Dimana ada Anies, di situ ada teriakan "presiden". Ini fakta yang beberapa bulan terakhir ini disaksikan oleh bangsa Indonesia.
Dimana Anies hadir di tengah massa, di situ panggung Anies tercipta. Terlihat natural, dan jauh dari agenda setingan. Anies memang dikenal sebagai sosok yang tidak terlalu suka dengan hal-hal berbau gimmick. Ketika berkunjung ke Surabaya, K.H. Marzuki Mustamar, katua DPW NU Jakarta Timur sekaligus pengasuh pesantren Sabilurrosyad bilang ke seorang anak kecil: "salaman dulu dengan calon presiden" (12/11/2021). Video ini sempat viral. Dan terlihat bagaimana warga NU Jawa Timur yang hadir sangat antusias terhadap Anies. Ketika menghadiri dialog Phinisi Hall Hotel Claro di Makassar (22/1/2022), Anies dikerubutin massa sampai gak bisa jalan. Hampir semua yang hadir teriak "presiden". Begitu juga di UGM (Universitas Gajahmada) Jogja di bulan Ramadhan lalu (7/4/2022). Teriakan "Anies Presiden" menggema di masjid kebanggaan kampus UGM itu. Gara-gara ini, sejumlah menteri yang sedianya akan mengisi acara kultum terawih di masjid UGM pada malam berikutnya gak jadi hadir. Publik pasti akan membandingkan. Ini bisa menjadi beban psikologis bahkan politik tersendiri. Apalagi para menteri itu punya keinginan nyapres di 2024. Kemarin (29/5) di Milad PKS ke 20, Anies pun diteriakin presiden. Pidato Anies di acara milad PKS pun viral dan mendapat banyak simpatik. Stigma kadrun, intoleran, kelompok garis keras dan sejenisnya yang selama ini diproduksi secara masif dan sistematis oleh kelompok tertentu, tidak menyurutkan laju popularitas dan elektabilitas Anies. Sebaliknya, tuduhan yang karena kontra fakta dan berbanding terbalik dengan bukti yang ada justru malah mendatangkan gelombang empati dan simpati yang semakin besar kepada Anies. Dari sinilah teriakan "Anies Presiden" semakin lantang dan menggema. Ini yang kemudian mengobarkan spirit berbagai komunitas untuk mendorong Anies menjadi presiden 2024. Infonya, sudah ada 55 simpul relawan yang bekerja dan mengkampanyekan Anies jadi presiden. Sepertinya, jumlah simpul-simpul relawan Anies semakin hari terus bertambah. Apa arti ini semua? Rakyat ingin Anies memimpin negeri ini. Anies adalah harapan. Anies menjadi ekspektasi rakyat untuk menjadi nahkoda negeri ini. Mengapa ekspektasinya kepada Anies? Karena Anies diyakini mampu menjawab problem bangsa ini. Problem utama bangsa ini adalah ketidakadilan. 1% orang menguasai 50% kekayaan di negeri ini. 10% orang menguasai 77% kekayaan negara. 90% berebut kekayaan yang tersisa yaitu 23%. Ini jelas ketidakadilan. Selama dua periode, presiden Jokowi dipecundangi oleh sejumlah oknum di sekitar istana. Mereka berkolaborasi dengan mafia pertambangan, mafia pangan, mafia migas, dan mafia-mafia lain untuk merampok kekayaan negara. Segelintir orang semakin kaya dan kemiskinan rakyat semakin bertambah. Sejak dulu, dari satu rezim ke rezim yang lain, mafia memang terbiasa gentayangan di sekitar istana. Hanya saja, sekarang lebih rakus dan terang-terangan. Hal ini telah mendatangkan protes berjilid-jilid dari mahasiswa dan elemen bangsa yang lain. Rakyat semakin hari semakin gerah dan marah. Dalam situasi seperti ini, muncul sosok Anies membawa tema keadilan. Bukan sekedar ajakan, tapi Anies telah membuktikan dan memberi contoh di Jakarta. Di satu