Dalam sebuah pesta, seorang teman terjatuh tapi ia meyakinkan semua orang bahwa ia baik-baik saja dan hanya tersandung batu. Mereka membantunya dan memberinya makan. Meskipun ia tampak masih kurang nyaman, teman ini melanjutkan aktivitasnya ikut pesta. Semua orang kaget ketika suaminya beberapa waktu kemudian memberitahukan bahwa istrinya telah dibawa ke rumah sakit pada jam 6 sore dan telah meninggal dunia. Ia terkena stroke pada saat pesta. Seandainya saja mereka sudah mengetahui cara mengidentifikasi tanda-tanda stroke, mungkin istrinya masih hidup hari ini. Beberapa diantara orang yang terserang stroke tidak meninggal, tetapi kondisi mereka jadi memprihatinkan. IDENTIFIKASI STROKE: Seorang neurologist berkata bahwa jikalau ia mendapatkan korban stroke dalam jangka waktu 3 jam, ia dapat membantu membalikkan efek dari stroke tersebut secara total. Menurut dia, yang sulit adalah bagaimana untuk mengenal sebuah serangan stroke, dan membuat pasien secara medis ditangani dalam waktu tidak lebih dari 3 jam sejak mendapat serangan. MENGENALI STROKE: Ingat 3 langkah, SBA. Baca dan pelajari! Terkadang tanda stroke sulit untuk di identifikasi. Kalau kita tidak mengetahui ini bisa berakibat fatal. Korban stroke dapat mengalami kerusakan otak yang besar ketika orang di dekatnya gagal dalam mengindentifikasi tanda sebuah stroke. Dokter saat ini berkata bahwa orang biasa dapat mengenal serangan stroke dengan 3 pertanyaan simple di bawah ini: S = Minta orang tersebut untuk SENYUM. B = BICARA. Minta orang tersebut untuk bicara kalimat yang mudah (secara langsung) Contoh : Hari ini sangat cerah. A = ANGKAT KEDUA TANGAN. Jikalau dia kesulitan dalam melakukan salah satu dari tugas sederhana di atas, panggil ambulan dan jelaskan tanda-tandanya kepada kepada petugas. CATATAN: Tanda lain dari sebuah stroke adalah:
0 Comments
Teman-teman tentu tahu pusaran air di tengah sungai? Kalau kita berada dalam pusaran air tersebut, semakin di tengah pusaran, semakin kuat dan dalam badan kita ditarik oleh pusaran sampai ke bawah permukaan sungai. Kalau tenaga kita masih cukup kuat melawan gaya tarik pusaran air itu, selamatlah kita dari tenggelam atau sebaliknya. Begitulah saya mengibaratkan suatu sikap atau pandangan hidup seseorang. Apabila seseorang membiasakan diri berpikir optimis, maka dia akan semakin terdorong untuk menjadi semakin optimis. Sebaliknya seseorang yang terbiasa berpikir pesimis, tanpa dia sadari pikirannya dengan cepat terperangkap pada pemikiran pesimis. Saat itu bisa saja dia tidak mampu lagi berpikir positip, sama seperti orang yang terjebak dalam pusaran air sungai tadi.
