Safety Toolbox Talk Hari Ini - Anggaplah pekerjaan ini seperti baru pertama kali anda lakukan8/11/2019 Seperti umumnya dilakukan di perusahaan migas menjelang hajatan overhaul peralatan penting kilang biasanya dilakukan safety toolbox talk. Di sini manajemen berkesempatan menyampaikan pesan-pesan keselamatan kerja yg penting diperhatikan oleh para pekerja. Pagi ini alhamdulillah saya telah menyampaikan beberapa pesan penting. Ringkasnya ada empat hal yg saya sampaikan yaitu: 1) jangan merasa sudah aman karena sudah sering mengerjakan pekerjaan yg sama, 2) hindari mengambil jalan pintas, 3) selalu upayakan mengerjakan sesuai rencana, 4) perhatikan sekitar tempat kerja. Dalam tulisan safety kali ini saya hanya akan membahas tentang hal yang pertama. Jangan merasa sudah aman hanya karena sudah sering mengerjakan pekerjaan yg sama. Adalah sebuah kodrat alami manusia ketika melakukan sebuah pekerjaan pertama kali, kita akan mengerahkan segenap perhatian untuk mencegah dan selalu siap dengan hal-hal yg tidak diinginkan. Ketika itu kewaspadaan terhadap keselamatan kerja kita tinggi. Tetapi pada kesempatan berikutnya ketika sudah merasa cukup berpengalaman, kewaspadaan ini mengendor. Jika hal ini terjadi maka terbuka peluang terjadinya kecelakaan kerja. Apalagi jika kita tidak mengambil pelajaran dari kegiatan pertama kali untuk diterapkan sebagai perbaikan dalam melakukan pekerjaan berikutnya. Oleh karena itu, sangatlah penting bahwa setiap pekerja, terutama yg sudah berpengalaman, untuk selalu menganggap pekerjaan yg sedang dihadapinya seolah-olah seperti baru pertama kali dikerjakan. Dengan sikap yg seperti ini kewaspadaan terhadap keselamatan kerja bisa tetap dipertahankan. Dalam kedokteran dikenal istilah: "Think the worst for the best". Hendaknya kita selalu mempersiapkan hal-hal yg paling buruk yg mungkin terjadi agar bisa mendapatkan hasil yang terbaik dengan selamat. Kembangkan sikap "chronic unease" yaitu sebuah kebiasaan atau budaya untuk senantiasa waspada terhadap segala resiko kecelakaan. Dengan begitu kita akan lebih bisa melihat dan menilai resiko pekerjaan yg sedang kita hadapi. Helfia Nil Chalis www.HelfiaNet.com www.HelfiaGoOnline.com
0 Comments
Fenomena ledakan dahsyat yg biasanya disertai semburan bola-bola api dan serpihan logam ini disebut dengan istilah BLEVE. Ini merupakan sebuah singkatan dari Boiling Liquid Expanded Vapor Explosion. Terjadinya BLEVE di sebuah pabrik pencairan gas alam LNG sangat dihindari. Di dalam merancang sebuah pabrik pencairan gas alam LNG potensi terjadinya ledakan BLEVE ini adalah hal pertama yang menjadi dasar pertimbangan. Dari analisa potensi ledakan BLEVE inilah ditentukan penempatan lokasi peralatan utama pabrik, lokasi pusat pengendali, lokasi perkantoran dan tempat tinggal. Istilah BLEVE dikenal pertama kali ketika sebuah tangki bensin meledak saat terjadi kebakaran di Southwest Blvd, Kansas City, USA pada 18 Agustus 1959. Saat itu lima orang pemadam kebakaran meninggal dunia. BLEVE dapat terjadi tanpa adanya ledakan kimia ataupun kebakaran tetapi jika zat mudah terbakar terpapar BLEVE dia bisa juga terpapar panas yg kuat baik dari luar sumber panas yg mungkin menyebabkan pecahnya bejana tekan lebih dulu atau dari dalam sumber panas itu sendiri seperti akibat