![]() Standar keselamatan dari setiap orang berbeda-beda. Ada yang merasa aman saja berkendara tanpa menggunakan safety belt. Tetapi ada juga yg segera merasa ada sesuatu yg salah ketika lupa mengenakan safety belt sewaktu berkendara. Begitu juga dengan perusahaan. Oleh karena itu dalam sebuah perusahaan, apa lagi perusahaan oil & gas perlu ada sebuah kesepakatan dalam menetapkan standar keselamatan kerja. Lantas apa dasar-dasar yang digunakan untuk mencapai kesepakatan itu. Umumnya perusahaan akan mengacu kepada standar nasional dan internasional. Namun demikian, perdebatan sering terjadi ketika menentukan sejauh mana kita harus memitigasi sebuah resiko kecelakaan kerja. Dalam hal ini, perusahaan di dunia menggunakan ALARP. Apa itu ALARP? Dalam dunia keselamatan kerja (safety) ALARP adalah singkatan dari "As Low As Reasonably Practicable". Istilah ini digunakan untuk menggambarkan sampai sejauh mana sebuah resiko pekerjaan harus diturunkan dengan menerapkan berbagai penganggulangan (mitigasi) yang diperlukan. Perusahaan oil & gas di seluruh dunia pada umumnya menerapkan ALARP sebagai acuan. Adapun yang dimaksud dengan "reasonable" dan "practicable" terkadang masih relatip karena tergantung pada kebijakan masing-masing perusahaan. "Reasonable" dalam bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai "masuk akal" atau "bisa dipertanggung-jawabkan". Lawannya adalah "unreasonable" yaitu "tidak masuk akal" atau "mengada-ada". Sedangkan "practicable" sering diartikan sebagai "praktis" atau lebih tepatnya "bisa diterapkan dengan relatip mudah". Biasanya acuannya adalah ketersediaan teknologi saat ini dan sumber daya yang tersedia. Lebih jelasnya lagi, apabila upaya menurunkan resiko suatu pekerjaan ternyata sulit karena teknologi yang tersedia belum memadai atau memerlukan upaya dan dana yang terlalu besar maka saat itu perusahaan akan mencari upaya lain yang lebih memadai dari segi resiko dan biaya. Jika tingkat resiko disepakati oleh tim ahli sebagai masih terkendali maka rencana penganggulangan yang diusulkan bisa dianggap sudah memadai. Upaya menurunkan resiko lebih lanjut akan mempertimbangkan sejauh mana resiko bisa diturunkan lagi dengan tambahan biaya yang seimbang. Mengapa ALARP yang menjadi acuan? Tidak lain karena dalam upaya mengurangi resiko orang terpapar ledakan selalu ada cara-caranya tetapi terkadang terlalu berlebihan sebagai misal dengan mewajibkan setiap orang menggunakan pakaian seperti petugas penjinak bom. Ini tentunya bisa dikategorikan "unreasonable" dan "not practicable". Upaya lain perlu dipertimbangkan seperti misalnya melarang setiap orang berada di area berbahaya tsb, mengendalikan sumber pemantik api, mengendalikan sumber bahan bakar agar tidak keluar dari wadahnya dan lain-lain. Helfia Nil Chalis www.helfianet.com
1 Comment
![]() Berbicara tentang Kota Bontang, tentu tidak bisa terlepas dari dua perusahaan besar yang telah beroperasi di sana dan berperan penting dalam perkembangan Kota Bontang sampai seperti seperti sekarang. Kedua perusahaan itu adalah PT Badak NGL (sebuah perusahaan penghasil gas alam cair atau LNG) dan PT Pupuk Kalimantan Timur (perusahaan penghasil pupuk Urea dan Amonia). Kedua perusahaan ini keberlangsungannya sangat bergantung pada pasokan gas alam dari Lapangan Muara Badak, Mutiara Handil, Peciko, dan Tanjung Santan yang terletak sekitar 60 km dari Bontang ke arah Samarinda. Oleh karena itu berkurangnya pasokan gas alam dari lapangan gas ini sejak tahun 2001 sangat besar pengaruhnya terhadap eksistensi PT Badak NGL maupun PT Pupuk Kaltim yang pada akhirnya juga bisa berpengaruh terhadap ekonomi Kota Bontang. Entah karena dasar itu atau murni alasan ekonomis, PT Pertamina (Persero) kini sedang mempersiapkan lelang untuk