Orang Yahudi Khawatir
Mereka yang tidak suka itu adalah orang-orang Yahudi. Padahal, suasana damai di Madinah sejak Rasulullah ﷺ datang sangatlah menguntungkan perdagangan kaum Yahudi. Namun, orang-orang Yahudi tidak rela melihat kaum Muslimin bertambah sejahtera dan Islam semakin menguat. Dakwah Islam sulit sekali menembus kalangan Yahudi karena kaum Yahudi tidak mengakui adanya seorang nabi yang bukan dari bangsa mereka. Itulah ajaran mereka. Begitu pun, seandainya saja para pemimpin Yahudi sudah menghalangi dakwah Rasulullah ﷺ, tentu banyak umat mereka yang memeluk Islam. Di antara segelintir yang berislam itu adalah seorang rabbi (pendeta Yahudi) yang bernama Abdullah bin Salam. Setelah memeluk Islam, Abdullah bin Salam pun mengajak keluarganya untuk turut serta. Usahanya berhasil. Seluruh keluarga Abdullah bin Salam bersama-sama memeluk Islam. Namun, Abdullah bin Salam masih merahasiakan keislamannya kepada teman-teman Yahudinya. “Ya Rasulullah, saya khawatir kaumku akan menghinaku dan merendahkan aku jika mereka tahu aku masuk Islam,” demikian kata Abdullah kepada Rasulullah ﷺ, “sudikah kiranya Anda menanyakan tentang saya kepada kaum saya.” Rasulullah ﷺۢ pun mengabulkan permintaan itu. Beliau menanyakan kepada orang Yahudi mengenai pendapat mereka tentang Abdullah bin Salam. Ternyata orang-orang Yahudi berkata yang baik-baik tentang Abdullah bin Salam. “Dia pemimpin kami, pendeta kami, dan cendekiawan kami.” Mendengar hal itu, Abdullah bin Salam pun keluar menemui kaumnya dan berkata, “Aku telah memeluk Islam. Kalau kalian menganggapku sebagai pemimpin, pendeta, dan cendekiawan, kalian bisa memercayaiku bahwa sungguh agama yang dibawa Rasulullah adalah agama yang benar.” Namun, apa yang terjadi? Wajah orang-orang Yahudi pucat kehilangan darah karena begitu terkejut. Sesaat, tidak seorang pun yang bicara. Kemudian, bukannya berpikir jernih, mereka menanggapi Abdullah bin Salam dengan marah, “Kamu pasti sudah dihinggapi kegilaan dengan meninggalkan agama kita.” Setelah itu, kata-kata kotor dan tidak baik mulai mereka lontarkan. Abdullah bin Salam dicaci dengan berbagai fitnah dan diumpat dengan kata-kata yang amat kasar. Demikianlah, sejak saat itu, kaum Yahudi mulai bersepakat untuk menghancurkan Islam. Orang Yahudi Kecewa Sebelum Rasulullah ﷺ diutus, orang-orang Yahudi sudah mengetahui dari Taurat bahwa dalam waktu dekat akan ada seorang nabi yang diangkat Allah ﷻ. Namun, mereka menduga bahwa nabi itu akan lahir dari kalangan Yahudi. Mereka suka membanggakan diri terhadap orang-orang Arab, “Sesungguhnya hampir datang seorang nabi yang akan segera dibangkitkan. Kami akan mengikutinya dan membantunya memerangi kalian, sebagaimana dulu kami memerangi kaum ‘Ad dan ‘Iram.” Namun, justru ketika nabi yang diharapkan itu datang, mereka malah ingkar, tidak mau percaya, dan mendustakan segala apa yang telah mereka katakan dan mereka ketahui sendiri. Para pendeta Yahudi mengejek dan menggunakan segala tipu daya untuk menghalangi seruan Rasulullah ﷺ. Beberapa ketua Yahudi mendatangi Rasulullah ﷺ dan bertanya congkak, “Hai Muhammad! Allah yang telah menciptakan segenap makhluk, lalu siapa yang menciptakan Allah?” Mendengar pertanyaan sekeji itu, wajah Rasulullah ﷺ berubah karena menahan marah. Seketika, turunlah Malaikat Jibril menenangkan Rasulullah ﷺ seraya menyampaikan firman Allah ﷻ yang pernah diturunkan di Mekah untuk menjawab, قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ Katakanlah: Dialah Allah, Yang Maha Esa. Surah Al-Ikhlas (112:1) اللَّهُ الصَّمَدُ Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Surah Al-Ikhlas (112:2) لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, Surah Al-Ikhlas (112:3) وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia. Surah Al-Ikhlas (112:4) Sesudah Rasulullah ﷺ membaca ayat tersebut, para ketua Yahudi terdiam dan saling mengejek, ia berkata, “Muhammad, coba engkau sifatkan kepada kami, bagaimana Allah itu. Berapa hasta tinggi-Nya, bagaimana lengan-Nya, bagaimana….” Sudah tentu Rasulullah ﷺ menjadi sangat marah, lebih marah daripada yang pertama. Namun, Jibril kembali turun memadamkan rasa marah Rasulullah ﷺ sambil menyampaikan firman Allah ﷻ untuk menjawab pertanyaan lancang itu, وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ وَالْأَرْضُ جَمِيعًا قَبْضَتُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَالسَّمَاوَاتُ مَطْوِيَّاتٌ بِيَمِينِهِ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan. Surah Az-Zumar (39:67) Ajaran Yahudi tidak pernah menarik hati orang Arab karena orang Yahudi kurang mengajarkan nilai-nilai kesatriaan yang dijunjung tinggi orang Arab. Mereka juga sering menyembunyikan Taurat dan tidak mau mengajarkannya kepada orang lain. Bani Israil Dalam Al Qur’an, orang Yahudi disebut Bani Israil, artinya keturunan Israil. Israil adalah panggilan orang untuk Nabi Ya’qub. Nabi Ya’qub-lah yang menurunkan bangsa Yahudi. Bersambung
0 Comments
Leave a Reply. |
ISLAM
Cari artikel? Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini. Kebenaran Quran dan Ajaran IslamMenyampaikan bukti-bukti kebenaran Quran dan ajaran Islam melalui tulisan dan pengakuan ahli ilmu pengetahuan dunia yang diambil dari berbagai sumber.
Archives
July 2024
Categories
All
kirim pesan [email protected]
|