sisi, Anies segel pulau reklamasi. Di sisi lain, Anies hidupkan UMKM. Anies buka jalur Soedirman-Thamrin untuk sepeda motor yang sebelumnya ditutup. Tujuannya, agar UMKM tetap bisa bernapas melayani para pegawai dan pekerja kantoran di sepanjang jalur Soedirman-Thamrin via layanan motor. Setiap hari, ada sekitar 480 ribu pengiriman di jalur Sudirman-Thamrin via motor. Berapa miliar setiap harinya uang yang beredar diantara rakyat kecil itu. Saat pandemi, di tengah maraknya bisnis PCR dan vaksin, Pemprov DKI memborong APD dan masker yang diproduksi UMKM Jakarta. Ini upaya Anies menjaga stabilitas perekonomian warga DKI. Belum lagi KJP-plus dan bansos yang porsinya lebih besar dari daerah lain. Inilah keadilan yang dihadirkan oleh Anies. Anies menjadikan Jakarta sebagai ibu kota untuk seluruh rakyat Jakarta. Dari manapun berasal, mereka berhak untuk datang, tinggal dan cari pekerjaan di Jakarta. Di era Anies, tidak ada lagi operasi yustisi. Tidak ada yang dilarang untuk hidup di Jakarta. Anies juga memberikan kenyamanan bagi semua pemeluk agama di ibu kota. Dipermudah ijin pendirian tempat ibadah, selama ikut aturan dan tidak resisten secara sosial. Semua pemeluk agama di Jakarta leluasa menjalankan ibadahnya. Tidak hanya sampai di situ, sejak 2019 Anies melalui pemprov DKI, juga memberi bantuan bulanan kepada semua tempat ibadah. Inilah program yang dinamai "BOTI", singkatan dari Bantuan Operasional Tempat Ibadah. Tanpa ada diskriminasi. Inilah yang membuat stigma intoleran dan politik identitas itu salah sasaran. Kerja keras dan kesuksesan Anies menghadirkan keadilan di Ibu Kota telah menumbuhkan ekspektasi rakyat agar Anies juga bersedia mengambil tanggung jawab untuk menghadirkan keadilan di negeri ini. Anies dianggap orang yang tepat untuk mengambil tugas dan amanah untuk menjadi presiden RI. Di sinilah teriakan "Anies Presiden" menemukan argumen rasionalitasnya. Jakarta, 30 Mei 2022 Tony Rosyid Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa
0 Comments
Penahanan Ustad Abdul Shomad di Bandara Singapura yang ditindaklanjuti dengan deportasi ini menghebohkan. Masalahnya adalah ketidakjelasan alasan cekal tersebut. Ustad Abdul Shomad (UAS) sendiri tidak mendapat penjelasan atas sebab tidak diperkenankannya ia dan keluarga untuk melakukan kunjungan liburan ke Singapura itu.
Perlakuan pihak Imigrasi Singapura di Bandara dinilai tidak pantas. UAS dipisahkan dari rombongan dan dirinya berada di ruang 1X2 M yang menurutnya seperti liang lahat. Pihak Imigrasi Singapura bungkam, justru Dubes Indonesia untuk Singapura yang menjelaskan bahwa UAS mendapat Not To Land Notice. Larangan mendarat karena tidak memenuhi syarat. Syarat apa yang tidak dipenuhi itupun tidak jelas pula. Ini menyangkut hubungan antar negara walau berkaitan dengan seorang warga negara. Setuju sekali dengan pandangan politisi PKS bahwa Pemerintah Indonesia harus memanggil Duta Besar Singapura untuk Indonesia. Masalah penghinaan seperti ini tidak bisa dibiarkan. Dubes mesti memberi penjelasan detail. UAS adalah mubaligh, ulama, dan tokoh Islam. Sikap terhadapnya bukan tanpa pengaruh dan dampak. Umat dipastikan mempertanyakan pencekalan tersebut. Dulu waktu UAS tidak dapat masuk ke Timor Leste alasan yang dianggap mengada-adanya adalah teroris, kini disebut tidak memenuhi