gesekan. Panas ini bisa menyebabkan zat mudah terbakar terbakar, menambah ledakan kedua disamping ledakan utama dari BLEVE. Dampak ledakan BLEVE bisa sangat merusak, apa lagi jika melibatkan zat mudah terbakar seperti Propan. BLEVE dapat disebabkan oleh panas api dekat bejana penyimpan yg menyebabkan pemanasan terhadap isinya dan naiknya tekanan. Meskipun bejana biasanya dirancang untuk tahan terhadap tekanan tinggi, panas yg terus berlangsung dapat menyebabkan logam bejana melemah dan akhirnya jebol. Jika bejana dipanaskan di area yg tidak ada cairannya, bagian itu bisa pecah lebih cepat karena tidak ada cairan yang menyerap panasnya. Bejana tekan biasanya dilengkapi dengan relief vave yg akan membuang kelebihan tekanan dengan cukup cepat untuk mencegah tekanan naik melebihi kekuatan bejana, tetapi ini tidaklah cukup cepat sehingga tekanan terus naik. Relief valve yg dirancang ukurannya dengan baik akan memungkinkan cairan di dalam untuk mendidih perlahan, menjaga tekanan tetap konstan di dalam bejana sampai semua cairan teruapkan dan bejana kosong. Dalam hal Propan yg ada di dalamnya karena bersifat mudah terbakar bisa terjadi awan yg dihasilkannya akan terbakar setelah terjadinya BLEVE, menghasilkan bola api dan kemungkinan ledakan yg dikenal dengan VCE (Vapor Cloud Explosion). Berikut ini daftar kecelakaan yang mengakibatkan BLEVE di dunia:
Helfia Nil Chalis www.HelfiaNet.com www.HelfiaGoOnline.com Pagi tadi saya memberikan safety talk yang saya beri judul "Process Safety Tanggung Jawab Setiap Orang". Sering kali ketika ada orang bicara tentang "process safety" atau "process safety management" yang terpikir oleh kita adalah bahwa itu bukan urusan saya. Process safety adalah urusannya orang safety atau QHSE atau Process Engineering. Ini anggapan keliru. Mari kita bahas sedikit hal ini. Secara umum "Process Safety Management" adalah membuat barrier agar bahaya tetap berada di tempatnya tidak keluar menimbulkan ancaman bagi manusia, lingkungan, dan properti. Barier bisa dibagi dalam lima hirarki. Ke lima hirarki itu adalah: 1) Eliminasi, 2) Substitusi, 3) Engineering Controls, 4) Administrative Controls, 5) Personnal Protective Equipment. Kedayagunaannya berurutan yaitu no. 1 paling berdayaguna dan no. 5 paling rendah kedayagunaannya. Metoda eliminasi adalah terbaik karena bahayanya yang kita langsung hilangkan. Ini paling efektif jika dilakukan pada tahap konsep pabrik. Bahaya yang dikandung oleh bahan yang dikelola apakah bisa dihilangkan? Ternyata tidak selalu bisa karena berbagai alasan ekonomis maupun teknologi yang tersedia. Lanjut dengan menggunakan metoda substitusi. Bahaya itu apakah bisa dihilangkan dengan cara mengganti bahan yang dikelola dengan yang lebih aman atau ramah lingkungan?. Inipun terkadang tidak bisa dilakukan sepenuhnya. Maka dilakukanlah tahap "engineering control". Pabrik dibangun dengan kaedah-kaedah rekayasa teknis yang baik dan mengacu pada standar industri yang berlaku di nasional maupun internasional. Tetapi ternyata metoda "engineering control" ini juga ada keterbatasannya sehingga diperlukan metoda "administrative control". Pada tahap operasi sebuah pabrik maupun kilang LNG metoda "administrative control" inilah yang paling banyak menjadi andalan dalam mengoperasikan kilang LNG