pembangunan kilang minyak baru di Kota Bontang. Informasi yang kami peroleh bahwa nilai investasinya diperkirakan mencapai US $ 9 miliar. Apapun alasannya tentu ini adalah berita menggembirakan bagi masyarakat Bontang, Kalimantan Timur. Bagaimanakah kebenaran berita ini? Sumber dari Jakarta Post mengutip pernyataan Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang: "Dokumen-dokumen itu sedang disiapkan. Nilai proyek tergantung investor. Saya pikir kisarannya antara US $ 8 miliar sampai US $ 9 miliar. Pertamina akan menjadi off-taker dari produk, tapi tentu saja harganya harus lebih rendah dari impor". Kilang minyak ini direncanakan akan memproduksi sekitar 300.000 barel per hari. Hasilnya dianggap sebagai yang terbaik dengan kadar Research Octane Number (RON) 92 and Euro IV tipe diesel. Kilang inilah nantinya yang akan menyokong produksi minyak di Tanah Air. Enam kilang yang dimiliki Pertamina saat in sudah berusia puluhan tahun sehingga sudah sangat menurun tingkat efisiensinya. Diantaranya ada di Cilacap (Jawa Tengah), Balongan (Jawa Barat), Balikpapan (Kaltim), Dumai (Riau), Plaju (Sumatera Selatan), serta Kasim (Papua Barat). Meski memiliki kapasitas total lebih dari 1 juta barel per hari pada kenyataannya berproduksi jauh di bawah kapasitasnya. Kilang terbaru milik Pertamina sendiri adalah kilang di Balongan yang diresmikan pada 1994 atau lebih 20 tahun yll. Selain itu, kilang-kilang milik Pertamina ini juga hanya mampu menghasilkan produk dengan spesifikasi rendah seperti RON 88 bensin and Euro II dengan bahan bakar jenis solar. Saat ini, Pertamina juga berupaya melakukan upgrade di lima kilang dari enam kilang yang dimiliki untuk meningkatkan total kapasitas menjadi 1,68 juta barel per hari dari kapasitas saat ini yakni 820.000 barel per hari. Setelah diupgrade, kilang-kilang itu diprediksi mampu mengolah minyak mentah yang lebih baik minimal RON 92 bensin dan bahan bakar Euro IV tipe diesel. Pertamina bermitra dengan investor perusahaan asing untuk melakukan upgrade ini dengan total investasi US $ 25 miliar. Menurut Dirut Pertamina Dwi Soetjipto diharapkan upgrade selesai pada 2019. www.HelfiaStore.com www.HelfiaNet.com ![]() Bagi saya perusahaan pencairan gas alam yang beroperasi di Bontang, Kaltim ini sangat berjasa. Saya mulai meniti karir di sini dari seorang process engineer muda sampai menjadi Deputy Operation Manager 20 tahun kemudian. Masih teringat ketika saya memutuskan meninggalkan LNG Badak untuk bergabung dengan LNG Tangguh di tahun 2006. Ketika itu LNG Badak sudah mulai memikirkan apa yang harus dilakukan apabila di tahun 2014 sebagian besar kontrak penjualan LNG akan berakhir. Waktu begitu cepat berlalu. Kini 9 tahun setelah saya meninggalkan LNG Badak, saya membaca berita online di Klik Bontang bahwa kapasitas produksi Badak LNG selama 4-5 tahun terakhir sudah menurun drastis. Dari total 8 train/ kilang pengolahan LNG yang dimiliki Badak LNG, hanya 4 diantaranya yang sekarang masih beroperasi. Sisanya 4 train tidak diperasikan karena pasokan gas dari lapangan migas Blok Mahakam menurun. “Kami punya 8 train dengan kapasitas produksi 22,5 juta ton per tahun, tapi sekarang hanya 4 yang beroperasi karena pasokan gas menurun,” ujar Director and COO Badak LNG, Yhenda Permana, saat menjamu wartawan Bontang pada acara Press Visit 2015, di kantor utama Badak LNG. Menurut Yhenda, saat ini pasokan gas alam yang diolah oleh Badak LNG berasal dari Blok Mahakam dengan komposisi 81 persen dari Total Indonesie, 16 persen dari Chevron dan 3 persen dari Vico. Penurunan lifting migas di Blok Mahakam selama beberapa tahun terakhir secara otomatis juga mempengaruhi produksi LNG Badak. “Sekarang ini kami hanya menjalankan setengah dari total kapasitas produksi,” katanya. Turut