Sungguh membanggakan prestasi yang diraih dua siswi SMA Negeri 2 Sekayu, Sumatera Selatan ini. Muhtaza Aziziya Syafiq dan Anjani Rahma berhasil meraih dua penghargaan dari Intel International Science and Engineering Fair (Intel ISEF) 2014 di Los Angeles, Amerika Serikat yang diselenggarakan 11 - 16 Maret 2014 yang lalu. Mereka mempresentasikan karya ilmiah mereka berjudul "Green Refrigerant Box". Teknologi yang mereka kembangkan ini adalah kulkas tanpa listrik dan freon. Mereka memanfaatkan kayu gelam untuk bahan pendingin buah-buahan dan sayur-mayur. Atas prestasi ini mereka dianugrahi penghargaan Development Focus Award dengan hadiah 10.000 dolar AS yang diberikan oleh USAID (US Agency for International Development). Selain itu untuk kategori Engineering: Materials & Bioengineering karya mereka juga meraih penghargaan ketiga dengan hadiah 1.000 dolar AS. Dengan teknologi yang mereka kembangkan, kulkas tanpa listrik dan freon ini mempu menurunkan temperatur kulkas menjadi 5,5 derajat celcius dari temperatur awal 28 derajat celsius dalam waktu 2 jam 20 menit. Bermula dari pengamatan mereka atas potensi sumber daya alam buah-buahan dan sayur-sayuran di Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Mereka prihatin karena di sana sumber daya listrik belum memadai. Intel selaku pihak yang membawa teknologi Muhtaza dan Anjani ke Intel ISEF 2014 percaya bahwa generasi muda adalah kunci untuk mengembangkan inovasi. Muhtaza dan Anjani diharapkan bisa menjadi inspirasi siswa lain untuk terlibat dalam ilmu pengetahuan, teknologi, teknik, dan matematika sebagai dasar untuk kreativitas. “Dunia membutuhkan lebih banyak ilmuwan, kreator, dan pengusaha untuk menciptakan lapangan pekerjaan, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan mengatasi tantangan global,” kata Director Public Affairs Intel Indonesia, Deva Rachman. Intel ISEF tahun ini diikuti oleh lebih dari 1.700 ilmuwan muda yang dipilih dari 435 kompetisi di lebih dari 70 negara di seluruh dunia. Selain pemenang utama, lebih dari 500 finalis menerima penghargaan dan hadiah untuk penelitian inovatif mereka, termasuk 17 pemenang Best of Category, yang masing-masing menerima hadiah sebesar 5.000 dollar AS. Intel Foundation juga memberikan hibah senilai 1.000 dollar AS untuk masing-masing sekolah dari pemenang dan kompetisi lokal yang mereka wakili. Selain itu, Intel Foundation juga memilih sejumlah siswa yang mendapatkan penghargaan untuk menghadiri kompetisi sains selama 11 hari di Tiongkok. Mereka berkesempatan berbicara dengan para peneliti Intel di Shanghai dan mengunjungi Pusat Penelitian Panda di Chengdu. Sumber: Tekno.Kompas.com, penulis: Aditya Panji, editor: Wicak Hidayat
0 Comments
Membaca berita ini sangat mengusik keingintahuan saya mengingat Letjen (Purn) Prabowo Subianto adalah seorang calon presiden saat ini bersama Joko Widodo. Tentu sebagai warga negara yang baik ikut bertanggungjawab menentukan pilihan paling tepat karena siapapun presiden terpilih akan sangat menentukan nasib bangsa ini di masa depan. Tulisan ini saya kutip apa adanya dari sumbernya SuaraNews.com. Selamat mengikuti. Menguak Prabowo Dari Kivlan Zein, Pertarungan Jenderal Anti Islam Dengan Kubu Jenderal 'Kanan' Pembela Islam Mayjen (Purn) Kivlan Zein gusar. Dia merasa kok sepertinya dirinya dan Letjen (Purn) Prabowo Subianto ditulis BJ Habibie sebagai orang yang tidak mendukungnya naik menjadi presiden. Padahal, dari awal keduanya mendukung Habibie dan berusaha mencegah Jenderal Benny Moerdani menjadi presiden. "Saya kupas nanti bagaimana Habibie bisa menjadi wapres, kemudian menjadi presiden, supaya