![]() Kesaksian Pak Budi Prasetyo berikut ini mengingatkan kita betapa rawannya kondisi Indonesia ketika dilanda krisis moneter tahun 1997 - 1998. Kisah ini adalah kelanjutan dari kisah-kisah beliau sebelumnya (Lihat di sini: Awal, Lanjutan-1, Lanjutan-2, Lanjutan-3). Krisis moneter melanda Indonesia Dua hari kami berada di Hongkong, sebelum kemudian melanjutkan perjalanan ke Singapura. Pertemuan terakhir kami dengan investor, kami hanya diberi waktu 5 menit untuk menerangkan tentang kinerja Indosat dan situasi Indonesia secara umum, alasan investor itu adalah sedang ada situasi genting dipasar modal karena perkembangan situasi politik di Indonesia. Setelah selesai pertemuan kami bergegas ke Bandara Hongkong untuk bersiap terbang ke Singapura, masih dengan tanda tanya tentang apa yang terjadi di Jakarta. Ketika itu hasil kontak ke Jakarta mengabarkan bahwa demonstrasi makin meluas, namun pemerintah masih dapat mengendalikan situasi. Namun demikian sewaktu kami mendarat di Singapura pada malam harinya, staf Indosat yang berjaga di Singapura mengabarkan terjadinya penembakan mahasiswa Trisakti oleh aparat keamanan di Indonesia dan saat ini di Jakarta diterapkan jam malam. Dengan hati risau kami membahas situasi yang berkembang di Indonesia, dan direksi akhirnya memutuskan untuk tetap meneruskan roadshow. Karena untuk pulang ke Jakarta, keadaan tidak memungkinkan akibat adanya kerusuhan yang terjadi di Jakarta. Kami hanya bisa berdoa, mudah-mudahan Allah selalu melimpahkan lindungannya kepada keluarga kami di Jakarta. Presiden Suharto mengundurkan diri dan digantikan Presiden Habibie Sejak peristiwa penembakan di Trisakti, pertanyaan dalam pertemuan-pertemuan dengan investor berubah dari pertanyaan tentang perusahaan menjadi pertanyaan tentang kondisi Indonesia dan proses suksesi kepemimpinan nasional. Benar-benar seperti mengulangi kembali materi penataran P4 yang diikuti ketika baru mulai bekerja dulu. Semua pertanyaan tersebut berkelanjutan sampai hari terakhir kami roadshow di London, pagi hari jam 4 pagi kami menyaksikan di televisi pernyataan pengunduran diri presiden Suharto dan pengangkatan Presiden Habibie. Hari itu, semua pertanyaan dari investor berubah dari pertanyaan P4, kembali menjadi pertanyaan tentang perusahaan, kinerja dan pengaruh perubahan pemerintahan bagi Indosat. Sungguh suatu pengalaman yang sangat mendebarkan, karena the roadshow must go on, tapi juga khawatir atas keluarga di Indonesia karena ketidakberdayaan untuk berada kembali di Indonesia dan melindungi mereka. Sekembali kami dari roadshow, kami banyak diceritakan oleh rekan-rekan Indosat mengenai pengalaman mereka harus tinggal di kantor sampai dua hari lebih, untuk menjaga kantor dan tetap mengoperasikan peralatan telekomunikasi internasional, supaya Indonesia tidak terisolasi dari dunia internasional. Kisah di Era reformasi – kasus deviden Indosat Sukses tidak selalu berhampir kepada Indosat, hambatan pun mendekati Indosat. Paska krisis moneter tahun 1997, walaupun dari segi keuntungan perusahaan kinerja Indosat sangatlah baik, namun Indosat harus mengalami kejadian yang sangat memalukan dari segi tata kelola perusahaan. Kejadiannya berawal dari RUPS tahun 1998, dimana pada saat itu pemerintah karena kondisi keuangan negara, menghendaki pembayaran deviden yang lebih tinggi dari kebiasaan deviden Indosat yang 35%. Namun demikian pemerintah dengan Meneg BUMN Tanri Abeng, melalui Dirjen Pembinaan BUMN, pak Bacelius Ruru, juga memberikan kemudahan bagi Indosat untuk mencicil pembayaran deviden itu dua kali, sehingga diharapkan dapat meringankan beban arus kas Indosat. Saat itu rupanya secara operasional Indosat telah memisahkan deviden indosat hak pemerintah tersebut dalam suatu rekening sementara dan dikelola secara terpisah dari keuangan Indosat. Kebijakan tersebut sebenarnya tidak merupakan suatu masalah selama pengelolaanya transparan dan mendapatkan ijin dari pemilik dana, namun dengan kurs rupiah-dolar Amerika Serikat yang berfluktuasi dengan tajam, kebijakan pengelolaan dana yang dikaitkan dengan permainan valas bukanlah kebijakan keuangan yang konservatif. Apalagi dana yang dipergunakan bermain valas ini, peruntukannya adalah pembayaran deviden milik pemerintah, dimana semua dana milik pemerintah penggunaannya diatur dalam undang-undang keuangan negara. Suatu hari menjelang akhir tahun 1998, beberapa surat kabar mengeluarkan artikel mengenai dana milik pemerintah di Indosat yang dikelola secara tidak benar oleh oknum Indosat. Menghadapi berita tersebut, langsung perdagangan saham Indosat terpengaruh. Oleh karena tugas saya sebagai penanggung jawab transparansi operasional Indosat kepada pasar modal, saya berinisiatif untuk mencari klarifikasi kepada manajemen Indosat mengenai berita surat kabar tersebut. Situasi Indosat saat itu sebenarnya sudah sedikit berubah karena adanya reformasi di Indonesia. Didalam Indosat sendiri, terjadi banyak pergolakan dan terbentuk kelompok-kelompok dengan agenda masing-masing. Pergolakan Internal dan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik Pada intinya rekan-rekan di Indosat merasa terkhianati dengan adanya informasi tentang tata kelola perusahaan yang tidak sesuai dengan jiwa Indosat selama ini. Semua pihak secara berani menuntut tanggung jawab manajemen atas kejadian yang terjadi di Indosat. Klarifikasi saya kepada manajemen menghasilkan informasi bahwa berita di surat kabar itu tidak benar, dan saya dijanjikan untuk mendapatkan penjelasan tertulis yang berkaitan dengan rekening dana dari bank pada jam 10.00 yang berupa data- data otentik dari pihak Bank. Setelah data tersebut saya terima dari manajemen, sesuai dengan tugas, saya mengirimkan klarifikasi kepada Bappepam, US-SEC, BEJ, BES dan NYSE tentang informasi yang diterima dari manajemen Indosat berkaitan dengan masalah tata kelola perusahaan tersebut. Penjelasan yang diberikan ternyata tidak meredam bergulirnya situasi ini, sehingga akhirnya manajemen Indosat dipanggil ke Kejaksaan Agung. Dalam pemanggilan pertama manajemen Indosat mewakilkan kepada dua pejabat setingkat GM, sebelum akhirnya bersedia diperiksa. Kemudian rekan-rekan di direktorat keuangan juga mendapat