ICHSANUDIN NORSY
Tulisan ini berdasarkan pengalaman pribadi saya berinteraksi (sekedar ngobrol dan berdebat) dengan kelompok “pemuja” petahana. Saya beri istilah “pemuja”, karena mereka ini sudah menganggap petahana satu-satunya sosok yang akan menyelamatkan Indonesia. “Ratu Adil”-lah istilahnya. Petahana tidak ada cacat sedikitpun bagi mereka. Ketika ditunjukkan kebodohan, kebohongan dan kegagalan petahana, mereka tetap tak bergeming. Pernah saya tunjukkan beberapa video petahana yang gagap dan gugup di depan kamera saat menjawab pertanyaan wartawan. Pernah juga saya tunjukkan betapa petahana mengaku tidak membaca apa yang ditandatangani nya, mengaku IPK nya tidak lebih dari 2, rajin baca buku cuma komik sincan, sampai ketidakmampuan beliau berbahasa asing. Berbagai macam data yang seharusnya menggiring pemahaman bahwa petahana tidak kompeten atau tidak smart, tidak diindahkan oleh mereka. Awalnya saya tidak ambil pusing, karena itu biasa. Saya pikir, ini adalah fenomena defens mechanism saja. Namun, saya melihat argumentasi menarik dari mulut mereka, yang menggiring saya pada kesimpulan bahwa defense mereka bukan defens biasa. Saya ingat salah satu teori tentang perilaku relijius orang-orang pagan (penyembah berhala). Mereka menyembah benda-benda, atau makhluk-makhuk seperti hewan dan tumbuhan, bukan karena akal tapi mereka yakin bahwa yang disembah itu mampu memberikan kebaikan. JIka dipikir dengan akal, maka mereka tahu bahwa benda dan makhluk yang disembah itu tidak logis dapat memberikan kebaikan kepada mereka. Namun mengapa terus disembah? Pakar psikologi agama mengatakan, justru karena tidak logis itulah maka berhala-berhala itu disembah. Para penyembah berhala itu disebut sebagai orang-orang yang “mabuk keajaiban”. Mereka adalah orang-orang yang menyukai keajaiban secara berlebihan. Sebagai contoh, untuk menjelaskan kejaiban yang dimaksud: para penyembah berhala itu tahu, kalau ingin kaya, mereka harus bekerja dengan rajin. Jadilah pedagang atau jadilah pegawai. Namun itu rasional, bukan keajaiban. Ajaib itu menjadi kaya dengan menyembah batu! Tidak masuk akal, namun justru itulah yang namanya keajaiban. Kalau masuk akal, itu bukan keajaiban tapi logis/rasional. Saya perhatikan, dinamika psikologis inilah yang berkerja dalam otak kelompok pemuja petahana tersebut. Semakin ditunjukkan bahwa petahana memiliki kekurangan- kekurangan dan tidak logis kalau beliau dapat memperbaiki Indonesia, semakin mereka bersemangat mendukung petahana. Beberapa diantara mereka mendebat dengan nasehat adiluhung orang Jawa, “wong pinter ora mesthi bener, wong bener ora mesthi pinter”. *Mereka mau mengatakan, “ya, petahana memang bodoh, tapi dia orang yang benar”. Padahal nasehat Jawa itu maksudnya, “wong (sing ketok) pinter ora mesthi bener, wong sing bener (ora kudu ketok) pinter”, karena tidak mungkin orang dapat mencapai kebenaran tanpa ilmu, dan orang yang pintar adalah orang yang berilmu. Para pendukung jenis ini, akan semakin khusyuk membela petahana justru ketika ada bukti kekurangan petahana. Bagi mereka, dunia ini berjalan tak logis dan semuanya bertentangan. Dengan kondisi hutang melambung tinggi, BUMN merugi, nilai tukar rupiah yang cenderung melemah, harga-harga naik, dan kepercayaan terhadap pemerintah menurun, masih ada pemuja-pemuja yang percaya bahwa petahana mampu membalikkan keadaan. Padahal kualitas pribadi beliau secara intelektual lemah, literasinya kurang, gagap