dia tahu kita back up dia. Agar kita tahu mengapa dia mengambil keputusan seperti itu terhadap kita dan Prabowo yang mendukung dia. Tapi, mengapa Habibie tak berdaya untuk membela kita. Tapi saya bilang, kalau tak berdaya membela kita janganlah pula kita ditendang begitu," kata Kivlan. Pernyataan Kivlan ini disampaikan dalam diskusi. Kontroversi Mei 98 di Institute for Policy Studies, di Jl. Penjernihan IV No 8, Jakarta, Selasa (3/10/2006) kemarin. Diskusi ini digelar secara tidak langsung menanggapi buku 'Detik-detik yang Menentukan' tulisan Habibie. Menurut dia, peristiwa jatuhnya Soeharto dan naiknya Habibie menjadi presiden, sebenarnya merupakan pertarungan antara kanan dan kiri. "Yang kiri itu Kristen, yang kanan itu Islam. Ada yang mengatakan kiri itu nasionalis, yaitu kubu Benny Moerdani dan Pak Harto," ujar Kivlan yang sudah biasa ceplas-ceplos itu. Kivlan, yang saat itu merupakan perwira muda, berada dalam kelompok kanan bersama para perwira muda lainnya, termasuk Prabowo. "Para perwira muda ini berharap janganlah Orde Baru ini anti Islam, paling tidak netral. Maka berkumpullah para perwira yang eks-PII (Pelajar Islam Indonesia) dan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam). Prabowo, walaupun dia sempat ikut KAPPI, ya ikut saya. Kemudian Adityawarman, kemudian Sjafrie Sjamsoeddin. Ini kita yang perwira mudalah, kita yang Akabri 70 ke atas. Kemudian ada Muchdi PR dan Syamsul Maarif. Semua perwira-wira muda itu," jelas dia. Suatu saat, pada tahun 1984, Prabowo dicopot dari Kopassus dipindahkan ke Kasdim. "Itu kan sakit, orang dari lapangan dipindahkan ke Kasdim. Karena apa? Karena Prabowo melaporkan ke Pak Harto ada gerakan Benny Moerdani tahun 1984. Dia (Prabowo) sunyi, lonely, maka dia mencari kawan. Dicarilah saya yang merupakan kakak kelasnya," ujar Kivlan. Kivlan mengaku sangat dekat dengan Prabowo. "Dia itu adik kelas yang saya asuh, mulai dari tingkat satu, saya lindungi dari senior, supaya tidak dihancurkan sama senior dalam plonco dan dalam kehidupan. Itulah Prabowo yang dalam keadaan lonely mencari orang yang bisa diajak ngomong," aku Kivlan. Beberapa saat kemudian di tahun 1984, Kivlan bertemu Prabowo di Malang. "Prabowo yang sakit hati dikeluarkan dari Den 81, ketemulah sama kita, saya, Sjafrie Sjamsoeddin, Ismet Huzairi, dan banyak yang lain, sampai terbentuklah grup 7 untuk melawan Benny Moerdani," terang dia. Gerakan penolakan terhadap gerakan Benny ini terus berjalan hingga pada tahun 1988. Bagaimana cara menyaingi grup Benny? "Kita naikkanlah Pak Wiranto yang saat itu Asisten Operasi Timor Timur dan batalyon yang dipimpin Prabowo, serta Ismet Huzairi. Terus bagaimana caranya Prabowo bisa sukses? Kita kasih perlengkapan tempur, helikopter yang bagus, peralatan yang lengkap. Pak Wiranto diusulkan sama Prabowo disusupkan sebagai ajudan Pak Harto. Okelah, kata saya. Jadilah dia (Wiranto) sebagai ajudan Soeharto," kata dia. Namun, Kivlan dan Prabowo cs kok melihat Wiranto semakin lama semakin dekat dengan Benny. Akhirnya, pihaknya mencari jenderal baru yang bisa mengimbangi Benny Moerdani. Dapatlah nama ZA Maulani, yang rencananya akan diusahakan sebagai KSAD terlebih dulu. Tapi, ZA Maulani tidak berani. "Lantas, kita carilah yang lain, ketemu nama Feisal Tanjung. Saya diminta Prabowo menemui Feisal Tanjung untuk menyampaikan pesannya. Saat itu, Feisal masih di Timor Timur. Setelah pesan Prabowo saya sampaikan, Feisal terkejut: masak letkol dan mayor menawarkan saya (jabatan panglima). Feisal yang saat itu Dan Seskoad yang telah dimasukkan kotak oleh grup Benny Moerdani, kita angkat," terang Kivlan. Pada bulan Januari 1989, Kivlan dkk berencana mempertemukan Feisal Tanjung dengan Habibie. "7 Perwira naik pesawat terbang dari Halim sekitar 28 Januari 1989 untuk ketemu Habibie. Sunarto (angkatan 68), saya, Ismet Huzairi, Prabowo, Sjafrie Sjamsoeddin, Ampi Nur Kamal, Suaedy Marasabesy. 