Akhirnya diumumkan gencatan senjata antara Israel dan Palestina. PM Israel Benyamin Netanyahu menyatakan seluruh anggota Kabinet Keamanan Israel dengan suara bulat menyetujui gencatan senjata yang dimulai Jum'at dini hari ini. Abu Ubaidah pemimpin HAMAS membenarkan terjadinya gencatan senjata.
Gencatan senjata adalah kekalahan Israel dan kemenangan Palestina khususnya HAMAS. Jalur Gaza yang dibombardir tidak memberi efek menyerahnya HAMAS, sebaliknya roket-roket yang menghantam seluruh kota Israel adalah pukulan telak. Warga Israel panik bahkan seperti di Lod antar warga cenderung berpecah belah. Penyerangan Israel yang dihentikan sebelum HAMAS menyerah adalah kekalahan Israel. Efek konflik Palestina Israel, membuat Israel tertekan. Amerika pelindungnya kocar kacir didemo warganya yang mendukung Palestina. Mayoritas anggota PBB mengecam dan mengutuk Israel. Bahkan beberapa di antaranya berniat menyeret Israel ke Mahkamah Internasional. Dunia berada dibelakang Palestina yang artinya di belakang HAMAS. Israel kocar kacir, menderita kerugian besar dalam konflik ini. Politis, diplomasi dan material. Kejutan roket "Al Qassam" yang menghantam kota-kota Israel memprediksi keruntuhan Israel ke depan. Tanah yang dijanjikan telah menjanjikan Israel untuk masuk tanah. Kebengisan dan kebrutalan tentara Israel adalah menifestasi dari kepengecutan. Penulis Amerika Norman Finkelstein menyatakan Israel adalah perampok dan Palestina berhak untuk mengambil kembali tanah yang dirampok dan dikuasai secara ilegaI oleh Israel. Gencatan senjata adalah keoknya Israel, kesempatan Palestina khususnya di Jalur Gaza untuk melakukan rekonstruksi. Mental pejuang HAMAS terbukti kuat dan tentu akan diperkuat. Roket-roket hebat akan diproduksi masif di tingkat lokal dan mungkin di luar sebagai pasokan. Israel makin ketakutan. Mitos ketangguhan iron dome telah runtuh. Palestina akan semakin kuat. Israel terpukul hebat. Sejarah akan mencatat kegemilangan Palestina ke depan menuju kemerdekaan dan kedaulatannya. Selamat menikmati kesedihan, wahai penjahat perang zionis Israel. by M Rizal Fadillah Pemerhati Politik dan Kebangsaan Bandung, 21 Mei 2021
1 Comment
Gencatan Senjata Antara HAMAS dan Israel, Jum'at, 21 Mei 2021. pukul 02.00 ALLAHU AKBAR !!! 🇵🇸🇵🇸🇵🇸
لَا يُقَا تِلُوْنَكُمْ جَمِيْعًا اِلَّا فِيْ قُرً ى مُّحَصَّنَةٍ اَوْ مِنْ وَّرَآءِ جُدُرٍ ۗ بَأْسُهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيْدٌ ۗ تَحْسَبُهُمْ جَمِيْعًا وَّقُلُوْبُهُمْ شَتّٰى ۗ ذٰلِكَ بِاَ نَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُوْنَ "Mereka tidak akan memerangi kamu (secara) bersama-sama, kecuali di negeri-negeri yang berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan antara sesama mereka sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu padahal hati mereka terpecah belah. Yang demikian itu karena mereka orang-orang yang tidak mengerti." (QS. Al-Hasyr 59: Ayat 14) Israel pada akhirnya meminta gencatan senjata dengan Hamas, melalui berbagai mediatornya, Amerika dan negara-negara Arab khususnya Mesir. Ini artinya Israel tidak memiliki kesiapan, terutama kesiapan mental untuk melanjutkan perang. Dari sisi persenjataan dan dukungan internasional, Israel mendapat dukungan dari Amerika dan mayoritas negara-negara eropa. Ketidaksiapan mental Israel untuk berperang lebih lama lagi terutama di kalangan masyarakat Yahudi yang mengalami langsung serangan roket-roket Hamas. Dalam berperang, orang-orang Yahudi siap menyerang tetapi tidak siap mendapat serangan. Bila mendapat serangan, mental mereka langsung runtuh. Mental ini diungkapkan ayat al-Quran di atas. Negara israhell berani memulai perang dengan Hamas karena merasa aman memiliki Iron Dome dan tembok raksasa yang membentengi mereka dari serangan-serangan Hamas dan para pejuang Palestina lainnya. Karena Iron Dome tidak mampu menahan serangan gencar roket-roket Hamas dan Jihad Islami maka roket-roket itu pun jatuh menghantam dan menghancurkan bukan saja bangunan dan rumah-rumah mereka tetapi juga menghancurkan dan meruntuhkan mental mereka. Ayat al-Quran lainnya menjelaskan kenapa mental masyarakat Yahudi mudah runtuh bila mendapat serangan? Karena mereka hidup untuk menikmati dunia bahkan paling rakus terhadap kehidupan dunia. Firman Allah: وَلَتَجِدَنَّهُمْ اَحْرَصَ النَّا سِ عَلٰى حَيٰوةٍ ۛ وَ مِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْا ۛ يَوَدُّ اَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ اَ لْفَ سَنَةٍ ۚ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهٖ مِنَ الْعَذَا بِ اَنْ يُّعَمَّرَ ۗ وَا للّٰهُ بَصِيْرٌ بِۢمَا يَعْمَلُوْنَ "Dan sungguh, engkau (Muhammad) akan mendapati mereka (orang-orang Yahudi), manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia), bahkan (lebih tamak) dari orang-orang musyrik. Masing-masing dari mereka ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan." (QS. Al-Baqarah: 96) Prinsip materialisme radikal inilah yang membuat mental bangsa yang pernah dikutuk Allah menjadi kera itu sangat rapuh. Berbeda dengan rakyat Palestina yang secara umum beriman kepada Allah dan meyakini bahwa gugur dalam perang ini merupakan kemuliaan mendapat mati syahid sebagaiman yang diajarkan Islam. Dengan keimanan dan harapan kepada Allah ini rakyat Palestina dengan gagah berani melawan kaum penjajah zionis itu sekalipun hanya bersenjata batu. Tetapi mental mereka yang sangat tangguh menjadi "senjata" tetsendiri hingga mampu meruntuhkan mental penjajah yang pengecut itu. Setelah gencatan senjata ini, bila tidak dikhianati Yahudi, Israel akan berusaha memperbaiki sistem pertahanan udaranya, Iron Dome. Bila merasa sempurnna dan tidak bisa ditembus oleh serangan Hamas dan Jihad Islam, maka kaum zionis itu akan memulai lagi serangan-serangan terhadap rakyat Palestina. Karena bangsa Yahudi dikenal sebagai bangsa yang tidak pernah bisa komit dengan perjanjian. Tetapi Hamas dan rakyat Palestina sudah sangat mengenal karakter Yahudi sehingga mereka juga tidak perlu diajari agar senantiasa waspada menghadapi berbagai pengkhianatan Yahudi. Gencatan senjata ini jelas menjadi kemenangan Hamas dan rakyat Palestina karena berhasil meruntuhkan mental bangsa Yahudi yang didukung persenjataan canggih itu. Karena itu, saat ini mereka sedang merayakan kemenangan seraya bertakbir mengagungkan Allah. Sekalipun rumah-rumah mereka hancur tetapi mental mereka tetap tegak tinggi dan penuh kemuliaan. Semoga Allah memberikan kemenangan tuntas kepada kaum muslimin Palestina atas bangsa Yahudi pengkhianat dan penjajah itu. Setelah digempur dengan ribuan serangan rudal oleh sayap militer Hamas dari Gaza, akhirnya Kabinet Israel menyetujui untuk melaksanakan gencatan senjata sepihak mulai pukul 2 hari Jumat waktu setempat. Gencatan senjata sepihak ini menandakan Israel kalah.
