Bismillaahirrohmaanirrohiim
Cirebon, 27 Juni 2021 Kepada Yth, Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. K.H. Haedar Nashir, M.Si. di Tempat Assalaamu’alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh. Semoga kita semua diberikan kesehatan selalu oleh Allooh SWT. Aamiin Ya Robbal ‘Aalamiin Saya membaca artikel di website resmi muhammadiyah.or.id pada tanggal 24 Juni 2021, bahwa anda mengatakan semua yang menolak COVID-19 baik keganasannya maupun vaksinasinya adalah orang-orang yang termasuk berkeyakinan pseudo-ilmiah dan spekulatif. Bapak Haedar Nashir yang terhormat. Pada perenungan saya, anda berani mengatakan demikian karena para dokter baik Indonesia maupun dunia mengatakan bahwa COVID-19 adalah penyakit yang ganas dan mematikan serta perlu vaksinasi untuk memberikan kekebalan masyarakat pada penyakit tersebut. Kenapa para dokter sedunia mengatakan demikian? Karena WHO mengatakan demikian. Dan mereka para dokter percaya akan kebenaran WHO tersebut. Bapak Haedar Nashir yang terhormat. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan saya maka saya katakan pada anda, bahwa budaya untuk menolak apa yang dikatakan WHO tidak ada pada diri para dokter sedunia. Di lain pihak, alhamdulillah saya tidak mempunyai budaya seperti itu. Sejak kecil kedua orang tua saya telah mengajarkan untuk berani menolak atau mendiskusikan sesuatu yang dianggap benar dari mana pun datangnya. Karena itu 9 tahun yang lalu saya pernah menolak keinginan WHO dan para pakar DBD Indonesia untuk mengadakan vaksinasi DBD pada masyarakat Indonesia. Alhamdulillah surat saya pada Presiden SBY saat itu di terima dengan baik. Beliau memfasilitasi saya untuk berdebat dengan para pakar DBD Indonesia di Depkes pusat (Nomor Surat: B-059/Kemsetneg/D-3/Ormas-LSM/SR.03/2012). Dan hasilnya adalah gagalnya vaksinasi DBD untuk dilakukan pada seluruh rakyat Indonesia. Begitupun pada waktu dunia ini heboh dengan Virus Zika. Saya menolak untuk dilakukan vaksinasi untuk memberikan kekebalan terhadap virus Zika. Saya mengirimkan surat tolakan itu pada PBB, WHO dan Presiden SBY (http://dhf-revolutionafankelijkheid.net/category/artikel-45-zika-virus-the-fake-ghost/) . Padahal waktu itu semua dokter sedunia telah setuju untuk dilakukan Vaksinasi Zika pada masyarakat dunia. Hal lain yang saya lakukan dalam menolak keinginan WHO adalah tulisan saya tentang LGBT. Artikel saya dengan judul LGBT No Way menduduki rangking 2 dari 164.000.000 (Seratus Enam Puluh Empat Juta) pencarian dengan judul LGBT NO WAY (https://www.scribd.com/presentation/ 338611314/LGBT-NO-WAY). Saya pun meminta pada universitas kedokteran sedunia untuk mengajarkan para mahasiswanya bahwa bunyi jantung kita bukanlah Lup-Dub, tetapi Alloo-Hu. Dan tulisan itu menempati rangking ke 3 dari 3.920.000 pencairan dengan judul Onomatopoeia Of The Heart. Tulisan tersebut dapat di baca pada situs: http://dhf-revolutionafankelijkheid.net/category/intermezzo-what-is-onomatopoeia-of-our-heart-beat-sounds-like/. Bapak Haedar Nashir yang terhormat. Kesimpulan dari apa yang saya tuliskan di atas, bahwa WHO yang di ikuti oleh para dokter sedunia itu bukanlah sumber kebenaran yang harus di ikuti oleh para dokter sedunia. Begitu pula pada masalah COVID-19. Hasil belajar saya menunjukkan bahwa COVID-19 hanyalah setingkat flu like syndrome. Dan tidak perlu vaksinasi untuk penyakit seperti itu. Bahkan vaksinasi COVID-19 dapat berbahaya bagi umat manusia. Tidak ada yang perlu di takuti dari mutasi virus SARS COV 2 Wuhan. Apapun variannya. Apakah saya termasuk orang dengan