dengan aman. Metoda ini paling lemah dari segi kedayagunaannya tetapi melalui disiplin dan training yang terstruktur dan berkala bisa cukup baik keandalannya. Beberapa contoh "administrative control" antara lain adalah: prosedur operasi, prosedur maintenance, manajemen perubahan, ijin kerja, manajemen alarm, manajemen lock open / lock close valve, manajemen PSV, manajemen safety critical element, preventive maintenance dan predictive maintenance. Metoda ini agar berdayaguna tidak boleh dianggap sebagai pekerjaan administrasi semata. Setiap orang sebelum membubuhkan tandatangannya haruslah benar-benar telah melakukan tugasnya terlebih dahulu. Berikut ini saya berikan contoh berdasarkan kisah nyata agar lebih mudah memahaminya. Peristiwanya terjadi saat plant shutdown. Sebuah cryogenic control valve berukuran 8 inchi selesai diperbaiki di workshop dan akan dipasang kembali ke tempatnya semula. Lokasinya pada ketinggian sekitar 6 meter. Pekerjaan pengangkatan dilakukan dengan bantuan crane. Operator sudah membubuhkan tandatangan di kertas ijin kerja yang dipegang pekerja maintenance. Ketika sebagian baut di pipa tempat control valve akan dipasang, terdengar suara mendesis. Pekerja maintenance melanjutkan membuka baut dengan alasan suara itu berasal dari sisa tekanan yang memang terkadang masih ada. Ketika baut hampir semua terlepas, tiba-tiba terdengar suara keras yang membuat semua orang kaget. Untungnya tidak ada yang cedera, tidak ada lingkungan yang tercemar, juga tidak ada kerusakan apapun sehingga peristiwa ini hanya dikategorikan sebagai near miss. Apa yang terjadi? Hasil investigasi menunjukkan masih ada tekanan dalam pipa sebesar 1,5 kg/cm2 ketika pekerja maintenance mulai membuka baut pipa. Mengapa masih ada tekanan? Pipa memang sudah dikosongkan tetapi ada satu valve yang dicurigai passing. Mengapa operator membubuhkan tandatangannya sebagai pernyataan bahwa dia sudah meyakinkan aman bagi pekerja maintenance untuk memulai pekerjaannya? Ternyata ada kebiasaan operator membubuhkan tandatangan sambil melakukan pengecekan ulang keadaan aman atau tidak dengan anggapan pekerja maintenance nanti juga akan memberitahu sebelum pekerjaan benar-benar akan dimulai. Operator juga beranggapan pipa masih aman tidak bertekanan karena sudah dikosongkan sehari sebelumnya. Dari hasil investigasi terlihat bahwa operator telah membuat aturan ijin kerja menjadi sekedar pekerjaan administratif saja. Seandainya dia melakukan pengecekan lebih dulu sebelum memberikan tandatangan pada ijin kerja tentu insiden ini bisa dicegah. Begitupun pekerja maintenance yang menurut aturan ijin kerja seharusnya memastikan keamanan tempat kerja sebelum memulai pekerjaan, tetapi gagal melakukannya. Bahkan sudah ada indikasi ketika baut pertama dibuka mereka tetap melanjutkan membuka beberapa baut lagi sampai terjadi insiden itu. Hasil invetigasi juga menunjukkan bahwa paket kerja maintenance tidak mencantumkan bahaya sisa tekanan di dalam pipa. Ternyata memang paket kerja ini dibuat jauh sebelum shutdown dan telah terjadi perubahan lingkup kerja hanya beberapa hari sebelumnya dan paket kerja tidak disesuaikan. Perubahan terjadi karena dua hari sebelum shutdown terjadi kebocoran pada bonnet dari control valve tsb sehingga diputuskan untuk membongkar