Bismillaahirrohmaanirrohiim
Cirebon, 27 Juni 2021 Kepada Yth, Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. K.H. Haedar Nashir, M.Si. di Tempat Assalaamu’alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh. Semoga kita semua diberikan kesehatan selalu oleh Allooh SWT. Aamiin Ya Robbal ‘Aalamiin Saya membaca artikel di website resmi muhammadiyah.or.id pada tanggal 24 Juni 2021, bahwa anda mengatakan semua yang menolak COVID-19 baik keganasannya maupun vaksinasinya adalah orang-orang yang termasuk berkeyakinan pseudo-ilmiah dan spekulatif. Bapak Haedar Nashir yang terhormat. Pada perenungan saya, anda berani mengatakan demikian karena para dokter baik Indonesia maupun dunia mengatakan bahwa COVID-19 adalah penyakit yang ganas dan mematikan serta perlu vaksinasi untuk memberikan kekebalan masyarakat pada penyakit tersebut. Kenapa para dokter sedunia mengatakan demikian? Karena WHO mengatakan demikian. Dan mereka para dokter percaya akan kebenaran WHO tersebut. Bapak Haedar Nashir yang terhormat. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan saya maka saya katakan pada anda, bahwa budaya untuk menolak apa yang dikatakan WHO tidak ada pada diri para dokter sedunia. Di lain pihak, alhamdulillah saya tidak mempunyai budaya seperti itu. Sejak kecil kedua orang tua saya telah mengajarkan untuk berani menolak atau mendiskusikan sesuatu yang dianggap benar dari mana pun datangnya. Karena itu 9 tahun yang lalu saya pernah menolak keinginan WHO dan para pakar DBD Indonesia untuk mengadakan vaksinasi DBD pada masyarakat Indonesia. Alhamdulillah surat saya pada Presiden SBY saat itu di terima dengan baik. Beliau memfasilitasi saya untuk berdebat dengan para pakar DBD Indonesia di Depkes pusat (Nomor Surat: B-059/Kemsetneg/D-3/Ormas-LSM/SR.03/2012). Dan hasilnya adalah gagalnya vaksinasi DBD untuk dilakukan pada seluruh rakyat Indonesia. Begitupun pada waktu dunia ini heboh dengan Virus Zika. Saya menolak untuk dilakukan vaksinasi untuk memberikan kekebalan terhadap virus Zika. Saya mengirimkan surat tolakan itu pada PBB, WHO dan Presiden SBY (http://dhf-revolutionafankelijkheid.net/category/artikel-45-zika-virus-the-fake-ghost/) . Padahal waktu itu semua dokter sedunia telah setuju untuk dilakukan Vaksinasi Zika pada masyarakat dunia. Hal lain yang saya lakukan dalam menolak keinginan WHO adalah tulisan saya tentang LGBT. Artikel saya dengan judul LGBT No Way menduduki rangking 2 dari 164.000.000 (Seratus Enam Puluh Empat Juta) pencarian dengan judul LGBT NO WAY (https://www.scribd.com/presentation/ 338611314/LGBT-NO-WAY). Saya pun meminta pada universitas kedokteran sedunia untuk mengajarkan para mahasiswanya bahwa bunyi jantung kita bukanlah Lup-Dub, tetapi Alloo-Hu. Dan tulisan itu menempati rangking ke 3 dari 3.920.000 pencairan dengan judul Onomatopoeia Of The Heart. Tulisan tersebut dapat di baca pada situs: http://dhf-revolutionafankelijkheid.net/category/intermezzo-what-is-onomatopoeia-of-our-heart-beat-sounds-like/. Bapak Haedar Nashir yang terhormat. Kesimpulan dari apa yang saya tuliskan di atas, bahwa WHO yang di ikuti oleh para dokter sedunia itu bukanlah sumber kebenaran yang harus di ikuti oleh para dokter sedunia. Begitu pula pada masalah COVID-19. Hasil belajar saya menunjukkan bahwa COVID-19 hanyalah setingkat flu like syndrome. Dan tidak perlu vaksinasi untuk penyakit seperti itu. Bahkan vaksinasi COVID-19 dapat berbahaya bagi umat manusia. Tidak ada yang perlu di takuti dari mutasi virus SARS COV 2 Wuhan. Apapun variannya. Apakah saya termasuk orang dengan keyakinan pseudo-ilmiah dan spekulatif? Telah banyak artikel yang saya kirimkan pada organisasi kedokteran dan juga pada organisasi kemasyarakatan seperti Muhammadiyah tentang pandangan saya dalam masalah COVID-19. Tapi tidak ada seorangpun yang mengundang saya untuk mendiskusikan bagaimanakah sebenarnya COVID-19 itu. Karena itu saya menulis surat pada Presiden Jokowi supaya di fasilitasi untuk berdiskusi dengan pakar COVID-19 Indonesia pada tanggal 25 April 2021 (http://renungan-tmudwal.com/badai-sicokin-covid-19-biarkan-mereka-mudik/). Surat yang saya tembuskan juga pada organisasi anda. Sayangnya sampai sekarang Presiden Jokowi tidak memfasilitasi saya untuk mengadakan diskusi terbuka dengan para pakar COVID-19 itu. Betapapun saya mengatakan pada beliau bahwa seyogyanya bila Jokowi adalah seorang intelektual maka dia akan memfasilitasi saya, seperti apa yang telah dilakukan oleh Presiden SBY tempo hari. Tulisan terakhir saya tentang COVID-19 adalah Kerumunan Sungai Gangga, Nilai CT RT-PCR dan Mutasi Virus SARS COV 2 (Out of Box Thinking) (http://renungan-tmudwal.com/kerumunan-sungai-gangga-nilai-ct-rt-pcr-dan-mutasi-virus-sars-cov-2-out-of-box-thinking/) pada tanggal 6 Juni 2021. Tulisan yang saya kirimkan juga pada organisasi anda. Saya telah memprediksi bahwa para penggembala COVID-19 dunia akan membuat heboh Indonesia seperti India. Saya berharap pemerintah dan rakyat Indonesia dapat melawan keinginan para penggembala COVID-19 dunia itu dengan berdasarkan tulisan saya. Ternyata tetap saja keinginan para penggembala COVID-19 itu tidak dapat di lawan Bahkan diterima oleh para intelektual Indonesia termasuk anda. Bapak Haedar Nashir yang terhormat. Bila memang anda seorang intelektual, maka dengan kekuasaan yang ada pada anda, bukanlah suatu kesulitan bagi orgnasisasi Muhammadiyah untuk dapat mempertemukan saya dengan para pakar COVID-19 dari organisasi Muhammadiyah. Untuk dapat mendiskusikan COVID-19 ini. Supaya kita tahu siapa yang pseudo-ilmiah dan siapa yang taklid buta terhadap keinginan WHO. Demikianlah surat saya. Semoga Allooh SWT menunjukkan pada kita semua, mana yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Dalam surat ini pun saya lampirkan surat teguran saya pada Bupati Kudus dan Bangkalan untuk menjadi pelajaran bagi anda dan para elit Indonesia. Pada hemat saya, karena pentingnya surat ini, maka saya tembuskan juga kepada para elite Indonesia, Ulama, Organisasi Keagamaan, Kesehatan, Kemasyarakatan dsb. اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا، وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ. ،وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً، وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ Allahumma arinal haqqa haqqa warzuqnattiba’ah, wa arinal bathila bathila warzuqnajtinaabah ‘’Ya Allooh, tampakkanlah kepadaku kebenaran sebagai kebenaran dan berikanlah rezeki pada kami sehingga kami kuat untuk mengikutinya serta tampakkanlah kepada kami kesalahan itu sebagai kesalahan dan berikanlah rezeki kepada kami sehingga kami kuat untuk menjauh darinya.’‘ (HR Imam Ahmad). Aamiin ya robbal ‘aalamiin. Wassalaamu’alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh dr. Taufiq Muhibbuddin Waly, Sp. PD.