syarat. Syarat apa ? Wajar jika orang menduga jangan-jangan ada pesanan dari Pemerintah Indonesia agar Imigrasi Singapura menolak kunjungan UAS. Pemerintah Indonesia harus membuktikan 'clean and clear' dalam kasus ini. Pembuktiannya adalah dengan serius memanggil Dubes Singapura untuk Indonesia. Kemudian kepada publik disampaikan keterangan Dubes tersebut. Perbuatan sewenang-wenang termasuk pelanggaran HAM yang dapat dituntut secara hukum. Kuasa hukum UAS dapat menggugat Pemerintah Singapura. Gugatan kepada Pemerintah Singapura dilakukan jika interogasi dan deportasi adalah kebijakan penuh Pemerintah Singapura. Akan tetapi jika perbuatan itu dalam rangka memenuhi pesanan Pemerintah Indonesia, maka baik Dubes RI di Singapura, Menteri Hukum dan HAM, maupun Presiden RI dapat dimintakan pertanggungjawaban. UAS bukan teroris, bukan koruptor, bukan pula penjahat yang berbahaya sehingga interogasi dan deportasi layak diprotes. Secara hukum Internasional insiden seperti ini dapat menimbulkan konflik diplomatik antara Indonesia Singapura. Bila Pemerintah Indonesia lembek dan membebebek bahkan Dubes RI untuk Singapura bertindak seperti Jubir Singapura, maka itu akan menjadi pertanda bahwa telah terjadi kongkalikong antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Singapura yang berbasis pelanggaran HAM dan Islamophobia. UAS adalah tokoh kritis, ulama alumni Azhar Mesir dan pejuang Islam. Umat Islam layak untuk membela dan melawan kezaliman yang sengaja atas agama. M Rizal Fadillah Pemerhati Politik dan Kebangsaan Bandung, 18 Mei 2022 Sungguh menyedihkan penjelasan Duta Besar Indonesia untuk Singapura Suryopratomo mengenai kasus deportasi yang dialami Ustadz Abdul Somad (UAS). Suryopratomo membantah kalau UAS dideportasi. Kata dia, UAS itu tidak mendapat izin masuk Singapura sehingga diminta kembali.
"Beliau tidak dideportasi tetapi tidak mendapatkan izin masuk ke Singapura sehingga diminta untuk kembali,” kata Suryopratomo lewat pesan teks, Selasa, 17 Mei 2022, sebagaimana dikutip portal berita Tempo. Sementara itu UAS membenarkan bahwa dirinya dideportasi bersama dengan keluarga dan sahabatnya. "Info bahwa saya dideportasi dari imigrasi Singapura itu sahih, betul, bukan hoax,” kata UAS dalam wawancara yang ditayangkan Channel YouTube ‘Hai Guys Official’, Selasa 17 Mei 2022. "Saya dimasukan ke dalam ruangan lebarnya satu meter, panjang dua meter, pas liang lahat. Satu jam saya di ruang kecil. Persis seperti luas kuburan,” papar UAS. UAS mengakui sempat ditahan di ruang mirip tahanan imigrasi sejama satu jam, kemudian di ruang pemeriksaan imigrasi selama tiga jam. UAS dan rombongan akhirnya dideportasi Singapura pada Senin sore (16/5/2022), sekitar pukul 14.30 waktu setempat. Arti deportasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah pembuangan, pengasingan, atau pengusiran seseorang ke luar suatu negeri sebagai hukuman, atau karena orang itu tidak berhak tinggal di situ. Nah, penjelasan UAS diatas sudah sesuai dengan kategori deportasi sebagaimana disebutkan dalam KBBI. Lalu kenapa Dubes RI untuk Singapura sampai harus membantah deportasi yang dialami UAS. Kalau memang UAS yang notabene Warga Negara Indonesia (WNI) ini tidak boleh masuk Singapura, sebagaimana disebutkan Suryopratomo, seharusnya pihak imigrasi Singapura bisa menjelaskan