dan gugup jika tampil tanpa teks, pergaulan dunianya kurang berwibawa, dan boneka partai. Namun justru kualitas-kualitas itulah yang membuat mereka semakin berharap keajaiban, “bisa saja orang ini yang justru yang menyelamatkan Indonesia”. Itulah sebabnya Ruhut mengatakan, “Jokowi adalah rahmat Tuhan untuk Indonesia”. Perilaku seperti ini bukan barang baru di Indonesia. Ingatlah Ponari, dukun cilik yang dikabarkan mampu menyembuhkan segala macam penyakit dengan sebuah batu. Masuk akal? Tidak! Tapi justru itulah yang mendorong orang-orang datang untuk merasakan keajaiban. Kalau Ponari itu seorang dokter spesialis dengan gelar akademik doktor (S3), pasti yang datang tidak sebanyak itu. Kenapa? Kalau dokter bisa menyembuhkan penyakit, itu bukan keajaiban. Itu logis! Biasa! Saya sering tersenyum, namun berterima kasih atas perhatian kawan dan murid-murid saya yang menasehati, “Pak, jangan sering ngatain orang dungu. Tidak baik”. Namun, bagi saya, tidak ada kata yang pas untuk perilaku seperti ini selain “dungu”, karena mereka menolak ajakan berpikir logis, dan malah memaksa akalnya berpikir terbalik. Mengapa bisa begitu? Jiwa mereka mabuk keajaiban. Orang yang mabuk, selalu ingin merasakan sesuatu yang memabukkan itu. Kalau sesuatu yang memabukkan itu berupa khamr, maka khamr lah yang diinginkan. Dalam kasus ini, sesuatu yang memabukkan itu adalah “keajaiban”, maka keajaiban akan menjadi klangenan buat mereka. Terakhir, saya ingin mengingatkan, buat kawan-kawan muslim yang masih mabuk keajaiban. Sadarlah! Ingat, Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallama mukjizat terbesarnya ialah Al-Qur’an. Beliau, shalallaahu ‘alaihi wa sallama, tidak memfungsikan Al-Qur’an sebagai alat pertunjukkan (show) keajaiban kepada orang beriman. Beliau tidak pernah terbang walaupun kalau beliau minta kepada Allah, pastilah dikabulkan. Beliau tidak membelah lautan seperti Nabi Musa a.s., tidak pula tahan dibakar api seperti Nabi Ibrahim a.s. Mengapa? Karena keajaiban- keajaiban itu ditujukan untuk orang-orang yang sulit memahami kebenaran dengan akalnya. Sedangkan Rasulullah shalallaahu ’alaihi wa sallama menunjukkan mukjizat Al-Qur’an kepada orang-orang beriman dengan penjelasan rasional, sehingga keyakinan itu menancap kuat dalam sanubari orang beriman. Jangan biasakan akalmu mabuk keajaiban, karena itu sama dengan menutup pintu hidayah. Bagaimana Al-Qur’an yang logis dan rasional itu dapat diterangkan kepada otak yang sudah dibiasakan mabuk keajaiban, kawan? Please... Ichsanudin Norsyi
0 Comments
1. Kemarin malam saya sempat ber-bincang2 dgn seorang Diplomat sehubungan Pemilu 2019, sang Diplomat itu bertanya seputar kelompok minoritas dan upaya mencegah terjadinya penindasan terhadap minoritas di Indonesia.
Saya tertegun. Tidak menyangka lahir pertanyaan seperti itu ------------ 2. Sambil menatap tajam ke matanya, saya jawab lugas: "Jangan tanya saya ttg minoritas tertindas Indonesia (Indonesia's oppressed minority) tapi tanya saya ttg mayoritas Indonesia yg tertindas (Indonesia's oppressed mayority)!" Gantian sang Diplomat kaget! --------------- 3. Sebelum menjelaskan lebih lanjut, saya tanya padanya, apa yg diketahuinya tentang minoritas dan mayoritas di Indonesia. Lalu dia curahkan isi kepalanya. Cerita tentang diskriminasi Tionghoa, pembatasan/larangan pendirian gereja dan pembubaran kegiatan ibadah umat non Islam. ------------ 4. Saya desak: "Apa lagi? Setelah