Oleh : Sholihin MS (Pemerhati Sosial dan Politik)
Membaca tulisan Prof Denny Indrayana, salah seorang Ahli Hukum Tata Negara, tentang bocoran remang-remang yang katanya dari ring 1 MK, tapi isinya hanya opsi-opsi. Ada 4 opsi yang dikemukakan, tapi sepertinya itu hanya penggiringan opini yang bisa jadi menyesatkan. Info itu sangat normatif dan seolah-olah hakim-hakim MK sudah menyerah kepada intervensi rezim Jokowi kecil kemungkinan bakal terjadi terobosan. Menurut hemat penulis, abaikan opini itu karena bisa menyesatkan rakyat. Jika itu pun terjadi, pasti Allah akan bukakan jalur lain. Jika hakim-hakim MK yang notabene sebagai wakil Tuhan di dunia, tapi dalam memutuskan perkara mengabaikan amanat Tuhan dan kepentingan rakyat, pasti Allah akan berikan jalan lain sebagai solusi. Biarlah hakim-hakim pengkhianat itu Allah sendiri yang bakal menghukumnya. Berdasarkan telaah jalur langit (jalur sunatullah dan qidratullah), justru Anieslah yang berhak menjadi Presiden RI Ke-8. Paling tidak ada 10 dalilussamaa-i (petunjuk langit) tentang siapa yang berhak menjadi Presiden RI ke-8. Ada 5 petunjuk secara dalil teori dan 5 dalil fakta : 5 petunjuk berupa dalil teori: Pertama, Tahun 2024 adalah tahun perubahan (tajdiid) Bukan sekedar terjadi di Indonesia, tapi di dunia. Tahun 2024 orang kafir berbondong-bondong masuk Islam, Palestina dan Masjidil Aqsha bakal kembali ke umat Islam, dan Indonesia akan dipimpin oleh seorang yang lurus. Kedua, Jika kedzaliman sudah melampaui batas, maka Allah sendiri yang akan menyelesaikannya. "Katakanlah : Allahlah yang memberikan kerajaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan mencabutnya dari siapa yang dikehendaki-Nya_(Q.s. Ali Imran : 26) Ketiga, Jika Allah telah menolong orang beriman, maka tidak akan ada yang mampu mengalahkannya. Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada yang bisa mengalahkanmu. (Qs. Ali Imran :160) Keempat, Pertolongan Allah di perang Badar dengan menurunkan pasukan Malaikat bisa terjadi tahun 2024, baik di Palestina maupun di Indonesia. (Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut. Dan Allah tidak menjadikannya (mengirim bala bantuan itu), melainkan sebagai kabar gembira dan agar hatimu menjadi tenteram karenanya. Dan kemenangan itu hanyalah dari sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Al-Anfal ;9-10). Kelima, Sebagai suatu sunnatullah, jika ada pemimpin zalim maka Allah kirim utusan yang bakal menghancurkan kezalimannya. Namrud dihancurkan Ibrahim, Firaun dihancurkan Musa, Abu Jahal dan Abu Lahab dihancurkan Muhammad saw, Mustafa Attaturk Allah hancurkan karena kedzalimannya. Dan Rezim Jokowi bersama 9 naga oligarki Taipan bakal Allah hancurkan melalui tangan Anies Baswedan. 5 petunjuk berupa Bisyarah (petunjuk dari para waliyullah atau orang yang kasyaf) Sudah dari semenjak awal-awal makar Allah sedang bekerja, sehingga Anies selalu terlindungi dan ditolong Allah. Jika Anies tidak ditolong Allah dan tidak dikehendaki untuk memenangkan kontestasi, sudah sejak awal Anies sudah tumbang. Walaupun rezim Jokowi topangan oligarki taipan sudah berusaha keras, tapi Anies tetap melenggang. Semua ini adalah bagian dari makar Allah. Makar Allah masih berjalan tidak mungkin terhenti sebelum Anies dilantik sebagai Presiden RI Ke-8. Pertama, Tongkat komando Pangeran Diponegoro hanya bisa dipegang oleh Anies. Ini bisyarah kalau Anies saja yang layak memegang kepeminpinan di Indonesia saat ini. Kedua, Ramalan dari seorang nenek umur 133 tahun yang belum pernah berjumpa, mendengar, dan melihat Anies, tapi dengan tegas dia menyebut kalau Presiden 2024 adalah Anies Baswedan. Ketiga, Bisyarah dari KH Thoifuri, seorang ulama kasyaf yang sudah berulangkali bertemu dengan Rasulullah saw, bahwa Presiden dan Wakil Presiden RI tahun 2024 adalah Anies-Muhaimin. Keempat, Bisyarah dari KH Aos dari Suryalaya (terlepas dari kontroversinya) yang menyatakan bahwa Presiden tahun 2024 adalah Anies Rasyid Baswedan. Kelima, Ramalan seorang Pujangga Ronggowarsito pada tahun 1802-1873 (Abad ke18-19) yang menyebutkan Presiden Nusantara 2024 adalah Anies Baswedan. Itu bisyarah (sinyal-sinyal) langit, jika syarat dan kondisi terpenuhi, insya Allah bisa terwujud. Syarat-syarat dan kondisi itu adalah : 1. Umat Islam sudah bersatu 2. Umat Islam siap berjihad fie sabilillah untuk menolong agama Allah 3. Tidak melakukan kemaksiatan, termasuk tidak korupsi 4. Bertakwa dan bertauhid hanya kepada Allah (tidak musyrik) 5. Bersabar dan tawakkal Semoga istighasah Kubra pada tanggal 19 April 2024 yang dipimpin oleh Imam Besar Habib Rizieq Syihab bisa mendobrak pintu langit sehingga kedzaliman rezim Jokowi bisa segera ditumbangkan Bandung, 8 Syawaal 1445
0 Comments
Dr. Abdullah Hehamahua, SH, MM menulis sebuah artikel berjudul "78 Tahun Merdeka: Pesta Korupsi dan Jogetan Istana". Sebuah ungkapan keprihatinan atas apa yang tengah terjadi di negara ini. Dr. Abdullah Hehamahua adalah mantan penasihat Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) masa jabatan 2005-2013. Ia dikenal luas di kalangan masyarakat karena sering menjadi pemberitaan baik media cetak, online maupun visual. Abdullah lahir di Ambon.