giliran untuk diperiksa oleh Kejaksaan Agung. Walaupun direksi juga diperiksa, namun salah satu direktur hanya beberapa kali hadir memenuhi panggilan pemeriksaan, sebelum akhirnya menghilang dari Jakarta. Dalam pemeriksaan tersebut, saya berusaha secara konsisten mendampingi teman-teman dari direktorat keuangan yang diperiksa oleh Kejaksaan Agung. Sedangkan rekan saya sesama GM hanya dua kali mendampingi, sebelum akhirnya tidak bersedia lagi, karena dia merasa bahwa Indosat tidak bisa mengelak dari tuduhan melakukan korupsi uang pemerintah. Kondisi di Indosat semakin memburuk Pemerintahan Indonesia setelah era Reformasi mengalami berbagai perubahan. Presiden Habibie digantikan oleh Presiden Abdurrahman Wahid pada bulan Oktober 1999. Bapak Laksamana Sukardi diangkat menjadi Menteri BUMN. Namun jabatan Menteri BUMN tidak lama dipegang oleh Laksamana. Dampak dari pergantian- pergantian Menteri BUMN ini juga berdampak pada perubahan- perubahan pimpinan di Indosat. Situasi Indosat sendiri sangat bergejolak, banyak dokumen internal yang tiba-tiba bisa dikirimkan ke kejaksaan agung oleh rekan-rekan dari Indosat sendiri. Sampai akhirnya waktu rekan dari divisi perbendaharaan diperiksa dan menerangkan prosedur keuangan di Indosat, saat itu yang dipermasalahkan adalah kepemilikan rekening penampung dana deviden milik pemerintah, sebuah fax masuk yang memberikan penjelasan semua surat-menyurat saat pembukaan rekening dan lain-lain. Dimana bukti-bukti yang dilampirkan sangat berbeda dengan bukti resmi yang dulu pernah saya serahkan kepada otoritas bursa. Saat itu saya menyadari bahwa memang ada kesalahan dalam tata kelola perusahaan di Indosat. Rekan dari direktorat keuangan yang sudah sangat tertekan, karena rupanya memang disuruh menceritakan hal-hal yang mereka tidak ketahui, akhirnya mengatakan bahwa semua itu adalah perintah dari direktur keuangan. Pemerintah turun tangan dan adakan RUPS Pemerintah sebagai pemegang saham mayoritas akhirnya tidak tinggal diam dan memerintahkan Indosat untuk menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Luar Biasa. Tim saya akhirnya dalam waktu 28 hari mempersiapkan prosedur formal pelaksanaan RUPS yang akhirnya mengganti direksi Indosat dengan Tim baru, dimana dalam tim ini terdapat rekan dari Telkom menjadi direktur keuangan. Situasi Indosat yang penuh dengan intrik menyebabkan bebarapa rekan kemudian memutuskan untuk berkarya diluar Indosat, walaupun masih menjadi pegawai Indosat, antara lain rekan Devi-TI-77, Auliana-EL82 dan masih banyak lagi. Tim Direksi baru hanya bertahan 6 bulan sebelum digantikan dengan tim baru pada RUPS tahun 2000. RUPS tahun 2000 bagi tim saya merupakan salah satu RUPS yang tersulit yang pernah dilakukan, karena semua acara hampir dikatakan masih tentatif, termasuk pengangkatan Direksi baru Indosat. Sampai jam 11.00 tim belum menerima susunan Direksi Indosat yang baru, padahal RUPS akan dimulai jam 13.00. Jam 11.30 akhirnya daftar nama Direksi diterima oleh tim RUPS bersamaan dengan hadirnya para pejabat kementrian BUMN yang bertindak sebagai kuasa pemegang saham pemerintah di Indosat. Pada saat itu Menteri BUMN sudah dijabat oleh Bapak Dr Rozy Munir bukan bapak Laksamana Sukardi lagi. Dipromosikan menjadi Direktur Pengembangan Ternyata dalam susunan direksi baru Indosat dari lima posisi direksi, hanya 2 posisi dipegang oleh jajaran Indosat, sedang 3 posisi lainnya dipegang oleh karyawan aktif Telkom yang dikaryakan di Indosat. Komposisi direksi ini membuat sebagian besar karyawan Indosat terperangah, karena tidak pernah dibayangkan oleh mereka bahwa Indosat akan dipimpin oleh rekan-rekan mereka yang berasal dari Telkom. Pada kesempatan itu saya memperoleh amanah menjadi Direktur Pengembangan Perusahaan. Tugas tim direksi pada saat ini adalah untuk melakukan konsolidasi dan memulihkan kekacauan yang sudah terjadi, sekaligus tetap menjalankan bisnis normal Indosat seperti tidak pernah terjadi sesuatu pada Indosat. Kondisi internal Indosat memang sangat memprihatinkan. Dampak dari kasus deviden Indosat adalah tidak dihormatinya institusi lembaga direksi oleh serikat pekerja. Hubungan kerja yang belum pulih ini bertambah runyam dengan adanya tiga karyawan aktif Telkom di jajaran direksi dan komisaris utama Indosat. Sikap curiga dari karyawan atas kondisi ini dan munculnya desas-desus tentang rencana akuisisi Indosat oleh Telkom tidak membantu pemulihan situasi internal Indosat. Menyusun cetak biru menjadi perusahaan Telekomunikasi yang kompetitif Menghadapi situasi seperti ini, sebagai penanggung jawab pengembangan perusahaan akhirnya saya kembali mencoba untuk melihat posisi Indosat dalam industri telekomunikasi di Indonesia. Hasil analisa sementara saya saat itu adalah sebenarnya posisi Indosat sangat rentan bila ditinjau dari sisi kemandirian dan kelangsungan bisnisnya. Di sisi lain, pemerintah mempunyai rencana untuk merestrukturisasi industri telekomunikasi supaya menjadi lebih kompetitif. Kesempatan ini kemudian saya pergunakan untuk melobi Dirjen Postel supaya Indosat diberikan kesempatan untuk menjadi operator jasa telekomunikasi dasar nasional bersama dengan Telkom. Alhamdulillah, tawaran Indosat itu disambut baik oleh Dirjen Postel sehingga kemudian mulailah digulingkan wacana untuk menjalankan cetak biru struktur industri telekomunikasi nasional baru yang akan merubah situasi industri dari monopoli ke kompetisi. Perundingan-perundingan dilakukan antara pemerintah, Indosat dan Telkom. Sementara itu wacana lain yang isinya adalah Telkom akan mengakuisisi Indosat tetap juga bergulir, alasannya adalah efisiensi nasional dari sumber daya telekomunikasi. Tingkat perundinganpun makin meninggi sampai akhirnya mencapai Menko Ekuin, yang waktu itu dijabat oleh Rizal Ramli, ITB angkatan 1973 yang juga salah satu aktivis penyusun buku putih tahun 1978, turut menjadi fasilitator atas rencana pemerintah untuk merubah struktur industri telekomunikasi nasional yang monopoli menjadi lebih kompetitif. Perjanjian Telkom dan Indosat Akhirnya setelah pemerintah menyetujui dimulainya implementasi kerangka industri telekomunikasi nasional, sesuai dengan cetak biru telekomunikasi nasional Indonesia, maka