Kisah seorang hamba Allah yang berjuang membersihkan diri dari dosa yang terlanjur dibuatnya10/4/2019 Salah satu sifat Allah adalah Al Quddus yang artinya Maha Suci. Maka seorang hamba Allah yang ingin meneladani sifat Allah Al Quddus ini hendaklah berusaha dengan sungguh-sungguh dan sekuat-kuatnya membersihkan dirinya dari dosa. Sebuah kisah teladan mengenai seorang hamba Allah yang terlanjur membuat dosa yang layak diambil ibrahnya seperti dikutip dari sebuah buku karangan Ibnul Jauzi, "Air Mata Cinta Pembersih Doa," hal 104-5. Berikut kisahnya. Sewaktu tersesat dalam perjalanan, aku melihat sungai lalu menceburkan diri ke dalamnya. Tiba-tiba ada buah safarjal terbawa air. Aku mengambilnya untuk berbuka puasa. Setelah memakannya, aku menyesal. Dalam hati aku berkata, "Aku telah berbuka dengan sesuatu yang bukan milikku." Pagi harinya aku berjalan. Aku masuk ke kebun tempat keluarnya aliran sungai. Di sana aku bertemu dengan seorang tua. Aku berkata, "Wahai Syaikh, kemarin keluar buah safarjal dari kebunmu ini. Aku mengambil dan memakannya. Aku menyesal. Oleh karena itu, barangkali engkau sudi menghalalkannya untukku." Namun orangtua ini menjawab, "Aku hanya pekerja di kebun ini. Selama 40 tahun di sini, aku pun tidak pernah memakan buahnya secuil pun. Aku tidak memiliki apa-apa di kebun ini." "Kalau begitu, ini kebun siapa?" tanyaku. "Kebun ini milik dua orang bersaudara yang tinggal di daerah sana," ujarnya. Akupun pergi ke tempat yang dimaksud. Aku bertemu dengan salah seorang pemilik kebun. Aku bercerita tentang apa yang telah terjadi. Alhamdulillah, dia menghalalkannya untukku. "Setengah kebun ini milikku. Engkau halal memakannya," ujarnya ketika itu. "Lalu di mana aku bisa menemukan saudaramu?" tanyaku lagi. Maka, diapun menunjukkan suatu tempat kepada ku. Segera saja aku menemuinya dan menceritakan kepadanya apa yang terjadi. Dia bersumpah, "Demi Allah, buah itu tidak halal kecuali dengan satu syarat." Apa syaratnya?" tanyaku. Dia menjelaskan, "Aku akan menikahkanmu dengan putriku dan memberimu uang 100 dinar." "Ampun. Aku tidak bisa. Bukankah engkau tahu apa yang telah menimpaku karena buah itu? Halalkanlah dia untukku." "Tidak, demi Allah aku tidak akan menghalalkan, kecuali engkau mau melakukan syarat tersebut," tegasnya. Melihat keteguhan si pemilik kebun, sang hamba Allah akhirnya bersedia melakukan apa yang diminta. Orang itu kemudian memberinya 100 dinar dan berkata, "Berikanlah kepadaku berapapun besarnya dari uang itu sebagai mahar putriku." Dan, sang hamba Allah inipun menyerahkan semua uang itu sebagai mahar. "Jangan semuanya, ambillah sebagian!" ujarnya. Dia kemudian menikahkan anaknya dengan lelaki ini. Orang-orangpun ribut mencela apa yang dilakukan si pemilik kebun. "Sejumlah pejabat dan tokoh ternama telah melamar putrimu, tetapi tidak satupun yang engkau terima. Mengapa engkau menyerahkannya kepada lelaki miskin seperti dia?" keluh mereka. "Ketahuilah saudaraku, yang aku inginkan adalah sikap wara' dan ketaatan dalam beragama. Orang ini adalah hamba Allah yang saleh," ujarnya mantap. Dikutip dari Buku Asmaul Husna, Aa Gym, hal 39 - 41. Helfia Nil Chalis www.HelfiaNet.com www.HelfiaGoOnline.com
0 Comments
Leave a Reply. |
ISLAM
Cari artikel? Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini. Kebenaran Quran dan Ajaran IslamMenyampaikan bukti-bukti kebenaran Quran dan ajaran Islam melalui tulisan dan pengakuan ahli ilmu pengetahuan dunia yang diambil dari berbagai sumber.
Archives
July 2024
Categories
All
kirim pesan [email protected]
|