Kamu Bohongin Aku, Ya !!! Ini cerita salah satu teman ketika TAR 3 baru mulai beberapa waktu yll. Dia salah seorang Supervisor Train-2. Mendadak sehari sebelum shutdown teman ini diminta untuk menjadi IA (Isolating Authoritty, yaitu seorang yang sudah diuji kompetensinya dalam melakukan pengisolasian peralatan sebelum diserahkan ke maintenance) di Train-1. Maklum, kalau pabrik baru dishutdown untuk TAR biasanya diperlukan banyak IA. Pagi itu setelah mendapat instruksi untuk melakukan pengisolasian beberapa peralatan di Train-1, teman ini langsung menuju lapangan dengan semangat seperti biasanya. Dibawalah semua perlengkapan yang diperlukan seperti 'tag', gembok dengan rantainya, gambar P&ID serta sertifikat isolasinya yang disebut ICC (Isolation Confirmation Certificate).
"Eric, tolong bantu aku. Kita ketemu di Drier-A" ujar teman ini. Eric: "Baik, pak". Sesampai di lokasi, teman ini celingak-celinguk mencari si Eric di sekitarnya. "Kok sepi, ya....? Di mana tuh si Eric?" bisik teman ini dalam hati. Call radio lagi: "Eric, kamu di mana?". Eric: "Saya sudah di Drier-A, pak. Ada di atas". Teman inipun melihat ke atas Drier-A, tapi tetap tidak bisa menemukan jejak Eric sedikitpun. Mulai kesal, dia panggil lagi lewat radio dengan nada tinggi menahan marah. "Eric, kau jangan bohongin aku, ya. Kamu ada di mana?" teman ini mulai marah di radio. Tiba-tiba teman ini merasa curiga kok mengapa sepi, ya.. padahal kan sedang TAR agak aneh kalau jam segini masih sepi begini di lapangan. Matanya kemudian tertuju ke tulisan di dinding Drier-A: "32-D-1001A". Dia baru sadar kalau dia berada di Train-2 bukan Train-1. Pantas tidak ketemu Eric di sini. Oh...merah padam mukanya karena malu sudah terlanjur marah-marah lewat radio dengan Eric. Diam-diam diapun ngeloyor pergi dari Train-2 menuju Train-1. Tapi, apa mau dikata ternyata ada juga yang memperhatikan sehingga jadilah teman ini gurauan teman-teman lainnya sebagai pelepas ketegangan. Begitulah sesuatu yang kita lakukan dengan rutin seringkali kita kerjakan dengan otomatis terutama kalau pikiran sibuk dengan berbagai hal penting lainnya sambil kaki terus berjalan mengikuti alur yang sudah biasa kita lalui. Tokoh kita ini memang sehari-harinya bertugas di Train-2 sehingga ketika mendapat perintah mengisolasi di Train-1, tanpa sadar dia berjalan menuju Train-2 bukannya ke Train-1. Lagi pula segalanya mirip antara Train-1 dan Train-2. Yang membedakan hanyalah tag number peralatannya saja. Seperti yang dituturkan oleh teman di meja makan messhall kemarin pagi. Helfia Nil Chalis [email protected] www.helfia.net
2 Comments
Indahnya Kerja RotaSejak tiba di LNG Site tiga minggu yang lalu, langsung sibuk dengan persiapan TAR 3. Kesibukan terus bertambah ketika TAR 3 akhirnya dimulai pada tanggal 28 September. Baru agak mereda setelah semua pengisolasian selesai dilakukan dan sertifikat serah terima yang disebut SS1 (system safe) sudah saya tandatangani hari Senin 8 Oktober tadi yang menyatakan Train-1 sudah boleh untuk 'dikerjakan'. Alhamdulillah hari ini lega rasanya perjalanan ke Babo dengan Boat 'Kumawa Jade'. Tidak terasa kantuk menyerang. Saya baru terbangun setelah boat akan bersandar di 'pontoon' Babo. Teringat saya beberapa hari 'pontoon' Babo sempat tenggelam karena cincinnya tersangkut tali kapal. Ketika itu diskusi sudah matang untuk mulai pengangkatan 'pontoon' ini keesokan harinya dengan segala analisa resikonya, tiba-tiba di LNG Site diterima berita bahwa 'pontoon' malam itu sudah terapung