maka para wanita dan anak-anak keluar rumah untuk menyongsong pasukan dengan gembira. Mereka mengucapkan syair seperti yang dulu pernah dikumandangkan ketika Rasulullah ﷺ berhijrah dan tiba di Madinah. Rasulullah ﷺ berangkat ke Tabuk pada bulan Rajab dan tiba pada bulan Ramadan. Ini merupakan peperangan terakhir bagi beliau. Apa yang kemudian terjadi pada orang yang meninggalkan perang? Tidakkah mereka malu berhadapan dengan pasukan yang kembali dengan kemenangan ini? Keempat macam sifat hati itu adalah:
Orang-orang yang Tidak Ikut Berperang Begitu tiba di Madinah, Rasulullah ﷺ langsung masuk ke masjid dan sholat dua rakaat. Orang-orang munafik menjadi gelisah. Maka berduyun-duyunlah mereka menghadap Rasulullah ﷺ dan mengemukakan berbagai alasan, bahkan sampai bersumpah. Jumlah mereka mencapai 80 orang lebih. Meskipun tahu bahwa semua alasan itu dibuat-buat, Rasulullah ﷺ menerimanya, tetapi beliau serahkan apa yang ada di hati mereka kepada Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ. Sedangkan Kaab bin Malik, Murarah bin Ar Rabi dan Hilal bin Umayyah berterus terang bahwa mereka lalai. Sebenarnya mereka dalam keadaan kuat dan mampu, namun mereka memutuskan untuk tidak berangkat. Rasulullah ﷺ bersabda, "Apa yang kalian katakan memang tidak bohong. Pergilah sampai Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ menentukan sendiri persoalanmu." Kemudian Rasulullah ﷺ melarang kaum muslimin bercakap-cakap dengan ketiganya. Kaab menuturkan semua orang menjauhkan diri dari kami dan mereka berubah sikap terhadap kami sehingga aku merasa seolah-olah bumi yang kupijak ini bukanlah bumi yang kukenal!" Sementara Murarah bin Ar Robi dan Hilal bin Umayyah menghabiskan hari-hari mereka dengan berdiam diri di dalam rumah dan terus menangis penuh rasa sesal, Kaab yang masih muda dan berwatak keras tetap keluar rumah. Puluhan hari sudah ketiganya terasing entah sampai kapan, bahkan istri-istri mereka pun diperintahkan menjauh. Ketika itu datanglah sepucuk surat dari Raja Ghassan kepada Kaab bin Malik, "Kudengar Muhammad telah mengucilkan dirimu. Tuhan tidak akan membuat dirimu hina dan nista. Datanglah kepadaku engkau pasti kuterima dengan baik." Kaab berkata pada dirinya sendiri, "Ini juga termasuk cobaan!" Setelah itu, dilemparkannya surat itu ke dalam api. Berbeda dengan kedua temannya, Kaab masih terus datang ke masjid untuk sholat berjamaah. Dia bahkan memberi salam kepada Rasulullah ﷺ. Namun Kaab tidak bisa mendengar apakah Rasulullah ﷺ membalas salamnya atau tidak. Kaab menuturkan, "Kemudian aku sholat di dekat Rasulullah ﷺ sambil melirik kearah beliau. Ternyata pada saat aku masih sholat beliau memandangku, namun setelah selesai sholat dan aku menoleh kepadanya beliau yang memalingkan muka". Baru setelah 50 hari kemudian turunlah firman Allah yang memberi ketiganya ampunan. Bagi Kaab bin Malik, Murarah Bin Ar-Rabi' dan Hilal bin Umayyah hari itu adalah hari paling membahagiakan sejak mereka dilahirkan kedunia! Rasulullah ﷺ bersabda, "Sesungguhnya Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ mengulurkan tangannya pada waktu malam supaya orang-orang yang berbuat salah pada waktu siang bertobat, dan dia mengulurkan tangannya waktu siang agar orang-orang yang berdoa pada waktu malam bertobat sampai terbit matahari dari tenggelamnya. (hadits riwayat muslim dari Anas) Bersambung Perjalanan Pasukan Usro
Pasukan ini dinamakan pasukan Usro artinya pasukan yang berangkat dalam keadaan penuh kesulitan. Dalam perjalanan, pasukan melewati Al Hijr. Dahulu tempat ini merupakan kediaman kaum Tsamud yang durhaka. Di lembah itu orang-orang mengambil air untuk persediaan minum mengingat jalan masih sangat jauh. Namun, Rasulullah ﷺ bersabda, "Janganlah kalian minum air di sini dan jangan pula dipergunakan untuk berwudhu. Adonan gandum yang telah kalian campurkan dengan air tadi berikan saja kepada unta, jangan kalian makan sedikit pun. Jangan kalian memasuki tempat-tempat yang dahulu dipergunakan kaum Tsamud untuk menganiaya diri mereka sendiri, nanti kalian akan tertimpa musibah seperti yang menimpa