7 Perwira itu terbang ke IPTN Bandung malam-malam," ujar dia. Habibie yang saat itu masih menjabat sebagai Menristek menerima mereka. "Kita sampaikan kepada Pak Habibie bahwa Pak Harto ingin ada yang bisa mengimbangi Benny, dan Feisal Tanjung yang kita majukan. Kita mengatakan hal itu agar Feisal diangkat," kata dia. Setelah itu, Kivlan dkk mempertemukan Habibie dan Feisal Tanjung dalam acara Seskoad tahun 1989. Tapi, setelah pertemuan itu hingga tahun 1992, tidak ada kabar dari Habibie kalau Feisal Tanjung punya peluang untuk diangkat sebagai Panglima TNI. Akhirnya, Feisal Tanjung pun menanyakan hal itu kepada Habibie. "Nah, pada tahun 1991, muncullah peristiwa Dili. Kejadian ini merupakan kesempatan kita untuk mengajukan Feisal Tanjung sebagai Ketua Dewan Kehormatan (untuk memeriksa pelanggaran TNI itu). Bertemulah dengan Pak Harto. Di situ, Prabowo meminta agar Feisal ditunjuk sebagai ketua DK. Nah di DK itulah, dicopotlah Sintong Panjaitan sebagai Pangdam. Sakit hatinya Sintong Panjaitan," ujar dia. Hingga 3 Juni 1992, tidak ada kabar bahwa Feisal Tanjung bisa naik menjadi panglima. Tanggal 5 Juni 1992, kubu Kivlan menghadap Pak Harto saat acara peresmian Stasiun Gambir. "Saya dihubungi Pak Azwar Anas, disetujui bahwa Feisal Tanjung akan naik. Jam 09.00 dia dilantik menjadi letjen, dilantiklah dia jadi bintang 3. Kemudian, tanggal 11 Juni 1992, ketemulah dengan Habibie, naiklah dia jadi Kasum ABRI," ujar dia. Upaya untuk menaikkan Feisal Tanjung terus dilakukan. Saat Sidang Umum MPR tahun 1993, Feisal belum juga dilantik menjadi panglima. Saat itu, jabatan Panglima ABRI masih dirangkap oleh Jenderal Edi Sudradjat yang menjabat sebagai KSAD dan Menhankam. "Tapi, itulah pintarnya Pak Harto. Tanggal 15 Juni, diangkatlah Feisal Tanjung sebagai Panglima ABRI, dan jabatan KSAD diberikan kepada Wismoyo Arismunandar," jelas dia. Setelah itu hubungan Feisal Tanjung dengan Habibie semakin dekat. Januari 1998, terjadilah pertemuan tokoh-tokoh masyarakat dengan Kopassus untuk menaikkan Habibie sebagai wakil presiden. "Reaksi dari Singapura ribut, perwira yang tak senang yang berada di grup Benny juga ribut," tutur dia. Dan akhirnya, tanggal 2 Maret 1998, dengan dukungan Fraksi ABRI dan Panglima ABRI, Habibie diangkat sebagai wakil presiden. "Saya sampaikan di kantor Habibie tanggal 2 Maret 1998. Saya yang menjadi penghubung. Itulah kejadiannya mengapa dia menjadi wakil presiden. Dia menjadi wakil presiden, karena dirancang oleh perwira-perwira muda ini," jelas mayjen purnawirawan mantan Kepala Staf Kostrad ini. Dengan fakta ini, Kivlan mempertanyakan mengapa Habibie malah melupakan para perwira muda ini. "Kalau mau dicopot, copotlah. Jangan dibilang kudeta. Jadi, memang Habibie ini naiknya oleh perwira muda. Pengangkatan Feisal Tanjung kita rancana untuk menghadang Benny, karena Benny sejak 1988 ingin jadi wapres, tapi terus kita gagalkan," tegas dia. Tentang Gerakan Benny, Kivlan menceritakan bahwa pada tahun 1988, ada kabar Benny Moerdani ingin jadi presiden. Isu panas ini dibahas oleh Kivlan dan Prabowo cs di Restoran Rindu Alam, 12 Februari 1988. "Saya bilang, Wo (Prabowo-Red), kamu hadap Pak Harto, (minta) copot Benny jadi Pangab sebelum SU MPR tanggal 1 November 1988," kata Kivlan kepada Prabowo saat itu. "Wah bahaya, nanti dia kudeta," ujar Prabowo. "Kalau dia