(Disadur dari Acara Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VI di Yogyakarta)
Oleh Kanjeng Senopati PERNYATAAN Menteri Agama Lukmanul Hakim dan presiden Jokowi dibantah mentah-mentah oleh Ketua Umum Yayasan Raja Sultan Nusantara (Yarasutra) Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin. Saat itu tampak Sultan Iskandar sebagai sang primadona acara kongres tersebut. Ada peristiwa langka, setelah acara kongres selesai presiden Jokowi berusaha untuk mendekati kepada Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin yang tetap menampakkan izzah (kewibawaannya) sebagai seorang Sultan Palembang ex. Kerajaan Sriwijaya walaupun dihadapan presiden. Di hadapan sekitar 800 peserta Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VI dan perwakilan dari beberapa raja dan sultan kerajaan Nusantara di Yogyakarta. Menteri Agama menyatakan bahwa Islam Indonesia yang moderat adalah versi Islam yang diharapkan dunia katanya. Yaitu “Islam Nusantara" adalah "Islam ala Indonesia". Yang katanya dinilai oleh beberapa ilmuwan dari dalam dan luar negeri dianggap dapat menjadi model yang bisa diharapkan," ujarnya. Entah ini benar atau tidak. Yang disampaikan Ahad (8/2/2015) di di pagelaran Kraton Ngayogyakarto Hadiningrat, DIY. Namun pernyataan terkait "Islam ala Indonesia" ini ditolak oleh Sultan Iskandar Mahmud Badaruddin yang juga sebagai Sultan Palembang pada sambutan di kesempatan yang sama. Menurutnya sebelum Indonesia berdiri, berbagai kesultanan di Nusantara sudah memeluk Islam yang tidak dapat dibedakan antara satu sama lainnya. Tidak bisa dikotak-kotak berdasarkan suku masing-masing. "Kalau Bapak Menteri tadi bilang ada Islam ini dan itu. Karena ada Islam Arab maka di Indonesia ada Islam Jawa, Islam Sunda, Islam Bugis, Islam Batak, Islam Madura dll.. saya tidak sepakat ! Sebab Islam adalah agama universal, agama yang satu dan menyatukan oleh karena itu Islam adalah rahmatan lil alamin dan Islam hanya satu," tegas Sultan. Sultan Iskandar juga menanggapi pernyataan Wakil Ketua MUI Ma’ruf Amin, yang sebelumnya mengatakan Indonesia saat ini tengah terjadi darurat pornografi, mengalami darurat narkoba, korupsi dan lainnya. Menurut Sultan, situasi tersebut terjadi karena produk hukum di Indonesia merupakan produk kafir buatan kolonial Belanda. “Produk hukum yang saat ini ada, kenapa Indonesia ini darurat, karena Indonesia hanya meneruskan produk hukum kafir Belanda. Adalah produk hukum daripada kolonial Belanda yang ditranslate ke dalam bahasa Indonesia. Cuman begitu saja..” Di akhir sesi acara, pernyataan tegas Sultan Iskandar terlihat menuai sambutan dukungan yang luar biasa dari beberapa hadirin yang menyambutnya. Keesokannya, tepatnya pada Senin pagi, terjadi hal yang lebih mengejutkan lagi. Pasalnya Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuono X mengomfirmasi hubungan Kesultanan Yogyakarta (sebelumnya bernama Kesultanan Demak) dengan Khilafah Utsmani. Yaitu kata beliau Sri Sultan.. Pada tahun 1479, Sultan Turki mengukuhkan Raden Patah, Sultan Demak pertama, sebagai Khalifatullah ing Tanah Jawa, Kesultanan Demak Bintoro sebagai perwakilan Kekhalifahan Islam (Turki) untuk Tanah Jawa di bumi nusantara, lalu dengan penyerahan bendera bertuliskan kalimat.. Laa ilaaha illa Allah berwarna ungu kehitaman terbuat dari kain Kiswah Ka'bah, dan bendera bertuliskan Muhammadurrasulullah berwarna hijau,’ ujar Sri Sultan di hadapan sekira 800 peserta kongres Umat Islam dan Kerajaan nusantara, pada hari Senin, 9 Februari 2015 di pelataran Kraton Kasultanan Yogyakarta. Duplikatnya, lanjut Sri Sultan, tersimpan di Kraton Yogyakarta sebagai pusaka, penanda keabsahan Kasultanan Yogyakarta Hadiningrat wakil Kekhalifahan Turki. Sri Sultan juga menyebutkan di tahun 1903, saat diselenggarakan Kongres Khilafah di Jakarta oleh Jamiatul Khair, yang berdiri 1903, Sultan Turki mengirim utusan Muhammad Amin Bey. Kongres menetapkan fatwa, haram hukumnya bagi Muslim tunduk pada penguasa Belanda. “Dari kongres inilah benih-benih dan semangat jihad fisabilillah untuk meraih kemerdekaan membara,” tegas Sri Sultan. Mendengar pidato Sri Sultan Jogja tersebut sebagian peserta kongres menyampaikan takbir. Pasalnya, panitia sudah mewanti-wanti agar ada delegasi dari HTI tidak menyinggung kata “khilafah” dalam kongres yang dibuka oleh Wapres Jusuf Kalla waktu itu dan ditutup oleh Presiden Jokowi itu. Meskipun jejak Khilafah pada kerajaan nusantara di bumi pertiwi ini berusaha ditutup-tutupi oleh kelompok liberal dan sekuler. Tapi Allah tetap saja memberikan kesempatan kepada umat Islam Indonesia generasi sekarang untuk mengetahui rekam jejak sejarah yang real dan esensial sesuai fakta yang sebenarnya. TABIR KEJAYAAN KERAJAAN NUSANTARA DIBAWAH KEKHALIFAHAN SEMAKIN TERUNGKAP Catatan sejarah hubungan khilafah dengan