mereka, kecuali jika kalian adalah orang-orang yang suka menangis jika mengingat dosa." Rasulullah ﷺ segera mempercepat jalannya melewati lembah tersebut sambil menundukkan kepala. Di suatu tempat, pasukan berkemah dan Rasulullah ﷺ berpesan, "Malam ini janganlah kalian keluar jika tidak disertai seorang teman." Pesan itu disampaikan karena Rasulullah ﷺ tahu bahwa tempat itu tidak pernah dilalui orang, dan hembusan pasir yang ganas sering mengubur orang maupun binatang. Akan tetapi malam itu ada dua orang yang melanggar pesan Rasulullah ﷺ. Salah seorang menghilang dibawa angin dan yang satu lagi tewas tertimbun pasir. Perjalanan kembali dilanjutkan, tetapi para sahabat sangat khawatir karena persediaan air mereka kini tidak cukup. Maka Rasulullah ﷺ pun berdoa. Dengan izin Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ, awan hitam datang bergulung-gulung dan turunlah hujan lebat yang memenuhi kebutuhan semua orang. Pada lain saat, dalam perjalanan itu persediaan makanan menipis dan para sahabat menderita kelaparan. Mereka meminta izin kepada Rasulullah ﷺ agar diperbolehkan menyembelih unta-unta. Namun Rasulullah ﷺ memerintahkan agar semuanya mengumpulkan makanan yang tersisa. Setelah terkumpul Rasulullah ﷺ berdoa. Setelah itu Beliau berkata, "Ambillah dan penuhilah kantong-kantong kalian." Maka para sahabat memenuhi kantong-kantong mereka sampai penuh. Kemudian mereka makan sampai kenyang, namun makanan itu masih tersisa. Rasulullah ﷺ pun mengucapkan kalimat syahadat dan bersabda, "Tidaklah seorang hamba pun yang mengucapkan kalimat itu tanpa ragu, maka kelak ketika berhadapan dengan Allah, ia pasti akan masuk surga." Keberanian Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya menantang kekuatan yang jauh lebih besar, bersumber pada rasa percaya diri. Orang Islam adalah kaum yang sepatutnya percaya kepada diri sendiri. Sebab kekuatan yang ada pada dirinya digantungkannya kepada kekuatan yang mengatur alam, yaitu Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ. Pasukan Romawi Mundur Akhirnya Rasulullah ﷺ tiba di Tabuk. Mereka segera menyiapkan diri untuk bertempur. Di hadapan pasukannya, Rasulullah ﷺ berpidato dengan penuh semangat. Beliau mengingatkan akan kebaikan dunia dan akhirat yang bisa dicapai dengan berjuang sungguh-sungguh. Beliau juga memberi kabar gembira dan kabar kemenangan pasukan yang tadinya begitu letih, kini berubah menjadi pasukan berhati baja yang siap mati membela Islam. Kebulatan tekad pasukan Rasulullah ﷺ ini terdengar oleh musuh. Keberanian Romawi ciut mendengar kehebatan pasukan Muslim menyeberangi gurun tandus dan cuaca yang sangat panas dan ganas dengan bekal seadanya. Tidak akan ada satu pun kekuatan yang mampu menahan pasukan setangguh itu. Dihantui rasa takut, pasukan Romawi yang tersohor itu pun bergerak mundur sebelum lawannya terlihat. Mereka berpencar dan kembali ke daerah masing-masing. Kemenangan tanpa bertempur ini melambungkan nama pasukan Islam. Berduyun-duyun, para pembesar di daerah-daerah perbatasan Romawi mendatangi Rasulullah ﷺ untuk berdamai. Para penduduk Jarba, Adzruh dan Aila menyatakan tunduk di bawah pemerintahan Muslim. Penduduk suatu daerah yang tunduk kepada pemerintah muslim namun tetap mempertahankan agama mereka, wajib membawa jizyah berupa sejumlah uang. Dengan demikian pasukan muslim akan datang membela apabila suatu saat musuh menyerang daerah itu. Penduduk Aila yang beragama Nasrani adalah termasuk di antara mereka yang membayar jizyah. Yuhanah bin Ru'bah pemimpin Aila datang dengan salib emas di dadanya. Ia membawa hadiah dan menandatangani perjanjian damai. Rasulullah ﷺ pun memberinya mantel tenunan Yaman dan menerima Yuhanah dengan santun. Namun Ukaidir bin Abdul Malik Al Kindi, orang Nasrani yang memimpin penduduk Dumatul Jandal, malah meminta bantuan pasukan Romawi untuk melawan tentara muslim. Maka, Rasulullah ﷺ memerintahkan Khalid bin Walid beserta 500 pasukan berkuda untuk melawannya. Dengan diam-diam tapi sangat cepat Khalid bin Walid menyerang pada waktu malam. Ia berhasil menawan Ukaidir yang tengah berburu