kudeta, kita balas dengan kudeta. Saya pegang satu batalyon, si Ismet satu batalyon, Sjafrie satu batalyon, kau satu batalyon. Kalau dia kudeta, kita kontrakudeta. Kita rebut semua ini," kata Kivlan saat itu. Tidak berapa lama kemudian, terbuktilah semua ini. Isu keinginan Benny menjadi presiden didengar Soeharto. "Setelah pulang dari Yugoslavia, Pak Harto bilang biar menteri, biar jenderal, kalau dia inkonstitusional akan saya gebuk. Itu laporan saya, karena dia (Benny) mau melakukan kudeta. Tahun 1989, Benny pun diberhentikan," ungkap dia. Kasus Benny ini, kata Kivlan, berlanjut saat Habibie naik menjadi wakil presiden. "Habibie naik jadi wakil presiden, maka tidak senanglah Singapura. Dirancanglah bagaimana supaya Soeharto jatuh, Habibie ikut jatuh. Koalisi Nasional pimpinan Barnas, di belakangnya Benny Moerdani, di depan ada Ratna Sarumpaet. Itulah duduk soalnya mengapa terjadi kerusuhan," kata dia. Sumber: Suaranews.com Sesudah impor BBM, berita bahwa Indonesia bakalan juga impor gas tentu cukup mengejutkan, pasalnya selama lebih 35 tahun Indonesia sudah dikenal sebagai negara pengekspor gas. Menurut Kepala Divisi BBM dan Gas PT PLN, Suryadi Mardjoeki, yang kami kutip dari sebuah majalah, tahun 2015 kebutuhan gas untuk pembangkit listrik PLN akan meningkat dari 30 kargo gas alam cair (LNG) menjadi 54 kargo. Muara Karang dan Tanjung Priok misalnya membutuhkan 30 kargo, Muara Tawar 8 - 10 kargo, Sumatera Utara sekitar 12 kargo, Bali dan Makassar 4 - 6 kargo. Kebutuhan ini akan semakin bertambah di tahun 2016. Menurut Suryadi PLN harus bersiap-siap untuk mulai impor gas alam cair (LNG) karena PGN pun sudah tidak mampu mencukupi kebutuhan gas PLN. Sehubungan dengan mahalnya BBM, PLN masih terus berupaya mengurangi pemakaian BBM untuk pembangkit tenaga listrik dengan beralih ke non BBM salah satunya adalah gas. Saat ini sebuah fasilitas floating storage and regasification unit (FSRU) sudah dibangun di Jawa Barat dan bisa menampung 26 kargo gas alam cair (LNG) untuk dialirkan ke pembangkit listrik PLN. Sementara itu Pabrik LNG Arun di Lhokseumawe sudah tidak memiliki sumber gas alam lagi dan Pertamina mulai mengalihkan fungsi pabrik ini dari pengekspor gas alam cair menjadi pengimpor. Alternatif lain adalah menjadikan Pabrik LNG Arun menjadi pembangkit listrik. Begitu juga Pabrik LNG Badak di Bontang Kalimantan Timur hanya separoh dari 8 train yang berproduksi karena sudah berkurangnya suplai gas. Namun demikian kita masih bisa berharap dari proyek ekspansi LNG Tangguh di Teluk Bintuni Papua Barat yang dioperasikan oleh BP. Diperkirakan tahun 2019 LNG Tangguh akan bertambah dari beroperasi dengan 2 train menjadi 3 train. Potensi gas alam di tanah Papua pun dipercaya masih cukup besar kalau kita mampu mengelolanya secara profesional dan bertanggungjawab. Langkah Berani Risma Walikota Surabaya Menutup Lokalisasi Dolly Perlu Dukungan Semua Pihak5/19/2014 Meski pada awal menjabat sebagai walikota Risma menolak permintaan 20 kiai untuk menutup lokalisasi di Surabaya, beberapa waktu kemudian Risma dengan berani memutuskan penutupan lokalisasi Dolly pada 19 Juni mendatang. Sebuah keputusan yang sangat berani. Keputusannya ini sudah bisa diramalkan akan mendapat tentangan dari berbagai kalangan. Meskipun demikian hal ini tidak membuat Risma bergeming. Hanya saja sangat mengherankan bahwa seorang kader PDIP Surabaya Wisnu Sakti Buana, yang baru dilantik menjadi Wakil Walikota mendampingi Risma (meski tanpa persetujuannya dan sempat membuatnya berniat mengundurkan diri dari jabatan Walikota Surabaya), mengancam untuk mengerahkan ribuan massa jika Dolly jadi