berundinglah Indosat dengan Telkom. Indosat selain didampingi oleh konsultan hukum Assegaf dan Partner juga didampingi oleh penasehat keuangan Danareksa, CSFB dan Rothchild, sedangkan Telkom didampingi oleh konsultan hukum HHP dan didampingi oleh penasehat keuangan Salomon Brothers. Mulailah perundingan panjang dan melelahkan antara Indosat dan Telkom, dimana dalam sela-sela kesibukan tersebut saya masih menyempatkan diri untuk menunaikan ibadah Haji pada tahun 2001. Akhirnya pada bulan Maret 2001, Indosat dan Telkom sepakat untuk melaksanakan penyelesaian kepemilikan silang pada anak-anak perusahaan milik bersama dengan nilai kontrak jual-beli senilai US$ 1,5 milyar dan merupakan kontrak telekomunikasi nasional terbesar di Indonesia pada saat itu. Dalam perjanjian itu Indosat memperoleh saham Telkom di Satelindo, Lintas Arta dan aset Telkom di Divre 4 Jawa Tengah dengan jumlah pelanggan sekitar 400.000 sst. Sedangkan Telkom memperoleh saham Indosat di Telkomsel. Penandatangan perjanjiannya dilakukan di Hotel Regent (sekarang Four Seasons) lewat tengah malam dimana Indosat diwakili oleh saya dan Telkom diwakili oleh Kristiono. Serikat karyawan Telkom dan Serikat Pekerja Indosat mulai bergerak Kewajiban selanjutnya adalah melaporkan kepada institusi bursa di Indonesia dan Amerika Serikat dan merencanakan RUPS untuk menyetujui kesepakatan tersebut. Semua ini bukan hal yang mudah, karena setelah tersebarnya berita bahwa Indosat membeli Satelindo dan Divre 4 Jawa Tengah, serikat karyawan Telkom (SEKAR) mulai bergerak untuk tidak menyetujui pengambil-alihan Divre 4 oleh Indosat dan juga serikat pekerja (SP) Indosat, tidak menyetujui pembelian Satelindo. Demo dan intimidasi dari SEKAR dan SP Indosat pun merebak, puncaknya pada saat RUPS Indosat, 60 bis karyawan Divre 4 Telkom berdemonstrasi ke gedung Indosat. Sebenarnya apa yang dilakukan oleh Indosat saat itu adalah menjalankan strategi pengembangan masa depan, karena keyakinan bahwa bisnis Sambungan Langsung Internasional (SLI) dengan pelanggan yang diperoleh lewat perpanjangan tangan Telkom, tidak akan bisa bertahan terhadap tantangan perkembangan teknologi telekomunikasi, oleh karena itu Indosat harus memiliki pelanggannya sendiri. Bersamaan dengan itu Indosat juga menerima tambahan lisensi, yaitu lisensi untuk penyelenggaraan layanan telepon seluler GSM 1800 MHz yang kemudian dikembangkan oleh Indosat dengan nama IM3 dan lisensi lainnya untuk pengembangan jaringan lokal pelanggan Indosat dengan teknologi CDMA yang kemudian dikembangkan menjadi layanan StarOne. Ikuti kisah Pak Budi Prasetyo selanjutnya bagaimana dia dituduh KKN dengan keluarga Cendana dalam kisah Lanjutan-5.
0 Comments
![]() Kisah berikut ini adalah lanjutan dari kisah Budi Prasetyo turut serta membesarkan Indosat. Posting sebelumnya dapat dilihat di sini: Awal. Lanjutan-1. Lanjutan-2. RUPS pertama sebuah perusahaan publik di Indonesia yang listing di New York Pembelajaran bersama tim terus berjalan. RUPS pertama sebagai perusahaan publik sukses dilakukan di Ballroom hotel Grand Hyatt, disebut-sebut sebagai RUPS publik pertama yang banyak menerima pertanyaan dari para pemegang saham. Rupanya sudah merupakan kebiasaan di Indonesia pada waktu itu, kalau ada RUPS itu semuanya selalu diam dan takut bertanya, bahkan sebelumnya tim juga sudah mempersiapkan beberapa pertanyaan supaya situasi RUPS tidak dingin. Alhamdulillah, mungkin karena situasi yang mendukung, pertanyaan yang tadinya dipersiapkan untuk menghidupkan suasana tidak perlu dikeluarkan. Satu hal lagi yang diambil oleh Bappepam sebagi kebijakan untuk lebih meningkatkan transparansi perusahaan publik di Indonesia adalah, bagian dari Laporan Keuangan perusahaan yang dinamakan Diskusi dan Pembahasan oleh Manajemen. Diskusi dan Pembahasan oleh Manajemen dalam Laporan Tahunan Indosat pada saat itu merupakan terjemahan dari Laporan Tahunan dalam bentuk 20F yang harus dimasukkan oleh Indosat kepada US-SEC dan New York Stock Exchange, berisi telaah manajemen atas kondisi perusahaan dan berisi data-data kwalitatif yang menerangkan data-data keuangan perusahaan. Karena isi telaah manajemen tersebut dinilai Bapepam sangat baik, maka bagian ini oleh Bapepam kemudian diusulkan menjadi salah satu isi dari laporan tahunan perusahaan. Sehingga mulai tahun 1996 semua perusahaan publik di Indonesia wajib memasukkan bagian Diskusi dan Pembahasan oleh Manajemen sebagai bagian dari Laporan Tahunannya. Suatu langkah yang banyak mendapat tentangan dari perusahaan publik di Indonesia waktu itu, dan banyak yang menyalahkan Indosat atas terbitnya keputusan Bappepam tersebut. Inovasi-inovasi yang dilakukan Indosat membuat saya mendapat undangan dari BEJ untuk menjadi anggota komite pencatatan BEJ yang bertugas untuk meningkatkan transparansi perusahaan publik di Indonesia. Indosat terus mengembangkan bisnisnya Selesai menggelar RUPS, Indosat sebagai perusahaan publik mempunyai kewajiban untuk mengadakan roadshow, bertemu dengan para investor/pemegang saham Indosat di dalam dan luar negeri untuk mempresentasikan kondisi Indosat saat ini dan menampung harapan investor untuk menjadi masukkan bagi manajemen menyusun rencana dimasa depan. Simulasi roadshow, seperti yang dilakukan oleh Imagination, mulai dikerjakan sendiri. Karena apabila memakai jasa Imagination, biayanya pasti akan sangat mahal. Alhamdulillah dengan usaha dan tekad yang kuat, tim berhasil melaksanakan non-deal roadshow yang pertama dan evaluasi dilakukan sehingga perbaikan dimasa mendatang dapat dilakukan, seperti persiapan logistik dan lain-lain. Ternyata menjadi perusahaan publik itu tidaklah murah, setiap tahun Indosat harus membayar biaya listing di NYSE, BEJ dan BES, menjalankan program komunikasi dengan investor dan pasar modal, menyelenggarakan RUPS, membuat Laporan Tahunan untuk investor, BEJ, BES dan Bappepam dan Laporan Tahunan 20F kepada NYSE dan US-SEC. Jumlah biaya rutin ini sangatlah besar, sehingga perlu dicarikan siasat untuk mengurangi biaya ini, salah satunya adalah dengan meminta bagian dari tarif pendaftaran American Depository Receipt (ADR) yang dikelola oleh Bank of New York. Dengan kiat demikian, kegiatan divisi Hubungan Investor yang