secara langsung kepada UAS begitu dia tiba di Singapura. Yang terjadi, UAS justru dimasukkan ke dalam ruangan ukuran 2x1 meter. Dubes Ngeles Dari penjelasan UAS itu, sudah sangat terang benderang bahwa ustaz kondang ini dideportasi. Lalu kenapa Dubes RI untuk Singapura masih saja ngeles dan mengelak dari peristiwa penghinaan yang dialami WNI yang juga tokoh agama ini ?. UAS bukan hanya dikenal di dalam negeri, tetapi dia juga dikenal di luar negeri dan sering diundang berceramah ke Malaysia dan Brunei Darussalam. Selama ini dia aman-aman saja keluar masuk negara tersebut. Ini Singapura negara kecil yang selama ini banyak dikunjungi wisatawan Indonesia, justru malah telah melakukan penghinaan terhadap tokoh agama Islam Indonesia. Seharusnya pemerintah Singapura mengumumkan saja secara terbuka alasan dibalik pendeportasian UAS agar rakyat Indonesia khususnya umat Islam bisa paham. Kemudian kami rakyat di Indonesia juga bisa mengambil sikap yang jelas terhadap sikap dan penjelasan pemerintah Singapura tersebut. Hal ini penting bukan hanya terkait kasus UAS tetapi juga menyangkut kedaulatan rakyat Indonesia. Kalau pemerintah Indonesia khususnya Dubes di Singapura diam saja atau lepas tangan menghadapi kasus seperti ini, akan menjadi preseden buruk bagi WNI yang bepergian ke luar negeri. Mereka bisa tiba-tiba dideportasi dari negara lain tanpa alasan yang jelas seperti yang dialami UAS di Singapura. Jika membaca Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 2003 tentang Organisasi Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri, pasal 4 menyebutkan bahwa salah satu tugas pokok Dubes adakah mewakili dan memperjuangkan kepentingan Bangsa, Negara, dan Pemerintah RI serta melindungi WNI. Alih-alih melindungi atau membantu WNI yang sedang mengalami masalah seperti UAS, Dubes RI untuk Singapura malah justru meminta pihak lain (UAS) agar meminta penjelasan langsung ke Kedubes Singapura di Jakarta. Seharusnya seorang Dubes itu bisa menjalankan tugas pokoknya dengan benar. Dalam kasus UAS, misalnya, Dubes Suryopratomo seharusnya bisa menghubungi Kementerian Luar Negeri Singapura untuk meminta penjelasan mengapa UAS dilarang masuk atau dideportasi dari Singapura. Dengan begitu, Dubes yang bersangkutan juga jadi tahu dan mengerti alasan dan latar belakangnya. Selain itu rakyat Indonesia terutama umat Islam pun bisa jadi paham duduk perkara yang sebenarnya. Bukan malah rakyat Indonesia yang harus meminta penjelasan dari pemerintah Singapura. Kalau begitu, untuk apa ada perwakilan diplomatik (Dubes) di Singapura. Dalam keterangan kepada portal berita Tempo, Suryopratomo tak menjelaskan alasan UAS tak mendapatkan izin dari Singapura. Dia mengatakan yang bisa menjelaskan alasan tersebut adalah pemerintah Singapura. Dubes RI untuk Singapura Suryopratomo seharusnya paham tugas pokoknya. Apalagi dia latar belakangnya seorang wartawan senior. Jika seorang perwakilan diplomatik tidak bisa melindungi WNI di luar negeri, jangan disalahkan kalau ada yang menduga kebijakan deportasi terhadap UAS dan beberapa Ustadz lainnya adalah karena adanya "pesanan dari Jakarta" . Oleh : Tjahja Gunawan (Penulis Wartawan Senior FNN) Terserah lu aja. Dosa, lu yang tanggung. Lu dibayar buat bully Anies. Dosa lu tanggung sendiri. Tapi, Lu sepertinya emang gak inget dosa.