Berikut ini saya kutip sepenuhnya tulisan beliau yang memang perlu untuk kita pahami bersama sebagai warga negara Indonesia yang cinta NKRI. 78 TAHUN MERDEKA: PESTA KORUPSI DAN JOGETAN ISTANA Abdullah Hehamahua Saya tidak pernah menghadiri upacara pengibaran Merah Putih di istana negara. Padahal, sebagai Wakil Ketua Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN) selama empat tahun, saya selalu mendapat undangan dari Sekneg. Hal yang sama berlaku sewaktu delapan tahun menjadi Penasihat KPK. Hari itu, 16 Agustus 2023. Seorang tamu menegur sikapku ini. “Saya tidak mau jadi orang munafik,” jawabku. Sebab, lanjutku: “kuingat jasa pahlawan nasional. Mulai dari Teuku Umar di belahan barat sampai Pattimura di penghujung timur Indonesia. Mereka menyabung nyawa untuk melawan penjajahan. Namun, kita sekarang saling menjajah. Ber-KKN- riya. Ada 14 menteri dan 70% Kepala Daerah ditangkap” Pengibaran Merah Putih Alergi terhadap upacara pengibaran bendera.? Tidak. Sebab, sewaktu di SMA, setiap Senin, dilakukan upacara pengibaran Merah Putih. Saya tidak pernah bolos. Alergi terhadap istana.? Tidak juga. Sebab, pertama kali kumasuki istana, tahun 1971. Saya dan peserta Pendidikan Pers IPMI (Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia) seluruh Indonesia, berangjasana ke istana. Itulah pertama kali kusalami Soeharto. Kudatangi lagi istana negara ketika mengikuti pelantikanku sebagai Wakil Ketua KPKPN (2001) oleh presiden Gusdur. Selama 10 tahun SBY, saya sering hadir di istana negara, mengikuti pelantikan Pimpinan KPK dan Lembaga Negara lainnya. Namun, saya enggan hadir dalam upacara pengibaran Merah Putih, setiap 17 Agustus di istana negara. Penyebabnya, mungkin sangat pribadi. Penyebab pertama, mataku akan berkaca-kaca setiap menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sebab, ketika menyanyikan lagu tersebut, pikiranku melayang ke seluruh pelosok negeri. Kubayangkan perjuangan Teuku Umar, Teungku Chik di Tiro, Panglima Polem dan Cut Nyak Dhien di Aceh. Ada Imam Bonjol di Sumatera Barat. Lalu Fatahillah dan Diponegoro di Jawa. Ada pula Antasari serta Hasanuddin di Kalsel dan Makassar. Begitu pula Sultan Babullah serta Pattimura di Ternate dan Ambon. Ada di antara mereka yang mati di tiang gantungan. Ada yang diasingkan ke daerah lain, jauh dari keluarga dan kampung halaman. Mereka semua mengorbankan waktu, pikiran, harta, keluarga, bahkan nyawa, demi membebaskan Indonesia dari penjajahan. Hari ini, kita sendiri yang undang penjajah, khususnya AS dan China. Mereka menguasai politik, hukum, dan ekonomi nasional. Bahkan, SDA kita, “dirampok.” Penyebab kedua, saya selalu berusaha untuk tidak menjadi orang munafik. Tidak mau menjadi orang yang berbeda di antara ucapan dan perbuatan. Sebab, setiap upacara pengibaran merah putih, dibacakan teks proklamasi. Di sinilah terlihat kemunafikan presiden, wakil presiden, dan pejabat negara lainnya. Sebab, teks proklamasi itu berbunyi: “Kami bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.” Bagi orang dungu, teks proklamasi hanya dilihat sebagai rangkaian 27 perkataan. Orang cerdas, pasti menghayati filosofi yang berada di rangkaian kata-kata tersebut. Presiden dan pejabat cerdas akan tau, sejatinya teks proklamasi yang akan dibaca pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah Mukadimah UUD 45. Namun, kondisi waktu itu sangat kritis. Apalagi, Soekarno kurang sehat. Olehnya, ditulislah teks baru yang sangat sederhana. Bung Hatta mengimlakan redaksinya. Soekarno menuliskannya. Maknanya, dewasa ini, setiap membaca teks proklamasi, presiden, wakil presiden, para Menteri, Kepala Daerah, dan anggota legislative, bermuhasabah. Apakah tujuan kemerdekaan yang ada di Mukadimah UUD 45, sudah tercapai, kehilangan arah atau tergadai. Pengkhianatan Utama “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan.” Inilah alinea pertama Mukadimah UUD 45. Bukankah Presiden, Wapres, Menteri, Kepala Daerah, anggota legislative dan Aparat Penegak Hukum (APH) melapor, mengintimidasi, bahkan menangkap dan memenjarakan rakyat yang menyuarakan aspirasi.? Bukankah pembunuhan 6 laskar FPI, 9 Pengunjukrasa di Bawaslu, dan sejumlah mahasiswa di seluruh Indonesia merupakan pengkhianatan terhadap Mukadimah UUD 45.? Bukankah penangkapan HRS, pengurus KAMI, ulama, dan aktivis merupakan pengkhianatan proklamasi 17 Agustus 1945. Inilah pengkhianatan utama pemerintahan Jokowi. Penjajahan Modern “Kemudian dari pada itu, untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia, yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan Rakyat dengan berdasarkan kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Paragraf di atas adalah alinea keempat Mukadimah UUD 45. Isinya merupakan tujuan kemerdekaan: NKRI yang terlindungi eksistensinya, rakyat sejahtera, bangsa cerdas, dan Indonesia berperan dalam terciptanya ketertiban dunia. Presiden, para Menteri, Kepala Daerah, dan anggota legislative, jujurlah. Jokowi menawarkan 34.000 hektar lahan di IKN untuk pengusaha China. Bahkan, bisa mendapat HGU selama 190 tahun. Padahal, UU menetapkan, maksimal 25 tahun. Dapat diperpanjang, maksimal 10 tahun. Apakah Jokowi tidak pernah baca undang-undang.? Mungkin saja. Mungkin pula beliau baca, tapi kurang paham. Namun, bagaimana para Menteri dan anggota legislative, bergelar profesor dan doktor yang ijazahnya asli, membiarkan hal tersebut.? Bukankah ia merupakan penjajahan modern.? Joget bersama Utang dan Penderitaan Rakyat Putri Ariani, tuna netra. Beliau ekspresi nuraninya dalam lagu Rungkad yang didendangkan di istana merdeka. Hari itu, 17 Agustus 2023, tepat 78 tahun usia Indonesia. Tragisnya, presiden, wakil presiden, para Menteri, dan pejabat negara yang melek, tapi buta hati. Mereka berjoget di atas penderitaan orang lain seperti substansi lirik lagu yang dinyanyikan Putri. “Rungkad,” lagu yang menggambarkan frustrasi luar biasa karena dikhianati. Mereka dikhianati orang yang dipercayai selama ini. Betapa tidak, Putri, orang tuanya dan 278 juta rakyat Indonesia, harus menanggung utang negara, Rp. 28 juta setiap orang karena ulah pemerintahan Jokowi. Tragis !!!, Presiden, orang Solo. Namun, beliau tidak mengerti bahasa Jawa dari lagu yang dinyanyikan Putri Ariani. Dahsyatnya, Putri, remaja tunanetra tapi tidak tunahati. Berbeda dengan presiden dan kabinetnya yang tunahati. (Depok, 18 Agustus 2023). Sejak masih di dalam kandungan sampai terlahir ke dunia dan tumbuh dewasa, manusia tidak pernah lepas dari masalah. Bahkan ketika meninggal dunia sekalipun, manusia masih meninggalkan masalah. Maka adalah keliru kalau seseorang berharap tidak menemukan masalah dalam hidupnya. Sesungguhnya, kita hidup adalah untuk menyelesaikan masalah.
Allah Swt berfirman: "Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku (Az Zariyat ayat 56)". Allah Swt juga berfirman: "Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya (Al Kahfi ayat 7)". Kedua ayat Allah itu hendaknya membuat kita paham bahwa apapun yang kita lakukan haruslah dalam rangka beribadah kepada Allah. Sedangkan apa yang kita temui di bumi, maka itu hanyalah perhiasan dan bersifat sementara yang disediakan Allah untuk menguji kita. Segala sesuatu yang kita temui atau alami pada hakekatnya adalah berasal dari Allah Swt. Bagaimana seharusnya sikap kita dalam menghadapi ujian dari Allah? Sesungguhnya hanya ada dua pilihan sikap bagi seorang muslim dalam menjalani ujian dari Allah. Tidak ada pilihan yang selain itu. Apabila hal itu berupa sesuatu yang sesuai dengan harapan kita, maka hendaklah kita bersyukur. Apabila tidak sesuai dengan harapan kita, maka hendaklah bersabar. Segala sesuatu yang sesuai dengan harapan kita, ketika kita mensyukurinya, yaitu dengan mengakui bahwa itu berasal dari Allah, maka Allah akan menambahnya sehingga itu menjadi baik bagi kita. Akan tetapi jika kita mengingkarinya, yaitu dengan menganggap itu sebagai hasil ikhtiar kita semata atau lainnya dengan tidak menyandarkannya kepada Allah, maka Allah akan menggantinya dengan siksa. Nikmat itu dapat berubah menjadi musibah bila kita tidak menerimanya dengan sikap bersyukur. Demikian pula ketika kita mengalami sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan kita, bila kita bersabar, yaitu dengan meyakini semua itu adalah dari Allah, kitapun ikhlas menerima ketentuan Allah ini tanpa berkeluh kesah, sambil kita juga terus memperbaiki diri, maka Allah akan membimbing kita menemukan jalan keluar yang baik atas permasalahan yang kita hadapi. Sesuatu yang semula nampak seperti musibah, tiba-tiba berubah menjadi berkah, atau "blessing in disguise". Hidup sejatinya adalah untuk menyelesaikan masalah demi masalah sehingga dengan berjalannya waktu, kita menjadi lebih sempurna. Ingatlah bahwa tujuan hidup adalah untuk beribadah kepada Allah. Segala sesuatu adalah dari Allah, maka tidaklah pantas kita sebagai hamba Allah untuk menolaknya, atau mengingkarinya. Sikap kita yang pantas adalah menerimanya dengan ikhlas, segalanya tanpa kecuali. Barangkali kita menilainya sebagai hal yang baik atau buruk untuk kita. Akan tetapi yakinlah, bahwa apapun yang berasal dari Allah pastilah baik untuk kita. Di tangan Nya lah segala kebajikan dan Allah tidak pernah zolim terhadap hamba Nya. Wallahua'lam bis sawab. Tangerang Selatan, Helfia Nil Chalis SAYA merenung untuk menulis artikel ini agar tulisan ini betul-betul tidak terjebak dalam kepentingan yang sangat politis. Tetap on the track bahwa pikiran ini saya tulis dengan maksud untuk kepentingan republik dan masa depannya dan ditulis dalam kerangka sebagai akademisi.