kembali. Tentu saja kaget meskipun senang juga. Usut punya usut ternyata salah satu pilot tug boat berinisiatip sendiri menyemburkan propeller tugboatnya sehingga 'pontoon' terguncang dan bisa lepas dari sangkutan tali kapal dan bisa terapung kembali. Hanya saja Operasi LNG Tangguh tidak saja harus dilaksanakan dengan "Safe" dan "Reliable", tetapi juga harus "Compliant". Semua orang harus mematuhi aturan perusahaan dan pemerintah yang berlaku. Perusahaan tidak melihat hasil semata-mata tetapi juga peduli dengan bagaimana caranya mencapai hasil ini. Kalau dilakukan tidak sesuai dengan prosedur, meskipun hasilnya kebetulan sesuai harapan tetap saja tidak bisa menjadi alasan untuk membiarkan pelanggaran terjadi. Ketika Pesawat OneTeamTangguh mengulurkan tangganya di Bandara Halim Perdanakusuma saya berkomentar "Inilah indahnya kerja rota". Teman Alief Bachtiar langsung menimpali: "Kelemahannya kalau mau kembali ke LNG Site". Teman Aswin langsung menimpali "Walaupun sudah 10 tahun kerja rota, kalau mau berangkat ke site masih aja berat". Yah, begitulah selalu ada dua sisi dalam segala hal. Marilah kita lihat sisi positipnya saja agar selalu semangat dan lebih banyak bersyukurnya. Siapa yang banyak bersyukur, maka Tuhan akan menambahkan nikmat kepadanya. Bintaro, 10 Oktober 2012 Helfia Nil Chalis [email protected] www.helfia.net Semangat Beribadah Tetap Tinggi Selama TAR - 3Coba perhatikan foto menarik kiriman dari Abdul Hamam, salah satu Operation Supervisor yang bertugas sebagai Isolating Authority (IA) selama TAR - 3 ini. Semula saya pikir mereka mau masuk Musholla MCB (Main Control Building). Setelah saya teliti lagi, ooo... rupanya mereka terjebak di ruang tempat berwudhu. Mereka tidak bisa keluar untuk sholat di Musholla karena gang di luar Musholla sudah diisi teman-teman lain yang mencari tempat untuk sholat berhubung ruang Musholla sudah penuh. Memang untuk hajatan TAR 3, LNG Tangguh mendatangkan tambahan pekerja tidak kurang dari 400 orang. TAR 3 hari ini sudah menginjak hari ke 12 dan masih berlangsung seru. Setiap harinya jumlah orang yang masuk pabrik tercatat mencapai 500-an orang. Jumlah ijin kerja yang dikeluarkan mencapai 200 kalau siang dan 140 malam hari. Pekerjaan panas pernah sampai 6 ijin kerja, dan 8 pekerjaan di dalam ruangan tertutup. Para penerima ijin kerja bersertifikat di sini disebut PA (Performing Authority). Selama TAR 3 jumlah PA yang datang ke MCB melonjak drastis untuk mengajukan persetujuan ijin kerja ke Area Authority (AA). Tentu saja fasilitas yang ada di MCB tidak mampu melayani mereka semua baik Musholla apalagi toiletnya. Itu sebabnya pada waktu-waktu sholat magrib terutama, terjadi antrian cukup panjang untuk sholat di Musholla. Alhamdulillah kita patut bergembira karena dengan semangat beribadah seperti ini bisalah kita berharap TAR 3 akan sukses, setidaknya selamat tanpa ada kecelakaan. Mari kita selalu menyempatkan diri untuk mengingat Tuhan yang telah menciptakan kita dengan sebaik-baik bentuk dan kejadian. Mari kita gunakan kekuatan, kemampuan, kepandaian kita untuk memberikan karya yang terbaik agar menjadi amal soleh sebagai bekal kita di hari pengadilan kelak. Bukankah kita semua akan menuju ke sana dan Tuhan kita selalu mengawasi kita untuk melihat siapa diantara kita yang paling baik amalnya. Ya, Tuhan kami, ampunilah kami atas kelalaian kami dari mengingat Mu selama ini. Amin. Bintuni, 9 Oktober 2012 Helfia Nil Chalis berkolaborasi dengan Abdul Hamam [email protected] www.helfia.net Sharing Posting Google+ Zulfa Putri Bungsu 8 Oktober 2012