seharusnya merupakan pusat biaya, dapat menjadi mandiri tanpa harus meminta bagian dari anggaran perusahaan. Beberapa tahun kemudian kiat Indosat diikuti juga oleh Telkom yang ketika itu telah menjadi perusahaan publik juga seperti Indosat. Sukses memasuki pasar modal, Indosat mulai menata bisnisnya supaya dapat bertahan secara berkesinambungan. Beberapa usaha baru digelar, akuisisi perusahaan juga dilakukan. Salah satunya yang tidak pernah saya lupakan adalah ketika Indosat sedang dalam proses untuk melakukan kerjasama dengan Datakom Asia, pemilik satelit Direct To Home (DTH) pertama di Indonesia. Sebuah sistem yang nantinya menjadi penyedia siaran televisi seperti Indovision. Anak ketigaku menghadap Sang Khalik Ketika itu saya sedang diajak oleh Dirut Indosat, Pak Tjahjono Soerjodibroto, untuk menjajagi kerjasama dengan Datakom Asia. Pada hari jumat minggu terakhir Nopember 1996, karena kondisi jaringan telepon seluler saat itu masih banyak blank spot, maka istri saya tidak bisa menghubungi saya. Ia ingin memberitahukan bahwa anak ketiga saya, yang masih berusia 7 bulan, harus masuk ICU RS Jantung Harapan Kita. Sore harinya ketika pulang ke rumah saya baru mengetahui hal itu dan langsung menuju ke RS Jantung Harapan Kita. Setelah berusia 7 bulan, baru diketahui bahwa anak saya menderita kelainan jantung dan harapan hidup hanya sekitar 20%. Hanya satu minggu anak saya bertahan di ICU, sebelum akhirnya meninggal pada sore hari menjelang magrib disaat hujan yang sangat lebat. Mencari dana tambahan dari Obligasi Seiring dengan bertambahnya bisnis Indosat, pendanaan alternatifpun mulai dijajagi, kali ini pasar obligasi dicoba oleh Indosat. Indosat mempersiapkan penggunaan obligasi untuk pendanaan proyek- proyek infrastrukturnya dengan nilai obligasi sebesar Rp 1 trilyun. Pengalaman dari proses IPO Indosat dan eksposure Indosat sebagai perusahaan publik yang transparan mempermudah proses Indosat untuk mencari pendanaan obligasi. Obligasi Indosat I sukses dan kewajiban transparansi perusahaan pun makin bertambah, kepada Rapat Umum Pemegang Obligasi-RUPO. Krisis ekonomi Indonesia pada tahun 1997, karena 40% pendapatan Indosat yang berasal dari penyelesaian pembayaran trafik telepon internasional adalah dalam mata uang asing, maka dampaknya tidaklah terasa bagi Indosat. Pada saat itu, ketika hampir tidak ada perusahaan publik Indonesia yang berani melakukan roadshow keluar negeri. Indosat setelah mengadakan RUPS tahunan, memutuskan untuk tetap melaksanakan roadshow pada bulan Mei 1998. Saat kami berangkat roadshow, situasi di jakarta sudah mulai memanas dengan demo-demo meminta turunnya presiden Suharto. Ikuti kisah Indosat ketika krisis moneter melanda Indonesia dalam kisah Lanjutan-4. ![]() Kisah berikut ini merupakan lanjutan dari kisah Budi Prasetyo sebelumnya (Awal, Lanjutan-1). Selamat mengikuti. Melakukan Roadshow – Making the impossible possible Namun demikian ada lagi suatu proses IPO yang sangat mencengangkan, yaitu kegiatan yang dinamakan Roadshow. IPO Roadshow adalah kegiatan pemasaran saham perusahaan ke seluruh dunia. Dalam waktu 3 minggu, tim pemasar saham, yang terdiri atas Direksi dan komisaris Indosat dan tim pendukung data (saya pribadi) harus keliling Indonesia (Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan Medan) dan dunia (Singapura, Hongkong, Tokyo, San Fransisco, Los Angeles, Fort Lauderdale, Boston, New York, New Jersey, Minesota, Denver, London, Glasgow, Edinburg, Paris, Frankfurt, Bonn, Hamburg, Zurich –masih ada kota yang terlupa) ditambah conference call dengan investor bila kota tempat investor tersebut berada tidak disinggahi oleh tim pemasar. Model pemasarannya adalah dengan presentasi kepada grup investor dan pertemuan one-on-one. Yang menarik, IPO Roadshow ini dipandu oleh sebuah perusahaan yang bernama Imagination yang mottonya ada "Making the Impossible Possible". Imagination pernah membawa Disney melakukan roadshow, waktu itu mereka membawa miniatur Disneyland bersama mereka keliling dunia. Banyak teknologi presentasi yang kami pelajari, antara lain bagaimana berpresentasi seolah-olah tanpa membaca, padahal teks pidato terlihat dikaca yang dipasang dihadapan pembicara namun tidak terlihat oleh peserta presentasi. Bagaimana mengatur jadwal perjalanan, termasuk persiapan hotel-hotelnya dan logistik perangkat presentasi sehingga tim pemasar tidak perlu pusing lagi mencari-cari kendaraan, pesawat dan hotel. Mereka tinggal bangun tidur, mandi, makan, tinggalkan koper di kamar hotel, ikut mobil yang menuju lokasi presentasi atau pertemuan one-on-one, lalu kembali ke hotel yang mungkin saja sudah di lain kota, masuk kamar dan langsung tidur. Full commitment vs Best effort (Indonesia vs USA) – akhirnya menjadi sejarah Roadshow berlangsung selama 3 minggu, sebelum akhirnya Indosat resmi memperdagangkan sahamnya di NYSE, BEJ dan BES. Pembelajaran yang juga didapat dalam proses IPO Indosat adalah bagaimana berkompromi dengan perbedaan sistem, di mana IPO di Indonesia saat itu memberlakukan pola Full Commitment, di mana perusahaan sekuritas yang bertanggung jawab untuk melaksanakan IPO harus memastikan bahwa semua saham yang dijual oleh perusahaan laku semua. Apabila investor yang berminat ternyata membeli saham yang akan dijual lebih sedikit dari saham yang direncanakan untuk dilepas, maka sekuritas penanggung jawab IPO wajib membeli sisa saham yang tidak terjual tersebut. Bagi perusahaan ini merupakan kepastian dana yang diperoleh, bagi perusahaan sekuritas ini merupakan resiko bisnis yang harus ditanggung. Untuk perusahaan sekuritas yang bertanggung jawab untuk melaksanakan IPO di NYSE, pola yang berlaku adalah Best Effort, artinya saham harus terjual sesuai dengan permintaan pasar, dengan aturan main, pasar dianggap menerima dengan baik IPO apabila jumlah permintaan adalah minimum 4x lipat dari saham yang direncanakan dijual. Dengan pola Best effort, diharapkan pasar sekunder atas saham perusahaan yang baru IPO akan segera terbentuk dan saham menjadi liquid. Apabila ternyata jumlah permintaan pembelian saham IPO kurang dari 4x saham yang akan dijual, maka jumlah saham IPO yang akan dijual akan dikurangi sehingga pasar sekunder