Nama aslinya Julie. Setelah masuk Islam dia mengganti namanya menjadi Jamilah. Julie lahir di sebuah desa terpencil bernama Denton di Inggris. Kedua orangtuanya asli orang Inggris. Julie dibesarkan oleh neneknya di Northamptonshire dan tinggal di sana cukup lama. Kedua orangtuanya atheis dan neneknya Kristen Baptis. Julie mengikuti agama neneknya Kristen Baptis. Neneknya seorang yang Kristen taat. Dia selalu membawa Julie ke gereja setiap hari Minggu. Julie banyak terlibat dalam kegiatan kegerejaan. Dia mengasuh kelompok balita dan kegiatan rohani lainnya. Diapun tumbuh menjadi seorang Kristen yang taat. Suatu ketika Julie bekerjasama dengan seorang wanita pekerja sosial untuk menolong kaum wanita bernama Ameda. Ameda seorang muslim. Ini membuat Julie tidak suka dan ingin mengajaknya masuk Kristen. Dalam pandangan stereotipnya wanita muslim tertindas oleh kaum lelakinya, mereka kasar, agresif, pokoknya sangat buruk. Julie merasa kasihan dengan Ameda. Dia tanpa lelah terus mengajak Ameda untuk masuk Kristen. Setelah berjalan beberapa bulan Ameda merasa kesal. Ameda suatu hari berkata kepadanya: "Baiklah, saya beri kamu kesempatan. Jika kamu bisa menemukan satu kesalahan apapun, kekurangan apapun, satu saja hal yang tidak benar dengan Islam, bukan dengan orang-orang Islamnya, tetapi dengan ajaran Islam, dengan Al Quran, hadis, atau hukum syariah, saya akan masuk Kristen". Julie langsung menjawab dengan bersemangat: "Baik. Itu bagus sekali. Itu pasti mudah. Saya pasti bisa melakukannya". Jadi Julie pun mengambil tantangan itu. Dia membeli buku-buku pelajaran Islam dan membacanya, membaca lagi, membacanya lebih banyak lagi. Julie tidak bisa menemukan ada yang salah. Julie sudah mencoba segalanya. Dia sudah punya satu rak buku tentang Islam sebelum benar-benar memutuskan bahwa tidak ada yang salah dalam Islam. Dia justru menyimpulkan ajaran Islam sempurna. Segala pertanyaan ada jawabannya di sana termasuk jawaban yang tidak bisa ditemukannya dalam agama Kristen. Julie mengaku menemukan kekurangan dan kesalahan yang banyak dalam Bible. Jika hal itu ditanyakan ke pasturnya: "Bagaimana dengan yang ini? Dikatakan di Korintus begini dan di Efesus begini. Mana yang benar?". Jawabannya: "Bagaimanapun harus diimani". Menurut Julie jika Bible ini benar buku Tuhan seharusnya ada fakta-faktanya. Julie mengaku menemukan fakta-fakta itu dalam agama Islam. Menurut Julie fakta-fakta itu begitu jelas. Semakin lama mempelajari Islam dia merasa lebih berpikiran terbuka. Memang kita manusia, kita seharusnya membuat pikiran kita terbuka. Singkatnya Julie menemukan bahwa agama Islam sempurna. Di dalamnya terkandung jawaban atas semua pertanyaannya. Lalu setelah sekitar 6 bulan mempelajari Islam Julie memutuskan untuk memeluk agama Islam. Jadi ide Ameda itu terbukti luar biasa. Sewaktu Julie menceritakan bahwa dia sudah masuk Islam, Ameda tertawa lama sekali. Pamannya yang seorang imam datang dari Lester, Canada dan menuntun Julie untuk bersyahadat. Juli menyembunyikan identitas Islamnya. Dia tidak memberitahu siapapun. Dia tahu citra buruk yang ditanamkan oleh media amat sangat negatip tentang Islam. Ayah dan ibunya saja membencinya karena memeluk agama Kristen. Bagaimana jika mereka tahu dia memeluk agama Islam. Anak-anaknya juga tidak diberitahu. Orang-orang di gereja dia tinggalkan. Julie tidak lagi ke gereja. Ketika ada yang bertanya dia mencari alasan sibuk kerja dll. Julie juga menjalankan bisnis. Jika mereka tahu dia muslim pasti bisnisnya bisa bangkrut. Ini semua karena Islam dianggap salah. Pengaruh media demikian kuatnya memberi pengaruh buruk terhadap citra Islam. Tiga tahun kemudian dia memutuskan untuk menikah lagi. Calon suaminya berasal dari Zanzibar, Afrika. Merekapun menikah. Keluarganya sangat marah. Ayahnya seorang yang rasis, jadi dia marah karena Julie menikah dengan pria berkulit hitam dan ketika tahu dia seorang muslim ayahnya berkata: "Ya tuhan, sekarang dia akan memaksamu masuk Islam". Julie akhirnya menyatakan untuk masuk Islam dengan sebenar-benarnya. Julie mengaku kepada ayahnya bahwa dia sudah memeluk Islam sejak lama. Ayah dan ibunya