Pemerintah sangat mendukung rencana pembuatan pesawat N219. Pemerintah akan memediasi pengembangan hingga peluncuran pesawat komersial bersertifikasi siap produksi yaitu N219. Dalam upaya pembuatan pesawat itu, pemerintah mengucurkan dana Rp400 miliar. Pemerintah menargetkan pesawat terbang buatan Indonesia, N219, sudah bisa dioperasikan untuk angkutan udara di dalam negeri pada akhir 2015. Pesawat N219 yang akan diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia ini akan dibuat berkapasitas hanya 19 orang. Pesawat ini memang direncanakan untuk memenuhi kebutuhan domestik terutama untuk penerbangan di wilayah Indonesia bagian Timur. "Untuk Indonesia timur, perlu penerbangan jangka pendek. Dengan kapasitas 19 orang, bisa menjangkau kota ataupun pulau kecil, dan tidak memerlukan landasan yang panjang," ujarnya. Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristek dan Dikti) Muhammad Nasir, Jumat (26/12/2014) mengatakan, "Pertengahan 2015 masih riset dan akhir 2015 kami harapkan sudah terbang," terkait dengan rencana produksi pesawat komersial buatan dalam negeri. Nasir yang ditemui saat berkunjung ke Pondok Pesantren Al Ishlah, Kelurahan Bandarkidul, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur, itu mengatakan pesawat itu saat ini masih dikerjakan oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan). Pihaknya mengatakan riset dilakukan dengan maksimal. Riset tersebut juga akan terus berlanjut sampai sertifikasi penerbangan. Hal itu penting untuk menguji kelaikan pesawat tersebut. Terkait komponen pembuatan pesawat, Nasir mengatakan akan lebih banyak memanfaatkan komponen lokal, dengan porsi 60 persen. Sementara itu, sisanya masih memerlukan impor. "Untuk komponen, 60% lokal, tapi masih ada yang mengambil dari luar negeri," katanya. Pihaknya memperkirakan, dalam satu tahun nantinya bisa memproduksi empat pesawat untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Jumlah itu nantinya juga diharapkan bisa terus bertambah. Rencana produksi akan dilakukan pada 2016 atau 2017. VP Marketing PTDI Arie Wibowo, mengatakan bahwa sampai saat ini pihaknya telah menandatangani 120 MoU yang terdiri dari 50 unit sudah pasti pesan dan 50 unit lagi masih potensi beli, serta 20 unit pesanan PT Merpati Nusantara yang kini sedang tidak beroperasi. Mungkin bagi PTDI ungkapan “Habis gelap, terbitlah terang”, sangat pas begitu juga untuk industri penerbangan di Indonesia. Sejak Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) ditutup paksa oleh IMF, maka digantikan oleh PT Dirgantara Indonesia (DI) yang harus melalui berbagai intrik dan perjuangan bertahan hidup hingga kini berusaha untuk bangkit kembali. Sumber: Bisnis.com
0 Comments
Dulu ketika saya masih sering menggunakan jasa bus kota di Jakarta rasanya pernah atau mungkin sering mendengar umpatan kernet bus atau sopir yang kira-kira seperti ini: "Eh lu...minggir !! Apa lu sudah bosan hidup?!". Bosan hidup sepertinya telah menjadi sebuah ungkapan yang bermakna gurauan saja ketika itu. Beberapa waktu yang lalu tiba-tiba dalam sebuah obrolan ringan seorang teman menyeletuk: "Tiap hari kok kerja terus, bosan ya rasanya! Kamu pernah merasa bosan gak?". Agak kaget menerima pertanyaan seperti itu. Rasanya asyik-asyik saja dengan kesibukan kerja setiap hari. Memang sih kadang ada yang membuat jengkel tetapi secara umum gairah kerja baik-baik saja. Kejadian ini membuat saya merenung tentang apa yang bisa menyebabkan seorang merasa jenuh dan bosan. Hidup ini memang selalu berulang dan berulang lagi. Ini mungkin salah satu faktor pemicu kebosanan. Tetapi hal paling mendasar bagi saya adalah ketika seorang sudah kehilangan makna dan tujuan hidup maka sejak saat itu pelan tapi pasti orang itu akan dihinggapi "penyakit bosan hidup". Kita bisa saja