valve dan membawanya ke workshop, bukan hanya melepas aktuatornya saja. Perubahan ini tidak diikuti dengan penyesuaian paket kerja shutdown yang terkait. Jelas terlihat dari diskusi kita ini bahwa ternyata process safety adalah tanggung jawab setiap orang. Saat terjadi perubahan lingkup kerja banyak orang yg terlibat gagal untuk mengingatkan penyesuaian paket kerja terkait. Begitupun pekerja maintenance dan operator punya peran untuk mencegah atau menyebabkan terjadinya insiden process safety.
Standar keselamatan dari setiap orang berbeda-beda. Ada yang merasa aman saja berkendara tanpa menggunakan safety belt. Tetapi ada juga yg segera merasa ada sesuatu yg salah ketika lupa mengenakan safety belt sewaktu berkendara. Begitu juga dengan perusahaan. Oleh karena itu dalam sebuah perusahaan, apa lagi perusahaan oil & gas perlu ada sebuah kesepakatan dalam menetapkan standar keselamatan kerja. Lantas apa dasar-dasar yang digunakan untuk mencapai kesepakatan itu. Umumnya perusahaan akan mengacu kepada standar nasional dan internasional. Namun demikian, perdebatan sering terjadi ketika menentukan sejauh mana kita harus memitigasi sebuah resiko kecelakaan kerja. Dalam hal ini, perusahaan di dunia menggunakan ALARP. Apa itu ALARP? Dalam dunia keselamatan kerja (safety) ALARP adalah singkatan dari "As Low As Reasonably Practicable". Istilah ini digunakan untuk menggambarkan sampai sejauh mana sebuah resiko pekerjaan harus diturunkan dengan menerapkan berbagai penganggulangan (mitigasi) yang diperlukan. Perusahaan oil & gas di seluruh dunia pada umumnya menerapkan ALARP sebagai acuan. Adapun yang dimaksud dengan "reasonable" dan "practicable" terkadang masih relatip karena tergantung pada kebijakan masing-masing perusahaan. "Reasonable" dalam bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai "masuk akal" atau "bisa dipertanggung-jawabkan". Lawannya adalah "unreasonable" yaitu "tidak masuk akal" atau "mengada-ada". Sedangkan "practicable" sering diartikan sebagai "praktis" atau lebih tepatnya "bisa diterapkan dengan relatip mudah". Biasanya acuannya adalah ketersediaan teknologi saat ini dan sumber daya yang tersedia. Lebih jelasnya lagi, apabila upaya menurunkan resiko suatu pekerjaan ternyata sulit karena teknologi yang tersedia belum memadai atau memerlukan upaya dan dana yang terlalu besar maka saat itu perusahaan akan mencari upaya lain yang lebih memadai dari segi resiko dan biaya. Jika tingkat resiko disepakati oleh tim ahli sebagai masih terkendali maka rencana penganggulangan yang diusulkan bisa dianggap sudah memadai. Upaya menurunkan resiko lebih lanjut akan mempertimbangkan sejauh mana resiko bisa diturunkan lagi dengan tambahan biaya yang seimbang. Mengapa ALARP yang menjadi acuan? Tidak lain karena dalam upaya mengurangi resiko orang terpapar ledakan selalu ada cara-caranya tetapi terkadang terlalu berlebihan sebagai misal dengan mewajibkan setiap orang menggunakan pakaian seperti petugas penjinak bom. Ini tentunya bisa dikategorikan "unreasonable" dan "not practicable". Upaya lain perlu dipertimbangkan seperti misalnya melarang setiap orang berada di area berbahaya tsb, mengendalikan sumber pemantik api, mengendalikan sumber bahan bakar agar tidak keluar dari wadahnya dan lain-lain. Helfia Nil