Disadur dari ceramah Ustd. Khatibul Imam, Mesjid Raya Bintaro Jaya, Subuh 4 Juni 2019. Penulis: Helfia Nil Chalis Kita sering mendengar hadist Rasulullah yang mengabarkan kepada umat muslim bahwa melalui ibadah puasa Ramadhan sesungguhnya Allah ingin mengembalikan kita kepada fitrahnya. Pertanyaannya apakah fitrah manusia itu? Untuk menjawab pertanyaan ini mari kita renungkan perjalanan hidup kita sebagai seorang manusia berdasarkan isyarat Al Qur’an yang disampaikan Allah melalui Rasulullah, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassalam. Al Qur’an mengatakan dalam Surah Al A’raf ayat 172: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?”. Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”.” Al A’raf Ayat 173: “atau agar kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?”. Dapat disimpulkan dari kedua ayat tersebut bahwa fitrah manusia adalah ketika jiwa kita yg dalam bahwa Al Quran disebut dengan Nafs dikeluarkan Allah dari sulbi ayah kita. Fitrah jiwa kita atau Nafs ini adalah mengakui keesaan Tuhan, yaitu Allah. Selanjutnya bagaimana Nafs kita ini menjadi tersesat sehingga tidak lagi mengesakan Tuhan bahkan menganggap yang selain Allah sebagai tuhannya? Mari kita lanjutkan kisah perjalanan Nafs ini. Nafs kita yang dikeluarkan Allah dari sulbi ayah kita kemudian melakukan perjalanan ke dalam rahim ibu kita dan bertemu dengan sel telur yang terus berkembang. Mari kita lihat rujukan Al Qur’an tentang hal ini. Al Qur’an Surah Al Mu’minun Ayat 14: “Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” Ketika Nafs kita mulai dibungkus dengan jasad itulah fitrah kita mulai merasakan sebuah kenikmatan yang membuatnya mulai lupa dengan fitrahnya. Nafs dalam bentuk jasad seorang jabang bayi menikmati semua kebutuhannya tersedia tanpa harus melakukan upaya apa-apa. Nutrisinya diperoleh melalui tali pusar yang sudah disambungkan Allah ke perut janin kita. Suhunya selalu pas. Tidak terlalu panas dan tidak juga kedinginan. Kemudian Allah meniupkan ruh Nya ke dalam tubuh kita. Pada saat ini maka Nafs kita sudah memiliki jasad (Hawa) dan ruh. Menurut beberapa tafsir diperkirakan ini terjadi ketika usia janin 3 – 4 bulan di dalam kandungan. Mari kita simak rujukan di dalam Al Qur’an mengenai hal ini. Al Qur’an Surah As Sajdah (32) Ayat 9: “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan) Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.” Di dalam Surah Asy Syams (91) Ayat 8, Allah berfirman: “ maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.” Hawa memiliki kecenderungan kepada jalan kefasikan. Sebagai penyeimbangnya, Allah meniupkan ruh yang memiliki kecenderungan kepada jalan ketakwaan. Kedua kecenderungan inilah yang dikelola oleh Nafs kita sepanjang hayat. Selama di dalam rahim ibu sesungguhnya kita mengkonsumsi darah haid ibu kita, tetapi ketika itu kita merasa sangat nikmat. Berbeda dengan sekarang jika kita membayangkan kembali apa yang kita konsumsi kala itu. Di dalam rahim ibu, sebenarnya kita sudah merasa sangat nyaman. Kita tidak ingin keluar dari alam rahim ini. Tetapi Allah berkehendak lain. Kita dipaksa untuk lahir ke dunia. Ibu kita mendorong kita dengan sekuat tenaganya dan dibantu oleh para bidan. Jika tidak bisa dilakukan operasi Caesar. Maka tidak heran setiap bayi lahir ke dunia pasti menangis. Mereka merasa terganggu kenikmatannya. Tetapi para bidan justru memutuskan tali pusar kita yang selama ini menjadi sumber kenikmatan kita selama di dalam rahim ibu kita. Apakah Allah hendak mencabut nikmat yang telah diberikannya kepada kita yang masih bayi ketika itu? Sama sekali tidak. Allah sudah menyiapkan dua nikmat yang jauh lebih besar dan lezat yaitu melalui air susu ibu kita. Air susu ibu kita selalu pas ukuran rasa dan