Apakah analogi ini bisa dipertanggungjawabkan? Silahkan ambil contoh penyanyi yang anda kenal. Silahkan perhatikan bagaimana masa tua penyanyi yang sering melantunkan lagu-lagu sedih, putus-asa, patah hati. Coba bandingkan dengan penyanyi yang sering membawakan lagu-lagu ceria, optimis, gembira. Mari kita perhatikan juga orang-orang yang hidup di desa dengan segalanya serba apa adanya. Kita sering heran bagaimana mereka bisa tetap senang dan bahagia. Kebiasaan mereka yang optimis terhadap kehidupan, membuat mereka bisa tetap tersenyum meskipun menurut orang kota keadaan mereka memprihatinkan. Inilah rahasianya doa yang diucapkan berulang-ulang dengan penuh penghayatan, yang pasti akan dikabulkan Tuhan. Siapapun dia dan apapun agamanya. Oleh karena itu, perhatikanlah segala sesuatu yang kita lakukan berulang-ulang dan menjadi suatu kebiasaan. Apabila kebiasaan itu sesuatu yang positip dan optimistis, maka kita akan terdorong menuju kebahagiaan, tetapi apabila sebaliknya berhati-hatilah jangan sampai anda terperangkap rasa pesimis, putus asa dan bukan tidak mungkin anda terdorong untuk bunuh diri. Marilah kita bangun kebiasaan-kebiasaan baik yang akan membawa kita pada pusat pusaran optimis yang akan mendorong kita menjadi bahagia. Salam bahagia selalu. Bintuni, 27 September 2012 Helfia Nil Chalis www.HelfiaStore007.com www.HelfiaStore.com Terus terang saya tidak mengenal Abu Muhammad yang menulis tentang kerinduannya setelah ditinggal almarhumah istrinya Hj. Robiatul Adawiyah. Namun, sepanjang saya membaca tulisannya entah sudah berapa kali saya terpaksa berhenti karena pandangan kabur tertutup linangan air mata haru. Semoga 'curhat' beliau membuka mata kita semua tentang arti hidup dan bagaimana seharusnya kita mengisinya. Tulisan saya kutip seperti aslinya dari www.pkspiyungan.org. Selamat membaca. Selamat Jalan Isteriku, Engkau Layak Atas Karunia Syahid itu... Minggu, 13 Januari 2013 17 tahun yang lalu, saat masih aktif menjadi penulis buletin dakwah, aku membaca nama pelanggan yang memesan buletin tersebut. Hj. Robiatul Adawiyah, pasti wanita yang sudah tua. Sudah naik haji dan namanya jadul sekali. “Akhi, seperti apa sih ibu Robiatul ini,” tanyaku kepada Pak Marjani yang bertugas mengantar buletin. ”Ndak tahu, nggak pernah ketemu, yang saya tahu dia pesan buletin itu untuk dikirim via bis ke Kotabangun”. Wah wanita yang mulia, mau menyisihkan uang untuk berdakwah kepada masyarakat di hulu sungai Mahakam. Tak lama kemudian setelah kita menikah, Buletin Ad Dakwah dari Yayasan Al Ishlah Samarinda diantar ke rumah. Ternyata wanita mulia tersebut adalah engkau istriku, bukan wanita tua seperti yang kukira. Melainkan mahasiswi yang aktif mengajar di Taman Al Quran. Istriku, beruntung aku dapat memilikimu. Sudah beberapa pemuda kaya yang mencoba mendekatimu tetapi selalu kau tolak. Kelembutanmu dan kedudukanmu sebagai putri seorang ulama besar menjadi magnet bagi para pria yang ingin memiliki istri sholehah. Kamu beralasan belum ingin menikah karena mau konsentrasi kuliah. Padahal alasan utamanya adalah kamu masih ragu dengan kesholehan mereka. Ketika Ustadzah Purwinahyu merekomendasikan diriku, tanpa banyak tanya kau langsung menerimaku. Hanya karena aku aktif ikut pengajian kau mau menerimaku, tanpa peduli berapa penghasilanku. Istriku, semua orang mengakui bahwa kau wanita yang tangguh. Jarang seorang wanita bercita-cita memiliki delapan anak sepertimu. Melihatmu seperti melihat wanita Palestina yang berada di Indonesia. Jika bertemu dengan Ustadz Hadi Mulyadi, suami mba Erni ustadzahmu, pasti pertanyaan pertama kepadaku adalah, “ Berapa sekarang anakmu?”