Chalis www.helfianet.com Kilang LNG Gorgon yang baru saja mengirimkan pengapalan perdananya tanggal 21 Maret 2016 dari produksi LNG Train-1 nya ke Chubu Electric, Jepang, terpaksa dihentikan karena Chevron menemukan masalah di sirkuit Refrigerasi Propan. Biaya untuk perbaikan kerusakan ini berkisar antara 200 - 500 juta dolar dengan waktu yang dibutuhkan 1 - 2 bulan. Tentu saja hal ini menyebabkan tertundanya pengapalan kargo ke dua dari LNG Gorgon yang berlokasi di Barrow Island ini sampai akhir bulan depan. Meskipun begitu Chevron mengatakan masih bisa mencapai target untuk menaikkan produksi Train-1 sampai ke kapasitas maksimumnya yaitu 5,2 juta ton per tahun dalam delapan bulan kedepan. Perbaikan juga dikatakan tidak akan menghalangi penyelesaian konstruksi Train-2 dan Train-3 yang akan distart-up dalam enam bulan sampai satu tahun ke depan. Masalah ini menambah daftar buruk proyek LNG Gorgon termasuk biaya proyek yang melebihi anggaran dari 37 trilyun menjadi 54 trilyun dolar AS dan tertundanya start-up selama 15 bulan. Mega proyek seperti Gorgon memang sudah diduga akan mengalami masalah serius selama tahap start-up, meski begitu tetap saja hal ini menimbulkan kegamangan antara Chevron dan partner-partner utamanya Royal Dutch Shell dan ExxonMobil. Sumber: Yahoo News. Memulai segala sesuatu untuk pertama kali meski sesederhana apapun pasti kita akan mengalami kesulitan. Kalau tidak percaya, cobalah untuk menulis dengan tangan kiri. Tentu terasa sulit untuk melakukannya dengan baik bagi yang biasa menulis dengan tangan kanan. Padahal sahabat tentu sudah tahu cara menulis yang baik. Begitupun, ketika seorang pekerja pertama kali masuk di sebuah perusahaan. Meski telah berpengalaman puluhan tahun tetap saja akan menghadapi kesulitan-kesulitan. Mereka harus memahami dulu kebiasaan-kebiasaan serta aturan yang berlaku di sana. Itulah sebabnya pada umumnya perusahaan yang baik selalu menyediakan program "on boarding" bagi pekerjanya yang baru. Melalui program ini pekerja baru bisa lebih cepat beradaptasi dan merasa diterima di lingkungan perusahaan yang baru dimasukinya. Saya beruntung sejak mulai bergabung di Donggi-Senoro LNG (DSLNG) langsung mendapatkan program "on-boarding". Hari pertama, saya bersama dua orang teman dikumpulkan untuk mendapatkan briefing tentang berbagai hal mengenai DSLNG beserta hak dan kewajiban sebagai pekerja DSLNG. Tidak hanya tanda-tangan kontrak kerja dan membuat badge, tetapi juga menerima briefing tentang program HSE, peraturan perusahaan dan kepegawaian termasuk bagaimana mengurus ekspense report dan membuat time sheet, dll. Ini semua dilakukan di kantor pusat di Sentral Senayan I selama sehari penuh. Pada hari yang sama saya langsung menerima tiket dan voucher taksi untuk berangkat ke LNG Site di Luwuk, Sulawesi Tengah subuh keesokan-harinya. Di LNG site Donggi-Senoro saya banyak bertemu teman-teman lama yang saya sudah kenal ketika bekerja di PT Badak NGL, Bontang, maupun BP LNG Tangguh. Saya merasa seperti di rumah sendiri. Lay-out dan nama-nama peralatan utama di Kilang LNG Donggi-Senoro sangat mirip dengan Kilang LNG Tangguh. Konon JGC sebagai kontraktor utama yang juga membangun Kilang LNG Tangguh pada tahun 2005 - 2007 menyalin disain LNG Tangguh. Bahkan seorang teman ketika