Bermula dari pertanyaan apakah benar bahwa Presiden Joko Widodo telah benar-benar melakukan perbuatan yang menurut UUD 1945 dapat menyebabkan ia dapat diberhentikan sebagai Presiden? Bagaimana aturannya? Sesungguhnya, cara bernegara republik ini telah diatur dengan baik sejak 18 Agustus 1945 ketika Panitia Persiapan Kemerdekaan (PPK) Indonesia memutuskan disahkannya UUD 1945 sebagai konstitusi Indonesia. Sejak saat itu aturan tentang apa yang harus dilakukan jika seorang Presiden melanggar konstitusi telah diatur dengan jelas, yaitu diberhentikan melalui mekanisme Sidang Istimewa MPR. Dalam UUD 1945 yang telah diamandemen pada tahun 2002 pun diatur bahwa Presiden dapat diberhentikan jika melakukan penghianatan terhadap negara, korupsi, menyuap, melakukan tindak pidana berat lain, dan melakukan perbuatan tercela. Melakukan satu saja dari lima pelanggaran tersebut Presiden sesungguhnya sudah dapat diberhentikan. Tentu melalui tahapan proses mekanisme impeachment sebagaimana diatur dalam pasal 7A,7B, 24C UUD 1945. Pertanyaanya, benarkah Presiden Jokowi telah melakukan salah satu perbuatan sebagaimana yang tertuang dalam pasal tersebut? Sebelum mengungkap analisis tentang Presiden telah melakukan penghianatan terhadap negara, korupsi, menyuap, melakukan tindak pidana berat lain melalui sejumlah indikator, ada baiknya penulis ungkap satu saja dulu dari lima perbuatan Presiden yang menyebabkanya dapat dimakzulkan. Melakukan satu saja dari lima perbuatan yang mengakibatkan Presiden diberhentikan itu sesungguhnya sudah cukup dijadikan sebagai alasan untuk MPR memberhentikan Presiden melalui mekanisme impeachment, yaitu melakukan perbuatan tercela. Pertanyaannya apakah Jokowi telah melakukan perbuatan tercela secara terang-terangan? Saya menyimpulkan iya. Berkali-kali Presiden Jokowi melakukan perbuatan tercela dalam posisinya sebagai Presiden. Pertanyaannya apa yang dimaksud dengan perbuatan tercela? Secara etimologis (KBBI, 2023) disebutkan bahwa kata tercela berasal dari kata cela diartikan sebagai perbuatan hina, perbuatan aib atau sesuatu yang tidak pantas. Jadi perbuatan tercela berarti perbuatan yang tidak pantas dilakukan. Di antara perbuatan tercela yang tidak pantas dilakukan Presiden adalah mengabaikan konstitusi UUD 1945, mengabaikan lembaga negara, dan sering berbohong. Apa contoh perbuatan tercela yang mengabaikan konstitusi UUD 1945? Sebenarnya bisa ditelusuri sejak tahun 2015 ketika menaikan harga BBM dengan dasar mekanisme pasar sesuai harga minyak mentah dunia. Cara itu telah mengabaikan pasal 33 UUD 1945. Selain itu saat itu dapat dinilai telah mengabaikan putusan Mahkamah Konstitusi (MK). Sebab pada tahun 2003, Mahkamah Konstitusi (MK) telah membatalkan Pasal 28 ayat (2) UU 22/2001 tentang Minyak dan Gas Bumi yang berlaku saat itu. Pasal 28 ayat (2) UU Migas tersebut bertentangan dengan UUD 1945 Pasal 33 yang intinya mengamanatkan cabang sumber daya alam yang penting dikuasai negara untuk kepentingan rakyat. Ternyata perbuatan Jokowi yang mengabaikan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) berulang kembali ketika Jokowi mengabaikan Putusan MK No. 91/PUU-XVIII/2020 yang memerintahkan pembuat undang-undang (Presiden dan DPR) untuk memperbaiki UU Cipta Kerja selama 2 tahun. Presiden justru tidak memperbaiki Undang-Undang tetapi membuat Perpu Ciptaker yang isinya justru bermasalah karena merugikan buruh, petani, masyarakat desa, dan lain-lain. Jokowi sebagai Presiden telah melakukan perbuatan tercela mengabaikan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) bahkan sekaligus tidak menghormati MK sebagai lembaga negara. Diantara perbuatan tercela lainya yang dilakukan Presiden Jokowi adalah berbohong. Dalam terminologi agama maupun hukum positif berbohong adalah perbuatan tercela. Saking tercelanya bahkan kepada saksi di pengadilan yang berbohong dapat dipidana penjara hingga sembilan tahun. Pertanyaanya dimana letak Presiden Jokowi berbohong? Mari kita cermati secara seksama, obyektif dan penuh kesabaran. Presiden Jokowi dalam catatan saya telah melakukan perbuatan tercela berbohong dalam posisinya sebagai Presiden. Ini data empiriknya. Pada tanggal 17 November 2020 Jokowi mengatakan dalam siaran salah satu televisi swasta bahwa UU Ciptaker adalah inisiatif pemerintah, karena itu tidak akan mengeluarkan Perpu. Tetapi, pada tanggal 30 Desember 2022 Presiden Jokowi menerbitkan Perpu No 2 tentang Cipta Kerja. Data peristiwa itu secara terang menunjukkan perilaku berbohong Jokowi dalam posisinya sebagai Presiden. Bohong apa lagi? Pada tanggal 15 September 2015 Jokowi dalam posisinya sebagai Presiden mengatakan "Kita tidak ingin beri beban pada APBN. Jadi, sudah saya putuskan bahwa kereta cepat itu tidak gunakan APBN. Tidak ada penjaminan dari pemerintah. Oleh sebab itu, saya serahkan kepada BUMN untuk melakukan yang namanya B to B, bisnis". Tetapi, kemudian pada tanggal 6 Oktober 2021 Jokowi sebagai Presiden resmi meneken Peraturan Presiden (Perpres) 93/2021 yang salah satu isinya (pasal 4) menyebutkan bahwa proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung didanai APBN. Tentu itu adalah kebohongan yang dilakukan Jokowi dalam posisinya sebagai Presiden. Faktanya kemudian terjadi pembengkakan biaya pembangunan kereta cepat tersebut. Diketahui angka pembengkakannya pada akhir tahun 2022 dengan angka pembengkakan biaya mencapai 1,4 miliar dolar AS atau sekitar Rp 21,8 triliun. Biaya bengkak yang membebani APBN padahal janjinya tidak akan gunakan APBN apalagi membebani. Bohong apalagi dalam posisinya sebagai Presiden ? Pada tanggal 6 Mei 2019 di Istana Negara Jokowi pernah mengatakan bahwa pembangunan IKN tidak membebani atau menggunakan APBN tetapi pada tanggal 22 Februari 2022 Jokowi dalam posisinya sebagai Presiden mengatakan akan menggunakan APBN untuk membangun kawasan inti IKN. Ini perbuatan bohong yang dilakukan secara sadar dalam posisinya sebagai Presiden. Bohong apalagi? Pada tanggal 30 November 2021, Jokowi dalam posisinya sebagai Presiden mengatakan "kita tahu bahwa tahun ini tahun 2021 sampai hari ini kita belum melakukan impor beras sama sekali dan kenyataannya stok kita masih pada posisi yang sangat baik". Pernyataan tersebut bohong, sebab data BPS tahun 2021 menunjukan Indonesia impor beras 242 ribu ton (110 juta dolar AS). Bohong apalagi? Pada tanggal 2 Agustus 2022 Jokowi mengatakan bahwa angka subsidi BBM sudah mencapai Rp 502 triliun. Ternyata realisasi hingga Juli 2022 hanya Rp 88 triliun untuk subsidi BBM, elpiji, dan listrik. Data itu menunjukan Jokowi bohongi rakyat, dengan alasan subsidi BBM telah mencapai Rp 502 Triliun itulah lalu Jokowi menaikan harga BBM saat itu. Soal bohong ini belum semuanya diungkap tetapi secara empirik sejumlah data diatas menunjukan bukti bahwa Jokowi berkali-kali berbohong. Semua ahli bahasa, ahli hukum dan ahli agama dari beragam mazhab telah menegaskan bahwa berbohong adalah perbuatan tercela. Pertanyaannya kemudian apakah DPR/DPD /MPR akan membiarkan Presiden yang sering berbohong ini? Sangat berbahaya bagi masa depan republik ini jika Presiden sering berbohong lalu dibiarkan. Perbuatan tercela itu dilakukan dalam posisinya sebagai Presiden. Jika dibiarkan akan menjadi preseden yang sangat buruk bagi generasi muda bahwa berbohong tidak apa-apa karena Presiden saja sering berbohong dibiarkan. Ini negara bisa semakin berantakan karena dampaknya berupa kebijakan yang tidak tepat. Lebih dari itu yang sangat dirugikan dari kebohongan Presiden adalah rakyat banyak yang menanggung beban kenaikan harga BBM, kenaikan harga-harga barang, dan beban APBN yang berat dari pembangunan kereta cepat dan IKN, utang negara terus membengkak. Itu semua buah dari kebijakan yang berbasis kebohongan. Oleh Ubedilah Badrun ICHSANUDIN NORSY