satu menit terdiam, dia jawab: "Itu saja." Ok, kata saya. Saya jawab pertanyaan anda dgn pertanyaan: "Apakah anda tahu kelompok mana yg mendominasi 1.000 orang terkaya di Indonesia?" "Tionghoa," jawabnya ragu "Ya, Tionghoa!" Tegas saya ------------- 5. "Dari 100 orang terkaya Indonesia, 1000, 10.000 bahkan 100.000 orang terkaya, hampir semua adalah Tionghoa. Hampir seluruhnya bukan pribumi dan non muslim," jelas saya. Pernah anda dengar atau tahu dari media, Tionghoa ditangkap polisi karena melanggar hukum?" Dia kaget! ----------------- 6. Tanpa menunggu jawabannya, saya teruskan: "Apakah anda pernah dengar sengketa hukum antara pribumi dengan Tionghoa, yg sengketanya dimenangkan pribumi? Meski pribumi itu di pihak yg benar?" "Saya tidak sejauh itu" jawabnya "Hampir tidak ada!" Balas saya ---------------- 7. Saya kembali hujani Diplomat itu dg pertanyaan: "Apakah anda tahu siapa pemilik lahan ratusan ribu hingga jutaan hektar di Indonesia? Hampir tdk ada pribumi. Mayoritas Tionghoa!" Anda mungkin berpikir, wajar Tionghoa jadi kelas elit Indonesia. Mereka lebih ulet, lebih cerdik. ------------- 8. "Karena kebetulan saya pakar sejarah, saya sangat paham asal muasal terbentuknya komunitas Tionghoa sebagai elit di Indonesia, yaitu krn pribumi Indonesia sejak ratusan tahun lalu sampai hari ini menjadi mayoritas tertindas! Dari era VOC, kolonial Belanda sampai era kemerdekaan" -------------- 9. Pribumi Indonesia tidak sama dengan pribumi (bumiputera) Malaysia yg mendapat perlindungan atas hak2nya dari penguasa. Pribumi Indonesia lebih khusus muslim Indonesia seperti mayoritas Syiah di Irak pada era Saddam Hussein. Menjadi kelompok mayoritas tertindas. ------------ 10. Beda dg mayoritas Syiah di Irak, pasca Saddam jatuh, mayoritas Syiah benar2 menjadi kelompok penguasa, kelompok dominan di Irak Di Indonesia, mulai era VOC 1601-1799, era Kolonial 1800 s/d 1942, era ORLA, ORBA hingga era reformasi, umat Islam tetap jadi mayoritas tertindas! ------------ 11. Mayoritas Islam Indonesia hanya sempat sebentar merasakan kemerdekaannya, lepas dari penindasan kelompok minoritas yaitu pada era 1988-1998. Hanya 10 tahun. Setelah era reformasi, umat Islam Indonesia kembali jadi mayoritas tertindas. Sang diplomat itu bengong. Dia terhenyak. -------------- 12. "Semua yg terkait kemiskinan, pengangguran, kebodohan, masalah2 sosial, predikat itu disandang oleh mayoritas Islam Indonesia. Bukan pada minoritas. Jika muncul anggapan minoritas sebagai kelompok tertindas di Indonesia, itu kerena ketidakmampuan mayoritas menyampaikan kebenaran" ------------ 13. "Ketertinggalan mayoritas Indonesia dari minoritas terjadi sejak ratusan tahun lalu terutama di bidang ekonomi dan pendidikan. Dua bidang kehidupan yg menjadi modal utama manusia utk berkembang dan maju. Tidak ada upaya serius dari pemerintah mencari solusinya" ----------- 14. "Bahwa mayoritas Islam paling menderita selama era VOC-Kolonial hingga saat ini adalah fakta empiris. Mudah dibuktikan. Pada era VOC-Kolonial, muslim Indonesia-pribumi adalah warga kelas empat & kelas lima. Setelah Bangsa Eropa, Timur Jauh, Bangsawan, pribumi non Islam. ----------- 15. Pribumi era VOC-Kolonial (1601-1942) dibatasi dlm pendidikan, usaha dan kepemilikan lahan. Arab, India dan terlebih Tionghoa mendapat konsesi luas dari VOC-Kolonial hampir dalam segala hal. Hanya sedikit di bawah bangsa Eropa. Mereka menikmati konsesi ini ratusan tahun. ------------ 