bertugas mengawasi JGC di Yokohama mengaku masih menemukan tulisan LNG Tangguh tertera di gambar engineering dari JGC. Hari ke lima di LNG Site Donggi-Senoro teman-teman di Operation melalui Superintendentnya mengajak makan malam di rumah makan gate-1. Tentu saja kesempatan ini saya sambut dengan baik. Katanya ini merupakan tradisi bagi pekerja baru di Operation. Rumah makannya sangat sederhana tetapi suasana di tepi pantai dengan deburan ombak yang tidak henti-hentinya memberikan suasana lain. Kalau di LNG Badak ada tempat yang seperti ini yaitu Bontang Kuala yang dibangun di atas laut, tetapi yang di DSLNG ini masih sederhana sekali. Menu kepiting saosnya luar biasa enak. Kepitingnya besar dan dagingnya banyak dan segar-segar. DSLNG mengenal dua sistem rotasi yaitu 4-4 dan 4-2. Artinya, 4 minggu kerja 4 minggu libur atau 4 minggu kerja 2 minggu libur. Bagi yang sistem rotasinya 4-4 tidak ada libur selain yang 4 minggu setelah sebelumnya bekerja 4 minggu terus-menerus. Begitu juga hak cutinya sudah diganti dengan uang. Adapun yang sistem rotasinya 4-2 masih mendapatkan libur setiap hari Minggu di site dan juga hak cuti. Dalam kontrak, sistem rotasi saya adalah 4-4 tetapi untuk sementara masih diatur menggunakan sistem rotasi 4-2. Di salah satu hari Minggu partner saya Kong Thee Ho yang warga negara Bruneipun mengajak saya jalan jalan dan makan siang di Luwuk. Luwuk adalah kota terdekat dari DSLNG. Lokasinya sama-sama di tepi pantai. Perjalanan dengan mobil menyusuri pantai ke arah Utara selama 1,5 jam. Tentu saja ini kesempatan yang tidak mungkin saya lewatkan begitu saja. Jadilah ini program "on-boarding" paling lengkap yang pernah saya alami. Kilang LNG Donggi-Senoro (DSLNG) sedang mencari pembeli untuk sejumlah kargo LNG yang masih belum ada calon pembelinya tahun ini dengan telah mulai beroperasinya kilang tersebut dan telah melakukan pengapalan perdananya ke pasar dalam negeri. Eka Satria, Direktur Pengembangan Asset Medco EP — anak perusahaan PT Medco Energi International yang memegang sebagian saham kilang LNG Donggi-Senoro — mengatakan hanya enam kargo yang sudah ada pembelinya dari perkiraan total produksi tahun ini sebanyak 15 - 16 kargo. Kargo yang belum ada pembelinya ini adalah kargo ekstra yang diperoleh karena produksi kilang lebih cepat dari perkiraan semula. Adapun kargo yang sudah ada pembelinya akan dikirim ke pembelinya di Jepang dan Korea mulai kwartal ke empat tahun ini. Sementara kargo ekstra akan dilempar ke pasar spot LNG, demikian menurut Eka. Masih menurut Eka, kargo ekstra hanya ada tahun in karena produksi tahun depan dan selanjutnya sudah ada pembelinya yang sebagian besar dikirim ke luar negri. Pada hari Minggu, 2 Agustus 2015 yll, Kilang LNG Donggi-Senoro mengapalkan kargo LNG perdana ke Terminal Penerima dan Regasifikasi Arun di Aceh. Kilang DSLNG mulai menerima gas dari Lapangan Senoro sejak akhir April dan berhasil memproduksi tetesan LNG perdana pada tanggal 24 Juni 2015. DSLNG merupakan kilang LNG ke empat di Indonesia setelah Arun di Aceh, Badak di Bontang Kalimantan Timur, dan Tangguh di Teluk Bintuni Papua Barat. Proyek pembangunan Kilang LNG Donggi-Senoro mengeluarkan biaya sekitar 2.8 milyar dolar. Adapun pemilik saham mayoritas adalah sebuah perusahaan patungan Mitsubishi