ditutup. Kenyataan ini memunculkan pertanyaan besar seputar bagaimana sebenarnya bentuk keberpihakan sebuah partai besar seperti PDIP kepada rakyat. Sejauh mana pemahaman partai ini tentang kebutuhan rakyat yang dibelanya serta bentuk program yang ingin ditawarkan ketika mengusung Jokowi - JK sebagai calon presiden dan calon wakil presiden. Bagaimanapun ancaman Wisnu ini tentu tidak bisa dianggap main-main. Kita doakan semoga Risma Walikota Surabaya tetap tegar dengan keputusannya itu serta mampu mewujudkannya sebagaimana ketika beliau berhasil mewujudkan Surabaya dengan sejuta taman. Silahkan simak berita berikut di DMCA.com PDIP Ancam Kerahkan Ribuan Massa Jika Dolly diTutup ! May 18, 2014, Nur Hidayat, DMCA.com Surabaya – Ketua PDIP Surabaya yang juga merupakan Wakil Wali Kota Surabaya Wisnu Sakti Buana menyatakan tegas menolak penutupan tempat pelacuran lokalisasi Dolly pada 19 Juni mendatang. Bahkan Wisnu memaparkan, bahwa penolakan tempat maksiat itu merupakan sikap resmi PDI-P dalam melihat realitas sosial prostitusi di Dolly. Ia meminta Pemkot Surabaya untuk mengkaji ulang waktu penutupan, karena menyangkut hajat orang banyak. Wakil Wali Kota Surabaya itu pun menyerang atasannya, yakni Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Ia menyebut Risma arogan, karena menargetkan penutupan lokalisasi Dolly, tetap pada 19 Juni 2014. Jika pemkot Surabaya tetap akan melakukan penutupan lokalisasi Dolly pada 19 Juni 2014, maka besar kemungkian akan chaos (timbul kekacauan) karena secara tegas Wawalikota Surabaya, Whisnu Sakti Buana, menyatakan dirinya bersama kader akan siap berada di posisi warga sekitar Dolly yang terdampak. Wakil Walikota Surabaya ini rupanya tidak main-main atas pernyataannya yang akan membela tempat pelacuran yang dikenal bernama Dolly, jika pemkot Surabaya benar-benar akan melakukan penutupan pada 19 Juni 2014, karena himbauan penundaan yang dilontarkannya merupakan keputusan partai. “Soal Dolly adalah prinsip, karena menyangkut hajat orang banyak, maka sikap saya dan partai (PDIP) tegas agar pemkot Surabaya terlebih dahulu mengajak bicara warga kota Surabaya asli yang terdampak, karena PSK dan Mucikari disana seratus persen bukan warga kota Surabaya,” ucap Wisnu Sakti. Ditanya apakah hal itu berarti seluruh kader PDIP kota Surabaya akan turut terjunkan untuk membantu warga sekitar Dolly, Wisnu mengaku bahwa melakukan pembelaan kepada masyarakat merupakan program partai yang multak harus dijalankan oleh kader. “Itu sudah jelas, karena merupakan program partai yang harus di laksanakan,” tegas Wisnu. Wisnu juga menyatakan bahwa dirinya bersama kader partai akan siap berada dibarisan warga kota Surabaya sekitar lokalisasi gang Dolly yang terdampak, jika pemkot Surabaya memaksakan program penutupannya pada tanggal 19 Juni mendatang. “Ya kita lihat saja nanti, karena kami tidak akan tinggal diam, dan saya bersama kader PDIP akan berada disana bersama warga setempat,” tegasnya. Wisnu Sakti Buana Sang Pahlawan Dolly Orang nomor dua di Surabaya ini menilai, penutupan tempat maksiat (prostitusi) terbesar se-Asia Tenggara tersebut merupakan tindakan keliru. Pasalnya, penutupan akan merugikan warga Surabaya yang selama ini menggantungkan hidupnya dari penghasilan haram. Mantan wakil ketua DPRD Surabaya ini menegaskan, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemkot Surabaya tidak pernah secara serius melakukan sosialisasi ke warga terkait penutupan tempat haram terbesar se-Asia Tenggara ini. “Selama ini pemkot terkesan sangat arogan. Ini (Dolly) ditarget tutup. Padahal program yang dilakukan pemerintah itu