Oleh Alief Bakhtiar Seri tulisan ini adalah cuplikan dari buku Alief Bakhtiar "Mutiara Kehidupan Berbalut Salju" yang bercerita tentang pengalamannya ketika bertugas di Hammerfest - Norwegia sewaktu masih bekerja di Seksi Laboratorium Badak LNG, Bontang, Kalimantan Timur. Bersama Tim Badak LNG ketika itu Alief ditugaskan bersama-sama Tim start-up pabrik LNG di Hammerfest - Norwegia. Berbagai kisah menarik kiranya sangat penting agar kita sebagai satu bangsa bisa belajar dari bangsa lain yang sudah lebih maju budayanya. Saya akan menerbitkan tulisan Alief ini dalam beberapa seri. Semoga bermanfaat. Helfia Nil Chalis. Bisnis Internet. KISAH - 8, SEBUAH MATA UANG Hammerfest, walaupun bukan sebuah kota besar di Norwegia, atau mungkin lebih tepatnya sebuah kota kecil di Norwegia, namun fasilitasnya sangat lengkap dan sangat modern. Mulai dari bank, ATM (Automatic Teller Machine), pertokoan, restaurant, museum, pelabuhan, lapangan terbang, tempat rekreasi, bengkel, pom bensin, dealer motor dan mobil sampai tempat pelabuhan perikanan ada di Hammerfest. Semuanya itu dibuat dengan menggabungkan teknologi maju namun tetap mempertahankan tradisi dan budaya bangsa Norwegia. Berbicara tentang pertokoan, ada sebuah mini super market di Hammerfest, yang sangat aku sukai, kalau aku belanja keperluanku setiap minggunya. Nama mini super market itu adalah Domus. Walaupun ukurannya tidak terlalu besar, tapi lengkap sekali jualannya. Makanan, minuman ringan seperti juice, fanta, coca cola sampai minuman keras, beras, sayuran, buah – buahan, bumbu – bumbu dari Norwegia, Cina sampai Thailand, ikan asin, chocolate, baju, gunting, potongan kuku, pembalut wanita dll. dijual setiap harinya di Domus. Pokoknya sangat lengkap untuk kebutuhan kita sehari – hari. Penataan barang – barang yang dijual itu, yang buat aku betah, rapih banget, bersih dan enak dipandang mata.
0 Comments
Dalam mempelajari sesuatu paling mudah kalau kita mengambil analogi. Begitu juga untuk memahami tentang emosi kita. Emosi dapat kita ibaratkan seperti api yang membakar sebuah tungku yang terbuat dari tanah liat berisi air dan dipanasi oleh api dari dasar tungku. Tungku adalah analogi dari tubuh kita sedangkan api adalah emosi yang berasal dari suatu kejadian atau pengalaman. Uap air adalah efek yang ditimbulkan oleh emosi. Dalam keadaan normal uap air yang dihasilkan oleh pembakaran api di bawah tungku bisa leluasa keluar. Dalam kondisi yang tidak sehat tungku ditutup rapat dengan tutup yang berat. Uap air yang semula bisa keluar bebas sekarang terperangkap di dalam tungku. Tekanan di dalam tungku lambat laun akan meningkat. Tutup tungku dalam hal ini dapat berupa situasi atau kondisi tertentu yang membuat seseorang tidak bisa mengeluarkan tekanan mentalnya. Misalnya seorang anak buah yang mendapat perlakuan tidak adil, mengalami tekanan mental, dikejar target yang ditetapkan atasannya dan dia tidak berani mengungkapkan perasaannya karena takut menerima hukuman. Tutup tungku juga bisa berupa keyakinan atau nilai yang dianut seseorang. Misalnya keyakinan bahwa seorang istri harus patuh kepada suami. Saat istri merasa tertekan oleh sikap suaminya, istri tidak berani mengungkapkan perasaannya. Emosi sebenarnya berguna untuk bertahan hidup. Dengan emosilah manusia bisa mempertahankan semangat dan gairah hidupnya. Akan tetapi emosi yang berlebihan adalah ibarat api tungku yang menyala terlalu besar sehingga air yang di dalam tungku mendidih dan menguap terlalu cepat. Tekanan uap air yang terperangkap dalam tungku semakin lama semakin meningkat. Bila kondisi ini berlangsung terus tungku akan meledak dan hancur berantakan. Tungku yang meledak adalah ibarat keadaan diri yang depresi berat sampai berupaya bunuh diri. Seperti itulah yang bisa terjadi terhadap emosi kita. Apabila emosi meningkat, pikiran bawah sadar akan berusaha memberi peringatan kepada pikiran sadar kita untuk segera mengendalikan penyebab munculnya emosi. Peringatan ini bisa berupa migrain, alergi, asma, gangguan sistem pencernaan, sulit tidur, gatal-gatal, eksim, hipertensi, jantung berdebar, halusinasi, kejang, dan lain-lain. Bila pesan ini diabaikan atau tidak dimengerti oleh pikiran sadar, maka pikiran bawah sadar akan memberi peringatan tambahan lagi. Semakin lama gejala psikis yang muncul semakin banyak. Begitu seterusnya sampai api alias emosi berhasil dikendalikan. Emosi ini bisa berupa sesuatu yang dapat dirasakan bisa juga tidak lagi dapat dirasakan karena telah ditekan hingga masuk ke pikiran bawah sadar dan tersembunyi. Walaupun tidak dapat dirasakan oleh pikiran sadar, emosi ini tetap menimbulkan efek yang sama. Gejala psikis yang ditimbulkannya malahan terjadi seakan-akan tanpa ada alasan yang jelas. Peran do'a dan kedekatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sangat menentukan kekuatan seseorang dalam menahan tekanan emosi tanpa memunculkan gejala psikis. Helfia Nil Chalis. Bisnis Internet. Oleh Alief Bakhtiar Seri tulisan ini adalah cuplikan dari buku Alief Bakhtiar "Mutiara Kehidupan Berbalut Salju" yang bercerita tentang pengalamannya ketika bertugas di Hammerfest - Norwegia sewaktu masih bekerja di Seksi Laboratorium Badak LNG, Bontang, Kalimantan Timur. Bersama Tim Badak LNG ketika itu Alief ditugaskan bersama-sama Tim start-up pabrik LNG di Hammerfest - Norwegia. Berbagai kisah menarik kiranya sangat penting agar kita sebagai satu bangsa bisa belajar dari bangsa lain yang sudah lebih maju budayanya. Saya akan menerbitkan tulisan Alief ini dalam beberapa seri. Semoga bermanfaat. Helfia Nil Chalis. Ayo Mencari Uang di Internet. KISAH - 7, SEBUAH PEMBERIAN TERBAIK Di Laboratorium LNG Hammerfest, selain pekerja Statoil yang permanen, ada juga pekerja magang, seperti banyak ditemukan pada banyak Perusahaan di Indonesia. Kukenal salah satunya, bernama Kaja. Kutaksir umurnya sekitar 18 tahun, agak gemuk dan lumayan cantik paras wajahnya. Dia adalah pelajar tingkat akhir atau sebutlah kelas 3 dari sebuah Sekolah Menengah Analis Kimia di Norwegia. Walaupun bukan pekerja Statoil, namun kuperhatikan tugas – tugas yang diberikan kepadanya seperti mengambil sampel dan melakukan analisis Laboratorium adalah sama saja dengan yang dilakukan pekerja Statoil permanen. Tapi tentunya, bukan tugas analisis yang sifatnya rumit dan membutuhkan ketelitian atau bahkan resiko yang tinggi. Sama halnya dengan remaja lainnya di Norwegia atau di Indonesia, dia orangnya sangat lincah, riang dan suka bergaul. Banyak hobinya yang unik seperti suka main sepak bola, main ski dan menyanyi. Satu macam benda yang sangat dia sayangi adalah sebuah kaca mata hitam. Kuperhatikan sekilas, sepertinya kaca matanya sangat eksklusif dan harganya mungkin cukup mahal. Yang namanya remaja, biasalah kalau sangat suka tampil necis dan bergaya. Kulihat ada satu kaca mata hitam, yang selalu melekat di kepalanya setiap hari. Setiap datang dan pulang kerja, kaca mata itu selalu dipakainya, bahkan saat analisis di Laboratorium, kuperhatikan kaca mata itu masih melekat di atas kepalanya. Di Laboratorium, kalau sedang santai, kaca mata itu di lap dan di lap lagi sampai bersih dan mengkilap. Aku sepertinya yakin, dia akan sedih sekali kalau kaca matanya sampai hilang. Walaupun laki – laki, aku juga hobi untuk memakai kaca mata, khususnya kaca mata hitam untuk melindungi mataku dari sinar matahari. Tidak seperti Kaja, aku kadang tidak terus menerus meletakkan kaca mata kesayangku di badanku. Akibatnya, bisa diduga, aku sering sekali lupa menaruh kaca mata kesayanganku dan malangnya, seringkali aku tak bisa lagi menemukan dimana kaca mataku alias hilang. Makanya, kadang aku sayang, kalau beli kaca mata yang agak mahalan, khawatir aja akan hilang dan hilang lagi. Di Laboratorium LNG – Statoil, aku senang sekali dengan kaca mata keselamatan (safety) yang aku pakai. Selain modelnya trendy, simpel tapi juga warna kacanya ada yang hitam, kuning dan bening, tentu saja ukurannya pas dengan wajahku dan enak dipakai. Kaca mata yang tersedia cukup banyak sehingga kalau rusak sedikit saja atau kotor bisa langsung mengambil sendiri gantinya. Seandainya saja, kaca mata tersebut bisa kubawa pulang ke Indonesia, lumayanlah untuk tampil beda di tanah air. Tanpa terasa aku telah 6 bulan bekerja di LNG Hammerfest – Statoil dan suatu saat, ketika aku akan pulang ke Indonesia untuk berlibur, keinginanku untuk memiliki kaca mata dari Laboratorium LNG sangat kuat. Akhirnya, aku bilang kepada Kepala Seksi Laboratorium LNG agar bisa memiliki kaca mata tersebut. Kusampaikan kepadanya, aku sangat menyukai kaca mata keselamatan yang ada di Laboratorium LNG, beda dengan kaca mata keselamatan di tempat kerjaku sebelumnya, yang terasa berat di mata dan modelnya sangat kaku. Pokoknya tidak nyaman untuk dipakai bekerja di Laboratorium. Tanpa kuduga, dengan entengnya, dia mempersilahkan aku untuk membawanya ke tanah air, semoga aku senang memakainya, katanya dengan halus. Tanpa aku sadari, ternyata pembicaraanku tentang kaca mata dengan Kepala Seksi Laboratorium LNG, terdengar juga oleh Kaja, yang sedang bekerja di dekat ruangan Kepala Seksi. Begitu aku keluar dari ruangan Kepala Seksi, aku langsung saja masuk ke ruangan kerjaku. Tak lama kemudian, Kaja mendatangiku dan bertanya apakah benar aku suka dengan kaca mata. Aku tak terkejut dengan pertanyaan itu karena aku yakin dia mendengar apa yang aku bicarakan dengan Kepala Seksi Laboratorium tadi. Spontan saja kujawab, benar bahwa aku sangat suka dengan kaca mata dan aku ingin memiliki kaca mata keselamatan yang ada di Laboratorium