yang diharapkan dapat segera terbentuk, oleh karenanya kepastian penerimaan dana bagi perusahaan tidak ada. Perbedaan kondisi ini yang membuat perdebatan kepastian hukum menjadi berlarut-larut. Akhirnya setelah IPO Indosat, pemerintah dalam hal ini Bappepam memilih untuk mengadopsi pola Best Effort menjadi pola IPO di Bursa-bursa Indonesia, karena dianggap lebih wajar untuk mekanisme perdagangan yang berorientasi ke pasar. Perbedaan lainnya antara lain adalah perbedaan kurs rupiah dan US Dollar, perbedaan waktu antara Jakarta dan New York, yang akhirnya semua dapat dicarikan kompromi penyelesaiannya dengan sangat baik. ![]() Memperoleh penghargaan Satya Lencana Karya Satya IPO Indosat akhirnya berlangsung sukses, tanggal 14 Oktober 1994 Indosat resmi menjadi perusahaan publik yang mencatatkan sahamnya di NYSE, BEJ dan BES, serta berhasil mencatat rekor harga pasar sekunder dihari pertama yang tertinggi di NYSE untuk saham perusahaan internasional, kelebihan pesanan saham IPO mencapai 11x, semua puas karena pemerintah memperoleh US$ 800 juta dari saham yang dijual dan Indosat memperoleh US$ 350 juta dari saham baru yang diterbitkan. Secara pribadi saya memperoleh penghargaan dari pemerintah berupa Satya Lencana Karya Satya atas jasa-jasa mensukseskan IPO Indosat, suatu kehormatan dan balasan atas kerja keras beyond the call of duty. Namun demikian, sukses selalu membawa serta kewajiban. Hidup adalah seperti air yang mengalir terus. Menjadi perusahaan publik bukanlah suatu pekerjaan mudah. Banyak kewajiban yang harus dipenuhi, pelaporan ke bursa, penyusunan laporan tahunan, mengadakan RUPS, dan menerima investor yang berdatangan untuk mencari informasi. Di awal, Direksi menerima sendiri para investor tersebut, namun karena jumlahnya banyak, setiap hari investor yang minta bertemu bisa berjumlah sampai lebih dari 10 orang, akhirnya mereka kewalahan, apalagi pertanyaan para investor mulai bergeser dari cerita sukses yang baru dilalui Indosat, tetapi mulai bertanya bisnis Indosat dimasa mendatang bagaimana bentuknya. ![]() Menjadi General Manager Investor relation (Hubungan Investor) Menghadapi hal ini, Indosat kemudian membentuk divisi baru yang dinamakan Divisi Hubungan Investor yang bertugas untuk berkomunikasi dengan investor tentang bisnis Indosat. Dan sebagai GM ditunjuklah saya, karena kredibilitas, pengetahuan atas bisnis perusahaan dan yang lebih penting lagi pada saat IPO, bank data Indosat adalah saya. Divisi Hubungan Investor didirikan pada tanggal 1 Januari 1995, terdiri atas dua bagian, komunikasi investor dan dukungan administratif. Mulailah Tim saya mencari bentuk layanan komunikasi dengan para investor yang sesuai dengan kebutuhan Indosat, namun juga mematuhi rambu-rambu pasar modal antara lain kesetaraan informasi yang diberikan untuk menghindari insider trading yang sangat tabu di dunia pasar modal, tetapi banyak dicari oleh orang, karena berpotensi untuk memberikan keuntungan segera dan besar. Selain itu undangan dari banyak BUMN juga berdatangan, utamanya untuk menceritakan inside story keberhasilan IPO Indosat. Semua undangan itu dipenuhi untuk menyebarluaskan dan sebenarnya mencari teman bagi Indosat sehingga lebih banyak lagi BUMN yang dapat terdaftar di bursa saham, baik di Indonesia maupun internasional. Saya juga bergabung dengan beberapa pihak seperti FEUI, Departemen Keuangan yang menyelenggarakan pelatihan sekertaris perusahaan (Corporate secretary), utamanya adalah untuk berbagi pengalaman tentang keterbukaan suatu perusahaan dan tanggung jawab perusahaan kepada masyarakat. Ikuti lanjutan kisah Budi Prasetyo bersama Indosat menyelenggarakan RUPS pertama, menerima cobaan meninggal anak ketiganya, mencari dana obligasi sampai krisis moneter melanda Indonesai dalam posting berikutnya (Lanjutan-3). ![]() Kisah berikut ini merupakan lanjutan dari kisah Budi Prasetyo yang meniti karir dan ikut membesarkan Indosat (lihat posting terdahulu). Menikah di Medan Tahun 1986, sejalan dengan mulai selesainya pembangunan SKKL SEA-ME-WE, saya ditugaskan ke Medan untuk menjalankan operasional jaringan transmisi Indosat di Medan. Tahun 1986 akhir, saya menikah dengan istri saya yang kebetulan tinggal di Medan, karena orang tuanya bekerja disana. Saat itu istri saya sedang menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Kedokteran USU, dan lucunya ternyata ayahnya dulu adalah teman kuliah Bapak dan Ibu saya di Fakultas Kedokteran UI. Bulan September 1987, saya mendapat kado ulang tahun yang sangat istimewa dari istri saya, yaitu anak pertama saya lahir bertepatan dengan hari ulang tahun saya. Selama bertugas pada bagian operasi transmisi di Medan, karena tingkat kesibukan yang lebih rendah dibandingkan dengan ketika masih bertugas bagian perencanaan dan pembangunan, saya mulai mencoba mempelajari ilmu agama Islam dengan lebih mendalam. Ternyata hal ini di masa mendatang menjadi salah satu penyeimbang jiwa, ketika harus menghadapi banyak tekanan kerja, yang semata-mata bukan lagi karena beban kerja tetapi juga beban intrik politik. Kembali ternyata hidup itu harus mengalir seperti air. Mewakili Indonesia di Intelsat dan akhirnya menjadi General Manager termuda di Indosat Tugas saya di Medan, selesai pada bulan Mei 1988, karena adanya fitnah yang mengatakan saya tidak loyal kepada pimpinan di Jakarta dan ingin menjadi raja di Medan. Saya ditarik ke Jakarta dan ditugaskan menjadi manajer Hubungan Kerjasama Organisasi Internasional (KSOI), yang tugas utamanya menjadi staf pribadi Dirut Indosat, pak Jonathan Parapak. Beliau saat itu menjabat sebagai Gubernur Intelsat yang mewakili negara ASEAN. Saya terima dengan lapang hati dan sungguh-sungguh penugasan baru saya tersebut, apalagi kemudian yang mendakwa saya tersebut tidak lagi bertugas di Indosat. Kepindahan saya ke Jakarta tidak diikuti oleh istri, karena masih harus menyelesaikan kuliah dan wajib kerja sarjana di Medan. Tugas saya di bagian KSOI menyebabkan waktu saya setiap tahunnya dihabiskan 6 bulan di Washington DC, mengikuti rapat-rapat Intelsat. Pengalaman sebagai duta internasional dibidang perencanaan satelit memberikan banyak pengayaan pengalaman bagi saya, bagaimana berdiplomasi