lembu liar. Maka Dumatul Jandal pun takluk. Mereka menyerahkan 2.000 unta, 800 kambing, 400 wasaq gandum, dan 400 baju besi. Ukaidir pun masuk Islam di hadapan Rasulullah ﷺ dan menjadi sekutu kaum muslimin. Keperkasaan pasukan muslim bersumber dari rasa percaya kepada Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ. Siapa saja yang percaya kepada Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ maka dia tidak akan merasa takut mengarungi lautan kehidupan. Dia tidak percaya bahwa akan ada kekuatan di alam ini yang sanggup merintanginya kalau tidak diizinkan oleh Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ. Dia tidak percaya bahwa dia akan ditimpa bahaya, kalau tidak telah tertulis lebih dahulu dalam ilmu Allah. Dia selalu berbaik sangka kepada Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ. Bersambung Orang-orang Munafik
Sementara orang-orang Mukmin dari berbagai kabilah berdatangan untuk bergabung bersama sambil berlomba membawa sedekah ke Madinah, orang-orang munafik malah berbisik-bisik. Mereka mencari-cari alasan untuk tidak ikut di antara sesama mereka, terdengarlah cemoohan kepada ajakan Rasulullah ﷺ. "Jangan kalian berangkat dalam keadaan udara panas ini," demikian ajak mereka kepada yang lain. Tentang perkataan ini turunlah firman Allah ﺎﻌﺗو ﻪﻧﺎﺤ ﺳ وَمِنْهُمْ مَّنْ يَّقُوْلُ ائْذَنْ لِّيْ وَلَا تَفْتِنِّيْۗ اَلَا فِى الْفِتْنَةِ سَقَطُوْاۗ وَاِنَّ جَهَنَّمَ لَمُحِيْطَةٌ ۢ بِالْكٰفِرِيْنَ Di antara mereka ada orang yang berkata: "Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus dalam fitnah". Ketahuilah bahwa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang yang kafir. (At-Taubah 9:49) "Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut berperang) itu merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Allah dan mereka berkata janganlah kamu berangkat atau pergi berperang dalam panas terik ini." Katakanlah, "Api neraka jahanam itu lebih sangat panas, jika mereka mengetahui." Abdullah bin Ubay bin Salul ketika itu berkemah di sebuah tempat bersama sekelompok pengikutnya. Mereka menolak berangkat bersama Rasulullah ﷺ ke medan perang. Orang-orang yang hatinya terpendam kebencian terhadap Islam mengambil kesempatan ini. Mereka menghasut banyak orang, menghalang-halangi dan menanamkan rasa enggan mereka untuk pergi. Banyak orang yang telah munafik semakin menjadi lebih munafik. Mereka berkumpul di rumah Sulaim, orang Yahudi. Jika dibiarkan orang-orang ini pasti akan merajalela menebar kerusakan. Karena itulah Rasulullah ﷺ mengutus Thalhah bin Ubaidillah untuk membubarkan mereka. Thalhah datang dan membakar rumah sulaim. Orang-orang di dalam rumah kalang kabut melarikan diri, salah seorang patah kakinya karena terjatuh. Sementara itu yang lain memaksa menerobos api dan melarikan diri ke sana kemari. Tindakan keras Rasulullah ﷺ itu berhasil mencegah mereka untuk tidak lagi mengulangi perbuatan semacam itu. Kemudian pasukan muslim berangkat. Rasulullah ﷺ memimpin 30.000 orang ke perbatasan Romawi nun jauh di Utara. Namun masih ada yang tertinggal. Padahal mereka adalah orang-orang yang tidak diragukan lagi keislamannya. Siapa dan mengapa? Orang-orang munafik menghindar dari satu bahaya pertempuran, tetapi akan menanggung kehinaan akibat tindakan pengecutnya. Mereka tidak punya Iffah. Iffah adalah kemampuan menahan diri. Gunanya untuk mengekang diri jangan sampai suka menempuh kepuasan sesaat yang akhirnya akan membawa kemelaratan. Abu Khaitsamah Ketika pasukan berangkat, kaum wanita dan anak-anak melepas mereka dengan penuh semangat. Bahkan banyak yang naik ke loteng agar dapat melihat dengan lebih leluasa. Debu halus mengepul ke udara disertai ringkikan kuda. Inilah pasukan dahsyat yang siap menembus padang pasir dengan tidak lagi mempedulikan udara panas, rasa haus dan lapar. Semua itu demi mendapat kecintaan Allah dan Rasulullah ﷺ. Namun beberapa orang belum tergerak hatinya untuk ikut padahal mereka bukanlah kaum munafik. Di antaranya adalah abu Khaitsamah, Kaab bin Malik, Murarah bin Ar Rabi, Hilal bin Umayyah. Setelah Rasulullah ﷺ dan