Abu Ubaidah mengatakan dalam sebuah pernyataan di TV Al Aqsha: "Kami mengatakan dengan jelas bahwa kami telah menyiapkan serangan yang mencakup seluruh Israel dari Haifa hingga Ramon, tetapi kami menunda untuk menanggapi gencatan senjata dan Mediator Arab yang ikut campur. Kami mengatakan kepada penjajah bahwa anda menghadapi ujian nyata, menyerah atau kami menyerang rudal hingga batas jam 2 pagi". Siapa sosok Abu Ubaidah? Dalam perang kali ini dia menjadi Juru Bicara Militer Brigade Al Qassam. Israel bertahun-tahun berusaha mencari sosok misterius ini. Dalam setiap penampilannya di depan publik, wajahnya selalu ditutupi dengan kain. Apakah karena takut dikejar Israel? Ternyata tidak. Dia menjaga dirinya agar senantiasa dalam keikhlasan berjuang karena Allah, bukan mengharap apapun selain rido Nya semata. Operasi militer Hamas kali ini bersandi "Sword of Yerussalem". Abu Ubaidah mengatakan dalam operasi militer kali ini dia akan menggempur Israel habis-habisan tanpa ada batas waktu. Dalam pidatonya, Abu Ubaidah mengatakan: "Kita melakoni peperangan dengan terhormat dan segenap kesadaran mewakili seluruh umat Islam. Kita berhasil menghinakan Israel dan tentaranya. Kita telah persiapkan serangan roket dengan kekuatan sangat besar". Hamas memenuhi seruan negara-negara Arab agar menerima gencatan senjata dan menunda serangan besar-besaran ke Israel. Hamas mengajukan syarat gencatan senjata antara lain agar Israel berhenti menistakan Al Aqsha, hentikan kejahatan di Syeikh Al Jarrah dan bebaskan semua tahanan yang ditangkap Israel. Dengan persetujuan gencatan senjata oleh Kabinet Israel, berarti Israel telah mengakui kekalahannya. Sumber: Portal-Islam.id. Akhir-akhir ini bertebaran isu negatif tentang HAMAS (Gerakan Perlawanan Islam Palestina) di berbagai media mainstream nasional, internasional dan juga di media sosial (FB, Twitter, Instagram, Tiktok dll).
Isu yang disebar bermacam-macam, mìsalnya HAMAS dituduh teroris, Pemimpin HAMAS menjual konflik Palestina untuk kepentingan pribadi, serta HAMAS menggunakan bantuan internasional untuk memperkaya diri sendiri. Muara isu tersebut mudah ditebak yaitu menggiring opini publik nasional dan internasional bahwa HAMAS tidak serius berjuang membela rakyat Palestina. Di sisi lain kampanye tersebut juga menyelipkan pesan bahwa Israel berhak menyerang Palestina/HAMAS untuk mempertahankan diri. Kampanye negatif ini dilakukan secara sistematis, massif, terstruktur dan terencana dengan dukungan logistik yang tidak terbatas. Strategi penguasaan, penggiringan dan mobilisasi opini di media mainstream serta kontrol sosial media dalam perang Palestina-Israel bertujuan untuk memenangkan hati dan pikiran publik internasional atau lazim dikenal dengan "Psychologycal Operations (PsyOps)." Apabila hati dan pikiran masyarakat sudah dimenangkan, maka tidak akan mendapat kesulitan di daerah operasi tempur. Strategi yang mengacu pada teori Sun Tzu inilah yang dilakukan Israel saat ini. Jika Israel berhasil dalam perang opini (Psychologycal Operations) maka Palestina/HAMAS dipastikan akan kehilangan dukungan politik serta logistik dari simpatisan internasional, situasi ini seperti ikan yang terpisah dari airnya. Penggiringan opini negatif tersebut juga didesain untuk melumpuhkan dan mengisolasi HAMAS dalam gerakan perjuangan kemerdekaan Palestina, sekaligus memutus mata rantai dukungan nasional dan internasional terhadap perjuangan Palestina. Jika mau jujur, saat ini kekuatan riil yang punya keberanian, ideologi, moral, serta kekuatan senjata dan logistik melawan Israel hanya HAMAS, kekuatan lainnya termoderasi bahkan ada yang terbeli. Untuk itu, kepada kaum pro demokrasi baik di Indonesia maupun di belahan dunia lainnya khususnya di Palestina, jangan ke kanak-kanakan dengan memusuhi dan mengisolasi HAMAS, apalagi ikut terseret dalam arus opini negatif yang dibangun Israel. Israel berharap HAMAS menjadi musuh bersama sehingga hanya faksi moderat dan antek-anteknya yang mewakili Palestina dalam setiap perundingan maupun diplomasi agar bisa disetir dan didikte sesuai kepentingan politik-ekonomi Israel. Jika gerakan pro demokrasi di dunia khususnya di Indonesia ikut menyebarkan apalagi mendukung opini yang dibangun Israel, maka sama saja menyerahkan jutaan nyawa rakyat Palestina di moncong senapan Israel serta menyerahkan mekanisme Demokrasi ke tangan Rezim Zionis anti Demokrasi. Wassalam. Muhammad Ikhyar Velayati (Koordinator Forum Aktifis 98) Isu Palestina-Israel sudah mendunia artinya segala peristiwa dan keadaan di tanah Palestina akan dan telah menjadi perhatian dunia, apakah dunia Islam maupun dunia selainnya. Makna lebih dalamnya adalah Palestina termasuk warganya tidak lagi sendirian dalam berjuang untuk kedaulatannya. Peristiwa yang berkaitan dengan Masjid Al Aqsho selalu menjadi magnet dan empati.
Serangan roket Hamas dan pejuang Islam lainnya di Jalur Gara menjadi kejutan. Khususnya bagi Israel yang terkaget bahwa benteng pertahanannya dapat ditembus oleh pejuang Palestina. Mitos proteksi "Kubah Besi" yang kokoh telah runtuh. Palestina ternyata lebih maju dan kuat. Gempuran balasan Israel baik dari udara maupun rencana laut dan mungkin darat, hanya memancing masuknya relawan milisi dari berbagai penjuru dunia untuk membantu perjuangan Palestina. Belum lagi kedatangan pasukan berskala negara seperti Yordan, Turki, dan Qatar. Semakin brutal Israel semakin banyak kutukan internasional kepada negara zionis ini. Semakin banyak pula bantuan kepada Palestina. Dewan Keamanan PBB terpaksa bersidang meski dengan hasil keputusan yang diduga moderat. Sidang OKI walau virtual harus menyatukan langkah bersama yang lebih konkrit. Dualisme pandangan akan berubah ketika eskalasi kebrutalan Israel meningkat. Negara Islam yang telah mengadakan perjanjian dengan Israel untuk sementara perlu melupakan dan mengabaikannya. "Save Palestine" menjadi prioritas. Tiga alasan mengapa Palestina akan semakin kuat pasca kejutan roket "Al Qassam" yang membombardir kota-kota di Israel atau disebut dengan operasi "Hijarotus Sijil Al Qassamiyah", yaitu : Pertama, jika gempuran Israel semakin brutal sementara DK PBB plintat plintut, maka Palestina akan dibantu milisi relawan dari berbagai penjuru dunia dan pasukan resmi negara tertentu. Moral perjuangan pejuang dan rakyat Palestina akan meningkat. Hamas (Jalur Gaza) dan Al Fatah (Tepi Barat) bergabung dan bersatu. Kedua, Jika DK PBB maupun OKI menyerukan dan memaksakan gencatan senjata, maka hal ini artinya kemenangan ada di pihak Palestina. Hamas dan kekuatan lain dapat memproduksi lebih banyak dan lebih canggih roket-roket yang siap menghancurkan kota-kota Israel ke depan. Kemampuan merakit persenjataan sendiri kini terbukti dan menakutkan Israel. Ketiga, Majelis Umum PBB didesak mengeluarkan Resolusi perlindungan warga Palestina, dan sebagaimana Resolusi sebelumnya hal ini akan disetujui oleh mayoritas anggota PBB. Meski Resolusi ini lemah pada aspek penegakkan hukumnya, namun menjadi modal "moral dunia" untuk melindungi Palestina. Wilayah Palestina terbagi dua entitas politik yaitu wilayah pendudukan Israel dan Otoritas Nasional Palestina. Deklarasi kemerdekaan dilaksanakan pada tanggal 15 Nopember 1988 oleh Dewan Nasional PLO di Aljier. Di PBB PLO berstatus "pengamat" sebagai "entitas non negara". Hingga 18 Januari 2012 sudah 129 negara anggota PBB mengakui Negara Palestina. Sengketa kedaulatan dengan Israel menjadi sebab Palestina belum mendapat pengakuan penuh. Sejalan dengan "serangan kejutan" roket pejuang Palestina, maka dampak kebijakan apapun yang diambil, insya Allah akan menambah kuat Palestina. Perwujudan Negara Palestina yang merdeka dan berdaulat hanyalah masalah waktu, dan waktu itu akan semakin pendek. Makar Allah lebih baik dari makar siapapun. Termasuk makar si Dajjal penjahat perang, Israel laknatullah ! by M Rizal Fadillah Pemerhati Politik dan Kebangsaan Bandung, 18 Mei 2021 Pagi buta, 9 Desember 1947, satu pasukan Belanda berjumlah tak kurang seratus orang merangsek sebuah desa bernama Rawagede (perbatasan Karawang Bekasi). Mereka bersenjata lengkap, siap tempur, dan mereka maju berjalan kaki, menyisir setiap jengkal lokasi. Itu operasi militer serius.