dan memahami kebutuhan pihak lain. Pengalaman yang terpenting adalah bagaimana melihat kerangka hubungan kerja antar negara dibidang pembangunan dan perencanaan infrastruktur telekomunikasi internasional, karena pada waktu itu Indonesia mewakili seluruh negara-negara ASEAN. Alhamdulillah masih terdapat waktu luang bagi saya untuk bersekolah di program MBA IPMI dan dapat meraih penghargaan sebagai peserta terbaik untuk mata kuliah Organizational dan Behaviour. Masih dalam perioda belajar di program MBA IPMI inilah, Indosat memberikan promosi kepada saya untuk menjadi General Manager Penelitian dan Pengembangan yang bertanggung jawab terhadap pengembangan jasa-jasa Indosat di masa depan. Promosi ini sekaligus menjadikan saya General Manager termuda di PT Indosat pada saat itu. Mempersiapkan Indosat untuk menjual sahamnya di bursa internasional Reorganisasi di Indosat membuat Divisi Penelitian dan Pengembangan digabungkan dengan Divisi Perencanaan, sehingga tanggung jawab kali ini menjadi lebih luas lagi. Pada tahun 1994 Indosat memperoleh tugas dari Pemerintah Indonesia untuk menjadi kelinci percobaan guna menjajagi bursa saham internasional. Hal ini dilakukan pemerintah Indonesia sebagai salah satu alternatif untuk pencarian dana bagi pembangunan nasional melalui bursa saham internasional dan nasional. Indosat membentuk satu divisi baru yang bertugas untuk mempersiapkan Indosat menjadi perusahaan publik. Kegiatan ini dimulai pada bulan Pebruari 1994 dan harus selesai pada tahun itu juga. Dalam perjalanan waktu, ternyata kompleksitas dari rencana Indosat menjadi perusahaan publik sangatlah tinggi. Akhirnya manajemen Indosat memutuskan Divisi Perencanaan, Penelitian dan Pengembangan (Renlitbang) untuk turut serta mempersiapkan semua data-data internal perusahaan, termasuk melakukan penelaahan dampaknya terhadap masa depan Indosat. Disinilah awal mulainya saya dan tim divisi Renlitbang bertugas mempersiapkan semua persyaratan administratif dan internal agar Indosat dapat tetap bertahan sebagai perusahaan publik yang taat kepada aturan-aturan bursa tapi tetap masih dapat bertumbuh sebagai perusahaan yang sehat. Pada saat itu saya mulai berkenalan dengan masyarakat investor yang penuh dengan intrik dan rumor. Masyarakat investor di Indonesia merupakan masyarakat yang orientasinya adalah investasi yang secepat-cepatnya untuk segera memperoleh return. Hal ini jauh berbeda dengan masyarakat investor di luar negeri yang sangat berhati-hati dalam investasi dan melakukan riset dengan teliti sebelum mereka ingin melakukan investasi. Keterlibatan dalam proses privatisasi Indosat membawa kembali ingatan pendidikan untuk berjuang secara militan guna mencapai hasil yang sebaik-baiknya sebagaimana yang saya peroleh di awal- awal bergabung dengan Indosat. Ilmu yang ditimba dari pendidikan MBA IPMI juga sangat membantu. Saya kembali hidup di kantor mulai jam 6 pagi dan pulang dari kantor menjelang subuh, untuk kemudian kembali berangkat lagi ke kantor jam 5.30 pagi, karena harus mengantar anak dulu kesekolahnya. Apalagi tempat tinggal saya kali ini sudah di Cinere, suatu kawasan di selatan Jakarta yang terkenal dengan jalan rusak dan kemacetannya dipagi hari. Jadi bisa dibayangkan jumlah jam tidur saya yang sangat sedikit kala itu. Dialog dengan anak dan membawanya ikut rapat di hari libur
Alhamdulillah, keluarga sangat mendukung tugas tersebut, sehingga membuat penyelesaian tugas- tugas saya menjadi terasa sangat mudah. Namun demikian komentar akhirnya datang juga dari anggota keluarga, kali ini dari anak sulung saya yang merasa kehilangan waktu saya, ketika itu dia baru kelas 2 SD. Suatu hari dia bertanya kepada saya, kenapa sekarang saya jarang berada bersama keluarga lagi? Saya terangkan bahwa saya sekarang mendapat tugas yang penting dari perusahaan, yaitu mempersiapkan Indosat menjadi perusahaan publik. Dia kembali bertanya, sedemikian repotnyakah pekerjaan itu, sehingga bapak tidak ada waktu untuk berada dirumah dan membantu dia mengerjakan tugas-tugas sekolahnya?. Bingung saya menjawab pertanyaan itu. Saya tanyakan kenapa kamu berkomentar seperti itu ? Anak saya kemudian menjelaskan bahwa dia tahu kalau tugas saya itu mempersiapkan tugas yang penting, dia juga tahu kalau tetangga kita, yang kerja di Indosat juga dan tinggal dikompleks perumahan yang sama, juga memperoleh tugas yang serupa dengan saya, tapi koq dia bisa pulang setiap sore, sedangkan bapak tidak bisa? Bingung saya dibuatnya. Alhamdulillah waktu saya ceritakan kepada istri saya, dia cuma menyarankan untuk membawa anak saya itu kekantor supaya dia bisa memperhatikan apa saja yang dikerjakan bapaknya. Saran istri tersebut menurut saya sangatlah brilian, karena memang anak saya itu sangat pemerhati atas semua kejadian yang terjadi disekitarnya. Suatu ketika, saya ajaklah anak saya untuk ikut serta dalam kegiatan rapat-rapat yang saya ikuti di Indosat. Diruang rapat yang besar dia hanya duduk di pinggir dan mendengarkan perdebatan- perdebatan kami dengan konsultan hukum, penasehat keuangan pemerintah, penasehat keuangan Indosat, pejabat pemerintah dan lain-lain, sambil ditemani dengan makanan-makanan, seperti Texas Fried Chicken, Mc Donald, Pizza Hut dan lain sebagainya. Akhirnya dia tertidur menjelang jam 11 malam, lelah karena memperhatikan orang rapat sejak pagi hari. Jam 1 malam, saya bangunkan dia untuk diajak pulang. Esoknya karena hari minggu, saya ajak dia kembali untuk ikut ke kantor, tapi kali ini dia menolak. Komentarnya cuma satu, Bapak kerja aja yang baik, saya tahu koq ternyata kerja Bapak itu lebih sibuk dari oom tetangga kita itu, saya tidak akan tanya apa-apa lagi koq, cuma sekali-sekali bawain Mc Donaldnya ke rumah ya......Saya selesaikan masalah itu dengan baik dengan dibantu oleh istri yang tercinta. Orang tehnik yang mengetahui perencanaan keuangan Keterlibatan dalam proses persiapan privatisasi Indosat membuat saya dan tim dikenal oleh para praktisi pasar modal sebagai orang-orang tehnik yang mempunyai pengetahuan perencanaan dan keuangan yang sangat istimewa, bahkan sampai ditawari untuk bergabung dengan Merill Lynch, Goldman Sachs atau Lazard Freres. Keterlibatan yang all out ini juga