LNG Hammerfest. Tapi yang membuat aku sangat terkejut adalah ketika Kaja mengatakan bahwa dia ingin memberikan kaca mata kesayangannya untukku. Tentu saja, aku dengan halus menolak keinginannya karena aku tahu, dia begitu sangat menyayangi kaca mata hitamnya itu. Tapi Kaja tidak menyerah begitu saja, dengan bermacam – macam alasan seperti nanti bisa beli lagi, masih banyak kaca mata miliknya dsb., dia terus berusaha menyakinkanku agar aku mau menerima pemberiannya. Akhirnya, aku luluh juga, dengan setengah hati sebenarnya, kuterima pemberiannya berupa kaca mata hitam kesayangannya. Aku janji, kalau habis pulang liburan di tanah air, aku akan bawakan oleh – oleh dari Indonesia untuknya. Dengan gembira, Kaja keluar dari ruanganku setelah memberikan kaca mata kesayangannya kepadaku. Setelah kuterima kaca mata dari Kaja, aku hanya terus berpikir, begitu ringannya Kaja memberikan kaca mata kesayangannya kepada orang lain. Dia tahu ada orang lain yang suka kaca mata, lalu dia berikan kaca mata miliknya. Aku dan Kaja juga sebenarnya tidak terlalu akrab, maklumlah Kaja adalah anak muda dan tentunya akan sangat senang bergaul dengan temannya, yang tidak terlalu jauh umurnya dengan dia. Hanya satu kata, yang aku bisa katakan, luar biasa ! Biasanya, anak muda akan sangat pelit untuk memberikan benda atau apapun yang menjadi kesayangannya kepada orang lain. Kalau memberikannya kepada pacarnya, saudaranya atau orang tuanya, semua itu sudah merupakan hal biasa. Tapi kali ini, Kaja memberikan kaca matanya yang disayanginya kepada orang lain, yang tidak terlalu akrab dengannya. Kalau perilaku Kaja ini bisa banyak dilakukan oleh para remaja kita, tentunya para remaja di tanah air akan semakin baik karena tidak akan egoistis dan materialistis. Bukankah kedua hal itu yang membuat remaja kita sekarang ini jadi kurang peka dengan permasalahan bangsa ! Sebagian remaja kita, maunya mendapatkan segala sesuatu dengan mudah dan hidup enak dalam waktu singkat tanpa harus bersusah payah. Ini adalah cikal bakal perilaku korupsi di tanah air. Setelah mendapatkan yang diinginkannya, para remaja enggan membaginya kepada yang lebih membutuhkannya. Dmitry Itskov, seorang milyuner berusia 32 tahun asal Rusia, berambisi menciptakan manusia robot di tahun 2045. Untuk itu dia mensponsori sebuah forum global yang disebut Inisiatif 2045 dengan mengumpulkan para ilmuwan dari seluruh dunia di New York Amerika Serikat. Proyeknya diberi nama sama dengan salah satu nama proyek riset Kementrian Pertahanan Amerika DARPA (Defense Advanced Research Project Agency), yakni proyek Avatar. Salah satu ilmuwan yang mendukung proyek ini adalah seorang ahli teknologi robot asal Jepang Hiroshi Ishiguro dari Universitas Osaka. Dalam forum itu Ishiguro memamerkan robot Geminoid yang bertampang mirip dirinya. Geminoid adalah robot berteknologi 'Brain - Computer Interface' (BCI) yang canggih. Dia bisa dikendalikan dari jarak jauh melalui internet. Geminoid bisa menangkap suara dari webcam dan paling mirip dengan manusia dibandingkan robot-robot lain yang pernah diciptakan manusia. Dia bisa berkedip dan berbicara. Sekitar 400 ilmuwan yang hadir di forum global Inisiatif 2045 dibuat tertawa ketika diakhir presentasi Geminoid ini berkata bahwa kelak dia mungkin akan memberikan presentasi teknologi robot yang lebih baik dibandingkan dengan Ishiguro yang asli. Meskipun begitu, Geminoid masih menggunakan medium suara untuk menangkap perintah. Ambisi sang milyuner muda asal Rusia, Dmitri Itskov, mengusung Inisiatif 2045 adalah agar manusia di tahun 2045 akan mampu menciptakan robot yang bisa dikendalikan cukup dengan pikiran. Teknologi BCI memang memungkinkan hal itu bisa terwujud. Pasalnya teknologi ini menggunakan arus listrik lemah EEG (Electro Encephalo Graphy) yang dipancarkan oleh syaraf-syaraf otak ketika berpikir. Teknologi ini sudah pernah sukses diterapkan kepada seorang wanita usia 53 tahun, Jan Schenermann yang berhasil mengendalikan robot tangannya dengan sempurna. Namun sayangnya teknik yang sama tidak berhasil ketika diterapkan terhadap pasien lainnya. Hal ini karena gelombang EEG yang dihasilkan setiap orang adalah unik dan tidak sama. Inilah tantangan teknologi BCI dewasa ini yang harus diatasi para ilmuwan masa kini. Kalau organ buatan sudah berhasil diciptakan manusia, kemudian pikiran manusiapun sudah bisa dipindahkan dengan teknologi BCI, bukan tidak mungkin kelak akan banyak robot-robot berkeliaran yang dikendalikan pemiliknya dari rumah untuk berbelanja, ke kantor dan berbagai kegiatan lainnya di luar rumah. Seperti diceritakan dalam film fiksi Surrogate yang dibintangi oleh Bruce Willis, dijaman itu manusia tidak lagi menggunakan remote control untuk mengendalikan robot tetapi robot-robot ini dikendalikan