Gue sih berdasar fakta aja. Faktanya bagus, gue harus bilang bagus. Gue hidup di Jakarta. Tidak sekedar tahu, tapi ngerasain. Tetangga gue juga ngerasain. Tiap bulan ada uang masuk ke rekening emak-emak. Mereka cerita dapat duit ratusan ribu tiap bulan dari Pemprov DKI. Ini emang fakta. Air bersih yang dulu harganya 32.000 per meter kubik, sekarang 3.550. Yang agak kaya bayar 4.900. Coba itung tuh, berapa selisihnya. 32.000 jadi 3.550. Lu di daerah lain mungkin gak ngerasa. Tapi gue yang hidup di Jakarta, harus cerita. Ini yang sebenarnya. Gue gak terlalu ngerti soal politik. Politik identitas lah.. Yang gue ngerti Pak Anies tuh gak pernah bawa-bawa agama waktu kampanye dulu. Belum pernah gue dengar dan tonton videonya. Kasih sumbangan juga gak bawa-bawa agama. Sembako gak ada tulisan agama. KJP Plus, gak ada tulisan agama. Khusus untuk muslim, gak ada. Khusus untuk Kristen, gak ada juga. Muslim dapat, non muslim juga dapat. Masjid dapat, gereja dan wihara juga dapat. Lu warga Jakarta, KTP Jakarta, ya dapat sumbangan. Syarat dan ketentuan berlaku. Lu kalau mau dapat bantuan dari Pak Anies, jadi warga Jakarta dulu. Pak Anies gak pernah membatasi siapa aja untuk tinggal, cari kerja dan alih KTP Jakarta. Jangan bully Pak Anies gara-gara lu gak dapat bantuan. Gimana mau dibantu kalau KTP lu bukan KTP Jakarta. Tunggu Pak Anies jadi presiden, lu bakal ikut merasakan. Untung Pak Anies orangnya sabar. Gak bales kalau dibully. Tetap senyum. Beliau orang yang betul-betul santun. Dibully, santoe. Gak gubris. Beliau bilang: "Dipuji gak terbang, dicaci gak tumbang." Bener tuh Pak Anies. Gak usah gubris mereka, buzzer-buzzer. Ya, mungkin lu lagi pada cari duit. Peluang kerja dengan bully Pak Anies. Kasihan selalu hidup lu. Nyari makan dengan bully orang. Gimana tuh kalau besok lu punya bapak dibully. Hati-hati karma lu. Gue sih obyektif aja. Apa adanya. Gue lihat Jakarta indah, ya gue bilang indah. Lihat Jakarta bagus, gue bilang bagus. Naik angkot gratis, gue bilang gratis. Dulu gak gratis sekarang gratis. Gimana gue mau jelek-jelekin Pak Anies. Coba bandingkan dengan daerah lu. Ada angkot gratis? Naik bus Way keliling Jakarta sepuasnya cuma 3.500? Daerah lu ada air bersih yang murah? Jalanan ada jalur sepeda? Ada emak-emak yang dapat uang ratusan ribu setiap bulan? Ada beasiswa untuk mahasiswa? Dijamin kagak ada. Kok lu ngebully Pak Anies. Bukan ngebully Gubernur atau bupati lu. Gimana sih lu! Jalan kaki di Jakarta sekarang trotoranya lebar. Mau naik MRT, nyaman. Ya, itulah yang ada. Memang bener ada. Gak boongan. Di Jakarta gak ada tuh pencitraan segala. Yang ada hasil kerja yang dinikmati warga. Warga Jakarta, warga luar Jakarta juga nikmatin. Lu yang bully Pak Anies mungkin gak pernah ke Jakarta. Lu yang bilang Pak Anies intoleran mungkin gak pernah dengerin video ucapan para pendeta Kristen dan Hindu. Mereka, para pendeta lebih tahu siapa yang toleran dan siapa yang hanya bisa nuduh intoleran. Toleran gaknya kan tinggal dibuktikan. Faktanya seperti apa. Bukan dengerin buzzer, pasti gak mutu. Lu yang hidup di luar Jakarta, kalau iri, ya minta ke Gubernur lu. Jangan bully Pak Anies. Gue doain Gubernur lu pada bisa kasih KJP Plus seperti Pak Anies. Bisa kasih uang bulanan buat para guru honorer. Air bersih murah. Jalan-jalan di kota nyaman buat para pejalan kaki. Naik angkot gratis. Rumah-rumah ibadah dapat bantuan bulanan. Gue ikut seneng kalau masyarakat di luar Jakarta dapat bantuan dan layanan seperti warga Jakarta. Asli, gue seneng banget. 24/3/2022 Anies Baswedan. Sosok Gubernur DKI yang satu ini cukup fenomenal. Fenomenal terkait dengan proses politiknya, kebijakan-kerjanya, dan dinamika/tantangan yang dihadapinya.