0 Comments
Imam Shamsi Ali
Satu hal lagi yang bagi saya cukup mengejutkan dari negeri tercinta. Yaitu pembatalan keberangkatan jamaah haji secara totalitàs oleh pemerintah Indonesia. Hal itu disampaikan dalam konferensi pers Menteri Agama yang disampaikan kemarin, 2 Juni 2021. Pengumuman pembatalan itu menimbulkan reaksi yang ragam dari masyarakat luas. Tentu dengan ragam pula penafsiran, asumsi, bahkan berbagai spekulasi berkembang begitu cepat. Tidak mengagetkan tentunya karena memang kita hidup dalam era keterbukaan informasi yang berkarakter kecepatan (speed). Sebagian menafsirkan bahwa pembatalan itu karena memang Saudi Arabia tidak menerima warga Indonesia yang memakai vaksin Sinovac. Konon Saudi hingga saat ini hanya menerima pendatang yang telah divaksin Pfizer atau Moderna. Sebagian yang lain menafsirkan berdasarkan rumor yang berkembang selama ini bahwa dana haji yang tersimpan di bank-bank akan dipakai sementara untuk pembangunan infra struktur. Sehingga uang muka (DP) pembayaran ONH, untuk hotel misalnya, memang belum ditunaikan oleh pemerintah Indonesia. Pertanyaan memang menukik di sekitar siapa sesungguhnya di balik pembatalan ini. Apakah memang Saudi yang tidak menerima jamaah Haji Indonesia karena alasan tertentu, sehingga pemerintah Indonesia harus membatalkan pemberangkatan jamaah? Atau karena memang Indonesia sendiri yang secara sepihak membatalkan pemberangkatan jamaah di tahun ini? Belakangan kita mendapatkan informasi yang lebih jelas bahwa pembatalan ini dilakukan secara sepihak oleh pemerintah Indonesia dengan alasan utama menjaga atau melindungi jamaah Indonesia dari bahaya Pandemi Covid 19. Alasan ini kemudian diperkuat dengan alasan pendukung lainnya. Salah satunya adalah bahwa hingga kini pihak Saudi Arabia belum mengajak pemerintah Indonesia untuk menanda tangani kontrak pengelolaan haji tahun 2021. Sehingga waktu persiapan untuk memberangkatkan jamaah Haji semakin mendesak (sempit). Melihat kepada beberapa argumentasi atau alasan yang disampaikan pemerintah Indonesia (Depag) sejujurnya saya melihatnya sangat lemah, bahkan maaf kalau terasa diada-ada dan dipaksakan. Pertama, masalah menjaga atau melindungi jamaah selama di Saudi dari Covid 19 itu menjadi tanggung jawab pertama dan terutama pihak Saudi. Kalau sekiranya memang akan menimbulkan ancaman terhadap kesehatan/keselamatan jamaah, pastinya Saudi belum akan membuka kesempatan berhaji ini untuk siapa saja. Kenyataannya Saudi membuka kesempatan itu walau dengan pembatasan. Kedua, kalau Indonesia memutuskan pembatalan saat ini karena alasan keselamatan jamaah di Saudi selama haji, kenapa negara-negara lain tidak ada yang melakukan? Bahkan yang saya dengar di saat Covid di Malaysia masih tinggi saat ini justeru negeri jiran itu mendapat tambahan 10.000 quota dari pemerintah Saudi Arabia. Ketiga, kalau alasannya karena pemerintah Indonesia belum diajak membicarakan/menanda tangani kontrak pelaksanan Haji hingga kini, sehingga merasa waktu persiapan semakin mendesak juga bukan alasan yang kuat. Emangnya negara-negara lain semua Sudah diajak bicara dengan Saudi? Dan kalau sudah kenapa pemerintah Indonesia saja yang belum diajak? Selain itu kalaupun belum diajak biacara atau menandatangani kontrak pengelolahan haji dengan pihak Saudi, persiapan seharusnya tetap dilakukan. Toh memang itu tugas pemerintah (Depag/Dirjen Haji). Sehingga tidak harus menunggu hingga ada pembicraan dengan pihak Saudi. Kalau benar bahwa hanya Indonesia yang belum diajak bicara atau menandatangani kontrak pemberangkatan Haji, ini dapat menguatkan kecurigaan jangan-jangan memang ada kewajiban administrasi yang belum diselesaikan oleh pihak Indonesia. Selain itu kita juga dengarkan adanya alasan syar’i (agama) yang disampaikan. Seolah pembatalan ini justified (sah) karena melindungi diri dari marabahaya itu lebih penting dari pelaksanaan ritual. Dalam hal ini “hifzul hayaah” (menjaga kehidupan) didahulukan dari “hifzud diin” (menjaga pelaksanaan agama). Argumentasi ini lemah dan dipertanyakan. Karena sekali kalau kekhawatiran itu ada di Saudi, Kenapa jamaah dari negara lain tidak masuk dalam kategori alasan syar’i ini? Saya agak terkejut dan kecewa ketika nampak MUI mendukung argumentasi ini. Intinya pembatalan ini sangat “insensible” (tidak sensitif). Tidak sensitif dengan perasaan jamaah, yang berharap akan berangkat tahun ini. Bahkan lebih dari itu terasa kurang sensitif dengan wibawa bangsa yang seolah dikesampingkan dalam perhelatan Umat yang paling global ini. Saya sebenarnya berharap bukan pembatalan yang dilakukan. Tapi pemerintah menunjukkan bahwa Indonesia itu punya suara, didengar, bahkan punya pemikiran-pemikiran dan kontribusi dalam pelaksanaan ibadah haji yang lebih nyaman dan aman. Ibadah Haji adalah ibadah yang menjadi simbolisasi tabiat global keumatan. Memberangkatkan jamaah, walau hanya dalam jumlah terbatas sesuai kapasitas yang yang diperbolehkan, menjadi simbol ikatan global Umat dan wihdah Islamiyah ini. Wallahu a’lam! New York, 3 Juni 2021 Imam di Kota New York Sejak penghapusan Khilafah pada 1342 H/1924 M, Umat Islam telah menyaksikan suksesi penguasa lalim yang perhatian satu-satunya adalah untuk menyenangkan tuan kapitalis mereka. Para diktator seperti Assad, Mubarak, dan Zardaris dari Umat Islam ini, dengan penuh semangat dibiayai, dipersenjatai, dan didukung oleh parlemen Amerika Utara dan Eropa. Penaklukan semacam itu telah mengakibatkan kesulitan politik, ekonomi, dan sosial umat Islam.