Tulisan ini berdasarkan pengalaman pribadi saya berinteraksi (sekedar ngobrol dan berdebat) dengan kelompok “pemuja” petahana. Saya beri istilah “pemuja”, karena mereka ini sudah menganggap petahana satu-satunya sosok yang akan menyelamatkan Indonesia. “Ratu Adil”-lah istilahnya. Petahana tidak ada cacat sedikitpun bagi mereka. Ketika ditunjukkan kebodohan, kebohongan dan kegagalan petahana, mereka tetap tak bergeming. Pernah saya tunjukkan beberapa video petahana yang gagap dan gugup di depan kamera saat menjawab pertanyaan wartawan. Pernah juga saya tunjukkan betapa petahana mengaku tidak membaca apa yang ditandatangani nya, mengaku IPK nya tidak lebih dari 2, rajin baca buku cuma komik sincan, sampai ketidakmampuan beliau berbahasa asing. Berbagai macam data yang seharusnya menggiring pemahaman bahwa petahana tidak kompeten atau tidak smart, tidak diindahkan oleh mereka. Awalnya saya tidak ambil pusing, karena itu biasa. Saya pikir, ini adalah fenomena defens mechanism saja. Namun, saya melihat argumentasi menarik dari mulut mereka, yang menggiring saya pada kesimpulan bahwa defense mereka bukan defens biasa. Saya ingat salah satu teori tentang perilaku relijius orang-orang pagan (penyembah berhala). Mereka menyembah benda-benda, atau makhluk-makhuk seperti hewan dan tumbuhan, bukan karena akal tapi mereka yakin bahwa yang disembah itu mampu memberikan kebaikan. JIka dipikir dengan akal, maka mereka tahu bahwa benda dan makhluk yang disembah itu tidak logis dapat memberikan kebaikan kepada mereka. Namun mengapa terus disembah? Pakar psikologi agama mengatakan, justru karena tidak logis itulah maka berhala-berhala itu disembah. Para penyembah berhala itu disebut sebagai orang-orang yang “mabuk keajaiban”. Mereka adalah orang-orang yang menyukai keajaiban secara berlebihan. Sebagai contoh, untuk menjelaskan kejaiban yang dimaksud: para penyembah berhala itu tahu, kalau ingin kaya, mereka harus bekerja dengan rajin. Jadilah pedagang atau jadilah pegawai. Namun itu rasional, bukan keajaiban. Ajaib itu menjadi kaya dengan menyembah batu! Tidak masuk akal, namun justru itulah yang namanya keajaiban. Kalau masuk akal, itu bukan keajaiban tapi logis/rasional. Saya perhatikan, dinamika psikologis inilah yang berkerja dalam otak kelompok pemuja petahana tersebut. Semakin ditunjukkan bahwa petahana memiliki kekurangan- kekurangan dan tidak logis kalau beliau dapat memperbaiki Indonesia, semakin mereka bersemangat mendukung petahana. Beberapa diantara mereka mendebat dengan nasehat adiluhung orang Jawa, “wong pinter ora mesthi bener, wong bener ora mesthi pinter”. *Mereka mau mengatakan, “ya, petahana memang bodoh, tapi dia orang yang benar”. Padahal nasehat Jawa itu maksudnya, “wong (sing ketok) pinter ora mesthi bener, wong sing bener (ora kudu ketok) pinter”, karena tidak mungkin orang dapat mencapai kebenaran tanpa ilmu, dan orang yang pintar adalah orang yang berilmu. Para pendukung jenis ini, akan semakin khusyuk membela petahana justru ketika ada bukti kekurangan petahana. Bagi mereka, dunia ini berjalan tak logis dan semuanya bertentangan. Dengan kondisi hutang melambung tinggi, BUMN merugi, nilai tukar rupiah yang cenderung melemah, harga-harga naik, dan kepercayaan terhadap pemerintah menurun, masih ada pemuja-pemuja yang percaya bahwa petahana mampu membalikkan keadaan. Padahal kualitas pribadi beliau secara intelektual lemah, literasinya kurang, gagap dan gugup jika tampil tanpa teks, pergaulan dunianya kurang berwibawa, dan boneka partai. Namun justru kualitas-kualitas itulah yang membuat mereka semakin berharap keajaiban, “bisa saja orang ini yang justru yang menyelamatkan Indonesia”. Itulah sebabnya Ruhut mengatakan, “Jokowi adalah rahmat Tuhan untuk Indonesia”. Perilaku seperti ini bukan barang baru di Indonesia. Ingatlah Ponari, dukun cilik yang dikabarkan mampu menyembuhkan segala macam penyakit dengan sebuah batu. Masuk akal? Tidak! Tapi justru itulah yang mendorong orang-orang datang untuk merasakan keajaiban. Kalau Ponari itu seorang dokter spesialis dengan gelar akademik doktor (S3), pasti yang datang tidak sebanyak itu. Kenapa? Kalau dokter bisa menyembuhkan penyakit, itu bukan keajaiban. Itu logis! Biasa! Saya sering tersenyum, namun berterima kasih atas perhatian kawan dan murid-murid saya yang menasehati, “Pak, jangan sering ngatain orang dungu. Tidak baik”. Namun, bagi saya, tidak ada kata yang pas untuk perilaku seperti ini selain “dungu”, karena mereka menolak ajakan berpikir logis, dan malah memaksa akalnya berpikir terbalik. Mengapa bisa begitu? Jiwa mereka mabuk keajaiban. Orang yang mabuk, selalu ingin merasakan sesuatu yang memabukkan itu. Kalau sesuatu yang memabukkan itu berupa khamr, maka khamr lah yang diinginkan. Dalam kasus ini, sesuatu yang memabukkan itu adalah “keajaiban”, maka keajaiban akan menjadi klangenan buat mereka. Terakhir, saya ingin mengingatkan, buat kawan-kawan muslim yang masih mabuk keajaiban. Sadarlah! Ingat, Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallama mukjizat terbesarnya ialah Al-Qur’an. Beliau, shalallaahu ‘alaihi wa sallama, tidak memfungsikan Al-Qur’an sebagai alat pertunjukkan (show) keajaiban kepada orang beriman. Beliau tidak pernah terbang walaupun kalau beliau minta kepada Allah, pastilah dikabulkan. Beliau tidak membelah lautan seperti Nabi Musa a.s., tidak pula tahan dibakar api seperti Nabi Ibrahim a.s. Mengapa? Karena keajaiban- keajaiban itu ditujukan untuk orang-orang yang sulit memahami kebenaran dengan akalnya. Sedangkan Rasulullah shalallaahu ’alaihi wa sallama menunjukkan mukjizat Al-Qur’an kepada orang-orang beriman dengan penjelasan rasional, sehingga keyakinan itu menancap kuat dalam sanubari orang beriman. Jangan biasakan akalmu mabuk keajaiban, karena itu sama dengan menutup pintu hidayah. Bagaimana Al-Qur’an yang logis dan rasional itu dapat diterangkan kepada otak yang sudah dibiasakan mabuk keajaiban, kawan? Please... Ichsanudin Norsyi 1. Kemarin malam saya sempat ber-bincang2 dgn seorang Diplomat sehubungan Pemilu 2019, sang Diplomat itu bertanya seputar kelompok minoritas dan upaya mencegah terjadinya penindasan terhadap minoritas di Indonesia.