Apa misi pasukan Belanda ini? Mereka hendak menangkap Lukas Kustaryo. Apa dosa Lukas? Simpel: dia adalah ekstremis, teroris, begundal, dan sering merepotkan militer Belanda. Lukas ini memang mantan Komandan Regu PETA, jadi dia memang bisa melawan. Setelah Indonesia merdeka 1945, Lukas menjadi bagian tentara Indonesia. Jepang kalah PD II, maka Belanda kembali datang ke Indonesia. Ribuan pasukannya datang dengan kapal2 laut. Demikianlah, tahun2 itu bagi sebagian besar penduduk Belanda, apalagi bagi pasukan Belanda, tanah Indonesia ini milik mereka. Misi mereka adalah Gold, Glory, Gospel. Mereka tidak pernah mikir sedikit pun jika siapa sebenarnya yg tinggal dan menetap Indonesia ini. Bagi mereka, Indonesia adalah tanah yang dijanjikan utk kesejahteraan bangsanya. Pagi itu, seratus lebih pasukan Belanda tersebut menyerbu Rawagede, mereka membagi pasukan jadi tiga. Tentu penduduk lokal melawan, masa' pasrah. Apa kata pasukan Belanda, 'Begundal menyerang misi mereka. Mencegah mereka menangkap Lukas.'. Maka dimulailah pertempuran. Pasukan Belanda yg membawa sten gun, mortir, jelas lebih tinggi teknologinya dibanding penduduk. Pertempuran meletus, penduduk kalah. Pasukan Belanda akhirnya bisa masuk Rawagede. Tapi dimana Lukas? Tidak ada. Seharusnya selesai dong, Lukas tidak ditemukan, teroris itu tidak ada, kamu orang pasukan Belanda balik ke markasnya baik2. Ternyata tidak. Apa yang dilakukan kemudian oleh pasukan Belanda ini keji sekali. Mereka menyuruh penduduk laki2 berbaris. Termasuk remaja (anak2). Kemudian mereka melepas tembakan, dor! dor! dor! Diberondong habis2an. Tidak kurang dari 431 penduduk Rawagede mampus hari itu. Kepalanya ditembus peluru. Itu versi saksi mata penduduk setempat. Menurut versi Belanda, itu lebih kecil jumlahnya, HANYA 31 orang. Hanya loh ya, 31 itu keciiil sekali, namanya perang. Mereka santai kembali ke markas mereka setelah eksekusi tsb. Nah, pertanyaannya: di mana LUKAS? Tidak ada. Di mana inlander ekstremis itu? Tidak jelas. Boleh jadi itu cuma bualan pasukan Belanda saja. Bahwa Lukas berlindung dibalik rakyat. Bahwa Lukas bersembunyi dibalik anak2 dan wanita. Belanda berhak dong membela diri. Markas Belanda tiap hari dilempari batu, bambu runcing, dan anak panah. Konon katanya, nyaris 10 juta bambu runcing dilempar ke markas mereka oleh begundal Lukas dkk. Kalau saja markas mereka tdk punya teknologi tinggi, bisa mati semua sampai Belanda sana. Jadi Yes! Pembantaian Rawagede punya argumennya. Itu hak Belanda membela diri. ITU JUSTERU MENCEGAH TEROR DARI PENDUDUK LOKAL! Bacalah sejarah ini. Atau jangan2 kamu tidak tahu? Wah, kacau ini. Teriak NKRI tiap hari, teriak Pancasila tiap hari, sejarah bangsa sendiri tidak tahu? Dul, Indonesia itu merdeka setelah mati2an berjuang. Bukan karena hadiah. Kita itu dijajah ratusan tahun. Itu fakta, bukan hoax, bukan halu. Sejak 1600-an kita sudah dikangkangi oleh penjajah. Apakah pembantaian Rawagede hoax? Pengadilan Belanda telah mengakui peristiwa ini, dan memerintahkan membayar 240 juta ke setiap korban. Sungguh itu lucu sekali! Membuat terpingkal. Nyawa rakyat Indonesia hanya dihargai 240 juta. Setelah 70 tahun berlalu, nilai uang ini sejatinya seperti upil saja. Tapi baiklah, setidaknya mereka telah mengakui itu pembantaian. Karena hari ini, masih banyak yg tdk mau menerima bahwa begitu banyak pembantaian telah dilakukan di muka bumi. Dan pembantai malah dianggap pahlawannya, paling bermoral. Sementara yg dibantai adalah penjahatnya. Hari ini, orang2 siap sedia membela habis2an pembantai--bahkan saat dia jelas2 tidak satu agama, tidak satu bangsa, tidak satu bahasa. Dia TETAP memilih membela sang pembantai. Tidak tersisa lagi sisi kemanusiaannya, yg ada hanyalah: kebencian. Maka semoga kalian bisa lebih baik menilai. Ketahuilah, mau apapun kejadiannya, dimanapun, masa lalu, masa depan, dll, dsbgnya, penjajahan adalah penjajahan. Pembantaian adalah pembantaian. Berhentilah jadi corong membelanya. Kita bela habis2an, kita cuma dianggap penduduk kasta rendah saja oleh mereka. Tabik. Tere Liye, penulis novel RINDU Ada dua faksi yang paling berpengaruh di Palestina. Fatah (Gerakan Nasional Pembebasan Palestina) dan HAMAS(Gerakan Perlawanan Islam). Dua faksi ini memiliki ideologi yang berbeda. Fatah berideologi nasionalis sekuler, HAMAS berideologi Islam. Fatah mendukung ide dua negara, HAMAS bersikeras Israel harus dibubarkan.
Di era Yasser Arafat, berkat pengaruhnya, kedua faksi berbeda haluan ini bisa disatukan. Setidaknya, perseteruan keduanya bisa diminimalisir. Namun begitu Yasser Arafat wafat, kongsi kedua faksi ini pecah. Pada pemilihan legislatif tahun 2006, secara mengejutkan, HAMAS memenangkan pemilu secara mutlak, sehingga Ismail Haniyah sebagai ketua biro politik HAMAS yang diangkat menjadi Perdana Menteri. Kemenangan HAMAS menunjukkan bahwa rakyat Palestina mendukung perjuangan HAMAS, termasuk menolak eksistensi Israel. Bagi AS dan negara-negara Barat, kemenangan HAMAS adalah kabar buruk bagi rencana perdamaian Palestina-Israel. HAMAS menolak mengakui Israel tanpa syarat. Karena itu, diprovokasilah Fatah untuk menolak hasil pemilu. Meski secara de facto Ismail Haniyah adalah PM Palestina, namun tidak pernah bisa menjalankan tugas politiknya dengan normal. Sebab penolakan Fatah atas kemenangan HAMAS membuat kedua faksi ini bersiteru bahkan saling adu senjata. Perang saudara dengan saling mengokang senjata dari kedua faksi ini tidak bisa dihindari. Puncaknya, tahun 2007, Mahmud Abbas selaku presiden Palestina memecat Ismail Haniyah termasuk sejumlah tokoh HAMAS dari kabinet. Rakyat Jalur Gaza yang mendukung HAMAS menolak pemecatan tersebut, dan tetap mengakui Ismail Haniyah sebagai perdana menteri. Pemerintahan Palestina pun terbagi dua, Tepi Barat dikuasai Fatah, dan Jalur Gaza dikuasai HAMAS. Oleh Barat, karena HAMAS menolak berdamai dengan Israel dan tidak mengakui Israel sebagai negara, HAMAS pun disebut sebagai organisasi teroris dan blokade terhadap Jalur Gazapun dimulai. Jalur Gaza menjadi penjara terbesar di dunia, dengan dua juta lebih 'tahanan'. Akibat blokade oleh Israel, Jalur Gaza disebut oleh PBB sebagai wilayah tidak layak huni. Semua serba kekurangan, baik pangan maupun akses air bersih. Ternyata, nasib Tepi Barat di bawah Fatah yang mengakui Israel, tidak lebih menyenangkan. Israel memanfaatkan kelemahan Fatah dengan terus melakukan pencaplokan (aneksasi) terhadap bagian-bagian Tepi Barat. Termasuk ambisi menguasai sepenuhnya Yerusalem untuk dijadikan ibukota. Sampai tahun 2017, 237 pemukiman telah didirikan Israel di Tepi Barat dengan menampung sekitar 580.000 pemukim. Sadar saling tikam hanya membuat Palestina makin lemah, dan memberikan keuntungan pada Israel, Fatah mengajukan rekonsiliasi ke HAMAS. Keduanya sepakat bersatu, dan mengadakan pemilu pada 22 Mei 2021. Kesepakatan yang membuat AS dan Israel merinding. Keduanya khawatir HAMAS memenangkan pemilu, atau minimal, Fatah menghentikan upaya diplomasi dan memilih mengikuti arus perlawanan HAMAS. Fatah sadar, menempuh jalur diplomasi dan memilih melunak hanya membuat Israel ngelunjak dan tidak memberi keuntungan apa-apa bagi rakyat Palestina. Solusinya, persatuan dan membangun pemerintahan bersama. Situasi panas saat ini di Tepi Barat dan Jalur Gaza, terkait dengan upaya Israel menghambat dan menghalangi pelaksanaan pemilu yang tinggal sepekan lagi. Sayangnya, di Indonesia, menyikapi situasi terkini di Palestina, isunya jadi kemana-mana. Tidak sedikit yang malah membela Israel dengan membangun narasi berbasis teologi, bahwa Palestina adalah wilayah yang dijanjikan Tuhan untuk orang-orang Yahudi. Ada yang juga yang membuat isu, tindakan HAMAS melancarkan serangan roket bahkan sampai menyasar Tel Aviv adalah tindakan sepihak HAMAS yang tidak merepresentasikan sikap rakyat Palestina. Mereka malah membenarkan