. Sering orang bertanya kepadaku, “ Gimana caranya ngurus anak sebanyak itu?” Mudah, rahasianya adalah menikahi wanita yang tangguh sepertimu. Kehangatanmu membuat anak-anak kita merasa nyaman di dekatmu. Di saat kau lelah sepulang dari mengisi halaqoh atau ta’lim mereka segera menyambutmu dan melepaskan kekangenan mereka. Kadang lucu melihat mereka membuntuti kemana kamu pergi. Kamu ke dapur mereka bergerombol di sekitarmu, pindah ke ruang tamu, pindah pula mereka ke ruang tamu. Masuk ke kamar, berbondong-bondong mereka ke kamar. Sampai ada anak yang selalu memegang-megang bajumu dan kamu berkomentar,” Nih anak kayak prangko aja, nempeeel terus.” Jangan salahkan mereka, akupun memiliki perasaan yang sama dengan mereka. Kadang jika cintaku meluap aku berkata padamu, ”Bener nih kamu ndak nyantet aku? Aku kok bisa tergila-gila begini sama kamu?” Kamu tersenyum dan berkata, "cinta Umi ke Abi lebih besar dari cinta Abi ke Umi, Abi aja yang ndak tahu.” Tulisan berikut ini disusun oleh Lisminto, teman saya sesama Alumni Teknik Kimia ITB angkatan 1977. Lisminto pernah meraih Penghargaan ASEAN Engineering Award tahun 1998 di Manila, Filipina, dan pemegang paten Pemurnian Aspal Buton dengan Metoda Ekstraksi Terbalik. Lisminto beranggapan Mak Eroh pantas meraih gelar insinyur. Mari kita simak pendapatnya berikut ini. Setelah 25 tahun lebih berkarya sebagai seorang Insinyur. Saya selalu teringat akan karya Mak Eroh. Ia bukan alumni ITB 77, bahkan bukan alumni sekolah apapun, sehingga berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia tidak berhak menyandang predikat Insinyur. Tetapi karena karyanya dalam bidang Engineering yang begitu spektakuler, ia menjadi layak bergelar Insinyur berdasarkan Colins- Dictionary. Sekedar mengingatkaan (bagi yang lupa), Mak Eroh adalah peraih penghargaan Kalpataru tahun 1990, atas karyanya membuat saluran air bawah tanah yang menembus bukit sepanjang lebih dari 5 km, untuk mengalirkan air kehidupan di daerah Tasikmalaya. Berkah dari saluran tersebut, beberapa desa yang sebelumnya dikenal daerah tandus berubah menjadi daerah subur yang berkecukupan air. Eloknya, dia mengerjakan proyek raksasa tersebut seorang diri, hanya sedikit mendapat bantuan suka rela dari anak cucunya. Tanpa sekolah insinyur, Mak Eroh telah mendemostrasikan dirinya sebagai insinyur paripurna melalui karyanya. Beberapa disiplin yang telah dicakupnya dalam karya tersebut antara lain Civil Engineering, Geologi, Hdrologi, Geodesi dll. Ia bertindak sebagai desainer dan kontraktor sekaligus. Didasari rasa kagum dan sekaligus ingin menjadikannya tauladan bagi sesama, pada kongres Persatuan Insinyur Indonesia (PII) 1989 di Hotel Indonesia Jakarta, saya mengusulkan kepada dewan penilai PII agar Mak Eroh diberikan Gelar Insinyur Kehormatan. Usul tentu ditolak oleh panitia, dan kemudian PII menetapkan Prof. Selo Sumardjan, Dr. Ibnu Sutowo dan pengusaha terkenal Sudwikatmono sebagai penerima gelar kehormatan. Kebesaran Mak Eroh terutama terletak pada keikhlasannya yang paripurna untuk berbuat demi kemaslahatan umat. Ia tidak membutuhkan prasyarat apapun untuk merealisasikan keyakinannya. Agak mengherankan, meski ia tidak pernah pakai sepatu, jejak langkahnya sama dengan iklan pabrik sepatu terkenal, “Just do it”. Keikhlasan dan Ibadah Menutup tulisan ini, saya teringat akan diskusi dua orang senior alumni yang membahas tentang berkarya di dunia dan mempersiapkan kehidupan setelah meninggal. Mereka sepertinya sedang bergiat di dua tempat yang berbeda, di satu sisi mendirikan yayasan sosial untuk mempersiapkan kehidupan di akhirat dan melakukan bisnis untuk kelangsungan hidup di dunia. Saya teringat akan pesan Emha Ainun Nadjib, yang