dengan suara, gerakan, bahkan pikiran dari jarak jauh. Dengan teknologi ini polisi dan tentara digantikan dengan robot-robot yang dikendalikan oleh polisi dan tentara sungguhan sehingga memperkecil resiko kematian atau cacat. Tetapi tentu saja para penjahat dan tentara musuhpun menggunakan robot-robot berteknologi BCI sehingga pertempuranpun terjadi antara robot polisi/ tentara dengan robot penjahat/ musuh. Di manapun teknologi selalu bisa digunakan untuk hal-hal yang baik sekaligus juga hal-hal buruk. Terknologi bersifat netral. Dia bergantung pada manusia yang memanfaatkannya. Apakah akan digunakan untuk kemaslahatan umat (rahmatan lil aalamiin) ataukah semata-mata untuk kepuasan dirinya sendiri tanpa memperdulikan kerusakan yang diakibatkannya terhadap lingkungan sekitar. Helfia Nil Chalis. Bisnis Internet. Oleh Alief Bakhtiar Seri tulisan ini adalah cuplikan dari buku Alief Bakhtiar "Mutiara Kehidupan Berbalut Salju" yang bercerita tentang pengalamannya ketika bertugas di Hammerfest - Norwegia sewaktu masih bekerja di Seksi Laboratorium Badak LNG, Bontang, Kalimantan Timur. Bersama Tim Badak LNG ketika itu Alief ditugaskan bersama-sama Tim start-up pabrik LNG di Hammerfest - Norwegia. Berbagai kisah menarik kiranya sangat penting agar kita sebagai satu bangsa bisa belajar dari bangsa lain yang sudah lebih maju budayanya. Saya akan menerbitkan tulisan Alief ini dalam beberapa seri. Semoga bermanfaat. Helfia Nil Chalis. Ayo Mencari Uang di Internet. KISAH - 6, SANG SOPIR BIS Salah satu kegiatan yang sangat menyenangkan saat hari libur, Sabtu dan Minggu adalah rekreasi ke tempat wisata di sekitar Hammerfest. Perusahaan menyediakan fasilitas bis eksekutif untuk rekreasi kepada seluruh karyawan beserta keluarganya setiap minggu. Memang tidak gratis, tapi harga tiket bisnya sangat murah dan kita sebagai karyawan, hanya membayar separoh dari harga tiket itu. Pertama kali perjalanan wisata yang aku ikuti adalah pergi ke perkampungan wisata Rumah Sammy (Sammy House). Perkampungan ini terletak di perbatasan antara Norwegia dan Finlandia. Jaraknya kutaksir dari Hammerfest sekitar 120 - 130 km karena akan ditempuh dengan bis selama kurang lebih 2 jam. Sammy adalah nama penduduk asli Norwegia jaman dulu, dan keturunannya terus berkembang sampai sekarang di Norwegia. Karena rekreasi ke Sammy House akan dilakukan pada hari Sabtu, maka hari Jumat, aku membeli tiket bis 2 buah, untukku dan istriku. Selain kami berdua, ketiga teman Indonesiaku juga membeli tiket bis yang sama. Terbayang olehku, besok, hari Sabtu, aku akan melihat seperti apa sebenarnya penduduk asli Norwegia. Aku bertanya dalam hati, ”Apakah mereka juga, secara fisik, sama dengan teman - teman Norwegiaku di Hammerfest?”. Aku juga sangat ingin tahu tentang bagaimana kebudayaan asli Norwegia jaman dulu. Maklumlah, saat ini, Norwegia telah menjadi bangsa yang maju dan mempunyai kehidupan sehari - hari yang sangat modern. Hari Sabtu, tepat jam 7 pagi, bis wisata sudah menjemputku di depan Dormitory, tempat aku dan istriku tinggal di Hammerfest. Aku gembira karena bisnya datang tepat waktu sesuai rencana. Ada hal yang agak lucu, ketika kami semuanya naik bis. Kulihat teman - teman Norwegia-ku, yang sudah naik duluan, mengambil tempat duduk di belakang semua. Sedangkan, aku, istriku, dan ketiga temanku, tanpa pikir panjang, langsung duduk di bangku kosong bagian depan. Hati kecilku bertanya, kenapa teman - teman Norwegia-ku yang naik duluan dari kita, tidak duduk di bangku depan atau bangku tengah. Selidik punya selidik, ternyata mereka merasa nyaman duduk di belakang karena alasan keselamatan. Jelas saja, kalau terjadi kecelakaan, misalnya tabrakan, penumpang yang duduk di depan akan punya resiko yang tinggi, untuk mengalami cidera. Tapi buat kita semua yang dari Indonesia, rasanya lebih nyaman duduk di depan, karena bisa langsung melihat jalanan di depan. Tentang keselamatan, bukanlah jadi prioritas utama, mungkin akan jadi faktor kesekian! Setelah bis mulai berjalan, kunikmati pemandangan yang elok seputaran Hammerfest, laut dan gunung batu yang indah serta beraneka macam model rumah penduduk Norwegia. Rumah mereka, selalu punya warna cat yang cerah, jendela - jendela yang selalu ada bunga dan lampu di sisi dalamnya, termasuk garasi mobil yang unik. Jalannya bis juga cukup pelan, sekitar 60 km/jam, dengan jalanan yang mulus, membuat jadi mengantuk. Setelah melewati beberapa terowongan, aku tak tahan, akhirnya mulai tertidur. Orang Norwegia memang hebat dalam hal membuat terowongan. Gunung - gunung batu cadas, kemudian dibor dan dibuat terowongan yang nyaman untuk dilewati kendaraan. Bagian dalam terowongannya dibiarkan begitu saja, tanpa dirombak atau dipoles lagi, sehingga nampak alur - alur batuan aslinya. Indah