Kisah berikut ini merupakan lanjutan dari kisah Budi Prasetyo sebelumnya (Awal, Lanjutan-1). Selamat mengikuti. Melakukan Roadshow – Making the impossible possible Namun demikian ada lagi suatu proses IPO yang sangat mencengangkan, yaitu kegiatan yang dinamakan Roadshow. IPO Roadshow adalah kegiatan pemasaran saham perusahaan ke seluruh dunia. Dalam waktu 3 minggu, tim pemasar saham, yang terdiri atas Direksi dan komisaris Indosat dan tim pendukung data (saya pribadi) harus keliling Indonesia (Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan Medan) dan dunia (Singapura, Hongkong, Tokyo, San Fransisco, Los Angeles, Fort Lauderdale, Boston, New York, New Jersey, Minesota, Denver, London, Glasgow, Edinburg, Paris, Frankfurt, Bonn, Hamburg, Zurich –masih ada kota yang terlupa) ditambah conference call dengan investor bila kota tempat investor tersebut berada tidak disinggahi oleh tim pemasar. Model pemasarannya adalah dengan presentasi kepada grup investor dan pertemuan one-on-one. Yang menarik, IPO Roadshow ini dipandu oleh sebuah perusahaan yang bernama Imagination yang mottonya ada "Making the Impossible Possible". Imagination pernah membawa Disney melakukan roadshow, waktu itu mereka membawa miniatur Disneyland bersama mereka keliling dunia. Banyak teknologi presentasi yang kami pelajari, antara lain bagaimana berpresentasi seolah-olah tanpa membaca, padahal teks pidato terlihat dikaca yang dipasang dihadapan pembicara namun tidak terlihat oleh peserta presentasi. Bagaimana mengatur jadwal perjalanan, termasuk persiapan hotel-hotelnya dan logistik perangkat presentasi sehingga tim pemasar tidak perlu pusing lagi mencari-cari kendaraan, pesawat dan hotel. Mereka tinggal bangun tidur, mandi, makan, tinggalkan koper di kamar hotel, ikut mobil yang menuju lokasi presentasi atau pertemuan one-on-one, lalu kembali ke hotel yang mungkin saja sudah di lain kota, masuk kamar dan langsung tidur. Full commitment vs Best effort (Indonesia vs USA) – akhirnya menjadi sejarah Roadshow berlangsung selama 3 minggu, sebelum akhirnya Indosat resmi memperdagangkan sahamnya di NYSE, BEJ dan BES. Pembelajaran yang juga didapat dalam proses IPO Indosat adalah bagaimana berkompromi dengan perbedaan sistem, di mana IPO di Indonesia saat itu memberlakukan pola Full Commitment, di mana perusahaan sekuritas yang bertanggung jawab untuk melaksanakan IPO harus memastikan bahwa semua saham yang dijual oleh perusahaan laku semua. Apabila investor yang berminat ternyata membeli saham yang akan dijual lebih sedikit dari saham yang direncanakan untuk dilepas, maka sekuritas penanggung jawab IPO wajib membeli sisa saham yang tidak terjual tersebut. Bagi perusahaan ini merupakan kepastian dana yang diperoleh, bagi perusahaan sekuritas ini merupakan resiko bisnis yang harus ditanggung. Untuk perusahaan sekuritas yang bertanggung jawab untuk melaksanakan IPO di NYSE, pola yang berlaku adalah Best Effort, artinya saham harus terjual sesuai dengan permintaan pasar, dengan aturan main, pasar dianggap menerima dengan baik IPO apabila jumlah permintaan adalah minimum 4x lipat dari saham yang direncanakan dijual. Dengan pola Best effort, diharapkan pasar sekunder atas saham perusahaan yang baru IPO akan segera terbentuk dan saham menjadi liquid. Apabila ternyata jumlah permintaan pembelian saham IPO kurang dari 4x saham yang akan dijual, maka jumlah saham IPO yang akan dijual akan dikurangi sehingga pasar sekunder yang diharapkan dapat segera terbentuk, oleh karenanya kepastian penerimaan dana bagi perusahaan tidak ada. Perbedaan kondisi ini yang membuat perdebatan kepastian hukum menjadi berlarut-larut. Akhirnya setelah