Dikutip dari Faktakini.net
Mahatir M: "Krisis ekonomi 1998 memang dirancang untuk menjatuhkan Pak Harto. Jika Pak Harto tidak jatuh, Indonesia akan jadi Negara maju.." Sultan Bolkiah: "Dipimpin Pak Harto Indonesia bersatu. Pemerintahan stabil, ekonomi maju sangat pesat. Sangat disayangkan beliau dijatuhkan" Lee Kuan Yew: "Pak Harto pemimpin luar biasa. Beliau harus mendapat tempat terhormat dalam sejarah Indonesia ..." Pak Harto berkali-kali mengutarakan niat untuk mundur, namun beliau melihat ancaman luar biasa besar membahayakan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Fitnah KKN terhadap Pak Harto dan keluarga, yang kemudian dituangkan dalam TAP MPR utk memeriksa harta kekayaannya, ternyata tidak terbukti. Majalah TIME agen konspirasi global memfitnah Pak Harto & keluarga dengan tuduhan punya simpanan USD 30 Miliar ternyata tidak terbukti sama sekali. Berbagai Tim Khusus dibentuk pemerintah untuk menyelidiki harta Pak Harto, satu pun tidak menemukan rekening, SDB, dsj di perbankan asing. "Silahkan cari kemana saja, jika terbukti saya ada simpanan 1 sen saja, saya siap dihukum mati.." kata Pak Harto. Semua tuduhan itu fitnah. Belakangan terbukti, Pak Harto dijatuhkan oleh Konspirasi Global (P Demokrat AS-PKC China dan sekutunya) berkolusi dengan kelompok anti Soeharto. Penyebab utama Pak Harto dijatuhkan karena kemesraan dan keberpihakan Pak Harto yang besar kepada umat Islam sejak 1986, pihak2 tertentu marah. RI merdeka 1945, namun kemerdekaan umat islam Indonesia sejatinya baru terjadi pada tahun 1986/1987, setelah Pak Harto berpaling ke Islam. Sebagai manusia Pak Harto sudah pasti tidak sempurna, ada kelemahan, kesalahan, kekurangan, namun beliau tetap Pahlawan, jasanya luar biasa besar. Terbukti pada beberapa hari setelah PKI melancarkan G30S/PKI, membunuh para pimpinan TNI AD, ulama-ulama dan tokoh-tokoh anti PKI di seluruh Indonesia. Dari dokumen rahasia CIA yang sudah boleh diakses publik ditemukan catatan pejabat CIA tentang pertemuan pertama CIA dgn Pak Harto awal Oktober 1965. CIA belum pernah buka ke publik, Pak Harto juga tidak pernah ungkap mengenai pertemuannya dengan CIA beberapa hari setelah G30S/PKI di Jakarta. Laporan CIA itu menyebutkan bahwa setelah PKI melakukan Gestapu, TNI AD di pimpin Mayjen Soeharto berhasil menggagalkan PKI untuk kendalikan NKRI. Faktor utama kegagalan Gestapu PKI, menurut CIA adalah 'timing' yang tidak tepat, Gestapu dilakukan 5 hari sebelum HUT TNI 5 Okt 1965 ADALAH KESALAHAN FATAL. Gestapu PKI dilancarkan pada saat seluruh pasukan TNI dan pimpinan TNI sedang berkumpul di Jakarta. Mobilisasi pasukan dalam rangka HUT TNI. Kesalahan fatal kedua PKI adalah meremehkan sosok Soeharto yang hanya seorang panglima pasukan cadangan TNI AD, dulu Kostrad tidak prestisius. Panglima Kostrad Mayjen Soeharto sebagai pimpinan pasukan cadangan pada saat itu memang tidak diperhitungkan PKI sebagai pimpinan utama TNI AD. Under estimated terhadap Soeharto juga disebabkan karakternya yang tidak menonjol. Soeharto tidak terseret dalam faksi tertentu di TNI AD. CIA mengungkap sikap low profile Soeharto disebabkan oleh kegagalan besar Operasi Trikora Pembebasan Papua Barat, di mana TNI kalah telak dari Belanda. Fakta sejarah: Operasi Trikora gagal total. Ribuan anggota TNI gugur di hutan belantara Papua tanpa pernah berperang dgn musuh (pasukan Belanda). Fakta sejarah: Hampir 10 ribu tentara RI mati di hutan belantara Papua krna malaria, kelaparan, kedinginan dll, bukan karena bertempur. Fakta sejarah: Armada AL RI gagal menembus Blokade Papua. Dari 25 kapal perang, hanya 3 yang bisa menuju ke Papua Barat dan tenggelam digempur Armada Belanda. Fakta sejarah: 25 kapal perang RI dibeli dengan pola utang dari Uni Soviet, tidak bisa menuju ke Papua karena tidak ada BBM, mangkrak di Makassar. Kekalahan telak Operasi Trikora sangat memalukan Soekarno yang sudah terlanjur berjanji kepada rakyat akan membebaskan Papua Barat, Soeharto kena getahnya. Karakter Soeharto yang low profile, tidak suka berpolitik selama menjadi perwira TNI, membuat posisinya dianggap netral, tidak berbahaya oleh PKI. Di internal TNI pada saat itu, ada TNI faksi pro Soekarno seperti Jenderal Ahmad Yani, ada faksi pro Abdul Haris Nasution (anti PKI) dan TNI faksi pro PKI. Dari Film G30S/PKI yang dibuat berdasarkan fakta sejarah itu, rakyat tahu bahwa sempat timbul prokontra di polit biro PKI mengenai Jenderal Ahmad Yani. Keputusan PKI untuk menculik dan membunuh Jend. A. Yani yang Soekarnois didebat anggota polit biro PKI. Akhirnya bulat disepakati Jend. A. Yani masuk daftar korban. Dokumen CIA menyebut bahwa keputusan PKI utk menghabisi Jend. A. Yani karena kekhawatiran Yani akan jadi masalah jika Soekarno meninggal dunia. Mayjen Soeharto adalah staf Jend. A. Yani, Pak Harto tidak termasuk pimpinan TNI AD yang diperhitungkan PKI, inilah kesalahan fatal Gestapu PKI. Laporan CIA jelas menyebut ada kesalahan analisa Polit Biro PKI dlm menyusun daftar korban. PKI tidak perhitungkan kemampuan militer Soeharto. Secara politik, benar Mayjen Soeharto sudah tamat karena memalukan Soekarno, secara militer juga tamat karena hanya jadi Panglima Pasukan Cadangan. Dari perspektif faksi militer, Soeharto tidak masuk faksi mana pun. Soeharto hanya dianggap bayang-bayang Jend. A. Yani, Gestapu pun dilancarkan PKI. Pertanyaan besar tentang faktor keberhasilan Soeharto lakukan serangan balasan terhadap aksi Gestapu yang berujung kepada penumpasan PKI terjawab dalam Laporan CIA. Saat hampir semua pimpinan TNI AD yang anti PKI dan pro Soekarno sudah dibunuh PKI, yang tersisa hanya Mayjen Soeharto dan Jend. Nasution yang terluka. Mengapa Soeharto bisa mobilisasi TNI begitu cepat dalam jumlah besar..? 