Kerajaan Nusantara setidaknya diawali sejak Kerajaan Sriwijaya di Palembang. Kerajaan Budha yang beribu kota di Palembang tersebut pernah dua kali mengirimkan surat kepada Khilafah Islam di era Khilafah Umayah. Pertama pada masa Khalifah Muawiyah I (berkuasa 661-680 Masehi). Dan untuk surat yang kedua dikirimkan kepada Khalifah Umar bin Abdul-Aziz (berkuasa 717– 720 M). Surat kedua didokumentasikan oleh Abdul Rabbih (860-940 M) dalam karyanya Al-Iqdul Farid. Potongan surat tersebut berbunyi: "Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya, dan menjelaskan kepada saya hukum-hukumnya.” Ahli sejarawan SQ Fatimi memperkirakan surat-surat itu diterima Khalifah sekira tahun 100H/717M. Dua surat itu bisa dikatakan sebagai titik awal Islam masuk ke Nusantara meskipun juga Raja Sriwijaya beserta jajaran pemerintahannya sudah berinteraksi dengan para pedagang Islam yang datang ke Nusantara. Bahkan berdasarkan penelitiannya, sejarawan Nicko Pandawa menyakatan sebenarnya ajaran luhur Islam sudah masuk ke Nusantara sejak masa Khulafaur Rasyidin. Ini menunjukkan Islam masuk ke Indonesia awal-awal peradaban Islam (abad ke-7); bukan abad ke-13 seperti yang dinyatakan Penasehat Urusan Pribumi untuk pemerintah kolonial Hindia Belanda si Christiaan Snouck Hurgronje yang kadung diadopsi dalam buku pelajaran sejarah di sekolah-sekolah. Perlahan tapi pasti, seiring semakin masifnya dakwah diterima, maka kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu dan Budha di nusantara berganti menjadi Daulah Islam (pemerintahan Islam) yang berbentuk kerajaan. Dan ini terjadi di seluruh kerajaan nusantara dengan bernama kesultanan Islam. Di Aceh, berdiri kerajaan Islam pertama yang bernama Kerajaan Samudera (kelak menjadi Kesultanan Samudera Pasai) dengan rajanya bernama Meurah Silu. Ia (berkuasa 659-688 H/1261-1289 M) mendapat gelar Sultan Malikush Shalih dari Syarif Makkah semasa era Turki Saljuk (40 tahun sebelum diteruskan Turki Utsmani). Menurut ahli sejarawan Septian AW, para penguasa Muslim di Nusantara mendapatkan gelar sultan dari Syarif Makkah, dalam bahasa sekarang Gubernur Mekkah. Syarif Mekkah mendapatkan mandat dari Khalifah untuk melakukan itu. Catatan sejarah, mengungkap penguasa Banten Abdul Qadir (berkuasa 1625-1651), pada 1638 menerima anugerah gelar sultan dari Syarif Mekkah. Kemudian Pangeran Rangsang, penguasa Mataram, pada 1641 juga mendapatkan gelar Sultan dari Syarif Makkah atau lebih terkenal sebagai Sultan Agung. Begitu pula Kesultanan Aceh, lalu Kesultanan Palembang dan Makassar, yang juga menjalin hubungan khusus dengan penguasa Makkah. MENGUSIR PENJAJAH PORTUGIS Dalam arsip nomor E-8009 di Museum Arsip Istana Topkapi terdapat surat dari Sultan Kesultanan Aceh Darussalam (penerus Kesultanan Samudera Pasai) ketiga Alauddin Riayat Syah al-Qahhar (berkuasa 1537-1571), yang ditujukan kepada Khalifah Sulaiman al-Qanuni di Istambul pada tahun 1566. Dalam surat itu ia menyatakan baiatnya kepada Khilafah Utsmaniyah dan memohon agar dikirimi bantuan militer ke Aceh untuk melawan Portugis yang bermarkas di Malaka. Pengganti Khalifah Sulaiman al-Qanuni, yakni Salim II, mengabulkan permohonan Sultan al-Qahhar dan mengirimkan bala bantuan militer ke Aceh. Dalam surat balasannya kepada Sultan Aceh itu, Khalifah Salim II menulis bahwa melindungi Islam dan negeri-negeri kerajaan Islam adalah salah satu tugas penting yang diemban oleh Khilafah Utsmaniyah. Khalifah Salim II pun menunjuk kepala provinsi (sancak) Alexandria di Mesir, Kurdoglu Hizir Reis, untuk menjadi panglima perang dan dikirim ke Aceh demi memerangi kaum kafir Portugis dengan pertolongan Allah dan Rasul-Nya. Dengan bantuan yang didapat dari Khilafah Utsmaniyah ini, Sultan al-Qahhar dari Aceh dapat menyerang Portugis di Malaka pada 20 Januari 1568 dengan kekuatan 15.000 tentara Aceh, 400 Jannisaries Utsmaniyah dan 200 meriam perunggu (Amirul Hadi, 2004: 23). Selain Sultan Aceh, para sultan lain di Nusantara selama abad ke-16 juga beraliansi dan menyiratkan kekaguman yang mendalam kepada Khilafah Utsmaniyah. Sultan Babullah bin Khairun di Ternate bekerja sama dengan 20 orang ahli senjata dan tentara Khilafah Utsmaniyah ketika memerangi Portugis di Maluku sepanjang tahun 1570-1575 (Leonard Andaya, 1993: 134, 137). Berkat semangat jihad dan kerja sama yang luar biasa antara kaum Muslim di Maluku dan pasukan Khilafah Utsmaniyah, sepeninggal Sultan Babullah penjajah Portugis pun dapat dihancurkan dari Bumi Maluku untuk selama-lamanya ! Jangan lupakan jejak leluhur khilafah di bumi nusantara melalui Khilafah para raja dan sultan seluruh kerajaan nusantara dapat disatukan dan bersatu untuk bersama mengusir dan memerangi penjajah. Pada masa kerajaan-kerajaan di nusantara belum mengenal ajaran luhur Islam masih Hindu dan Budha mereka antar kerajaan saling berperang dan menguasai tidak bersatu. Jejak para khalifah di bumi nusantara yang telah menyatukan seluruh kerajaan di bumi nusantara ini untuk bersatu didalam satu komando Kekhalifahan. Ingat, pada masanya Nusantara ini akan kembali menjadi kekhalifahan menjadi sebuah Daulah Islam besar yang berbentuk kerajaan / monarki setelah bentuk pemerintahan republik demokrasi yang telah hancur ditinggalkan. Penulis adalah : Pemerhati Spiritual Geostrategi Geopolitik Indonesia & Kerajaan Nusantara