Sebagai contoh:
Kenyataan ini sangat kontras dengan realitas masa lalu, ketika syariah Islam diterapkan:
Kurangnya Kepemimpinan Islam: Masalah kritis di era ini, di mana umat Islam berada dalam keadaan penaklukan dan kemiskinan, banyak anggota umat yang ikhlas ini berusaha untuk mengidentifikasi akar penyebab masalah. Beberapa orang mungkin mengatakan Umat kekurangan sumber daya dan kekuatan ekonomi. Namun, kurangnya kemakmuran ekonomi merupakan gejala dari masalah yang sebenarnya. Dari perspektif sumber daya, sekitar 60% sumber daya energi dunia berada di tanah Muslim. Lebih jauh lagi, jika kita menganalisis Pakistan - hanya satu dari 54 “negara bagian” yang Umat Islamnya telah dipotong-potong - kita menemukan bahwa Pakistan memiliki luas daratan gabungan Prancis dan Inggris. Pakistan juga memiliki populasi terbesar ke-6 di dunia. Selain itu, menyatukan tentara Pakistan, Iran, Turki, Mesir, Indonesia, Suriah, Arab Saudi, dan Maroko akan mengumpulkan lebih dari 3 juta tentara - lebih dari 20 kali lipat jumlah pasukan Amerika di Irak. Jelaslah bahwa sumber daya (yaitu kekayaan manusia, mineral, dan daratan) terletak tepat di dunia Muslim. Orang mungkin bertanya: jika ada sumber daya yang melimpah di tanah Muslim, lalu mengapa kita menemukan Umat Islam dalam kesulitan ekonomi? Masalah ekonomi terkait dengan kurangnya kepemimpinan yang tulus. Lebih khusus lagi, para penguasa saat ini tidak mengatur kekayaan ini menurut kitab Allah (Swt). Mereka malah mengaturnya berdasarkan perintah tuan Amerika dan Eropa mereka. Jadi, masalahnya bukanlah kekurangan sumber daya, tetapi kurangnya kepemimpinan Islam. Apa yang kita kurang adalah perisai yang RasulAllah (saw) perintahkan untuk kita gunakan untuk melindungi diri kita sendiri. Perisai ini dijelaskan dalam hadits berikut: “Sungguh, Imam (Khalifah) adalah perisai yang melindungi anda dari belakang ketika berperang.” [Muslim] Allah (swt) telah mewajibkan kita untuk merujuk hanya pada Alquran dan Sunnah Rasulullah SAW tercinta dalam urusan pemerintahan, ekonomi, dan penyelesaian urusan publik. Selama kita mentolerir aturan para Muslim lalim - yang tidak memerintah dengan apa yang telah diturunkan Allah (swt) - kita hanya bisa mengharapkan kondisi kita saat ini untuk bertahan. Allah (swt) telah mengungkapkan: "Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang Allah telah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka, tetapi waspadalah bahwa mereka dapat menjauhkan Anda dari sebagian dari apa yang telah diwahyukan Allah." [TMQ 5:49] Mendirikan kembali Khilafah - sistem pemerintahan yang komprehensif, pendidikan, pengadilan, dan lembaga kemasyarakatan lainnya yang didasarkan pada Alquran dan Sunnah - di tanah Muslim adalah satu-satunya cara untuk membawa Islam kembali ke dalam kehidupan kita sehari-hari, bebas dari pengaruh. dan dominasi kufur. Khilafah: Salah satu kewajiban tertinggi fardiyah (kewajiban) khilafah dikenal baik oleh umat Islam, tetapi beberapa mungkin menganggapnya sebagai prioritas rendah. Allah (Swt) telah mengungkapkan: "Maka, demi Tuhanmu, mereka bukanlah orang beriman sampai mereka menjadikan kamu hakim dalam semua perselisihan di antara mereka, kemudian mereka tidak merasa keberatan dan mereka menerima sepenuhnya keputusanmu." [TMQ 4:65] Ini berarti bahwa jika kita berbeda dalam suatu masalah - seperti prioritas khilafah - kita harus mengacu pada Alquran dan Sunnah untuk menyelesaikan perselisihan kita. Dengan rahmat Allah (Swt), syariah telah mengidentifikasi masalah tertentu sebagai "vital", yaitu masalah hidup dan mati bagi umat. Jika masalah seperti itu tidak ditangani, maka keberadaan ummat akan dipertaruhkan. Menurut Alquran dan Sunnah, ketika sebuah hadits atau ayat mengacu pada pembunuhan, itu menandakan masalah yang sangat penting. Itu karena kehidupan manusia adalah sakral dan hanya dapat dilanggar dalam keadaan yang sangat spesifik. Islam telah menjadikan persatuan umat Islam dan persatuan negara sebagai salah satu isu vital. Ini dimanifestasikan dalam dua kasus: pluralitas Khulafaa 'dan pemberontakan melawan ISIS. Imam Muslim melaporkan atas otoritas Abdullah ibn Amr ibn al- 'Aas bahwa ia mendengar Rasulullah (saw) berkata: “Barangsiapa mengikrarkan sumpahnya kepada seorang Imam, memberinya jepitan tangan dan tangan buah hatinya akan mematuhinya selama dia bisa, dan jika orang lain datang untuk berselisih dengannya, Anda harus memukul leher orang itu. " Juga telah dilaporkan atas otoritas Abu Said Al-Khudri bahwa Rasulullah (saw) bersabda: "Jika seorang Bay'ah telah diambil untuk dua Khalifah, bunuh yang terakhir dari mereka." [Muslim] Oleh karena itu, dia (melihat) menjadikan persatuan Negara sebagai masalah penting ketika dia melarang pluralitas Khulafaa 'dan memerintahkan hukuman mati bagi orang yang bersikeras, setelah dinasehati, untuk membangun banyak pemimpin dalam Negara Islam. Juga telah dilaporkan atas otoritas Arfaja yang mengatakan: 'Aku mendengar Rasulullah (saw) berkata: "Dia yang datang kepadamu sementara perselingkuhanmu telah dipersatukan di bawah satu orang, berniat untuk membuat irisan antara kamu atau pecahan kelompok Anda (Jama'ah), bunuh dia. " [Muslim] Sekarang ISIS sudah tidak ada lagi, hadits ini menunjukkan tingkat prioritas yang harus kita berikan untuk memastikan bahwa umat bersatu di bawah kepemimpinan satu Khalifah (Khalifah). Kita harus memahami bahwa persatuan umat adalah "masalah hidup dan mati" dan oleh karena itu kita harus mengerahkan upaya terbaik kita untuk menegakkan kembali Khilafah di tanah Muslim sesuai dengan metode Nabi. Kembalinya Khilafah Era pemerintahan tirani atas umat saat ini dinubuatkan oleh Nabi Muhammad (saw) dalam hadits terkenal yang diriwayatkan oleh Imam Ahmed (rh): “… akan ada kediktatoran yang akan berlangsung selama Allah menghendaki…” Namun demikian, hal yang sama hadits juga meramalkan bahwa, setelah era tirani ini: "... akan ada Khilafah di jalan kenabian." Allah (swt) telah menjanjikan kemenangan bagi umat Islam. Dia (swt) telah mengungkapkan: “Allah telah berjanji kepada kamu yang beriman dan melakukan perbuatan baik bahwa Dia pasti akan membuat mereka berhasil (para penguasa sekarang) di bumi bahkan seperti Dia menyebabkan orang-orang sebelum mereka berhasil; dan Dia pasti akan menegakkan bagi mereka agama mereka yang telah Dia setujui untuk mereka, dan akan memberikan sebagai ganti keamanan setelah ketakutan mereka ”. [TMQ 24:55] Allah (swt) tidak pernah gagal dalam janji-Nya. Oleh karena itu kita harus termotivasi oleh hadits dan ayat ini untuk menantikan kembalinya Khilafah sebagai harapan bagi umat. Namun, ini tidak memberi kita alasan untuk duduk dan menunggu Khilafah. Sebaliknya kita harus merefleksikan Sunnah Nabi Muhammad (saw) dan mengikuti metodenya dalam mendirikan Khilafah, yang meliputi mengambil halaqa dengan tujuan untuk mencapai kepribadian Islam, berinteraksi dengan masyarakat untuk menciptakan opini publik tentang Islam, dan mencari dukungan dari orang-orang yang berkuasa dan berpengaruh untuk pembentukan kembali Khilafah. Untuk melakukannya, kita harus membudayakan diri kita sendiri, seperti yang dilakukan para Sahabat di Dar-Al-Arqam, dan melepaskan diri dari pengaruh Kapitalisme dan mengadopsi ukuran halal dan haram dalam pengambilan keputusan kita. Kita juga harus bekerja dengan masyarakat untuk meyakinkan bahwa Islam adalah satu-satunya sumber perundang-undangan dan bahwa Islam sudah cukup: kita tidak membutuhkan ide-ide dari Karl Marx, Adam Smith, atau Barack Obama. Akhirnya, kita harus bekerja untuk meyakinkan orang-orang yang berkuasa di tanah Muslim untuk memberikan pertolongan kepada Islam - seperti halnya kaum Ansar yang memberikan pertolongan kepada Islam. Hanya sarana intelektual dan politik (misalnya diskusi, selebaran, konferensi, dll) yang dapat digunakan dalam perjuangan untuk menegakkan kembali Khilafah, karena RasulAllah (saw) membatasi diri pada mereka dan melarang para sahabat menggunakan perjuangan bersenjata dalam mendirikan Negara Islam. Dia (saw) juga tidak berpartisipasi dalam sistem politik Quraisy: Dar-al Nadwa. Oleh karena itu, kita juga dilarang bekerja melalui sistem politik non-Islam yang ada saat ini. Jika tujuan kita adalah untuk mengimplementasikan Dien Allah (swt), kita harus mengambil Alquran dan Sunnah sebagai titik referensi, bukan keinginan kita sendiri. Semoga Allah (swt) mengabulkan kemenangan umat ini, sehingga kita dapat menyembah Dia sebagaimana Dia telah menetapkan kita untuk menyembah. Dan katakan: Kebenaran telah datang, dan kebohongan telah lenyap. Sesungguhnya, Kepalsuan pasti akan lenyap ”. [TMQ 17:81] Saat pengemban dakwah meyakinkan bahwa Khilafah adalah ajaran Islam, Khilafah adalah janji Allah SWT dan kabar gembira dari Rasulullah Saw, ada sebagian kecil orang yang ada penyakit di hatinya mempersoalkannya. Dengan nada mengejek, mereka berkata : Khilafah rukun iman ke berapa ?