Saya tertegun. Tidak menyangka lahir pertanyaan seperti itu ------------ 2. Sambil menatap tajam ke matanya, saya jawab lugas: "Jangan tanya saya ttg minoritas tertindas Indonesia (Indonesia's oppressed minority) tapi tanya saya ttg mayoritas Indonesia yg tertindas (Indonesia's oppressed mayority)!" Gantian sang Diplomat kaget! --------------- 3. Sebelum menjelaskan lebih lanjut, saya tanya padanya, apa yg diketahuinya tentang minoritas dan mayoritas di Indonesia. Lalu dia curahkan isi kepalanya. Cerita tentang diskriminasi Tionghoa, pembatasan/larangan pendirian gereja dan pembubaran kegiatan ibadah umat non Islam. ------------ 4. Saya desak: "Apa lagi? Setelah satu menit terdiam, dia jawab: "Itu saja." Ok, kata saya. Saya jawab pertanyaan anda dgn pertanyaan: "Apakah anda tahu kelompok mana yg mendominasi 1.000 orang terkaya di Indonesia?" "Tionghoa," jawabnya ragu "Ya, Tionghoa!" Tegas saya ------------- 5. "Dari 100 orang terkaya Indonesia, 1000, 10.000 bahkan 100.000 orang terkaya, hampir semua adalah Tionghoa. Hampir seluruhnya bukan pribumi dan non muslim," jelas saya. Pernah anda dengar atau tahu dari media, Tionghoa ditangkap polisi karena melanggar hukum?" Dia kaget! ----------------- 6. Tanpa menunggu jawabannya, saya teruskan: "Apakah anda pernah dengar sengketa hukum antara pribumi dengan Tionghoa, yg sengketanya dimenangkan pribumi? Meski pribumi itu di pihak yg benar?" "Saya tidak sejauh itu" jawabnya "Hampir tidak ada!" Balas saya ---------------- 7. Saya kembali hujani Diplomat itu dg pertanyaan: "Apakah anda tahu siapa pemilik lahan ratusan ribu hingga jutaan hektar di Indonesia? Hampir tdk ada pribumi. Mayoritas Tionghoa!" Anda mungkin berpikir, wajar Tionghoa jadi kelas elit Indonesia. Mereka lebih ulet, lebih cerdik. ------------- 8. "Karena kebetulan saya pakar sejarah, saya sangat paham asal muasal terbentuknya komunitas Tionghoa sebagai elit di Indonesia, yaitu krn pribumi Indonesia sejak ratusan tahun lalu sampai hari ini menjadi mayoritas tertindas! Dari era VOC, kolonial Belanda sampai era kemerdekaan" -------------- 9. Pribumi Indonesia tidak sama dengan pribumi (bumiputera) Malaysia yg mendapat perlindungan atas hak2nya dari penguasa. Pribumi Indonesia lebih khusus muslim Indonesia seperti mayoritas Syiah di Irak pada era Saddam Hussein. Menjadi kelompok mayoritas tertindas. ------------ 10. Beda dg mayoritas Syiah di Irak, pasca Saddam jatuh, mayoritas Syiah benar2 menjadi kelompok penguasa, kelompok dominan di Irak Di Indonesia, mulai era VOC 1601-1799, era Kolonial 1800 s/d 1942, era ORLA, ORBA hingga era reformasi, umat Islam tetap jadi mayoritas tertindas! ------------ 11. Mayoritas Islam Indonesia hanya sempat sebentar merasakan kemerdekaannya, lepas dari penindasan kelompok minoritas yaitu pada era 1988-1998. Hanya 10 tahun. Setelah era reformasi, umat Islam Indonesia kembali jadi mayoritas tertindas. Sang diplomat itu bengong. Dia terhenyak. -------------- 12. "Semua yg terkait kemiskinan, pengangguran, kebodohan, masalah2 sosial, predikat itu disandang oleh mayoritas Islam Indonesia. Bukan pada minoritas. Jika muncul anggapan minoritas sebagai kelompok tertindas di Indonesia, itu kerena ketidakmampuan mayoritas menyampaikan kebenaran" ------------ 13. "Ketertinggalan mayoritas Indonesia dari minoritas terjadi sejak ratusan tahun lalu terutama di bidang ekonomi dan pendidikan. Dua bidang kehidupan yg menjadi modal utama manusia utk berkembang dan maju. Tidak ada upaya serius dari pemerintah mencari solusinya" ----------- 14. "Bahwa mayoritas Islam paling menderita selama era VOC-Kolonial hingga saat ini adalah fakta empiris. Mudah dibuktikan. Pada era VOC-Kolonial, muslim Indonesia-pribumi adalah warga kelas empat & kelas lima. Setelah Bangsa Eropa, Timur Jauh, Bangsawan, pribumi non Islam. ----------- 15. Pribumi era VOC-Kolonial (1601-1942) dibatasi dlm pendidikan, usaha dan kepemilikan lahan. Arab, India dan terlebih Tionghoa mendapat konsesi luas dari VOC-Kolonial hampir dalam segala hal. Hanya sedikit di bawah bangsa Eropa. Mereka menikmati konsesi ini ratusan tahun. ------------ 16. Sebagai akibatnya, mayoritas Islam/pribumi Indonesia tidak terbentuk komunitas pengusaha, cendikiawan, tuan tanah, dst. Mayoritas pribumi Indonesia hanya jadi konsumen, sampai hari ini. "Kenapa Indonesia tidak contoh Malaysia?" tanya Diplomat itu ----------- 17. "Indonesia tidak bisa mengikuti jejak Malaysia krn hambatan opini. Opini yang berkembang dan tertanam di kalangan asing dan sebagian orang Indonesia sendiri, bahwa prioritas Indonesia adalah mencegah timbulnya minoritas tertindas. Bukan menyelamatkan mayoritas tertindas!" ------------- 18. "Upaya menyelamatkan mayoritas tertindas Indonesia semakin sulit krn sebagian minoritas terlanjur menikmati kekuasaan, kekayaan, hegemoni dan dominasi mereka terhadap mayoritas. Mereka mempertahankan status quo ini dengan segala cara: stigma teroris, radikalis, intoleran, dst" ---------- 19. Pada masa ORLA mayoritas Islam Indonesia jadi sasaran penindasan penguasa dgn konsep Nasakom-nya. Pada era ORBA, marginalisasi mayoritas Islam dilakukan secara sistematis terstruktur. Mayoritas Islam tdk menjadi bagian dari kelompok penguasa dan pengusaha" ------------ 20. Elit penguasa didominasi minoritas Katolik/Kristen/Abangan. Kelompok pengusaha didominasi Tionghoa. Mayoritas Islam hanya jadi pelengkap penggembira. Pengelabuan dilakukan dgn etalase, se-olah2 mayoritas Islam mendapat tempat yg layak melalui politik simbol dan kemasan ------------- 21. Tercatat ada satu dua upaya agar mayoritas Islam Indonesia lepas dari penindasan. Sarekat Dagang Islam awal 1900an didirikan utk melawan hegemoni dan dominasi pengusaha Tionghoa. Program ekonomi Benteng dicanangkan di awal kemerdekaan. Namun gagal. Termasuk PP No 10/1959 ------------ 22. Kabinet Indonesia jatuh bangun di awal kemerdekaan lebih banyak disebabkan sabotase dari pengusaha2 Tionghoa terutama para importir yg kuasai jaringan pemasok barang kebutuhan domestik. Mereka tdk mau membuka jaringannya utk menghidupi bangsa yg baru merdeka. ------------- 23. Kekhawatiran atas hegemoni bisnis Tionghoa, di satu sisi pemerintah tdk dapat pastikan loyalitasnya sebagai WNi sebagai konsekwensi keWNan ganda para Tionghoa, melahirkan PP No. 10/59. Bisnis Tionghoa dibatasi hanya di kota2, dilarang merambah ke pedesaan. Dan keharusan memilih WN ------------ 24. Penerapan PP No.10/1959 sebagai solusi hanya bertahan 2 tahun. Bujuk rayu Peking disertai bantuan barang modal dan peralatan pertanian/pertukangan meluluhkan rezim Soekarno. Di era ORBA: Soeharto memberi konsesi istimewa bidang ekonomi pada Tionghoa. Mayoritas Islam disingkirkan. --------------- 25. Keberhasilan pembangunan era Soeharto membentuk komunitas konglomerat Tionghoa, yg 20 tahun kemudian balik menentang Soeharto yg berencana *mulai mengangkat derajat WNI pribumi asli & Umat Islam* yg jauh tertinggal, mulai lah didirikan a.l.; ICMI, HIPMI, dll Komunitas Pengusaha Tionghoa menolak rencana Soeharto terang2an (1986) ------------ 26. Resistensi terhadap perubahan kebijakan Soeharto juga datang dari elit ABRI & POLRI, politisi Golkar dan Birokrasi yang didominasi non Islam, Kejawen dan Islam