pasukannya telah berjalan beberapa hari. Abu Khaitsamah tiba di rumah. Hari itu benar-benar sangat panas sampai hampir tak tertahankan. Kedua istri Abu Khaitsamah bangkit dan menyambutnya dengan penuh cinta. Abu Khaitsamah berbaring di atas alas empuk yang telah disediakan istri-istrinya. Tenda yang sudah terbuka membuat angin mengalir masuk segar, apalagi tidak lama kemudian kedua istrinya itu masuk sambil membawa apa yang dia inginkan. Yang satu kendi sejuk yang telah ditaruh lama di tempat teduh, yang lain adalah makanan segar untuk memuaskan perut yang lapar. Namun begitu merasakan semua kenikmatan ini pikiran Abu Khaitsamah melayang kepada Rasulullah ﷺ dan pasukannya. Ia berkata dalam hati, "Rasulullah ﷺ sekarang tengah terpanggang terik matahari dan diterpa angin panas, sedangkan Abu khaitsamah bersantai-santai di kemah yang sejuk, menikmati makanan yang tersedia dan bersenang ria ditemani para wanita cantik ini? Ini benar-benar tidak pantas dan tidak adil!" Seketika itu Abu Khaitsamah bangkit dan berkata kepada kedua istrinya, "Demi Allah, aku tidak akan masuk ke tenda kalian sebelum aku menyusul Rasulullah ﷺ. Tolong siapkan perbekalanku, aku akan pergi mengejar beliau." Ketika Rasulullah ﷺ tiba di daerah Tabuk, seseorang berkata, "Ada pengendara datang!" "Ia adalah Abu Khaitsamah," Sabda Rasulullah ﷺ. Abu Khaitsamah menemui Rasulullah ﷺ, beliau memaafkan dan mendoakan Abu Khaitsamah. Untuk menghindarkan bahaya yang sangat besar, seseorang harus menghindarkan kenikmatan yang sebentar saja, itulah gunanya iffah dan untuk mencapai kepuasan besar serta abadi, seseorang perlu teguh, tahan menyebrangi kesakitan dan penderitaan yang sebentar. Itulah gunanya syajaah atau keberanian. Abu Khaitsamah adalah contoh orang yang memiliki dua hal ini. Iffah dan syajaah tidak bisa dipisahkan seperti dua sayap burung. Bersambung Perang Tabuk
Setelah bertempur dengan kaum muslimin di perang Mu'tah, Kaisar Romawi tahu bahwa seluruh penduduk Jazirah Arab sudah sangat terpesona dengan kaum muslimin. Buktinya akhir-akhir ini semakin banyak kabilah Arab yang memeluk Islam. "Jika ini dibiarkan, pengaruh Romawi di wilayah-wilayah Arab yang ku kuasai akan hancur," demikian pikir Kaisar Romawi. "Tidak ada jalan lain selain menghancurkan agama baru itu sampai ke akarnya." Maka orang Romawi segera menyiapkan sebuah pasukan sebanyak 40.000 orang. Termasuk di dalamnya adalah kabilah-kabilah Arab yang menganut agama Nasrani. Mereka akan memusnahkan tentara muslim dengan membuat orang lupa akan pengunduran diri tentara muslim yang sangat cerdik pada perang Mu'tah. Keadaan di Madinah pun menjadi genting. Orang-orang munafik memperparahnya dengan menyebarkan desas-desus tentang kedatangan pasukan Romawi. Begitu gawatnya keadaan sampai-sampai ketika orang Anshar mengetuk pintu rumahnya, Umar Bin Khattab keluar sambil bertanya, "Apakah orang-orang Romawi sudah tiba?" Situasi tambah mengkhawatirkan karena saat itu adalah musim panas menjelang musim gugur yang dikenal sebagai musim maut yang sangat mencekam di padang pasir. Panas telah mencapai derajat tertinggi. Semua orang lebih suka berdiam diri di rumah atau di kebun daripada bepergian sehingga jalan-jalan di Madinah tampak lebih sepi daripada hari-hari biasanya. Namun tidak ada jalan lain bagi Rasulullah ﷺ selain mengumumkan keberangkatan perang. Beliau memberitahu kabilah-kabilah yang telah memeluk Islam agar bersiap dengan pasukan sebesar mungkin. Keputusan Rasulullah ﷺ ini sangat cermat dan bijaksana sebab jika beliau menunggu musim panas berlalu orang Romawi akan masuk lebih jauh ke dalam wilayah Islam. Akan tetapi ketika itu buah-buahan sudah mulai masak dan siap dipanen. Perjalanan jauh di bawah panas matahari yang luar biasa ke perbatasan Romawi akan merupakan perjalanan yang sangat sulit. Apalagi Rasulullah ﷺ juga mengharapkan bahwa setiap orang memberikan hartanya untuk pasukan yang memerlukan biaya besar. Maka ketika seruan jihad berkumandang, bagaimanakah sikap kaum muslimin? Ketika mendengar ada bahaya Rasulullah ﷺ selalu berusaha untuk menyerang lebih dahulu. Menyerang