Mereka, seolah mengolok-olok keyakinan dan iman kaum muslimin yang meyakini kembalinya Khilafah al Minhajin Nubuwah. Mereka, menganggap remeh persoalan Khilafah karena menduga bukan bagian dari rukun iman. Padahal, pertanyaan yang mempertanyakan Khilafah rukun iman yang keberapa, adalah konfirmasi kebodohan pada tingkat yang menghawatirkan. Sejak Rasulullah Saw diutus hingga hari kiamat, rukun Iman hanya ada 6 (enam). Pertama, iman kepada Allah SWT, kedua, iman kepada malaikat, ketiga, iman kepada kitab-kitab, kempat, iman kepada para Rasul, kelima, iman pada hari kiamat, ke-enam, iman kepada Qadla dan Qadar. Tidak ada tambahan iman kepada Khilafah. Lantas, darimana dasar meyakini khilafah dan iman (percaya) bahwa Khilafah ala minhajin nubuwah akan tegak kembali ? Jawabnya demikian, Surga dan Neraka, itu bukan rukun iman, tetapi wajib diimani. Siapa saja yang tak percaya surga dan neraka maka dia kafir. Meskipun Surga Dan Neraka tidak disebutkan dalam rukun iman. Dasarnya, informasi tentang adanya surga dan neraka terdapat dalam al Qur'an. Sementara, al Qur'an adalah kitab Allah SWT. Mengimani surga dan neraka, berarti beriman kepada kitab Allah SWT, yang merupakan rukun iman yang ketiga. Meyakini adanya pembantaian pada orang yang beriman dalam kisah Ashhabul Ukhdud, tidak terdapat dalam rukun iman. Tetapi kisah ini wajib diyakini (diimani) kebenarannya, bukan Khurofat seperti kisah si lidah pahit, Sangkuriang, Nyi Roro Kidul, dll. Karena kisah Ashhabul Ukhdud diceritakan oleh Rasulullah Saw, manusia suci yang tidak pernah berdusta. Karena itu, meyakini keberadaan kisah Ashhabul Ukhdud, adalah bagian dari iman kepada para Rasul yakni iman kepada Rasulullah Muhammad Saw. Sebab, bagi yang beriman kepada Rasulullah tentu percaya apapun yang dikisahkan Rasulullah Saw. Kalau tidak iman kepada kitab-kitab, tidak iman kepada para rasul, maka manusia akan seperti tokoh nasional yang mempertanyakan kampung akhirat hanya dengan dalih notabene belum pernah ke sana. Padahal, dasar iman kepada yang gaib termasuk surga, neraka, hari kiamat, bahkan adanya pahala dan dosa, itu adalah dengan menukil informasi. Dalam hal ini, keimanan pada yang ghaib tersebut didasari dari menukil informasi yang dikabarkan oleh Wahyu, baik dari al Qur'an maupun as Sunnah. Nah, sampai pada bahasan kenapa umat Islam meyakini Khilafah janji Allah SWT ? karena, Allah SWT telah mengabarkannya dalam kitab sucinya : وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا "Allah telah menjanjikan kepada orang-orang beriman dan beramal salih di antara kalian, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa; akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai (Islam); dan akan mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan, menjadi aman sentosa" (TQS an-Nur [24]: 55). Meyakini kembalinya Khilafah berdasarkan ayat ini, berarti beriman kepada al Qur'an. Sebab, janji Allah SWT atas khilafah terdapat dalam kitab suci al Qur'an. Kemudian, Rasulullah Saw bersabda : ثُمَّ تَكُوْنُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ … "…Kemudian akan ada kembali Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwah" (HR Ahmad). Meyakini kembalinya Khilafah sebagaimana dikabarkan Rasulullah Saw dalam haditsnya adalah bagian dari keimanan kepada Rasulullah Muhammad Saw. Sebab, siapapun yang beriman kepada Rasulullah wajib percaya apapun yang beliau kabarkan. Khilafah itu rukun iman keberapa? Pertanyaan model ini adalah pertanyaan keliru yang mengkonfirmasi kebodohan sekaligus adanya penyakit hati dari penuturnya. Sejak Rasulullah diutus hingga hari kiamat, rukun iman ya hanya ada enam. Apakah Khilafah bagian dari rukun iman ? jawabnya jelas iya, sebab janji Khilafah berasal dari Allah SWT dalam kitab al Qur'an. Meyakini janji Allah, adalah bagian dari beriman kepada Allah SWT dan kitab Al Qur'an, rukun iman pertama dan ketiga. Sementara, meyakini kabar gembira akan kembalinya Khilafah termasuk bagian dari beriman kepada Muhammad Saw, sebab kabar itu berasal dari lisan yang mulia, kabar dari Rasulullah Muhammad Saw. Beriman kepada Rasulullah Saw termasuk rukun iman keempat, yakni iman kepada para Rasul. Jadi, bukankah orang yang mempertanyakan Khilafah rukun iman keberapa, termasuk orang-orang yang bodoh ? Oleh : Ahmad Khozinudin Sastrawan Politik Saat hidup di mesir sebagai budak, bani israil mengamati cara Firaun berkuasa. Al Quran telah tunjukkan pada kita bahwa kekuasaan Firaun disangga oleh tiga pihak.
Pertama Qorun si kaya raya. Dia bersekongkol menambah kekayaan diri dan memperkuat kekuasaan Firaun. Ke dua Haman. Si cerdik pandai yang melacurkan kepintarannya untuk legitimasi kezaliman Firaun. Ke tiga Bal'am. Si tokoh agama yang menjilat penguasa untuk kenikmatan dunia. Bani israil diselamatkan oleh Musa, menyebrang laut merah yang terbelah. Mereka meninggalkan Mesir membawa kitab sihir talmud, simbol-simbol mesir kuno, juga menyerap pengetahuan tentang sistem negara Mesir; Fir'aun, Haman, Qorun, Bal'am. Bani isra'il lebih suka peninggalan Fir'aun daripada ajaran Allah. Mereka memilih menyembah patung anak sapi saat ditinggal Musa menerima wahyu. Singkat cerita, saat berkesempatan menguasai dunia, mereka memasukkan simbol piramid, mata satu, elang botak, dlsb, ke segala sesuatu. Tak hanya simbol, mereka juga membangun sistem pemerintahan Fir'aun ke tatanan dunia baru yang mereka rekayasa. Tatanan itu hari ini kita kenal dengan nama Demokrasi dan Kapitalis. Maka tak heran jika hari ini kita menemukan Firaun-firaun modern para eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Kita juga menemukan Qorun-qorun baru, para kapitalist. Kita menemukan Haman-haman terkini bergelar profesor, Dr, phd, dlsb. Mereka sibuk mencari pembenaran bagi kezaliman Firaun. Tak kaget juga jika kita mendengar Bal'am-bal'am mutakhir mengatakan "We choose rahma" kepada israil. Mereka mengatakan "muslim Palestina bukan ahlus sunah". Mereka mengatakan bahwa "Jihad Palestina tidak syar'ie. Solusinya hijrah". Israil lupa bahwa sekuat apapun Fir'aun dan rezimnya, dia digulung laut merah atas kehendak Allah. Maka bagi para Fir'aun modern, Haman terkini, Qorun mutakhir, Bal'am terbaru, kalian boleh pongah dan merasa kuat. Tapi ingatlah bahwa Allah akan segera menggulung kalian! Banten 19521 IG @doniriw t.me/doniriw_channel Berikut ini 40 doa Rabbana yg semoga bermanfaat utk mempermudah kita merutinkan membaca doa2 ini di bulan Ramadhan terutama di 10 malam terakhir.
