Kemelut di Indosat memaksa Budi Prasetyo untuk mengambil keputusan berani dengan mengambil pensiun dini. Simak kisah beliau berikut ini. Kisah ini adalah lanjutan dari kisah-kisah sebelumnya: Awal, Lanjutan-1, Lanjutan-2, Lanjutan-3, Lanjutan-4, Lanjutan-5. Pensiun dini dan meninggalkan Indosat Bulan Juli 2002, saya memutuskan untuk mengambil pensiun dini dari Indosat karena merasa sudah lelah dengan intrik-intrik yang ada di BUMN. Masa kerja saya di Indosat hampir 20 tahun, karena seharusnya pada tanggal 16 Nopember 2002 masa kerja saya di Indosat akan genap 20 tahun. Hari pertama saya tidak berangkat pagi ke kantor, anak-anak saya langsung heran, mereka mengira saya sedang sakit, tapi koq tenang-tenang saja membaca koran pagi. Putri saya bertanya, memangnya ada apa, kenapa bapak tidak bersiap pergi ke kantor?. Saya hanya tertawa dan membalas bertanya kepada anak sulung saya, lho koq kamu sekarang sudah pakai celana panjang?. Adiknya tertawa dan berkata, bapak sudah pikun, mas kan sudah SMA sekarang, jadi ya pakai celana panjang lah. Anak bungsu saya, agak heran waktu saya saya katakan bahwa saya sudah tidak bekerja di Indosat lagi karena sudah pensiun, tapi reaksinya mengherankan. Dia langsung berkata, yeah...... artinya bapak sekarang punya banyak waktu dong untuk bisa menemani saya belajar. Memang anak bungsu saya agak kesulitan untuk mengejar pelajaran sekolahnya, guru-gurunya sering mengeluh kalau dia sering melamun ketika mengikuti pelajaran sekolah. Sejalan dengan pensiun saya, anak bungsu saya juga langsung memutuskan untuk menghentikan semua les yang diikutinya, kecuali les bahasa Inggris, serta langsung meminta saya untuk menjadi teman belajarnya. Kewajiban saya lainnya adalah setiap pagi saya dimintanya untuk mengantarkan ke sekolah. Sehingga sejak hari itulah saya mengantarkan anak-anak ke sekolah dan setiap kali menurunkan mereka di sekolah saya selalu berkata, yang pinter ya sekolahnya dan biasanya mereka selalu menjawab dengan kalimat, yuup, insyaallah. Alhamdulillah, keputusan anak bungsu saya itu, yang menurut akal sederhana tidak wajar ternyata sangat jitu, nilai-nilai dia secara perlahan tapi pasti makin membaik. Rupanya pada anak ada rasa tenang apabila ditemani belajar, belakangan baru saya tahu bahwa ada juga yang dinamakan the power of repetitive, dimana secara tidak sadar orang dapat merubah attitude apabila pada dirinya diberikan sugesti yang berulang-ulang. Dengan disugesti menjadi anak pintar rupanya berhasil memberikan kepercayaan diri yang kuat bagi anak bungsu saya. Bagi saya mulai saat itu saya berusaha merubah sikap saya kepada mereka, yakni memposisikan diri menjadi sahabat, selain juga menjadi orang tua mereka. Hari itu, resmi saya mulai “ternak teri”-menganter anak dan menganter istri. Mencoba mengembangkan bisnis nirkabel (wireless) Selepas dari Indosat saya berkerja pada grup Infoasia dan ditempatkan di anak perusahaannya PT Napsindo Primatel Internasional. Dalam waktu kurang 2 tahun, saya berhasil melakukan turn over atas Napsindo dari suatu non-operasional company menjadi operasional company. Setelah itu pada bulan Januari 2004, saya mengajukan permintaan berhenti, karena merasa bahwa satu lagi tugas telah diselesaikan dengan baik. Atas permintaan dari Widya Purnama, dirut Indosat saat itu, yang meminta saya agar saya dapat mencarikan investor yang dapat membantu Indosat menggelar jaringan telepon lokal nir-kabel (wireless), saya mencoba untuk kembali terlibat dalam proyek telekomunikasi. Bersama dengan tiga rekan lainnya saya membentuk PT Quad Communication Integration yang mempunyai 3 anak perusahaan, sesuai dengan rencana operasional di tiga wilayah, Sumatera, Kalimantan dan Jawa Tengah. Selama 9 bulan tim saya berhasil membuat suatu rancang bangun sistem operasi CDMA StarOne milik Indosat untuk wilayah kerja Kalimantan, Sumatera dan Jawa Tengah dengan kapasitas total 400.000 sst. Pada saat itu tim saya berhasil membuat suatu disain rancang bangun sistem CDMA yang apabila jadi diimplentasikan biayanya, hanya setengah dari biaya pembangunan Flexi atau StarOne. Proyek ini gagal dilaksanakan, walaupun kontrak-kontrak dengan