1 Comment
Saya lahir pada tahun 1933, di Padang, Sumatera Barat. Alhamdulillah sejak kecil orang tua mendidik saya dengan ajaran Islam yang ketat. Ayah saya berlatar pedagang. Sejak saya kecil, ia juga mendidik saya untuk berdagang. Sekaligus mengajarkan akhlaq berdagang. Suatu saat tanpa disadari, ayah saya kurang mengembalikan uang pembeli. Tetapi pembeli itu diam saja dan berlalu. Lekas dipanggilnya orang itu. Sewaktu saya bertanya mengapa dikembalikan sisa uangnya sedangkan orang itu tidak tahu. Ayah menjawab, Allah Maha Tahu. Sikap demikian akhirnya tertanam dalam hati nurani saya. Sewaktu baru berumur 11 tahun, saya sudah diberinya sejumlah uang. “Kamu mau dagang apa, terserah,” ujarnya lembut. Setiap pulang “berdagang”, saya melaporkan pendapatan saya. “Berapa kamu dapat ? Bagus,” pujinya. Waktu itu saya berinisiatif menjual kelapa. Dengan menggunakan gerobak, saya membeli kelapa di rumah penduduk, dan menjualnya ke pasar dengan jarak tempuh sampai 10 km. Tapi ayah tetap mengutamakan pendidikan formal. “Jangan tinggalkan sekolah.”itu selalu ia tekankan. Lulus SMA saya meneruskan studi ke Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Setelah lulus, saya bekerja sebagai Direktur BPD. Saya sudah bertekad, suatu saat harus mandiri. Setelah tujuh tahun bekerja di BPD, saya menolak diperpanjang masa jabatan. Saya merasa inilah titik awal permulaan usaha saya. Saya mesti berdiri di atas kaki sendiri. Maka sejak 1967, saya mulai menekuni berbagai bidang usaha. Hingga sepuluh tahun kemudian, sewaktu mencoba bisnis properti kecil-kecilan, saya sadar, usaha itu sudah tidak bisa lagi saya kembangkan. Lalu pada tahun 1978, saya memutuskan keliling Eropa, melakukan “studi banding”, apa sih yang sebaiknya saya kembangkan. Akhirnya saya menemukan, yang pokok diperlukan manusia itu sandang dan pangan. Ternyata siapa yang bergerak di bidang itu, asalkan mempraktekkan teori-teori yang benar, dapat berkembang. Pada tahun 1979, mulailah saya membuka TIP TOP di Rawamangun. Waktu itu hanya toko kecil, semacam mini market. Saya memulai dari bawah, dari nol. Luas lantainya hanya 400 M2. Saya juga pergi ke pasar-pasar tradisional membeli bawang, cabai langsung sama mbok-mbok penjualnya. Ini berlangsung sekitar dua tahun. Bagi saya ini banyak hikmahnya, saya jadi tahu perputaran arus barang mulai dari bawah. Sejak awal saya sudah mematok mini market itu harus berdasarkan prinsip-prinsip Islami. Bukan hanya tidak menjual daging babi dan minuman keras, tetapi saya juga selektif memilih barang. Misalnya daging sapi atau ayam, kalau harganya terlalu murah, atau tidak jelas memotongnya Islami atau tidak, saya tolak. Bagi saya justru nmencurigakan kalau harganya terlalu murah, dari mana dapat daging itu? Jadi barang-barang yang tidak jelas asal usulnya tak mau saya terima. Saya juga perlu melihat langsung tempat pemotongan hewannya.Saya berusaha memprotect, agar hanya barang yang halal dan thoyyib saja yang dijual. Saya juga mencoba mengikuti bagaimana nabi berdagang, tentunya sepanjang yang saya ketahui. Nabi Muhammad berdagang sesuai dengan hati nuraninya, tidak mau menipu, mencelakakan atau menganiaya orang. Ini saya coba terapkan. Bagi saya kalau sudah cukup untung 2 sampai 3 % jangan mengambil 5 atau 10 %. Setahu saya prinsip dalam Islam itu, carilah pendapatan secukupnya untuk dirimu. Jadi walaupun barangnya halal, tapi kalau harganya mahal, bagi saya tidak baik, dan tidak Islami juga jadinya. Ternyata dasar Islami ini mendapat respon positif dari masyarakat. Tip Top mendapat sambutan di luar dugaan saya. Perkembangannya demikian cepat, bagaikan air bah saja. Lahan seluas 400 M2 itu tidak mencukupi. Tiap tahun saya harus memperluas , dengan membongkar bagian rumah saya di samping mini market. Tahun 1985, Tip Top sudah berubah jadi Pasar Swalayan, dengan luas 3000 M2 dan kenaikan penjualan 20 hingga 30 kali lipat. Berdasarkan pemantauan kami, pelanggannya tidak hanya yang tinggal di Rawamangun saja, tapi meluas hampir di seluruh Jakarta Timur. Saya merasa ini tak lain karena ridlo Allah. Dengan kesadaran ini, saya semakin takut untuk keluar dari jalur Islami. Tawaran dari supplier barang yang tidak Islami, misalnya minuman keras, bukannya tidak ada. Bahkan fasilitasnya mudah dan keuntungannya besar. Saya tetap menolak