apa,” katanya. Sebelumnya target waktu penutupan Gang Dolly sebelum Ramadhan dilontarkan oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini pada akhir tahun lalu, dan kembali ditegaskan pada April 2014. “Bulan puasa nanti, di Surabaya harus sudah tidak ada tempat seperti itu (lokalisasi), pokoknya kita dorong terus agar tepat waktu,” tegas Risma. Agar program penutupan Dolly mulus dan tepat waktu, Risma koordinasi secara intens dengan Kementerian Sosial (Kemensos). Dia mengakui menutup lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara itu bukan perkara mudah lantaran harus memikirkan dampak dari segi ekonomis. Sementara itu, sebanyak 58 Ormas Islam yang tergabung dalam Gerakan Umat Islam Bersatu (GUIB) Jawa Timur, mendatangi Tri Rismaharini ke Balai Kota Surabaya, Rabu 14 Mei 2014. Ormas-ormas Islam tersebut diantaranya Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Timur, Muhammadiyah Jawa Timur, Hidayatullah Jawa Timur, Perhimpunan Al Irsyad Jawa Timur, Dewan Masjid Indonesia Jawa Timur, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Jawa Timur, FPI Jawa Timur, Persatuan Islam (Persis) Jawa Timur, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jawa Timur dan lainnya. Sebanyak 58 ormas Islam yang tergabung dalam Gerakan Umat Islam Bersatu (GUIB) Jawa Timur dan berada di bawah naungan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur, mengunjungi Walikota Surabaya, Tri Rismaharini di ruang kerjanya, Rabu 14 Mei 2014, guna menyampaikan pernyataan sikap dukungan. Di bawah komando Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur, mereka mendukung rencana Risma menutup Dolly, dan siap memback-up penuh rencana penutupan lokalisasi itu. “Pokoknya kita berada di belakang Ibu Risma. Pada intinya, 58 Ormas Islam di Jawa Timur tetap mendukung rencana wali kota menutup tempat tempat prostitusi, khususnya Gang Dolly pada 19 Juni atau 10 hari sebelum bulan Ramadhan tahun ini. Kami harap tidak ada perubahan,” terang Sekretaris MUI Jawa Timur, M Yunus di balai kota. Koordinator GUIB Jatim, H. Abdurrachman Azis, mengatakan pihaknya bertemu walikota untuk memberikan dukungan moril kepada walikota terkait rencana penutupan Dolly. Dukungan itu diwujudkan dalam enam butir pernyataan sikap GUIB Jatim yang dibacakan di hadapan walikota. Enam butir pernyataan itu diantaranya mendukung sepenuhnya kebijakan Pemkot Surabaya untuk menutup lokalisasi Dolly tanggal 19 Juni 2014 sebagaimana tertuang dalam kesepakatan dengan Gubernur Jatim. Serta, mengutuk dengan keras atas tindakan pihak tertentu yang membonceng isu penolakan penutupan tempat-tempat prostitusi di Surabaya khususnya Dolly untuk kepentingan politis-pragmatis jangka pendek dengan mengatasnamakan masyarakat terdampak. “Intinya, kami mendukung ibu walikota untuk menutup tempat-tempat prostitusi sebelum bulan Ramadan,” tegas Abdurrachman Azis. Walikota Surabaya, Tri Rismaharini menyatakan berterimakasih atas dukungan GUIB Jatim. Namun, walikota menegaskan bahwa yang paling utama dalam upaya revitalisasi kawasan lokalisasi Dolly adalah terjaganya kondusifitas di Kota Surabaya. “Saya tidak ingin ada gesekan, saya harus bisa menjaga kondusifitas Surabaya. Saya yakin panjenengan niatnya baik. Jadi saya mohon didoakan supaya kami kuat. Kami mohon diberikan kesempatan untuk menyelesaikannya dulu. Saya yakin, kalau kita niatnya baik, Insya Allah, Allah akan membantu,” tegas walikota. Selain itu, munculnya polemik yang menyatakan bahwa penutupan lokalisasi Dolly belum siap disayangkan Ketua PW NU Jatim KH Hasan Mutawakkil Alallah. Dia menilai sikap itu bertentangan dengan cita-cita