![]() Seorang hamba Allah bercerita: Ketika itu aku tinggal di samping kota Mekkah, sebuah kota yang semoga selalu dalam penjagaan Allah Ta'ala. Suatu hari aku sangat lapar, sementara aku tidak mendapatkan makanan yang dapat mengganjal rasa laparku. Tanpa aku duga aku menemukan sebuah bungkusan berbalut kain sutera diikat kaos kaki dari kain sutra juga. Tanpa pikir panjang bungkusan itu aku bawa pulang. Ternyata bungkusan itu berisi seuntai kalung mutiara yang seumur hidup belum pernah aku melihatnya. Setelah itu aku keluar rumah. Aku mendengar seorang kakek sedang mencari sebuah bungkusan yang hilang. Dia menjanjikan hadiah sebesar 500 dinar. Kakek itu berkata, "Barangsiapa menemukan bungkusan berisi kalung mutiara, uang 500 dinar ini akan aku berikan sebagai imbalan kepada penemunya". Aku berkata kepada diriku sendiri, "Aku sangat butuh, aku sangat lapar, aku bisa mengambil kalung ini dan memanfaatkannya. Tetapi aku akan mengembalikannya". Aku berkata kepada kakek itu, "Marilah kita ke rumahku". Aku pun membawanya ke rumahku. Setibanya di rumah, sang kakek menyebutkan ciri-ciri bungkusan yang hilang, diikat kaos kaki, jenis mutiara, jumlah dan benang yang digunakan untuk mengikat mutiara itu". Kemudian aku serahkan bungkusan tadi kepada kakek tersebut. Dia pun memberikan kepadaku 500 dinar sebagai imbalan. Namun, aku menolak. Aku hanya berkata, "Sudah menjadi kewajibanku unutk mengembalikan temuan ini kepada pemiliknya dengan tanpa mengambil upah". Sang kakek berkata, "Kamu harus menerima uang ini". Dia terus memaksaku untuk mengambil upah tersebut. Aku tidak mau menerimanya sehingga dia pun pergi meninggalkanku. Adapun cerita mengenai diriku selanjutnya bahwasanya aku menginggalkan Mekkah dengan menumpang sebuah perahu. Tanpa aku duga perahu tersebut oleng. Orang-orang pun bercerai-berai berkut seluruh hartanya. Namun, aku selamat dari musibah ini berpegangan salah satu papan perahu tersebut. Beberapa hari aku berada di tengah lautan tanpa arah. Tiba-tiba aku terdampar di sebuah pulau yang berpenduduk. Aku menuju masjid untuk membaca Al Qur'an. Di kampung itu tidak ada seorang pun yang bisa membaca Al Qur'an. Kemudian mereka mendatangiku untuk meminta mengajari mereka membaca Al Qur'an. Dari taklimku ini aku bisa mengumpulkan sejumlah uang. Suatu hari, aku menemukan beberapa lembar Al Qur'an di dalam mesjid. Lembaran itu aku pungut. Orang-orangpun bertanya, "Apakah kamu bisa menulis?". Aku jawab, "Ya". Kemudian mereka memintaku untuk mengajari tulis menulis termasuk pada anak-anak dan remaja mereka. Sejak itu, aku mengajari mereka, aku pun bisa mengumpulkan sejumlah uang. Suatu hari manyarakat kampung ini berkata kepadaku, "Kami mempunyai seorang gadis yatim sangat kaya, bagaimana jika kamu menyuntingnya?" Aku menolak tawaran mereka. Mereka tetap memaksaku untuk menikahi gadis itu. Akhirnya aku terima tawaran mereka. Setelah diadakan walimah dan istriku ada dihadapanku, aku mendapati kalung yang dulu pernah kulihat melingkar di lehernya. Mataku tidak berkedip melihat kalung tersebut. Orang-orang melihatku mengajukan protes, "Wahai ustadz, engkau telah menghancurkan hati gadis yatim ini, sebab engkau hanya menatap kalungnya bukan wajahnya!". Lalu akupun menceritakan kisah kalung tersebut. Orang yang hadir kemudian meneriakkan tahlil dan takbir sehingga terdengar oleh seluruh penduduk pulau tersebut. Aku menanyakan kepada mereka, "Ada apa?" Mereka menjawab, "Kakek yang mengambil kalung darimu itu adalah ayah gadis ini. Kala itu kakek tersebut berkata, "Seumur hidupku, aku tidak pernah bertemu dengan seorang pemuda Muslim yang baik seperti dia!". Sang kakek hanya mampu memanjatkan doa, "Ya Allah, pertemukanlah aku dengan pemuda itu agar aku dapat menikahkannya dengan anak gadisku". Sekarang doa itu telah dikabulkan Allah. Selanjutnya, aku tinggal bersama istriku beberapa tahun. Aku dikaruniai dua anak laki-laki. Istriku kemudian meninggal dunia. Dia mewariskan kalung tersebut untukku dan untuk kedua anakku. Tanpa aku duga, dua anak laki-lakiku pun meninggal dunia. Maka tinggallah aku sebatang kara dan menjadi pemilik kalung istriku. Kemudian kalung itu aku jual dengan harga 100 ribu dinar. Hartaku yang bisa kalian lihat sekarang ini adalah sisa-sisa harta itu". Dikutip dari Dzail Thabaqatul Hanafiah, 1 - 196 dalam 99 Kisah Orang Saleh, Muhammad bin Hamid Abdul Wahab, Darul Haq, 2011 M. Saudaraku, siapakah lelaki saleh dalam kisah ini? Lelaki yang telah menjadikan kejujuran dan peneladanan terhadap Al Mu'min sebagai bagian dari darah dan dagingnya? Dialah Imam Al Bazzar. Nama lengkapnya Al Qadhi Muhammad bin Abdul Baqi' Al Anshari Al Bazzar, seorang ulama hadis terkemuka. Beliau dikenal juga dengan julukan Qadhi Al Marastan. Beliau meninggal pada 535 Hijriyah. Helfia Nil Chalis www.HelfiaNet.com www.HelfiaGoOnline.com
0 Comments
Leave a Reply. |
ISLAM
Cari artikel? Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini. Kebenaran Quran dan Ajaran IslamMenyampaikan bukti-bukti kebenaran Quran dan ajaran Islam melalui tulisan dan pengakuan ahli ilmu pengetahuan dunia yang diambil dari berbagai sumber.
Archives
July 2024
Categories
All
![]() kirim pesan [email protected]
|