semuanya. Hingga pada Juni 1991, Allah menguji saya. Kebakaran besar tiba-tiba menimpa Tip Top.Semuanya habis terbakar. Inventaris, stok-stok barang, gedung, ludes terbakar semuanya. Tak ada lagi yang tersisa. Hingga menjelang shubuh, api yang mengamuk sejak jam satu malam masih berkobar. Pemadam kebakaran boleh dibilang minim bantuannya, karena sedang terjadi kebakaran juga di Jatinegara. Sewaktu melihat api yang menjilat-jilat itu, saya sempat berfikir, apakah ini hukuman atau cobaan dari Allah. Bagi saya, kalaupun ini hukuman, saya tetap bersyukur. Berarti Allah masih berkenan memperingatkan saya dan masih memberi kesempatan saya memperbaiki diri. Sewaktu api masih mengganas, saya pulang untuk sholat shubuh. Setelah sholat, rasanya muncul cahaya, bahwa ternyata itu bukan hukuman. Tapi cobaan dari Allah. Saya yakin seyakin-yakinnya bahwa pada waktu itu saya dicoba. Pagi hari para karyawan berdatangan. Tak pelak lagi mereka terkejut, sedih, bahkan menangis. Saya hadapi mereka, saya sampaikan apa yang saya yakini. Bahwa kita sedang dicoba oleh Allah, apakah mampu atau tidak kita melewatinya. Kalau mampu, kita akan “naik kelas”. Kalau tidak, malah akan ditutup segala pintu rizki oleh Allah. Sayapun sudah bertekad, harus bangkit kembali. Setelah musibah itu, tanpa saya duga sama sekali, pihak Pemda meminta Tip Top harus berdiri kembali. Jam sepuluh pagi sesudah kebakaran itu, mereka bilang,”Kalau perlu buka saja disini(areal Pemda-red). Kalau pun mau membangun kembali di tempat lama, apa kesulitannya, kami yang akan urus.” Saya sangat terharu. Rasaya mereka kok lebih berkepentingan daripada kami. Wakil Gubernur saat itu menanyakan, berapa karyawan yang teraniaya akibat kebakaran itu. Saat itu ada sekitar 200 karyawan yang menggantungkan hidupnya pada Tip Top. Ternyata ia menyampaikan, mereka akan disantuni Pemerintah DKI. “Kalau soal ijin dan lainnya, saudara tidak usah khawatirkan. Pemerintah DKI akan berada di belakang saudara.” ujarnya pada saya. Itu suatu support luar biasa yang sama sekali tidak saya duga sebelumnya. Tambah kuat keyakinan saya bahwa ini cobaan dari Allah. Masalah-masalah setelah kebakaran rasanya dimudahkan saja oleh-Nya. Hal lain yang juga di luar dugaan saya, adalah mudahnya saya memperoleh pinjaman dalam jumlah sangat besar, buat membangun kembali Tip Top. Pertolongan-pertolongan yang tidak disangka sama sekali, ternyata saya dapatkan dengan mudah. Saya pikir itulah kehendak Allah. Sebagai manusia, saya dengan sendirinya sangat terharu dengan karunia Allah ini. Sekitar dua minggu kemudian, Tip Top dibangun kembali. Di areal lama. Bulan September, separoh dari supermarket sudah dapat dibuka kembali. Saat itu hutang saya kepada supplier mencapai dua milyar lebih. Tapi, Alhamdulillaah, mereka tetap percaya kepada kami. Walaupun hutang itu belum bisa dibayar, mereka tetap mensupli kami dengan barang-barang baru. Pada Februari 1992, keadaan kembali seperti semula,. Setelah enam bulan sebelumnya kami bekerja siang dan malam. Dengan sendirinya kami mengalami berbagai pembaharuan. Bergerak dengan semangat, kemampuan, situasi serta keadaan yang baru. Ternyata para pelanggan juga tidak meninggalkan kami. Akhirnya, masih pada tahun 1992 itu, semua hutang saya pada supplier sudah bisa terbayar. Suatu hal yamg tak saya sangka. Saat itu kembali saya disadarkan, kalau Allah berkenan memberi rizki, dengan mudah saja Ia berikan. Pada tahun 1992, seseorang tiba-tiba menawarkan sebidang tanah seluas dua hektar di Bogor. Awalnya, saya sempat pikir-pikir, apa gunanya. Tapi kembali saya merenung, barangkali Allah mau menguji saya, mampukah saya mengambil manfaat dari tawaran tanah itu. Akhirnya tanah itu saya beli. Pada tahun 1993 saya dirikan Panti Yatim Piatu. Pada tahun itu pula saya dapat membuka cabang. Padahal, terus terang, saya juga tidak tahu dari mana uangnya. Saya juga heran, kok bisa. Padahal baru dua tahun saya terkena musibah. Agaknya itu yang Allah janjikan, kalau engkau dekat dengan-Ku, Aku lebih dekat. Ternyata cabang Tip Top itu pesat perkembangannya. Pada tahun 1999 kami membuka cabang di kawasan Tangerang. Insya Allah pada tahun 2001 kami akan membuka satu atau dua cabang lagi. Di setiap cabang itu, kami tetap menegakkan prinsip awal, yaitu supermarket berjiwa Islami. Terhadap suppiler dan pembeli, sikap jujur tetap saya utamakan. Itu merupakan modal pokok usaha. Supplier mensuply barang puluhan milyar. Bagaimana mungkin mereka percaya, kalau saya tidak jujur. Pernah pula datang seorang pembeli yang mengeluhkan harga barang kami. Menurutnya, ternyata di tempat lain, ada barang serupa dengan harga lebih murah. Boleh jadi kami tertipu, “tertidur” atau pedagang lain berusaha men-cut prinsip kami. Setelah kami cek dan benar harga di sana lebih murah, kami kembalikan selisih harganya