16. Sebagai akibatnya, mayoritas Islam/pribumi Indonesia tidak terbentuk komunitas pengusaha, cendikiawan, tuan tanah, dst. Mayoritas pribumi Indonesia hanya jadi konsumen, sampai hari ini. "Kenapa Indonesia tidak contoh Malaysia?" tanya Diplomat itu ----------- 17. "Indonesia tidak bisa mengikuti jejak Malaysia krn hambatan opini. Opini yang berkembang dan tertanam di kalangan asing dan sebagian orang Indonesia sendiri, bahwa prioritas Indonesia adalah mencegah timbulnya minoritas tertindas. Bukan menyelamatkan mayoritas tertindas!" ------------- 18. "Upaya menyelamatkan mayoritas tertindas Indonesia semakin sulit krn sebagian minoritas terlanjur menikmati kekuasaan, kekayaan, hegemoni dan dominasi mereka terhadap mayoritas. Mereka mempertahankan status quo ini dengan segala cara: stigma teroris, radikalis, intoleran, dst" ---------- 19. Pada masa ORLA mayoritas Islam Indonesia jadi sasaran penindasan penguasa dgn konsep Nasakom-nya. Pada era ORBA, marginalisasi mayoritas Islam dilakukan secara sistematis terstruktur. Mayoritas Islam tdk menjadi bagian dari kelompok penguasa dan pengusaha" ------------ 20. Elit penguasa didominasi minoritas Katolik/Kristen/Abangan. Kelompok pengusaha didominasi Tionghoa. Mayoritas Islam hanya jadi pelengkap penggembira. Pengelabuan dilakukan dgn etalase, se-olah2 mayoritas Islam mendapat tempat yg layak melalui politik simbol dan kemasan ------------- 21. Tercatat ada satu dua upaya agar mayoritas Islam Indonesia lepas dari penindasan. Sarekat Dagang Islam awal 1900an didirikan utk melawan hegemoni dan dominasi pengusaha Tionghoa. Program ekonomi Benteng dicanangkan di awal kemerdekaan. Namun gagal. Termasuk PP No 10/1959 ------------ 22. Kabinet Indonesia jatuh bangun di awal kemerdekaan lebih banyak disebabkan sabotase dari pengusaha2 Tionghoa terutama para importir yg kuasai jaringan pemasok barang kebutuhan domestik. Mereka tdk mau membuka jaringannya utk menghidupi bangsa yg baru merdeka. ------------- 23. Kekhawatiran atas hegemoni bisnis Tionghoa, di satu sisi pemerintah tdk dapat pastikan loyalitasnya sebagai WNi sebagai konsekwensi keWNan ganda para Tionghoa, melahirkan PP No. 10/59. Bisnis Tionghoa dibatasi hanya di kota2, dilarang merambah ke pedesaan. Dan keharusan memilih WN ------------ 24. Penerapan PP No.10/1959 sebagai solusi hanya bertahan 2 tahun. Bujuk rayu Peking disertai bantuan barang modal dan peralatan pertanian/pertukangan meluluhkan rezim Soekarno. Di era ORBA: Soeharto memberi konsesi istimewa bidang ekonomi pada Tionghoa. Mayoritas Islam disingkirkan. --------------- 25. Keberhasilan pembangunan era Soeharto membentuk komunitas konglomerat Tionghoa, yg 20 tahun kemudian balik menentang Soeharto yg berencana *mulai mengangkat derajat WNI pribumi asli & Umat Islam* yg jauh tertinggal, mulai lah didirikan a.l.; ICMI, HIPMI, dll Komunitas Pengusaha Tionghoa menolak rencana Soeharto terang2an (1986) ------------ 26. Resistensi terhadap perubahan kebijakan Soeharto juga datang dari elit ABRI & POLRI, politisi Golkar dan Birokrasi yang didominasi non Islam, Kejawen dan Islam abangan (Islam KTP). Mereka berkolusi dgn komunitas pengusaha Tionghoa menentang rencana mengangkat derajat hidup, politik & ekonomi mayoritas Islam ------------- 27. Dihadapkan pada 2 pilihan, Soeharto pasca Pemilu 1987 memilih merangkul mayoritas Islam yg selama 20 thn dia pinggirkan. Pada 1987-1988 dimulailah Era Kemerdekaan Umat Islam dan