1. Sebagian besar Pasukan TNI ada di Jakarta dalam rangka HUT TNI 5 Okt 1965. 2. Soeharto adalah ex Panglima Trikora, satu-satunya Jendral yang berpengalaman memobilisasi pasukan TNI dalam jumlah besar luput dari analisa PKI. Soeharto selaku eks Panglima Operasi Trikora berpengalaman koordinasi dan mobilisasi pasukan dari tiga matra TNI. Soeharto ex Panglima Operasi Trikora berpengalaman memimpin, memobilisasi ratusan ribu pasukan dari tiga matra TNI PKI, skak mat TNI balas aksi PKI. "Bagi Soeharto memerangi pemberontakan PKI 1965 sama seperti perang lawan pasukan Belanda. Hanya saja PKI lebih lemah daripada Belanda" ~ CIA. Laporan CIA tentang G30S/PKI dan operasi penumpasan PKI yang baru diungkap setelah 30 tahun disimpan sebagai dokumen rahasia menjawab banyak pertanyaan rakyat. Jika bukan Mayjen Soeharto yang tersisa dan mengambilalih komando pimpinan TNI AD, sejarah Indonesia pasti berubah, RI SUDAH JADI NEGARA KOMUNIS. Banyak kemungkinan terjadi, dan semuanya lebih buruk, jika tidak ada Mayjen Suoeharto ketika Gestapu PKI terjadi. Komunis Rusia setelah sukses melakukan Revolusi Bolsyewik 1917, komunis Rusia melakukan pembersihan, puluhan juta rakyat antikomunis dibunuh. Komunis China selama revolusi kebudayaan bunuh puluhan juta rakyat sendiri. Vietnam, Kamboja, Laos, Kuba, dll ..Komunis bunuh jutaan rakyat mereka sendiri yang anti Komunis. Komunis di seluruh dunia sama. Sesama komunis bersaudara. Komunis tdk mengenal batas negara, mereka dipersatukan oleh Doktrin Komintern. Doktrin Komunis Internasional/komintern melahirkan konsistensi militansi setiap kader komunis. Ikatan Persaudaraan Komunis dunia sangat erat. Kembali ke laporan CIA, Saya sungguh terharu membaca laporan tersebut karena membuktikan Sorharto tidak seperti tudingan sekolompok orang. Disebutkan bahwa setelah Soeharto berhasil memegang kendali TNI & memulihkan pemerintahan, CIA menawarkan banyak bantuan namun semua ditolak oleh Soeharto. Soeharto hanya mau berunding dengan CIA-AS jika prasyarat yang dimintanya disetujui oleh pemerintah AS, jika tidak maka tidak ada perundingan. Apa syarat yang diajukan Mayjen Soeharto kepada CIA-AS..? Bukan senjata bukan pula uang suap, dan juga bukan info intelijen, SOEHARTO MINTA BERAS. Oktober 1965 Rakyat kelaparan, inflasi 650% (standar normal < 10%), defisit 175% (standar normal < 2,5%), bahan pokok langka, RI dalam bencana kelaparan. Terbukti Soeharto memikirkan nasib rakyat yang terancam mati kelaparan dengan meminta AS kirim beras ke RI, Rakyat RI utang nyawa pada Soeharto. CIA awalnya menolak permintaan Soeharto, AS bisa bantu kirim senjata dll tapi tdk bisa kirim beras. Apalagi sebanyak 400.000 ton, AS tak bisa. CIA bujuk Soeharto akan bantu apa saja selain beras, anggaran bantuan beras oleh Presiden AS tidak masuk APBN AS. Proses persetujuannya rumit, Soeharto tetap pada sikapnya, AS kirim beras ke RI secepatnya, baru TNI akan berunding dengan AS. CIA tidak punya pilihan kecuali lapor ke Lyndon B Johnson. Gara-gara permintaan aneh dari Soeharto kepada AS, Presiden Lyndon B Johnson terpaksa jungkir balik memenuhinya, lobi senator dan anggota kongres. Mengapa AS repot-repot bersedia memenuhi permintaan mayjen Soeharto..? Karena keberhasilan Soeharto menggagalkan PKI berkuasa telah meringankan beban berat AS. Perang Dingin Barat vs Komunis sedang pada puncaknya. Banyak negara di dunia telah dicengkram Komunis, di Asia Tenggara hampir semua jatuh ke tangan Komunis. Keberhasilan TNI AD menggagalkan PKI/Komunis berkuasa tanpa campur tangan AS merupakah anugerah terbesar untuk AS yang sedang frustasi karena Komunis. Kekhawatiran AS bahwa teori domino juga terjadi di Asia Tenggara dipatahkan Soeharto tanpa bantuan AS yang saat itu sedang trauma karena kalah dimana-mana. AS lega, Asia Tenggara gagal dikuasai komunis, Australia lepas dari ancaman ditelan setan komunis. Karena jika RI jatuh, Australia pasti jatuh. Teori Domino: jika di suatu kawasan sudah ada 2-3 negara yg dikuasai komunis maka Negara-negara komunis tersebut akan membantu komunis di negara tetangga, akhirnya semua negara di suatu kawasan tertentu akan jatuh ke kekuasaan komunis. Sungguh Mengerikan..!! ALHAMDULILLAH RI GAGAL DIKUASAI PKI. Pemerintah AS sangat terima kasih atas jasa besar Soeharto menggagalkan komunis kuasai RI, Australia, New Zealand, Asia Tenggara, dst. Salah satu bentuk terima kasih AS adalah dengan menekan Belanda dan pengaruh PBB agar Papua Barat diserahkan kepada RI. Freeport sebagai jaminan AS di Papua. Keberadaan Freeport yang berentitas AS di Papua, menjamin keutuhan NKRI. Tidak ada kekuatan asing yang berani usik Papua sebagai bagian integral NKRI. AS bantu revitalisasi alutsista TNI yang berguna dalam operasi penumpasan PKI, juga laporan intelejen dari CIA yang memuat daftar nama-nama kader PKI. Karena kemiskinan/kebodohan adalah faktor utama tumbuh suburnya komunisme Rezim ORBA diberi pendampingan konsep dan program pembangunan oleh AS. Fakta sejarah itu sekarang diputarbalikan oleh kader-kader dan simpatisan PKI, dijadikan fitnah oleh kader PKI untuk menyerang Soeharto dan TNI.