Pertama, Anies diberhentikan mendadak dari mendikbud. Padahal, ia masuk tiga besar sebagai menteri terbaik. Belakangan diketahui bahwa Jokowi butuh kekuatan dukungan dari partai dan ormas. Maka, posisi mendikbud dipindahkan ke partai/ormas. Nasib yang sama dialami Rizal Ramli dan Sudirman Said. Keduanya juga nggak punya dukungan partai dan ormas. Ada juga yang mengkaitkan pencopotan Anies karena namanya semakin populer dan berkibar. Ini berpotensi jadi ancaman buat presiden yang saat itu lagi gencar iklan untuk Pilpres 2019. Setidaknya ini menurut pengakuan sejumlah pejabat internal Kemendikbud. Kedua, Anies lahir di tengah perseteruan keras antara Ahok dengan umat Islam. Perseteruan makin seru ketika Anies berlimpah dukungan rakyat melawan Ahok yang di-back up full oleh kekuasaan. Baik aparat maupun logistiknya. Kondisi seperti inilah yang membuat di antaranya Prof. Mahfudz MD nggak yakin Ahok bisa dikalahkan. Wajar, karena saat itu Ahok betul-betul kuat elektabilitas dan logistiknya. Ketiga, tak lama setelah dilantik, *Anies bikin gebrakan. Pidato pertamanya sebagai gubernur dilaporkan ke polisi. Gara-gara Anies menyebut kata "pribumi".* *Bukan soal kata "pribumi"-nya yang dipolisikan, tetapi dari narasinya terbaca tekad Anies untuk memperjuangkan pribumi agar bisa menikmati haknya secara layak di tanah air sendiri. Itulah yang dipersoalkan. Dan jika kita perhatikan dari banyak rangkaian program kerja DKI dan kebijakan Anies, tekad untuk memperjuangkan hak-hak pribumi betul-betul direalisasikan.* *Inilah yang membuat para taipan yang selama ini menikmati dan dengan mudah bisa mengakses fasilitas negara merasa terganggu.* *Mereka berupaya menggunakan kaki-kakinya di struktur kekuasaan untuk terus melakukan perlawanan terhadap Anies. Berangkat dari sini mari kita bedah apa yang ada di otak Anies terkait dengan posisinya sebagai gubernur DKI yang berhadapan dengan dinamika dan tantangan politik di tengah kekuatan kapital yang sedang gerah terhadapnya. Dalam situasi seperti itu bagaimana Anies tetap konsisten membangun ibu kota dan terus berkomitmen memperjuangkan kelayakan hidup bagi warganya. Pertama, Anies memproteksi Jakarta agar tak dikuasai oleh segelintir orang. Dengan menyegel reklamasi, Anies mengawali langkahnya untuk menjaga Jakarta dari berdirinya kota di dalam kota. Jika 17 pulau reklamasi dibangun dan penghuninya mayoritas adalah pendatang dari luar Indonesia, maka pulau reklamasi akan jadi kota tersendiri. Kota di dalam kota.* *Sebelum ada penyegelan, pulau reklamasi sangat eksklusif dan tidak bisa diakses oleh warga. Ke depan, merekalah yang akan menentukan siapa gubernur DKI. Bahkan juga siapa presiden RI. Tentu yang bisa mereka dikendalikan. Pergub no 42/2019 tentang pembebasan pajak PBB diterbitkan Anies juga untuk memproteksi agar para guru, purnawirawan, dan keluarga para pahlawan tidak dengan terpaksa menjual rumahnya karena mahalnya pajak.* Begitu juga Pergub no 132/2018 tentang apartemen. Dengan pergub ini Anies ambil alih pengelola apartemen dari pengembang dan diserahkan ke penghuni. Pengembang yang selama ini memeras penghuni dengan mahalnya iuran bulanan, kini tak lagi punya dasar regulasinya. Meski dalam proses peralihannya para pengembang yang umumnya nakal ini masih terus bermanuver untuk mempertahankan keserakahan bisnisnya dengan memanfaatkan para oknum di dinas perumahan yang selama jadi virus di DKI. Kedua, Anies memberi ruang seluas-luasnya terutama kepada rakyat kecil untuk terus bisa mengakses berbagai kemudahan agar terjadi proses peningkatan kelayakan dan kesejahteraan hidup mereka. Jl. Thamrin dan Sudirman yang semula "verboden" buat kendaraan bermotor, sekarang dibuka. Tak kurang dari 38.000 sepeda motor yang setiap harinya lewat kedua jalan itu. Bicara soal ekonomi, berapa uang yang setiap hari bisa mengalir ke tukang gojek, pengantar makanan, pedagang asongan, dll.