sekali kelihatannya. Entah berapa lama, aku tertidur tapi sepertinya tidak lama, mungkin 15 menit. Kulihat bis memasuki jalan yang lurus, lebar, mulus sekali dan tidak ada kendaraan lainnya. Tanpa sengaja, kulihat plang pembatasan kecepatan mobil yang melewati jalan ini. Kecepatan maksimum mobil yang diperbolehkan adalah 60 km/jam. Aku coba melihat speedometer bis yang aku tumpangi, ternyata bis berjalan dengan kecepatan persis 60 km/jam. Aku mengira mungkin bis ini, akan nambah kecepatannya melebihi 60 km/jam, supaya cepat sampai ke tujuan. Karena kulihat jalannya lebar dan lenggang sekali, tidak ada mobil lainnya, yang lewat. Kuperhatikan hampir 30 menit, sopir bis tetap tenang saja menjalankan bis dengan kecepatan 60 km/jam. Kulihat sekelilingku dalam bis, rupanya teman - temanku juga pada tertidur. Memang enak sekali naik bis, kalau sopirnya bisa mematuhi batas kecepatan yang ditentukan, tidak ugal - ugalan. Kekagumanku akan kepatuhan sopir bis ini untuk mematuhi peraturan lalu lintas, ternyata tak berhenti sampai disini. Selang 10 menit kemudian, di depan bis ada mobil sedan, yang kecepatannya mungkin sekitar 50 km/jam. Rasanya sebagai penumpang, aku jadi nggak sabar agar sopir bis segera menyalip saja sedan itu. Tapi dugaanku, sekali lagi, ternyata salah. Kupikir mobil sedan itu, pasti akan segera disalip oleh bis. Justru bis yang mengurangi kecepatannya, dan mengikuti sedan itu pada jarak yang aman. Walaupun jalan sepi dan tidak ada rambu larangan menyalip kendaraan, sopir bis tidak mau menyalip mobil di depannya. Baru sampai akhirnya, mobil sedan belok ke kiri, bis ini menjadi sendirian lagi di jalan raya. Luar biasa sabarnya, sopir bis ini. Kalau kulihat, sopir bis ini masih muda, tapi emosinya di jalan raya, demikian bagus terkontrol. Kadang kala anak muda, kalau lagi di jalan raya, apalagi seperti jalannya bagus mulus, maunya jadi seperti pembalap. Ujung – ujungnya, kebut - kebutan di jalan raya dan terjadi kecelakaan lalu lintas. Sambil menikmati pemandangan pantai nan biru di sepanjang jalan yang lurus ini, kembali terbayang semrawutnya lalu lintas di tanah air. Kubayangkan kalau separo saja, sopir angkutan umum dan mobil pribadi, mau tertib sesuai aturan lalu lintas, mestinya Jakarta tidak akan semacet seperti sekarang. Pengendara motor juga mau dengan sadar ikut tertib berlalu lintas, rasanya enak sekali naik kendaraan di tanah air. Faktanya di tanah air, sopir yang ugal - ugalan, pengendara motor yang tidak sabaran, jalan tol dijadikan arena balap mobil dan tidak adanya rasa saling menghormati sesama kendaraan. Lebaran tahun ini, 2010 di tanah air, aku baca di running text Metro TV, jumlah kecelakaan sebelum dan sesudah lebaran, lebih dari 1200 kecelakaan. Korban meninggalnya lebih dari 200 orang. Ini sungguh angka fantastis, menyamai rekor korban meninggal pada bom Bali. Kita lebih takut dengan ledakan bom, padahal sebenarnya selalu ada bom di jalan raya, akibat kita tidak pernah mau taat sama peraturan lalu lintas. Kita, sesama bangsa Indonesia, saling bunuh membunuh di tanah air, yaitu di jalan raya !. Helfia Nil Chalis. Bisnis Internet. Oleh Alief Bakhtiar Seri tulisan ini adalah cuplikan dari buku Alief Bakhtiar "Mutiara Kehidupan Berbalut Salju" yang bercerita tentang pengalamannya ketika bertugas di Hammerfest - Norwegia sewaktu masih bekerja di Seksi Laboratorium Badak LNG, Bontang, Kalimantan Timur. Bersama Tim Badak LNG ketika itu Alief ditugaskan bersama-sama Tim start-up pabrik LNG di Hammerfest - Norwegia. Berbagai kisah menarik kiranya sangat penting agar kita sebagai satu bangsa bisa belajar dari bangsa lain yang sudah lebih maju budayanya. Saya akan menerbitkan tulisan Alief ini dalam beberapa seri. Semoga bermanfaat. Helfia Nil Chalis. Ayo Mencari Uang di Internet. KISAH – 5 , SANG POLISI WANITA Aku sungguh tak menyangka suatu saat bisa merasakan bekerja di perusahaan Minyak dan Gas Norwegia, Statoil. Terus terang, saat aku berangkat bersama ketiga temanku dari Indonesia ke Norwegia, banyak kusimpan pertanyaan atau mungkin lebih tepatnya disebut kecemasan. Apakah aku bisa beradaptasi di sana? Apakah aku bisa bekerja sama dengan orang Norwegia? Apakah kalau ada masalah, ada banyak orang bisa membantuku? Kusadar bahwa aku bukan bekerja di kota besar Norwegia, tapi aku akan bekerja di sebuah kota kecil, yang bernama Hammerfest. Disitulah, letak kilang LNG Hammerfest milik Statoil, tempat dimana aku akan bekerja. Kucoba lihat peta, ternyata kota itu terletak paling utara di Norwegia, bahkan dekat dengan Kutub Utara. Aku hanya berdoa saja kepada Allah SWT agar diberikan kemudahan untuk bekerja di kota yang sudah pasti, akan sangat dingin. Setelah hampir seminggu bekerja di Hammerfest LNG, aku dipanggil oleh petugas personalia, namanya