Pribumi Indonesia dgn harapan Soeharto bersama-sama para pengusaha keturunan Tionghoa Membangun RI (kenyataannya para pengusaha Tionghoa ingin menguasai, tidak rela berbagi dengan pribumi beragama Islam) Sampai Soeharto dijatuhkan, termasuk oleh tokoh2 Islam yg jadi korban deception. --------------- 28. Penjatuhan Soeharto yg dilakukan di antaranya oleh tokoh2 Islam *tanpa sadar bahwa mereka ditunggangi dan dihasut* kelompok elit ABRI dan POLRI (Jenderal merah - binaan Ali Murtopo & Benny Murdani yg Anti Islam), CSIS (yg dikendalikan elit Tionghoa Wanandi Brothers), komunitas bisnis Tionghoa cs, dst ------------- 29. Luar biasa Opini Sesat/Hoax diciptakan utk menjatuhkan Soeharto oleh elit ABRI dan POLRI, CSIS, Konglomerat yg didukung AS-China (KG) pada saat itu. Moral prajurit ABRI dihancurkan melalui serangan pelanggaran HAM di Timor Timur hingga hoax penculikan oleh Tim Mawar KOPPASUS -------------- 30. Mengapa saya sebut isu penculikan adalah hoax? Karena tim Mawar KOPPASUS bertindak atas dasar Surat Tugas Rahasia KASAD utk menahan 9 aktifis radikal dlm rangka pengamanan SU MPR. Jadi sama sekali bukan penculikan. Namun, hoax terlanjur berkembang jadi fitnah seperti bola liar. ------------- 31. Utk semakin menghancurkan moral ABRI/TNI, *sekelompok pasukan bertindak liar* atas perintah elit ABRI anti Soeharto dengan efek menjatuhkan luar biasa harus ada korban melengserkan orang kuat, dengan *menculik dan membunuh 14 warga.* Perbuatan fitnah keji ini yg kemudian ditimpakan kesalahannya anak buah kepada Tim Mawar ibarat sekali tepuk 2 yang kena (Mertua dan Menantu). Siapa 'korban' nya Anda pasti tahu. Kenapa diam? Seorang berjiwa Negarawan memikirkan semuanya DEMI RAKYAT dan NKRI tdk rela apabila tercerai-berai dan rakyat yang menderita. Tidak berpikir demi diri pribadi apalagi Pencitraan, suatu saat kelak akan terkuak dan Sejarah Membuktikan. Munir tahu fakta ini, dlm perjalanan untuk menunjukkan kejahatan HAM oleh para elit menuju LN lalu dia dibunuh (racun Arsenik). ------------ 32. Pasca reformasi serangan fitnah utk melemahkan dan menyudutkan mayoritas Islam semakin gencar dgn maraknya aksi terorisme yg diduga kuat diotaki sendiri oleh elit ABRI dan POLRI anti Soeharto. Mayoritas Islam sedikit bernapas lega pada era SBY (2004-2014). Namun masih tetap tertindas. ------------- 33. Pada tahun 2011 mulai dijalankan secara besar2an rencana penempatan proksi sebagai RI 1 yang bisa diatur (boneka). Salah satu strateginya adalah pelemahan mayoritas Islam dgn menunggangi @KPK_RI. Kriminalisasi politisi2 Islam utk menghancurkan citra & kekuatan politik Islam. Memuluskan proksi sekuler jadi RI 1 ------------ 34. Uraian singkat ini memang tidak dapat memuaskan apalagi menjelaskan secara lengkap dlm rangka memahami posisi umat Islam sebagai Indonesia's oppresed majority. Dengan menggunakan semua parameter dan indikator akan mudah dibuktikan ketertindasan mayoritas Islam RI di negeri sendiri. ---------------- The End Hari Jumat : Tgl 4 November 2022 Pak Anies akan tiba di KNO sekitar jam 9-10 pagi. Otw ke JW Marriot tempat Pak Anies nginap. Jam 12 WIB dari JW Marriot,Pak Anies menuju Masjid Raya utk shalat Jumat Berjamaah.