Disebuah rumah sederhana yang asri tinggal sepasang suami istri yang sudah memasuki usia senja. Pasangan ini dikaruniai dua orang anak yang telah dewasa dan memiliki kehidupan sendiri yang mapan. Sang suami merupakan seorang pensiunan sedangkan istrinya seorang ibu rumah tangga.Suami istri ini lebih memilih untuk tetap tinggal dirumah mereka menolak ketika putra-putri mereka menawarkan untuk ikut pindah bersama mereka. Jadilah mereka, sepasang suami istri yang hampir renta itu menghabiskan waktu mereka yang tersisa dirumah yang telah menjadi saksi berjuta peristiwa dalam keluarga itu. Suatu senja ba’da Isya disebuah mesjid tak jauh dari rumah mereka, sang istri tidak menemukan sandal yang tadi dikenakannya kemesjid tadi. Saat sibuk mencari, suaminya datang menghampiri “Kenapa Bu?” Istrinya menoleh sambil menjawab “Sandal Ibu tidak ketemu Pa”. “Ya udah pakai ini saja” kata suaminya sambil menyodorkan sandal yang dipakainya. walau agak ragu sang istri tetap memakai sandal itu dengan berat hati. Menuruti perkataan suaminya adalah kebiasaannya. Jarang sekali ia membantah apa yang dikatakan oleh sang suami. Mengerti kegundahan istrinya, sang suami mengeratkan genggaman pada tangan istrinya. “Bagaimanapun usahaku untuk berterimakasih pada kaki istriku yang telah menopang hidupku selama puluhan tahun itu, takkan pernah setimpal terhadap apa yang telah dilakukannya. Kaki yang selalu berlari kecil membukakan pintu untuk-ku saat aku pulang, kaki yang telah mengantar anak-anakku ke sekolah tanpa kenal lelah, serta kaki yang menyusuri berbagai tempat mencari berbagai kebutuhanku dan anak-anakku”. Sang istri memandang suaminya sambil tersenyum dengan tulus dan merekapun mengarahkan langkah menuju rumah tempat bahagia bersama….Karena usia yang telah lanjut dan penyakit diabetes yang dideritanya, sang istri mulai mangalami gangguan penglihatan. Saat ia kesulitan merapikan kukunya, sang suami dengan lembut mengambil gunting kuku dari tangan istrinya. Jari-jari yang mulai keriput itu dalam genggamannya mulai dirapikan dan setelah selesai sang suami mencium jari-jari itu dengan lembut dan bergumam “Terimakasih ya, Bu ”. “Tidak, Ibu yang terimakasih sama Bapa, telah membantu memotong kuku Ibu” tukas sang istri tersipu malu. “Terimakasih untuk semua pekerjaan luar biasa yang belum tentu sanggup aku lakukan. Aku takjub betapa luar biasanya Ibu. Aku tau semua takkan terbalas sampai kapanpun” kata suaminya tulus. Dua titik bening menggantung disudut mata sang istri “Bapa kok bicara begitu? Ibu senang atas semuanya Pa, apa yang telah kita lalui bersama adalah luar biasa. Ibu selalu bersyukur atas semua yang dilimpahkan pada keluarga kita, baik ataupun buruk. Semuanya dapat kita hadapi bersama.” Hari Jum’at yang cerah setelah beberapa hari hujan. Siang itu sang suami bersiap hendak menunaikan ibadah Shalat Jum’at, Perubahan Mendadak TAR 3 Pekerjaan Turn Around (TAR 3) Train-1 yang sedang berlangsung sudah mengalami beberapa perubahan rencana kerja. Padahal setiap perubahan yang dilakukan disaat - saat terakhir persiapan TAR apalagi selama TAR berlangsung harus dihindari kecuali kalau memang tidak ada pilihan lain misalnya karena kondisi yang berubah atau yang terkait dengan resiko keselamatan kerja. Dari pengalaman yang akan saya uraikan sedikit nanti di sini kita bisa menyimpulkan pentingnya untuk melakukan perencanaan dengan matang agar pada saat pelaksanaan tidak perlu lagi ada perubahan.