prihatin memang. Namun komposisi saham LNG Badak tetap tidak berubah yaitu terdiri dari 55% PT Pertamina Tbk, 20% Vico, 15% Jilco (Japan Indonesia LNG Company) dan 10% Total Indonesie. Juga patut disyukuri adanya kabar menggembirakan bagi masyarakat Bontang yaitu tentang rencana Pertamina untuk membangun kilang minyak di Bontang. Semoga bisa terlaksana agar harapan Bontang untuk tetap eksis dan berkontribusi dalam menghasilkan devisa negara kita dapat terwujud. www.HelfiaStore.com www.HelfiaNet.com ![]() Kejadiannya sepele tetapi cukup mengusik keingintahuan mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Sore itu menjelang berbuka puasa kami berkumpul di ruang makan. Ada yang sekedar duduk-duduk di sekitar meja makan, ada yang di teras belakang rumah. Istri saya di dapur menyiapkan masakan untuk berbuka puasa. Keponakan kami duduk di kursi ayunan di teras belakang sambil memperhatikan dua ekor burung peliharaan kami. Burung-burung ini baru beberapa hari kami beli. Seekor jenis kenari dan seekor lagi jenis love bird. Sahabat kami sudah tiba untuk berbuka bersama. Seperti biasa dia langsung menuju ke teras belakang rumah. Sore itu tiba-tiba dia berkata: "Sudah ada yang lapor belum? Burung love bird nya lepas!" Tentu saja kami semua sontak menuju ke teras belakang. Kami semua termasuk saya tercengang kaget karena sangkar burung love bird kosong. Burung love bird yang cantik sudah tidak ada lagi di dalam sangkarnya. Waktu berbukapun tiba dan kamipun berbuka puasa bersama sambil terus berdiskusi hangat tentang love bird yang hilang. Kamipun shalat maghrib berjamaah di ruang tamu. Usai shalat, istri saya teringat keponakan saya yang terakhir duduk-duduk di depan sangkar burung di teras belakang rumah. Langsung istri bertanya kepada keponakan kami tersebut apakah dia melihat burung love bird ketika dia duduk-duduk di teras belakang. Keponakan kami dengan yakin mengatakan ada melihatnya: "Burung yang berwarna merah dan hijau itu, kan?" Langsung keponakan kami beranjak menuju teras belakang untuk memeriksa sangkar burung yang dimaksud. "Burung mana yang hilang? Ini bukan burungnya?", seru keponakan kami. Kami semua kembali ke teras belakang rumah dan menyaksikan sendiri love bird yang tadi hilang sudah ada di dalam sangkar. Pertanyaannya: "Mengapa tadi semua orang melihat love bird itu tidak ada di dalam sangkar dan sekarang semua melihat love bird sudah ada lagi di dalam sangkar? Kalau tadi burung itu keluar kandang, mengapa pintunya masih tertutup dari tadi? Bagaimana burung itu bisa membuka tutupnya dan menutupnya kembali?". Sulit menjelaskannya memang. Kami jadi teringat peristiwa misterius yang pernah dialami anak perempuan kami ketika masih SD kelas 4 dan SMA kelas 1 di Bontang yang sampai sekarang tidak bisa dijelaskan bagaimana bisa terjadi demikian. Begini cerita Anggi: SD kelas 4. Ketika itu ada acara class meeting berupa kompetisi olah raga antar kelas. Anggi merasa kurang bersemangat masuk sekolah jadi minta tolong mama untuk menelpon guru supaya diijinkan tidak masuk dengan alasan sakit. Mama menyanggupi tapi mau pergi ke arisan dulu. Siang hari Anggi ditelpon oleh temannya dari sekolah menanyakan apakah Anggi tadi masuk sekolah. Anggi menjelaskan kepada temannya bahwa tadi sudah meminta mama telpon ke sekolah untuk ijin tidak masuk sekolah karena sakit. Temannya membenarkan dengan mengatakan: "Iya, memang tadi ibu guru mengatakan mama Anggi menelpon memberitahu Anggi sakit. Tapi kami melihat orang yang kami kira Anggi karena sangat mirip kecuali ada tompelnya di kening sedang membeli makanan di parkiran sekolah. Makanya saya telpon Anggi untuk menanyakannya." Tak lama kemudian mama pulang. Ketika melihat Anggi, mama teringat belum menelpon sekolah