punya beberapa kelebihan yaitu: leluasa menentukan sasaran, dapat menarik mundur pasukan jika situasi tidak menguntungkan, prajurit penyerang biasanya lebih siap dan lebih bersemangat dibandingkan dengan prajurit yang bertahan. Persiapan Rasulullah Begitu sulit dan beratnya perjalanan yang akan ditempuh kaum muslimin, membuat sikap orang terbagi dua golongan: kaum munafik yang menolak pergi dan kaum beriman yang menyambut seruan Rasulullah ﷺ tanpa ragu lagi. Para sahabat yang berharta bahkan berlomba-lomba untuk bersedekah. Utsman bin Affan yang sebelum itu telah menyiapkan kafilah ke Syam sebanyak 200 ekor unta lengkap dengan barang dagangan ditambah uang 200 uqiyah, memberikan 100 ekor unta beserta seluruh barang yang diangkutnya. Jumlah itu masih ditambah dengan uang seribu dinar yang diletakkan dalam bilik Rasulullah ﷺ. Beliau menerimanya dan bersabda, "Tidak ada yang membahayakan Utsman karena apa yang dilakukannya setelah hari ini." Akan tetapi Usman tidak berhenti sampai disitu. Ia mengeluarkan sedekah lagi, lagi, dan lagi sampai seluruhnya berjumlah 900 ekor unta, 100 kuda dan sejumlah besar uang tunai. Abdurrahman bin Auf datang menyerahkan 200 uqiyah perak. Abu Bakar adalah orang yang pertama menyerahkan sedekahnya ke tangan Rasulullah ﷺ. Abu Bakar menyerahkan seluruh harta yang dimilikinya sejumlah 4.000 dirham. "Wahai Abu Bakar, apa yang engkau tinggalkan untuk keluargamu?" tanya Rasulullah ﷺ. "Aku tinggalkan bagi mereka Allah dan Rasul-Nya," demikian jawab Abu Bakar. Umar bin Khattab yang melihat hal itu dan hendak menyerahkan separuh hartanya, berkata, "Aku tidak akan bisa mengalahkan Abu Bakar dalam perlombaan kebaikan untuk selama-lamanya." Orang-orang berdatangan menyerahkan apa saja yang mereka miliki, banyak atau sedikit. Ada yang menyerahkan 70 wasaq kurma atau hanya satu atau dua mud kurma karena hanya itu saja yang mereka miliki. Kaum wanita berbondong-bondong menyerahkan perhiasan mereka tidak ada satupun orang beriman yang merasa sayang pada hartanya demi perjuangan di jalan Allah. Bahkan orang-orang yang paling miskin pun berdatangan bukan untuk menyerahkan sesuatu namun minta agar disertakan dalam pasukan. Dengan terharu, Rasulullah ﷺ terpaksa menolak mereka dengan bersabda, "Aku sudah tidak punya lagi kendaraan untuk kalian." Maka orang-orang itu pun pulang sambil menangis. Jadi nyatalah bawa harta benda itu perlu. Perlu sangat. Orang Islam harus berupaya menjadi kaya raya karena dengan kekayaan itulah dia akan mempertinggi kemuliaan budi, budaya, dan agamanya. Namun harta benda itu adalah alat bukan tujuan. Tujuan sebenarnya ialah ingat pada Allah menuju Ridha Allah dan menegakkan jalan Allah Sabilillah. Bersambung Zainab Wafat
Kata-kata itu diucapkan Rasulullah ﷺ dengan penuh harap, penuh cinta, dan penuh sayang kepada mereka yang pernah memberi janji setia kepada beliau. Rasa haru menyesak di dalam dada semuanya sehingga seluruh orang Anshar menangis sambil berkata, "Kami rela dengan Rasulullah sebagai bagian kami." Setelah itu Rasulullah ﷺ kembali ke Mekah untuk berumrah. Selesai umroh Rasulullah ﷺ menunjuk 'Attab bin Asid dan Muadz bin Jabal untuk mengajar orang-orang untuk memperdalam Al Quran dan menjalankan ajaran agama. Kemudian Rasulullah ﷺ pun kembali ke Madinah. Kini di seluruh Jazirah Arab tidak ada lagi yang berani mengganggu atau mencela Islam. Gembira sekali kaum Anshor dan Muhajirin. Semua merasa bahwa Allah telah membuka jalan kepada Rasulullah ﷺ dengan membebaskan tanah suci. Mereka gembira karena penduduk Mekah telah mendapatkan hidayah dengan memeluk Islam termasuk beragam kabilah Arab yang telah tunduk dan taat kepada agama Islam ini. Apalagi kemudian berbagai utusan kabilah-kabilah Arab yang lain berdatangan dan menyatakan memeluk Islam di hadapan Rasulullah ﷺ. Namun segala ketentraman di dunia ini pasti ada kurangnya. Saat itulah, Zainab putri Rasulullah ﷺ wafat. Sejak jatuh dari unta dan mengalami keguguran kandungan, Zaenab memang tidak pernah sembuh. Kini keturunan Rasulullah ﷺ yang masih hidup tinggal Fatimah az-Zahra, karena Ummu