Ba'da shalat Jumat. Beliau akan makan siang bersama tokoh/pemuka agama di hotel Madani Jam 14.30 WIB Pak Anies akan jalan kaki menuju Istana Maimoon Medan utk menyapa warga Sumut. Malamnya bertemu dgn lintas agama di kantor NASDEM SABTU 5 November Pagi Pak Anies menuju Besilam, silaturahmi dan pulang dari Besilam Pak Anies akan makan bersama para team inti tiap simpul yg di batasi 15 org, awalnya 20 krn lokasi hanya muat 1000 orang agar pak Anies tidak merasa berdesakan. Memang saat ini, belum masanya kampanye. Namun tidak ada aturan yang melarang untuk bersilaturahim. 164 simpul relawan Anies hari ini hadiri pidato kebangsaan Anies di Jakarta Convention Center (JCC). Kalau satu simpul saja bisa datangkan 1000 relawan, maka sudah 164.000 relawan yang akan hadir. Membludak, dan jalanan bisa macet. JCC pasti tidak muat. Kabarnya, setiap simpul hanya boleh kirimkan utusannya 2-3 orang. Biar tertampung semuanya di JCC. Apa ini dibilang kampanye atau curi start, tidak ada yang salah dan tidak boleh ada yang protes karena tidak ada aturan yang melarangnya. Ada yang pasang baliho dimana-mana, itu juga kampanye bro, tak ada yang protes juga. Ada kepala daerah yang hari-hari kelayapan ke daerah dan tempat lain, itu juga kampanye. Tidak urus daerahnya yang kabarnya paling miskin dan melarat, malah sibuk kampanye. Itu juga tidak ada yang melarang. Terus, kalau para relawan Anies bergerak untuk kampanye lu bilang bikin gaduh? Lu waras? Mesin relawan dan Militan Anies Baswedan kelihatan sudah panas. Makin lama, makin kencang larinya. Di mana-mana, terus ada deklarasi Anies. Di mana-mana, terus ada spanduk Anies bertebaran. Di mana-mana, gaung Anies semakin lantang. Karena memang, ini sudah tiba waktunya. Santai aja bro. Kagak usah panik. Anies memang diuntungkan dengan waktu longgarnya. Sekarang he has free time. Bebas waktu. Banyak luang. Ini kesempatan Anies silaturahmi. Anies bisa sowan ke semua tokoh dan keliling daerah. Hari ini di Jakarta, besok tanggal 4 November di Medan, besok lagi di Makassar, terus lanjut Jawa Tengah, kemudian ke Lampung, dan terus keliling pelosok Indonesia. Anies leluasa bergerak dengan 164 simpul relawan yang terus bertambah jumlahnya. Kagak ada aturan yang dilanggar. Kagak ada etika yang ditabrak. Semua dilakukan sesuai hulum dan adat istiadat yang berlaku. Sangat elegan. Ini cara terhormat, tapi sangat efektif. Jika hari ini para menteri bekerja, karena mereka diberi amanah dan dibiayai oleh rakyat. Sambil mereka kampanye, sah dan boleh-boleh saja. Biarlah para kepala daerah bekerja sambil kampanye, itu juga biasa aja. Sedangkan Anies, kagak ada ikatan kerja. Full waktunya buat kampanye. Pakai biaya sendiri. Mandiri, dan tidak ada uang e-ktp atau bansos yang dipakai. Clear. Ini juga sah, normal dan wajar. Kagak lama lagi, elektabilitas Anies akan melejit. Hampir pasti. Ini karena Anies punya banyak waktu luang untuk intens silaturahmi dan berdiskusi dengan rakyat di bawah. Dengan para tokoh, agamawan termasuk para ulama, pendermta juga orang-orang waras di kampus. Anies bisa beberkan problem dan tantangan bangsa saat ini dan kedepan. Riil, ada faktanya dan bisa dirasakan oleh semua rakyat Indonesia. Inilah masalah yang sesungguhnya, sebuah tantangan bangsa hari ini dan masa depan. Anies akan ajak dialog, libatkan para tokoh secara persuasif dan personal untuk berdiskusi. Kemudian Anies akan menyampaikan gagasannya bagaimana mengatasi problem itu. Detail, masuk akal, bisa dimengerti dan mudah diterima. Mengapa setiap tokoh ketemu Anies bisa langsung berubah jadi mendukung? Karena mereka pada akhirnya tahu bahwa Anies paham masalah bangsa, bisa menjelaskan dengan bahasa yang dimengerti rakyat, dan