membuat Direksi Indosat merasa nyaman karena ada yang menguasai benar kondisi perusahaan dan rencana masa depan Indosat. Sehingga akhirnya, semua keputusan-keputusan kunci bagi rencana privatisasi Indosat, dimintakan dulu analisanya kepada Tim saya. Termasuk kapan memasukkan dokumen Initial Public Offering (IPO) kepada United States Securities dan Exchange Commissions (US SEC) dan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPPEPAM), New York Stocks Exchange, Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya, ticker name ISAT untuk Indonesia dan IIT untuk New York. Ikuti kelanjutan kisah Bpk Budi Prasetyo membawa Indosat sukses meluncurkan IPO dalam posting berikutnya (Lanjutan-2). ![]() Kisah nyata berikut ini saya kutip dari buku "Kisah-Kisah Sebuah Angkatan". Ditulis sendiri oleh pemilik cerita Budi Prasetyo, Alumnus Elektro ITB Angkatan 77. Sarat dengan nilai-nilai yang perlu dimiliki oleh siapapun dalam dunia usaha. Berikut kisahnya. Jenjang pendidikan Strata-1 (S-1) di ITB saya akhiri dengan wisuda pada Oktober 1982, Alhamdulillah saya termasuk kelompok kedua dari angkatan 1977 ITB jurusan Elektro teknik yang berhasil menyelesaikan jenjang pendidikan S-1 ITB. Tadinya yang menjadi angan-angan saya setelah lulus ITB adalah berkeliling Indonesia dulu, menghilangkan penat belajar, baru mencari pekerjaan. Namun rupanya rencana tinggal rencana, karena Allah SWT agaknya menetapkan bahwa setelah lulus saya harus mulai bekerja di sebuah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bernama PT Indosat. Diterima bekerja di Indosat Kisah mulai bekerja di Indosat-pun sebenarnya sangat lucu, karena saya tidak berencana untuk melamar pekerjaan di Indosat, tetapi janjian dengan rekan alumni elektro angkatan 1976 (EL-76). Saya menjemput dia di kantor Indosat, karena ia akan memasukkan lamaran kerja di perusahaan tersebut. Saat menunggu teman saya datang, di resepsionis saya ditanya apa keperluan saya, setelah saya jelaskan, rupanya resepsionis tersebut malah membujuk saya untuk memasukkan lamaran kerja ke PT Indosat. Sang resepsionis menyampaikan bahwa Indosat saat ini sedang memerlukan banyak insinyur. Jadilah saya menulis lamaran pekerjaan diatas kertas yang diberikan oleh petugas resepsionis tersebut. Ternyata surat lamaran kerja saya, langsung dibawa untuk diproses oleh manajer personalia Indosat, lulusan UNPAD yang kebetulan saya kenal. Kemudian saya dipanggil untuk mengikuti psikotest pada tanggal 14 Nopember 1982 dan wawancara dengan Direksi Indosat tanggal 15 Nopember 1982. Alhasil teman EL-76 tidak sempat saya temui pada hari itu, berlibur keliling Indonesia tidak pernah terjadi, yang ada adalah diangkat bekerja di Indosat terhitung mulai tanggal 16 Nopember 1982. Saya diterima sebagai pegawai percobaan dengan gaji Rp. 180.000,- dan tunjangan golongan 9 sebesar Rp. 50.000,-. Saat itu 1 US $ adalah sekitar Rp. 440, jadi gaji saya sekitar US $ 520. Rupanya hidup itu harus mengalir seperti air, ketentuan Allah SWT akan selalu terjadi. Diawali dengan melakukan pekerjaan apa saja di Indosat Di Indosat saya ditempatkan di bagian perencanaan, dan untuk itu saya harus melapor ketempat kerja saya di Wisma Antara Lt. 18. Rupanya manajer saya hari itu sudah berangkat ke Malaysia untuk rapat sehingga kami tidak jadi bertemu. Teman-teman di Indosat sangat terbuka dan kooperatif, sayapun sibuk untuk mencari apa yang harus saya kerjakan, karena tidak ada penugasan sama sekali. Rupanya saat itu teman-teman di bagian perencanaan Indosat sedang sibuk mempersiapkan dokumen tender untuk Tracking, Telemetry, Command and Monitoring (TTC&M ) Intelsat yang harus masuk keesokan harinya. Jadilah saya bergabung dengan mereka mempersiapkan dokumen tender TTC&M Intelsat, menjadi operator fotocopy hingga jam 4 subuh. Hari pertama bekerja, pulang kantor jam 4 pagi, masuk kantor lagi untuk hari kedua adalah jam 7.30 pagi, untung lokasi rumah orang tua hanya 7 menit dari Wisma Antara. Ibu saya sempat berkomentar “….saya kira anak saya masih kuliah di Bandung........” Di bagian Perencanaan saya pertama kali menugaskan diri menjadi seksi sibuk, membantu dimana- mana, mulai TTC&M, perencanaan SGI Jakarta, perencanaan radio gelombang mikro digital single hop Jakarta-Jatiluhur dan lain sebagainya. Saya terima penugasan tersebut dengan senang hati dan bersemangat, salah satunya menjadi orang Indosat pertama yang berani mendebat teknisi Siemens untuk membahas pemograman CCITT High Level Language (ChiLL), hasil membaca referensi CHiLL dua malam. Sehingga akhirnya Indosat mendapatkan piranti lunak SGI Jakarta yang termutakhir. Langkah ini merupakan sebuah upaya penghematan bagi Indosat dimasa-masa mendatang. Ikut mengembangkan Sistem Komunikasi Kabel laut Ternyata benar bahwa hidup itu itu harus mengalir seperti air, hingga akhirnya Indosat menugaskan saya untuk menjadi koordinator proyek Sistem Komunikasi Kabel Laut (SKKL) yang membawa saya untuk berkeliling dunia, menghadiri rapat- rapat perencanaan kabel laut dunia dengan rekan-rekan dari operator telekomunikasi dunia. Saat itu tugas saya adalah menyelesaikan pembangunan SKKL Medan-Penang, SKKL South East Asia-Middle East-Western Europe (SEA-ME-WE-1) dan merencanakan serta membangun SKKL Australia-Indonesia-Singapore (AIS). SKKL AIS menjadi SKKL analog terakhir yang dibangun oleh konsorsium SKKL dunia, sebelum kemudian memasuki era SKKL digital dengan bahan serat optis. Alhamdulillah saya masih diberikan kesempatan untuk mengikuti persiapan perencanaan SKKL digital tersebut yang ternyata merubah seluruh sistem administrasi dari perencanaan, operasi dan pemeliharaan SKKL dimasa selanjutnya. ![]() Salah satu hasil membanggakan yang berhasil diperoleh dari keterlibatan dengan kelompok perencana, pengembangan dan pembangunan SKKL internasional adalah kemampuan untuk merencanakan kebutuhan atas trafik telekomunikasi untuk 10 tahun kedepan. Selain itu juga kemampuan melakukan lobi dengan pihak pendana, yang pada akhirnya memberikan Indosat kesempatan untuk memperoleh hibah dari pemerintah Inggris untuk 70% dari kebutuhan dana bagi membangun SKKL AIS yang sebenarnya menjadi tanggung jawab Indonesia untuk membiayainya. Sisa 30% kebutuhan