Perubahan yang pertama terjadi beberapa hari menjelang keputusan dimulainya TAR 3, yaitu ketika dilakukan review ulang prosedure shutdown dan start-up oleh Process Engineering Technical Authority. Pada waktu itu disepakati untuk langsung menshutdown sirkulasi amine di Acid Gas Removal Unit (AGRU) sesudah test ESD. Alasannya masuk akal yaitu karena secara teknis resiko kontaminasi dengan udara sangat kecil berhubung hanya feed gas KOD yang dibuka sehingga sirkulasi panas tidak diperlukan. Tetapi dengan sirkulasi amine langsung dihentikan ternyata temperatur amine sulit untuk diturunkan dan sempat membuat kewalahan mengupayakan penurunan temperatur sampai < 50 derajat. Perubahan yang kedua adalah ketika dalam tahapan defrost atau mengusir cairan hidrokarbon berat dari dalam vessel dan perpipaan menggunakan gas panas. Gas defrost diambilkan dari Train-2, tetapi ketika pelaksanaannya produksi Train-2 terganggu menjadi terlalu rendah. Diambillah keputusan untuk tidak menggunakan gas defrost dan langsung menggantikannya dengan menggunakan nitrogen. Setelah sekian lama pengusiran cairan hidrokarbon berat ini dilakukan dengan nitrogen tidak terlihat tanda-tanda adanya penurunan kandungan hidrokarbon. Akhirnya diputuskan untuk kembali menggunakan gas defrost. Secara teknis sebenarnya penggunaan gas defrost memang lebih efektif karena gas mempunyai daya afinitas yang lebih baik dengan hidrokarbon berat dibandingkan nitrogen. Setelah diyakinkan semua vessel dan perpipaan tidak lagi mengandung cairan hidrokarbon berat barulah defrost dihentikan dan diganti dengan purging menggunakan nitrogen sampai kandungan hidrokarbon < 4% volume. Perubahan ketiga adalah terkait dengan mundurnya pelaksanaan TAR yang ternyata mengharuskan adanya perubahan schedule shift pekerja. Pekerja yang tadinya diharapkan akan melaksanakan shutdown sudah keburu pulang dan digantikan pekerja lainnya yang masih memerlukan waktu untuk memahami tugas dan tanggungjawabnya. Demikian juga dengan beberapa vendor yang sudah terlanjur mobilisasi ke site padahal mereka sudah mempunyai jadwal juga dengan klien mereka di tempat lain. Pada waktu TAR 1 saya masih ingat ketika pada hari-hari terakhir menjelang shutdown diputuskan untuk melakukan ESD test. Setelah direview ternyata kalau ESD test dilakukan banyak prosedur yang harus direvisi. Perubahaan ini juga memaksa kita merubah strategi mengisolasi pada waktu shutdown dan strategi untuk de-isolasi menjelang start-up. Banyak sertifikat isolasi yang harus dirancang ulang sehingga terpaksa beberapa team kita kerahkan untuk menyelesaikannya siang-malam. Benar saja, pada waktu pelaksanaan banyak masalah yang tidak diduga kita alami sehingga ini merupakan salah satu yang menyebabkan keterlambatan TAR 1 waktu itu yang selanjutnya diperbaiki di TAR 2. Dengan demikian, adalah penting sekali untuk melakukan perencanaan dengan sebaik-baiknya dan sedetil mungkin. Rencanakan apa yang akan kita lakukan dan laksanakan apa yang kita rencanakan . "Plan your work, and work your plan". Bintuni, 6 Oktober 2012 Helfia Nil Chalis [email protected] www.helfia.net Listrik untuk Bintuni dari LNG TangguhBermula dari kunjungan safari Ramadhan Dirut PLN yang waktu itu dijabat oleh Bapak Dahlan Iskan (sekarang Menteri BUMN) ke Bintuni. Tercetuslah ide untuk menyediakan listrik bagi masyarakat Bintuni dari Kilang LNG Tangguh. Tentu saja sebagai Operator Kilang LNG Tangguh BP harus mendapatkan ijin dari BPMIGAS badan yang mewakili Pemerintah dalam pengelolaan minyak dan gas bumi Indonesia. Maka terjadilah pertemuan bersejarah di Istana Negara tahun lalu di kantor Wakil Presiden. Pertemuan dihadiri juga oleh Site Manager Kilang LNG Tangguh, Bapak Refrizal Boestaman. Disepakatilah pembangunan jalur pemasok listrik dari Kilang LNG Tangguh. BP Tangguh diminta menyediakan jalur pemasok listrik sampai dengan Tanah Merah. Jalur selanjutnya merupakan tanggung-jawab PLN. Semula dijadwalkan Juni 2012, tetapi proyek akhirnya berjalan mulai Juli 2012 yll. Penggalian jalur kabel sudah dimulai dan masih berlangsung. Semoga segera terealisasi impian masyarakat Bintuni untuk mendapatkan listrik dari PLN dengan bantuan dari Kilang LNG Tangguh.