Kultsum dan Rukayah juga telah lebih dulu meninggalkan dunia. Rasulullah ﷺ teringat betapa lembutnya Zainab dan betapa indah kesetiaannya kepada suaminya Abul Ash bin Ar-Rabi'. Hati Rasulullah ﷺ sedih sekali. Namun dalam keadaan sedih pun Rasulullah tidak pernah lupa dengan kebiasaan beliau selalu pergi ke pelosok-pelosok sampai ke ujung kota. Beliau tengok orang yang sakit dan beliau hibur orang yang menderita. Allah pun menurunkan rahmat dan kasih sayang untuk menghibur hati Rasulullah ﷺ yang sedang berduka. Kemudian lahirlah putra Rasulullah ﷺ dari rahim Mariah seorang budak Mesir yang dihadiahkan Mauqauqis kepada Rasulullah ﷺ. Saat itu Rasulullah ﷺ sudah lewat 60 tahun. Alangkah bahagianya hati beliau, putra laki-laki itu beliau beri nama Ibrahim. Umamah adalah Putri Zaenab. Diriwayatkan oleh Abu Daud dari Abu Qotadah, ketika kami sedang menunggu Rasulullah ﷺ pada waktu Dhuhur dan Ashar, keluarlah Rasulullah ﷺ bersama Umamah di atas bahunya. Kemudian kami sholat di belakangnya jika Rasul sujud Umamah dilepaskan dan jika bangkit dari sujudnya Umamah dipangku, sedang waktu kepalanya diangkat dari sujud, Umamah diambil lagi. Kelahiran Ibrahim Rasulullah ﷺ memberi sedekah uang untuk setiap helai rambut Ibrahim kepada para fakir miskin. Seorang wanita bernama Ummu Saif diangkat menjadi ibu susu Ibrahim. Kemudian Rasulullah ﷺ menyediakan pula 7 ekor kambing yang setiap hari diperah susunya untuk keperluan Ibrahim. Hampir setiap hari Rasulullah ﷺ mengunjungi Ibrahim. Beliau sangat senang melihat Ibrahim tumbuh sehat. Senyum bayi itu seperti cahaya pelita yang menghangatkan hati Rasulullah ﷺ. Suatu hari dengan penuh perasaan gembira Rasulullah ﷺ menggendong Ibrahim dan memanggil Aisyah. Rasulullah ﷺ bertanya "Bukankah besar sekali persamaan Ibrahim dengan diriku?" Namun Aisyah tidak mengiyakannya, demikian pula dengan istri-istri Rasulullah ﷺ yang lain. Aisyah dan istri2 Rasulullah ﷺ sangat sedih karena tidak bisa memberi beliau seorang keturunan. Padahal mereka sangat menyayangi beliau. Karena itu, begitu melihat kegembiraan Rasulullah ﷺ menggendong Ibrahim, mereka menunjukkan wajah kurang suka. Apa yang terjadi pada istri-istri Rasulullah ﷺ sangatlah wajar karena pada zaman itu belum pernah kaum wanita diperlakukan sedemikian baik. Begitu sayangnya mereka kepada Rasulullah ﷺ sampai-sampai mereka menganggap beliau lebih menyayangi istri yang satu dibandingkan yang lain. Pertentangan ini akhirnya meresahkan hati Rasulullah ﷺ. Beliau memisahkan diri dari para istrinya. Karena sudah lebih dari sebulan Rasulullah ﷺ hidup menyendiri, kaum muslimin menjadi gelisah. Mereka takut kalau ternyata Rasulullah ﷺ menceraikan istri-istrinya. Umar Bin Khattab datang menengok Rasulullah ﷺ di tempat pengasingannya. Umar menangis melihat punggung Rasulullah ﷺ yang berbekas tikar kasar. Rasulullah ﷺ menghibur sahabatnya itu dengan mengatakan bahwa kehidupan akhirat jauh lebih berharga daripada harta seluruh bumi beserta isinya. Setelah itu giliran Umar yang menghibur beliau. Umar terus bicara dengan Rasulullah ﷺ sampai beliau merasa terhibur dan tertawa. Kemudian, Rasulullah ﷺ menjelaskan kepada kaum muslimin bahwa beliau tidak menceraikan istri-istri beliau. Kemudian turunlah firman Allah yang menegur istri-istri Rasulullah ﷺ. Kalau saja Rasulullah ﷺ sampai menceraikan mereka, karena mereka sudah begitu menyusahkan, niscaya Allah akan menggantikan mereka dengan wanita-wanita lain yang lebih baik. Akhirnya para ibu kaum muslimin itu pun sadar dan hidup rukun seperti sedia kala. Tidak ada laki-laki yang memperlakukan istri-istrinya sebaik Rasulullah ﷺ. Beliau senang bergurau dan senang melihat mereka bergurau. Dari hadis riwayat Bukhari, dari Aisyah berkata, "Saya pernah melumurkan adonan tepung ke wajah Saudah dan ia pun membalas melumurkan adonan tepung di wajah saya sehingga membuat Rasulullah ﷺ tertawa." Bersambung Rasulullah ﷺ mendahulukan mereka yang baru masuk islam dalam pembagian harta rampasan perang. Hati mereka masih lemah dan perlu diikat lebih erat ke dalam Islam dengan cara yang cerdik dan bijaksana.