intinya menyatakan bahwa “Pekerjaanku adalah ibadahku”. Dikutip dari Buku Kisah-kisah Sebuah Angkatan Sebuah Majalah berjudul "Kabar dari Teluk" atau disingkat KaDaTe yang diterbitkan oleh Tangguh LNG dalam rangka menjalin komunikasi dengan masyarakat di Teluk Bintuni di mana Pabrik LNG Tangguh berdomisili, mendapat tempat cukup terhormat di hati penduduk setempat. Majalah ini terbukti mampu menjembatani kesenjangan informasi antara managemen Tangguh LNG dengan masyarakat di sekitar Teluk Bintuni. Begitupun bagi pekerja LNG Tangguh informasi yang disampaikan oleh majalah ini terbukti juga cukup banyak menarik perhatian. Dalam edisi terakhir misalnya, KaDaTe menginformasikan tentang peresmian pengoperasian listrik PLN di Bintuni oleh Gubernur Papua Barat dalam rubrik "Kabar Utama". Ada juga informasi tentang perbaikan pelabuhan kampung di Babo yang sudah mencapai 80%. Selain itu dalam rubrik "Kabar dari LNG" diinformasikan bahwa masyarakat Teluk Bintuni dan Fakfak sangat mendukung AMDAL yang dilakukan LNG Tangguh untuk proyek pengembangan Train-3. Majalah yang mengusung motto "Jujur dan tidak mengada-ada" ini juga secara rutin menulis rubrik "Sosok". Kali ini yang dibahas dadalah Bapak Daniel Asmorom, Ketua DPRD Teluk Bintuni. Putra asal Moskona ini mengungkapkan rasa syukurnya atas kehadiran LNG Tangguh yang telah membawa dampak positip bagi peningkatan kesejahteraan rakyat di kabupaten Teluk Bintuni. Selain itu juga Anna Christine Rumbino yang asli Biak Wondama dan sudah 3 tahun bekerja di LNG Tangguh. Anna mengungkapkan kepada KaDaTe "Selama bekerja di LNG Tanggu, saya mau belajar untuk menghargai orang lain tanpa melihat status mereka. Ini pelajaran berharga yang saya peroleh dan mau saya bagikan kepada rekan-rekan yang lain. Terkadang kita menjadi lupa diri, dan tidak mau untuk belajar rendah hati". Rubrik "Kabar dari Kampung" mengangkat kisah kerjasama Dinkes Teluk Bintuni dan LNG Tangguh dalam melakukan pemantauan dan pendampingan dalam rangka membantu perbaikan gizi balita. Dalam rubrik "Dorang Bicara" (Mereka Bicara), Yusuf Kandani dan Philipus Kabes, Warga Tanah Merah Baru, mengungkapkan harapan mereka agar Pemda Teluk Bintuni dan PLN segera mengalirkan listrik ke kampung Tanah Merah Baru. Adapun rubrik favorit saya adalah rubrik "Para-para mob", guyonan ala Papua dari KaDaTe. Berikut beberapa di antaranya: Piring Pake Pagar Ada paitua satu, kebetulan pace ko pergi ikut acara makan sumbang atau penggalangan dana. Pas acara makan, jadi pace ko pergi isi makanan, tapi makanan pace isi di piring banyak sekali. Setelah isi makanan, paitua mau minta permisi sama orang-orang masih berdiri antri, untuk duduk makan. Karena buru-buru, makanan yang begitu banyak di piring, sebagian tumpah kena anak kecil satu yang duduk di sebelah paitua. Anak kecil ko kaget, trus berdiri baru tegur paitua begini... "Om..kalau mau isi makanan banyak-banyak begitu tuu, ko beli piring yang pake pagar boleh...supaya tara tumpah kena orang lain!!". Titik Makan Koma Ada murid SD kelas 2 lagi pelajaran menulis dan membaca. Jadi de coba tulis di papan tulis apa yang ibu guru sampaikan trus de baca. Di papan tulis anak murid ko tulis begini: "budimakanikanwatimakannasi". Begitu lihat tulisan di papan tulis, ibu guru langsung marah. Mace ko kaseh tahu sama anak murid supaya kalo menulis atau membaca harus memperhatikan tanda baca seperti tanda titik atau koma. "Jang baca langsung-langsung (sambung).... Ko cepat baca ulang..!" Karena grogi takut kena marah, dengan buru-buru anak murid ini ko baca ulang: "Budi makan ikan Wati makan nasi titik makan koma!!". Hari ini rakyat di seluruh wilayah Indonesia berkesempatan