Kisah berikut ini adalah penuturan Pak Budi Prasetyo tentang divestasi saham Indosat milik pemerintah. Ikuti kisah sebelumnya di posting berikut: Awal, Lanjutan-1, Lanjutan-2, Lanjutan-3, Lanjutan-4. Idea dasar pengembangan Indosat – melepaskan ketergantungan pada SLI Untuk melepaskan ketergantungan kepada Telkom sebagai pemilik pelanggan telekomunikasi yang sebenarnya, Indosat harus memiliki pelanggannya sendiri. Strategi pertama Indosat untuk memiliki pelanggan adalah menjadi penyelenggara layanan telekomunikasi lokal nasional, dimulai dari Jawa Tengah dengan jumlah pelanggan 400.000 sst dan dikemudian hari dikembangkan dengan layanan CDMA keseluruh wilayah Indonesia. Strategi pendukungnya adalah apabila rencana pengambilalihan operasi Divre 4 mengalami hambatan, maka Indosat akan mengembangkan basis pelanggannya di sektor layanan jasa telekomunikasi seluler, melalui Satelindo dan IM3. Mengapa Satelindo yang dipilih Indosat?. Karena dengan mengambil Satelindo, Indosat tidak perlu keluar dana dan pastinya akan menerima dana akibat dari adanya selisih valuasi antara nilai saham Indosat di Satelindo dengan nilai saham Indosat di Telkomsel. Sebaliknya bila mengambil Telkomsel, Indosat akan keluar dana yang sangat besar yang dapat mengganggu operasi Indosat saat itu dan yang pasti akan mengganggu kemampuan operasional Indosat dimasa depan. Selain itu Satelindo ternyata memiliki dana tunai hingga mencapai US$ 250 juta, yang tidak bisa dipakai untuk membangun infrastruktur Satelindo, kecuali apabila pembatasan pinjaman (covenant) Satelindo dibuka. Diadili dan dituduh KKN dengan keluarga Cendana Pemikiran saat itu adalah jika pengambil-alihan saham Telkom dan Bimagraha dilakukan oleh Indosat, maka pembatasan pinjaman menjadi terbuka dan Satelindo bisa menggunakan dananya untuk membangun infrastrukturnya. Sehingga dalam waktu 6 bulan setelah pembelian saham Satelindo, dari Telkom dan Bimagraha, jumlah pelanggan Satelindo dapat meningkat dari hanya 900.000 menjadi 1,6 juta. Itulah sebenarnya dasar-dasar pemikirannya. Keputusan untuk menjual Telkomsel dan membeli Satelindo milik Telkom dan Bimagraha, tidak serta merta didukung oleh seluruh jajaran Indosat, karena menurut mereka dibelinya Satelindo dari Bimagraha adalah suatu langkah untuk membantu keluarga cendana. Hal ini karena salah satu pemilik Bimagraha adalah grup Bimantara. Malam menjelang RUPS tanggal 10 Mei 2001, saya “diadili” oleh rekan-rekan dari Serikat Pekerja Indosat. Pada intinya mereka minta Direksi untuk membatalkan rencana pembelian Satelindo oleh Indosat, karena menurut mereka bernuansa anti reformasi. Semua perdebatan selalu disambut dengan tuduhan bahwa saya telah menerima suap dari Bimantara. Sampai akhirnya kami berpisah masih dengan hati yang panas karena tidak ada yang mau mengalah kepada pihak yang lainnya. Namun, pada akhir-akhir ini, banyak karyawan Indosat yang menyelamati saya dan mengatakan bahwa keputusan untuk membeli Satelindo adalah salah satu keputusan yang tepat dan sangat berarti bagi kelangsungan hidup Indosat. Bahkan Dirut Indosat, Hasnul Suhaimi sendiri menyatakan berterimakasih atas ketegaran saya untuk melawan semua tantangan dalam mengakuisisi Indosat, karena Indosat yang hanya mengandalkan jasa telekomunikasi SLI dan tanpa layanan jasa telekomunikasi seluler pasti sudah tidak akan sanggup lagi bersaing di industri telekomunikasi Indonesia yang sangat kompetitif ini. Nasib kepemilikan silang Indosat dan Telkom Satu hal yang menjadi catatan untuk diri pribadi saya, adalah pada tanggal 9 Mei 2001 itu, istri saya menelpon mengabarkan bahwa Guru agama yang selama ini memberikan tuntunan rohaniah telah berpulang