IPO Indosat, pemerintah dalam hal ini Bappepam memilih untuk mengadopsi pola Best Effort menjadi pola IPO di Bursa-bursa Indonesia, karena dianggap lebih wajar untuk mekanisme perdagangan yang berorientasi ke pasar. Perbedaan lainnya antara lain adalah perbedaan kurs rupiah dan US Dollar, perbedaan waktu antara Jakarta dan New York, yang akhirnya semua dapat dicarikan kompromi penyelesaiannya dengan sangat baik. Memperoleh penghargaan Satya Lencana Karya Satya IPO Indosat akhirnya berlangsung sukses, tanggal 14 Oktober 1994 Indosat resmi menjadi perusahaan publik yang mencatatkan sahamnya di NYSE, BEJ dan BES, serta berhasil mencatat rekor harga pasar sekunder dihari pertama yang tertinggi di NYSE untuk saham perusahaan internasional, kelebihan pesanan saham IPO mencapai 11x, semua puas karena pemerintah memperoleh US$ 800 juta dari saham yang dijual dan Indosat memperoleh US$ 350 juta dari saham baru yang diterbitkan. Secara pribadi saya memperoleh penghargaan dari pemerintah berupa Satya Lencana Karya Satya atas jasa-jasa mensukseskan IPO Indosat, suatu kehormatan dan balasan atas kerja keras beyond the call of duty. Namun demikian, sukses selalu membawa serta kewajiban. Hidup adalah seperti air yang mengalir terus. Menjadi perusahaan publik bukanlah suatu pekerjaan mudah. Banyak kewajiban yang harus dipenuhi, pelaporan ke bursa, penyusunan laporan tahunan, mengadakan RUPS, dan menerima investor yang berdatangan untuk mencari informasi. Di awal, Direksi menerima sendiri para investor tersebut, namun karena jumlahnya banyak, setiap hari investor yang minta bertemu bisa berjumlah sampai lebih dari 10 orang, akhirnya mereka kewalahan, apalagi pertanyaan para investor mulai bergeser dari cerita sukses yang baru dilalui Indosat, tetapi mulai bertanya bisnis Indosat dimasa mendatang bagaimana bentuknya. Menjadi General Manager Investor relation (Hubungan Investor) Menghadapi hal ini, Indosat kemudian membentuk divisi baru yang dinamakan Divisi Hubungan Investor yang bertugas untuk berkomunikasi dengan investor tentang bisnis Indosat. Dan sebagai GM ditunjuklah saya, karena kredibilitas, pengetahuan atas bisnis perusahaan dan yang lebih penting lagi pada saat IPO, bank data Indosat adalah saya. Divisi Hubungan Investor didirikan pada tanggal 1 Januari 1995, terdiri atas dua bagian, komunikasi investor dan dukungan administratif. Mulailah Tim saya mencari bentuk layanan komunikasi dengan para investor yang sesuai dengan kebutuhan Indosat, namun juga mematuhi rambu-rambu pasar modal antara lain kesetaraan informasi yang diberikan untuk menghindari insider trading yang sangat tabu di dunia pasar modal, tetapi banyak dicari oleh orang, karena berpotensi untuk memberikan keuntungan segera dan besar. Selain itu undangan dari banyak BUMN juga berdatangan, utamanya untuk menceritakan inside story keberhasilan IPO Indosat. Semua undangan itu dipenuhi untuk menyebarluaskan dan sebenarnya mencari teman bagi Indosat sehingga lebih banyak lagi BUMN yang dapat terdaftar di bursa saham, baik di Indonesia maupun internasional. Saya juga bergabung dengan beberapa pihak seperti FEUI, Departemen Keuangan yang menyelenggarakan pelatihan sekertaris perusahaan (Corporate secretary), utamanya adalah untuk berbagi pengalaman tentang keterbukaan suatu perusahaan dan tanggung jawab perusahaan kepada masyarakat. Ikuti lanjutan kisah Budi Prasetyo bersama Indosat menyelenggarakan RUPS pertama, menerima cobaan meninggal anak ketiganya, mencari dana obligasi sampai krisis moneter melanda Indonesai dalam posting berikutnya (Lanjutan-3).
0 Comments
Leave a Reply. |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|