ikut menentukan masa depan bangsa dan negara kita. Alhamdulillah meskipun kami bekerja rotasi dengan KTP dari berbagai daerah di luar Papua, tetapi tetap mendapat kesempatan menyalurkan aspirasi memilih perwakilan untuk daerah pemilihan Papua Barat. Memang prioritas surat suara tambahan diberikan kepada penduduk setempat tetapi nyatanya kami yang tidak berdomisili di Papua Barat tetap mendapat kesempatan memilih. Sebenarnya dengan bekerja rotasi memang separoh dari waktu kami sejak tahun 2007 berada di Papua Barat, tepatnya di Teluk Bintuni di mana lokasi Pabrik LNG Tangguh berada. Sosialisasi pemilu kali ini sangat jauh dengungnya kalau dibandingkan ketika pemilu-pemilu sebelumnya. Masih banyak yang hanya mengetahui tata-cara melaksanakan pencoblosan ketika sudah saatnya untuk mencoblos sehingga kebingungan dan kasak-kusuk bertanya ke sana kemari. Dulu bahkan lagu pemilupun anak-anak banyak yang hapal. Untunglah saya mendapat sedikit informasi dari teman-teman alumni Teknik Kimia ITB 77 melalui WhatsApp (WA) group. Pagi tadi misalnya ada teman saya Sigit Prayudi yang memposting petikan dari Cak Nun (Emha Ainun Najib):
"Kalau dalam Islam sederhana. Kalau misal anda tidak milih, kalau nanti anda berdoa supaya bangsa kita sejahtera nanti Tuhan mengejek juga, 'Lha, kamu ndak milih aja kok minta bangsamu sejahtera.' Jadi malamnya shalat dulu kek, kalau nggak sempat ya dalam hati saja berdoa, 'Ya, Tuhan, gimana mosok saya nggak nyoblos, saya kan warga negara. Saya pilihlah yang kira2 bagus. Cuma saya kan ndak bisa ngontrol dia, Tuhan. Jadi tolong dong, ini saya pilih satu. Setelah saya pilih dan coblos, saya serahkan kpd-Mu. Kalau dia pemimpin yg baik, panjangkan umurnya, beri dia kekuatan, dan bantulah urusan2-nya. Tapi kalau yang aku pilih ini ternyata penghianat, penjilat, penindas rakyat dan sama sekali tdk punya cinta kpd kami2 yg di bawah ini, mbok dilaknat dgn cepat, mbok cepet2 diberi tindakan, Tuhan. Terlalu lama lho kami rakyat Indonesia kayak gini terus bingung nggak habis2. Terus kpd siapa dong aku mengeluh? Kpd siapa dong rakyat Indonesia mengeluh? Kpd DPR? Wong mereka itu yg justru kami keluhkan kpd-Mu ya Allah. Jadi tolong, Tuhan...'" Mari berdoa dan semoga doa kita dikabulkan Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa. Aamiin. Ayo kita lanjutkan serial kisah alumni ITB angkatan 77 di sini. Kali ini mari kita ikuti perjalanan karir Direktur Utama Pacific Link, Wahyoe Prawoto sorang alumnus ITB Jurusan Teknik Industri angkatan 77. Simak tulisannya berikut ini. Sulit untuk mengarang Walaupun saya asli orang Jawa, tapi saya sekolah SD, SMP dan SMA di Medan. Saya ingat bahwa pelajaran mengarang adalah pelajaran yang paling saya benci, karena terasa selalu tidak punya bahan untuk dijadikan karangan. Sewaktu ada tugas mengarang di kelas 4 SD di Medan, saya buat judulnya “Mengarang” dan di situ saya tuangkan “uneg-uneg” saya betapa sulitnya pelajaran mengarang. Kenapa? Karena sulit mencari bahan untuk dituangkan dalam karangan. Awal SMP, entah dari mana datangnya, saya mulai menulis puisi, dan hobi ini berlanjut sampai kuliah. Tapi puisi-puisi itu hanya untuk digunakan sendiri, atau oleh orang lain seperti adik saya waktu ada peringatan Hari Kartini di sekolahnya. Sesekali saya berikan puisi tersebut ke seseorang yang saya sukai. Pernah saya coba kirimkan ke sebuah harian di Medan, tapi tidak pernah dimuat. Ternyata keinginan untuk mengarang justru akan melatar-belakangi kehidupan dan jalan karier saya di masa depan. Mengarang dan menulis, rupanya juga nantinya akan menjadikan salah satu kebahagiaan kami sekeluarga. |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|