Berita menggelegar kita terima saat menjelang hari terakhir Ramadhan, 11 Mei 2021 tahun ini. Kepergian Ustadz Tengku Zulkarnain mengingatkan kita betapa dekatnya kita dengan saat-saat keberangkatan kita. Beliau telah memberikan keteladaan kepada kita tentang bagaimana mengisi hidup ini dengan istiqomah dalam berjuang di jalan Allah. Berbagai perasaan muncul di dalam dada, kiranya tulisan Elva Tazar berikut ini bisa mewakili beberapa dari perasaan kita atas wafatnya guru kita Ustadz Tengku Zulkarnain.
By Elva Tazar Kematian adalah keniscayaan, tak satu pun manusia bisa lari dari kematian, tak bisa mundur sedetik pun karena kematian adalah ketetapan takdir manusia ketika masih usia 4 bulan di rahim ibu. Namun kabar wafatnya idolaku Buya Tengku Zulkarnain usai azan magrib di kota Pekanbaru Riau. Di bulan mulia Romadhan yang ke 28, tak pelak membuat aku terduduk lemas. Setengah jam sebelum wafatnya ust Zul aku masih komunikasi lewat wa dengan sepupunya yang berada di Pekanbaru yang mengabarkan kondisi terkini ust yang sudah dipasang ventilator. Ya Allah... Belum selesai buka puasa, aku dapat berita yang mengabarkan ust Zul wafat. Innalilahi wa inailahi rojiun. Sungguh berita ini membuat aku sangat berduka. Tak berlebihan jika aku mengatakan sebagian besar ummat Islam pasti akan sangat kehilangan sosok ulama yang cerdas, hafiz al Qur an, pejuang dan pembela agama.Tak hanya itu wakil Sekjen MUI periode 2015- 2020 ini juga mantan penyanyi dikala mudanya sederet prestasi antara lain juara bintang Radio pernah ia raih. Namun ketika ust Zul muda mulai aktif berdakwah beliau tak lagi main musik. Gitar kesayangannya pun tak pernah lagi ia sentuh. Namun suaranya yang merdu sering beliau senandungkan disela sela tausiyahnya. Ceramahnya yang penuh humor namun tetap berani mengkritik dengan logat melayu membuat kita yang mendengar jadi ngeri ngeri sedap. Buya Tengku banyak orang memanggilnya atau Bang Zul, ternyata sosok yang sangat santun bila bertemu ulama yang lebih senior, Ust Zul tak sungkan mencium tangan ulama itu. Sosok sederhana dan rendah hati walaupun bagi sebagian orang menilai sebaliknya, tapi itu sah sah saja namanya manusia pasti punya penilaian yang berbeda sesuai konsep pemikirannya masing masing. Ust Zul memang bukan ust yang suka pencitraan dia tampil apa adanya bukan sosok yang suka cari muka demi jabatan dan harta. Bagiku Ust Zul sosok ulama yang punya prinsip tujuannya hanya mencari ridho Allah. Ulama yang berani mengatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah. Ust Zul benar benar telah "menjual" hidupnya untuk agama. Waktunya sebagian besar untuk dakwah maka menjelang wafatnya ust Zul sedang menjalankan safari dakwah keliling Pekanbaru. Sering beliau berdakwah sampai ke pelosok dengan menggunakan perahu. Itulah resiko Ulama sejati kadang lupa bahwa tubuhnya pun butuh istirahat sehingga kelelahan maka virus covit dengan ganasnya menyerang. Ini tentu saja teori manusia namun berpedoman pada al Qur an setiap manusia pasti akan menemui kematian. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman: "Katakanlah, "Sesungguhnya kematian yang kamu lari dari padanya, ia pasti menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan."" (QS. Al-Jumu'ah 62: Ayat 8). Tak satupun manusia bisa lari dari kematian jika sudah waktunya. Buya yang konsisten berpakaian putih ini seakan sudah siap kapan saja Allah memanggilnya karena pakaian terakhirnya pun kafan putih untuk membungkus jasadnya menuju alam barzah. Kini ulama idolaku telah tiada namun tausiyahnya yang rutin aku saksikan di youtube telah membuat imanku semakin mantap bahwa hanya Allah tujuan hidup ini. Sebagai penulis aku bersyukur karyaku "Novel Amak" pernah diapresiasi oleh Ust Tengku Zulkarnain. Terimakasih Ust Zul. Kini ust Zul telah menjemput takdirnya. Allah lebih mencintai Ust Zul yang semasa hidup selalu membela dan menolong agamaNya. Maka Allah panggil ia di saat istimewa. Penghujung Romadhan usai azan Magrib. Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Robmu dengan ridho dan diridhoi. Masuklah dalam golongan hamba hambaKu. Masuklah ke SurgaKu..(al Fajr ayat 27 -30). Selamat jalan Guru Kami, Ulama Kami.. Buya Tengku Zulkarnain.. Sidoarjo, 10 Mei 21 (28 Romadhan 1442H) Penulis Novel Amak Ig@elvatazar
0 Comments
Leave a Reply. |
ISLAM
Cari artikel? Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini. Kebenaran Quran dan Ajaran IslamMenyampaikan bukti-bukti kebenaran Quran dan ajaran Islam melalui tulisan dan pengakuan ahli ilmu pengetahuan dunia yang diambil dari berbagai sumber.
Archives
July 2024
Categories
All
![]() kirim pesan [email protected]
|