HAMAS adalah organisasi teroris yang sejak awal tidak pernah didukung rakyat Palestina. Kalau tidak didukung rakyat Palestina, mengapa HAMAS bisa menang mutlak di pemilu 2006, dan mengapa AS dan Israel menolak pemilu tahun ini diadakan jika menyertakan HAMAS?. Kekhawatiran AS dan Israel HAMAS bakal menang pemilu itu berbasis data. Bahwa dukungan rakyat Palestina pada HAMAS dan faksi-faksi perlawanan lainnya makin menguat. Ada juga yang menyebut, serangan Israel ke Jalur Gaza, hanya bentuk pembelaan diri. Rakyat Palestinanya sendiri yang memprovokasi. Penyerangan ke Masjid Al-Aqsa pun dimaklumi dengan alasan, provokatornya yang lari ke dalam masjid. Tolong perbanyaklah literasi. Kejadian hari ini di Palestina bukan serba tiba-tiba, semuanya adalah akumulasi hari-hari bahkan tahun-tahun sebelumnya sampai puluhan tahun lalu yang dimulai dari berdatangannya orang-orang yang tidak jelas identitasnya ke tanah Palestina dan membangun koloni-koloni dengan lebih dulu melakukan perampasan tanah, genocida dan penjajahan. Membangun negara baru di atas perampasan, pembunuhan massal dan pengusiran adalah kejahatan kemanusiaan. Tidak ada dalil teologis satupun yang membenarkan. Apapun agamanya. Tidak harus jadi muslim untuk membela rakyat Palestina. Jangan bertindak bodoh, ketika di Palestina mau bersatu dan makin sadar pentingnya persatuan dalam menghadapi musuh, kita di Indonesia malah gontok-gontokan. Mari dukung rekonsiliasi Fatah-HAMAS. dan pelaksanaan pemilu Palestina. Panjang umur perjuangan. -Ismail Amin Pasannai Allah Ta'ala berfirman:
لَّا يَسۡتَوِي ٱلۡقَٰعِدُونَ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ غَيۡرُ أُوْلِي ٱلضَّرَرِ وَٱلۡمُجَٰهِدُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡۚ فَضَّلَ ٱللَّهُ ٱلۡمُجَٰهِدِينَ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡ عَلَى ٱلۡقَٰعِدِينَ دَرَجَةٗۚ وَكُلّٗا وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلۡحُسۡنَىٰۚ وَفَضَّلَ ٱللَّهُ ٱلۡمُجَٰهِدِينَ عَلَى ٱلۡقَٰعِدِينَ أَجۡرًا عَظِيمٗا Tidaklah sama antara orang beriman yang duduk (yang tidak turut berperang) tanpa mempunyai uzur (halangan) dengan orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwanya. Allah melebihkan derajat orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk (tidak ikut berperang tanpa halangan). Kepada masing-masing, Allah menjanjikan (pahala) yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar. (QS. An-Nisa', Ayat 95) Rasulullah ﷺ bersabda: لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي عَلَى الْحَقِّ ظَاهِرِينَ لَعَدُوِّهِمْ قَاهِرِينَ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ إِلَّا مَا أَصَابَهُمْ مِنْ لَأْوَاءَ حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَذَلِكَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَأَيْنَ هُمْ قَالَ بِبَيْتِ الْمَقْدِسِ وَأَكْنَافِ بَيْتِ الْمَقْدِسِ "Akan ada sekelompok ummatku yang senantiasa berada diatas kebenaran, mereka menang dan mengalahkan musuh mereka, orang yang menentang mereka tidaklah membahayakan mereka kecuali cobaan yang menimpa mereka hingga urusan Allah tiba dan mereka tetap seperti itu."_ Mereka bertanya; Wahai Rasulullah! Dimana mereka? Rasulullah ﷺ bersabda; _"Di Baitul Maqdis dan di sekitar Baitul Maqdis." (HR. Ahmad no. 22320. Syaikh Syu'aib Al Arnauth mengatakan: Shahih. Ta'liq Musnad Ahmad no. 22320) Sebagian ulama - seperti Syaikh Muhammad Al 'Arifi- mengatakan prediksinya, bhwa maksud thaifah (kelompok) dalam hadits ini adalah HAMAS dgn sayap militernya Izzuddin al Qassam. Tentunya, tanpa memandang remeh aksi perlawanan mujahidin lainnya seperti Brigade Al Quds. Siapakah HAMAS? HAMAS adalah singkatan dari Harakah Al Muqawamah Al Islamiyah, artinya gerakan perlawanan Islam. Didirikan 14 Desember 1987 oleh ulama kharismatis Syaikh Ahmad Yasin Rahimahullah, dan beberapa aktivis Islam seperti Abdul Aziz Rantisi, Shalah Syahadah, Ibrahim Yazuri, dan Isa Nashshar. Ditunjuk sebagai pimpinan pertamanya: Syaikh Ahmad Yasin, sejak 1987 sd 2004. Pimpinan setelahnya adalah Syaikh Abdul Aziz Rantisi (Syahid 2004 juga), dan Ismail Haniyah sampai sekarang. Aqidah mereka adalah Islam, Ahlus Sunnah wal Jama'ah, sebagaimana yang ditegaskan dalam piagam pendiriannya. Tujuannya: membebaskan suluruh bumi Palestina dari penjajah Israel tanpa syarat, dan mendirikan Daulah Islamiyah di Palestina. Hubungannya sangat kuat dan dekat dengan organisasi sunni Islam terbesar di dunia, Ikhwanul Muslimin. Di Palestina, HAMAS bergerak dalam bidang sosial, pendidikan, pelayanan kesehatan, mencetak ulama dan imam masjid. Sayap militer mereka adalah batalyon Izzuddin al Qassam didirikan tahun 1991, diambil dari nama ulama sunni dan mujahid Palestina yg syahid tahun 1935 di Jenin, dimasa penjajahan Perancis. Zionis Israel dan AS memasukkan HAMAS dalam daftar organisasi teroris, lalu sebagian penguasa negara Arab pun ikut-ikutan demikian seperti Mesir, UEA, dan Arab Saudi. Sementara Turki, Qatar, dan Iran mendukung gerakan ini. HAMAS dituduh syiah oleh oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab, hanya karena banyak dibantu Iran dalam hal teknologi persenjataan. Padahal yang membantu HAMAS juga berasal dari para dermawan negara-negara Islam lainnya. Tuduhan ini adalah propaganda dari agen-agen zionis untuk menjauhi HAMAS dari ibu kandungnya, Ahlus Sunnah wal Jamaah. Sayangnya propanda ini juga ikut disebarkan sebagian aktivis, bahkan dgn fitnah yg lebih parah dengan membuat video dan tulisan di medsos. Rata-rata negeri Arab yang sunni pun bekerjasama dengan Iran, dan tidak ada yang menyebut negara-negara tsb adalah negara syiah. Perjuangan HAMAS didukung mayoritas warga Palestina, karena posisinya yg jelas dan tegas terhadap penjajah, sehingga 2006 HAMAS menang mutlak dalam pemilu lebih dari 60%. Blokade yang dialami Gaza selama bertahun-tahun, tidak membuatnya lemah justru semakin membuatnya kuat, kemajuan kemampuan tempurnya membuat Israel tidak percaya diri head to head perang darat. Umumnya dunia Islam hari ini, baik ulama, aktivis, awam dan cendekiawan, mendukung perjuangan HAMAS melawan dan mengusir Zionis Israel dari Palestina. Semoga Allah Ta'ala memberikan kesabaran, keteguhan, dan kemenangan, kepada HAMAS, dan pejuang lainnya. Wallahul Muwaffiq Ilaa aqwamith Farid Numan Hassan Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Suara Hidayatullah, tahun 1996
oleh Fahmi Amhar Palestina Tanah Yang (Pernah) Dijanjikan 2000 SM – 1500 SM: Ibrahim as. melahirkan Ismail as. (Bapak bangsa Arab) dan Ishak as. Ishak melahirkan Ya’kub as. alias Israel. Ya’kub punya anak Yusuf as, yang ketika kecil dibuang oleh saudaranya, namun belakangan menjadi bendahara kerajaan Mesir. Ketika dilanda paceklik, Ya’kub as. sekeluarga atas undangan Yusuf berimigrasi ke Mesir. Populasi anak keturunan Israel (bani Israel atau bangsa Israel) membesar. 1550 SM – 1200 SM: Politik di Mesir berubah. Bani Israel dianggap problem, dan akhirnya oleh Fir’aun statusnya diubah menjadi budak. 1200 SM – 1100 SM: Musa as. memimpin bangsa Israel meninggalkan Mesir, mengembara di padang Sinai menuju tanah yang dijanjikan, bila mereka taat kepada Allah. Namun saat mereka diperintah memasuki Filistin (Palestina), mereka membandel dan mengatakan: “Hai Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi ada orang-orang yang gagah perkasa di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Rabbmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja”. (QS. 5:24) Akibatnya mereka dikutuk dan hanya berputar-putar saja di sekitar Palestina. Belakangan agama Musa as disebut “Yahudi” – menurut nama salah satu marga Israel yang paling banyak berketurunan, yakni Yehuda, dan bani Israel -tanpa memandang warga negara atau tanah air- disebut juga orang-orang Yahudi. 