0 Comments
Sehubungan dengan telah didaftarkannya Gugatan Perbuatan Melawan Hukum Secara Materiil Dalam Fungsinya Positif Oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Juncto Perbuatan Tercela Presiden Negara Republik Indonesia dan Gugatan Perbuatan Melawan Hukum Secara Materiil Dalam Fungsinya Positif (Perbuatan Tercela) Oleh Joko Widodo selaku Presiden Republik Indonesia, sebagaimana telah terdaftar via E Court dengan registerasi perkara Nomor : 265/Pdt.G/2021/PN.Jkt.Pst dan Nomor: 266/Pdt.G/2021/PN.Jkt.Pst yang didaftarkan pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tanggal 30 April 2021, Tim Pembela Ulama dan Aktivis (TPUA) dengan ini menyampaikan hal-hal sebagai berikut :
1. Bahwa Gugatan yang telah dilayangkan terhadap Lembaga Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia Republik Indonesia (DPR-RI) dan Presiden Joko Widodo adalah bentuk perhatian dan keprihatinan sejumlah Rakyat Negara Republik Indonesia selaku Pembayar Pajak Negara Guna Pembiayaan Belanja Negara Republik Indonesia, atas kondisi faktual bangsa dan Negara Republik Indonesia. 2. Bahwa Gugatan Perbuatan Melawan Hukum Secara Materiil Dalam Fungsinya Positif yang diajukan Terhadap Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) disebabkan adanya sejumlah persoalan bangsa terutama adanya fakta atau peristiwa hukum berupa tidak dilaksanakannya fungsi DPR RI sehubungan dengan adanya Perbuatan Tercela Presiden Republik Indonesia, yaitu : 1. Hak Interpelasi, yaitu hak DPR untuk meminta sebuah keterangan kepada pemerintah yang mengenai kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada sebuah kehidupan masyarakat, bangsa, dan bernegara. 2. Hak Angket, yaitu hak DPR untuk melakukan sebuah penyelidikan terhadap pelaksanaan suatu undang-undang dan/atau kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis, dan berdampak luas pada sebuah kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diduga bertentangan dengan sebuah peraturan perundang-undangan. 3. Hak Menyatakan Pendapat, yaitu hak DPR yang dilakukan untuk menyatakan sebuah pendapat atas kebijakan pemerintah dan kejadian dari luar biasa yang terjadi di tanah air dan dunia internasional. Perbuatan Tercela Presiden tersebut dibawa kepada Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia untuk mendapatkan putusan tetap bahwa Presiden terbukti melakukan Perbuatan Tercela. Atas putusan tetap tersebut dapat di bawa ke dalam Sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, guna dilakukan pemberhentian selaku Presiden Negara Republik Indonesia, karena terbukti melakukan Perbuatan Tercela, sebagaimana yang dimaksudkan dalam ajaran Perbuatan Melawan Hukum Secara Materiil Dalam Fungsinya Positif. Bahwa Gugatan Perbuatan Melawan Hukum Secara Materiil Dalam Fungsinya Positif yang diajukan Terhadap Presiden Joko Widodo, disebabkan adanya sejumlah persoalan bangsa terutama adanya fakta atau peristiwa hukum : 1. Penegakkan Hukum Curat-Marut; 2. Perekonomian Curat-Marut; 3. Serangkaian Pembohongan Publik. 4. Melahirkan regulasi nasional yang tidak patut atau tidak layak atau tercela berdasarkan agama apa pun di Indonesia ini. 5. Membuat gaduh (sesama anak bangsa dipotensikan bertikai) di negeri ini. Bahwa terhadap fakta dan peristiwa hukum dimaksud, dalam dua Gugatan yang diajukan terhadap DPR RI dan Presiden Republik Indonesia, Tim Pembela Ulama dan Aktivis (TPUA) melalui 2 (dua) gugatan a quo menuntut agar : 1. DPR RI dinyatakan melakukan perbuatan melawan hukum dalam fungsinya positif, yaitu Perbuatan Tercela atau Perbuatan Tidak Patut atau pembiaran terhadap perilaku Presiden yang tercela atau tidak melaksanakan kewajiban hukumnya. 2. DPR dihukum untuk melaksanakan: 1. Hak Interpelasi, yaitu hak DPR untuk meminta sebuah keterangan kepada pemerintah yang mengenai kebijakan pemerintah yang penting dan strategis serta berdampak luas pada sebuah kehidupan masyarakat, bangsa, dan bernegara. 2. Hak Angket, yaitu hak DPR untuk melakukan sebuah penyelidikan terhadap pelaksanaan suatu undang-undang dan/atau kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis, dan berdampak luas pada sebuah kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang diduga bertentangan dengan sebuah peraturan perundang-undangan. 3. Hak Menyatakan Pendapat, yaitu hak DPR yang dilakukan untuk menyatakan sebuah pendapat atas kebijakan pemerintah dan kejadian dari luar biasa yang terjadi di tanah air dan dunia internasional. Atas Perbuatan Tercela presiden, dan membawa penetapannya bahwa presiden terbukti telah melakukan Perbuatan Tercela. Atas penetapan tersebut seharusnya membawanya kepada Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia untuk mendapat putusan hukum. 3. Presiden Joko Widodo dituntut untuk menyatakan secara terbuka di publik, pengunduran dirinya selaku presiden-RI. 4. Presiden Joko Widodo dinyatakan melakukan perbuatan melawan hukum dalam fungsinya positif atau melakukan perbuatan tercela atau perbuatan tidak patut atau perbuatan tak terpuji. 5. Presiden Joko Widodo dihukum untuk membuat pernyataan tertulis di muka publik atas kesalahan tersebut, yaitu melakukan perbuatan tercela atau perbuatan tidak patut atau perbuatan tak terpuji. Selanjutnya, Tim Pembela Ulama dan Aktivis (TPUA) yang menjadi Kuasa Hukum Pengggugat DPR RI dan Presiden Joko Widodo (FAHRI LUBIS, DKK dan MUHIDIN JALIH, DKK) menunggu panggilan sidang sekaligus memohon dukungan dan do’a kepada segenap rakyat Indonesia, agar ikhtiar memperbaiki kondisi bangsa dan negara mendapat ridlo dan pertolongan Allah SWT. Demikian Press Release disampaikam, terima kasih. Jakarta, 30 April 2021 Tim Pembela Ulama dan Aktivis (TPUA) Azam Khan, S.H. Humas Hp. 08123242274 Ahmad Khozinudin, S.H. Koordinator Advokat Hp. 081290774763 Iramawati Oemar
Rasanya hati ini mendidih melihat Pak/Ustadz Munarman diperlakukan seperti ini. Saat proses penangkapan di rumahnya, beliau mau pakai sandal saja tidak boleh, padahal mungkin hanya butuh waktu kurang dari 1 menit. Densus 88 sedikitpun tak memberi kesempatan, bahkan beliau dibentak, dibawa secara paksa. Adakah mereka berani berlaku kasar seperti itu pada TSK KORUPTOR?! Beranikah aparat penegak hukum mendorong, memaksa, membentak koruptor kakap, apalagi koruptor bansos?! Yakin "tidak"! Malah kalau menghadapi koruptor akan santun sekali, diberi kesempatan melambai²kan tangan segala. Sekitar jam 5 sore dijemput dari rumahnya di Pamulang, Tangsel, tiba di Polda Metro malam harinya, dalam keadaan mata ditutup kain hitam. Untuk apa?! Bukankah Pak Munarman hanya seorang diri, tangannya sudah diborgol ke bagian belakang badannya, apa masih bisa melawan?! Dalam keadaan shaum Ramadhan pula. Bahkan untuk berbuka pun saya yakin tidak bisa kalau borgol tak dibuka. Apakah beliau diberi kesempatan membatalkan puasannya saat maghrib tiba?! Apakah bisa berwudhu dan sholat dalam keadaan diborgol?! Kenapa masih harus ditutup matanya?!! Rasanya belum pernah lihat koruptor kakap dan/atau bandar besar narkoba yang ditangkap lalu dibawa dalam keadaan sudah diborgol masih pula ditutup kain hitam matanya. Satu hal, makna yang bisa ditangkap adalah: mereka hendak MENGHINAKAN Pak Munarman. Hanya bercelana pendek (maklum sedang di dalam rumahnya), padahal, mereka pasti tahu, itu bagian dari aurat laki-laki. Seandainya terjadi pada seorang perempuan, pasti dibawa dalam keadaan masih pakai daster dan gak sempat pakai jilbab. Mereka ingin mempermalukan Pak Munarman, sama seperti ketika dulu memamerkan Ustadzah Kinkin Annida, padahal cuma dituduh melanggar UU ITE. Ya ALLAH, kami tidak terima ini semua! Pagi tadi saat sahur, nonton tausiyah UAS dan Sahabat, ada ucapan UAS yang cukup bikin adem dan optimis. "Jika engkau direndahkan, dihinakan, oleh sesama manusia, maka sesungguhnya itu menunjukkan bahwa engkau sebenarnya MULIA disisi ALLAH. Yang kekal itu perkataan ALLAH, bukan perkataan manusia." "Jika engkau dihina, sesungguhnya ALLAH sedang ingin memberimu ganjaran/pahala berlimpah yang tidak akan bisa didapat dengan sholat, puasa, haji, dan ibadah lainnya". (Ustadz Abdul Somad, dalam tausiyah sahur di TV One, 28 April 2021, 04.25 wib) Ya Allah, hinakanlah sesiapapun yang menghinakan ulama kami, rendahkanlah sesiapapun yang merendahkan marwah kaum Mukminin, dzholimilah sesiapapun yang mendzholimi Muslim yang lurus dan sedang berikhtiar menegakkan kebenaran dan keadilan. Aamiin allahumma aamiin... Pak Munarman, insyaa Allah anda kuat. Anda punya NYALI, itu sebabnya anda ditarget duluan, untuk menciutkan nyali yang lain. Insyaa Allah, Robb mu sedang meninggikan derajatmu. Akhirnya Kapal Selam KRI Nanggala resmi dinyatakan hilang. Awalnya, kapal selam buatan Jerman ini dinyatakan hilang pada Rabu (21/4/2021). Dilaporkan KRI Nanggala tenggelam di kedalaman 800 meter dan terbelah tiga.