* *Selain itu, Anies juga membangun rumah DP 0% yang semula dianggap hayalan. Ternyata terealisasi. Warga Jakarta kini sudah punya rumah sendiri. Demikian juga dengan kebutuhan air bersih. Warga yang rumahnya tak terpasang pipa harus keluar 40 ribu per hari untuk kebutuhan air bersih. Ini bisnis air yang bertahun-tahun dinikmati oleh Salim Group. Anies gak perpanjang kontrak, dan DKI akan ambil alih. Diharapkan kedepan pipa air bersih bisa menjangkau semua rumah warga DKI dan mereka bisa menikmati air dengan harga yang jauh lebih murah. Tidak hanya dari aspek ekonomi, Anies juga menghidupkan warisan seni dan budaya warga Jakarta. Lenong, wayang dan perayaan hari besar keagamaan Anies gelar sesering mungkin di lokasi-lokasi strategis di Jakarta, seperti di Ancol, Bundaran HI, Balaikota, Monas, dan Kota Tua. Ketiga, DKI aktif mengambil peran terhadap persoalan nasional. Dimanapun ada bencana di Indonesia, Anies mengirim tim lengkap dengan bantuan logistiknya. Anies pun mengomandoi langsung program ini. Terkini, Anies mengirim 65 tim untuk membantu bencana kebakaran di Riau. Mungkin karena inilah rakyat menyebut Anies sebagai Gubernur Indonesia. Keempat, Anies berupaya memotret Ibu Kota dengan kamera global. Dimulai menata kota Jakarta layaknya kota-kota modern di dunia. Lihat Jl. Soedirman dan Thamrin, mungkin gak kalah penampilannya dengan New York di Amerika dan Paris di Eropa.* Begitu juga dengan Jakarta Internasional Stadion (JIS) yang sedang dalam proses pembangunan di Jakarta Utara. Stadion ini diibangun tak kalah besar dan modernnya dengan stadion punya Real Madrid di Spanyol. Anies juga menggelar berbagai even internasional di antaranya adalah balap mobil bergensi yaitu Formula E. Kelima, Anies dengan kemampuannya berkomunikasi berhasil merangkul semua pihak. Emosinya yang stabil mampu menjaga kharismanya sebagai pemimpin untuk semuanya. Bukan hanya pemimpin untuk para pendukungnya. Ini sekaligus juga yang membedakan Anies dari umumnya para pemimpin di Indonesia. Tidak hanya dengan warga, tapi juga kemampuan berkomunikasi dengan dunia internasional. Bagi Anies, cara dan kemampuan berkomunikasi itu menjadi ukuran leadership seseorang. Seseorang layak disebut pemimpin lokal, nasional atau internasional, diantaranya dapat dilihat dari cara dan kemampuannya berkomunikasi. Di sinilah orang sering melihat perbedaan antara Anies dengan Jokowi. Dari lima kategori di atas kita bisa melihat apa isi otak Anies untuk Ibu Kota dan Indonesia. Tony Rosyid 17/09/2019 Alhamdulillah, puji syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah Swt yang telah membimbing kita dalam iman dan Islam sehingga mampu menjalani ibadah puasa Ramadhan kali ini. Semoga Allah Swt juga yang mengangkat derajat kita lebih baik dari pada tahun-tahun yang lalu. Di antara kita banyak yang mendapatkan ampunan Nya, insyaAllah. Bahkan ada yang lulus mendapatkan derajat taqwa seperti yang dijanjikan Allah Swt bagi orang-orang beriman yang berpuasa Ramadhan. Semoga kita termasuk salah satu di antara mereka yang beruntung ini. Aamiin.
Pada kesempatan yang sangat baik ini, perkenankan kami memohon maaf lahir batin atas segala salah dan khilaf. Mari kita bersama-sama mempraktekkan terus kesolehan yang kita sudah jalani selama Ramadhan yll. Sekarang saatnya kita memupuk dan merawat benih-benih kebaikan yang kita sudah peroleh dari Ramadhan yll. Semoga semua benih-benih kebaikan itu akan berbuah keberkahan dan rahmat yang berkelimpahan dari Allah Swt. Aamiin. Wassalam, Helfia Nil Chalis www.AplusProfesionalHomeCleaning.com www.HelfiaNet.com www.HelfiaGoOnline.com |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|