Ericsson dan ZTE sudah ditandatangani, karena investornya pada saat-saat terakhir mengundurkan diri yang membuat Dirut Indosat marah besar ketika itu. Mengantarkan anak ke gerbang masa depan Sore dimusim gugur di Toronto terlihat pemandangan yang sangat indah. Dua minggu sudah kami sekeluarga berada di Toronto, Kanada untuk mengantar anak sulung saya bersekolah melanjutkan menuntut ilmu di Universitas di Toronto, hari itu pada tengah malam rencananya saya, istri dan anak bungsu kami akan kembali ke Jakarta.. Anak sulung saya ini memilih untuk kuliah di Toronto karena dia sewaktu masih di SMA mencari universitas yang menurut dia dapat memperoleh ilmu yang dapat dipakainya untuk membangun Indonesia dimasa mendatang. Sarana internet dan hubungannya dengan banyak teman-temannya di seluruh dunia membuatnya berkeputusan untuk melanjutkan kuliah di Waterloo, Kanada, mempelajari Mekatronika. Selama SMA, bahkan sejak SD dia telah mencoba mempersiapkan diri untuk bisa bersekolah di luar negeri, kursus-kursus bahasa asing dia ikuti, bahkan TOEFL dia untuk computer-based kalau tidak salah memperoleh skor 270an. Namun demikian karena dia tidak mempunyai sertifikat level A, dia tidak dapat langsung masuk kuliah di universitas di Kanada, tetapi harus melalui tahap persiapan terlebih dahulu. Pada waktu dia mengikuti test potensi akademik di collegenya, nilai yang diperolehnya sangat tinggi sehingga ditawarkan untuk langsung kuliah di universitas, dan pada tahun kedua dia dapat pindah universitas sesuai dengan minat dia. Siang hari itu, kami semua ada disisi Hotel Novotel, diteriknya matahari menjelang sore, kami memandang anak sulung kami melangkah ke taksi, dia sempat tertegun sebentar, ketika ibunya memanggilnya untuk memeluk dia, saya lihat matanya berkaca-kaca, saya lihat dia berusaha untuk memantapkan langkahnya berpisah dengan kami, masuk ke taksi, mulai menapaki sendiri masa depannya. Hari itu satu lagi tugas saya untuk mengantar ke gerbang telah terjadi, saya antar anak sulung kami untuk mulai belajar hidup dinegeri orang, mencari bekal untuk hidup masa depannya. Dengan memeluk anak bungsu saya, memandang taksi yang meluncur meninggalkan kami disisi hotel Novotel, saya menyaksikan satu lagi tugas mengantar ke gerbang masa depan telah saya tuntaskan. Tugas saya masih tersisa satu lagi, mengantar anak bungsu saya ke gerbang masa depan. Saya sadar bahwa tugas itu bukanlah tugas yang mudah, dengan status pensiunan memang mendidik anak bukanlah hal yang mudah, tapi bagi saya ada satu kelebihan, yaitu waktu-waktu saya bersama anak bungsu saya, lebih banyak dari pada ketika dengan anak sulung saya. Semoga ini dapat menjadi bekal untuk lebih mengerti sikap dan kelakuan anak bungsu saya dan membimbingnya memasuki gerbang masa depannya. Kilas balik kehidupan – mengantarkan PT Indosat ke gerbang masa depan Di depan Hotel Novotel itulah, saya mengenang perjalanan hidup saya, yang hampir sebagian besar waktu telah saya persembahkan untuk mengantarkan PT Indosat ke gerbang masa depan. Saya telah berusaha sekuat tenaga untuk ikut mendorong PT Indosat menjadi perusahaan publik pertama dari Indonesia yang listing di New york. Juga saya teringat akan upaya-upaya yang sangat berat untuk mengembangkan bisnis Indosat, melepaskan diri dari ketergantungan pada bisnis Saluran Langsung Internasional (SLI) ke Bisnis Seluler. Saat itu saya sangat khawatir dengan pertumbuhan bisnis SLI yang sangat tergantung kepada PT Telkom. Sedangkan bisnis seluler jauh lebih menguntungkan PT Indosat. Semua ini akhirnya terbukti dengan berjalannya waktu. Tentang penulis (redaksi buku "Kisah-kisah Sebuah Angkatan") Budi prasetyo adalah alumni ITB angkatan 1977 dari Jurusan Elektro. Saat menuliskan kisah ini, ia bekerja secara lepas sebagai ahli telekomunikasi di Indonesia. Secara resmi kalau ditanyakan apa bisnisnya saat ini, dijawabnya adalah TERNAK TERI-mengantar anak mengantar istri dan sekali- sekali menyandang status TURIS-turut istri.
0 Comments
Leave a Reply. |
OUR BLOG
Gunakan Search Box di pojok kanan atas halaman ini untuk mencari artikel. Categories
All
AuthorHelfia Nil Chalis:
Archives
April 2024
|