Seorang yang ikhlas, meyakini bahwa dirinya dan segala peristiwa yang dialaminya seluruhnya berasal dari Allah Swt. Bahkan daun yang gugurpun sesungguhnya terjadi atas kehendak Allah Swt. Laa haula wa laa quwwata illaa billaah. Dengan keyakinan ini dia merasakan segala sesuatu sebagai peristiwa yang bersumber dari Allah Swt. Diapun senantiasa berbaik-sangka kepada Allah. Sikap inilah yang membuat dirinya mampu untuk bersabar apabila menerima musibah atau peristiwa yang tidak diharapkannya.
Setiap orang bisa melatih sikap sabar dari peristiwa kecil yang sering ditemui dalam keseharian. Sebagai contoh dalam hal mengantri, atau saat tiba-tiba ada motor menyalipnya. Begitupun saat anaknya memecahkan gelas, padahal anak tersebut sedang berusaha untuk memberinya minum. Berikut ini saya ingin berbagi kisah nyata dari teman saya Tien Tresniati yang memberikan kita pelajaran berharga tentang bagaimana sikap sabar dan tidak menyalahkan orang lain itu menguntungkan. Berikut kisahnya seperti yang saya kutip langsung dari tulisannya di salah satu postingan saya. Saat itu saya masih berada di salon. Baru selesai perawatan tangan dan kaki (pedi-medi). Hujan turun deras sekali dan ternyata ada atap yang bocor, sehingga lantai tergenang air. Saya lihat beberapa pegawai mengepel lantai. Karena mau shalat ashar, saya harus naik ke lantai dua. Sebelum naik anak tangga, saya terpeleset dan jatuh. Ternyata masih ada genangan air di lantai yang tidak terlihat. Sakit?! Jangan ditanya deh, ditambah kaget juga. Pegawai salon panik melihat saya terjatuh dan mereka bergegas membantu saya berdiri. Celana panjang saya basah. Tetapi saat itu saya tidak marah atau kesal. Saya hanya bilang begini: "mbak, kain pelnya kurang banyak, jadi masih banyak air di mana-mana". Saat itu saya lihat, beberapa pegawai salon sedang duduk-duduk di anak tangga sambil ngobrol santai. Saya langsung ke atas dan shalat ashar. Setelah shalat, saya merenung, kenapa ya, kok saya tadi sampai terpeleset dan terjatuh?! Perasaan sih jalan sudah hati-hati. Apa karena saya suka pedi-medi menggunakan member card teman ?! Ceritanya, saya dan teman-teman di sekolah senang mencoba perawatan badan dan muka di beberapa salon. Kami menjadi member di salon yg berbeda. Member card yang saya punya untuk salon yang lain. Setelah merenung, mungkin jatuhnya saya sebagai teguran, maka saya niatkan untuk membuat member card di salon itu a/n saya sendiri. Pada saat saya mau membayar biaya pedi-medi, kasirnya langsung minta maaf atas kejadian tadi. Dia bilang kalo pinggang saya sakit, mereka akan me'massage'nya. Saya bilang: "Tidak usah, tidak apa-apa. Hanya tolong disiapkan lap yang banyak kalo hujan, karena airnya menggenang di mana-mana". Mereka juga tidak mau menerima bayaran saya setelah kejadian itu, walaupun saya sudah memaksa. Mereka bilang: "Ibukan sudah langganan disini. Kami sekali lagi minta maaf atas jatuhnya ibu". Waduh, malah saya yang jadi tidak enak. Akhirnya saya bilang: "Baiklah kalo tidak mau dibayar, tolong saja buatkan member card a/n saya sendiri, dan saya bayar untuk biaya member card nya". Akhirnya, saya punya member card sendiri, dan dapat free biaya pedi-medinya. Saya pun merasa tenang, karena tidak mengeluarkan energi dengan marah-marah atau menyalahkan salon atas insiden jatuhnya saya. Saat pulangpun mereka masih bilang: "Kalo besok ibu merasakan sakit bagian belakang, silahkan ke sini lagi, kami akan me'massage' ibu 'free'...". Helfia Nil Chalis, www.helfia.net, praktek dan moral islam
0 Comments
Leave a Reply. |
ISLAM
Cari artikel? Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini. Kebenaran Quran dan Ajaran IslamMenyampaikan bukti-bukti kebenaran Quran dan ajaran Islam melalui tulisan dan pengakuan ahli ilmu pengetahuan dunia yang diambil dari berbagai sumber.
Archives
July 2024
Categories
All
kirim pesan [email protected]
|