A Letter to Allah Menyelami Untaian Doa 40 Rabbana Dalam Al Qur'an Ustd. Abu Bassam Oemar Mita 1. Rabbanaa aatinaa fid dunyaa hasanah wa fil aakhirati hasanah wa qinaa 'adzaban naar (Al Baqarah 201): Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari azab neraka 2. Rabbanaa taqabbal minnaa innaka antas samii'ul 'aliim (Al Baqarah 127): Ya Rabb kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui. 3. Rabbanaa laa tuzigh quluubanaa ba'da idz hadaitanaa wahab lanaa min ladunka rahmah innaka antal wahhaab (Ali Imran 8): Ya Rabb kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi. 4. Rabbanaa zhalamnaa anfusanaa wa in lam taghfirlanaa watarhamnaa lanakunannaa minal khaasiriin (Al A'raf 23): Ya Rabb kami, kami telah menzhalimi diri kami sendiri. Jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya kami termasuk orang2 yg rugi. 5. Rabbanaaghfirlanaa wa li ikhwaaninaa alladziina sabaquuna bil iimaani wa la taj'al fii quluubinaa ghillal lilladziina aamanu rabbanaa innaka rauufur rahiim: Ya Rabb kami, ampunilah kami dan saudara2 kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang2 yg beriman. Ya Rabb kami, sungguh Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang. 6. Rabbanaa laa tuaakhidznaa in-nasiina au akhta'na (Al Baqarah 286): Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. 7. Rabbana wala tahmil 'alainaa isran kamaa hamaltahuu 'alal-ladziina min qablinaa (Al Baqarah 286): Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang2 sebelum kami. 8. Rabbanaa wa laa tuhammilnaa maa laa thaqata lanaa bih wa'fu 'annaa waghfirlanaa warhamnaa anta maulaanaa fanshurnaa 'alal qaumil kaafiriin* (Al Baqarah 286): Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yg kami tidak sanggup memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang2 kafir. 9. Rabbanaa aamannaa bimaa anzalta wattaba'nar-rasuula faktubnaa ma'asy-syaahidiin* (Ali Imran 53): Ya Rabb kami, kami telah beriman kepada apa yg Engkau turunkan dan kami telah mengikuti Rasul, karena itu tetapkanlah kami bersama golongan org yg memberi kesaksian. 10. Rabbanaa afrigh 'alainaa shabran wa tawaffanaa muslimiin ( Al A'raf 126): Ya Rabb kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan matikanlah kami dalam keadaan berserah diri kepada-Mu. 11. Rabbanaa laa taj'alnaa ma 'al-qaumizh zhaalimiin (Al A'raf 47): Wahai Rabb kami, janganlah Engkau tempatkan kami bersama orang2 zalim itu. 12. Rabbanaa anzil 'alainaa maa-idatan minas-samaa-i takunu lanaa 'iidan li-awwalinaa wa aakhirinaa wa aayatan minka war-zuqnaa wa anta khairur-raaziqin ( Al Maidah 114): Wahai Rabb kami, turunkanlah kepada kami hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami, yaitu bagi orang2 yg sekarang bersama kami maupun yg datang setelah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaaan Engkau, berilah kami rezeki, dan Engkaulah sebaik2 pemberi rezeki. 13. Rabbanaa hablanaa min azwaajinaa wa zurriyyaatinaa qurrata a'yunin waj'alnaa lil muttaqiina imaamaa ( Al Furqan 74): Wahai Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami, pasangan kami, dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi org2 yg bertakwa. 14. Rabbanaa atmim lanaa nuuranaa waghfirlanaa, innaka 'alaa kulli syain qadir (At Tahrim 8): Wahai Rabb kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami, sungguh Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. 15. Rabbanaa 'alaika tawakalnaa wa ilaika anabnaa wa ilaikal mashiir ( Al Mumtahanah 4): Wahai Rabb kami, hanya kepada Engkau kami bertawakal dan hanya kepada Engkau kamu bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali 16. Rabbanaa aatinaa min ladunka rahmatan wa hayyi' lanaa min amrinaa rasyadaa (Al Kahfi 10): Wahai Rabb kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah petunjuk yang lurus bagi kami dalam urusan kami. 17. Rabbanagh-firlii wa liwaalidayya wa lilmu'miniina yauma yaqumul hisaab (Ibrahim 41): Wahai Rabb kami, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku dan semua orang yang beriman pada hari diadakan perhitungan (hari kiamat) 18. Rabbanaa innaka ta'lamu maa nukhfii wa maa nu'linuu, wa maa yakhfaa 'ala-llaahi min syain fiil- ardhi wa laa fis-samaa-i (Ibrrahim 30): Wahai Rabb kami, sesungguhnya Engkau mengetahui apa yg kami sembunyikan dan ala yg kami tampakkan, dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah, baik yg ada di bumi maupun yg ada di langit 19. Rabbanagh-firlanaa dzunuubanaa wa israafanaa fii amrinaa wa tsabbit aqdaamanaa wan shurnaa 'alal qaumil kaafiriin ( Ali Imran 147): Wahai Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan (dalam) urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir. 20. Rabbanaa innaka jaami'un- naasi li yaumin laa raiba fiihi innallaaha laa yukhliful-mii'aad (Ali Imran 9): Wahai Rabb kami, Engkaulah yang mengumpulkan manusia pada hari yang tidak ada keraguan padanya. Sungguh Allah tidak menyalahi janji 21. Rabbanaa maa khalaqta haadzaa baathilaa subhaanaka faqinaa 'adzaaban-naar (Ali Imran 191): Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. 22. Rabbanaa innaka man tudkhilin-naara faqad akhzaitah wa maa lizh-zhaalimiina min Anshaar (Ali Imran 192): Ya Rabb kami, sesungguhnya orang yg Engkau masukkan ke dalam neraka, maka sungguh Engkau telah menghinakannya, dan tidak ada seorang penolong pun bagi orang2 yg zhalim 23. Rabbanaa innanaa sami'naa munaadiyan yunaadi lil iimani an aaminuu birabbikum fa aamannaa (Ali Imran 193): Ya Rabb kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu) "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka kamipun beriman." 24. Rabbanaa fagh-firlanaa dzunuubanaa wa kaffir 'annaa sayyiaatinaa wa tawaffanaa ma'al abraar (Ali Imran 193): Ya Rabb kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti 25. Rabbanaa laa taj'alnaa fitnatan lil qaumizh-zhaalimiin. Wa najjinaa bi rahmatika minal qaumil kaafiriin (Yunus 85-86): Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan kami sasaran kezhaliman oleh kaum yg zholim. Dan selamatkanlah kami dengan rahmat-Mu dari kaum yg kafir. 