Merethe, di kantornya. Merethe, orang asli Hammerfest, bergelar Sarjana Hukum dari Amerika dan yang jelas, sangat ramah kepada siapapun. Intinya, besok aku diminta ke kantor Polisi untuk mendaftarkan diri sebagai penduduk baru yang bekerja di Hammerfest. Tentu saja, setelah aku mendapatkan Surat Ijin Kerja dari Kepolisian, Polisi Hammerfest akan punya tanggung jawab juga melindungiku selama aku bekerja di Hammerfest. Ternyata aku tidak akan sendirian ke kantor Polisi, tapi ketiga temanku dari Indonesia juga ikut. Merethe menemani kami semua untuk pengurusan Surat Ijin Kerja di kantor Polisi Hammerfest. Setelah antri dengan tertib, aku mendapatkan beberapa lembar formulir untuk diisi. Aku mulai menyadari pentingnya kehadiran Merethe sebagai penterjemah, karena memang petugas polisi, yang kebetulan Polisi Wanita atau Polwan, kurang bisa berbahasa Inggris. Selain itu, formulir yang aku isi, banyak kalimat - kalimatnya memakai bahasa Norwegia. Setelah selesai mengisi semua formulir yang diberikan, segera kukembalikan formulir itu kepada petugas Polwan. Dengan senyum ramah, dia menerimanya dan memberitahuku bahwa Surat Ijin Kerja dari Kepolisian akan selesai 3 hari lagi. Jam 9 pagi, 3 hari kemudian, aku diminta mengambil Surat Ijin Kerjaku. Ucapan Polwan itu sempat membuatku merenung, ”Apakah benar Surat Ijin Kerjaku bisa diambil 3 hari lagi, tepat pada jam 9 pagi?” Maklumlah, pengalamanku di tanah air, sangat sulit untuk menentukan, jam berapa urusanku di Kepolisian akan bisa selesai. Misalnya saja, urusan perpanjangan SIM dan STNK kendaraanku. Hampir tidak bisa aku mengetahui, pada jam berapa SIM dan STNK kendaraanku akan selesai di proses di Kepolisian! Selesai urusan dengan kantor Polisis, hari - hari berikutnya, aku lalui dengan kesibukanku yang cukup padat di Laboratorium LNG. Tanpa terasa 3 hari telah berlalu, aku teringat akan Surat Ijin Kerjaku yang harus aku ambil di Kepolisian hari ini. Tapi karena kesibukanku, aku berpikir, nanti sajalah sebelum makan siang, jam 11-an, aku akan ke kantor Polisi. Tanpa kusadari, aku telah meremehkan ucapan petugas Polwan, yang mengatakan jam 9 pagi, aku bisa mengambil ijin kerjaku di Kepolisian. Tepat jam 9.10 pagi, Merethe tergopoh - gopoh datang menemuiku di Laboratorium LNG. Aku berpikir pasti ini ada hal penting yang akan disampaikan kepadaku. Karena baru kali ini, Merethe datang ke Laboratorium LNG menemuiku. Biasanya, kalau ada hal yang ingin disampaikan padaku, dia akan telepon dan minta aku datang ke kantornya. Dengan wajah agak tegang, Merethe menegurku, ”Kenapa jam 9 pagi, kamu tidak pergi ke kantor polisi untuk mengambil Surat Ijin Kerja-nya?”. Aku terkejut dan merasa sangat tidak enak hati menerima teguran itu. Biasanya Merethe sangat ramah, namun kali ini, dia kelihatan agak kesal denganku. Merethe menjelaskan bahwa petugas Polwan barusan meneleponnya, menanyakan kenapa aku belum muncul di Kantor Polisi untuk mengambil Surat Ijin Kerjaku. Rupanya karena telepon itu, Merethe kelihatan kesal padaku. Dia kesal karena aku tidak menepati janji dengan petugas Polwan di Kepolisian. Kemudian, tanpa banyak bicara lagi dengan Merethe, aku minta ijin kepada Kepala Laboratorium LNG untuk segera pergi ke Kantor Polisi. Tak lupa, aku minta maaf kepada Merethe atas keteledoranku pagi ini. Sesampainya di Kantor Polisi, ternyata benar, Surat Ijin Kerjaku sudah selesai. Teguran kedua, aku terima dari petugas Polwan, bahwa semestinya aku tidak terlambat mengambil Surat Ijin Kerjaku. Tak ada lagi kata - kata keluar dari mulutku, kecuali minta maaf padanya. Dengan tersenyum, segera dia berikan Surat Ijin Kerjaku termasuk Pasporku. Ternyata aku juga baru tahu, bahwa untuk pengurusan Surat Ijin Kerja dari Kepolisian tidak dipungut biaya sepeser pun! Aku berpikir, aku yang bukan warga negara Norwegia saja, diperlakukan demikian baiknya, apalagi warga negara Norwegia sendiri! Sepanjang perjalananku dari kantor Polisi ke Laboratorium LNG, aku hanya membayangkan betapa nyamannya, kalau semua urusanku dengan kantor Pemerintah, entah itu, Kelurahan, Kecamatan, Kepolisian, Imigrasi dsb. di tanah air bisa seperti ini. Semuanya bisa serba tepat waktu dan bila perlu, tidak ada pungutan atau biaya sama sekali. Kita sebagai warga negara sudah taat membayar pajak, semestinya semua biaya administrasi, entah itu, KTP, Surat Kelahiran, Surat Kawin, SIM dsb. bisa ditanggung oleh Pemerintah. Kita sebagai warga negara punya hak untuk dilayani dengan sebaik - baiknya oleh aparatur Pemerintah. Namun prakteknya di tanah air, sangat sulit untuk mendapatkan pelayanan dari aparatur Pemerintah dengan tepat waktu, dibuat serba mudah urusannya dan bahkan tanpa biaya sama sekali. Sekarang mulai banyak Instansi di tanah air yang memasang pengumuman tentang berapa