masyarakat Surabaya dan sekitarnya. Pernyataan Mutawakkil disampaikan saat Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya Supomo bersama jajarannya bersilaturahmi ke kantor PW NU Jatim. Mutawakkil memahami bahwa pro dan kontra pasti ada. Tapi, jangan sampai kelompok yang demikian itu dituruti. Mutawakkil menegaskan, penutupan lokalisasi tersebut merupakan cita-cita dan amanat masyarakat yang diamanahkan kepada pemerintah. Gubernur maupun wali kota memiliki tanggung jawab untuk merealisasikan cita-cita itu. ”Bila ada yang menentang, sama artinya mereka berhadapan dengan masyarakat,” ucapnya. Penutupan 19 Juni nanti merupakan realisasi rencana yang sudah muncul jauh-jauh hari. Jangan sampai batal dan tertunda lagi. Apalagi, persiapan sudah disusun secara rapi. Terkait dengan adanya isu bakal muncul pengerahan massa yang menolak penutupan, Mutawakkil meminta aparat bertindak tegas. Sebab, penutupan lokalisasi sudah menjadi program pemerintah yang didukung masyarakat. Ketika ada yang menentang, secara tidak langsung mereka akan berurusan dengan hukum. ”Sudah sepatutnya ditindak,” tegasnya. Bila mereka tetap memaksa, masyarakat yang tergabung dalam organisasi NU juga cukup banyak. Mereka siap turun ke lapangan untuk membantu pemerintah dalam memerangi kemaksiatan di masyarakat. Tapi, Mutawakkil meminta sebisa-bisanya jangan sampai ada pengerahan massa. ”Semua ada jalurnya, makanya aparat harus tegas,” tutur dia. [KbrNet/Slm/BJT] Berawal dari inisiatif Ketua Alumni Teknik Kimia ITB Angkatan 1977, Hengki yang sejak pertengahan tahun lalu (2013) mengusulkan agar alumni ITB yang telah berkarya di industri LNG puluhan tahun berbagi pengalaman dalam sebuah program studi di kampus ITB. Beliau kemudian menghubungi Bpk RIJ Soetopo (TK66, Mantan Kepala Proyek Pembangunan LNG Arun dan Badak), Bpk Yoga P. Suprapto (TK73, Mantan Kepala Proyek Pembangunan LNG Tangguh Pertamina), Bpk Nanang Untung (TK77, Presdir PT Badak NGL), Bpk Rachmat Hardadi (TK79, GM/Direktur PT Badak NGL), Helfia Nil Chalis (TK77, Mantan Manager Operasi LNG Badak dan LNG Tangguh), Pak Teguh Bakhtiardi (TK77, Manager Pemasaran LNG Tangguh). Alhamdulillah seminar sehari ini dapat terlaksana pada tanggal 28 Maret 2014 yang lalu di Ruang Galeri TK Prodi TK, Kampus ITB. Video lengkapnya bisa dilihat dengan mengklik link ini. Seminar diikuti oleh para mahasiswa tingkat akhir Teknik Kimia ITB Angkatan 2010. Ruang Galeri TK yang cukup besar itu penuh sesak tetapi seminar tetap bisa berlangsung dengan tertib dan penuh antusiasme para peserta. Diantara mereka ada juga para alumni baik yang berdomisili di Bandung maupun di Jakarta. Bpk RIJ Soetopo di awal presentasinya menyampaikan kesimpulannya dari perjalanan karirnya selama lebih 30 tahun di industri LNG mulai dari pengembangannya sampai pengoperasian. Kesimpulannya ini disarikannya hanya dalam lima kalimat singkat:
Bpk Yoga P. Suprapto dalam presentasinya secara kelakar menceritakan pengalamannya ketika pertama kali menginjak bumi Papua di awal Proyek LNG Tangguh yang waktu itu masih dirintis oleh Pertamina (sekarang dioperasikan oleh BP). "Turun dari chopper saya melihat penduduk asli Papua, langsung saya dekati dan di memperkenalkan diri: 'Saya Abdullah'." Beliau mengaku kaget karena tidak pernah menyangka di Papua ada penduduk asli yang beragama Islam. Memang daerah Tanah Merah, Teluk Bintuni penduduknya 50% muslim, 50% non muslim. Beliaupun menyayangkan bahwa undang-undang Migas malah membuat industri migas Indonesia banyak dikuasai perusahaan asing.