untuk memintakan ijin Anggi sakit. "Sudah kok, mama. Tadi ibu guru sudah menerima telpon dari mama kata teman Anggi," kata Anggi. "Belum! Mama sama sekali lupa menelpon sekolah Anggi". Pertanyaannya: "Siapa yang tadi menelpon guru dan mengaku mamanya Anggi untuk memintakan ijin Anggi sakit? Siapa yang tadi dikira teman-teman Anggi sebagai Anggi yang sedang berbelanja makanan di parkiran sekolah? SMA kelas 1. Anggi sudah beberapa kali ditegur gurunya karena selalu lupa membawa buku gambar ukuran A3 ke sekolah. Jadi Anggi selalu meminta lembaran kertas A3 dari temannya untuk mengerjakan tugas menggambar. Suatu kali gurunya tidak mau memberi nilai di atas lembaran kertas tugasnya. Anggi disuruh menyalinnya lagi ke dalam buku gambar A3 milik Anggi sendiri dan membawanya minggu depan. Anggipun menyiapkan buku gambar A3 dan menyalin tugas gambarnya ke dalam buku gambar tersebut. Minggu depan saat pelajaran menggambar, Anggi lagi-lagi lupa membawa buku gambar itu ke sekolah. Anggi menelpon sopir melalui HP untuk mengambilkan buku gambarnya yang tertinggal di meja rias. Sopir memberitahu bahwa dia tidak menemukan buku gambar yang dimaksud di sana. Ketika guru menanyakan buku gambarnya, Anggi berpura-pura mencarinya di dalam tas. Entah bagaimana Anggi menemukan buku tersebut dari dalam tasnya. Sejenak Anggi merasa mungkin dia hanya lupa saja sudah memasukkan buku gambar tersebut ke dalam tas. Anggipun mulai menggambar tugas yang diberikan guru di kelas. Ketika pulang, Anggi tidak dijemput sopir. Ketika sopir melihat Anggi pulang di teras rumah, sopir bergegas masuk mengambil buku gambar dari dalam kamar Anggi sambil berkata: "Ini loh dek, rupanya terselip di balik bangku meja rias!" Tentu saja Anggi tidak percaya. "Itu bukan buku gambar Anggi. Itu mungkin buku gambar kak Alfi". Ketika diperiksa buku gambar itu memang memuat tugas gambar yang diselesaikan Anggi ketika di sekolah tadi. Pertanyaannya: "Bagaimana buku gambar bisa tiba-tiba ada dalam tas Anggi ketika di sekolah, dan tiba-tiba sudah kembali ada di rumah ketika pulang?". Tidak semua hal bisa dijelaskan dengan akal sehat. Namun kita meyakininya karena mengalaminya sendiri. Akal manusia sangat terbatas. Amat sombong kita dengan keterbatasan akal kita ketika mengatakan segala sesuatu yang tidak masuk akal sebagai sesuatu yang pasti tidak ada atau salah. Apakah ada di antara teman-teman yang pernah mengalami hal serupa? Atau mungkin ada yang bisa memberi penjelasan yang masuk akal atas ketiga peristiwa misterius ini? ![]() Seandainya Pemerintah yang pada waktu itu dipimpin oleh Megawati Sukarno Putri bertahan tidak menerima penawaran harga jual gas alam cair (LNG) LNG Tangguh kepada Fujian, Cina, mungkin sampai sekarang LNG Tangguh tidak pernah ada. Mengapa? Pada waktu itu harga LNG ditentukan oleh pembeli (buyer market). Proyek LNG Tangguh ketika itu harus bersaing dengan proyek LNG Train-I di Bontang, Kalimantan Timur. Sebuah persaingan tidak sebanding karena LNG Tangguh harus membangun segalanya dari nol tidak seperti LNG Badak di Bontang yang memang sudah ada lebih dulu. Namun kemudian ketika tahun 2001 produksi gas pemasok ke LNG Badak turun drastis maka kita kehilangan opsi membangun LNG Train-I. Sejak harga LNG melonjak jauh di atas harga kontrak disebabkan kenaikan harga minyak internasional (dari semula dibawah $30 per barrel menjadi di atas $100) sudah beberapa kali Indonesia berupaya menegosiasi ulang harga kontraknya dengan Fujian, Cina. Upaya pertama berhasil menaikkan harga kontrak dari $2,7 menjadi $3,3 per juta BTU. Alhamdulillah terhitung tanggal 1 Juli 2014 Pemerintah telah berhasil menegosiasi ulang menjadi $8,63. Menteri ESDM Jero Wacik mengatakan bahwa gas alam cari dari Tangguh di Papua yang dikelola British