kepada pembeli itu. Kini, kami mulai mempunyai anak-anak angkat, mereka ingin bergerak di bidang usaha ini tapi tidak tahu caranya. Mereka kami bimbing, tanpa memperhatikan unsur komersialnya. Kalau sudah berkembang, kami lepas. Sekarang sudah ada beberapa yang sudah bisa dilepas. Bahkan sudah membuka cabang-cabang mini marketnya. Kami berusaha tetap eksis di Indoensia ini. Tentunya nanti akan lebih banyak lagi ”serbuan” pesaing yang masuk, setelah AFTA 2003. Tapi, insya Allah kami bisa menghadapi itu. Dan saya yakin seyakin-yakinnya, Allah akan melindungi usaha-usaha yang diridloi-Nya. Ke depannya, cita-cita saya, saya sangat ingin membuka supermarket di dekat Masjidil Haram atau Masjid Nabawi. Sekali lagi, saya sangat bersyukur, orang tua menganut Islam yang baik dan mengupayakan saya demikian juga. Yang saya sayangkan mereka keburu berpulang, dan belum sempat menikmati hasil kerja keras dan rizki Allah pada saya. Saya belum sempat menyenangkan mereka. Tapi Allah sudah memutuskan. Saya hanya bisa berdoa, mudah-mudahkan mereka mendapat tempat layak di sisi-Nya. Kini, saya mempunyai generasi penerus, putra-putri saya. Insya Allah usaha ini akan jatuh ke tangan yang benar. Jangan sampai goyah membawa prinsip Islam dalam perjalanan selanjutnya. Saya optimis, Insya Allah, usaha-usaha apapun, termasuk swalayan yang berada dalam koridor Islam, akan dapat berkembang terus. Seperti dikisahkan Bapak Rusman Maamoer, pendiri Swalayan Tip Top, kepada Tarbawi. sumber : pengusaha muslim.com Dikutip dari Majalah Tarbawi. Pemerintah merencanakan untuk menurunkan tarif gas untuk industri dalam negri sebesar lebih dari 20%. Sebuah kebijakan yang nampaknya akan memberikan tekanan finansial lebih besar kepada pemain hulu (upstream) yang sudah resah dengan campur tangan pemerintah yang meningkat di sektor ini.
Harga gas untuk industri akan diturunkan menjadi $7/MMBtu dari $9/MMBtu, mulai 2016. Penurunan harga gas ini tidaklah mengejutkan. Akibat harga minyak dan LNG di kawasan Asia sudah pada tingkat di bawah $10/MMBtu, harga gas domestik memang harus turun. Begitu pula dengan rendahnya harga hidrokarbon, proyek produksi gas kecil kemungkinan untuk beroperasi dalam waktu dekat. Menurut pengamat penurunan tarif gas ini bisa memperbaiki kondisi ekonomi nasional. Ekonomi sedang mengalami kesulitan akibat melambatnya konsumsi dalam negri, menurunnya ekonomi Cina dan melemahnya harga komoditas. Dengan rupiah yang merosot, keuntungan sektor hilir menurun. PGN tentu akan mengalami dampak negatif akibat penurunan harga gas, tetapi seharusnya bisa diatasi dengan meningkatkan volume pasokan gas. Penggunaan gas di Indonesia pada pertengahan pertama 2015 mengalami penurunan menjadi 22.4 juta meter kubik per hari (MMcm/d) dari 24.5 MMcm/d selama periode yang sama tahun 2014. Rencana pemerintah untuk membangun 35 GW listrik dalam kurun waktu lima tahun mendatang di 240 lokasi di seluruh wilayah nusantara, bisa mengubah situasi ini. Namun, resiko pelaksanaan proyek ini cukup signifikan. Hambatan lainnya terhadap produksi gas adalah aturan migas yang sedang diusulkan di parlemen. Ini bisa menutup pemain asing melakukan eksplorasi dan produksi gas dalam negri dengan memberikan prioritas kepada Pertamina dalam alokasi blok gas selain juga hak untuk menolak eksplorasi gas. Masalahnya adalah kesiapan Pertamina untuk memainkan peran baru ini karena selama ini penemuan migas banyak dilakukan oleh pemain asing. Sumber: Interfax Energy www.HelfiaNet.com Kilang LNG Donggi-Senoro (DSLNG) sedang mencari pembeli untuk sejumlah kargo LNG yang masih belum ada calon pembelinya tahun ini dengan telah mulai beroperasinya kilang tersebut dan telah melakukan pengapalan perdananya ke pasar dalam negeri. Eka Satria, Direktur Pengembangan Asset Medco EP — anak perusahaan PT Medco Energi International yang memegang sebagian saham kilang LNG Donggi-Senoro — mengatakan hanya enam kargo yang sudah ada pembelinya dari perkiraan total produksi tahun ini sebanyak 15 - 16 kargo. Kargo yang belum ada pembelinya ini adalah kargo ekstra yang diperoleh karena produksi kilang lebih cepat dari perkiraan semula. Adapun kargo yang sudah ada pembelinya akan dikirim ke pembelinya di Jepang dan Korea mulai kwartal ke empat tahun ini. Sementara kargo ekstra akan dilempar ke pasar spot LNG, demikian menurut Eka. Masih menurut Eka, kargo ekstra hanya ada tahun in karena produksi tahun depan dan selanjutnya sudah ada pembelinya yang sebagian besar dikirim ke luar negri. Pada hari Minggu, 2 Agustus 2015 yll, Kilang LNG Donggi-Senoro mengapalkan kargo LNG perdana ke Terminal Penerima dan Regasifikasi Arun di Aceh. Kilang DSLNG mulai menerima gas dari Lapangan Senoro sejak akhir April dan berhasil memproduksi tetesan LNG perdana pada tanggal 24 Juni 2015. DSLNG merupakan kilang