benar-benar marah. Beberapa tahun kemudian ayahnya menderita Alzheimer. Ayahnya lupa tentang rasisme, lupa mengapa membenci Max, suami Julie, dan lupa juga tentang pertengkarannya dengan Julie. Merekapun menjadi akrab lagi. Setelah ayahnya meninggal, ibunya masih hidup sekitar 8 tahun lagi. Ibunya masih membenci Islam. Setiap kali ibunya melihat Julie shalat selalu berkomentar: "Mengapa kamu meletakkan kepalamu di tanah?", "Kamu membuang waktu sia-sia!", "Apa gunanya itu (shalat)". "Nikmati saja hidupmu. Kamu kehilangan banyak waktu dalam hidupmu untuk agama konyol itu". Kemudian ibunya menderita kanker sangat parah. Julie mendampinginya di rumah sakit. Beruntung ibunya diperlakukan dengan sangat baik oleh para dokter di sana. Setiap dokter yang merawatnya beragama Islam. Julie ingat komentar ibunya yang dirasakannya seperti ucapan yang sangat berharga melebihi emas: "Islam yang kamu ikuti ini adalah komunitas yang indah". Ibunya melihat perbedaan itu. Dokter-dokter muslim memberikan waktu lebih banyak kepadanya. Mereka baik kepadanya. Mereka berbicara ramah dan sopan dengannya. Dia punya dokter non muslim yang selalu terburu-buru: "Ayo kita harus melakukan ini. Kita harus melakukan itu". Ibunya menjawab: "Saya tidak menginginkan kamu lagi". Suatu hari ketika sakitnya semakin parah, Julie tidak mau meninggalkannya. Julie tidur di samping ibunya. Julie harus shalat juga di samping ibunya. Dilihatnya ibunya sedang tidur, maka Julie mulai shalat. Ibunya terbangun. Julie memutuskan untuk meneruskan shalatnya. Ibunya mengerang-erang dan bangun lalu diam. Selesai shalat dia menjumpai ibunya berubah dari biasanya. Ibunya berkata: "Oh, aku harap engkau berdoa untukku". Saat itu Julie menyadari ibunya mulai memahami bahwa shalat itu penting. Sebelum masuk Islam Julie sering mengalami stress. Dia menjanda dengan 4 anak. Dia menjalankan bisnis sendiri. Sepanjang waktu mengalami stress. Julie sering mengalami serangan panik sehingga dokter memberinya Prozak (obat penenang). Dia punya perangai buruk. Sebelum punya anak dia selalu bertengkar. Setelah menjadi muslim, perlahan-lahan dia menjadi lebih sabar. Dia menjadi lebih bahagia. Dia berhenti minum Prozak meskipun dokter melarangnya. Dia sudah tidak lagi mengalami stress. Dia tidak gampang marah lagi. Islam memberikan perspektif mengenai hidup karena selalu ada jawaban atas segala hal. Menurutnya tanpa Islam, dia selalu bertanya-tanya mengapa segala sesuatu itu terjadi. Khususnya dalam agama Kristen yang mengajarkan Tuhan adalah cinta, Yesus mengampuni, segalanya baik-baik saja. Padahal tidak. Hidup adalah ujian. Jika kamu tidak merasa bahwa hidup adalah ujian akan terjadi sesuatu yang buruk yaitu stress. Karena bagaimana kamu tahu mengapa ini terjadi. Dalam Islam kita tahu ada manfaat dalam segala hal yang terjadi. Ada hadis yang meriwayatkan, jika jarimu tertusuk duri, maka itu menggugurkan dosa-dosamu. Jadi dalam Islam jika kamu terjatuh di salju dan mengalami memar, itu adalah sesuatu yang bagus karena menghapus dosa yang pernah kamu lakukan. Musibah itu pasti ada alasannya. Jika kamu menggunakan perspektif Islam, apabila sesuatu yang buruk terjadi, kamu berpikir: "Baiklah, ini terjadi karena suatu alasan". Dan ini membuatmu lebih baik. Dan kamu ikhlas dengan hal itu. Jika kamu percaya ini, maka kamu bisa hidup dengan tenang. Anda tidak pernah merasa kekurangan apapun. Hanya jika kamu mulai berpikir: "Oh, aku punya masalah besar nih dan masalah besar ini akan menghancurkanku". Kamu telah membiarkannya menghancurkan dirimu. Tetapi jika kamu berkata: "Aku punya masalah besar nih. Tetapi Tuhanku lebih besar. Masalah besar ini akan membuatku menjadi lebih baik". Maka masalah itu menjadi kecil. Helfia Nil Chalis www.HelfiaNet.com www.HelfiaGoOnline.com
0 Comments
Leave a Reply. |
ISLAM
Cari artikel? Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini. Kebenaran Quran dan Ajaran IslamMenyampaikan bukti-bukti kebenaran Quran dan ajaran Islam melalui tulisan dan pengakuan ahli ilmu pengetahuan dunia yang diambil dari berbagai sumber.
Archives
July 2024
Categories
All
kirim pesan [email protected]
|