lama waktu untuk pengurusan sebuah Surat Keterangan dan jumlah biaya yang diminta. Tetapi sekali lagi, pengalamanku mengatakan semuanya itu hanyalah slogan saja, semuanya perlu waktu yang lebih lama, berbelit - belit dan terkadang ada tambahan biaya sana sini! Aku sebenarnya bingung apa penyebabnya semua itu. Mungkin karena banyaknya penduduk Indonesia atau tidak efisiennya aparatur Pemerintah kita. Mungkin juga ada oknum aparatur yang ingin mengambil keuntungan finansial alias duit dari pelayanan yang diberikan ke masyarakat. Padahal jumlah aparatur Pemerintah kita sudah sangat banyak dan diberikan gaji yang cukup layak. Darimana gaji mereka kalau bukan dari uang rakyat seperti pajak! Mungkin saat ini adalah mimpi buatku, dimana akan ada sebuah kejadian tentang pelayanan aparatur Pemerintah. Misalnya, pegawai Kecamatan atau Kelurahan menelponku, ”Pak Alief, ini KTP-nya sudah jadi, tolong segera diambil! Tidak usah bawa uang karena biayanya sudah ditanggung Negara!” Helfia Nil Chalis. Belajar Bisnis Internet. Suka-duka Pola Kerja Rotasi Pola kerja rotasi lazim diterapkan di lokasi tempat kerja yang terpencil yang sulit dijangkau dengan kendaraan komersial. Dalam pola kerja seperti ini setiap jabatan diisi oleh dua orang yang bekerja bergantian dengan sistem rotasi. Masing-masing akan mengalami bekerja di lokasi tempat kerja selama jumlah hari tertentu misalnya 2 minggu. Sedangkan pasangannya yang biasa disebut back to back (b2b) menjalani libur 2 minggu. Kemudian pada hari terakhir mereka serah-terima dimana yang tadinya bekerja akan mendapatkan libur dan yang tadinya libur akan bekerja selama 2 minggu. Demikian seterusnya secara bergiliran. Rotasi Kerja 21 - 21 di LNG Tangguh BP Tangguh di LNG site, Teluk Bintuni, Papua Barat, menerapkan pola kerja rotasi 21 - 21, yaitu 21 hari kerja dan 21 hari libur atau 3 minggu. Ternyata pola kerja seperti ini cukup menyenangkan bagi sebagian besar pekerjanya. Memang berat bagi keluarga muda ketika ditinggal suaminya selama 21 hari, tetapi keberadaan suami selama 21 hari berikutnya di rumah dirasakan sangat berarti dalam membina keharmonisan rumah tangganya. Tentu saja istri dituntut untuk mandiri selama suami bertugas di tempat kerja. Meskipun begitu tidak jarang ada istri pekerja yang tiba-tiba menelpon suami yang sedang bertugas karena bingung mengatasi masalah di rumah seperti listrik, air, atau rekening telpon, untuk menertibkan anaknya yang bandel di rumah, bahkan kadang-kadang untuk mencarikan sopir. Dapat Cuti 6 Kali Setahun Selain itu meskipun selama bekerja di LNG site tidak ada liburnya, tetapi selalu diimingi harapan akan mendapatkan libur di akhir hari ke 21. Liburan selama 21 hari ini dirasakan lebih dari cukup untuk memulihkan kepenatan dan kejenuhan kerja. Kadang-kadang bahkan masih bisa meluangkan waktu untuk 'ngantor' beberapa hari di Jakarta kalau dibutuhkan oleh perusahaan. Bagi yang pernah merasakan kerja dan tinggal bersama keluarga di tempat terpencil, tentu saja pilihan ini sangat menyenangkan. Ibaratnya kalau biasanya mendapat cuti sekali dalam setahun, dengan pola kerja rotasi ini terasa seperti selalu mendapat cuti setiap 21 hari kerja atau dapat 6 kali cuti dalam setahun. Kesempatan Mempersiapkan Kemandirian Finansial Banyak juga pekerja yang memanfaatkan waktu liburnya yang 21 hari untuk memulai bisnis rumah. Ada yang sukses mengembangkan tambak ikan, atau mengelola lahan menjadi usaha kebun yang produktif, membuka bisnis franchise, memelihara sapi, jual-beli kantong plastik, mengembangkan usaha pengolahan air bersih, membuka restoran atau warung, membuat bonsai, memelihara burung dan masih banyak lagi. Kesempatan untuk memperoleh penghasilan tambahan dan mempersiapkan kemandirian finansial memang terbuka luas yang semuanya sah-sah saja selama tidak menjadi konflik kepentingan dengan perusahaan. Biasanya bisnis yang dipilih adalah yang sejalan dengan hobi masing-masing sehingga sekaligus menjadi sarana refreshing. Kalau tidak begitu, bisa-bisa ketika bertugas di LNG site sudah kehabisan tenaga. Makanya kalau di tempat makan (kita sebut Messhall) biasanya seru berdiskusi tentang hobi masing-masing selama liburan dan saling tukar pengalaman. Helfia Nil Chalis, Bisnis Internet Oleh Alief Bakhtiar Seri tulisan ini adalah cuplikan dari buku Alief Bakhtiar "Mutiara Kehidupan Berbalut Salju" yang bercerita tentang pengalamannya ketika bertugas di Hammerfest - Norwegia sewaktu masih bekerja di Seksi Laboratorium Badak LNG, Bontang, Kalimantan Timur. Bersama Tim Badak LNG ketika itu Alief ditugaskan bersama-sama Tim start-up pabrik LNG di Hammerfest - Norwegia. Berbagai kisah menarik kiranya sangat penting agar kita sebagai satu bangsa bisa belajar dari bangsa lain yang sudah lebih maju budayanya. Saya