punya solusi bagaimana tahapan demi tahapan untuk menyelesaikannya. Semua masuk di akal. Pada akhirnya, banyak yang sadar ternyata selama ini yang beredar di masyarakat dan sampai telinga mereka adalah fitnah tentang Anies. Kalau semua tokoh, agamawan, termasuk para ulama dan pendeta, ketua omas didatangi Anies satu persatu dan diajak dialog dari hati ke hati, dengan kejujuran, kerendahan hati dan bisa obyektif serta apa adanya, pasti semua bentuk curiga, kekhawatiran, bahkan lebencian akibat provokasi dan fitnah akan lambat laun menghilang. Fitnah semasif apapun akan luntur. Duit sogokan sebesar apapun kagak akan mempan. Karena ini sudah menyentuh soal nasib bangsa kedepan. Soal nasib anak cucu di masa yang akan datang. Nasib NKRI, nasib petani, nasib pendidikan, nasib kedaulatan negara, dll. Lu kagak usah protes soal kualitas kampanye Anies. Anies lebih tahu persoalan yang dihadapi oleh bangsa inu. Anies tahu persoalan dan tantangan apa aja yang harus dirembug dengan rakyat terkait nasib bangsa di masa yang akan datang. Anies datang tidak bawa uang. Tapi Anies datang untuk menjelaskan apa yang sesungguhnya dihadapi oleh bangsa ini dengan semua tantangannya di masa depan,. Anies punya gagasan bagaimana bangsa ini secara bersama-sama berkolaborasi untuk meresponnya. Bagaimana bangsa ini memanfaatkan kekuatan yang ada untuk membangun dan bisa tampil sebagai bangsa yang maju di masa yang akan datang. Siapa yang kagak terhipnotis dengan penjabaran Anies soal bangsa. Begitu ia menguasainya dan bisa memberi harapan. Tidak hanya harapan, karena Anies telah membuktikannya di Jakarta. Jakarta itu miniatur Indonesia. Rekam jejak Anies dengan semua perubahan di ibu kota membuat orang yakin bahwa Anies memang punya kemampuan. Dari sini, wajar kalau dukungan rerhadap Anies terus bertambah besar. Setiap pekan ada tokoh baru yang muncul dan memberi dukungan secara terang-terangan terhadap Anies. Muncul ulama dan pendeta yang deklarasi dan medukung Anies. Jumlah simpul relawan Anies pun dari pekan ke pekan semakin membesar. Membesarnya gelombang dukungan terhadap Anies membuat sejumlah pengusaha bersikap rasional, lalu merapat. Begitu juga teknokrat dan kelompok elit yang berkarir di dunia birokrasi, secara silent telah banyak yang merapat. Pihak-pihak yang ada di struktural pemerintahan sedang bergerak untuk mendukung Anies. Mereka berfikir terhadap masa depan karirnya. Dibandingkan dengan para kandidat lain, peluang dan kesempatan Anies untuk menang dan jadi presiden RI ke-8 jauh lebih besar. Bravo Anies. Takdir nampaknya sedang berpihak dan memberi amanah negeri ini kepadamu. Siapa yang gak bangga punya presiden seperti Pak Anies. Di mata dunia Internasional, Indonesia akan berwibawa.
Lu bayangin Pak Anies jadi presiden Indonesia. Lalu sebagai presiden, bicara di forum-forum internasional. Siapapun tokoh dunia akan mendengarkan. Sebab, Pak Anies telah diakui sebagai satu dari 100 intelektual dunia, 21 heroes, 20 tokoh berpengaruh dan satu dari 500 tokoh muslim berpengaruh di dunia. Pernah 2 menit bicara di depan Sekjen PBB, langsung mendapatkan apresiasi. Ini sungguh membuat bangga bangsa Indonesia. Ini semua fakta. Fakta dan lagi-lagi fakta. Fakta tentang kelebihan Pak Anies di mata tokoh-tokoh negara lain. Fakta-fakta ini bisa dibaca melalui jejak digital. Sejarah telah mencatatnya. Lu googling, dapet. Hadirnya Pak Anies menjadi Presiden akan membuat Indonesia punya bobot