Berikut ini sebuah tulisan anonim yang diduga berasal dari salah satu putri prajurit KRI Nanggala yang sangat menyentuh perasaan kita. Semoga semua korban yang muslim dicatat Allah meninggalnya dalam keadaan syahid karena membela negara. Aamiin. Berita tentang hilangnya kapal selam sejak kemaren, membuat berkecamuk semua rasa kami. Ya, salah satu awak kapal itu adalah ayah kami, yang pamit bertugas hanya seminggu, namun di hari ketiga di khabarkan loss contac. "Ya Allah, tolong ya Allah, butuh keajaibanmu" gumam adik perempuanku yang tak lepas dari TV dan memantau lewat sosial media. "Eh, jangan bilang tenggelam dulu dong, jangan menyerah dong, carii, cari terus" histerisnya adik lelakiku penuh emosi. Aku sebagai anak perempuan tertua menahan semuanya, tidak ikut emosi walau air mata tak bisa terhenti. Tanggung jawabku memastikan keadaan rumah terkendali, terutama ibuku, sesuai pesan ayah yang selalu di ulang-ulang, "Saat ayah bertugas, kondisi rumah menjadi tanggung jawabmu, bantu bunda untuk menjalankan hari selama ayah tertugas, kamu anak pertama, tugas ini memang untuk kamu, walaupun kamu perempuan, maka jadilah perempuan yang kuat, adikmu boleh menyerah, tapi kamu tidak boleh menyerah jika masih bisa berdiri" Hari-hari biasa kudengar petuah itu layaknya kaset yang di ulang-ulang terus sebulan 2 sampai 3 kali setiap mau bertugas beberapa hari. Dan akan lebih lama petuah itu jika ayah akan bertugas sebulan lebih. Dan kemaren petuah itu tidak lebih lama, namun sebelum masuk mobil ayah kembali dan menghampiriku, memegang pundakku, dan berkata "Ingat tanggung jawabmu, menjaga semua menjadi baik-baik saja, walau dalam keadaan tidak baik" Hanya kujawab dengan anggukan, karena kupikir "apaan sih ayah, tugas cuma seminggu aja" Namun ternyata tidak seperti biasanya, ayah berlayar tanpa kabar. Sejak di nyatakan hilang, ibuku menangis tapi tidak histeris, berdiam diri di kamar, di atas sajadah, terus merapalkan doa. Kuhampiri saat berbuka puasa, kupastikan ibu baik-baik saja. Ingin rasanya berteriak, namun sesuai pesan ayah, aku tidak boleh, aku harus jalankan tugas ayah. Dan saat pimpinan tertinggi menyatakan "on eternal patrol". Adikku menjerit, histeris, aku bingung, aku kwatir, harus bagaimana, ibuku, namun saat mau kubuka pintu kamar, ibu keluar dan meminta kami duduk tenang. "Dulu saat ayah mau meminang bunda, ayah ragu, karena dia tahu tugasnya yang akan membuat beliau akan sering meninggalkan bunda, namun kami saling cinta, suatu saat ayah bilang 'jadi tentara adalah takdirku, dan mencintaimu juga takdirku, tapi jika kamu tak sanggup akan takdirku, baiklah akan kuikhlaskan, maaf saya lebih memilih jadi tentara daripada menjadi pasangan yang tidak siap menjadi istri tentara'. Lalu bunda jawab 'menjadi tentara adalah takdirmu mas, dan menjadi istri tentara adalah takdirku, aku siap'. Benar saja, ayah pernah bertugas hitungan bulan sampai setahun lebih, bunda mengambil alih tugas ayah, benerin genteng, menambal rumah, bahkan hanya adik galang yang lahir di tunggui ayah, tidak untuk anak pertama dan kedua bunda, bunda urus anak sendiri, bunda lakukan semua hal saat ayah bertugas, namun bunda jadi ratu saat ayah di rumah, itulah ayah kalian, yang tegas dan garang di medan laga, namun sangat lembut di rumah, coba ingat, pernahkah sekalipun ayah membentak kalian? Kalian masih ingat kan, saat ayah marah sekali, hanya sorot matanya yang tajam, gerahamnya mengeras, lalu pergi meninggalkan kalian, ayah masuk kamar, dan diam. Saat amarah sudah reda ayah keluar mencoba senyum dan berbicara. Itulah ayah" Air mata ini telah menganak sungai saat bunda berbicara dari hati dan dengan hati-hati. Kami diam, walau terisak. Kemudian bunda melanjutkan petuahnya. "Sekarang ayah sedang bertugas, menjaga samudra negeri ini, walau tak akan pulang, jangan bersedih, ini takdir, ikhlaskan, layaknya kita melepas ayah pergi bertugas seperti biasanya, namun kali ini tugasnya lebih berat, butuh dukungan dan doa kita untuk tugas ayah, pastikan kita semua mengingat dan menjalankan tugas-tugas yang di berikan ayah". Teringat semua tugas yang ayah berikan kepada kami, baik yang di dengar semua atau di berikan satu per satu. "Sekarang mari kita hormat, lalu ambil wudhu dan kita laksanakan sholat ghoib". Perintah bunda, wanita kuat didikan seorang prajurit. Kami semua menghadap televisi yang sedang menayangkan gambar-gambar kapal yang di naiki ayah. Bunda memimpin penghormatan kami. "Hormat graak". "Selamat bertugas prajurit, jangan kwatirkan kami, kami baik-baik saja, jika masih ada dermaga maka bersandarlah, dan jika dermagamu adalah surga maka tunggu kami di dermaga itu, selamat bertugas". Suara parau bunda membuat isak tangis dan gemetar dalam penghormatan kami. Lalu kami mengambil wudhu untuk lalukan sholat ghoib. Saya kira kami akan sholat ghoib sendiri-sendiri. Namun tidak. Galang, adik kami yang paling kecil, yang selama ini kami kenal bandel dan olokan, karena bontot dan lelaki sendiri, telah berdiri menempatkan dia sebagai imam. "Luruskan shaf, saya mendapat tugas dari ayah, untuk menjadi imam, menjadi muhrim dan menjaga kehormatan kakak dan bunda, karena saya lelaki sendiri, saya sebenarnya pemimpin setelah ayah, namun saya kira saya belum siap, tapi kini saya siap tidak siap harus jalankan tugas ayah, bunda, kakak, tolong bimbing saya untuk jalankan tugas ini." Kata-kata pemimpin baru di rumah ini membuat derai air mata bercampur senyum yang keluar bersamaan. Dan kami bertiga, mengangguk pasti. Sholat ghoib berjalan dengan penuh air mata, namun hati kami ikhlas. Selamat bertugas prajurit. Kami akan melaksanakan tugas dari anda. Sampai bertemu di dermaga kelak. Hilmar Farid (HF), yang saat ini duduk sebagai Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, menggambarkan (2011) bahwa PKI (Partai Komunis Indonesia) adalah korban rekayasa. Bukan dia saja yang mengatakan begitu. Banyak lagi simpatisan PKI yang mencoba membingkai (mem-framing) argumentasi bahwa peristiwa kejam 30 September 1965 adalah rekayasa.