Petroleum (BP) memang mengekspor ke Fujian, Tiongkok dan Amerika Serikat sejak tahun 2002 ketika harga minyak dunia masih US$ 26 per barel, sehingga harga jual gas Tangguh adalah US$ 2,7 per mmbtu. Harga ini pernah diubah ketika harga minyak dunia mencapai US$ 38 per barel, sehingga menjadi US$ 3,3 per mmbtu. Jero Wacik mengatakan usai rapat dengan Presiden SBY di kantor Presiden, Senin 30 Juni 2014: "Presiden SBY pernah bertemu dengan Presiden Tiongkok yang dulu, kita juga mencoba menghilangkan patokan harga JCC-nya itu, kemarin akhirnya logikanya sudah tidak cocok harga JCC sekarang 100 dolar per barel, masa masih tetap dipakai US$ 38 per barel, ini tidak adil". Awalnya penghitungan harga gas alam cair itu adalah 5,25% x Japan Crude Coctail (JCC) + 1,35, dengan harga JCC dipatok maksimal US$26 per barel. Adapun formula yang dipakai sekarang adalah 0,065 JCC + 1,5, dengan harga JCC mengikuti harga yang berlaku sekarang. Selama ini, meski harga minyak dunia telah menembus US$100 per barel, Indonesia tak menikmati kenaikan harga gas LNG dari ekspor ke Fujian karena ada batas atas JCC. Dengan perhitungan harga gas alam cair yang baru disepakati ini maka, apabila harga JCC mencapai US$100 per barel, harga gas Blok Tangguh US$8 per juta Btu, dan apabila harga JCC US$110, maka harga gas Blok Tangguh ke Fujian adalah US$8,65 per juta Btu. Pemerintah mengklaim hasil renegosiasi ini akan menambah pendapatan bagi negara menjadi sebesar US$20,9 miliar, jauh lebih tinggi dari kesepakatan awal yang hanya US$5,2 miliar. Prestasi yang dicapai menjelang berakhirnya pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono ini patut kita apresiasi. Selama ini harga gas Blok Tangguh ke Fujian ini selalu menjadi perhatian karena dinilai terlalu rendah. Saat harga internasional mencapai US$18 per juta Btu, harga gas Blok Tangguh hanya berkisar US$3,3 per juta Btu karena terikat perjanjian pembelian gas tersebut. Meskipun begitu, harga gas alam cair sebesar US$8 per juta Btu ini sebenarnya masih lebih rendah dari harga gas untuk industri domestik. Saat ini harga LNG berada di kisaran US$15 - US$18 per juta Btu, sedangkan harga gas industri US$10 per juta Btu. Jadi masih ada kesempatan bagi kita melakukan negosiasi ulang lagi untuk memperoleh harga yang pantas mengikuti harga pasar LNG dunia. Sumber: Detik.com dan Koran.Bisnis.com ![]() Di awal tahun ini SKKMIGAS memperkirakan pasokan LNG (Gas Alam Cair) ke pasar dalam negeri akan meningkat 52% tahun ini dibandingkan tahun 2013 yang lalu. Lebih lanjut dijelaskan oleh Deputy Pengendalian Komersil SKKMIGAS, Widhyawan Prawiraatmaja, mengatakan di Republika.co.id bahwa pemerintah telah mengalokasikan 38 kargo LNG untuk konsumsi dalam negeri tahun ini. Menurut beliau ada kenaikan pasokan LNG yang besar, khususnya setelah PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Tbk mulai mengoperasikan sebuah Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) di Propinsi Lampung. Dia menambahkan bahwa tahun ini, FSRU di Lampung diperkirakan akan menerima lima kargo LNG dari LNG Tangguh di Propinsi Papua Barat. Menurut dia, ke 38 kargo LNG tahun ini terdiri dari 22 cargoes dari LNG Badak Bontang yang dioperasikan oleh PT Badak NGL dan 16 kargo dari LNG Tangguh yang dioperasikan oleh BP Berau Limited. Kesemua 22 kargo LNG dari LNG Badak Bontang diperuntukkan ke FSRU di Jawa Barat, sementara 16 kargo dari LNG Tangguh akan dialokasikan 5 kargo ke FSRU di Jawa Barat, 6 kargo untuk PT Pupuk Iskandar Muda, dan 5 kargo untuk FSRU di Lampung. Tahun lalu 2013, SKKMigas mendistribusikan 7,030 BBTUD, yang terdiri dari 3,660 BBTUD atau 52.1 persen untuk konsumsi dalam negeri dan 3,370 BBTUD atau 47.9 persen untuk ekspor. Sementara di tahun 2012 pasokan gas dalam