kerahmatullah, keinginan untuk hadir dalam pemakaman beliau pada tanggal 10 Mei 2001, jelas tidak mungkin, karena adanya RUPS untuk membahas transaksi kepemilikan silang antara Indosat dan Telkom. Tanggal 10 Mei 2001 itu juga keadaan di Indosat terasa sangat tegang, di silang Monas telah berkumpul rekan-rekan SEKAR Telkom divisi 4, Jawa Tengah yang bermaksud untuk berdemonstrasi meminta rencana pengambilalihan aset Telkom di Jawa Tengah dibatalkan. Keputusan RUPS Indosat akhirnya menyetujui transaksi penghilangan kepemilikan silang Indosat dan Telkom. Namun untuk penutupan transaksi tersebut disyaratkan baru akan dilakukan pada Januari tahun 2002. Hal ini karena keterbatasan dana Telkom untuk melunasi kekurangan pembayaran transaksi penghilangan kepemilikan silang Indosat dan Telkom, serta adanya unsur politis internal di Telkom yang menolak dilanjutkannya transaksi penjualan divisi 4, Jawa Tengah dari Telkom kepada Indosat. Pada akhirnya Telkom dengan restu Pemerintah membatalkan penjualan Telkom divisi 4, Jawa Tengah kepada Indosat. Untuk itu Telkom harus mengembalikan dana yang sebelumnya diperoleh tersebut untuk membeli sisa kepemilikan di Satelindo yang saat itu dimiliki oleh DT Mobile sebesar 25% dan menjadikan Indosat sebagai pemilik tunggal Satelindo, provider GSM pertama di Indonesia. Perkembangan kepemilikan Indosat di Satelindo Indikasi bahwa Indosat akan menjadi pemilik tunggal Satelindo tidak membuat pemerintah bergembira, karena bagi pemerintah mereka lebih mengharapkan seluruh dana tunai yang dimiliki oleh Indosat dapat diserahkan kepada negara untuk dipakai sebagai cadangan pembayaran hutang akibat krisis moneter tahun 1997. Oleh karenanya Indosat diminta segera setelah memiliki Satelindo, menjualnya kembali dan mengatur pemberian deviden khusus dari penjualan Satelindo tersebut. Pertemuan-pertemuan dengan pemerintahpun kemudian secara intensif dilakukan, dalam hal ini Indosat mengajukan kajian-kajian tentang rencana masa depan Indosat dan dampaknya kepada harga saham Indosat apabila rencana tersebut dilakukan. Alternatif-alternatif rencanapun dipresentasikan kepada pemerintah, dalam hal ini Deputi Meneg BUMN bidang infrastruktur, telekomunikasi dan pertambangan, namun tekanan untuk menjual Indosat atau Satelindo juga selalu muncul dari deputi Meneg BUMN bidang privatisasi. Tarikan antara Pemerintah ingin menjual Satelindo vs Indosat ingin berkembang ke bisnis seluler Terlihat sekali bahwa internal Meneg sendiri tidak ada koordinasi sikap tentang apa yang terbaik bagi BUMN binaannya. Yang ada hanyalah kepentingan masing-masing untuk mencapai target kerja yang sudah digariskan. Dalam kondisi seperti itulah, rencana pengambilalihan 100% Satelindo terus dicoba untuk digulirkan dan berpuncak kepada ditandatanganinya Perjanjian Jual-Beli Bersyarat yang harus memperoleh persetujuan dari RUPS Indosat. Alhamdulillah RUPS Indosat menyetujui rencana pengambil-alihan Satelindo tersebut dan segera setelah penutupan dilakukan Satelindo 100% menjadi milik Indosat. Saat itu berarti Indosat memiliki 2 operator telepon seluler GSM, Satelindo dan Indosat Multi Media Mobile (IM3). Hingga saat itu, secara konsisten Indosat selalu melakukan lobi kepada pemerintah agar tetap diperbolehkan mempertahankan kepemilikan 2 operator seluler GSM, karena tujuan Indosat adalah membuat basis pelanggan dan sekaligus mempertahankan pelanggan yang dimilikinya. Karena salah satu rencana alternatif Indosat, apabila tidak berhasil mengembangkan operasional telepon lokal, adalah merubah Indosat yang tadinya operator SLI, menjadi operator telpon seluler. Pemikiran kami saat itu, hanya melalui bisnis seluler-lah, Indosat