Framing itu dibuat begitu rupa seolah orang-orang PKI bukan manusia sadis, bukan orang kejam. Bahwa para anggota PKI, menurut HF, tidak melakukan penyiksaan sadis terhadap para jenderal AD dalam penculikan dinihari 1 Oktober 1965 itu. Inilah yang sekarang sedang dipropagandakan oleh kelompok pro-komunis di Indonesia. Inilah yang persis dilakukan Hilmar semasa dia belum menjadi Dirjen. Dan inilah yang terus dia lakukan dalam bentuk lain ketika duduk sebagai Dirjenbud sejak 2015. Rakyat Indonesia, terutama kaum muslimin, harus kritis jika menerima propaganda ini. Kaum muslimin harus bekerja keras untuk menceritakan kepada anak-cucu tentang kesadisan dan kebrutalan PKI. Mengapa kerja keras? Karena sekarang ini ada indikasi bahwa sebagian generasi muda tak percaya PKI melakukan kekejaman yang sangat brutal. Kita tidak punya banyak waktu. Sisa-sisa PKI dan simpatisan mereka seperti HF bekerja keras untuk menyusupkan materi pendidikan menengah dan tinggi yang menjelaskan dengan halus bahwa PKI atau bentuk komunisme lainnya bukan sesuatu yang harus dimusuhi. Harap diingat, partai komunis di mana pun juga pasti mengandalkan kesadisan, kekejaman, dan kebrutalan untuk merebut kekuasaan. Ini sudah terjadi di RRC, Kamboja, Vietnam, India, sejumlah negara Afrika, dsb. Di India, sebagai contoh terkini, kesadisan CPI-M (Communist Party of India-Maoist atau Partai Komunis India-Maois) berlangsung di 171 kabupaten (distrik) di 13 provinsi (negara bagian). Dan ini belum lama berlalu. Ini bukan cerita 50 tahun atau 30 tahun lalu. Kesadisan CPM itu berangsung antara 2010 hingga 2017. Sekitar 2,500 warga sipil dan 930 petugas keamanan (polisi dan tentara) dibunuh oleh kaum Komunis-Maois (sumber majalah online India, “Outlook”, edisi 5 Oktober 2017). Di dalam sejarah internasional, komunis-Maois (China) memang terkenal dengan kesadisannya. Di India, PM Manmohan Singh mengatakan CPI-M adalah ancaman keamanan internal terbesar bagi India. Pada 2009, pemerintah India menyatakan CPI-M sebagai organisasi teroris. India adalah negara yang sangat demokratis. Gerakan komunis sudah berusia 100 tahun. Tidak dilarang. Fakta bahwa pemerintah harus mendeklarasikan CPI-M sebagai teroris, menunjukkan bahwa kesadisan dan kebrutalan mereka sudah melampaui batas. Dan memang begitu adanya. Mereka melakukan penculikan dan pembunuhan semena-mena. Kesadisan CPI-M yang paling spektakuler di India terjadi di Negara Bagian Benggala Barat (West Bengal). Di provinsi ini, CPI-M yang berkuasa. Sepanjang 30 tahun kekuasaan mereka di negara bagian ini, tindak kekerasan adalah cara yang selalu mereka kedepankan. Oposisi tidak boleh muncul. Padahal, CPI-M itu sendiri lahir berkat sistem demokrasi murni yang dianut India. Di West Bengal ini, CPM-I “pintar” berwajah dua. Di satu pihak, mereka membuat jaringan intelektual (cendekiawan) partai sebagai pajangan untuk mengelabui kesadisan dan kebrutalan. Tetapi, di belakang layar Partai Komunis di sini menggunakan pembunuhan sebagai instumen politik. Mereka lakukan itu dengan sangat rapi, seolah bukan pekerjaan mereka. Yang selalu menjadi sasaran tindak kekerasan CPI-M adalah rakyat kecil, nelayan, petani, pedagang asongan, dll, yang mereka paksa menjadi anggota partai. Intinya, kaum komunis akan selalu kejam. Komunis-Maois di tempat lain juga sama. Pol Pot membunuh hampir 2 juta rakyat Kamboja antara April 1975 sampai Januari 1979. Hampir seperempat dari 7.8 juta rakyat negara itu dibunuh oleh Khmer Merah yang dipimpin Pol Pot. Dia memaksa Kamboja menjadi komunis. Di tanah asalnya sendiri yaitu RRC, Mao Tse Tung (yang kemudian memunculkan sebutan “Maois”) merebut kekuasaan lewat Revolusi Kebudayaan (1966-1976) yang bercirikan kekerasan. Maois melancarkan gerakan menghabisi kelas menengah dan simbol-simbol kekayaan.[] 24 April 2021 (Penulis wartawan senior) Mohon maaf, tulisan ini agak panjang tapi sangat perlu. Saat ini sedang viral soal nama KH Hasyim Asy’ari (pendiri NU) yang dihilangkan dari Kamus Sejarah Indonesia (KSI) Jilid 1 terbitan Kemendikbud. Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Dr Hilmar Farid (HF) mengatakan bahwa itu terjadi karena kealpaan. Buka kesengajaan.
Kalau dia alpa, maka itu berarti Hilmar sangat khusyuk dengan nama-nama pentolan PKI yang dia cantumkan di KSI Jilid 1 yang kini ditarik dari peredaran. Skenario sengaja membuang nama KH Hasyim Asy’ari sangat masuk akal. Mengapa? Karena para ulama adalah musuh utama PKI. Sangat mungkin Hilmar tidak ingin generasi muda mengetahui perlawanan warga NU terhadap berbagai pemberontakan PKI di Indonesia. Ada video lama (2011) yang berjudul “Kaum Kiri dalam Historiography Orde Baru”. Bisa ditonton di Youtube. Di video ini, Hilmar blak-blakan membela PKI. Video ini membuat saya tak percaya penghapusan nama Kiyai Hasyim Asy’ari itu tak disengaja. Setelah mencermati video berdurasi 5 menitan itu, tidaklah berlebihan kalau disimpulkan bahwa Hilmar ingin memutihkan PKI. Dan kalau Anda amati selama 15 tahun ini, sangat terang-terangan sekali upaya pemutihan atau rehabilitasi PKI yang diupayakan oleh banyak pihak. Masih di video 2011 itu, Hilmar mengatakan para penguasa Orde Baru merekayasa peristiwa sadis yang dilakukan oleh PKI pada 30 September 1965. Menurut Hilmar, landasan Orde Baru untuk berkuasa ialah dengan menginjak PKI. Meskipun sudah 10 tahun berlalu, video ini bagus untuk disimak agar Anda tahu persis tentang pikiran Hilmar Farid. Menurut hemat saya, dia punya agenda jangka panjang untuk membersihkan nama PKI dari perbuatan keji dan kejam yang mereka lakukan terhadap para jenderal AD dan para ulama serta umat Islam pada umumnya. Sekali lagi, saya yakin penghapusan nama KH Hasyim Asy’ari dari KSI Jillid 1 bukan kealpaan sebagaimana dikatakan oleh Hilmar. Tidak mungkin. Yang terjadi adalah penghapusan ketahuan, Hilmar pun membuat-buat alasan. Jadi, memang luar biasa dahsyat misi PKI untuk bangkit kembali. Didukung oleh banyak pihak. Ada parpol besar yang menampung dan menyokong mereka. Ada HF, sejawaran, yang juga mendukung. Sejak 2015, pria yang bernama lengkap Hilmar Farid Setiadi ini menjabat sebagai Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud. Posisi ini sangat strategis. Sebab, Dirjenbud berwenang mengelola, mengolah, dan menerbitkan buku sejarah. KSI Jilid 1 termasuk dibidani oleh HF. Di bagian awal tadi, saya katakan bahwa Hilmar tak salah kalau disebut ingin memutihkan PKI. Nah, mengapa dia pantas disebut ingin memutihkan PKI? Salah satu indikasinya adalah tesis doktor (PhD) yang dia tulis di National University of Singapore (NUS), Mei 2014. Judul tesis itu “Rewriting the Nation: Pramoedya and the Politics of Decolonization”. Tanpa membaca tuntas isi tesis ini, judulnya jelas membela gerakan kiri Indonesia. “Rewriting the Nation” lebih kurang bermakna menuliskan kembali sejarah bangsa (Indonesia). Kemudian, “Pramoedya” adalah nama tokoh gerakan kiri yang dinisbatkan sebagai pendukung PKI. Dalam tesis ini, Hilmar menukilkan kekaguman dan pujiannya pada kemampuan Pramoedya Ananta Toer dalam menuliskan sejarah versi Indonesia, bukan versi Belanda. Bagi HF, tidak ada penulis Indonesia yang bisa melakukan itu sebaik Pramoedya. Di dalam tesis ini, Hilmar memuji kehebatan perlawanan intelektual