abangan (Islam KTP). Mereka berkolusi dgn komunitas pengusaha Tionghoa menentang rencana mengangkat derajat hidup, politik & ekonomi mayoritas Islam ------------- 27. Dihadapkan pada 2 pilihan, Soeharto pasca Pemilu 1987 memilih merangkul mayoritas Islam yg selama 20 thn dia pinggirkan. Pada 1987-1988 dimulailah Era Kemerdekaan Umat Islam dan Pribumi Indonesia dgn harapan Soeharto bersama-sama para pengusaha keturunan Tionghoa Membangun RI (kenyataannya para pengusaha Tionghoa ingin menguasai, tidak rela berbagi dengan pribumi beragama Islam) Sampai Soeharto dijatuhkan, termasuk oleh tokoh2 Islam yg jadi korban deception. --------------- 28. Penjatuhan Soeharto yg dilakukan di antaranya oleh tokoh2 Islam *tanpa sadar bahwa mereka ditunggangi dan dihasut* kelompok elit ABRI dan POLRI (Jenderal merah - binaan Ali Murtopo & Benny Murdani yg Anti Islam), CSIS (yg dikendalikan elit Tionghoa Wanandi Brothers), komunitas bisnis Tionghoa cs, dst ------------- 29. Luar biasa Opini Sesat/Hoax diciptakan utk menjatuhkan Soeharto oleh elit ABRI dan POLRI, CSIS, Konglomerat yg didukung AS-China (KG) pada saat itu. Moral prajurit ABRI dihancurkan melalui serangan pelanggaran HAM di Timor Timur hingga hoax penculikan oleh Tim Mawar KOPPASUS -------------- 30. Mengapa saya sebut isu penculikan adalah hoax? Karena tim Mawar KOPPASUS bertindak atas dasar Surat Tugas Rahasia KASAD utk menahan 9 aktifis radikal dlm rangka pengamanan SU MPR. Jadi sama sekali bukan penculikan. Namun, hoax terlanjur berkembang jadi fitnah seperti bola liar. ------------- 31. Utk semakin menghancurkan moral ABRI/TNI, *sekelompok pasukan bertindak liar* atas perintah elit ABRI anti Soeharto dengan efek menjatuhkan luar biasa harus ada korban melengserkan orang kuat, dengan *menculik dan membunuh 14 warga.* Perbuatan fitnah keji ini yg kemudian ditimpakan kesalahannya anak buah kepada Tim Mawar ibarat sekali tepuk 2 yang kena (Mertua dan Menantu). Siapa 'korban' nya Anda pasti tahu. Kenapa diam? Seorang berjiwa Negarawan memikirkan semuanya DEMI RAKYAT dan NKRI tdk rela apabila tercerai-berai dan rakyat yang menderita. Tidak berpikir demi diri pribadi apalagi Pencitraan, suatu saat kelak akan terkuak dan Sejarah Membuktikan. Munir tahu fakta ini, dlm perjalanan untuk menunjukkan kejahatan HAM oleh para elit menuju LN lalu dia dibunuh (racun Arsenik). ------------ 32. Pasca reformasi serangan fitnah utk melemahkan dan menyudutkan mayoritas Islam semakin gencar dgn maraknya aksi terorisme yg diduga kuat diotaki sendiri oleh elit ABRI dan POLRI anti Soeharto. Mayoritas Islam sedikit bernapas lega pada era SBY (2004-2014). Namun masih tetap tertindas. ------------- 33. Pada tahun 2011 mulai dijalankan secara besar2an rencana penempatan proksi sebagai RI 1 yang bisa diatur (boneka). Salah satu strateginya adalah pelemahan mayoritas Islam dgn menunggangi @KPK_RI. Kriminalisasi politisi2 Islam utk menghancurkan citra & kekuatan politik Islam. Memuluskan proksi sekuler jadi RI 1 ------------ 34. Uraian singkat ini memang tidak dapat memuaskan apalagi menjelaskan secara lengkap dlm rangka memahami posisi umat Islam sebagai Indonesia's oppresed majority. Dengan menggunakan semua parameter dan indikator akan mudah dibuktikan ketertindasan mayoritas Islam RI di negeri sendiri. ---------------- The End Hari Jumat : Tgl 4 November 2022 Pak Anies akan tiba di KNO sekitar jam 9-10 pagi. Otw ke JW Marriot tempat Pak Anies nginap. Jam 12 WIB dari JW Marriot,Pak Anies menuju Masjid Raya utk shalat Jumat Berjamaah.
Ba'da shalat Jumat. Beliau akan makan siang bersama tokoh/pemuka agama di hotel Madani Jam 14.30 WIB Pak Anies akan jalan kaki menuju Istana Maimoon Medan utk menyapa warga Sumut. Malamnya bertemu dgn lintas agama di kantor NASDEM SABTU 5 November Pagi Pak Anies menuju Besilam, silaturahmi dan pulang dari Besilam Pak Anies akan makan bersama para team inti tiap simpul yg di batasi 15 org, awalnya 20 krn lokasi hanya muat 1000 orang agar pak Anies tidak merasa berdesakan. Memang saat ini, belum masanya kampanye. Namun tidak ada aturan yang melarang untuk bersilaturahim. 164 simpul relawan Anies hari ini hadiri pidato kebangsaan Anies di Jakarta Convention Center (JCC). Kalau satu simpul saja bisa datangkan 1000 relawan, maka sudah 164.000 relawan yang akan hadir. Membludak, dan jalanan bisa macet. JCC pasti tidak muat. Kabarnya, setiap simpul hanya boleh kirimkan utusannya 2-3 orang. Biar tertampung semuanya di JCC. Apa ini dibilang kampanye atau curi start, tidak ada yang salah dan tidak boleh ada yang protes karena tidak ada aturan yang melarangnya. Ada yang pasang baliho dimana-mana, itu juga kampanye bro, tak ada yang protes juga. Ada kepala daerah yang hari-hari kelayapan ke daerah dan tempat lain, itu juga kampanye. Tidak urus daerahnya yang kabarnya paling miskin dan melarat, malah sibuk kampanye. Itu juga tidak ada yang melarang. Terus, kalau para relawan Anies bergerak untuk kampanye lu bilang bikin gaduh? Lu waras? Mesin relawan dan Militan Anies Baswedan kelihatan sudah panas. Makin lama, makin kencang larinya. Di mana-mana, terus ada deklarasi Anies. Di mana-mana, terus ada spanduk Anies bertebaran. Di mana-mana, gaung Anies semakin lantang. Karena memang, ini sudah tiba waktunya. Santai aja bro. Kagak usah panik. Anies memang diuntungkan dengan waktu longgarnya. Sekarang he has free time. Bebas waktu. Banyak luang. Ini kesempatan Anies silaturahmi. Anies bisa sowan ke semua tokoh dan keliling daerah. Hari ini di Jakarta, besok tanggal 4 November di Medan, besok lagi di Makassar, terus lanjut Jawa Tengah, kemudian ke Lampung, dan terus keliling pelosok Indonesia. Anies leluasa bergerak dengan 164 simpul relawan yang terus bertambah jumlahnya. Kagak ada aturan yang dilanggar. Kagak ada etika yang ditabrak. Semua dilakukan sesuai hulum dan adat istiadat yang berlaku. Sangat elegan. Ini cara terhormat, tapi sangat efektif. Jika hari ini para menteri bekerja, karena mereka diberi amanah dan dibiayai oleh rakyat. Sambil mereka kampanye, sah dan boleh-boleh saja. Biarlah para kepala daerah bekerja sambil kampanye, itu juga biasa aja. Sedangkan Anies, kagak ada ikatan kerja. Full waktunya buat kampanye. Pakai biaya sendiri. Mandiri, dan tidak ada uang e-ktp atau bansos yang dipakai. Clear. Ini juga sah, normal dan wajar. Kagak lama lagi, elektabilitas Anies akan melejit. Hampir pasti. Ini karena Anies punya banyak waktu luang untuk intens silaturahmi dan berdiskusi dengan rakyat di bawah. Dengan para tokoh, agamawan termasuk para ulama, pendermta juga orang-orang waras di kampus. Anies bisa beberkan problem dan tantangan bangsa saat ini dan kedepan. Riil, ada faktanya dan bisa dirasakan oleh semua rakyat Indonesia. Inilah masalah yang sesungguhnya, sebuah tantangan bangsa hari ini dan masa depan. Anies akan ajak dialog, libatkan para tokoh secara persuasif dan personal untuk berdiskusi. Kemudian Anies akan menyampaikan gagasannya bagaimana mengatasi problem itu. Detail, masuk akal, bisa dimengerti dan mudah diterima. Mengapa setiap tokoh ketemu Anies bisa langsung berubah jadi mendukung? Karena mereka pada akhirnya tahu bahwa Anies paham masalah bangsa, bisa menjelaskan dengan bahasa yang