Seratus ekor unta diberikan kepada Abu Sufyan yang masih juga bertanya, "Bagaimana dengan anakku Yazid? Bagaimana pula dengan anakku Muawiyah?" Maka, Rasulullah ﷺ memberikan kepada Yazid dan Muawiyah masing-masing 100 ekor unta. Demikianlah, begitu murah hatinya beliau, sampai orang-orang yang baru memeluk Islam itu mengerumuni beliau untuk meminta harta hingga Rasulullah ﷺ terdesak ke sebuah pohon dan mantelnya yang terlepas pun diambil orang. "Wahai saudara-saudara, kembalikan mantelku!" Sabda Rasulullah ﷺ. "Demi diriku yang ada di tangan-Nya. Andaikan aku memiliki semua tanaman di Tihamah, tentu aku akan memberikannya kepada kalian hingga kalian tidak menyebut aku sebagai orang yang kikir, takut, dan dusta." Kemudian beliau berdiri disamping unta milik beliau dengan sebelah tangan memegang punuk unta. Beliau mengangkat sebiji gandum dan bersabda, "Wahai semua orang, demi Allah aku tidak lagi menyisakan harta rampasan kalian, termasuk pula sebiji gandum ini kecuali seperlimanya, dan seperlimanya itu pun sudah ku serahkan kepada kalian." Keputusan Rasulullah ﷺ untuk memberikan sejumlah besar harta kepada yang baru memeluk Islam sangatlah tepat. Karena tidak semua orang memeluk Islam dengan akalnya. Banyak orang di dunia ini perlu ditarik kepada kebenaran dengan perut dan nafsunya. Setelah itu barulah beliau memanggil Zaid bin Tsabit yang bertugas membagi-bagikan sisa harta rampasan kepada para sahabat Muhajirin dan Anshor. Masing-masing mendapat 4 ekor unta dan 40 domba. Sedangkan para penunggang kuda masing-masing mendapat 12 ekor unta dan 120 domba. Jumlahnya tentu tidak seberapa dibanding dengan yang lain. Kebijakan Rasulullah ﷺ ini pun, mulanya tidak dipahami, sehingga ada segolongan sahabat yang kecewa. Kemenangan Rasulullah ﷺ dan kaum muslimin bersumber dari ketakwaan. Inilah janji Allah untuk orang bertaqwa 1. Hidup berkah 2. Furqonan atau mampu memisahkan baik dan buruk 3. Albusyro yaitu kegembiraan 4. Bersama Allah 5. Dicintai Allah 6. Yusra atau diberi kemudahan 7. Merajan atau diberikan jalan keluar dari kesulitan 8. Tidak sulit rezeki 9. Mendapat ampunan Allah 10. Hasanah Khoiron yang mendapat kebaikan. Orang-orang Anshar Rasulullah ﷺ mendengar para sahabat Anshar berbisik-bisik tentang kebijakannya. Bukankah Ansharlah yang bertempur gigih sehingga mereka membalikkan keadaan menjadi kemenangan pada perang Hunain? Kemudian, mengapa orang lain yang justru melarikan diri dalam pertempuran yang menikmati hasilnya? "Rasulullah ﷺ telah bertemu dengan masyarakatnya sendiri," demikian kata mereka. Maka Rasulullah ﷺ Alaihi Wasallam datang ke tempat Anshor berkumpul dan bertanya, "Saudara-saudara Anshor aku mendengar bahwa ada perasaan kalian yang mengganjal terhadap aku. Bukankah dulu aku datang, sementara kalian dalam keadaan sesat, atau Allah memberi petunjuk kepada kalian? Bukankah kalian dulu miskin, lalu Allah membuat kalian kaya, lalu juga menyatukan hati kalian?" Anshar menjawab, "Memang Allah dan Rasulullah juga yang lebih bermurah hati." Rasulullah ﷺ bersabda, "Saudara-saudara Anshar mengapa kalian tidak menjawab kata-kataku"? "Dengan apa harus kami Jawab ya Rasulullah? Segala kemurahan hati dan kebaikan itu ada pada Allah dan Rasul-Nya juga." Rasulullah ﷺ bersabda, "Ya sungguh, demi Allah, kalau kamu mau tentu kamu masih dapat mengatakan: engkau datang kepada kami dalam keadaan didustakan orang, kamilah yang mempercayaimu, engkau ditinggalkan orang, kamilah yang menolongmu, engkau diusir kamilah yang memberimu tempat, engkau dalam kesengsaraan, kamilah yang menghiburmu. Saudara-saudara Anshar masih adakah sekelumit juga rasa keduniaan itu dalam hatimu terhadap harta itu? Aku telah mengambil hati satu golongan kaum supaya mereka sudi menerima Islam, sedang terhadap keislamanmu aku sudah percaya. Tidakkah kamu rela saudara-saudara Anshar apabila orang-orang itu pergi membawa kambing membawa unta, dan kamu pulang membawa Rasulullah ke tempat kamu? Demi Dia yang memegang hidup Muhammad! Kalau tidak karena hijrah, tentu aku termasuk orang Anshar. Jika orang menempuh suatu jalan di celah gunung dan Anshar menempuh jalan yang lain, niscaya aku akan menempuh jalan Anshar. Allahumma Ya Allah rahmatilah, orang-orang Anshar, anak-anak dan cucu-cucu Anshar." Dari hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah ﷺ bersabda, "Sebenarnya perumpamaan sahabat yang baik dan buruk itu bagaikan pembawa parfum dan peniup api. Maka pembawa parfum adakalanya memberi engkau atau engkau memberinya atau engkau mendapat bau harum darinya. Adapun yang membawa api jika tidak membakar pakaianmu maka engkau akan mendapat bau busuknya." Bersambung Perang Thaif