orang-orang yang disebutnya dari pergerakan kiri terhadap penjajah Belanda. Dia sebut penulis pergerakan seperti Marco Kartodikromo (1890-1935), Semaoen (1899-1971), dan Muso (1897-1948). Hilmar tidak menyebutkan mereka anggota atau aktivis komunis (PKI). Dia hanya menyebut mereka itu bagian dari “penulis pergerakan radikal”. Tetapi, Hilmar Farid ada menyebutkan tentang Partai Komunis (tanpa kata “Indonesia” di belakangnya) yang membentuk komisi bahan bacaan. Yang menebitkan tulisan-tulisan propaganda untuk melawan Balai Poestaka (BP). Waktu itu, BP memang menjadi mesin propaganda penjajah. Jadi, Hilmar bukan orang sembarangan. Dia adalah seorang ideolog kiri. Tepatnya ideolog kebudayaan. Kehadirannya di Kemendikbud bukan hadiah atas dukungannya untuk Jokowi. Meskipun sebelumnya dia sempat menjadi komisaris di PT Kratau Steel. Dia bisa dipastikan sebagai bagian dari ‘design’ untuk mentransformasikan rakyat Indonesia menjadi penyembah kebudayaan. Dalam transkrip wawancara dengan BBC yang dimuat di situs “hilmar farid”, Hilmar menjelaskan impiannya tentang orang Indonesia yang hari-hari mengutamakan kebudayaan. Tidak ada satu kata pun yang menyinggung soal pembinaan relijiusitas (dakwah). Tak salah kalau ada yang menyimpulkan bahwa Hilmar tidak suka hal-hal yang berbasis keagamaan –terutama Islam. Semasa menjadi aktivis, HF mengakui kegiatannya untuk melestarikan kebudayaan selalu terbentur dana penyelenggaraan kegiatan. Dia menginginkan ada berbagai festival kebudayaan (kesenian) yang bisa berlangsung (berusia) panjang. Hilmar memuji “Indonesian Dance Festival” yang bisa berlangsung panjang. Juga ada “Art Summit” dan “Jiffest”. Di awal masa jabatannya sebagai Dirjenbud, Hilmar berpendapat acara-acara kebudayaan itu seharusnya bisa didukung oleh dana CSR dari BUMN atau swasta. Dibuatkan regulasinya atau dilakukan pendekatan kepada pimpinan perusahaan. Hilmar Farid adalah orang pertama dari luar jalur PNS yang menjabat sebagai Dirjenbud. Pria kelahiran Bonn, Jerman, ini adalah aktivis kiri yang banyak membentuk wadah perjuangan. Pada 1994, dia mendirikan Jaringan Kerja Budaya. Dia juga membentuk Media Kerja Budaya yang menerbitkan bacaan reguler anak-anak. Belum sempat melihat sendiri bahan bacaan anak-anak itu. Tapi, sudah bisa diduga kontennya seperti apa. Hilmar tidak segan-segan mengutarakan kekagumannya pada Jokowi. Dia mengaku mulai kenal Jokowi sejak menjadi walikota Solo. Dia senang ketika Jokowi yang didukungnya habis-habisan itu menang pilkada DKI 2012 dan kemudian pilpres 2014. Pada Maret 2012, Hilmar ibersama sejumlah rekannya mendirikan Relawan Penggerak Jakarta Baru (RPJB). HF juga mendirikan Institut Sejarah Sosial Indonesia pada 2002. Kemudian, sejak 2012 Hilmar duduk sebagai ketua Perkumpulan Praxis. Hilmar memiliki kapasitas untuk menjadikan kebudayaan sebagai panutan dan amalan rakyat. Ini sejalan dengan keinginan ketum PDIP Megawati Soekarnoputri yang menghendaki agar rakyat Indonesia mengutamakan kebudayaan –bukan agama.[] 23 April 2021 (Penulis wartawan senior) Dengan dilandasi profesionalisme, soliditas dan sinergitas TNI POLRI siap mendukung penanggulangan paska Covid 19 dan pemulihan ekonomi nasional dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa menuju Indonesia Maju.
Hendaknya, tema Rapim Tahun ini, tidak hanya impian, wacana atau angan angan saja, apa lagi jika menyimpang, menyeleweng dan tidak berimplikasi sesuai UU dan doktrin yang ada. Bagi TNI yang berperan menjaga dan mempertahankan kedaulatan negara dan keselamatan rakyat, yang berpegang pada Sapta Marga, Sumpah Prajurit, 8 TNI wajib, serta POLRI yang menjamin melayani, mengayomi, melindungi rakyat dan penegakan hukum, yang juga berpedoman pada Tri Brata dan Sapta Prasetya Polri, hendaknya tidak sebatas basa basi belaka. Memang ada perbedaan sejarah antara TNI dan Polri, yang sama sama lahir dari rakyat, didukung oleh rakyat dan berjuang untuk rakyat. Sejak awal, TNI lahir dari pejuang, yang selanjutnya menjadi pejuang profesional dan profesional pejuang, yang dalam dinamika pergerakamnya berjuang bersama ulama, tokoh agama dan politikus, hingga mencapai dan memperoleh kemerdekaan. Sedangkan polisi, jauh lebih lama mewarisi ilmu dan cara kerja penjajah Belanda, melanjutkan produk produk hukum yang terus diperbaiki dan disempurnakan. Dan pada dinamikanya ABRI dipisah menjadi TNI dan POLRI di tahun 2000. Dalam perjalanan selanjutnya peransi POLRI lebih cepat diundangkan, yaitu sesuai UU no 2 tahun 2002, sedangkan TNI menyusul 2 tahun kemudian, tepatnya tertuang pada UU no 34 tahun 2004. Memang, dalam evaluasi terdapat hal hal yang positif, antara lain agar POLRI tidak terkontaminasi DARAH TEMPUR seperti TNI, namun ada juga hal hal negatif seperti kedudukan POLRI langsung dibawah Presiden, sedangkan TNI harus rela jadi anak Men Han, cucu Menkopolhukkam dan cicit Presiden. Jadi kagak usah heran, kenapa sejak itu, Polisi melesat maju berkembang, sedangkan TNI harus tertatih tatih mengejar ketinggalan. Lebih konyol, dalam pelaksanaan tugas Operasi Militer untuk Perang ( OMP ) dan Operasi Militer Selain Militer (OMSP ) oleh TNI dimana ada 13 macam jenis tugas yang seharusnya dilaksanakan oleh TNI, pada kenyataannya menjadi kabur dan nyaris didominasi oleh POLRI terutama dalam hal pencegahan, penindakan dan pemulihan TERORISME. Uniknya lagi, seakan tidak ada rasa risih dari Polri, serta tidak ada rasa terambil alih dari pihak TNI. Polisi merasa benar dan yakin akan kemampuan sendiri tanpa dibantu TNI ( TNI hanya sekedar sebagai pelengkap ), sehingga terkesan TNI mbebek Polisi, pada hal dalam aturannya, tentang mampu atau tidak mampu, berapa TNI yang ikut dilibatkan, berada ditangan Presiden. Tentang terorisme, yang terkait pemberontakan bersenjata dalam negeri menjadi domain TNI. Dengan pengertian lain, dalam OMSP, hanya pada tugas tugas kepolisian yang tidak mampu, itulah yang bisa dibantu TNI, semisal ketika Polisi tidak mampu menangani huru hara atau demo. Jadi, kembali pada peransi dan profesi TNI POLRI, marilah kita bercermin, bahwa mau tidak mau, suka tidak suka, TNI POLRI, disamping telah banyak berprestasi untuk negara ini, tidak kurang menonjol dalam tindakannya yang menyakiti hati rakyat, bahkan secara vulgar berpihak kepada penguasa, yang merugikan rakyat dan membahayakan negara. Bahkan ada indikasi, polisi sedang merasakan kebanggaan dan kebahagiaan memiliki senjata, yang kadang tak terkendali dar der dor ke siapa saja termasuk ke anggota TNI. Oleh karenanya, marilah kita, TNI, POLRI dan Rakyat, saling evaluasi dan koreksi diri, atas segala hal yang sudah dilakukan selama ini. Tidak menutup kemungkinan, kedudukan TNI POLRI harus disesuaikan ditinjau dari komando, kendali dan tugas yang dihadapi. ( Jakarta, 7 April 2021, Sugengwaras, pemerhati Pertahanan dan Keamanan Negara ) Jokowi dan Prabowo bukan melangsungkan pernikahan, tetapi keduanya hadir dan menjadi saksi perkawinan Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah. Krisdayanti berbahagia menikahkan putrinya. Persoalannya bukan sekedar pernikahan yang memang wajar-wajar saja. Yang tak wajar adalah kehadiran Presiden, Menteri, dan pejabat tinggi lainnya di acara besar-besaran pernikahan artis pada musim pandemi Covid 19.