26. Rabbanaa wa adkhilhum jannaati 'adnil-latii wa 'adtahum wa man shalaha min aabaa-ihim wa azwaajihim wa dzurriyyatihim innaka antal 'aziizul hakiim: Ya Rabb kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga 'Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan org2 yg shaleh di antara bapak2 mereka, dan istri2 mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana 27. Rabbanaa innaka raufurrahiim (Al Hasr 10): Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang 28. Rabbanaa laghafuurun syakuur: Sesungguhnya Rabb kami benar2 Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri: 29. Rabbanaa wa taqabbal du'aa (Ibrahim 40): Ya Rabb kami perkenanlah doaku 30. Rabbana wasi'ta kulla syai-in rahmatan wa 'ilman faghfir lilladziina taabuu wattaba'uu sabiilaka wa qihim 'adzaabal jahiim (Ghaafir 7): Ya Rabb kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada org2 yg bertobat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yg menyala2 31. Rabbanaa innanaa nakhaafu an yafrutha 'alainaa au an yathghaa (Thaha 45): Keduanya berkata, "Ya Rabb kami, sungguh kami khawatir dia (Fir'aun) akan menyiksa kami atau bertambah melampaui batas 32. Rabbanaa aamannaa faghfirlanaa warhamnaa wa anta khairur raahiimiin (Al Mu'minuun 109): Ya Rabb kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah sebaik2 pemberi rahmat. 33. Rabbanaa aamannaa fak tubnaa ma'asy syaahidiin (Al Maidah 83): Ya Rabb kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang2 yg mjd saksi (atas kebenaran Al qur'an dan kenabian Muhammad) 34. Rabbanaf-tah bainanaa wa baina qauminaa bil haqqi wa anta khairul faatihiin (Al A'raf 89): Ya Tuhah kami, berilah keputusan antara kami dan kaum kami dengan hak (adil) dan Engkaulah Pemberi keputusan yang sebaik2nya yakni Engkau sebaik2 hakim 35. Rabbanaa wa aatinaa maa wa'ad tanaa 'alaa rusulika wa laa tukhzinaa yaumal qiyaamati, innaka laa tukhliful mi'aad (Ali Imran 194): Ya Rabb kami, berilah kami apa yg telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul2 Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji. 36. Rabbanaa-shrif 'annaa 'adzaaba jahannama inna 'adzaabahaa kaana gharaama. Innahaa saa-at mustaqarra wa muqaama (Al Furqan 65-66): Ya Rabb kami, jauhkan azab jahanam dari kami, sesungguhnya azabnya itu adalah kebinasaan yg kekal. Sesungguhnya jahannam itu seburuk2 tempat menetap dan tempat kediaman 37. Rabbanaa waj'alnaa muslimain laka wa min dzurriyatina ummatan muslimatan laka, wa arinaa manaasikanaa watub'alainaa innaka antat-tawwaabur-rahiiim (Al Baqarah 128): Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yg tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yg tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara2 dan tempat2 ibadah haji kami, dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang. 38. Rabbanaa afrigh 'alainaa shabran wa tsabbit aqdaamanaa wan shurnaa 'alal qaumil kaafiriin (Al Baqarah 250): Ya Rabb kami limpahkanlah kesabaran kepada kami, kokohkanlah langkah kami, dan tolonglah kami menghadapi org2 kafir 39. Rabbanaa innanaa aamannaa faghfirlanaa dzunuubanaa wa qinaa 'adzaaban naar (Ali Imran 16): Ya Rabb kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka 40. Rabbanaa laa taj-alnaa fitnatan lilladziina kafaruu waghfirlanaa rabbanaa innaka antal 'azizul hakiim (Mumtahanah 5): Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan kami (sasaran) fitnah bagi orang2 kafir. Dan ampunilah kami ya Tuhan kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana TENTANG SAKIT
Suatu hari Rasulullah SAW kedatangan seorang bapak dan anak gadisnya. Bapak tersebut meminta Rasulullah SAW untuk menikahi anak gadisnya dan mengatakan bahwa anak gadisnya merupakan anak yang sangat luar biasa dimana anaknya sejak kecil sampai sekarang tidak pernah sakit. Rasulullah SAW tersenyum dan beliau diberitahu oleh Malaikat Jibril untuk menolaknya karena tidak ada kebaikan dalam diri anak gadis itu. Sungguh luar biasa makna dari sakit, ternyata dengan datangnya penyakit pada diri kita itu mendatangkan berbagai kebaikan. Bahkan sebagian ulama mengatakan orang yang sedang sakit dipastikan orang tersebut sedang dicintai Allah... Sakit kalau kita sikapi dengan positif: Sakit itu "Zikrullah" Orang yang sedang sakit akan lebih sering menyebut Asma Allah dibandingkan ketika dalam sehatnya. Sakit itu "Istighfar" Orang yang sedang sakit akan teringat dosa-dosa yang pernah diperbuat, sehingga lisan akan terbimbing untuk selalu beristigfar dan memohon ampunan kepada Allah. Sakit itu "Tauhid" Bukankah saat sedang hebat rasa sakit, kalimat thoyyibah yang akan terus digetar? Sakit itu "Muhasabah" Orang yang sedang sakit akan punya lebih banyak waktu untuk merenungi diri, menghitung-hitung bekal apa yang telah dikumpulkan untuk kembali menghadap Illahi. Sakit itu "Jihad" Orang yang sedang sakit tidak diperbolehkan hanya pasrah akan tetapi diwajibkan terus berusaha dan berikhtiar untuk mencapai kesembuhan. Sakit itu "Ilmu" Bukankah ketika sakit, kita akan memeriksa, berkonsultasi dan pada akhirnya merawat diri utk berikutnya ada ilmu untuk tidak mudah kena sakit. Sakit itu "Nasihat" Orang sakit mengingatkan yang sehat untuk jaga diri. Yang sehat menghibur yang sakit agar mau bersabar. Allah cinta dan sayang keduanya. Sakit itu "Silaturrahim" Saat jenguk, bukankah keluarga yang jarang bertemu akhirnya datang membesuk, penuh senyum dan rindu mesra? Karena itu pula sakit adalah perekat ukhuwah. Sakit itu "Penggugur Dosa" Orang yang sedang sakit sesungguhnya dia sedang dicintai sang Pencipta sekaligus sedang diberi ujian..tentu kalau diterima dengan sabar dan tawaqal akan merontokan dosa-dosa. Sakit itu "Mustajab Do'a" Sesungguhnya doa orang yang sedang sakit mustajab, maka saat kita menengok yang sakit disamping kita mendoakan maka mintalah doanya. Imam As-Suyuthi selalu keliling kota mencari orang sakit lalu beliau minta dido'akan. Sakit itu salah satu keadaan yang "Menyulitkan Syaitan" Orang yang sedang sakit diajak maksiat tak mampu dan tak mau. Dosa yang lalu disesali dan mohon ampunan. Sakit itu membuat "Sedikit tertawa dan banyak menangis" Satu sikap ke-Insyaf-an yang disukai Nabi dan para makhluk langit. Sakit meningkatkan kualitas "Ibadah" Rukuk - Sujud lebih khusyuk, Tasbih - Istighfar lebih sering, Bermunajat - Do'a jadi lebih lama. Sakit itu memperbaiki "Akhlak" Kesombongan terkikis, sifat tamak dipaksa tunduk, pribadi dibiasakan santun, lembut dan tawadhu'. Dan pada akhirnya "SAKIT" membawa kita untuk selalu ingat akan "KEMATIAN" Allahumma Rabbannas az hibil ba'tsa... Isyfii wa anta syaafii', Laa syifaa a illa syifaa uka, syifaa an laa yughadiru saqamaa.... Semoga bermanfaat Bismillah was shalatu was salamu 'ala Rasulillah wa ba'du.