LNG ke empat di Indonesia setelah Arun di Aceh, Badak di Bontang Kalimantan Timur, dan Tangguh di Teluk Bintuni Papua Barat. Proyek pembangunan Kilang LNG Donggi-Senoro mengeluarkan biaya sekitar 2.8 milyar dolar. Adapun pemilik saham mayoritas adalah sebuah perusahaan patungan Mitsubishi dan Korea Gas yang memiliki saham 60%. Selain itu Pertamina Hulu Energi memiliki 29% dan PT Medco LNG Indonesia memiliki saham 11%. Kilang LNG Donggi-Senoro memiliki kapasitas produksi 2.1 juta ton LNG per tahun yang setara dengan 33 - 35 pengapalan pertahun, demikiran menurut Presiden Direktur DSLNG Gusrizal. Sebagai negara pengekspor LNG, Indonesia kesulitan meningkatkan penggunaan sumber daya gas alam untuk pasar dalam negeri. Ketika proyek-proyek infrastruktur untuk mendukung distribusi gas sedang digarap, menurunnya harga minyak global dan melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional berakibat melemahnya pemasaran gas dalam negeri dan menciptakan ketidakpastian pada beberapa proyek yang sedang berlangsung. Pada semester pertama tahun ini, Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) di Lampung yang dioperasikan oleh PT Perusahaan Gas Negara tidak menerima pasokan gas sama sekali karena tidak ada permintaan dari pembelinya. Seharusnya FSRU sudah menerima kargo LNG dari Kilang LNG Tangguh, mengubahnya menjadi gas dan mengirimkannya ke pelanggan, termasuk PLN dan sejumlah industri di Lampung dan Jawa Barat. Akan tetapi, PLN membatalkan sebagian dari komitmennya sehubungan dengan menurunnya permintaan gas untuk pabrik pembangkit listrik karena pengaruh melemahnya ekonomi terhadap industri dalam negeri. Sumber: JakartaPost.com www.HelfiaNet.com Pengapalan perdana dari Proyek Donggi Senoro LNG (DSLNG) di Sulawesi sudah berhasil diluncurkan ke Terminal Penerima LNG Arun yang dioperasikan oleh Pertamina. Mitsubishi Corporation adalah pemegang saham mayoritas DSLNG (45%) dalam proyek ini. DSLNG yang berlokasi di Sulawesi Tengah, memiliki kapasitas produksi LNG 2 juta ton pertahun. Total biaya pengembangan proyek ini sekitar 2,9 milyar dolar sejak diputuskan pada Januari 2011. Empat setengah tahun kemudian, tepatnya tgl 24 Juni 2015 yll operasi kilang LNG dimulai dan berlanjut dengan pengapalan perdana pada tanggal 3 Agustus 2015 yll. DSLNG akan mengirim LNG berdasarkan kontrak jangka panjang 1 juta ton pertahun ke Chubu Electric Power, 300 ribu ton pertahun ke Kyushu Electric Power, dan 700 ribu ton per tahun ke Korea Gas (Kogas). Berbeda dengan proyek LNG konvensional, inisiatif pengembangan dan pengoperasian DSLNG dilakukan oleh perusahaan migas internasional. Proyek ini juga merupakan kali pertama perusahaan Jepang yang memimpin pengembangan dan pengoperasiannya. Selain itu, Mitsubishi beruntung bisa menggandeng KOGAS yang merupakan salah satu pembeli LNG terbesar di dunia untuk mengembangkan proyek LNG ini bersama-sama. Mitsubishi berharap dengan hubungan baik ini bisa memastikan diri untuk berkontribusi memasok energy di Asia Timur dengan lebih handal. DSLNG sudah memberikan dukungannya ke penduduk lokal sejak fase pengembangan proyek dan akan melanjutkannya setelah fase operasi. Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan antara lain penciptaan kesempatan kerja dan training bagi penduduk lokal, dan bantuan infrastruktur termasuk perbaikan jalan raya, dan pendidikan. DSLNG menargetkan untuk menjamin operasi kilang yang stabil dengan menjadikan safety, lingkungan dan penduduk lokal sebagai prioritas. Sumber: Rigzone.com www.HelfiaNet.com Proyek LNG Wheatstone yang dioperasikan oleh Chevron terus berlanjut untuk memanfaatkan momentum di pertengahan tahun 2014 ini dan tetap sesuai jadwal untuk menghasilkan gas akhir tahun 2016. Proyek LNG Wheatstone terdiri dari dua buah LNG train dengan kapasitas keseluruhannya 8,9 juta ton per tahun, mengambil tempat 12 kilometer di sebelah barat Onslow di Pantai Pilbara Australia Barat. Proyek LNG Wheatstone menerapkan konsep mengambil pendekatan longterm di sektor LNG Australia, dan akan menjadi hub gas alam pertama Australia yang dikelola oleh pihak ketiga. Fasilitas lepas pantainya termasuk fasilitas anjungan lepas pantai pengolahan gas terbesar di Australia, dengan jalur pipa sepanjang 225 kilometer yang menghubungkannya ke pabrik di pantai. LNG Wheatstone akan dikirim melalui pelabuhan muat sepanjang 1,2 kilometer untuk selanjutnya dikirim ke pasar internasional. Gas domestik akan dipipakan ke dataran Australia Barat. Sumber: LNG World News.