keyakinan pseudo-ilmiah dan spekulatif? Telah banyak artikel yang saya kirimkan pada organisasi kedokteran dan juga pada organisasi kemasyarakatan seperti Muhammadiyah tentang pandangan saya dalam masalah COVID-19. Tapi tidak ada seorangpun yang mengundang saya untuk mendiskusikan bagaimanakah sebenarnya COVID-19 itu. Karena itu saya menulis surat pada Presiden Jokowi supaya di fasilitasi untuk berdiskusi dengan pakar COVID-19 Indonesia pada tanggal 25 April 2021 (http://renungan-tmudwal.com/badai-sicokin-covid-19-biarkan-mereka-mudik/). Surat yang saya tembuskan juga pada organisasi anda. Sayangnya sampai sekarang Presiden Jokowi tidak memfasilitasi saya untuk mengadakan diskusi terbuka dengan para pakar COVID-19 itu. Betapapun saya mengatakan pada beliau bahwa seyogyanya bila Jokowi adalah seorang intelektual maka dia akan memfasilitasi saya, seperti apa yang telah dilakukan oleh Presiden SBY tempo hari. Tulisan terakhir saya tentang COVID-19 adalah Kerumunan Sungai Gangga, Nilai CT RT-PCR dan Mutasi Virus SARS COV 2 (Out of Box Thinking) (http://renungan-tmudwal.com/kerumunan-sungai-gangga-nilai-ct-rt-pcr-dan-mutasi-virus-sars-cov-2-out-of-box-thinking/) pada tanggal 6 Juni 2021. Tulisan yang saya kirimkan juga pada organisasi anda. Saya telah memprediksi bahwa para penggembala COVID-19 dunia akan membuat heboh Indonesia seperti India. Saya berharap pemerintah dan rakyat Indonesia dapat melawan keinginan para penggembala COVID-19 dunia itu dengan berdasarkan tulisan saya. Ternyata tetap saja keinginan para penggembala COVID-19 itu tidak dapat di lawan Bahkan diterima oleh para intelektual Indonesia termasuk anda. Bapak Haedar Nashir yang terhormat. Bila memang anda seorang intelektual, maka dengan kekuasaan yang ada pada anda, bukanlah suatu kesulitan bagi orgnasisasi Muhammadiyah untuk dapat mempertemukan saya dengan para pakar COVID-19 dari organisasi Muhammadiyah. Untuk dapat mendiskusikan COVID-19 ini. Supaya kita tahu siapa yang pseudo-ilmiah dan siapa yang taklid buta terhadap keinginan WHO. Demikianlah surat saya. Semoga Allooh SWT menunjukkan pada kita semua, mana yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Dalam surat ini pun saya lampirkan surat teguran saya pada Bupati Kudus dan Bangkalan untuk menjadi pelajaran bagi anda dan para elit Indonesia. Pada hemat saya, karena pentingnya surat ini, maka saya tembuskan juga kepada para elite Indonesia, Ulama, Organisasi Keagamaan, Kesehatan, Kemasyarakatan dsb. اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا، وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ. ،وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً، وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ Allahumma arinal haqqa haqqa warzuqnattiba’ah, wa arinal bathila bathila warzuqnajtinaabah ‘’Ya Allooh, tampakkanlah kepadaku kebenaran sebagai kebenaran dan berikanlah rezeki pada kami sehingga kami kuat untuk mengikutinya serta tampakkanlah kepada kami kesalahan itu sebagai kesalahan dan berikanlah rezeki kepada kami sehingga kami kuat untuk menjauh darinya.’‘ (HR Imam Ahmad). Aamiin ya robbal ‘aalamiin. Wassalaamu’alaikum Warohmatulloohi Wabarokaatuh dr. Taufiq Muhibbuddin Waly, Sp. PD.
0 Comments
Leave a Reply. |
ISLAM
Cari artikel? Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini. Kebenaran Quran dan Ajaran IslamMenyampaikan bukti-bukti kebenaran Quran dan ajaran Islam melalui tulisan dan pengakuan ahli ilmu pengetahuan dunia yang diambil dari berbagai sumber.
Archives
July 2024
Categories
All
kirim pesan [email protected]
|