akan menerbitkan tulisan Alief ini dalam beberapa seri. Semoga bermanfaat. Helfia Nil Chalis. Ayo Mencari Uang di Internet. KISAH - 4, SANG PEROKOK BERAT Nikmatnya ikut training di LNG Hammerfest adalah cukup banyak frekuensi istirahatnya. Rasanya, kita menjadi tidak bosan dengan materi training yang disampaikan, walaupun materinya cukup sulit untuk dipelajari. Misalnya, kita mulai training jam 8.00 pagi sampai menjelang makan siang jam 12.00, hampir setiap 1 atau 1.5 jam sekali istirahat. Waktu istirahatnya tidak lama, hanya sekitar 15 menit. Jadi, dalam selama 4 jam training, bisa 3 atau 4 kali waktu istirahatnya. Pengalaman ikut training di tanah air, aku paling banter bisa menikmati waktu istirahat sebanyak 1 kali atau paling banyak 2 kali selama 4 jam training. Memang waktu istirahatnya lebih lama, yakni 30 menit. Kalau kebetulan materinya kurang menarik atau penyajiannya membosankan, maka ngantuklah yang akan menemaniku selama training. Apa yang aku lakukan pada saat istirahat training adalah sama saja, baik di tanah air maupun di Hammerfest. Aku makan kue, minum minuman kesukaanku, ke toilet dan ngobrol dengan teman – teman sesama peserta training. Kalau yang suka merokok, pastilah menghisap 1 atau 2 batang rokok merupakan hal yang tak bisa dilupakannya. Oleh Alief Bakhtiar Seri tulisan ini adalah cuplikan dari buku Alief Bakhtiar "Mutiara Kehidupan Berbalut Salju" yang bercerita tentang pengalamannya ketika bertugas di Hammerfest - Norwegia sewaktu masih bekerja di Seksi Laboratorium Badak LNG, Bontang, Kalimantan Timur. Bersama Tim Badak LNG ketika itu Alief ditugaskan bersama-sama Tim start-up pabrik LNG di Hammerfest - Norwegia. Berbagai kisah menarik kiranya sangat penting agar kita sebagai satu bangsa bisa belajar dari bangsa lain yang sudah lebih maju budayanya. Saya akan menerbitkan tulisan Alief ini dalam beberapa seri. Semoga bermanfaat. Helfia Nil Chalis. Ayo Mencari Uang di Internet. KISAH - 3, SEBUAH KACA MATA Terbayang olehku, hari ini akan banyak kuperoleh ilmu yang baru tentang proses pembuatan LNG di kilang Hammerfest LNG. Aku akan mengikuti training di ruangan simulator Hammerfest LNG. Pengetahuan tentang proses LNG ini akan sangat bermanfaat untuk mendukung pekerjaanku sebagai Chemist atau kimiawan di Laboratorium. Aku harus bisa menentukan apakah hasil analisis dari Laboratorium LNG, benar atau tidak sesuai dengan proses yang terjadi di kilang LNG. Kalau terjadi masalah kualitas LNG, rekomendasi apa yang bisa diberikan agar kualitas produknya bisa menjadi lebih baik. Tempat trainingnya di lantai 2 kantor Hammerfest LNG dengan dibimbing oleh seorang tutor, yakni Senior Operator dari Statoil. Orangnya sudah tua, umurnya sekitar 65 tahun, tapi ramahnya luar biasa. Singkat cerita, aku mulai tertarik dan asyik belajar tentang proses kilang Hammerfest LNG. Sayangnya dengan kelembaban udara yang rendah di Hammerfest, aku menjadi cepat haus dan ingin sering minum. Oleh Alief Bakhtiar Seri tulisan ini adalah cuplikan dari buku Alief Bakhtiar "Mutiara Kehidupan Berbalut Salju" yang bercerita tentang pengalamannya ketika bertugas di Hammerfest - Norwegia sewaktu masih bekerja di Seksi Laboratorium Badak LNG, Bontang, Kalimantan Timur. Bersama Tim Badak LNG ketika itu Alief ditugaskan bersama-sama Tim start-up pabrik LNG di Hammerfest - Norwegia. Berbagai kisah menarik kiranya sangat penting agar kita sebagai satu bangsa bisa belajar dari bangsa lain yang sudah lebih maju budayanya. Saya akan menerbitkan tulisan Alief ini dalam beberapa seri. Semoga bermanfaat. Helfia Nil Chalis. Ayo Mencari Uang di Internet. KISAH – 2, MUSIBAH BADAI SALJU Pagi ini, aku semangat sekali berangkat ke kantor, sebuah Laboratorium LNG. Cuaca pagi yang cerah, walaupun dingin, sekitar - 5 oC, menyertai suasana hati yang riang sepanjang perjalanan ke kantor. Siang ini, sekitar jam 10 pagi, aku akan pulang cepat dari kantor dan selanjutnya berangkat liburan ke Indonesia. Aku mendapat libur 2 minggu, setelah bekerja selama 6 minggu di Hammerfest LNG. Pengaturan kerjaku di Hammerfest LNG mengikuti ketentuan kontrak yang sudah aku sepakati dengan Statoil - perusahaan Minyak dan Gas Norwegia. Aku kerja 6 minggu di Hammerfest LNG dan libur 2 minggu di Indonesia. Biaya pulang ke Indonesia dan kembali ke Hammerfest ditanggung sepenuhnya oleh Statoil. Setelah sampai di kantor, teman – teman menyalamiku, mengucapkan selamat jalan. Tak lupa, mereka menitipkan salam hangat untuk keluargaku di tanah air. Betapa gembiranya hari ini, terbayang aku akan bertemu dengan keluarga dan makan masakan kesukaanku lagi. Walaupun ada di kantor, aku tak bekerja seperti biasanya, namun hanya membuka dan membalas email saja yang masuk ke inbox – ku. |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|