Perusahaan Gas Negara akan segera menerima gas perdana di FSRU Lampung (Floating Storage and Regassification Unit). Menurut berita suratkabar Jakarta Post, kapal LNG pertama akan berangkat ke FSRU Lampung hari Sabtu 12 Juli 2014. Kapal LNG yang membawa muatan 3.32 juta mmbtu (million British thermal unit) berangkat dari Tangguh LNG Site di Papua seperti dikutip oleh Jakarta Post dari pernyataan SKKMigas. "Ini merupakan bagian dari komitmen sektor hulu untuk memenuhi kebutuhan gas dalam negeri," demikian Kepala SKKMigas Johannes Widjonarko mengatakan hari Minggu lalu. FSRU Lampung akan memasok gas ke sektor pembangkit listrik dan industri-industri lainnya di Jawa Barat melalui jalur pipa Sumatera Selatan Jawa Barat. Gas ini juga sekaligus akan memasok kebutuhan gas di Sumatera. Menurut SKKMigas, ini adalah pengiriman pertama dari rencana pengiriman sejumlah 5 kargo dalam tahun ini. FSRU Lampung adalah FSRU kedua di Indonesia setelah FSRU Jawa Barat. Fasilitas ini memiliki kapasitas penyimpanan 170.000 meter kubik LNG dan mampu menerima LNG sejumlah 2 juta ton per tahun, seperti dilansir oleh Jakarta Post. Kapasitas distribusinya adalah 240 juta standard cubic feet (mmscfd). Sepintas memang aneh, Indonesia yang sampai sekarang masih mengekspor gas terpaksa juga akan mengimpor gas dari Amerika. Gas bumi di Indonesia menurut Menteri ESDM masih sangat banyak bahkan jumlahnya mencapai 360 triliun kaki kubik (TCF). Berita bohong? Sama sekali bukan! Seperti diberitakan oleh Detik.com, PT Pertamina (Persero) akan mengimpor gas alam cair (LNG) dari Texas, Amerika Serikat selama 20 tahun mulai 2019 dari Corpus Christi Liquefaction Terminal Train 2. Alasan Pertamina mengimpor gas 1,52 juta ton per tahun itu salah satunya adalah harganya yang murah. "Kami impor gas dari Amerika karena harganya yang kompetitif, termasuk dengan harga gas dari dalam negeri," ucap Vice Presiden Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir saat dihubungi, Rabu (2/7/2014). Ali mengungkapkan, selain karena harga, alasan kepastian pasokan membuat Pertamina mau mengimpor gas jauh-jauh dari AS. "Kepastian pasokan gas itu penting, karena kami membangun banyak infrastruktur gas di dalam negeri, sementara jaminan pasokan dari dalam negeri belum ada," katanya. Pertamina memang sedang terus mengembangkan infrastruktur gas, mulai dari FSRU, jaringan gas, SPBG dan lainnya. Oleh karena itu memang harus ada kepastian pasokan gas sepeti dijelaskan oleh Vice Presiden Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir kepada detikFinance. Pertamina sudah mengucurkan dana investasi untuk infrastruktur gas yang mencapai US$ 5 miliar dalam 5 tahun. Dana sebanyak itu digunakan untuk pembangunan fasilitas regasifikasi LNG di Arun yang dianggarkan US$ 80 juta, penambahan FSRU, dan jaringan pipa gas di beberapa daerah. Memang salah satu kiat jitu dalam mengatasi sebuah masalah, termasuk masalah bisnis, adalah dengan berpikir 'out of the box'. Jalan keluar dari masalah yang sedang dihadapi biasanya ada pada sesuatu yang sepintas nampak tidak masuk akal. Mengapa impor gasnya harus dari Amerika yang berjarak demikian jauh? "Karena Amerika telah berhasil mengembangkan gas konvensional yakni shale gas, sehingga produksi gasnya berlimpah dan Amerika yang dulu pengimpor gas sekarang menjadi eksportir gas. Harganya juga sangat kompetitif," demikian menurut Ali. Sumber: Detik.com Seandainya Pemerintah yang pada waktu itu dipimpin oleh Megawati Sukarno Putri bertahan tidak menerima penawaran harga jual gas alam cair (LNG) LNG Tangguh kepada Fujian, Cina, mungkin sampai sekarang LNG Tangguh tidak pernah ada. Mengapa? Pada waktu itu harga LNG ditentukan oleh pembeli (buyer market). Proyek LNG Tangguh ketika itu harus bersaing dengan proyek LNG Train-I di Bontang, Kalimantan Timur. Sebuah persaingan tidak sebanding karena LNG Tangguh harus membangun segalanya dari nol tidak seperti LNG Badak di Bontang yang memang sudah ada lebih dulu. Namun kemudian ketika tahun 2001 produksi gas pemasok ke LNG Badak turun drastis maka kita kehilangan opsi membangun LNG Train-I. Sejak harga LNG melonjak jauh di atas harga kontrak disebabkan kenaikan harga minyak internasional (dari semula dibawah $30 per barrel menjadi di atas $100) sudah beberapa kali Indonesia berupaya menegosiasi ulang harga kontraknya dengan Fujian, Cina. Upaya pertama berhasil menaikkan harga kontrak dari $2,7 menjadi $3,3 per juta BTU. Alhamdulillah terhitung tanggal 1 Juli 2014 Pemerintah telah berhasil menegosiasi ulang menjadi $8,63. Menteri ESDM Jero Wacik mengatakan bahwa gas alam cari dari Tangguh di Papua yang dikelola British Petroleum (BP) memang mengekspor ke Fujian, Tiongkok dan Amerika Serikat sejak tahun 2002 ketika harga minyak dunia masih US$ 26 per barel, sehingga harga jual gas Tangguh adalah US$ 2,7 per mmbtu. Harga ini pernah diubah ketika harga minyak dunia mencapai US$ 38 per barel, sehingga menjadi US$ 3,3 per mmbtu. Jero Wacik mengatakan usai rapat dengan Presiden SBY di kantor Presiden, Senin 30 Juni 2014: "Presiden SBY pernah bertemu dengan Presiden Tiongkok yang