Saat pengemban dakwah meyakini wajibnya menegakkan hukum Allah SWT, wajibnya menerapkan hukum Al Qur'an dan as Sunnah, wajibnya menegakkan institusi Khilafah sebagai metode untuk menerapkan hukum Al Qur'an dan as Sunnah. Lalu, para penentang Khilafah bermunculan dari lumpur, seolah menjadi air jernih yang berasal dari mata air pegunungan, kemudian dengan bangganya mempersoalkan Khilafah, dan dengan sombongnya mendakwa, mana dalil Kewajiban Khilafah ?
Padahal, pada saat yang bersamaan mereka tidak mempersoalkan sistem Demokrasi, yang bahkan bukan tak ada dalam Al Qur'an dan as Sunnah, secara istilah pun bukanlah berasal dari khasanah intelektual dan pemikiran Islam. Ketika ditanya, apa atau mana dalilnya membolehkan Demokrasi ? Bukan wajib, dalil bolehnya demokrasi saja. Mana ? Mereka, kemudian sibuk menjustifikasi Demokrasi dengan menyatakan Syuro' itu islami. Syuro' itu ajaran Islam, sehingga Demokrasi itu substansinya sama dengan Syuro' dan Syuro' (Musyawarah) itu ajaran Islam. Apa yang ditanya, apa pula yang dijawab. Ditanyakan, apa dalil kemubahan demokrasi, dijawab dengan anjuran Syuro' dalam Islam. Tidak nyambung, kalaupun disambungkan terlihat kaidah 'GATUK MATUK' saja. Atau ilmu nya dengan kaidah COCOKMOLOGI. Ketika dijelaskan, substansi Demokrasi itu pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat. Demokrasi, meletakkan kedaulatan atau wewenang halal dan haram, perintah dan larangan berdasarkan kedaulatan rakyat. Substansi demokrasi, adalah menjadikan hukum rakyat (hawa nafsu) sebagai sumber norma untuk mengatur kehidupan masyarakat, dan hal ini bertentangan dengan Islam, barulah para penentang Khilafah, para pentaklid demokrasi terdiam. Demokrasi bukanlah ajaran Rasulullah Saw, tidak pula dibawa atau diadakan oleh para sahabat setelah beliau. Demokrasi berasal dari Yunani, tak ada kaitannya dengan Islam, bahkan bertentangan dengan Islam. Demokrasi, tak memiliki rujukan dalil baik dari Al Qur'an, as Sunnah, ijma' sahabat, qiyas atau minimal dari Subhatud Dalil. Meskipun Demokrasi lebih dahulu ada sebelum datangnya Rasulullah Saw, Nabi tidak pernah mengadopsi Demokrasi dan hanya menerapkan Wahyu yang datang dari Allah SWT. Begitu pula para sahabat sesudah beliau, mereka semuanya menerapkan Islam, menerapkan Wahyu Allah SWT, menerapkan hukum Al Qur'an dan as Sunnah, bukan Demokrasi. Demokrasi adalah eksport Amerika yang paling mematikan. Berdalih memasarkan demokrasi, kebebasan HAM, liberalisme, sekulerisme, Amerika menjajah negeri kaum muslimin. Berdalih Demokrasi, Amerika melakukan sejumlah pembantaian terhadap kaum muslimin. Demokrasi, adalah alat yang paling mematikan untuk memecah belah kaum muslimin. Tak ada yang bisa diambil dari demokrasi, selain keburukan yang menimpa kaum muslimin. Dahulu, saat Rasulullah Saw memimpin dan para Khalifah setelah beliau, tidak pernah menerapkan demokrasi. Mereka konsisten mengikutinya Rasulullah Saw, dengan mendirikan Sistem Khilafah. Para pemimpin setelah Rasulullah Saw, disebut Khalifah. Bukan seorang Presiden yang memimpin sistem politik Republik demokrasi. Jadi, tak ada hubungannya antara Islam dengan Demokrasi. Karena itu, tak perlu bertanya tentang dalil Khilafah. Dalami saja, adakah dalil Demokrasi ? Apakah, ada perintah memperjuangkan Demokrasi ? Adakah, pahala memperjuangkan demokrasi ? Apakah, ada jaminan Surga dan dikumpulkan bersama Rasulullah Saw saat habis habisan membela Demokrasi ? Ini sekedar bertanya, tak perlu dijawab. Karena, jawaban terkait hal ini tidak dibutuhkan. Tulisan ini, hanya untuk diambil hikmahnya bagi setiap akal yang diberi petunjuk untuk mengambil jalan kebenaran, mengambil jalan Islam. Oleh Ahmad Khozinudin Sastrawan Politik
0 Comments
Leave a Reply. |
ISLAM
Cari artikel? Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini. Kebenaran Quran dan Ajaran IslamMenyampaikan bukti-bukti kebenaran Quran dan ajaran Islam melalui tulisan dan pengakuan ahli ilmu pengetahuan dunia yang diambil dari berbagai sumber.
Archives
July 2024
Categories
All
kirim pesan [email protected]
|