negeri mencapai 3,550 BBTUD atau 49.5 persen dan ekspor 3,631 BBTUD atau 50.5 persen. ![]() Sementara Singapura giat membangun infrastruktur penyimpanan dan regasifikasi LNG dan CNG, Indonesia sibuk mengutak-atik formula penyesuaian batas quota subsidi BBM karena kekhawatiran meningkatnya anggaran APBN. Padahal peluang mendapatkan gas murah sebagai dampak dari revolusi shale gas dunia semestinya bisa diambil dengan cara membangun fasilitas-fasilitas penyimpanan, regasifikasi LNG dan CNG serta jaringan distribusi gas di dalam negeri. Apabila fasilitas-fasilitas tersedia cukup menjangkau daerah-daerah yang memerlukan suplai gas di dalam negeri, maka dengan sendirinya industri dalam negeri akan berlomba-lomba mengalihkan penggunaan sumber energi BBM ke sumber energi gas karena harga gas dalam negeri akan menjadi sangat ekonomis. Sebuah fakta di Rubrik Ekonomi Kompasiana.com mengungkapkan bahwa revolusi penemuan shale gas besar-besaran telah terjadi belakangan ini di Amerika melalui penerapan teknologi fracturing dan horizontal drilling. Hal ini telah membawa dampak signifikan atas perubahan harga gas alam di negara itu. Dalam laporan tahunan Henry Hub Natural Gas Spot Price, sejak tahun 2009 harga gas di pasar Amerika anjlok tajam dari 8.86 USD/MBtu menjadi 3.94 USD/MBtu. Bahkan sejak tahun 2012 cenderung menurun terus hingga 2.75 USD/MBtu. Peningkatan produksi terutama akan terjadi tidak hanya di Amerika tetapi juga akan terjadi di Australia, Afrika Timur, Rusia termasuk di Indonesia. "Revolusi teknologi pada temuan shale gas pun ikut mendongkrak kenaikan suplai dari negara-negara itu." kata Hirobumi Kiwano, Presiden Perusahaan Minyak, Gas, dan Metal Nasional (JOGMEC) Jepang, di sela Konferensi dan Pameran Gastech 2014 di Seoul, Korea Seatan, tanggal 25 Maret 2014 (sumber: berita ekonomi Republica.co.id). Akibatnya pasokan gas alam Amerika akan mengalami surplus (diperkirakan meningkat 49% pada tahun 2035) sehingga untuk menjaga keseimbangan harga gas dalam negeri maka Pemerintah Amerika akan mengekspor sebagian produksi gasnya. Hal ini tentu saja akan berdampak pada peta supply-demand dunia. Sebagai contoh pada pertengahan bulan November 2013 The Straits Time memberitakan bahwa Singapura melalui Menteri Luar Negeri dan Hukum K. Shanmugam telah mengutarakan ketertarikannya untuk mengimpor shale gas dari Amerika dalam bentuk LNG sebagai langkah diversifikasi pasokan energy dan buffer stock dalam rangka ketahanan energi di negaranya. Singapura hanya mengandalkan gas alam impor dari Indonesia dan Malaysia untuk memenuhi kebutuhan energi domestik terutama untuk tenaga listrik yang besarnya hampir 10% dari total konsumsi energi primer mereka. Berdasarkan data statistik gas alam Kementerian ESDM, ekspor gas melalui pipa ke Singapura terus mengalami kenaikan volume dengan rata-rata dari tahun 2004-2012 sebesar 293 MMSCF (20% dari total volume ekspor gas). Indonesia mensuplai gas ke Singapura dari lapangan Corridor Block, Sumsel yang dioperasikan ConocoPhillips dan dari Jabung, Jambi yang dioperasikan PetroChina melalui pipa transmisi ruas Grissik-Singapura milik PT Transportasi Gas Indonesia (TGI) yang menyalurkan 465 MMSCFD. Selain itu lapangan Natuna Sea Block A, West Natuna, Kepuluan Riau yang dioperasikan Premier Oil melalui pipa West Natuna Transportation System (WNTS) menyalurkan 325 MMSCFD. Kedua kontrak pembelian gas tersebut akan berakhir tahun 2023. Singapura memang tidak akan memperpanjang kontrak ini sehingga konsekuensinya terdapat volume gas termasuk pipa-pipa penyaluran gas yang akan tidak termanfaatkan. Selain untuk memasok kebutuhan gas bagi industri-industri di kawasan Pulau Batam dan untuk mengatasi krisis gas shortage di Jawa Barat, terutama untuk kebutuhan