dana diperoleh melalui pinjaman lunak dengan bunga hanya sekitar 1% dengan tenor selama 8 tahun. Penggemblengan di Indosat Bekerja di Indosat, yang berusaha untuk menjadi terbaik di Indonesia, memang penuh tantangan. Manajemen berusaha untuk selalu mencari tantangan baru dengan masuk wilayah kerja yang belum pernah disentuh oleh perusahaan lain sebelumnya. Salah satunya adalah penyelenggaraan PON VII di Jakarta, dimana Indosat berkomitmen untuk menjadi pengelola Sistem Informasi Manajemen PON VII. Disinilah kita dididik untuk bekerja secara spartan dan selalu memegang komitmen hasil kerja, kerjasama dan kesatuan. Semua ini dikerjakan dengan ketentuan bahwa tugas kantor tetap harus dapat diselesaikan dengan sempurna. Wahana kegiatan adhoc inilah yang menjadi salah satu cara Indosat untuk menggembleng karyawan Indosat menjadi pribadi-pribadi yang tangguh dan tahan banting. Dipromosi menjadi manager termuda dan menangani “deadwood” (kayu mati) Tiga tahun saya bertugas menjadi koordinator proyek perencanaan dan pembangunan SKKL, sebelum dipromosikan menjadi manajer termuda Indosat saat itu. Alasannya mungkin sederhana, yaitu sebuah penghematan bagi Indosat, karena pendapatan bulanan saya saat itu besarnya dari lembur, bukan gaji. Bahkan mobil pertama saya dibeli dengan sebagian besar uang hasil lembur. Sebagai manajer, gaji memang naik, namun pendapatan bulanan menurun, karena sebagai manajer sudah tidak berhak memperoleh uang lembur lagi. Pada saat itu posisi manajer memang merupakan posisi yang sulit bagi saya, karena dari 4 staf yang diberikan, dua orang mempunyai pengalaman kerja jauh lebih lama dari saya dan gaji yang besarnya lebih dua kali lipat gaji saya. Direksi hanya berkata, “Ini staf kamu. Posisi mereka sudah deadwood (‘kayu mati’). Terserah kamu bagaimana memotivasi mereka agar mereka dapat bekerja dengan penuh semangat lagi”. Saya merasakan bahwa dari kedua staf senior tersebut memang ada penolakan, kenapa manajernya harus saya, kenapa bukan mereka. Akhirnya dengan membuat program kerja, pembagian tugas yang seimbang dan pendekatan pribadi yang tepat, semangat kerja mereka dapat kembali lagi dan bahkan mereka dapat menghilangkan cap “kayu mati” dari Direksi dan menjadi pegawai yang berprestasi lagi. Masih banyak kisah-kisah menarik dari Budi Prasetyo, insya Allah akan kita lanjut dalam posting berikutnya (Lanjutan-1). Masih segar dalam ingatan ketika 36 tahun yll. saya mengikuti ujian masuk perguruan tinggi negeri yang ketika itu disebut SKALU (Sistem Kerjasama Antar Lima Universitas). Dua perguruan tinggi yang menjadi incaran saya waktu itu adalah IPB dan ITB. IPB membuka jalur penerimaan tanpa test dengan mengundang siswa SMA Bogor yang berprestasi. Alhamdulillah waktu itu saya termasuk yang beruntung bisa diterima tanpa test di FATEMETA (Fakultas Teknologi Mekanisasi Pertanian) IPB. Tetapi saya tetap berkeinginan melanjutkan pendidikan di ITB, sehingga ketika diminta menyerahkan ijazah oleh IPB, saya memilih mengundurkan diri dan mengadu nasib mengikuti test masuk SKALU. Saya sempat gundah dan ada timbul sedikit rasa menyesal ketika pengumuman hasil test SKALU tertunda sampai beberapa bulan. Namun alhamdulillah saya lulus dan diterima di ITB angkatan 77. Saya kemudian memilih jurusan Teknologi Kimia. Angkatan 77 ITB ketika itu seingat saya berjumlah kurang lebih 2100 orang. Sedangkan jurusan Teknologi Kimia Angkatan 77 berjumlah sekitar 75 orang. Kebetulan angkatan ini cukup kompak. Beberapa kali Angkatan 77 ITB mengadakan reuni dan ketika anniversari ke 30 th sejumlah teman-teman seangkatan menuangkan tulisan pengalamannya meniti karir dan pengalaman hidupnya dalam sebuah buku. Macam-macam ternyata pengalaman mereka baik dalam meniti karir maupun pengalaman hidup mereka. Buku ini menurut seorang teman sekarang bisa dibeli di Toko Buku Gramedia. Saya beruntung mendapatkan softcopynya (Anis, terimakasih) sehingga saya berharap bisa berbagi dengan pengunjung semua melalui media blog ini. Buku tersebut diprakarsai oleh Ketua TK Angkatan 77, Triharyo Susilo (Hengki) yang saat ini menjabat Komisaris PT Pertamina Persero. Dalam pengantar buku Hengki bercerita bahwa kumpulan kisah teman-teman Angkatan 77 ini, yang semula dimaksudkan hanya untuk kenang-kenangan untuk mahasiswa ITB, kemudian berkembang menjadi buku sejarah dan juga buku referensi bagi pengembangan karir seorang "tukang" insinyur. Memang Angkatan 77 ketika masuk perguruan tinggi tepat di saat rakyat Indonesia sedang bergejolak memprotes Pemerintah Orde Baru yang ketika itu sangat otoriter dan memberangus semua institusi politik dan media masa dengan sangat efektip. Rakyat dinina-bobokkan dengan pembangunan dan dipaksa menerima pandangan politik pemerintah tanpa boleh membantah apalagi memprotes. Pemerintah dengan mudahnya bisa mencap seseorang anti Pancasila atau penganut Komunisme apabila dianggap tidak sejalan dengan pandangan politik mereka ketika itu. Kampus ITB, UI dan beberapa perguruan tinggi lainnya ketika aksi demonstrasi mahasiswa tahun 1978 akhirnya ditutup dan diduduki paksa oleh militer. Diberlakukanlah kebijakan NKK (Normalisasi Kehidupan Kampus) oleh Pemerintah yang melarang demonstrasi mahasiswa. Kisah-kisah teman-teman Angkatan 77 ini saya yakin banyak manfaatnya bagi siapapun yang baru merintis karir. Apalagi sekarang profesi insinyur dan dokter bukan lagi berprestise seperti waktu itu. Profesi manapun yang ditekuni masa kini berpotensi bisa mengantarkan seseorang meraih puncak karir yang cemerlang.
Ada kisah Direktur Indosat Budi Prasetyo yang bercerita bagaimana dia sebenarnya berniat mengajak teman seangkatannya di Elektro ITB yang bekerja di Indosat untuk janjian jalan-jalan tetapi akhirnya malah memasukkan lamaran ke Indosat dan langsung dipanggil untuk psikotest dan diterima. Budi bercerita bagaimana Indosat ketika mulai "go public". Selain itu Budi juga bercerita bagaimana dia akhirnya dianugrahi penghargaan Satya Lencana Karya Satya oleh negara. Banyak lagi kisah mereka yang melalui media ini saya akan terbitkan dalam beberapa posting dengan harapan agar bisa menjadi pelajaran dan bermanfaat bagi kita semua. |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|