dan wibawa di mata dunia. Indonesia akan punya peran penting dalam isu-isu internasional. Di sini, Indonesia akan menjadi negara yang sangat diperhitungkan. Dulu, ada yang menuduh Pak Anies hanya pandai menyusun kata-kata, tapi gak pandai menyusun kerja. Pak Anies bilang: "saya tidak akan menjawab dengan kata-kata, tapi saya akan membuktikan dengan hasil kerja". Dan, benar sekali. Pak Anies telah membuktikannya. Ini buktinya: kemacetan di Jakarta terurai. Tahun 2017 rangking ke-4 kota termacet di dunia, sekarang berangsur berubah. 2018 rangking ke-7. 2019 rangking ke-10. 2020 rangking kr-31. Kemudian tahun 2021 rangking ke-46. Pak Anies telah menjawabnya dengan bukti hasil kerja. Lu sekarang keliling Jakarta naik kendaraan umum, bisa sekali bayar dan murah. Gonta ganti kendaraan, gak perlu bayar lagi. Naik busway, turun ganti angkot, turun lagi ganti MRT/LRT, gak perlu bayar-bayar lagi. Kalau cuma naik angkot, gratis. Sepuasnya. Setiap hari naik angkot di Jakarta, gratis. Angkotnya nyaman karena ber-AC. Gak ada lagi sopir angkot ngetem nunggu penumpang. Gak ada lagi angkot yang ngebut dan zig zag. Pokoknya nyaman deh. Lu jangan komentar. Coba dan buktikan dulu, baru komentar. Lihat gak, merasakan gak, tapi banyak komentar, ya salah! Itu ngawur namanya. Banjir di Jakarta benar itu masih ada. Tapi cuma dua jam, lalu surut. Dulu, banjir bisa 2-3 hari. Kerugian materiilnya banyak sekali. Jadi, hasil kerja Pak Anies nyata dan jelas. Lihat bangunan JIS (Jakarta Interternational Stadium). Megah sekali. Stadion sepakbola ini bisa buka tutup atapnya. Menampung 82.000 penonton. Kalah tuh stadion Real Madrid dan Barcelona di Eropa. Kalah tuh stadion di Amerika. JIS menjadi kebanggaan Persija dan Jakmania. JIS menjadi kebanggaan warga Jakarta. Rakyat Indonesia layak bangga, karena Jakarta itu ada di Indonesia. Bosan naik kendaraan, lu bisa pakai sepeda. Pak Anies siapin jalur sepeda ratusan kilometer sepanjang jalur di kota-kota Jakarta. Ratusan kilometer juga trotoar di Jakarta dilebarin. Sekarang, pejalan kaki di Jakarta nyaman. Bahkan sangat nyaman. Ratusan taman dan wisata kuliner juga dibangun Pak Anies di berbagai tempat. Sangat tertata, indah dan nyaman untuk warga Jakarta menikmatinya. Rumah DP 0%, lu sudah denger. Entah berapa tower yang sudah dibangun. Dan masih terus berproses pembangunannya. Ini solusi agar warga Jakarta pada bisa beli rumah. Rumah yang standar. Dan buktinya, semua berebut dan ngantri untuk punya rumah DP 0%. Pokoknya, Jakarta telah berubah. Berubah sekali. Lu bisa datang ke Jakarta dan buktiin langsung. Jangan kata orang. Itu bisa menyesatkan. Sudah gitu, Pak Anies gak pernah klaim itu kerjanya sendiri. "Ini hasil kolaborasi dengan semua pihak yang terlibat", kata Pak Anies. Nah, begitulah pemimpin. Menghargai anak buah dan pihak-pihak yang punya jasa. Soal ekonomi, lu click HP lu. 18 persen PDB Indonesia disumbang dari Jakarta. Pertumbuhan ekonomi Jakarta sangat bagus. Gak ada daerah yang sanggup ngasih bantuan bulanan kepada warganya sebanyak di Jakarta. Korupsi? Gak ada sepersen pun uang mengalir ke saku Pak Anies, keluarga atau kolega dengan cara yang haram. "Jangan hinakan jabatan anda untuk ditukar dengan rupiah" kata Pak Anies. Pantes aja Jakarta dapat WTP empat kali berturut-turut. Dapat tiga penghargaan dari KPK. Terus, apa yang membuatmu tidak bangga bro jika Pak Anies jadi presiden? |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|