1000 SM – 922 SM: Daud as. mengalahkan Goliath dari Filistin. Palestina berhasil direbut. Daud dijadikan raja. Wilayah kerajaannya membentang dari tepi Nil hingga Efrat di Iraq. Sekarang ini Yahudi tetap memimpikan kembali kebesaran Israel raya Raja Daud. Bendera Israel adalah dua garis biru (Nil dan Efrat) dan bintang Daud. Daud diteruskan Sulaiman as. Masjidil Aqsha dibangun. 922 SM – 800 SM: Sepeninggal Sulaiman Israel dilanda perang saudara yang berlarut, hingga kerajaan tersebut terbelah dua: utara bernama Israel beribukota Samaria dan selatan bernama Yehuda beribukota Yerusalem. 800 SM – 600 SM: Karena kerajaan Israel sudah terlalu durhaka kepada Allah swt. maka kerajaan itu dihancurkan lewat tangan kerajaan Asyiria. Sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israel, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak diingini hawa nafsu mereka, maka sebagian rasul-rasul itu mereka dustakan atau mereka bunuh. (QS. 5:70) Hal ini juga bisa dibaca di Bible: Kitab Raja-raja ke-I 14:15, dan Kitab Raja-raja ke-II 17:18. 600 SM – 500 SM: Kerajaan Yehuda dihancurkan lewat tangan Nebukadnezar dari Babylonia. Dalam Bible Kitab Raja-raja ke-II 23:27 dinyatakan bahwa mereka tidak mempunyai hak lagi atas Yerusalem. Mereka diusir dari Yerusalem dan dipenjara di Babylonia. 500 SM – 400 SM: Cyrus Persia meruntuhkan Babylonia dan mengijinkan bani Israel kembali ke Yerusalem. 330 SM – 322 SM: Israel diduduki Alexander Agung dari Macedonia (Yunani). Ia melakukan Hellenisasi terhadap bangsa-bangsa taklukannya. Bahasa Yunani menjadi bahasa resmi Israel, sehingga nantinya Injil pun ditulis dalam bahasa Yunani, dan bukan dalam bahasa Ibrani. 300 SM – 190 SM: Yunani dikalahkan Romawi. Maka Palestina pun dikuasai imperium Romawi. 1 – 100: Nabi Isa as. (Yesus) lahir, kemudian menjadi pemimpin gerakan melawan penguasa Romawi. Namun selain dianggap subversi oleh penguasa Romawi (dengan ancaman hukuman tertinggi yaitu disalib), ajaran Yesus sendiri ditolak oleh para rabi Yahudi. Namun setelah Isa tiada, bangsa Yahudi memberontak terhadap Romawi. Palestina area bebas Yahudi 100 – 300: Pemberontakan berulang. Akibatnya Palestina dihancurkan dan dijadikan area bebas Yahudi. Mereka dideportasi keluar Palestina dan terdiaspora ke segala penjuru imperium Romawi. Namun demikian tetap ada sejumlah kecil pemeluk Yahudi yang tetap bertahan di Palestina. Dengan masuknya Islam serta dipakainya bahasa Arab di kehidupan sehari-hari, mereka lambat laun terarabisasi atau bahkan masuk Islam. 313: Pusat kerajaan Romawi dipindah ke Konstantinopel dan agama Kristen dijadikan agama negara. 500 – 600: Bangsa Yahudi merembes ke semenanjung Arabia (di antaranya di Khaibar dan sekitar Madinah), kemudian berimigrasi dalam jumlah besar ke daerah tersebut ketika terjadi perang antara Romawi dan Persia. 619: Nabi Muhammad saw melakukan perjalanan ruhani: Isra’ dari masjidil Haram ke masjidil Aqsha dan Mi’raj ke langit. Rasulullah menetapkan Yerusalem sebagai kota suci-3 ummat Islam, sholat di masjidil Aqsha dinilai 500 kali dibanding sholat di masjid yang lain selain masjidil Haram dan masjid Nabawi. Masjidil Aqsha juga menjadi kiblat ummat Islam sebelum dipindah ke ka’bah. 622: Hijrah nabi ke Madinah dan pendirian negara Islam (yang seterusnya disebut khilafah). Nabi mengadakan perjanjian dengan penduduk Yahudi di Madinah dan sekitarnya, yang dikenal dengan “Piagam Madinah”. 626: Pengkhianatan Yahudi dalam perang Ahzab (atau perang parit) dan berarti melanggar Piagam Madinah. Sesuai dengan aturan di Kitab Taurat mereka sendiri, mereka dibunuh atau diusir. Palestina di bawah Daulah Islam 638: Di bawah Umar bin Khattab, seluruh Palestina dimerdekakan dari penjajah Romawi. Seterusnya seluruh penduduk Palestina, muslim maupun non muslim, hidup aman di bawah khilafah. Kebebasan beragama dijamin. 700 – 1000: Wilayah Islam meluas dari Asia Tengah, Afrika hingga Spanyol. Di dalamnya, bangsa Yahudi mendapat peluang ekonomi dan intelektual yang sama. Ada beberapa ilmuwan yang terkenal di dunia Islam yang sesungguhnya adalah orang Yahudi. 1076: Yerusalem dikepung tentara salib dari Eropa. Karena pengkhianatan kaum munafik (sekte Drusiah yang mengaku Islam tapi ajarannya sesat), pada 1099 tentara salib berhasil menguasai Yerusalem dan mengangkat seorang raja Kristen. Penjajahan ini berlangsung hingga 1187, sampai Salahuddin al Ayubi membebaskannya, setelah ummat Islam yang terlena sufisme yang sesat bisa dibangkitkan kembali. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. …(QS. 13:11) 1453: Setelah melalui proses reunifikasi dan revitalisasi wilayah-wilayah khilafah yang tercerai berai setelah hancurnya Bagdad oleh tentara Mongol (1258), khilafah Utsmaniyah di bawah Muhammad Fatih menaklukkan Kontantinopel, dan mewujudkan nubuwwah Rasulullah. 700 tahun lebih kaum muslimin berlomba untuk menjadi mereka yang diramalkan Rasul dalam hadits berikut: Hari kiamat tak akan tiba sebelum tanah Romawi di dekat al-A’maq atau Dabiq ditaklukkan. Sepasukan tentara terbaik di dunia akan datang … Maka mereka bertempur. Sepertiga dari mereka akan lari, dan Allah tak akan memaafkannya. Sepertiga lagi ditakdirkan gugur sebagai syuhada. Dan sepertiga lagi akan menang dan menjadi penakluk Konstantinopel. (HR Muslim, no. 6924) 1492: Andalusia sepenuhnya jatuh ke tangan Kristen Spanyol (reconquista). Karena cemas suatu saat ummat Islam bisa bangkit lagi, maka terjadi pembunuhan, pengusiran dan pengkristenan massal. Hal ini tak cuma diarahkan pada muslim namun juga pada Yahudi. Mereka lari ke wilayah khilafah Utsmaniyah, di antaranya ke Bosnia. Pada 1992 raja Juan Carlos dari Spanyol secara resmi meminta maaf kepada pemerintah Israel atas holocaust 500 tahun sebelumnya. 1500-1700: Kebangkitan pemikiran di Eropa, munculnya sekularisme (pemisahan gereja – negara), nasionalisme dan kapitalisme. Mulainya kemajuan teknologi modern di Eropa. Abad penjelajahan samudera dimulai. Mereka mencari jalur alternatif ke India dan Cina, tanpa melalui daerah-daerah Islam. Tapi berikutnya mereka didorong semangat kolonialisme / imperialisme. 1529: Tentara khilafah berusaha menghentikan arus kolonialisme / imperialisme serta membalas reconquista langsung ke jantung Eropa dengan mengepung Wina, namun gagal. Tahun 1683 kepungan ini diulang, dan gagal lagi. Kegagalan ini terutama karena tentara Islam terlalu yakin pada jumlah dan perlengkapannya. … yaitu ketika kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlahmu, maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfa’at kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dan bercerai-berai. (QS. 9:25) Barat memperalat Yahudi 1798: Napoleon berpendapat bahwa bangsa Yahudi bisa diperalat bagi tujuan-tujuan Perancis di Timur Tengah. Wilayah itu secara resmi masih di bawah khilafah. 1831: Untuk mendukung strategi “devide et impera” Perancis mendukung gerakan nasionalisme Arab, yakni Muhammad Ali di Mesir, dan Pasya Basyir di Libanon. Khilafah mulai lemah dirongrong oleh nasionalisme. 1835: Sekelompok Yahudi membeli tanah di Palestina, dan lalu mendirikan sekolah Yahudi pertama di sana. Sponsornya adalah milyuner Yahudi Inggris, Sir Moshe Monteveury, anggota Free Masonry. Ini adalah pertama kalinya sekolah berkurikulum asing di wilayah khilafah. 1838: Inggris membuka konsulat di Yerusalem yang merupakan perwakilan Eropa pertama di Palestina. 