pembangkit listrik PLN Muara Tawar dan industri di kawasan Cikarang dan Cilegon; juga diharapkan mampu berfungsi sebagai buffer stock bagi FSRU Lampung milik PGN dan FSRU Jawa Barat milik PT Nusantara Regas (NR) yang telah ada untuk mendukung domestic gas supply atau dapat juga diperuntukkan sebagai gas interruptible bagi peningkatan oil lifting Chevron Pacific Indonesia (CPI) dan konsumen industri di Riau melalui pipa ruas Grissik-Duri milik TGI. Sebuah tantangan yang harus dijawab dengan elegan oleh Capres dan Cawapres kita pasangan Prabowo - Hatta dan Jokowi - JK. Ayo kita lihat siapa dari mereka yang memiliki visi ini. ![]() Sesudah impor BBM, berita bahwa Indonesia bakalan juga impor gas tentu cukup mengejutkan, pasalnya selama lebih 35 tahun Indonesia sudah dikenal sebagai negara pengekspor gas. Menurut Kepala Divisi BBM dan Gas PT PLN, Suryadi Mardjoeki, yang kami kutip dari sebuah majalah, tahun 2015 kebutuhan gas untuk pembangkit listrik PLN akan meningkat dari 30 kargo gas alam cair (LNG) menjadi 54 kargo. Muara Karang dan Tanjung Priok misalnya membutuhkan 30 kargo, Muara Tawar 8 - 10 kargo, Sumatera Utara sekitar 12 kargo, Bali dan Makassar 4 - 6 kargo. Kebutuhan ini akan semakin bertambah di tahun 2016. Menurut Suryadi PLN harus bersiap-siap untuk mulai impor gas alam cair (LNG) karena PGN pun sudah tidak mampu mencukupi kebutuhan gas PLN. Sehubungan dengan mahalnya BBM, PLN masih terus berupaya mengurangi pemakaian BBM untuk pembangkit tenaga listrik dengan beralih ke non BBM salah satunya adalah gas. Saat ini sebuah fasilitas floating storage and regasification unit (FSRU) sudah dibangun di Jawa Barat dan bisa menampung 26 kargo gas alam cair (LNG) untuk dialirkan ke pembangkit listrik PLN. Sementara itu Pabrik LNG Arun di Lhokseumawe sudah tidak memiliki sumber gas alam lagi dan Pertamina mulai mengalihkan fungsi pabrik ini dari pengekspor gas alam cair menjadi pengimpor. Alternatif lain adalah menjadikan Pabrik LNG Arun menjadi pembangkit listrik. Begitu juga Pabrik LNG Badak di Bontang Kalimantan Timur hanya separoh dari 8 train yang berproduksi karena sudah berkurangnya suplai gas. Namun demikian kita masih bisa berharap dari proyek ekspansi LNG Tangguh di Teluk Bintuni Papua Barat yang dioperasikan oleh BP. Diperkirakan tahun 2019 LNG Tangguh akan bertambah dari beroperasi dengan 2 train menjadi 3 train. Potensi gas alam di tanah Papua pun dipercaya masih cukup besar kalau kita mampu mengelolanya secara profesional dan bertanggungjawab. ![]() Berawal dari inisiatif Ketua Alumni Teknik Kimia ITB Angkatan 1977, Hengki yang sejak pertengahan tahun lalu (2013) mengusulkan agar alumni ITB yang telah berkarya di industri LNG puluhan tahun berbagi pengalaman dalam sebuah program studi di kampus ITB. Beliau kemudian menghubungi Bpk RIJ Soetopo (TK66, Mantan Kepala Proyek Pembangunan LNG Arun dan Badak), Bpk Yoga P. Suprapto (TK73, Mantan Kepala Proyek Pembangunan LNG Tangguh Pertamina), Bpk Nanang Untung (TK77, Presdir PT Badak NGL), Bpk Rachmat Hardadi (TK79, GM/Direktur PT Badak NGL), Helfia Nil Chalis (TK77, Mantan Manager Operasi LNG Badak dan LNG Tangguh), Pak Teguh Bakhtiardi (TK77, Manager Pemasaran LNG Tangguh). Alhamdulillah seminar sehari ini dapat terlaksana pada tanggal 28 Maret 2014 yang lalu di Ruang Galeri TK Prodi TK, Kampus ITB. Video lengkapnya bisa dilihat dengan mengklik link ini. ![]() Seminar diikuti oleh para mahasiswa tingkat akhir Teknik Kimia ITB Angkatan 2010. Ruang Galeri TK yang cukup besar itu penuh sesak tetapi seminar tetap bisa berlangsung dengan tertib dan penuh antusiasme para peserta. Diantara mereka ada juga para alumni baik yang berdomisili di Bandung maupun di Jakarta. Bpk RIJ Soetopo di awal presentasinya menyampaikan kesimpulannya dari perjalanan karirnya selama lebih 30 tahun di industri LNG mulai dari pengembangannya sampai pengoperasian. Kesimpulannya ini disarikannya hanya dalam lima kalimat singkat:
Bpk Yoga P. Suprapto dalam presentasinya secara kelakar menceritakan pengalamannya ketika pertama kali menginjak bumi Papua di awal Proyek LNG Tangguh yang waktu itu masih dirintis oleh Pertamina (sekarang dioperasikan oleh BP). "Turun dari chopper saya melihat penduduk asli Papua, langsung saya dekati dan di memperkenalkan diri: 'Saya Abdullah'." Beliau mengaku kaget karena tidak pernah menyangka di Papua ada penduduk asli yang beragama Islam. Memang daerah Tanah Merah, Teluk Bintuni penduduknya 50% muslim, 50% non muslim. Beliaupun menyayangkan bahwa undang-undang Migas malah membuat industri migas Indonesia banyak dikuasai perusahaan asing.
Pak Nanang Untung dan Pak Rachmat Hardadi yang mendapat giliran presentasi setelah Bpk Yoga berbagi pengalaman tentang upaya mereka berduet membawa PT Badak NGL yang memang harus berubah dari non profit company menjadi 'profit company' yang mandiri. Dalam kurun waktu yang tidak lama yaitu 2 - 3 tahun ke depan PT Badak NGL akan berubah haluan dari LNG Manufacturing company menjadi service company. Sekarangpun kiprah PT Badak NGL sebagai penyedia jasa training, commissioning dan start-up LNG plant sudah sangat dikenal di dunia internasional meskipun PT Badak NGL sendiri belum bisa menikmati keuntungannya karena status legalnya sebagai perusahaan non-profit. Terakhir saya dan rekan Teguh Bachtiardi menyampaikan pengalaman berkarya di LNG Tangguh di mana saya dalam hal pengalaman start-up dan pengoperasian kilangnya sedangkan rekan Teguh mengenai pemasaran LNG. Anda bisa mendownload file presentasi saya di sini. Video lengkapnya bisa dilihat dengan mengklik link ini. ![]() Pemerintah Indonesia terpaksa menegosiasi ulang kontrak dengan operator hulu migas karena pertumbuhan kebutuhan gas dalam negeri yang terus bertambah. "Kita meminta mereka mengurangi jumlah ekspor dan meningkatkan pasokan dalam negeri", demikian menurut Jero Wacik, Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) dalam sebuah konferensi pers baru-baru ini. Setidaknya ada dua proyek gas hulu yang akan mengalokasian 40% produksinya untuk pasar dalam negeri, lebih tinggi dari angka 25% yang dipatok dalam undang-undang migas tahun 2001. Platts melaporkan bahwa SKK Migas sudah menyetujui rencana pengembangan Lapangan gas Lepas-pantai Jangkrik di Blok Muara Bakau yang dioperasikan oleh Eni, sebuah perusahaan migas Itali yang beroperasi di Indonesia. Lapangan gas ini dijadwalkan mulai beroperasi tahun 2015. Sekitar 40% produksinya akan diperuntukkan pembeli dalam negeri dengan harga $9 / MMBtu. SKK Migas juga sudah menyetujui rencana BP membangun 3.8 juta ton pertahun Train-3 LNG Tangguh di Papua, yang akan menyediakan 40% produksinya untuk kebutuhan pasar dalam negeri. Menurut Jero Wacik, gas dari Lapangan Gas Jangkrik di Selat Makasar yang dioperasikan oleh Eni akan menghasilkan 14 LNG cargo ke pasar dalam negeri tahun 2016, 18 LNG cargo pertahun tahun 2017 - 2022, tujuh LNG cargo tahun 2023 dan empat LNG cargo tahun 2024 - 2025. Gas dari lapangan ini akan diolah di LNG Badak Bontang, Kalimantan Timur. Sementara itu Pengembangan Eksplorasi Laut Dalam Indonesia oleh Chevron Amerika di Selat Makasar diharapkan akan memasok 50 LNG cargo pertahun pada 2017 - 2019, 30 LNG cargo tahun 2020 - 2021, 16 LNG cargo tahun 2022 dan 10 LNG cargo tahun 2023. Demikian menurut Jero Wacik. Gasi ini juga akan diolah di LNG Badak Bontang, Kalimantan Timur.
Catatan: 1 LNG cargo = 125.000 m3 atau 57.500 ton. Helfia Nil Chalis. Helfia Store. Helfia Network. |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|