berinovasi melakukan berbagai hal secara bervariasi untuk menghindari kebosanan dalam hidup, namun itu semua punya keterbatasan. Tanpa kemampuan memaknai dan menetapkan tujuan hidup maka cepat atau lambat kita akan bosan hidup. Kalau begitu apa makna dan tujuan hidup sebenarnya? Apakah bekerja mencari uang sebanyak-banyaknya, punya harta, istri dan anak-anak itulah tujuan hidup? Seandinya itulah tujuan hidup maka betapa sia-sianya hidup ini karena uang, harta, istri dan anak-anak semua akan kita tinggalkan atau meninggalkan kita menjelang akhir hayat kita. Agama yang saya yakini kebenarannya mengajarkan bahwa hidup ini sejatinya adalah ujian dari Sang Maha Pencipta terhadap diri kita masing-masing agar kelak kita akan mendapatkan ganjaran yang tepat sesuai dengan amalan kita. Kitapun akan dibedakan berdasarkan amalan kita di dunia ini. Sang Maha Pencipta bersifat Maha Pengasih dan Maha Penyayang sekaligus juga Maha Adil. Dengan sifat Maha Pengasih dan Maha Penyayang-Nya, Dia memperingatkan kita akan sejumlah aturan yang harus kita patuhi dengan maksud agar kita hidup bahagia di dunia dan bisa meraih kemuliaan di akhirat. Dengan sifat Maha Adil Nya, Dia juga memperingatkan kita tentang akan adanya Pengadilan Besar. Dia juga mengirimkan malaikat yang ditugasi Nya mencatat amal baik dan amal buruk setiap diri kita masing-masing tanpa ada yang terlewatkan walau sebesar inti atom sekalipun. Setiap sel tubuh kita akan menjadi saksi dalam Pengadilan Besar atas diri kita di hadapan Sang Maha Pencipta. Tanpa kasih sayang dan keadilan Nya, dunia ini pasti musnah dalam sekejap karena perilaku manusia. Dengan sifat Maha Adil Nya, Dia tidak membiarkan mereka yang berperilaku merusak dan kelewat batas tanpa mendapatkan balasan di dunia. Untuk itulah Dia menetapkan aturan main di dunia ini yang telah Dia tetapkan sejak awal kejadiannya. Semua ketentuan ini telah dicatat dalam sebuah kitab bernama "Lauful Mahfuz". Inilah yang selalu dipelajari manusia dan kita menamakannya dengan "Hukum Alam", "Law of Nature" yang sejati Nya adalah aturan main bagi siapapun di dunia ini yang telah ditetapkan Sang Maha Pencipta. Dia telah berjanji tidak akan merubahnya sampai kapanpun dan Dia Maha Menepati Janji Nya. Maka itu waspadailah perasaan bosan hidup dengan cara memaknai hidup ini secara tepat dan mengisinya sejalan dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Sang Maha Pencipta. Wallahualam. Woodside LNG yang sedang membangun FLNG (Floating LNG) Browse di Australia merevisi jadwal pemasukan Front End Engineering Design (FEED). Meskipun begitu Woodside sudah menyelesaikan Basis of Design (BOD) dan juga pekerjaan kunci pra FEED dan sedang mengerjakan kegiatan-kegiatan strategis tambahan. CEO Woodside, Peter Coleman mengatakan pergeseran kondisi pasar yang cukup besar memberikan peluang bagi Woodside untuk mencari solusi-solusi yang jauh lebih murah dalam mengembangkan FLNG Browse dengan mengambil pelajaran-pelajaran dari proyek-proyek lain yang sejenis. "Perubahan-perubahan yang sedang kita alami dalam industri kita mulai merambat ke "supply chain". Kita akan memanfaatkan waktu yang kita miliki sekarang untuk memaksimalkan keuntungan ekonomis jangka panjang," katanya. Kegiatan-kegiatan strategis tambahan yang sedang dikerjakan termasuk diantaranya mendapatkan persetujuan primer lebih lanjut, mengelola dampak dari batas maritim yang mempengaruhi sewa retensi dan pekerjaan teknis tambahan untuk mengoptimasi dan mengurangi resiko pengembangan. Woodside mengantisipasi bahwa pengembangan FLNG Browse akan bisa masuk pada tahap FEED pada pertengahan tahun 2015 dan menetapkan target Final Investment Decision (FID) pada pertengahan tahun 2016. Sumber: LNG World News, Foto: Shell |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|