Sementara di sisi lain tokoh umat HRS sedang mengalami proses peradilan di PN Jakarta Timur dengan dipersalahkan melakukan acara pernikahan putrinya di Petamburan. Kerumunan walimahan penyebabnya. Tontonan mencolok atas dua peristiwa yang berbeda. Ada diskriminasi hukum dan politik. Sayang nol dua yang didukung habis dulu, mingkem terus tanpa sedikitpun ada pembelaan. Malahan menjadi saksi prosesi wedding artis. Mengenaskan. Memang nol dua sudah dua nol, pertama sebagai pembantu kedua sebagai pengikut bahkan pengekor. Keok total. Kini nol satu dan nol dua sama-sama datang ke penghelatan pandemi Covid 19. Masa bodoh dengan pandangan dan kritik masyarakat yang penting menikmati kekuasaan. Power is delicious. Serasa di pelaminan mungkin. Kepekaan pada perasaan hati rakyat seperti terus memudar. Rakyat sebenarnya marah dengan perilaku pemimpin yang tak berperasaan dan munafik. Akan tetapi Covid 19 menghalangi aksi untuk mengkspresikan kemarahannya. Politisi busuk selalu berbicara tentang hal yang baik dengan mengerjakan banyak hal buruk. Negara diurus suka-suka serasa milik dia dan mereka, bukan kita. Nol satu dan nol dua di pelaminan. Dihormati dan dijilati oleh pencari muka. Atas nama undangan dan diminta doa. Do'a yang tentu menyakiti rakyat banyak. Sayang sebenarnya nol satu dan nol dua harus memaksakan hadir yang menimbulkan kegelisahan publik termasuk warganet. Jokower Rudi S Kamri saja mencak-mencak memprotes. Pernikahan artis sedemikian dipentingkan. Nol satu memang agak aneh ketika ada artis meninggal ia sengaja ucapkan duka cita seperti Glen Fredly atau Didi Kempot, sedangkan mantan Panglima TNI Djoko Santoso meninggal tak ada belasungkawa, apalagi jika yang meninggal itu ulama Syekh Ali Jaber misalnya. Presiden memang parah. HRS yang jadi pesakitan di meja hijau akibat kerumunan pernikahan dinilai sebagai pelaku kriminal sementara Anang Hermansyah dan Kridayanti tidak apa-apa. Jokowi dan Prabowo ikut pula di acara Hotel Raffles ini. Biaya pengamanan Presiden di situasi marak terorisme bisa mencapai puluhan milyar. Lex nemini operatur iniquum--Hukum tidak memberi ketidakadilan kepada siapapun. Seharusnya memang begitu, kecuali di negeri dimana Petruk yang jadi Raja. *) Pemerhati Politik dan Kebangsaan Bandung, 7 April 2021 Salam sejahtera untuk kita semua
Saya, Aloysius Hartono, saudaramu, kembali menyapa saudara-saudara sekalian, semoga anda semua sehat dan diberkati Tuhan. Amen. Bagi yang masih ingat tulisan saya "Sudah Bulan Februari 2021, FPI Masih Terus Dikerjai Polisi. Kapan Polisi Setop Bikin Gaduh?", kini sudah bukan Februari dan Maret lagi, tetapi sudah memasuki bulan April, dan FPI masih belum selesai dijadikan obyek operasi labelling teroris oleh polisi. Padahal, FPI sudah pasif dan pasrah setelah dibubarkan, mereka tidak melawan. Ternyata... FPI tidak anarkis, mereka kalem dan taat hukum. Namun, justru polisi yang nampak semakin beringas menyerang FPI. FPI tak mereka beri napas sedikitpun untuk membangun diri kembali. Apakah betul ini karena polisi sedang menjalankan doktrin "Jendral tua" seperti meme yang banyak beredar? Hajar hajar hajar terus FPI (Baca; Eks FPI) secara non stop setiap hari? Entah punya dosa apa FPI sama polisi... Sampai polisi bagai tidak tidur untuk habis-habisan memberi label Teroris ke FPI, padahal FPI nya sudah mereka bubarkan, tapi masih terus digorang-goreng. Tugas polisi sangat banyak, tetapi pikiran dan energi mereka dikerahkan untuk mengurusi FPI. Apakah mereka digaji rakyat hanya untuk itu? Kalau kita mau bicara aksi teroris, semua agama mengutuk terorisme, saya tahu pasti itu. Jikalau benar agama Islam mengajarkan terorisme dan memerintahkan umatnya untuk membunuh umat agama lain, tentu saya yang beragama Katolik dan minoritas tidak pernah hidup di bumi Indonesia ini. Faktanya kami mendapat hidup yang layak di Indonesia, tidak pernah diganggu peribadatan kami. Bagi saya, sungguh aneh, melihat isu bom selalu muncul justru disaat situasi sedang "berpihak" untuk FPI. Para "teroris" itu justru bekerja untuk merugikan FPI, dan aksi terorisme mereka akhirnya selalu dipakai sebagai dalih untuk menyerang dan mengkambing hitamkan FPI. Saat ini tuntutan pengusutan kasus Km 50 masih terus dilakukan oleh masyarakat khususnya TP3. Mereka bahkan sudah berhasil bertemu langsung Presiden Jokowi, yang tentu hal ini membuat gelisah para pelaku pembunuhan. Ternyata... Masyarakat masih belum lupa tragedi ini. Terakhir, TP3 bahkan sudah mendatangi Fraksi PKS dan akan keliling Fraksi lainnya untuk mengupayakan hak angket kasus ini. Makin tak bisa tidur saja Jendral tua dan para pelaku pembunuhan Km 50... Selain itu, HRS pun nampak leading di persidangan atas berbagai perkara yang ia hadapi di PN Jaktim. Eksepsi nya begitu tajam dan kuat, nyaris tak terbantahkan. Untuk sedikit mengurangi kegemilangan HRS di persidangan, bahkan khusus saat HRS bacakan Eksepsi, maka livestreaming dilarang dilakukan oleh PN Jaktim. Saat giliran Jaksa bacakan dakwaan, PN Jaktim lakukan live streaming kembali. Luar biasa... Tapi disaat itu pula, tiba-tiba.. Blarrr!.. Disaat masyarakat ingin fokus mengawal persidangan HRS dan mengusut kasus Km 50... Bom bunuh diri meledak di pintu gerbang Gereja Katedral di Makassar di hari Minggu (28/3). Lalu muncul lagi "teroris" perempuan yang katanya mau menyerang Mabes Polri, Rabu (30/3). Sebelum itu, sejumlah penangkapan sudah dilakukan oleh kepolisian dan Densus pada orang-orang yang disebut