Allah telah menegaskan bahwa apapun musibah yang menimpa kita, itu pasti disebabkan oleh dosa yang pernah kita lakukan, baik dosa besar maupun kecil. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ "Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)." [QS. Asy-Syura: 30] Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam_ bersabda: لاَ يُصِيْبُ رَجُلاً خَدْشُ عُوْدٍ وَلاَ عَثْرَةُ قَدَمٍ وَلاَ اِخْتِلاَجُ عِرْقٍ إِلاَّ بِذَنْبٍ وَمَا يَعْفُو اللهُ أَكْثَرُ "Tidaklah sepotong kayu melukai seseorang, telapak kaki tergelincir, dan urat terkilir, melainkan itu disebabkan karena dosa. Dan apa yang Allah maafkan lebih banyak lagi." [HR. Ibnu Jarir. Lihat Shahih Al-Jami’ush-Shaghir, no. 5624, 5639, 5694, 7608, 7609]. Intinya, dosa adalah pengundang malapetaka. Untuk itu, agar malapetaka tak lagi datang menimpa, hindarilah dosa-dosa yang membinasakan berikut ini: Berbuat Syirik Allah Ta'ala berfirman kepada kaum Nabi Nuh 'alaihis salam yang tidak mau meninggalkan peribadatan pada orang-orang saleh mereka yang telah wafat: مِّمَّا خَطِيْٓئٰتِهِمْ اُغْرِقُوْا فَاُ دْخِلُوْا نَا رًا ۙ فَلَمْ يَجِدُوْا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ اَنْصَا رًا “Disebabkan dosa-dosa (syirik) mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke Neraka, maka mereka tidak mendapat penolong-penolong bagi mereka selain dari Allah.” [QS. Nuh: 25] Ini adalah azab di dunia sebelum azab di akhirat yang lebih dahsyat lagi. Itu gara-gara mereka tidak mau meninggalkan peribadatan pada Suwaa, Yaghuuts, Ya’uuq, dan Nasr. Mereka adalah orang-orang saleh yang telah wafat lalu diagungkan melampaui batas dan dipertuhankan. Pilih-pilih dalam mengimani syariat Allah Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan Rasul-RasulNya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan Rasul-RasulNya, dengan mengatakan: 'Kami beriman kepada yang sebagian dan kami kafir terhadap sebagian (yang lain)', serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir). Mereka itulah orang-orang kafir yang sesungguhnya. Kami telah menyiapkan bagi orang-orang yang kafir siksa yang pedih." [QS. An-Nisaa: 150-151] Menyalahi perintah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam Allah Ta'ala berfirman: فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ "Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah (Rasulullah) takut akan ditimpa musibah atau ditimpa azab yang pedih." [QS. An Nur: 63] Orang yang mengamalkan bid’ah dalam agama, tergolong orang yang menyalahi perintah Rasulullah. Contoh bid’ah dalam agama adalah: menyusupkan ritual adat ke dalam ritual ibadah. Ini terlarang dan tercela di mata syariat. Maraknya penyanyi, alat musik, dan khamr (miras) Jika gemerlap kemaksiatan sudah merajalela dan sudah dianggap biasa, maka Allah akan menurunkan azabNya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Di tengah umat ini akan ada azab berupa pembenaman (ke dalam bumi), perubahan wajah, dan hujan batu. Seseorang dari kalangan Muslimin bertanya: ‘Wahai Rasulullah, kapan itu akan terjadi?’ Rasul menjawab: ‘Jika telah bermunculan penyanyi wanita, alat-alat musik, dan miras yang diminum’.” [HR. At-Tirmidzi: 2212, dihasankan oleh Asy-Syaukaany (Nailul Authaar: 8/262)] Mengingkari takdir Allah dan menebar keraguan tentang Islam Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: إنه سيكون في أمتي مسخ وقذف، وهو في الزندقية والقدرية "Akan terjadi azab berupa perubahan bentuk wajah dan hujan batu pada umatku ini, yang akan menimpa orang-orang yang menebarkan keraguan tentang Islam dan menentangnya, serta pada mereka yang menolak takdir Allah." [HR. Ahmad: 6208, dishahihkan oleh As-Suyuuthi (Al-Khashaa-ish Al-Kubraa: 2/148) dan Ahmad Syaakir (9/74)] والله أعلم، وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم Homoseksual (Liwaath) Allah telah memerintahkan Jibril 'alaihis salam untuk mengangkat perkampungan kaum Nabi Luth dengan satu sayapnya. Kampung itu dikeruk oleh Jibril lalu diangkat terbang ke langit, sampai-sampai penduduk langit mendengar lolongan anjing kampung tersebut. Kemudian *Jibril* menjungkir balikkan kampung tersebut, lalu menghempaskannya ke bumi. Kemudian kampung tersebut dihujani dengan batu. Inilah hukuman bagi kaum Luth (Sodom) yang melakukan penyimpangan seksual dengan sesama jenis (Homo). Allah Ta'ala berfirman: فَلَمَّا جَآءَ اَمْرُنَا جَعَلْنَا عَا لِيَهَا سَا فِلَهَا وَاَ مْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَا رَةً مِّنْ سِجِّيْلٍ ۙ مَّنْضُوْدٍ "Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang di atas ke bawah (Kami balikkan), dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi." [QS. Hud: 82] Kemaksiatan yang merebak dan sudah dianggap biasa Jika aurat dan lekuk tubuh sudah lazim dipamerkan, perzinaan perilaku homo dan lesbi sudah biasa, pornografi jadi koleksi di HP, kezaliman gampang ditutupi dengan sogokan, korupsi mentradisi, kehalalan tidak dihiraukan, miras sudah bebas diperjualbelikan, hura-hura dan begadang sudah lumrah sekalipun shalat Subuh ditinggalkan, riba merebak bahkan dihalalkan, judi bola jadi seru-seruan, maka di saat itulah akan turun siksaan yang berlaku merata. Tidak hanya menimpa orang-orang yang bermaksiat saja, tapi juga orang-orang yang saleh dan anak-anak tak berdosa akan kena imbasnya. Istri Rasulullah, Zainab binti Jahsy pernah bertanya kepada Nabi tentang azab Allah yang menimpa sementara di sekeliling kita masih ada orang-orang saleh. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: نعم إذا كثر الخبث “Ya (azab itu tetap akan menimpa), manakala kemaksiatan sudah marak.” [HR. Bukhari: 3168 dan Muslim: 2880] Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Wahai kaum Muhajirin, ada lima perkara jika kalian mengalami lima perkara ini (dan aku mohon perlindungan kepada Allah agar kalian tidak mengalaminya): (1) Tidaklah perbuatan keji (seperti perzinaan, minum khamr, perjudian, dan lainnya) dilakukan dengan terang-terangan pada suatu masyarakat, kecuali akan mewabah penyakit tha'un dan penyakit-penyakit lainnya yang tidak pernah menimpa orang-orang dahulu yang telah berlalu. (2) Tidaklah mereka berbuat culas (dalam transaksi) dengan mengurangi takaran dan timbangan, kecuali mereka akan disiksa dengan paceklik, kehidupan menyusahkan, dan kezaliman penguasa. (3) Tidaklah mereka menahan zakat hartanya, kecuali hujan dari langit juga akan ditahan dari mereka. Andaikata bukan karena (kasih sayang Allah pada) binatang-binatang melata, niscaya manusia tidak akan diberi hujan. (4) Tidaklah mereka membatalkan perjanjian Allah dan perjanjian RasulNya (yaitu dengan menyalahi perintah Allah dan RasulNya), melainkan Allah akan menjadikan musuh dari luar mereka (yaitu orang-orang kafir) menguasai mereka dan merampas sebagian hak mereka. (5) Dan selama pemimpin-pemimpin (suatu negeri atau masyarakat) tidak berhukum dengan kitab Allah, dan justru memilah-milih hukum yang Allah turunkan, kecuali Allah akan menjadikan permusuhan terjadi di antara sesama mereka.” [HR. Ibnu Majah: 4019. Lihat As-Silsilah Ash-Shahihah: 106]. Sombong dan ingkar pada aqidah yang dibawa oleh Rasul Orang-orang sombong dari kaum Nabi Shaleh mengatakan: "Sesungguhnya kami adalah orang yang tidak percaya kepada apa yang kamu imani itu." [QS. Al-A’raaf: 76] Maka Allah berfirman tentang azab yang menimpa mereka: فَاَ خَذَتْهُمُ الرَّجْفَةُ فَاَ صْبَحُوْا فِيْ دَا رِهِمْ جٰثِمِيْنَ "Karena itu mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di tempat tinggal mereka." [QS. Al-A’raaf: 78] Bertindak zalim, memutus silaturahmi, khianat, dan dusta Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: مَا مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ تَعَالَى لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ فِي الدُّنْيَا مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ فِي الْآخِرَةِ مِثْلُ الْبَغْيِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ “Tidak ada suatu dosa yang lebih layak untuk disegerakan hukumannya oleh Allah bagi pelakunya di dunia daripada dosa kezaliman dan memutus silaturahmi, ditambah lagi akan ada hukuman di akhirat yang Allah simpan untuknya.” [HR. Abu Dawud: 4902, dishahihkan Al-Albani] Dalam riwayat Ath-Thabrani (As-Silsilah As-Shahihah no. 10642) yang semakna dengan hadis ini, terdapat tambahan jenis dosa yaitu dusta dan khianat. Durhaka pada orang tua Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: اثنان يعجلهما الله في الدنيا: البغي وعقوق الوالدين "Ada dua dosa yang akan disegerakan hukumannya oleh Allah di dunia: kezaliman dan durhaka pada orang tua." [Lihat As-Silsilah As-Shahihah no. 1120] والله أعلم، وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم Penulis: Ustadz Abu Ziyan Johan Saputra Halim, M.H.I hafidzahullah Dalam salah satu televisi show di Negeri Barat, pembawa acara membuka acara untuk pengumpulan donasi bagi seorang yang sedang sakit parah sementara ia dalam kondisi sangat tidak mampu. Lelaki ini harus dioperasi dengan biaya puluhan ribu dolar.
