Sebuah pengalaman tidak terlupakan ketika saya bertugas sebagai Operation Superintendent pada sebuah pabrik LNG (gas alam cair) ingin saya bagikan di sini agar kiranya bisa menjadi pelajaran yang berharga bagi pembaca. Peristiwa itu terjadi ketika sedang ada pekerjaan tie-in valve dalam rangka ekspansi kilang. Pekerjaan tie-in ini dilakukan di perbatasan kilang menuju pipa rundown ke tangki LNG, yaitu pipa yang mengalirkan produk LNG dengan temperatur -160 derajat Celcius untuk disimpan di tangki LNG. Teknik pengosongan pipa rundown dari LNG ini dilakukan dengan cara mendorong cairan LNG dari arah kilang ke arah tangki LNG menggunakan gas. Untuk itu dilakukan monitoring tekanan di tangki LNG agar tidak terjadi overpressure. Sekaligus juga dilakukan monitoring temperature di sepanjang pipa rundown sampai ke tangki LNG untuk memastikan cairan LNG telah benar-benar kosong. Setelah berulang kali dilakukan pemeriksaan temperatur di sepanjang pipa rundown dari lokasi tie-in sampai ke tangki LNG disimpulkan bahwa pipa sudah berhasil dikosongkan dari cairan LNG. Kerangan (valve) tie-in itupun dibuka untuk diganti dan ditambah dengan kerangan baru. Sebelum kerangan sempat dipasang, tiba-tiba muncul semburan cairan LNG dari pipa yang baru dibuka. Tentu saja ini sangat mengagetkan semua pekerja di sana termasuk saya. Semburan cairan LNG keluar dari pipa yang terbuka di lokasi tie-in ini hanya berlangsung beberapa saat saja. Kemudian mengecil dan berhenti. Tetapi semburan kembali terjadi sekitar empat jam kemudian dan ini terus berulang. Saat kejadian pertama seingat saja pagi jam 10. Peristiwa keluarnya cairan LNG dari pipa tie-in ini terus berlangsung setiap empat sampai lima jam. Cairan LNG yang menyembur keluar ini pada mulanya segera menguap. Selanjutnya membentuk embun berupa kabut seperti awan di sekitarnya yang cenderung melayang rendah. Ini sangat berbahaya kalau sampai mengarah ke sumber panas misalnya percikan api listrik. Oleh karena itu selain aliran listrik di kilang ybs juga aliran listrik ke kilang di sekitarnya dimatikan. Emergency Response Team juga kami arahkan untuk menghentikan perpindahan gas eksplosive ini dengan menempatkan water curtain. Waktu terus berjalan dan semburan cairan LNG terus berlangsung setiap empat sampai lima jam. Pada tengah malam tiba-tiba terjadi ledakan yang sangat dahsyat dari arah lokasi tie-in. Kamipun terdiam pucat. Lutut saya terasa goyah. Sempat terpikir hal-hal buruk. Untungnya tidak ada operator satupun di sana karena memang aliran listrik sudah dimatikan sehingga area itu gelap gulita. Pagi sekali barulah kami bisa memeriksa apa yang sebenarnya terjadi. Ternyata beton dengan ketebalan sekitar 50 cm terbelah dan terangkat beberapa meter di atas permukaan. Sebuah lori terlontar sampai menyangkut di atas perpipaan yang tingginya 4 meter lebih dari tanah. Dari sana saya menyimpulkan bahwa cairan LNG mengalir sampai ke dalam gorong-gorong yang penuh dengan air. Saat cairan LNG ini menyentuh permukaan air terjadilah fenomena yang dikenal dengan rapid phase transition explossion. Fenomena ini mirip dengan minyak goreng yang disiram air di permukaannya. Air akan meletup karena terjadi perubahan fasa air menjadi uap dengan sangat cepat sehingga menimbulkan efek ledakan. Selain itu saya juga menyimpulkan bahwa sejumlah cairan LNG masih ada yang terperangkap di perpipaan pada tempat-tempat yang lokasinya terendah (low point). Diperlukan waktu empat sampai lima jam untuk cairan LNG itu menguap dan terkumpul sehingga mempunyai tekanan yang cukup untuk menyembur keluar dari pipa tie-in yan masih terbuka. Berbekal analisa sederhana ini saya meyakinkan atasan tertinggi saat itu untuk segera memasang kerangan tie-in yang telah disiapkan. Saya yakinkan bahwa kita hanya memiliki waktu empat jam untuk menyelesaikannya. Pekerjanya cukup dua orang saja dan dilengkapi dengan sarung tangan dan apron (pelindung badan) tahan termperatur kriogenik. Setelah hal ini dibawa dalam rapat dan dilakukan analisa resiko, akhirnya disetujui dan kerangan tie-in berhasil dipasang sebelum terjadi semburan cairan LNG berikutnya. Perbaikan pipa-pipa dan beton yang hancur memerlukan upaya sendiri yang cukup menantang karena dikejar target. Tetapi alhamdulillah semuanya bisa diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
0 Comments
Leave a Reply. |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|