Bintuni, 6 Oktober 2012 Helfia Nil Chalis [email protected] www.helfia.net Swiss CheeseMendengar kata-kata "Swiss Cheese" mungkin akan berbeda-beda apa yang terbayang dibenak setiap orang. Bagi orang yang mempelajari tentang keselamatan kerja istilah ini menggambarkan rapuhnya 'barrier' atau penghalang yang kita pasang guna mencegah terpaparnya kita dengan bahaya. Setiap 'barrier' mempunyai kelemahan seperti halnya keju swiss yang selalu ada bolong-bolongnya. Oleh karena itu untuk mencegah bahaya agar tidak muncul ke permukaan dan melukai manusia atau merusak peralatan ataupun lingkungan, maka kita perlu memasang 'barrier' ini berlapis-lapis.
Semakin banyak 'barrier' dipasang, tentu semakin aman tetapi mungkin sudah menjadi tidak praktis lagi bahkan bisa jadi mustahil untuk dilaksanakan. Pertanyaannya adalah seberapa banyak lapisan 'barrier' atau penghalang ini harus kita pasang. Ukuran relatip yang sering digunakan dalam hal ini dikenal dengan istilah "ALARP" atau "As Low As Reasonably Practicle". Artinya, kita harus terus melakukan upaya penurunan resiko selama masih praktis. Di sini yang dimaksud dengan praktis bisa diartikan sebagai hal yang mampu dilakukan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia saat ini termasuk kemampuan teknologinya. Selanjutnya apabila kita sudah melakukan itu semua apakah pekerjaan yang akan kita lakukan itu sudah pasti bisa dilakukan dengan aman? Kita tahu bahwa sekecil apapun sisa resiko itu tetap ada dan bisa muncul setiap saat sehingga tetap perlu diantisipasi. Untuk itu kita perlu membuat 'barrier' mitigasi yaitu untuk penanggulangan apabila bahaya muncul seperti sistem peringatan, sistem pemadam kebakaran, sistem penampung tumpahan, personal protection, sistem rencana evakuasi, dan sebagainya. Mengingat sisa resiko selalu ada dan tidak pernah bisa dihilangkan sama sekali, apakah lantas kita lebih baik mundur saja dan tidak jadi melakukan pekerjaan itu? Selama sisa resiko itu menyisakan kemungkinan munculnya bahaya yang masih bisa dikendalikan, maka kita bisa lanjutkan. Disinilah peran agama dan keyakinan seseorang sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan pekerjaan tersebut. Silahkan simak filosofi berikut. Kalau Tuhan menghendaki tentulah manusia bisa dibuatnya untuk tidak perlu bersusah payah karena Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Tetapi Tuhan berkendak lain di dunia ini. Dia menghendaki manusia untuk berusaha sampai batas kemampuannya serta bertindak dengan benar dan sesuai dengan yang Dia kehendaki. Dia ingin melihat siapa diantara manusia yang paling baik dan paling benar jalannya. Dia akan mengawasinya dan meminta pertanggungjawaban manusia itu masing-masing kelak. Kembali ke topik pembicaraan kita. Kalau kita sudah berusaha menurunkan resiko sampai ALARP kita masih perlu menyertainya dengan doa dan berserah diri sepenuhnya kepada keputusan Nya. Baik atau buruk akibat yang kita terima dengan melaksanakan pekerjaan tersebut semuanya kita terima tanpa syarat. Inilah yang disebut dengan menerima 'takdir'. Kebiasaan berdoa dan berserah diri sepenuhnya seperti inilah yang bisa menimbulkan ketenangan dalam diri setiap orang yang mengamalkannya sehingga dia mampu mengeluarkan upaya terbaiknya secara maksimal pada saat melaksanakan pekerjaan yang sudah dia rencanakan dengan matang sebelumnya. Logikanya pekerjaan yang dilakukan dengan cara ini akan berhasil terlaksana dengan sukses dan selamat. Pertolongan Tuhan hanya akan turun apabila kita sudah mengerahkan semua ikhtiar daya dan upaya disertai doa tulus kepada Nya. Seringkali yang