dimengerti rakyat, dan punya solusi bagaimana tahapan demi tahapan untuk menyelesaikannya. Semua masuk di akal. Pada akhirnya, banyak yang sadar ternyata selama ini yang beredar di masyarakat dan sampai telinga mereka adalah fitnah tentang Anies. Kalau semua tokoh, agamawan, termasuk para ulama dan pendeta, ketua omas didatangi Anies satu persatu dan diajak dialog dari hati ke hati, dengan kejujuran, kerendahan hati dan bisa obyektif serta apa adanya, pasti semua bentuk curiga, kekhawatiran, bahkan lebencian akibat provokasi dan fitnah akan lambat laun menghilang. Fitnah semasif apapun akan luntur. Duit sogokan sebesar apapun kagak akan mempan. Karena ini sudah menyentuh soal nasib bangsa kedepan. Soal nasib anak cucu di masa yang akan datang. Nasib NKRI, nasib petani, nasib pendidikan, nasib kedaulatan negara, dll. Lu kagak usah protes soal kualitas kampanye Anies. Anies lebih tahu persoalan yang dihadapi oleh bangsa inu. Anies tahu persoalan dan tantangan apa aja yang harus dirembug dengan rakyat terkait nasib bangsa di masa yang akan datang. Anies datang tidak bawa uang. Tapi Anies datang untuk menjelaskan apa yang sesungguhnya dihadapi oleh bangsa ini dengan semua tantangannya di masa depan,. Anies punya gagasan bagaimana bangsa ini secara bersama-sama berkolaborasi untuk meresponnya. Bagaimana bangsa ini memanfaatkan kekuatan yang ada untuk membangun dan bisa tampil sebagai bangsa yang maju di masa yang akan datang. Siapa yang kagak terhipnotis dengan penjabaran Anies soal bangsa. Begitu ia menguasainya dan bisa memberi harapan. Tidak hanya harapan, karena Anies telah membuktikannya di Jakarta. Jakarta itu miniatur Indonesia. Rekam jejak Anies dengan semua perubahan di ibu kota membuat orang yakin bahwa Anies memang punya kemampuan. Dari sini, wajar kalau dukungan rerhadap Anies terus bertambah besar. Setiap pekan ada tokoh baru yang muncul dan memberi dukungan secara terang-terangan terhadap Anies. Muncul ulama dan pendeta yang deklarasi dan medukung Anies. Jumlah simpul relawan Anies pun dari pekan ke pekan semakin membesar. Membesarnya gelombang dukungan terhadap Anies membuat sejumlah pengusaha bersikap rasional, lalu merapat. Begitu juga teknokrat dan kelompok elit yang berkarir di dunia birokrasi, secara silent telah banyak yang merapat. Pihak-pihak yang ada di struktural pemerintahan sedang bergerak untuk mendukung Anies. Mereka berfikir terhadap masa depan karirnya. Dibandingkan dengan para kandidat lain, peluang dan kesempatan Anies untuk menang dan jadi presiden RI ke-8 jauh lebih besar. Bravo Anies. Takdir nampaknya sedang berpihak dan memberi amanah negeri ini kepadamu. Siapa yang gak bangga punya presiden seperti Pak Anies. Di mata dunia Internasional, Indonesia akan berwibawa.
Lu bayangin Pak Anies jadi presiden Indonesia. Lalu sebagai presiden, bicara di forum-forum internasional. Siapapun tokoh dunia akan mendengarkan. Sebab, Pak Anies telah diakui sebagai satu dari 100 intelektual dunia, 21 heroes, 20 tokoh berpengaruh dan satu dari 500 tokoh muslim berpengaruh di dunia. Pernah 2 menit bicara di depan Sekjen PBB, langsung mendapatkan apresiasi. Ini sungguh membuat bangga bangsa Indonesia. Ini semua fakta. Fakta dan lagi-lagi fakta. Fakta tentang kelebihan Pak Anies di mata tokoh-tokoh negara lain. Fakta-fakta ini bisa dibaca melalui jejak digital. Sejarah telah mencatatnya. Lu googling, dapet. Hadirnya Pak Anies menjadi Presiden akan membuat Indonesia punya bobot dan wibawa di mata dunia. Indonesia akan punya peran penting dalam isu-isu internasional. Di sini, Indonesia akan menjadi negara yang sangat diperhitungkan. Dulu, ada yang menuduh Pak Anies hanya pandai menyusun kata-kata, tapi gak pandai menyusun kerja. Pak Anies bilang: "saya tidak akan menjawab dengan kata-kata, tapi saya akan membuktikan dengan hasil kerja". Dan, benar sekali. Pak Anies telah membuktikannya. Ini buktinya: kemacetan di Jakarta terurai. Tahun 2017 rangking ke-4 kota termacet di dunia, sekarang berangsur berubah. 2018 rangking ke-7. 2019 rangking ke-10. 2020 rangking kr-31. Kemudian tahun 2021 rangking ke-46. Pak Anies telah menjawabnya dengan bukti hasil kerja. Lu sekarang keliling Jakarta naik kendaraan umum, bisa sekali bayar dan murah. Gonta ganti kendaraan, gak perlu bayar lagi. Naik busway, turun ganti angkot, turun lagi ganti MRT/LRT, gak perlu bayar-bayar lagi. Kalau cuma naik angkot, gratis. Sepuasnya. Setiap hari naik angkot di Jakarta, gratis. Angkotnya nyaman karena ber-AC. Gak ada lagi sopir angkot ngetem nunggu penumpang. Gak ada lagi angkot yang ngebut dan zig zag. Pokoknya nyaman deh. Lu jangan komentar. Coba dan buktikan dulu, baru komentar. Lihat gak, merasakan gak, tapi banyak komentar, ya salah! Itu ngawur namanya. Banjir di Jakarta benar itu masih ada. Tapi cuma dua jam, lalu surut. Dulu, banjir bisa 2-3 hari. Kerugian materiilnya banyak sekali. Jadi, hasil kerja Pak Anies nyata dan jelas. Lihat bangunan JIS (Jakarta Interternational Stadium). Megah sekali. Stadion sepakbola ini bisa buka tutup atapnya. Menampung 82.000 penonton. Kalah tuh stadion Real Madrid dan Barcelona di Eropa. Kalah tuh stadion di Amerika. JIS menjadi kebanggaan Persija dan Jakmania. JIS menjadi kebanggaan warga Jakarta. Rakyat Indonesia layak bangga, karena Jakarta itu ada di Indonesia. Bosan naik kendaraan, lu bisa pakai sepeda. Pak Anies siapin jalur sepeda ratusan kilometer sepanjang jalur di kota-kota Jakarta. Ratusan kilometer juga trotoar di Jakarta dilebarin. Sekarang, pejalan kaki di Jakarta nyaman. Bahkan sangat nyaman. Ratusan taman dan wisata kuliner juga dibangun Pak Anies di berbagai tempat. Sangat tertata, indah dan nyaman untuk warga Jakarta menikmatinya. Rumah DP 0%, lu sudah denger. Entah berapa tower yang sudah dibangun. Dan masih terus berproses pembangunannya. Ini solusi agar warga Jakarta pada bisa beli rumah. Rumah yang standar. Dan buktinya, semua berebut dan ngantri untuk punya rumah DP 0%. Pokoknya, Jakarta telah berubah. Berubah sekali. Lu bisa datang ke Jakarta dan buktiin langsung. Jangan kata orang. Itu bisa menyesatkan. Sudah gitu, Pak Anies gak pernah klaim itu kerjanya sendiri. "Ini hasil kolaborasi dengan semua pihak yang terlibat", kata Pak Anies. Nah, begitulah pemimpin. Menghargai anak buah dan pihak-pihak yang punya jasa. Soal ekonomi, lu click HP lu. 18 persen PDB Indonesia disumbang dari Jakarta. Pertumbuhan ekonomi Jakarta sangat bagus. Gak ada daerah yang sanggup ngasih bantuan bulanan kepada warganya sebanyak di Jakarta. Korupsi? Gak ada sepersen pun uang mengalir ke saku Pak Anies, keluarga atau kolega dengan cara yang haram. "Jangan hinakan jabatan anda untuk ditukar dengan rupiah" kata Pak Anies. Pantes aja Jakarta dapat WTP empat kali berturut-turut. Dapat tiga penghargaan dari KPK. Terus, apa yang membuatmu tidak bangga bro jika Pak Anies jadi presiden? Pernyataan Jokowi (sebagai pembelaan dirinya atas ijazah palsunya ?) bahwa *ijazah itu bukan sesuatu yang penting, tapi skill lebih penting bukan pernyataan dari seorang pemimpin yang terdidik. Itu pernyataan orang yang putus asa, orang yang tidak mau berjuang untuk menyelesaikan pendidikannya, atau orang yang pertimbangan hati dan berfikirnya sangat dangkal.