Pak Nanang Untung dan Pak Rachmat Hardadi yang mendapat giliran presentasi setelah Bpk Yoga berbagi pengalaman tentang upaya mereka berduet membawa PT Badak NGL yang memang harus berubah dari non profit company menjadi 'profit company' yang mandiri. Dalam kurun waktu yang tidak lama yaitu 2 - 3 tahun ke depan PT Badak NGL akan berubah haluan dari LNG Manufacturing company menjadi service company. Sekarangpun kiprah PT Badak NGL sebagai penyedia jasa training, commissioning dan start-up LNG plant sudah sangat dikenal di dunia internasional meskipun PT Badak NGL sendiri belum bisa menikmati keuntungannya karena status legalnya sebagai perusahaan non-profit. Terakhir saya dan rekan Teguh Bachtiardi menyampaikan pengalaman berkarya di LNG Tangguh di mana saya dalam hal pengalaman start-up dan pengoperasian kilangnya sedangkan rekan Teguh mengenai pemasaran LNG. Anda bisa mendownload file presentasi saya di sini. Video lengkapnya bisa dilihat dengan mengklik link ini. Tradisi baru telah dirintis oleh Alumni Teknik Kimia ITB Angkatan 77 yang diketuai oleh Hengky yaitu dengan memberi kesempatan menyampaikan pengalaman hidup dan merintis karir kepada adik-adik yang akan menyelesaikan kuliahnya. Begitulah pada tanggal 28 Maret 2014 yang lalu saya menerima undangan seminar itu yang pembicaranya alumni TK ITB dari berbagai angkatan yang berkecimpung di dunia bisnis LNG Indonesia. Lihat postingan terdahulu di link ini. Selamat mengikuti. Helfia Nil Chalis - Seminar Purnabakti Teknik Kimia ITBRIJ Soetopo - Seminar Purnabakti Teknik Kimia ITBSejak awal 2012, Jefry Noer mencanangkan perang terhadap kemiskinan di wilayah Kabupaten Kampar Riau yang dipimpinnya dengan mengusung program tiga 'zero': 'Zero' Kemiskinan, 'Zero' Pengangguran, dan 'Zero' Rumah Kumuh. Jefry memulai semuanya dengan melakukan 'pemetaan', yaitu mendata semua penduduk yang termasuk dalam kategori miskin. Mereka menetapkan penduduk yang mempunyai anak 2 atau lebih dan berpenghasilan antara Rp 1.3 - 1.5 juta perbulan sudah dikategorikan miskin. Hasil analisa mereka terdapat 160.299 jiwa yang masuk kategori miskin. Angka ini jauh lebih besar dari angka Biro Pusat Statistik yang hanya menyebut 61.200 orang miskin di Kabupaten Kampar. Setelah melakukan 'pemetaan', warga yang tergolong miskin diberikan pelatihan selama 2 minggu. Mereka boleh memilih pelatihan pertanian, perikanan atau peternakan. Dalam sebulan ada 240 orang menjalani pelatihan dalam 2 angkatan. Sementara itu Pemerintah Kabupaten Kampar menyiapkan dana sebesar Rp 165 milyar sebagai dana bergulir yang boleh dipinjam oleh mereka yang telah lulus pelatihan. Sebagai contoh, bagi yang lulus pelatihan pertanian boleh meminjam sebesar Rp 30 juta, perikanan Rp 60 juta, dan peternakan Rp 100 juta. Tidak perlu waktu lama angka kemiskinan langsung turun menjadi 19.5% dari 22.5% sebelum program ini digulirkan. Tak heran, karena lulusan pelatihan mengelola usaha masing-masing seperti bertanam cabe merah, budidaya ikan, dan beternak. Misalnya kelompok muslim di Desa Danau Lancang, Kecamatan Tapung Hulu mampu menghasilkan keuntungan bersih Rp 1,2 milyar dalam 6 bulan. Begitu juga Desa Gading Sari dan Tapung Raya yang telah berubah menjadi 'desa sapi'. Tak hanya itu, Jefry dan jajarannya membuat program pemberdayaan ibu-ibu desa. Melalui PKBM Bina Insan Mandiri Kubang Jaya mereka mendapatkan pelatihan jahit menjahit. Sudah lebih 3 angkatan yang lulus pelatihan dimana masing-masing angkatan berjumlah 90 orang. Jefry menggandeng Bank Bukopin dan mendirikan Koperasi Kampar Mitra Mandiri yang mendapat kucuran dana sampai Rp 10 milyar. Sumber: Majalah Gatra edisi 30 April 2014. |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|