dapat memiliki pelanggan secara langsung yang akan menjadi basis bagi Indosat untuk menghadapi persaingan di industri telekomunikasi di masa mendatang. Pemerintah mulai tidak transparan karena ingin memperoleh dana cepat Tidak berhasilnya pemerintah untuk memaksa management PT Indosat untuk menjual Satelindo atau IM3, justru membuat pemerintah untuk memilih melakukan divestasi sebagian dari saham Indosat miliknya. Namun karena merasa bahwa management Indosat tidak akan mendukung rencana divestasi saham Indosat milik pemerintah, maka pemerintah memutuskan untuk jalan terus dengan rencana divestasinya tanpa koordinasi dengan pengelola Indosat. Hal ini disebabkan karena Pemerintah juga mempunyai target untuk memperoleh dana segar guna mengatasi kondisi krisis moneter dan “menambal” APBN melalui program privatisasi dan divestasi saham-saham BUMN yang laku dijual. Namun dalam hal ini pemerintah lupa tentang mekanisme pasar modal yang menempatkan Indosat sebagai titik fokus perhatian atas apa saja yang terjadi dengan Indosat. Indosat akan menjadi pihak pertama yang ditanya oleh regulator-bursa saham, Bapepam dan US Securities & Exchange Commission (Bapepamnya Amerika serikat – red), atas semua kejadian yang terjadi pada saham Indosat. Dengan tidak memberikan transparansi kepada Indosat, sebenarnya pemerintah telah membuat kubur sendiri, menciptakan ketidakstabilan pada pergerakan pasar saham Indosat dan sekaligus memberikan sinyal tidak dewasanya pemerintah menghadapi persoalan. Kronologi divestasi saham Indosat - yang menggegerkan Masih lekat pada ingatan saya, pada sore sebelum pemerintah memutuskan untuk mendivestasi saham Indosat, Pihak-pihak Indosat, Kementrian BUMN, Penasehat keuangan Indosat yaitu Danareksa, Merril Lynch dan Rostchild, Penasehat keuangan Pemerintah yaitu CSFB, penasehat hukum Indosat-Assegaf dan partner, penasehat hukum pemerintah masih bertemu untuk membahas rencana jangka panjang Indosat dan divestasi saham Indosat milik pemerintah dikurun waktu 3-4 tahun mendatang. Namun rupanya keesokan harinya, pemerintah melalui CFSB mulai menawarkan saham Indosat kepada investor di Hongkong sejak jam 10.00 waktu Hongkong. Langkah ini menyebabkan rumor berkembang dan menekan harga saham Indosat hari itu. Saat itu saya bersama Dirut Indosat, sedang bertemu dengan investor di coffee shop hotel Grand Hyatt, ketika Dirut BEJ menelpon saya dan menanyakan sebab tertekannya harga saham Indosat. Dirut BEJ menanyakan, apakah benar Indosat melepaskan sahamnya. Ia meminta penjelasan dari manajemen Indosat atas rumor adanya rencana penjualan saham pemerintah di Indosat. Sedikit bingung saya bertanya kepada Dirut Indosat, apakah beliau mendengar tentang rencana penjualan saham baru Indosat. Namun jawabnya, “Saya tidak tahu apa-apa”. Informasi ini saya kemudian teruskan ke Dirut BEJ. Maka gegerlah BEJ. Telepon kedua yang saya terima dari Dirut BEJ adalah pemberitahuan bahwa saham Indosat akan di-suspensi perdagangannya sampai ada kejelasan mengenai rencana divestasi saham Indosat milik pemerintah. Siang hari itu juga direksi Indosat mengadakan rapat mendadak untuk membahas rencana pemberitahuan Indosat kepada publik yang berkaitan dengan penghentian perdagangan saham Indosat pada sesi kedua hari itu. Pertemuan di coffee shop Hotel Marriot Kontak dengan pemerintah dilakukan secara intensif dan akhirnya saya diterima oleh deputi Meneg BUMN bidang privatisasi di coffee shop hotel JW Mariott sore hari jam 19.00. Namun Deputi Meneg BUMN baru datang jam 23.00 menemui tim Indosat dengan wajah kuyu. Dari beliau diperoleh kepastian bahwa memang pemerintah mulai jam 10.00 waktu Hongkong telah mulai