1849: Kampanye mendorong imigrasi orang Yahudi ke Palestina. Pada masa itu jumlah Yahudi di Palestina baru sekitar 12000. Pada tahun 1948 jumlahnya sudah 716700, dan pada 1964 sudah hampir 3 juta. 1882: Imigrasi besar-besaran orang Yahudi ke Palestina yang berselubung agama, simpati dan kemanusiaan bagi penderitaan Yahudi di Eropa saat itu. 1891: Para penduduk Palestina mengirim petisi kepada khalifah, menuntut dilarangnya imigrasi besar-besaran ras Yahudi ke Palestina. Sayang saat itu khilafah sudah “sakit-sakitan” (dijuluki “the sick man at Bosporus”), dekadensi pemikiran meluas, walau Sultan Abdul Hamid sempat membuat terobosan dengan memodernisir infrastruktur, termasuk memasang jalur kereta api dari Damaskus ke Madinah via Palestina !! Sayang, sebelum selesai, Sultan Abdul Hamid dipecat oleh Syaikhul Islam (Hakim Agung) yang telah dipengaruhi Inggris. PD-I meletus, dan jalur kereta tersebut dihancurkan. Zionisme 1896: Theodore Herzl merampungkan sebuah doktrin baru Zionisme sebagai gerakan politik untuk mendirikan negara Yahudi Israel. Mereka mendapat inspirasi untuk “bekerjasama” dengan negara-negara besar (Amerika, Inggris, Perancis, Rusia) dalam realisasinya. Sebaliknya negara-negara besar itu berkepentingan dengan sumber alam di wilayah itu, dan memerlukan “agen” untuk melemahkan ummat Islam di sana. 1897: Theodore Herzl menggelar kongres Zionis dunia pertama di Basel, Swiss. Peserta Kongress-I Zionis mengeluarkan resolusi, bahwa ummat Yahudi tidaklah sekedar ummat beragama, namun adalah bangsa dengan tekad bulat untuk hidup secara berbangsa dan bernegara. Dalam resolusi itu, kaum zionis menuntut tanah air bagi ummat Yahudi -walaupun secara rahasia- pada “tanah yang bersejarah bagi mereka”. Sebelumnya Inggris hampir menjanjikan tanah protektorat Uganda atau di Amerika Latin! Di kongres itu, Herzl menyebut, zionisme adalah jawaban bagi “diskriminasi dan penindasan” atas ummat Yahudi yang telah berlangsung ratusan tahun. Pergerakan ini mengenal kembali, bahwa nasib ummat Yahudi hanya bisa diselesaikan di tangan ummat Yahudi sendiri. Di depan Kongres Herzl berkata: “Dalam 50 tahun akan ada negara Yahudi !!!” Apa yang direncanakan Herzl menjadi kenyataan pada 1948. 1916: Perjanjian rahasia Sykes-Picot oleh sekutu – (Inggris, Perancis, Rusia) dibuat saat meletusnya PD-I, untuk mencengkeram wilayah-wilayah Arab dari khilafah Utsmaniyah dan membagi-bagi di antara mereka. PD-I berakhir dengan kemenangan sekutu. Inggris mendapat kontrol atas Palestina. Di PD-I ini, Yahudi Jerman berkomplot dengan sekutu untuk tujuan mereka sendiri (memiliki pengaruh atau kekuasaan yang lebih besar). 1917: Menlu Inggris keturunan Yahudi, Arthur James Balfour, dalam deklarasi Balfour, memberitahu pemimpin Zionis Inggris, Lord Rothschild, bahwa Inggris akan memperkokoh pemukiman Yahudi di Palestina dalam membantu pembentukan tanah air Yahudi. Lima tahun kemudian Liga Bangsa-bangsa (cikal bakal PBB) memberi mandat ke Inggris untuk menguasai Palestina. Setelah Hancurnya Khilafah Islam 1924: Mustafa Kemal Ataturk – seorang Turki yang terdidik oleh Free Masonry, menganggap kemunduran khilafah itu karena Islam. Ia merasa jalan keluarnya adalah nasionalisme dan sekularisme seperti yang telah berhasil di Barat. Bersama tentara yang seide, ia merebut kekuasaan dan mengumumkan bahwa khilafah bubar. Dengan itu maka tidak ada lagi ikatan antar ummat Islam sedunia yang akan “take care” bila ada satu bumi Islam jatuh dalam penderitaan. Nasionalisme menggantikan solidaritas Islam (ukhuwah Islamiyah). 1938: Nazi Jerman menganggap bahwa pengkhianatan Yahudi Jerman adalah biang keladi kekalahan mereka pada PD-I yang telah menghancurkan ekonomi Jerman. Maka mereka perlu “penyelesaian terakhir” (Endlösung). Ratusan ribu dikirim ke kamp konsentrasi atau lari ke luar negeri (terutama ke USA). Sebenarnya ada etnis lain serta kaum intelektual yang berbeda politik dengan Nazi yang bernasib sama, namun setelah PD-II Yahudi lebih berhasil menjual ceritanya karena menguasai banyak surat kabar atau kantor berita di dunia. 1944: Partai buruh Inggris yang sedang berkuasa secara terbuka memaparkan politik “Membiarkan orang-orang Yahudi terus masuk ke Palestina, jika mereka ingin jadi mayoritas. Masuknya mereka akan mendorong keluarnya pribumi Arab dari sana”. Kondisi Palestina memanas. 1947: PBB merekomendasikan pemecahan Palestina menjadi dua negara: Arab dan Israel. 1948 14 Mei: sehari sebelum habisnya perwalian Inggris di Palestina para pemukim Yahudi memproklamirkan kemerdekaan negara Israel, melakukan agresi bersenjata terhadap rakyat Palestina yang masih lemah, jutaan dari mereka terpaksa mengungsi ke Libanon, Yordania, Syria, Mesir dll. Palestinian Refugees menjadi tema dunia. Namun Israel menolak existensi rakyat Palestina ini, dan menganggap mereka telah memajukan areal yang semula kosong dan terbelakang. Timbullah perang antara Israel dengan negara-negara Arab tetangganya. Namun karena para pemimpin Arab sebenarnya ada di bawah pengaruh Inggris, maka Israel mudah merebut daerah Arab Palestina yang telah ditetapkan PBB. Setelah Negara Israel Berdiri 1948 2 Desember: Protes keras Liga Arab atas tindakan USA dan sekutunya berupa dorongan dan fasilitas yang mereka berikan bagi imigrasi zionis ke Palestina. Pada waktu itu, Ikhwanul Muslimin (IM) di bawah Hasan Al-Bana mengirim 10.000 mujahidin untuk berjihad melawan Israel. Usaha ini kandas bukan karena mereka dikalahkan Israel, namun karena Raja Farouk yang korup dari Mesir takut bahwa di dalam negeri, IM bisa kudeta. Akibatnya, tokoh-tokoh IM dipenjara atau dihukum mati. 1952: Para perwira Mesir di bawah Jamal Abdul Nasser melakukan kudeta terhadap Raja Farouk. 1953: Harakah Islam Hizbut Tahrir berdiri di Yerusalem dengan tujuan mengembalikan kehidupan Islam ketengah masyarakat dan membentuk khilafah Islam yang menerapkan sistem Islam dan membebaskan seluruh dunia dari penghambaan kepada selain Allah. Metode yang ditempuh dalam membentuk khilafah adalah dakwah untuk merubah opini masyarakat. 1956: Nasser menasionalisasikan terusan Suez. Hal ini membangkitkan harga diri pada bangsa Arab, sehingga tak sedikit yang kemudian “memuja” Nasser. 1956 29 Oktober: Israel dibantu Inggris dan Perancis menyerang Sinai untuk menguasai terusan Suez. 1964: Para pemimpin Arab membentuk PLO (Palestina Liberation Organitation). Dengan ini secara resmi, nasib Palestina diserahkan ke pundak bangsa Arab-Palestina sendiri, dan tidak lagi urusan ummat Islam. Masalah Palestina direduksi menjadi persoalan nasional. 1967: Israel menyerang Mesir, Yordania dan Syiria selama 6 hari dengan dalih pencegahan. Israel berhasil merebut Sinai dan jalur Gaza (Mesir), dataran tinggi Golan (Syria), Tepi Barat dan Yerussalem (Yordania). Israel dengan mudah menghancurkan angkatan udara musuhnya karena informasi dari CIA. Sementara itu angkatan udara Mesir ragu membalas serangan Israel, karena Menhan Mesir ikut terbang dan memerintahkan untuk tidak melakukan tembakan selama dia di udara. 1967 Nopember: Dewan keamanan PBB mengeluarkan resolusi nomor 242, untuk perintah penarikan mundur Israel dari wilayah yang direbutnya dalam perang enam hari, pengakuan semua negara di kawasan itu dan penyelesaikan secara adil masalah pengungsi Palestina. 1969: Yasser Arafat dari faksi Al-Fatah terpilih sebagai ketua komite eksekutif PLO dengan markas di Yordania. 1970: Berbagai pembajakan pesawat sebagai publikasi perjuangan rakyat Palestina membuat PLO dikecam oleh opini dunia, dan Yordania dikucilkan. Karena ekonomi Yordania sangat tergantung dari USA, maka akhirnya Raja Hussein mengusir markas PLO dari Yordania. PLO pindah ke Libanon. 1973 6 Oktober: Mesir dan Syiria menyerang pasukan Israel di Sinai dan dataran tinggi Golan pada hari puasa Yahudi Yom Kippur. Pertempuran ini dikenal dengan Perang Oktober. Mesir dan Syria hampir menang, kalau Israel tiba-tiba dibantu USA. Anwar Sadat terpaksa berkompromi, karena dia cuma “siap untuk melawan Israel, namun tidak siap berhadapan dengan USA”. Arab membalas kekalahan itu dengan menutup keran minyak. Akibatnya harga minyak melonjak pesat. 1973 22 Oktober: Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi 338, untuk gencatan senjata, pelaksanaan resolusi 242 dan perundingan damai di Timur Tengah. Ditipu sejak Camp David 1977: Pertimbangan ekonomi (perang memboroskan kas negara) membuat Presiden Mesir Anwar Sadat pergi ke Israel tanpa berkonsultasi dengan Liga Arab. Ia menawarkan perdamaian, jika Israel mengembalikan seluruh Sinai. Negara-negara Arab merasa dikhianati. Karena politiknya ini, belakangan Sadat dibunuh (1982). 