sebagai anggota teroris, yang kemudian mereka sangkut pautkan ke FPI. Sungguh tak bisa dicerna akal sehat, mau menyerang Gereja kok pakai pakaian muslim, bagaimana dia bisa masuk ke dalam Gereja? Sudah tentu langsung dicegah Satuan Pengamanan di pintu gerbang Gereja. Yang perempuan ini, lebih menggelikan lagi. Mau menyerang markas polisi kok sendirian... nekad sekali. Sudah pasti tak membawa hasil apa-apa, sama seperti pelaku bom bunuh diri di Makassar, dimana satu jemaat gereja pun tak ada yang lecet, jadi, apa yang sebetulnya tujuan teroris itu? Kita tak bisa menanyakan langsung ke mereka, karena pelaku mati, jadi andai pun mereka dicuci otak, dihipnotis atau diperintahkan oleh seseorang untuk melakukan aksi terorisme... Kita tidak pernah tahu, dan yang memperalat mereka tetap aman tak tersebtuh, karena pelaku mati. Ingatlah... Tuhan melarang membuat fitnah, sebagaimana dalam Imamat 19:16, Tuhan sudah berfirman: “Janganlah engkau pergi kian ke mari menyebarkan fitnah di antara orang-orang sebangsamu; janganlah engkau mengancam hidup sesamamu manusia; Akulah TUHAN”. Keyakinan saya, polisi terus mengerjai FPI sebagai teroris muaranya adalah untuk menutup tragedi pembunuhan 6 Laskar FPI. Anda tidak perlu menjadi orang pintar untuk memahami kemana arah labeling "teroris" kepada FPI belakangan ini, yaitu bila FPI sudah dinyatakan sebagai organisasi teroris, maka kasus Km 50 pun tutup buku, pelaku pembunuhan aman karena polisi membunuh para anggota teroris. Simple. But... Come on pak Polisi... Permasalahan bangsa ini sudah begitu banyak, perekonomian kita tidak baik-baik saja. Mari kita bekerja bersama-sama membangun bangsa ini. Janganlah energi aparat kepolisian dihabiskan hanya untuk membuktikan (secara paksa) bahwa FPI itu teroris. Pakar terorisme Sidney Jones pun sudah bilang bahwa FPI sedang berusaha dikait-kaitkan oleh pemerintah dengan aksi terorisme. Aparat kepolisian harus sadar itu, jangan terus berkeras hati, karena masyarakat sudah cerdas dan paham ke arah mana operasi ini. Upaya rekayasa nya sudah over, berlebihan. Kami muak pak! Polri tidak boleh dijadikan alat oleh kelompok jahat untuk menghantam sesama anak bangsa, termasuk oleh Jendral tua dan para pembunuh 6 Laskar FPI, yang setelah melakukan kejahatan, mau menjadikan polisi sebagai tameng, dan polisi pula yang disuruh hadapi FPI dan masyarakat. Sementara si otak pembunuhan santai di peraduan. Oh Jendral tua.. Entah seburuk apa kematianmu nanti. Aloysius Hartono Kamis, 1 April 2021 Sumber : Kuasa Hukum
Jawaban JPU atas Eksepsi saya & Penasihat Hukum sangat bias & ambar, karena banyak hal yg mestinya dijawab, tapi secara sengaja tidak dijawab dengan ILMU NGELES atau menolak dengan DALIH yg mengada-ada, antara lain : 1. Karena menyentuh Pokok Perkara. 2. Karena tidak relevan dengan Pokok Perkara. 3. Karena di luar Ruang Lingkup Eksepsi. 4. Karena JPU tidak punya Kompentensi. 5. Karena hanya CURHAT & LUAPAN EMOSI. Itu saja yg terus diulang-ulang JPU dalam Ruang Sidang. Padahal JPU sendiri banyak CURHAT tentang ketersinggungannya dengan bahasa Dungu & Pandir yg saya & Penasihat Hukum gunakan. Padahal dalam suatu sidang adalah hal biasa saling serang antara Jaksa & Terdakwa bersama Pengacaranya, sehingga tidak perlu BAPER. Toh JPU juga beberapa kali dalam jawabannya menghina saya & Penasihat Hukum sebagai manusia TIDAK BERAKHLAQ & TIDAK BERMORAL. JPU secara terang-terangan menyindir pedas tentang Kampanye REVOLUSI AKHLAQ yg saya dkk gelorakan menjadi tidak berharga karena saya TIDAK BERAKHLAQ & TIDAK BERMORAL. Bagi kami dihina JPU dalam suatu sidang adalah hal biasa, tidak perlu BAPER, ini Sidang Pengadilan Bung, tempat pertempuran resmi antara Jaksa & Terdakwa bersama Pengacaranya. Karenanya, saya ucapkan Terima Kasih kepada JPU yang telah menghina bahwa saya & Pengacara TIDAK BERAKHLAQ serta TIDAK BERMORAL, semoga menjadi NASIHAT yg baik bagi kami. Disini saya juga mau sampaikan 5 pertanyaan tentang AKHLAQ & MORAL JPU : 1. Apakah BERAKHLAQ & BERMORAL saat JPU dalam jawabannya menolak NASIHAT dengan kutipan beberapa Ayat Suci Al-Qur'an & Hadits Nabi SAW !? 2. Apakah BERAKHLAQ & BERMORAL saat JPU dalam jawabannya menyatakan bahwa "Ayat-Ayat Suci Al-Qur'an & Hadits Rasulullah SAW tidak jadi Padanan dalam Penerapan Pidana Umum di Indonesia" !? 3. Apakah BERAKHLAQ & BERMORAL saat JPU melakukan KRIMINALISASI MAULID NABI MUHAMMAD SAW !? 4. Apakah BERAKHLAQ & BERMORAL saat JPU menyebut UNDANGAN MAULID NABI MUHAMMAD SAW sebagai HASUTAN KEJAHATAN !? 5. Apakah BERAKHLAQ & BERMORAL saat JPU menjadikam PANITIA MAULID NABI MUHAMMAD SAW yang terdiri dari HABAIB, KYAI & USTADZ sebagai PENGHASUT KEJAHATAN !? Sebagai Penutup, saya nyatakan disini bahwa saya dkk benar menyerukan REVOLUSI AKHLAQ : Revolusi Akhlaq Anti BOM Revolusi Akhlaq Anti TEROR Revolusi Akhlaq Anti KEKERASAN Revolusi Akhlaq Anti KEGADUHAN Revolusi Akhlaq Anti ADU DOMBA Revolusi Akhlaq Anti TERORISASI ISLAM Revolusi Akhlaq Anti KRIMINALISASI AGAMA Revolusi Akhlaq Anti KRIMINALISASI ULAMA Revolusi Akhlaq Anti KRIMINALISASI AKTIVIS Revolusi Akhlaq Anti FITNAH & HOAX Revolusi Akhlaq Anti KORUPSI Revolusi Akhlaq Anti PROSTITUSI Revolusi Akhlaq Anti KHOMER & JUDI Revolusi Akhlaq Anti KEZALIMAN Revolusi Akhlaq Anti KEMA'SIATAN Sekian Jawaban saya atas Jawaban JPU. Semoga Majelis Hakim punya nyali ambil PUTUSAN SELA dengan membatalkan DAKWAAN JPU & MEMBEBASKAN SAYA dkk TANPA SYARAT. |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|