mendivestasi 15% saham Indosat milik pemerintah tanpa memberitahukan kepada Indosat. Data-data yang dipergunakan untuk penawaran saham Indosat tersebut adalah mempergunakan data internal Indosat yang dipaparkan pada rapat koordinasi sore kemarin. Yang paling mengagetkan adalah informasi beliau bahwa book bidding, yang baru saja ditutup jam 23.00, sebelum beliau meluncur ke Mariott, memberikan bersedia membeli 1% saham Indosat dari 15% yang ditawarkan. Karena itulah, pada malam itu Meneg BUMN memaksa investor dalam negeri, terutama dana pensiun plat merah untuk membeli saham Indosat. Pak Deputy juga menggambarkan betapa kritisnya suasana malam itu karena menyangkut kredibilitas pemerintah di pasar modal. Akhirnya pemerintah berhasil membujuk dana pensiun dalam negeri untuk membeli 10% saham, sehingga diputuskan melakukan divestasi 11% saham Indosat. Keesokan harinya Meneg BUMN mengirimkan surat kepada BEJ dan Bapepam tentang langkah pemerintah menjual 11% saham Indosat milik pemerintah kepada investor publik, sehingga kepemilikan saham pemerintah turun dari sebelumnya 65% menjadi 54%. Setelah diterimanya informasi dari pemerintah, penghentian perdagangan saham Indosat dicabut dan perdagangan dimulai lagi dengan harga saham Indosat turun hampir 10% dari harga sesi pertama hari sebelumnya. Meneg BUMN instruksi ke Dirut Indosat untuk tutup mulut Namun rumor disurat kabar berkembang dengan pesat, ditengarai adanya informasi orang dalam yang dipergunakan ketika penawaran saham Indosat dilakukan kemarin. Headline news tentang penjualan saham Indosat terpampang dihampir semua koran. Spekulasi dihembuskan yang antara lain cerita bahwa manajemen dan pemerintah tidak bekerjasama. Akibatnya, pada siang harinya Dirut Indosat dipanggil oleh Meneg BUMN dan diperintahkan untuk tidak memberikan keterangan apapun tentang penjualan saham Indosat milik pemerintah. Pagi itu juga Dirut memberitahu jajaran direksi dan GM bahwa Indosat tidak diperbolehkan untuk memberikan keterangan tentang hal itu. Yang mencengangkan pada saat semua jajaran Indosat menutup mulut tentang penjual saham Indosat milik pemerintah, justru siang harinya pemerintah mengeluarkan pernyataan bahwa kegagalan penjualan saham Indosat milik pemerintah disebabkan karena direksi Indosat tidak mau diajak kerjasama dan untuk itu kepada direksi Indosat akan diberikan sanksi atas sikapnya tersebut. Isu informasi orang dalam yang dipakai untuk memasarkan saham Indosat, ditindak lanjuti oleh Bapepam dan pemeriksaan kepada direksi Indosat serta penasehat keuangan dilakukan. Meneg BUMN sendiri lepas tangan dengan menyatakan bahwa setelah diperolehnya persetujuan dari DPR untuk mendivestasi saham Indosat, maka langkah selanjutnya adalah tanggung jawab dari manajemen Indosat dan penasehat keuangan. Seluruh Direksi Indosat diganti Melihat perkembangan yang terjadi, direksi Indosat yang merasa dipojokkan kemudian menolak tuduhan tersebut dan mulai memberikan informasi kepada pers tantang situasi yang sebenarnya. Hal ini disikapi dengan kemarahan oleh Meneg BUMN dan memutuskan untuk melakukan RUPSLB pergantian direksi. Akhirnya pada bulan Mei 2002 RUPSLB Indosat digelar, dan semua direksi diganti. Namun syukur Alhamdulillah pemeriksaan Bapepam mendapatkan bahwa Direksi, dalam hal ini Direktur utama, Direktur Keuangan, dan Direktur Perencanaan dan Pengembangan, dinyatakan tidak terindikasi melakukan pembocoran informasi orang dalam. Kemelut di Indosat menyisakan satu pilihan bagi Pak Budi Prasetyo yaitu mengambil pensiun dini dan berwiraswasta. Ikuti kisah selanjutnya di Lanjutan-6.
0 Comments
Leave a Reply. |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|