1978 September: Mesir dan Israel menandatangani perjanjian Camp David yang diprakarsai USA. Perjanjian itu menjanjikan otonomi terbatas kepada rakyat Palestina di wilayah-wilayah pendudukan. Sadat dan PM Israel Menachem Begin dianugerahi Nobel Perdamaian 1979. Namun Israel tetap menolak perundingan dengan PLO dan PLO menolak otonomi. Belakangan, otonomi versi Camp David ini tidak pernah diwujudkan, demikian juga otonomi versi lainnya. Dan USA sebagai pemrakarsanya juga tidak merasa wajib memberi sanksi, bahkan selalu memveto resolusi PBB yang tak menguntungkan Israel. Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu sehingga kamu mengikuti keinginan mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu. (QS. 2:120) 1979: Ayatullah Khumaini memaklumkan Revolusi Islam di Iran yang menumbangkan rezim korup pro Barat Syah Reza Pahlevi. Referendum menghasilkan pembentukan Republik Islam, yang salah satu cita-citanya adalah mengembalikan bumi Palestina ke ummat islam dengan menghancurkan Israel. Iran mensponsori gerakan anti Israel “Hizbullah” yang bermarkas di Libanon. 1980: Israel secara sepihak menyatakan bahwa mulai musim panas 1980 kota Yerusalem yang didudukinya itu resmi sebagai ibukota. 1980: Pecah perang Iraq-Iran selama 8 tahun. Perang ini direkayasa oleh Barat untuk melemahkan gelombang revolusi Islam dari Iran. Negara-negara Arab dipancing fanatisme sunni terhadap Iran yang syiah. Iraq mendapat bantuan senjata yang luar biasa dari Barat. 1982: Israel menyerang Libanon dan membantai ratusan pengungsi Palestina di Sabra dan Shatila. Pelanggaran atas batas-batas internasional ini tidak berhasil dibawa ke forum PBB karena veto USA. Belakangan Israel juga dengan enaknya melakukan serangkaian pemboman atas instalasi militer dan sipil di Iraq, Libya dan Tunis. Intifadhah 1987: Intifadhah, perlawanan dengan batu oleh orang-orang Palestina yang tinggal di daerah pendudukan terhadap tentara Israel mulai meledak. Intifadhah ini diprakarsai oleh HAMAS, suatu harakah Islam yang memulai aktivitasnya dengan pendidikan dan sosial. 1988 Desember: USA membenarkan pembukaan dialog dengan PLO setelah Arafat secara tidak langsung mengakui existensi Israel dengan menuntut realisasi resolusi PBB no. 242 pada waktu memproklamirkan Republik Palestina di pengasingan di Tunis. 1990 Agustus: Invasi Iraq ke Kuwait. Arafat menyatakan mendukung Iraq. Terjadi lagi perpecahan antar Arab. Perang ini juga direkayasa Barat untuk melemahkan Iraq, yang setelah perang dengan Iran arsenalnya dinilai terlalu besar dan bisa membahayakan Israel. Dan Barat sekaligus bisa lebih kuat menancapkan pengaruhnya di negera-negara Arab. Pemerintah diktatur di negara-negara Arab ditakut-takuti dengan “Islam fundamentalis”. 1991 Maret: Presiden USA George Bush menyatakan berakhirnya perang teluk-II dan membuka kesempatan “tata dunia baru” bagi penyelesaian konflik Arab-Israel. Yasser Arafat menikahi Suha, seorang wanita Kristen. Sebelumnya Arafat selalu mengatakan “menikah dengan revolusi Palestina”. 1993 September: PLO-Israel saling mengakui existensi masing-masing dan Israel berjanji memberi hak otonomi kepada PLO di daerah pendudukan. Motto Israel adalah “land for peace” (=tanah untuk perdamaian). Pengakuan itu dikecam keras dari pihak ultra-kanan Israel maupun kelompok di Palestina yang tidak setuju. Namun negara-negara Arab (Saudi Arabia, Mesir, Emirat dan Yordania) menyambut baik perjanjian itu. Mufti Mesir dan Saudi mengeluarkan “fatwa” untuk mendukung perdamaian. Setelah kekuasaan di daerah pendudukan dialihkan ke PLO, maka sesuai perjanjian dengan Israel, PLO harus mengatasi segala aksi-aksi anti Israel. Dengan ini maka sebenarnya PLO dijadikan perpanjangan tangan Yahudi. Yasser Arafat, Yitzak Rabin dan Shimon Peres mendapat Nobel Perdamaian atas usahanya tersebut. 1995: Rabin dibunuh oleh Yigal Amir, seorang Yahudi fanatik. Sebelumnya, di Hebron, seorang Yahudi fanatik membantai puluhan muslim yang sedang sholat shubuh. Hampir tiap orang dewasa di Israel, laki-laki maupun wanita, pernah mendapat latihan dan melakukan wajib militer. Gerakan Palestina yang menuntut kemerdekaan total menteror ke tengah masyarakat Israel dengan bom “bunuh diri”. Dengan ini diharapkan usaha perdamaian yang tidak adil itu gagal. Sebenarnya “land for peace” diartikan Israel sebagai “Israel dapat tanah, dan Arab Palestina tidak diganggu (bisa hidup damai)”. 1996: Pemilu di Israel dimenangkan secara tipis oleh Netanyahu dari partai kanan, yang berarti kemenangan Yahudi yang anti perdamaian. Netanyahu mengulur-ulur pelaksanaan perjanjian perdamaian. Ia menolak adanya negara Palestina. Palestina agar tetap sekedar daerah otonom di dalam Israel. Ia bahkan ingin menunggu / menciptakan konstelasi baru (pemukiman di daerah pendudukan, bila perlu perluasan ke Syria dan Yordania) untuk sama sekali membuat perjanjian baru. USA tidak senang bahwa Israel jalan sendiri di luar garis yang ditetapkannya. Namun karena lobby Yahudi di USA terlalu kuat, maka Bill Clinton harus memakai agen-agennya di negara-negara Arab untuk “mengingatkan” si “anak emasnya” ini. Maka sikap negara-negara Arab tiba-tiba kembali memusuhi Israel. Mufti Mesir malah kini memfatwakan jihad terhadap Israel. Sementara itu Uni Eropa (terutama Inggris dan Perancis) juga mencoba “aktif” jadi penengah, yang sebenarnya juga hanya untuk kepentingan masing-masing dalam rangka menanamkan pengaruhnya di wilayah itu. Mereka juga tidak rela bahwa USA “jalan sendiri” tanpa “bicara dengan Eropa”. Khatimah Negara Israel adalah kombinasi dari sedang lemahnya ummat Islam, oportunisme Zionis Yahudi serta rencana Barat untuk mengontrol bumi dan ummat Islam. Di Palestina berhasil didirikan negara Yahudi setelah sebelumnya ummat Islam berhasil diinflitrasi dengan pikiran-pikiran yang tidak islami, sehingga dapat dipecah belah bahkan sampai dilenyapkan khilafahnya. Nabi berkata: Kunci Timur dan Barat telah ditunjukkan Allah untukku dan kekuasaan ummatku akan mencapai kedua ujungnya. Telah kumohon kepada Rabbku agar ummatku tidak dihancurkan oleh kelaparan maupun oleh musuh-musuhnya. Rabbku berkata: Apa yang telah Ku-putuskan tak ada yang bisa merubahnya. Aku menjamin bahwa ummatmu tak akan hancur oleh kelaparan atau oleh musuh-musuhnya, bahkan jika seluruh manusia dari segala penjuru dunia bekerja bersama-sama untuk itu. Namun di antara ummatmu akan ada yang saling membunuh atau memenjarakan. (HR Muslim no. 6904) Karena itu baik strategi Zionis maupun Barat adalah menimbulkan permusuhan di kalangan ummat Islam sendiri. Namun sementara itu sesungguhnya Zionis atau Barat sendiri juga saling bersaing demi kepentingannya. Permusuhan antara sesama mereka adalah sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tiada mengerti. (QS. 59:14) Yang jelas, sang perampok Israel tidak bisa diusir dalam kondisi ummat Islam dewasa ini. Terlebih dahulu mereka harus menata aqidah dan menegakkan khilafah. Bukan PLO dan bukan negara-negara Arablah yang akan membebaskan kembali Palestina dan Yerusalem, namun ummat Islam bersama khilafahnya yang berhak melakukan tugas mulia itu, serta (insya Allah) memenuhi salah satu nubuwwat Rasulullah berikut ini: Tidak datang hari Kiamat, sebelum kamu memerangi kaum Yahudi, hingga mereka lari ke belakang sebuah batu, dan batu itu berkata: “ada orang Yahudi di belakangku, datanglah, dan bunuhlah” (HR Bukhari Vol. 4 Kutub 52 no. 176 dan HR Muslim no. 6985) TENTARA Israel menarik rambut Maryam Afifi dan menyeretnya laiknya menyeret binatang. Namun, musisi dan aktivis Palestina yang baru menginjak usia 26 tahun itu tetap tenang.