dan Korea Gas yang memiliki saham 60%. Selain itu Pertamina Hulu Energi memiliki 29% dan PT Medco LNG Indonesia memiliki saham 11%. Kilang LNG Donggi-Senoro memiliki kapasitas produksi 2.1 juta ton LNG per tahun yang setara dengan 33 - 35 pengapalan pertahun, demikiran menurut Presiden Direktur DSLNG Gusrizal. Sebagai negara pengekspor LNG, Indonesia kesulitan meningkatkan penggunaan sumber daya gas alam untuk pasar dalam negeri. Ketika proyek-proyek infrastruktur untuk mendukung distribusi gas sedang digarap, menurunnya harga minyak global dan melambatnya pertumbuhan ekonomi nasional berakibat melemahnya pemasaran gas dalam negeri dan menciptakan ketidakpastian pada beberapa proyek yang sedang berlangsung. Pada semester pertama tahun ini, Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) di Lampung yang dioperasikan oleh PT Perusahaan Gas Negara tidak menerima pasokan gas sama sekali karena tidak ada permintaan dari pembelinya. Seharusnya FSRU sudah menerima kargo LNG dari Kilang LNG Tangguh, mengubahnya menjadi gas dan mengirimkannya ke pelanggan, termasuk PLN dan sejumlah industri di Lampung dan Jawa Barat. Akan tetapi, PLN membatalkan sebagian dari komitmennya sehubungan dengan menurunnya permintaan gas untuk pabrik pembangkit listrik karena pengaruh melemahnya ekonomi terhadap industri dalam negeri. Sumber: JakartaPost.com www.HelfiaNet.com Pengapalan perdana dari Proyek Donggi Senoro LNG (DSLNG) di Sulawesi sudah berhasil diluncurkan ke Terminal Penerima LNG Arun yang dioperasikan oleh Pertamina. Mitsubishi Corporation adalah pemegang saham mayoritas DSLNG (45%) dalam proyek ini. DSLNG yang berlokasi di Sulawesi Tengah, memiliki kapasitas produksi LNG 2 juta ton pertahun. Total biaya pengembangan proyek ini sekitar 2,9 milyar dolar sejak diputuskan pada Januari 2011. Empat setengah tahun kemudian, tepatnya tgl 24 Juni 2015 yll operasi kilang LNG dimulai dan berlanjut dengan pengapalan perdana pada tanggal 3 Agustus 2015 yll. DSLNG akan mengirim LNG berdasarkan kontrak jangka panjang 1 juta ton pertahun ke Chubu Electric Power, 300 ribu ton pertahun ke Kyushu Electric Power, dan 700 ribu ton per tahun ke Korea Gas (Kogas). Berbeda dengan proyek LNG konvensional, inisiatif pengembangan dan pengoperasian DSLNG dilakukan oleh perusahaan migas internasional. Proyek ini juga merupakan kali pertama perusahaan Jepang yang memimpin pengembangan dan pengoperasiannya. Selain itu, Mitsubishi beruntung bisa menggandeng KOGAS yang merupakan salah satu pembeli LNG terbesar di dunia untuk mengembangkan proyek LNG ini bersama-sama. Mitsubishi berharap dengan hubungan baik ini bisa memastikan diri untuk berkontribusi memasok energy di Asia Timur dengan lebih handal. DSLNG sudah memberikan dukungannya ke penduduk lokal sejak fase pengembangan proyek dan akan melanjutkannya setelah fase operasi. Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan antara lain penciptaan kesempatan kerja dan training bagi penduduk lokal, dan bantuan infrastruktur termasuk perbaikan jalan raya, dan pendidikan. DSLNG menargetkan untuk menjamin operasi kilang yang stabil dengan menjadikan safety, lingkungan dan penduduk lokal sebagai prioritas. Sumber: Rigzone.com www.HelfiaNet.com |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|