Saat itu turunlah Firman Allah لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللّٰهُ فِيْ مَوَاطِنَ كَثِيْرَةٍۙ وَّيَوْمَ حُنَيْنٍۙ اِذْ اَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْـًٔا وَّضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْاَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُّدْبِرِيْنَۚ Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu di waktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikit pun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai. Surah At-Taubah (9:25). ثُمَّ اَنْزَلَ اللّٰهُ سَكِيْنَتَهٗ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَعَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ وَاَنْزَلَ جُنُوْدًا لَّمْ تَرَوْهَا وَعَذَّبَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْاۗ وَذٰلِكَ جَزَاۤءُ الْكٰفِرِيْنَ Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan bencana kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah pembalasan kepada orang-orang yang kafir. Surah At-Taubah (9:26). Pasukan muslim mengepung kota Tha'if. Mereka kemudian menyerang dengan manjaniq dan "thank". Thank ini berbentuk seperti rumah kura-kura yang besar. Para prajurit maju dan dengan sengaja berlindung di bawahnya untuk mengebor dinding. Namun musuh yang cerdik menuangkan besi panas hingga "thank" itu terbakar. Pertempuran keras merebut benteng tidak berhasil. Rasulullah ﷺ memakai cara lain. Beliau memerintahkan agar kebun kurma dan anggur Thaif yang terkenal itu dibakar dan ditebang. Namun, karena pihak musuh memohon agar beliau tidak melakukan itu. Rasulullah ﷺ pun membatalkan perintahnya. Beliau juga berkata kepada musuh, "Siapa pun yang turun dari benteng dan datang ke sini maka dia bebas." Maka 20 orang pun turun dan bergabung dengan pasukan muslimin. Dari merekalah Rasulullah ﷺ mengetahui bahwa musuh mempunyai persediaan makanan yang cukup untuk bertempur berbulan-bulan. Karena itu beliau memutuskan untuk menarik mundur pasukannya. Salah seorang sahabat berkata, "Ya Rasulullah berdoalah bagi kemalangan orang-orang Bani Tsaqif di Thoif." Namun Rasulullah ﷺ yang bijak dan penyayang malah berdoa, "Ya Allah berikanlah petunjuk kepada penduduk Tsaqif dan berkahilah mereka." Karena pengepungan akan berlangsung lama, Naufal bin Muawiyah memberi saran kepada Rasulullah ﷺ, "Wahai Rasulullah, mereka itu seperti serigala di dalam lubangnya. Apabila engkau terus menungguinya tentu akhirnya engkau dapat mengambilnya. Namun ia pun tidak seberapa berbahaya jika engkau tinggalkan.." Mengembalikan Tawanan Thaif Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya meninggalkan kota Thaif. Di Ji'rona, mereka berhenti untuk membagikan harta rampasan dan para tawanan perang. Di antara para tawanan ada seorang wanita tua yang berkata kepada para sahabat, "Kamu tahu bahwa aku masih saudara sesusuan dengan pemimpin kamu itu?" Setengah tidak percaya mereka membawa wanita itu ke hadapan Rasulullah ﷺ. Ternyata Rasulullah ﷺ segera mengenalinya walau pun sudah begitu lama tidak bertemu dengan wanita itu. Dia adalah Syaimah binti Al Harist, Putri Halimah as-Sa'diyah, ibu susuan Rasulullah ﷺ. Rasulullah segera menghamparkan jubahnya, dan mempersilahkan Syaimah duduk di situ. Ketika beliau bertanya apakah dia ingin tinggal bersama beliau, Syaimah lebih memilih pulang kembali ke kabilahnya. Maka Rasulullah ﷺ pun membebaskan Syaimah. Setelah itu datanglah para Utusan dari Bani Hawazin. Mereka meminta agar Rasulullah ﷺ memulangkan harta, wanita, dan anak-anak yang tertawan. "Rasulullah, di antara para tawanan itu terdapat juga bibi-bibimu dari pihak ayah dan ibu-ibu yang dulu pernah memeliharamu. Jika sekiranya kami menyusui Haris bin Abi Syimr atau Nu'man bin Al Mundzir, kemudian ia datang melihat keadaan kami seperti yang kami alami sekarang ini, tentu kami manfaatkan dan kami mintai belas kasihnya. Konon pula engkau yang sudah mendapat pengasuhan yang terbaik...." Para utusan ini mengingatkan bahwa ketika kecil dulu Rasulullah ﷺ pernah dirawat di lingkungan mereka. Hati Rasulullah ﷺ yang penyayang amat terharu mendengarnya. Tahu berterimakasih dan mengingat budi orang lain sudah menjadi bawaan sifat Rasulullah ﷺ. Beliau pun bertanya, "Anak-anak dan istri-istri kamu ataukah harta kamu yang lebih kamu sukai." "Rasulullah kami disuruh memilih antara harta dan sanak keluarga kami?" "Mengembalikan istri-istri dan anak-anak kami tentu lebih kami sukai." Di hadapan pasukannya Rasulullah ﷺ mengumumkan bahwa beliau dan keluarganya melepaskan anak-anak dan kaum wanita Hawazin. Melihat itu, serentak para sahabat pun segera melepaskan para tawanan dengan berkata, "Apa yang ada pada kami, kami serahkan kepada Rasulullah." Rasulullah ﷺ akhirnya menaklukkan Tha'if dengan cara sederhana. Beliau menawarkan kepada Malik bin Auf untuk masuk Islam dan seluruh keluarga serta hartanya akan dikembalikan, ditambah 100 ekor unta. Akhirnya pemimpin pasukan musuh di Perang Hunain itu memeluk Islam di ikuti kaumnya. Bersambung |
ISLAM
Cari artikel? Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini. Kebenaran Quran dan Ajaran IslamMenyampaikan bukti-bukti kebenaran Quran dan ajaran Islam melalui tulisan dan pengakuan ahli ilmu pengetahuan dunia yang diambil dari berbagai sumber.
Archives
July 2024
Categories
All
kirim pesan [email protected]
|