Tubuh wanita cantik anggota Palestine Youth Orchestra itu kemudian ditendang, dipukuli, untuk kemudian diborgol di hadapan puluhan tentara Israel dan ribuan demonstran di jalan Perkampungan Syaikh Jarrah, Yerusalem Timur. Malam itu di tengah aksi solidaritas untuk mempertahankan Perkampungan Syaikh Jarrah, Maryam berusaha untuk menolong seorang wanita muda yang tergeletak di tengah jalan sesudah dipukuli dan ditendang secara brutal oleh tentara Israel. Nuraninya menjerit, ia berusaha menerobos tentara Israel yang melakukan tindakan biadab pada perempuan itu. Ia berusaha merengkuh dan membopong wanita itu, namun Maryam ditarik, dipukuli, dan ditendang untuk kemudian kedua tangannya diborgol. Perlakuan kasar dan tidak manusiawi yang Maryam terima dari tentara zionis Israel hanya karena keinginannya menolong korban kekerasan aparat zionis Israel sama sekali tidak membuat Maryam menangis atau berteriak meminta ampun. Dengan pergelangan tangan yang masih diborgol, ia mengirimkan senyum kepada para pemimpin negara-negara barat yang selama ini diam membisu dengan kebiadaban dan kebrutalan penjajah zionis Israel. Senyuman bangga dan bahagia menjadi satu dari puluhan ribu masyarakat Palestina yang membangun solidaritas untuk mempertahankan setiap jengkal tanah Perkampungan Sheikh Jarrah yang akan dirampas, penduduknya akan diusir oleh zionis Israel untuk kemudian akan dibangun pemukiman Yahudi oleh mereka. Sebuah senyum yang menggambarkan kekuatan dan keberanian dirinya. Dengan tangan masih diborgol ia bertanya pada tentara-tentara Israel yang menyeret dan memukulinya, “Apa yang kamu rasakan? Aku tahu kamu seorang manusia. Dan mungkin kamu juga punya keluarga dan anak-anak. Apakah kamu ingin anakmu tumbuh dewasa membela orang yang salah? Membela penjajah?” Tentara Israel hanya terdiam dengan pertanyaan-pertanyaan Maryam yang menohok nurani kemanusiaan mereka. Beberapa jam pasca penyerangan jemaah shalat Taraweh di Masjid Al-Aqsha yang melukai 200 jamaah dan kerusuhan di Syaikh Jarrah, Grand Syaikh al-Azhar Asyarif, Prof Dr Ahmad Tayyib memberikan solidaritas dan mengutuk kebiadaban Israel melalui siaran persnya. Keberpihakan Al-Azhar pada rakyat Palestina tergambar jelas dalam siaran ini: “Sungguh perbuatan biadab di serambi Masjidil Al-Aqsha, pelecehan tempat suci dengan tindakan represif pada Jama’ah shalat tarawih, setelah sebelumnya juga tindakan keji kelompok bersenjata terhadap aksi unjuk rasa damai di Kampung Syaikh Jarrah, Yerusalem Timur dengan mengusir paksa penduduknya. Mereka yang bertindak adalah teroris zionis di tengah “bungkamnya dunia” yang memilukan.” Al-Azhar, ulama dan seluruh kolega civitas akademiknya menyatakan solidaritas bulat bersama rakyat Palestina yang teraniaya dalam menghadapi penindasan zionis dan kroninya, sembari memohon kepada Allah, semoga Allah menjaga mereka dengan cara-Nya dan memenangkan mereka dengan cara-Nya, karena mereka adalah yang berhak atas kebenaran, tanah dan semua tentang keadilan.” Pada Ramadhan kali ini Perkampungan Syaikh Jarrah dengan penderitaan dan tangisan warganya tiba-tiba mendunia karena menjadi pemantik konflik Palestina-Israel. Perkampungan yang berada di Nablus dan berjarak sekira 3 km dari Serambi Al-Qasha itu mempunyai akar historis yang begitu mendalam bagi umat Islam. Tidak banyak umat Islam yang mengetahui sejarah tempat ini kenapa dinamai Perkampungan Syaikh Jarrah. Bagi para peziarah Masjid Al-Aqsha mungkin familiar dengan Perkampungan Syaikh Jarrah yang namanya diambil dari nama Husamuddin bin Syarifuddin Isa al-Jarrahi (w. 598 H/1202 M). Husamuddin bin Syarifuddin Isa pada masanya merupakan panglima perang ternama yang membebaskan kota Yerusalem dalam perang Salib (20 September 1187). Beliau juga merupakan salah satu Amir (Gubernur) pada era kepemimpinan Sultan Shalahuddin al-Ayyubi. Kepandaianya dalam ilmu medis membuat Husamuddin diangkat menjadi tabib pribadi Shalahudin al-Ayubi. Shalahudin al-Ayyubi jualah yang menjuluki Husamuddin bin Syarifuddin Isa dengan julukan al-Jaraakhi yang berarti orang yang pandai menyembuhkan sakit orang lain. Pada perjalanannya, julukan yang diberikan oleh Shalahudin al-Ayyubi itu mashur dikenal masyarakat luas sampai beliau meninggal di Nablus, Yerusalem Timur untuk kemudian jasadnya disemayamkan di kawasan tersebut. Kawasan di sekitar pusara beliau inilah yang kemudian disebut perkampungan Syaikh Jarrah. Setiap harinya pusara beliau dipenuhi oleh para peziarah dari berbagai penjuru dunia sehingga menyebabkan pusara beliau tak pernah sepi dari lantunan tahlil, tasbeh, dan tilawah Al Quran. Di samping pusara beliau terdapat sebuah masjid dengan prasasti bertuliskan kalimat yang berbunyi: “Inilah kuburan Amir Husamuddin al-Husain bin Isa al-Jarrahi. Semoga Allah merahmatinya dan merahmati orang-orang yang mencintai beliau. Wafat menuju Rahmat Allah pada bulan Shafar 598.” Solidaritas, perjuangan, dan kebersamaan masyarakat Palestina dari Perkampungan Syaikh Jarrah dan Senyum Maryam Afifi seumpama mengajarkan kepada kita umat Islam di dunia bahwa menjaga al-Aqsha adalah panggilan spiritual seperti engkau dipanggil oleh Tuhanmu untuk melakukan ibadah-ibadah lainnya. Di sana, di sudut kota Nablus, dari Perkampungan Syaikh Jarrah, Maryam Afifi mengajarkan kepada kita heroisme, keberanian, kegigihan, dan kesungguhan dalam melawan tirani dan penjajahan zionis Israel yang ia tiru dari heroisme dan kesatrianya Salahuddin al-Ayyubi dan Husamuddin al-Husain bin Isa al-Jarrahi ketika menaklukkan Yerusalem. Alhasil, apabila qiblat pertama umat Islam dan tempat mikraj Rasulullah ini tidak lagi bisa memanggil hatimu untuk membangun solidaritas bersama masyarakat Palestina, niscaya kelak Al-Aqsha hanyalah tersisa sebagai lembaran-lembaran sejarah yang akan dibaca oleh anak cucu Anda. Al-Aqsha bukanlah sebatas kordinat dalam peta geografi, ia adalah keimanan dan aqidah yang seharusnya senantiasa hidup dan tertanam dalam sanubari umat Islam di manapun Anda berada! rmol.id Mujahidin Nur Anggota Komisi Infokom MUI Direktur The Islah Centre, Jakarta |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|