terjadi adalah kita tidak cukup berikhtiar, mudah menyerah atau langsung mengambil jalan singkat dengan hanya berdoa mengharap pertolongan Nya tanpa disertai upaya maksimal. Atau sebaliknya, bisa saja kita selalu diliputi terus dengan keraguan meskipun kita sudah melakukan semua ikhtiar dan kita lupa atau tidak yakin dalam berdoa dan berserah diri sepenuhnya kepada Nya. Padahal Tuhan pernah berkata melalui nabi kita: "Kalau ada hamba Ku yang bertanya di manakah Aku? Katakanlah: 'Sesungguhnya Aku dekat. Aku lebih dekat dari urat nadimu. Aku mengabulkan doa hambaku yang berdoa kepada Ku". Mengapa Tuhan mendahuluinya dengan kata-kata "sesungguhnya"? Shal ini mengisyaratkan perlunya beberapa kondisi tertentu terpenuhi agar keinginan kita untuk bisa dekat dengan Nya bisa terwujud. Jadi bukan sesuatu yang terjadi dengan sendirinya. Wallahu'alam bissawab. Bintuni, Jum'at 5 Oktober 2012, Helfia Nil Chalis [email protected] www.helfia.net STOP CultureApa maksudnya "STOP Culture"? Kalau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia kira-kira artinya adalah budaya menghentikan pekerjaan yang berbahaya. Bagaimana menerapkan budaya ini dalam praktek sehari-harinya? Perlu diingat bahwa setiap orang tentu saja mempunyai pemahaman tentang pekerjaan yang berbahaya dan yang aman. Semua tergantung pada pengetahuan, pengalaman dan persepsi seseorang. Dengan demikian bisa saja terjadi dalam pelaksanaannya seseorang menghentikan suatu pekerjaan karena menurut pengetahuan, pengalaman dan persepsinya pekerjaan tersebut tidak aman. Apabila yang bersangkutan sesudah menghentikan pekerjaan yang dimaksud kemudian menerima akibat buruk setelah itu, katakanlah karena salah persepsi atau karena alasan lain, maka sudah barang tentu budaya "STOP Culture" tidak mungkin bisa ditegakkan.
Mengapa "STOP Culture" perlu dibudayakan dalam sebuah lingkungan kerja yang mengutamakan keselamatan? Kita tahu bahwa dalam mencegah kecelakaan ada banyak 'barrier' yang perlu kita sediakan sehingga bahaya tidak muncul dan menyebabkan ada orang yang terluka atau barang yang rusak atau lingkungan yang tercemar. Pada akhirnya salah satu 'barrier' penting yang bisa mencegah terjadinya kecelakaan adalah keberanian setiap orang untuk menghentikan pekerjaan sebelum kecelakaan itu terjadi. Inilah yang menjadi pendorong utama perusahaan untuk menciptakan suatu budaya yang disebut "STOP Culture" ini. Sebagai contoh dalam Turn Around kali ini di LNG Site Tangguh, jadwal dari waktu ke waktu sangat ketat dan tidak boleh sampai terlambat karena bisa berakibat terlambatnya start-up. Kemarin malam salah seorang 'safety advisor' dengan berani menghentikan pekerjaan 'lifting' karena menemukan pekerjaan 'lifting' yang sedang berlangsung tidak sesuai dengan 'lifting plan'. Pekerjaanpun dihentikan meskipun berakibat keterlambatan jadwal kerja. Pihak atasan hanya sedikit berargumen tetapi akhirnya bisa menerima dan memperbaiki 'lifting plan' sebelum melanjutkan pekerjaan 'lifting' tersebut. Bisa dibayangkan apabila pekerjaan tetap berlangsung padahal tidak sesuai dengan 'lifting plan' maka kecelakaan sangat mungkin terjadi karena sesuatu yang dilakukan tanpa rencana yang baik dan matang berpotensi menimbulkan kecelakaan. Pengendalian pekerjaan pada prinsipnya bertumpu pada perencanaan yang baik sebelum pekerjaan dimulai sehingga segala resiko pekerjaan dapat diantisipasi sebelumnya dan dipersiapkan cara - cara mengatasinya guna meminimalkan resiko. Bintuni, 3 Oktober 2012 Helfia Nil Chalis [email protected] www.helfia.net |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|