Safety Meeting MIGASKamis, 29 November 2012 saya diminta mewakili perusahaan sebagai Katek Tambang untuk mengikuti Safety Meeting yang diselenggarakan oleh Dirjen Migas di Hotel Harris Kelapa Gading. Sejumlah 70 peserta dari berbagai perusahaan yang bergerak dalam bidang migas di Indonesia menghadiri pertemuan tersebut.
Tema yang diusung kali ini adalah "Implementasi Budaya Kerja Aman pada Kegiatan MIGAS". Direktur Teknik Migas Edi Purnomo dalam sambutannya yang disampaikan oleh Deputy Dirtek Migas, menyampaikan bahwa kecelakaan terjadi pada umumnya disebabkan oleh perilaku tidak aman atau kondisi tidak aman, atau kedua-duanya. Guna mencapai kegiatan usaha migas yang efisien dan efektip maka Ditjen Migas merasa perlu untuk melakukan upaya pembinaan, memberi instruksi, melakukan pengawasan, dan memastikan perlengkapan kerja yang mendukung terciptanya budaya kerja aman di lingkungan industri migas Indonesia. Dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, cukup menggugah nasionalisme peserta pertemuan. Syamsu Alam, Presdir PT Pertamina EP memaparkan upaya yang dilakukan Pertamina EP dalam meningkatkan budaya kerja aman dalam kegiatan pengeboran. Pertamina EP bercita-cita menjadi perusahaan kelas dunia di tahun 2014 dengan mengusung budaya kerja aman sebagai salah satu alat untuk mencapai cita-cita itu. Saat ini dari 7 lapangan yang sudah disertifikasi menggunakan sistem audit ISRS 7 hanya dua lapangan yang mencapai level 5. Ini merupakan pekerjaan rumah yang besar bagi Pertamina. Tahun 2014 Pertamina menargetkan semua mencapai level 7 (catatan red: rentang penilaian adalah 1 - 10 dan level 7 sudah termasuk kategori HSE excellence). Pertamina EP mencanangkan sasaran HSE dalam 6 butir yaitu: tanpa insiden, tanpa tuntutan ganti rugi, tanpa gangguan operasi, tanpa pelanggaran peraturan perundangan, berwawasan lingkungan, dan positip dimata stake-holder. Untuk menjamin terciptanya budaya kerja aman di lingkungan Pertamina EP, seluruh jajaran pimpinan harus turun dan memberi keteladanan dengan semboyan: Patuh, Peduli, Intervensi. Setiap orang boleh dan wajib melakukan intervensi apabila melihat tindakan atau kondisi tidak aman. Pembicara berikutnya Ketua APMI (Asosiasi Pengebor Minyak Indonesia), Tito Kurniadi yang mempresentasikan peran preventive maintenance dalam mewujudkan kehandalan operasi instalasi pengeboran. 65% kegagalan peralatan menurut Tito bisa dicegah dengan 3P yaitu: Personal, Procedure, dan Peralatan. Secara statistik kegagalan 40% disebabkan oleh kegagalan mekanik, 20% operator error, 5% karena process upset. Tito mengusulkan agar proporsi nilai tender untuk HSE dipisahkan dari nilai kontrak pekerjaan sehingga HSE benar-benar dilaksanakan oleh mitra kerja dan mendapat pengawasan yang memadai dari pemberi kerja. Menurut Yudi, BP menerapkan 20% - 25% dari nilai kontrak diperuntukkan bagi upaya mendukung pelaksanaan HSE selama pekerjaan berlangsung. Tak kalah menariknya adalah presentasi dari Ketua Tim Independen Pengendalian Keselamatan Migas (TIPKM), Bpk Fridem Simbolon. Audit sebenarnya tidak bisa meningkatkan keselamatan kerja tetapi dengan audit dapat diketahui apakah sistem keselamatan kerja sudah memenuhi standar tertentu dan apa saja yang masih kurang. Sistem Manajemen Keselamatan Kerja setidaknya memiliki 4P yaitu: Phylosophy, Policy, Procedure, dan Practice. Audit dapat menemukan bagian apa saja dari 4P ini yang belum sempurna. Diberitakan oleh: Helfia Nil Chalis www.helfia.net
0 Comments
Leave a Reply. |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|