kehangatannya. Kita menikmati air susu ibu sampai usia 6 bulan – 2 tahun. Ketika ibu kita hendak menyapih kita dari air susu ibu, banyak dari kita yang menolak dan ingin tetap menyusu. Apakah ibu kita hendak memutuskan nikmat yang diberikannya kepada kita melalui air susunya? Ternyata tidak. Allah melalui ibu kita telah menyiapkan nikmat rejeki yang hampir tak berbatas. Segala macam makanan bisa kita nikmati sesudah lepas dari menyusu ASI. Dalam perjalanan inilah Nafs kita semakin kuat ditarik oleh kebutuhan Hawa dan mengabaikan kebutuhan Ruh kita. Maka sekarang kita bisa memahami mengapa Rasulullah mengatakan bahwa puasa Ramadhan dapat mengembalikan kita kepada fitrah. Ternyata selama puasa Ramadhan kita mengekang kebutuhan Hawa untuk makan, minum dan berbuat kefasikan. Selama ini pula Ruh kita bisa mengajak Nafs kita untuk kembali ke jalan ketakwaan, yaitu mengesakan Allah. Subhaanallah. Selanjutnya Allah menyempurnakan nikmat-nikmat Nya kepada kita selama di dunia ketika kita menikah, berkeluarga dan punya anak. Pada saatnya Allah pun mencabut kembali kenikmatan-kenikmatan itu satu demi satu. Bukankah kita yang tadinya bisa menikmati makan ini dan itu tetapi setelah mencapai usia tertentu dilarang dokter karena makanan itu bisa berakibat buruk pada kesehatan kita? Gigi yang semula utuh mulai ada yang patah atau copot. Kulit yang mulus mulai keriput. Mengapa Allah mencabut kembali nikmat-nikmat yang telah dianugerahkan Nya kepada kita? Allah hendak menyiapkan kita untuk menerima kenikmatan yang jauh lebih besar, luar biasa dan kekal sifatnya yaitu alam akhirat. Di alam akhirat Nafs kita kembali muda selamanya. Di sanalah kita menerima nikmat yang sesungguhnya. Ketika saatnya tiba, jasad kita (Hawa) mengeluarkan Ruh kita tetapi diantara kita banyak yang Nafs nya tidak siap dan berusaha mempertahankan Ruh nya. Malaikat Izrail kemudian akan memaksa Nafs untuk melepaskan Ruh kita (ibaratnya operasi Caesar). Kebanyakan manusia sudah merasa nyaman hidup di dunia atau tidak mempersiapkan dirinya untuk hidup di alam akhirat. Mereka inilah yang akan mengalami kesulitan dan sangat menderita saat sakratul maut. Ketika Ruh meninggalkan Nafs maka Nafs juga meninggalkan Hawa (jasad) menuju alam barzah. Ibarat orang yang bepergian ke luar negeri, di alam barzah mereka akan ditanya oleh Malaikat tentang kelayakannya untuk tinggal di alam barzah. Bagi mereka yang lulus dipersilahkan masuk ke alam barzah dan memperoleh berbagai kenikmatan yang sangat luar biasa bandingannya dengan kenikmatan yang pernah ia rasakan di dunia. Bagi mereka kenikmatan dunia ini ibarat memakan bangkai saja dibandingkan dengan kenikmatan di alam sana. Bagaimana dengan mereka yang tidak lulus sensor Malaikat? Mereka harus menunggu sampai hari kiamat tiba. Mereka ini jika memiliki anak-anak soleh yang terus mendoakannya di dunia atau jika mereka memiliki amal jariyah mungkin akhirnya akan bisa masuk ke alam barzah dan mendapatkan kenikmatan alam barzah sampai hari kiamat. Setiap orang yang masuk alam barzah disambut oleh keluarganya dengan suka cita sambil menanyakan kabar kerabat dan kenalan mereka di dunia. Perjalanan selanjutnya akan terjadi sesudah kiamat. Saat inilah semua manusia dikumpulkan di Padang Mahsyar untuk menerima kitab amalnya dan diadili untuk menentukan tempat tinggalnya yang abadi apakah di Surga atau di Neraka. Wallahualam bissawab. Tangerang Selatan, 4 Juni 2019.
0 Comments
Leave a Reply. |
ISLAM
Cari artikel? Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini. Kebenaran Quran dan Ajaran IslamMenyampaikan bukti-bukti kebenaran Quran dan ajaran Islam melalui tulisan dan pengakuan ahli ilmu pengetahuan dunia yang diambil dari berbagai sumber.
Archives
July 2024
Categories
All
kirim pesan [email protected]
|