dulu, kita juga mencoba menghilangkan patokan harga JCC-nya itu, kemarin akhirnya logikanya sudah tidak cocok harga JCC sekarang 100 dolar per barel, masa masih tetap dipakai US$ 38 per barel, ini tidak adil". Awalnya penghitungan harga gas alam cair itu adalah 5,25% x Japan Crude Coctail (JCC) + 1,35, dengan harga JCC dipatok maksimal US$26 per barel. Adapun formula yang dipakai sekarang adalah 0,065 JCC + 1,5, dengan harga JCC mengikuti harga yang berlaku sekarang. Selama ini, meski harga minyak dunia telah menembus US$100 per barel, Indonesia tak menikmati kenaikan harga gas LNG dari ekspor ke Fujian karena ada batas atas JCC. Dengan perhitungan harga gas alam cair yang baru disepakati ini maka, apabila harga JCC mencapai US$100 per barel, harga gas Blok Tangguh US$8 per juta Btu, dan apabila harga JCC US$110, maka harga gas Blok Tangguh ke Fujian adalah US$8,65 per juta Btu. Pemerintah mengklaim hasil renegosiasi ini akan menambah pendapatan bagi negara menjadi sebesar US$20,9 miliar, jauh lebih tinggi dari kesepakatan awal yang hanya US$5,2 miliar. Prestasi yang dicapai menjelang berakhirnya pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono ini patut kita apresiasi. Selama ini harga gas Blok Tangguh ke Fujian ini selalu menjadi perhatian karena dinilai terlalu rendah. Saat harga internasional mencapai US$18 per juta Btu, harga gas Blok Tangguh hanya berkisar US$3,3 per juta Btu karena terikat perjanjian pembelian gas tersebut. Meskipun begitu, harga gas alam cair sebesar US$8 per juta Btu ini sebenarnya masih lebih rendah dari harga gas untuk industri domestik. Saat ini harga LNG berada di kisaran US$15 - US$18 per juta Btu, sedangkan harga gas industri US$10 per juta Btu. Jadi masih ada kesempatan bagi kita melakukan negosiasi ulang lagi untuk memperoleh harga yang pantas mengikuti harga pasar LNG dunia. Sumber: Detik.com dan Koran.Bisnis.com Pada tanggal 4 - 5 Juni 2014 yang lalu KPK menyelenggarakan workshop dengan topik "Peran Sektor Hulu Migas dalam Mencegah Korupsi". KPK mengundang antara lain SKK Migas, IPA (Indonesian Petroleum Association) dan KKKS (Kontraktor Kontrak Kerjasama) atau yang dulu dikenal dengan KPS (Kontraktor Production Sharing). BP Indonesia yang mengoperasikan Kilang LNG Tangguh di Teluk Bintuni, Papua Barat juga diundang untuk mengikuti workshop ini. Adapun tujuan workshop adalah dalam rangka KPK meminta partisipasi aktif dari industri migas dalam memberantas korupsi dan untuk berbagi dan belajar tentang proses bisnis di segmen hulu migas, termasuk resiko potensi korupsi dari skema "cost recovery". Sebagai informasi skema "cost recovery" yang diterapkan pemerintah melalui SKKMIGAS (dulu melalui Pertamina) memang sangat membantu masalah permodalan di sektor hulu yang sangat padat modal. Dengan skema ini kontraktor akan menggunakan modal mereka sendiri untuk memulai memproduksi sebuah kawasan migas yang pengelolaannya telah diserahkan pemerintah. Apabila sudah berproduksi maka seluruh aset akan menjadi milik pemerintah dan sebagai gantinya pemerintah akan mengganti semua biaya yang telah dikeluarkan oleh kontraktor melalui skema "cost recovery" yang disepakati dalam kerjasama ini. KPK juga mengundang Indonesian Corruption Watch (ICW) dan Indonesia Resources Studies (IRESS) yang menyampaikan analisa mereka tentang potensi korupsi di industri ini. Dalam kesempatan ini BP Indonesia menyampaikan proses bisnis dalam kegiatan pada tahapan pengembangan eksploitasi hulu termasuk standard-standard dan kepatuhan terhadap etika bisnis yang diterapkan oleh perusahaan. BP Indonesia juga menyampaikan pentingnya kolaborasi dari semua pihak untuk memenuhi tantangan energi yang dihadapinya. Mengomentari keterlibatan perusahaannya dalam workshop ini, Dharmawan Samsu dari BP Indonesia mengatakan: "Ini merupakan pertemuan dua hari yang menurut saya telah membuka penghalang komunikasi yang ada antara perusahaan migas dengan KPK." KPK telah menunjukkan niat baiknya dengan berusaha mengetahui industri migas secara lebih baik, khususnya dalam wilayah aturan hukum, kebijakan, sistem, dan operasi sektor hulu migas. "Saya melihat peluang untuk kerjasama yang konstruktif dengan KPK dan saya percaya kita perlu melanjutkan memperkuat momentum dari forum ini." ujar Dharmawan. Tentu saja sangat mengejutkan ketika tersiar berita di Jakarta Post tanggal 12 Juni 2014 yang mengatakan bahwa Proyek Train-3 Tangguh dihentikan oleh KPK. Hal ini langsung diklarifikasi oleh BP Indonesia ke Jakarta Post bahwa berita ini tidak benar. Proyek Train-3 Tangguh tidak dihentikan oleh KPK. BP Indonesia tunduk pada hukum dan aturan negara dan "code of conduct" perusahaan sangat jelas: "Kami dilarang melakukan tindakan suap atau korupsi dalam bentuk apapun". |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|