Mulailah para pemirsa menghubungi nomer yang tertera pada acara ini dan beberapa dari mereka menyumbang dalam jumlah yang tidak sedikit. Hingga muncul satu telepon dari seseorang Muslim yang menyumbang hanya 2 dolar. Sang pembawa acara heran dan bertanya, “Mengapa engkau menyumbang sangat sedikit?” Ia pun menjawab, “Ketahuilah bahwa itu adalah separuh dari harta yang kumiliki saat ini. Tapi aku tetap ingin berbagi.” Baginya berbagi walau sangat sedikit lebih baik daripada tidak sama sekali ! Fenomena ini membuat acara tersebut semakin heboh. Penelpon selanjutnya menyumbangkan dana yang lumayan besar dan berpesan untuk membagi dana yang ia sumbangkan untuk orang yang sakit dan setengahnya untuk orang yang menyumbang dua dolar tadi. Setelah itu telepon itu berdering lagi dan ada yang menyumbang ribuan dolar lagi. Ia juga berpesan untuk membaginya setengah untuk yang sakit dan setengah untuk yang menyumbang 2 dolar. Begitu terus hingga biaya pengobatan bagi lelaki yang sakit itu terpenuhi dan pemuda yang menyumbang dua dolar itu juga mendapatkan uang yang tidak sedikit. Akhirnya beberapa hari setelah penggalangan dana ini, pemuda Muslim itu diundang ke acara yang sama. Ia di wawancarai oleh pembawa acara tentang kehebohan yang ia buat di acara sebelumnya. Ia pun bercerita, “Aku telah berkeliling dan mendaftar pekerjaan kesana kemari namun aku tidak mendapatkannya. Hari itu aku hanya memiliki 4 dolar dan setengahnya aku berikan kepada lelaki yang membutuhkan dana untuk operasi. Aku pun tidak menyangka akan mendapatkan balasan langsung dari Allah Subhanahu Wa Ta'Ala dengan jumlah yang tak pernah kubayangkan.” Setelah acara itu selesai, beberapa perusahaan datang menghampirinya untuk menawari sebuah pekerjaan. Dan akhirnya ia pun memilih salah satu yang sesuai dengan keahliannya dan itulah pekerjaan yang selama ia inginkan. Jangan heran dengan kisah-kisah semacam ini karena sedekah yang tulus dari hati pasti akan kembali kepada pemiliknya dengan ganti yang lebih indah dan tak terduga-duga. Bukankah Allah Subhanahu Wa Ta'Ala berfirman, وَمَآ أَنفَقۡتُم مِّن شَيۡءٖ فَهُوَ يُخۡلِفُهُۥۖ وَهُوَ خَيۡرُ ٱلرَّٰزِقِينَ “Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang terbaik.” (QS.Saba’:39) Bersedekahlah sekecil apapun, karena nilai sedekah tidak ditentukan oleh jumlahnya tapi nilai itu ditentukan oleh keikhlasan hati kita. Lakukan segala sesuatu untuk Allah, nanti Allah yang akan mengatur bagaimana cara untuk membalas kebaikanmu. Sumber: unknown (copas dari WA group). Helfia Nil Chalis www.HelfiaStoreKita.com www.HelfiaGoOnline.com www.HelfiaNet.com Salah satu sifat Allah Swt adalah Al Muhaimin yaitu Maha Memelihara, Maha Melindungi. Sebagai manusia kita sepatutnya meneladani sifat Allah ini seperti menjaga dan memelihara nikmat dari Allah, serta melindungi dan menolong orang lain. Kisah berikut ini merupakan salah satu peneladanan sifat Allah Al Muhaimin ini. Berikut kisahnya. Seorang dokter ahli bedah bergegas menuju rumah sakit begitu dihubungi pihak rumah sakit karena seorang pasien dalam kondisi kritis harus segera dioperasi. Begitu sampai dia langsung mempersiapkan diri, mandi dan bersalin pakaian. Sejenak sebelum masuk ke ruangan operasi dia bertemu ayah pasien yang raut wajahnya memendam cemas bercampur marah. Dengan ketus laki-laki itu mencecar sang dokter, "Kenapa lama sekali dokter! Tidak tahukah anda sanak saya sedang kritis? Mana tanggungjawab anda sebagai dokter?" Dokter bedah itu menjawab seraya melontarkan senyuman, "Saudaraku, saya sangat menyesal atas keterlambatan ini. Tadi saya sedang berada di luar, tetapi begitu dihubungi saya langsung menuju ke sini. Semoga anda maklum dan dapat merasa tenang sekarang. Doakan semoga saya dapat melakukan tugas ini dengan baik, dan yakinlah bahwa Allah akan menjaga anak anda". Keramahan sang dokter ternyata tidak bisa meredam si bapak yang terlanjur marah, bahkan suaranya menggelegar, "Anda bilang apa? Tenang? Sedikitpun anda tidak peduli rupanya. Apakah anda bisa tenang jika anak anda yang sekarat? Semoga Allah mengampuni anda. Apa yang akan anda lakukan jika anak anda meninggal?" Sambil tetap senyum sang dokter menanggapi, "Jika anak saya meninggal saya akan mengucapkan sperti yang difirmankan Allah yaitu orang-orang yang jika ditimpa musibah mereka mengatakan innaa lillaahi wa inna ilaihi rooji'uun". Dokter itu melanjutkan, "Adakah ucapan belasungkawa yang lain bagi orang beriman? Maaf pak, dokter tidak dapat memperpanjang usia tidak juga memendekkannya. Usia di tangan Allah. Dan kami akan berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan putra anda. Hanya saja kondisi anaknya kelihatannya cukup parah. Oleh karena itu, jika terjadi yang tidak kita inginkan ucapkanlah inna lillaahi wa inna ilaihi rooji'uun. Saran saya, sebaiknya anda pergi ke mushola rumah sakit untuk memperbanyak shala dan doa kepada Allah agar Dia menyelamatkan anak anda," demikian tambahnya. Orangtua pasien menganggapi dengan sinis, "Nasihat itu memang mudah, apalagi untuk orang yang tidak punya hubungan dengan anda." Sang dokter segera berlalu masuk ruangan operasi. Operasi berlangsung beberapa jam, lalu sang dokter keluar tergesa-gesa dan berkata kepada orangtua pasien, "Berbahagialah, pak. Alhamdulillah operasi berjalan lancar, anak anda baik-baik saja. Maaf, saya harus segera pergi, perawat akan menjelaskan kondisi anak anda lebih rinci". Orangtua pasien tersebut tampak berusaha mengajukan pertanyaan lain, tetapi sang dokter segera beranjak pergi. Selang beberapa menit, sang anak keluar dari ruang operasi disertai seorang perawat. Seketika orangtua anak itu berkata, "Ada apa dengan dokter egois itu, tidak sedikitpun memberi kesempatan kepada saya untuk bertanya tentang kondisi anak saya?" Tidak dinyana perawat tersebut menangis terisak-isak dan berkata, "Kemarin putra beliau meninggal dunia akibat kecelakaan. Ketika kami hubungi, dia sedang bersiap-siap untuk mengebumikan anaknya itu. Apa boleh buat, kami tidak punya dokter bedah yang lain. Maka begitu selesai operasi dia bergegas pulang untuk melanjutkan pemakaman putranya. Dia telah berbesar hati meninggalkan sejenak segala kesedihannya atas anaknya yang meninggal demi menyelamatkan hidup anak anda". Dikutip dari "Asmaul Husna untuk Hidup Penuh Makna", Aa Gym hal 68 - 70. Helfia Nil Chalis www.HelfiaNet.com www.HelfiaGoOnline.com |
ISLAM
Cari artikel? Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini. Kebenaran Quran dan Ajaran IslamMenyampaikan bukti-bukti kebenaran Quran dan ajaran Islam melalui tulisan dan pengakuan ahli ilmu pengetahuan dunia yang diambil dari berbagai sumber.
Archives
July 2024
Categories
All
kirim pesan [email protected]
|