Jokowi memang sangat tidak layak jadi pemimpin, apalagi jadi panutan. Konsekuensi dan dampak buruk dari pernyataan Jokowi adalah : Pertama, pendidikan itu tidak penting, yang penting punya skill. Lalu, dari mana seseorang itu punya skill tertentu jika tidak diasah di sekolah ? Seorang anak kadang tidak mengetahui skill keahliannya apa. Setelah dia menempuh beberapa jenjang pendidikan barulah terbentuk skillnya. Jadi, skill itu kadang muncul setelah melalui beberapa jenjang pendidikan. Masalahnya, untuk mencapai jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dia harus lulus dan menyelesaikan pendidikan sebelumnya. Bukti bahwa dia sudah lulus dan menyelesaikan pendidikan maka dia punya ijazah dan tanda lulus. Kalau ijazahnya dapat beli atau rekayasa, darimana tahu dia punya skill ? Kedua, ijazah itu bukan sekedar menggambarkan seseorang sudah menyelesaikan tahapan pendidikan jenjang tertentu, tapi juga telah mampu melewati standar kompetensi minimal. Kalau seseorang tidak punya ijazah, berarti standar kompetensi minimalnya pun belum dipenuhi. Lalu skill apa yang bisa dibanggakan ? Ketiga, sebelum seseorang mencapai hasil lulus, maka dia harus menempuh ujian secara berjenjang. Istilah dulu ada tes harian (UH), tengah semester (UTS), akhir semester (UAS), dan akhir tahun (UAT). Semua tahapan ujian itu dimaksudkan supaya perkembangan belajar siswa selalu terpantau. Tanpa mengikuti tahapan-tahapan ujian semacam itu, bagaimana mungkin seorang siswa bisa mengembangkan skillnya ? Keempat, ijazah sebagai sertifikat akhir sebuah jenjang pendidikan, menggambarkan tingkat usaha, perjuangan, pengorbanan, dan kedisiplinan Sebaliknya, siswa yang tidak mendapatkan ijazah adalah siswa yang malas, tidak mau berkorban, ingin jalan pintas, dan tidak disiplin. Siswa semacam itu bagaimana mungkin punya skill yang benar ? Kelima, Ijazah (seharusnya) merepresentasikan kejujuran. Jika siswa yang menempuh pembelajaran secara benar dan normal, dia adalah suswa yang memiliki karakter jujur. Jika selama di SD 6 tahun, di SMP 3 tahun, di SMA 3 tahun, dan untuk jadi sarjana perlu 4-5 tahun, artinya seorang siswa telah belajar kejujuran selama 16-17 tahun, baru dapat ijazah SD, SMP, SMA, dan Sarjana. Lha kalau ijazahnya dapat beli, atau hasil rekayasa, mau jadi orang jujur dari mana ? Katanya Jokowi masuk SD tahun 1973, lulusa sarjana tahun 1985, jadi jenjang pendidikan Jokowi dari SD sampai Sarjana cuma 12 tahun (normalnya 16-17 tahun). Wah, ruar biasa jeniusnya. Mungkin karena Jokowi masa lalunya penuh misteri, teka-teki, dan tanda tanya, wajar jika saat ini di menjadi seorang pembohong, penipu, dan khianat, Maka selama Jokowi masih berkuasa, jangan harap nilai-nilai kebaikan seperti : kejujuran, amanah, dan kebenaran menjadi berharga. Padahal akhlak itu bagian penting dalam Islam. Tanpa akhlak, manusia lebih buruk dari binatang. Sungguh sangat mengerikan jika kepemimpinan Jokowi diteruskan. Kehidupan akan mengarah pada prilaku binatang. Homo homini lupus (Siapa yang berkuasa dia yang akan menindas) Aturan, hukum, norma, etika, dan agama sudah tidak berlaku lagi. Semoga Allah memberikan kekuatan kepada bangsa Indonesia, khususnya umat Islam dan mengadzab kepada para pemimpin zhalim. Bandung, 30 R. Awwal 1444 Sholihin MS. Upaya Jokowi melakukan "reunian" dengan teman kuliahnya, sekaligus menepis anggapan adanya ijazah palsu, akan sia-sia jika Jokowi tidak bisa menunjukkan ijazah aslinya. Atau, Jokowi secara gentle hadir di persidangan tentang gugatan "ijazah palsu". Masalah selesai tidak memancing polemik berkepanjangan.
Masyarakat tetap mempertanyakan kapan Jokowi wisuda, karena foto yang ditunjukkan baik yang di ijazah maupun foto wisuda yang ditunjukkan, ternyata foto orang lain (Menurut Bambamg Tri itu foto Hary Mulyono suami Idayati adik Jokowi). Masih ada misteri lain yang perlu diungkap, seperti soal skripsi, transkrip nilai selama 8 semester, dan ujian sidang sarjana harus diungkap ke publik. Sesederhana itu. Tidak harus muter2 memanggil temen-temennya untuk hadir, atau menyuruh Rektor dan Dekan untuk beropini. Ini tidak menyelesaikan masalah. Jokowi itu luar biasa. Selain luar biasa sebagai aktor pembohong dan penipu, dia jua bisa membuat orang lain takluk untuk melakukan apa saja. Mungkin keberanian Jokowi itu bakat dari lahirnya. Sang pemberani. Seluruh negeri bisa tunduk di bawah Jokowi. Hebat. Tapi sayang. Hidup ini bukan milik seseorang, bukan harus mengikuti kehendak seseorang. Hidup ini milik Allah. Allah pun telah menetapkan aturan hukumnya. Ada yang berupa *sunnatullah* ada yang berupa *qudratullah* Sunnatullah itu mengikuti aturan hukum sebab akibat. Manusia masih bisa merekayasa hukum ini. Sampai saat tertentu. Tapi tidak dengan hukum qudratullah. Qudratullah Allah yang mengendalikan. Jika qudratullah telah berlaku, tiada satu pun yang bisa menolaknya. Jokowi selama beberapa saat bisa mengutak-atik hukum sunatullah, tapi tidak akan lama. Sunnatullah yang akan nenimpa Jokowi akan terjadi diujung kematiannya. Tidak ada keburukan sekecil apa pun yang tidak akan dibalas oleh Allah. Sekarang dia sedang menghadapi *istidraj* (penundaan sementara). Jangan puas hati dulu. Jokowi itu simbol kepalsuan yang sedang dibiarkan Allah. Sepertinya, hampir semua kepalsuan menjadi kebiasaan. Jika dia bukan umat Rasulullah saw pastilah sudah Allah benamkan kedalam bumi. Efek dari kebohongan Jokowi adalah seluruh (aparat) negeri akan terinspirasi menjadi jahat, terutama di tingkat elit di sekitar Jokowi. Kejahatan di era Jokowi seolah-olah dipelihara dan dimanjakan Hebatnya lagi, para kacung Jokowi yang duduk di DPR/MPR hampir semuanya telah bisa disetir menjadi "pesuruh" Jokowi. Undang-undang yang mengamankan Jokowi pun mudah mereka buat, walaupun itu bertentangan dengan konstitusi, UUD 45 Asli dan logika nalar sehat. Demi menyelamatkan penipuan Jokowi tentang ijazah palsu, DPR nurut saja menghapuskan sanksi bagi pembuat ijazah palsu. Akibatnya, seluruh ijazah palsu di negeri ini tidak ada sanksi apa pun. Luar biasa efek Jokowi (jahat). Gayung pun bersambut. Menaker Ida Fauziyah akhirnya menyatakan bahwa ijazah bukan sesuatu yang utama dan jaminan dapat kerja. Wah-wah-wah, demi membela Jokowi (yang gak bener) aturan seluruh negeri pun berubah. Rektor UGM yang sudah terpojokkan dengan kasus ijazah "palsu" Jokowi, demi membela seorang Jokowi (yang jahat) rela mengorbankan kebenaran dan mengorbankan kredibilitas lembaga. UGM dalam sorotan, jika Jokowi sudah lengser maka yang tersisa hanyalah rasa malu dan penyesalan. Jokowi pasti jatuh. Tinggal nunggu waktu. Allah masih mengulur beberapa saat. Jangankan di akhirat, di dunia saja dia akan menerima balasannya. Balasan atas dosa-dosanya, dan balasan atas limpahan dosa-dosa orang lain. Selamat menantikan detik-detik runtuhnya Jokowi Sang Pendusta. Bandung, 22 R. Awwal 1444 Sholihin MS |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|